Prevalensi Tungau Parasit pada Larva Aedes sp. di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Kabupaten Karanganyar

Bambang Heru Budianto. Prevalensi Tungau Parasit

Prevalensi'fungau Parasit pada Larrya Aedes so. lli Daerah Endemis
Demam Berdarah Dengue Kabupaten Karanganyar

Bambang Henr Budiantol
I

Fal'rrltas Biologi, Universitas Jenderdl Soedirman, Purwokerto

E-mail korespondensi: bhbudianto@gmail.com

ABSTRAK
Kabupaien Karangartyar mempunyai 6 kecamatan yang merupakal daerah endemis Demam Berdarah Dengue
(DBD). Endemisitas DBD rnenggambarkan keberhasilan perkembangan populasi nyamuk Aedes sp., namrm sebaliknya
diduga berkaitan dengan rendalmya kemanpuan tungau parasit dalam mensmukan dan memparasiti larra Aedes sp. Tujuan
penelitian ini adalah meng€tahui familia-familia tmgau prasit yang mempamsiti larva Aedes sp dan rnenentr:kan prevalensinya di daerah endemis DBD di Kabrpaten Karanganyar, Jawa Tengah. Metode yang digrmakan adalah survai dengan
teknik pengambilan sampel se*wa pwp500
hanlcnsidiKabupdenKmangatEo 0,0010(0'1P/') *
6il pof,ot*inyu rendah. Menurui Syarifal
paparasit

prevalensi
tungau
(2007) bahwa larvanyamuk Aedes sp. dapat
Rendalrnya
kondidengan
terkait
dalarvaAedes sp. diduga
hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian
Kaanganvar 401

berlangsung. 1000 meter dari permukaan air laut, diatas
Ae- ketinggian 1000 meter tidak dapat
menyebabkan
kemungkinan
sp.
des
berkernbangbialq karena pada ketinggian tersepopulasi
tersebut.
nyamuk
menurunnya

but tanperatur udara tertalu rendah sehingga
si musim kemarau saat penelitian

Sangat sedikitnya tempat perindukan bagi

Menurunnya populasi larva Aedes sp.

diduga

mengurangi peluang tungau parasite

tidak memungkinkan untuk perkembangbiakan
nyamgkAedes sp.

Menurunnya Derajat keasaman dilokasi pengambilan
peluang menemukan populasi larva Aedes sp. sampel berkisar antara 6.84-7.45. Hasil pen-

menemukan dan menginfeksinya.

menyebabkan menurunnya kemarnpuan gukuran pH pada setiap titik pengambilan sammenginfeksi larva sehingga dapat dipahami pel dalam penelitian ini masih dalam kisaran

apabilaprevalensitungauparasitsangatrendah. toleransi perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.

Syarifah (2007) mengemukakan bahwa keterse- yaitu 5-9. Hal tersebut sesuai dengan
diaan tempat perindukan nyamuk, selain tem- pernyataan 'Ilnmas et al. (2004) bahwa
peratur, ketinggian tempat pH air, curah hujan' perkembangan larva nyamuk Aedes sp.pada air
musim sangat mempengaruhi kemampuan kontainer bisa tetap $fflangsung sampai menmenginfeksi tungau parasit terhadap inangnya jadi nyamuk dewasa pada kisaran pH 4-10 dan
Menurut Sabatino et al. Q004) bahwa keting- optimum pada pH 7- Arrimoro (2010)
gian daeratr, suhu dan pH juga dapat menjadi meyatakan batrwa beberapa familia tungau

faktor yang lebih penting dalam prevalensi parasit seperti Hydryphantidae, Arrenuridaeo

tungau parasite. Hasil pengukuran temperatur Unionicolidae, Pionidae dan Hydrachnidae
tempat perindukan larva Aedes sp. berkisar 27" mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 24.6sampai 300 Cn pada ketinggian tempat fi.f9dengan kisaran pH 5.8-7.4.
penelitiarr antara 95 (desa Kemiri, kecamatan
Kebakkramat) hingga 320 m di atas permukaan 4. SIMPLJLAN' SARAN' DAI\
air laut (desa Bejen, kecamatan Karanganyar). REKOMEI\IDASI

Tempat perindukan dari seluruh tempat
penelitian berkisar 6,84 sampai
Berdasarkan data kondisi lingkungan

bagaimana telah dikemukakan diketahui

?,45.

sebatrwa
temperatur di ternpat penelitian sesuai untuk

Diperoleh 3 (tiga) familia tungau parasit larva nyamuk Aedes sp. yaitu Familia Pionidae, Hydryphantidae, dan Hydrachnidae.
Prevalensi tungau parasit tersebut pada larva

bio.unsoed.ac.id
I su- I su

K, ont emg or er S ains,

fing ftung an dan In ov as i

? emb e taj ar anny

e@


Bambang Heru Budianto. Prevalensi Tungou Parasil

Aedes sp. di kabupaten Karanganyar tergolong
sangat rendah yaitu hanya mencapai 0,10%.

Perlu dilakukan penelitian

prevalensi

tungau parasit pada larva Aedes sp. di musim
hujan yang dapat menjadi pelengkap hasil ini

dan

mendasari pengembangan biomassal

& Jumadi. (2015). Model Black Box untuk Identifikasi Tingkat Kerawanan Longsor Lahan
Landslide Susceptibility) di Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah- Univ*sity Research Colloquiarn.


Priyono, Kuswaji D., Aditya Saputr4

(

tungau parasit.

Proctor, Heather. (2006). Key to Aquatic Mites
Known from Alberta. Agriculture Canada

DAFTARPUSTAKA

Arrimoro, F.O. (2010). Mioohabitat preference, divemty and Ecology of Aquatic
Mites in a Municipal strearn in the Niger
DeltaJournal of Applied Biosciences 27,
pp.l687-1696.

Sabatino, A. D., A. Boggeri, F. P. Miccoli, & B.
Cicoloni. (2004). Diversity Distribution and
Ecology of Water Mites (Central Alps, Ita-


ly). Experimental and Aoplied Acarologt,
34,pp.199-210.

M. & D. R. Cook. (1991).

Baker, E.W. dan G.W. Wharton (1952). An In-

troduction Acarologt. New York: The
Macmillan Company.
Boyaci Y. O & M. Ozcan. (2005). A New Spe-

cies

of Hydryphantes C.L. Koch, l84l

Water

mites. /n Throp, J. H. and A. P., Covich.
(Eds). Freshwater Invertebrates from North

American. Pp.470492. USA: Academic
Press.

(2009).Seleksi Tungau Parasit Lokal Yang

& A. C. G. Heath. (2010). Parasitism of Mosquitoes (Diptera: Culicidae) by
Larva of Arrenuridae and Microtrombidiidae (Acari: Parasitongona) in the Wellington Region, New Zealand. New Zealond
Journal Zoologt, 33, pp.9- I 5.

Berpotensi Sebagai Agen Pengendali
Hayati Larva Aedes aegpti. Laporan

Syarifalr U. (2007). Analisis Beberapa Faktor

(Hydryphantidae, Hydrachnellae, Acari) for
the Turkish Fauna. Turkey Journal Zoologt

29,pp.3943.

Budianto,


B.H. dan E.A.

Setyowati,

Penelitian I'MIIERE. Purwokerto: Fakultas

Biologi, Un3oed.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
Q0l4). Rekapitulasi Penderita Demam
Berdarah Dengue

20 I 2-20 1 4.

dan N.A.

Glenn. (1982). Pmasitologi Biologi Psrasit Hewmt. Diter-

Elmer, R.N.


jemahkan Oleh Wardiarto dan N. Soeripto.
Gadj ah Mada University Pres s.Yogyakarta
(2009). Kemampuan
Panduningrunr,

T.

Menginfeksi Tungau Parasit pada Larva

Nymruk Aedes sp. Di

Kabupaten

Banyumas. Slcripsi (tidak dipublilcasikan),

Fakultas Biologi Univertitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.

Snell, A. E


yang Berhubungan dengan Keberadaan Jen-

tik di RW III

Keluratran Tlogosari Kulaon

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.Skripsi (tidak dipublikasikan). Semarang: Fakultas ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

M. C., J. F. Benjaminan4 & K. R.
Susanna (2004). Differences in the Effects
of salinity on Larval Growth and Developmental Programs of a Freshwater and a Eu-

Thomas,

ryhaline Mosquito Species (Insecta:

Dip

tera Culicidre). Joumal of Experimental
B i o I o st 207 .W.2289 -229 5 .
Tuvozky, V. P. (2008). A New Record of the
Water Mite Hydryphantes tenuipalpisT\on
(Acariformes: Hydryphantidae) for Russia.

Acarina 16.Pp.57-64.

bio.unsoed.ac.id
Seminar Sfasionaf?enfrfrfr.an dan SainteQ. zot6

Bambang Heru Budianto. Prevalensi Tungau Parasit

Wahyuningsih,

Sri. (2003). K{ian

Tempat

Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Dataf,an
Rendah dan Dataran tinggi Kabupaten Ka-

ranganyar. Tesis

(fidak

dipublikasikan).

Semarang: Program Pasca Sarjana UNDIP.

WHO. QAOQ. Prevention and Contol of Dengue and Dengue Haemorrhagic. Geneva,

Williams C.R. & H.C. Proctor. (2002).Parasitism of Mosquitoes (Diptera: Culicidae) by
Larval Mites (Acari: Parasitengona) in Ade-

laide, South Australia Australia Joarnal
Entomologt 41, pp.161 -l 63.

bio.unsoed.ac.id
I su- I su Kcntemp or er S atns, ting

Fung an" 6an Inov

as

i

"

em6 e taj a, onny

r@