Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010

(1)

GAMBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2008-2010

Oleh:

KEISHYA MAURIEZA 070100031

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2008-2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

KEISHYA MAURIEZA 070100031

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010

Nama : Keishya Maurieza Nim : 070100031

Pembimbing Penguji

(dr. Supriatmo, Sp.A (K)) (dr. Juliandi Harahap, M.A) NIP:140 256 793 NIP: 19700702 199802 1 001

(dr. Cut Aria Arina, Sp. S) NIP: 19781109 200312 1 001

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

DBD merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Di kota Medan sendiri penyakit DBD masih mempunyai Incidence Rate (IR) yang yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008-2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan antara bulan Mei-November 2010. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik pada tahun 2008-2010, yaitu sebanyak 88 anak (berumur 5-14 tahun) penderita demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik-Medan. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak, berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 penderita (44,3%) dan perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%). Berdasarkan gejala klinis yaitu, demam sebanyak 88 penderita (100%), mual sebanyak 14 penderita (15,9%), muntah sebanyak 62 penderita (70,5%), batuk sebanyak 12 penderita (13,6%), penurunan nafsu makan sebanyak 26 penderita (29,5%), nyeri telan sebanyak 12 penderita (13,6%), nyeri kepala sebanyak 25 penderita (28,4%), nyeri sendi sebanyak 17 penderita (19,3%), nyeri perut seabanyak 27 penderita (30,7%), nyeri ulu hati sebanyak 22 penderita (25,0%), mencret sebanyak 8 penderita (9,1%), manifestasi perdarahan sebanyak 49 penderita (55,7%), dan syok sebanyak 7 penderita (8,0%).

Sebagai antisipasi jumlah penderita DBD yang diperkirakan semakin meningkat, diharapkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan melakukan upaya untuk lebih memberdayakan masyarakat, menginformasikan cara penularan dan pencegahan penyakit DBD.


(5)

ABSTRACT

Dengue Hemmoraghic Fever is still a major problem of infectious disease in a various parts of the world. The incidence rate of DHF in the city of medan is also high. The aims of this study to know the descriptions of patients with DHFamong children in RSUP. H. Adam Malik Medan in the year 2008-2010. These type of the researchis a descriptive study. The study was conducted in RSUP. H. Adam Malik Medan between the months of May to November 2010. The source data of this research were secondary date taken from themedical recordsof 88 children with DHF and were admitted to RSUP. H. Adam Malik Medan in 2008-2010. The data were processed using SPSS.

The result of his study showedthat DHF patientsin children , by gender were 39 male patients (44,3%) and 49 woman patients (55,7%). Based of clinical symptomps, 88 patients had fever (100%), 14 patients had nausea (15,9%), 62 patients had a history of vomit (70,5%), 12 patients had cough (13,6%), 26 patients had decreased appetite (29,5%), 12 patients had odhinophagia (13,6%), 17 patients had joint pain (19,3%), 25 patients had headache (28,4%), 27 patients had abdominal pain (30,7%), 22 patients had heartburn (25,0%), 8 patients had diarrhea (9,1%), 49 patients had bleeding manifestations (55,7%), and 7 patients had shock (8,0%).

To anticipate the to be expected increase of the DHF patients, we hope that the Department of Health and Education Department of Medan make effors to further empower the community, inform the modes of transmission and prevention of DHF.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010”. Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada bapak dr. Supriatmo, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulisan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Erjan Fikri Sp.B Sp.BA(K) dan ibu dr. Cut Aria Arina, Sp.S selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan sumbangan dan saran.

3. Bapak dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH, selaku Dosen Penasehat Akademik.


(7)

4. Bapak dr. H. Djamaluddin Sambas, MARS dan para staf selaku direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah mengizinkan peneliti mengambil data sampai dengan selesai.

5. Ayahanda H. Abdul Karim, Ibunda Hj. Tjut Maulina dan Nenenda Hj. Cut Ansari tercinta atas doa, perhatian, dan semangat yang tiada henti demi keberhasilan saya. Adinda tersayang Karamina Maghfirah terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini.

6. Rekan – rekan satu kelompok pembimbing khususnya Nana, Nanda dan Afif terima kasih atas dukungan, saran dan kebersamaannya selama ini. 7. Teman – teman stambuk 2007 khususnya Vany, Yolan, Isti, Anggy, Indri,

Shanti, Joshua, Suhenda, Dede, Putri, Isra’, Zanurul dan Faiz yang telah banyak memberi dukungan kepada saya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, terima kasih atas dukungannya dan kebersamaannya selama ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat brmanfaat bagi kita semua.

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN………..………...…….…. i

ABSTRAK ……….……...…….... ii

ABSTRACT ……….…….. iii

KATA PENGANTAR ………..……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………...………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ………...……… 1

1.1. Latar Belakang ………..… 1

1.2. Rumusan Masalah ……….……… 3

1.3. Tujuan Penelitian ………....………..…… 3

1.3.1. Tujuan Umum ………...……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus ……… ...……… 3

1.4. Manfaat Penelitian ……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...………… 5

2.1. Demam Berdarah ……….…..… 5

2.1.1. Defenisi ………...…… 5


(9)

2.1.2.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut WHO ….…… 5

2.1.2.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat …….. 6

2.1.2.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu ...…… 6

2.1.2.4. Pola Epidemiologis Penyakit DBD …...……..… 7

2.1.3. Etiologi ………...………... 7

2.1.4. Vektor Penular ………..……… 8

2.1.5. Patogenesis ………..………. 8

2.1.6. Manifestasi Klinis ……….. 9

2.1.6.1. Sprektrum Klinis ………..……… 9

2.1.6.2. Gambaran Penderita 2.1.7. Diagnosis ……….………... 10

2.2. Penularan Virus Dengue ……… 13

2.2.1. Mekanisme Penularan ……… 13

2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD ……… 14

2.3. Nyamuk Penular DBD ………..……. 15

2.3.1. Morfologi dan Lingkaran Hidup ……….…….. 15

2.3.2. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypty ……….…….. 18

2.3.3. Kebiasaan Nyamuk Dewasa ……….. 19

2.4. Pengobatan Penderita DBD ……….… 19

2.5. Pencegahan DBD ………...… 20

2.6. Status Gizi………...…. 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL………... 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….. 25

3.2. Defenisi Operasional ……….. 25

BAB 4 METODE PENELITIAN………..….. 27


(10)

4.1. Jenis Penelitian ……….…….…. 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…. 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….…. 27

4.4. Teknik Pengumpulan Data ……….… 27

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ……….…… 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ……… 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….……… 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ………...…… 30

5.2. Pembahasan ……….… 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 41

6.2. Saran ……….. 42

DAFTAR PUSTAKA ………..… 43 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Baku antopometri menurut standar WHO_NCHS ………. 24 Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, waktu penyebaran penyakit


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 ... Tabel master

Lampiran 3 ... Tabel Statistik Lampiran 4 ... Tabel CDC Lampiran 5 ... Ethical Clearence Lampiran 6 ... Surat Penelitian


(13)

ABSTRAK

DBD merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Di kota Medan sendiri penyakit DBD masih mempunyai Incidence Rate (IR) yang yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008-2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan antara bulan Mei-November 2010. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik pada tahun 2008-2010, yaitu sebanyak 88 anak (berumur 5-14 tahun) penderita demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik-Medan. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak, berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 penderita (44,3%) dan perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%). Berdasarkan gejala klinis yaitu, demam sebanyak 88 penderita (100%), mual sebanyak 14 penderita (15,9%), muntah sebanyak 62 penderita (70,5%), batuk sebanyak 12 penderita (13,6%), penurunan nafsu makan sebanyak 26 penderita (29,5%), nyeri telan sebanyak 12 penderita (13,6%), nyeri kepala sebanyak 25 penderita (28,4%), nyeri sendi sebanyak 17 penderita (19,3%), nyeri perut seabanyak 27 penderita (30,7%), nyeri ulu hati sebanyak 22 penderita (25,0%), mencret sebanyak 8 penderita (9,1%), manifestasi perdarahan sebanyak 49 penderita (55,7%), dan syok sebanyak 7 penderita (8,0%).

Sebagai antisipasi jumlah penderita DBD yang diperkirakan semakin meningkat, diharapkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan melakukan upaya untuk lebih memberdayakan masyarakat, menginformasikan cara penularan dan pencegahan penyakit DBD.


(14)

ABSTRACT

Dengue Hemmoraghic Fever is still a major problem of infectious disease in a various parts of the world. The incidence rate of DHF in the city of medan is also high. The aims of this study to know the descriptions of patients with DHFamong children in RSUP. H. Adam Malik Medan in the year 2008-2010. These type of the researchis a descriptive study. The study was conducted in RSUP. H. Adam Malik Medan between the months of May to November 2010. The source data of this research were secondary date taken from themedical recordsof 88 children with DHF and were admitted to RSUP. H. Adam Malik Medan in 2008-2010. The data were processed using SPSS.

The result of his study showedthat DHF patientsin children , by gender were 39 male patients (44,3%) and 49 woman patients (55,7%). Based of clinical symptomps, 88 patients had fever (100%), 14 patients had nausea (15,9%), 62 patients had a history of vomit (70,5%), 12 patients had cough (13,6%), 26 patients had decreased appetite (29,5%), 12 patients had odhinophagia (13,6%), 17 patients had joint pain (19,3%), 25 patients had headache (28,4%), 27 patients had abdominal pain (30,7%), 22 patients had heartburn (25,0%), 8 patients had diarrhea (9,1%), 49 patients had bleeding manifestations (55,7%), and 7 patients had shock (8,0%).

To anticipate the to be expected increase of the DHF patients, we hope that the Department of Health and Education Department of Medan make effors to further empower the community, inform the modes of transmission and prevention of DHF.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak serta sering kali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. (Muchlastriningsih, 2004)

Wabah dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus dengue melalui transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis tentang dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun 1780. Kebanyakan wabah ini secara klinis adalah demam dengue walaupun ada beberapa kasus berbentuk haemorrhargia. Penyakit DBD di Asia Tenggara ditemukan pertama kali di Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958 (Soegijanto, 2006)

Penyakit DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1972. Kasus pertama di Jakarta dilaporkan tahun 1968, diikuti laporan dari Bandung (1972) dan Yogyakarta (1972). (Soedarmo, 2002). Sejak itu penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah di seluruh pelosok tanah air, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Sejak pertama kali ditemukan jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB terbesar terjadi pada tahun 1998, pada tahun 1999 Incidence Rate (IR) menurun tajam, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat. Sejak Januari sampai


(16)

dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015 orang, (Depkes RI, 2004).

Upaya penanggulangan DBD di Indonesia dilakukan sejak tahun 1968, dan diprogramkan secara teratur sejak tahun 1974, namun upaya pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD belum berhasil menekan angka kesakitan, sehingga penyakit ini masih sering terjadi dan menimbulkan KLB diberbagai daerah. (WHO; Dep-Kes RI, 2000)

Propinsi Sumatera Utara termasuk salah satu wilayah endemis penyakit DBD, selama kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) jumlah kasus yang berfluktuasi namun cenderung meningkat, oleh karena itu penyakit DBD harus diwaspadai dan dipantau terus-menerus. (Din-Kes Prop. S.U., 2008)

Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan KLB wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Daerah Endemis DBD

Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Kabupaten Karo.

b. Daerah Sporadis DBD

Kota Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir.

c. Daerah Potensial/Bebas DBD Kabupaten Nias dan Nias Selatan. (Din-Kes Prop S.U., 2008)

Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi 3 kali KLB DBD di 3 Kota yaitu Tanjung Balai (179 penderita, 5 orang meninggal), Tebing Tinggi (62 penderita, 2 orang meninggal) dan Pematang Siantar (28 penderita, 1 orang meninggal). Total


(17)

jumlah penderita sebanyak 269 orang dan 8 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2008, jumlah penduduk yang terserang DBD di Sumatera Utara sebanyak 4.401 orang dan yang meninggal sebanyak 50 orang. Dibandingkan dengan tahun 2007, angka kesakitan (IR) tidak menunjukkan penurunan yang signifikan sebaliknya angka kematian (CFR) mengalami peningkatan yaitu 0,83% menjadi 1,13%. (Din-Kes Prop S.U., 2008)

Dengan demikian DBD menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian, hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran penderita DBD pada anak di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008-2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan suatu penelitian tentang gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik tahun 2008-2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui distribusi proporsi, penderita demam berdarah dengue pada anak berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan status gizi di RSUP. H. Adam Malik tahun 2008-2010.

2. Untuk mengetahui musim penularan demam berdarah dengue pada anak berdasarkan waktu (bulan dan tahun) pada tahun 2008-2010.


(18)

3. Untuk mengetahui kota daerah tempat tinggal pada penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2008-2010.

4. Untuk mengetahui gejala klinis yang timbul pada penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2008-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan demam berdarah dengue pada anak khususnya di wilayah kota Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan setempat khususnya pengelola program dalam rangka usaha pemberantasan demam berdarah dengue.

3. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Definisi

Demam dengue adalah penyakit swasirna, akut, dan klasik (biasanya berlangsung 5 hingga 7 hari), yang ditandai dengan demam, lesu, nyeri kepala, mialgia, ruam, limfadenopati, dan leukopenia, yang disebabkan oleh empat jenis virus dengue yang secara antigen berbeda. (Dorland, 2006)

Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu sindrom yang mengenai terutama anak-anak di Asia Tenggara, dibedakan dari dengue klasik dengan manifestasi perdarahan seperti trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta disebabkan keempat virus dengue yang sama. (Dorland, 2006)

2.1.2. Epidemiologi

2.1.2.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Umur

Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam terbanyak ialah anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. (Hadinegoro, 2004)

Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun (kelompok umur sekolah). Tetapi pada tahun 1998 dan 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44


(20)

tahun meningkat. Keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa. (Soegijanto, 2006)

2.1.2.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat-tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Aedes aegypty tidak sempurna. (Soegijanto, 2006)

Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit meningkat pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi Indonesia dan 200 kota telah melaporkan adanya kerja luar biasanya. Insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100.000 penduduk. (Dep-Kes RI; Dirjen P2M/PL, 2005)

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya.tipe virus yang bersikulasi sepanjang tahun. (WHO; Dep-Kes RI, 2000)

2.1.2.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembapan udara. Pada suhu yang panas (28-32°C) dengan kelembapan yang tinggi, nyamuk Aedes aegypty akan tetap bertahan hidup dalam jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembapan tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus


(21)

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. (WHO, Dep-Kes RI 2000; WH0, 1997)

2.1.2.4. Pola Epidemiologis Penyakit DBD a. Interaksi Virus-Penjamu

Untuk memahami berbagai situasi yang muncul, penting untuk mengenali beberapa aspek interaksi virus-penjamu.

Aspek-aspek tersebut meliputi :

i. Infeksi dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak.

ii. Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala, akan tetapi beberapa strain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat.

iii. Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin menimbulkan perdarahan gastrointestinal dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

(WHO, Dep-Kes RI, 2000) 2.1.3. Etiologi

DBD disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sering dikenal sebagai genus Flavivirus dari keluarga Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu; DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi yang terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. (Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen P2M/PL, 2001)


(22)

Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di erbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. (Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen P2M/PL, 2001)

2.1.4. Vektor Penular

Infeksi virus dengue hanya dapat ditularkan oleh Aedes aegypty atau Aedes

albopictus, sebagai vektornya. Ketika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi

virus dengue, maka virus tersebut akan terbawa oleh nyamuk. Kemudian apabila nyamuk tersebut menggigit orang yang sehat, maka virus yang terbawa oleh nyamuk akan menginfeksi orang yang sehat. (Suroso, 2004)

2.1.5. Patogenesis

Patogenesis belum dimengerti secara sempurna, penelitian epidemiologi memberi kesan bahwa biasanya disertai dengan infeksi dengue tipe 2, 3 dan 4 sekunder. Ada bukti bahwa antibodi non-netralisasi menaikkan infeksi seluler dan memperbesar keparahan penyakit. Virus dengue memperagakan pertumbuhan yang diperbesar pada biakan fagosit mononuklear manusia yang dipersiapkan dari donor imun dengue atau dalam biakan yang ditambahkan dengan antibodi dengue non-netralisasi. Kera yang terinfeksi berikutnya atau mendapat sejumlah kecil antibodi penguat menderita viremia yang diperkuat. Penelitian retrospektif serum dari ibu manusia yang bayinya mendapat demam berdarah dengue atau penelitian prospektif pada anak yang mendapat infeksi dengue berikutnya telah menunjukkan bahwa sirkulasi antibodi yang memperkuat infeksi pada saat infeksi merupakan faktor resiko terkuat untuk perkembangan penyakit berat. Bahkan kadar rendah netralisasi , apakah dari infeksi homotip sebelumnya pada ibu atau infeksi herotip pada anak melindungi bayi atau anak dari demam berdarah


(23)

dengue. Pada awal stadium akut infeksi dengue sekunder, ada aktivasi cepat sistem komplemen. Selama syok kadar Clq, C3, C4, C5-C8 darah, dan proaktivator C3 mengalami depresi, dan kecepatan katabolik C3 naik. Koagulasi darah dan sistem fibrinolitik diaktifkan, dan kadar faktor XII (faktor Hageman) depresi. Tidak ada mediator spesifik permeabilitas vaskuler pada demam berdarah dengue yang telah diidentifikasi. Koagulasi intra vaskuler tersebar ringan, cedera hati dan trombositopenia dapat menimbulkan perdarahan secara sinergis. Cedera kapiler memungkinkan cairan, elektrolit, protein, dan pada beberapa keadaan, sel darah merah bocor kedalam ruang ekstravaskuler. Penyebaran internal kembali cairan ini, bersama dengan defisit yang disebabkan oleh puasa, kehausan, dan muntah, menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemia, kerja jantung bertambah, hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan hiponatremia. (Nelson, 2000)

2.1.6. Manifestasi Klinis 2.1.6.1. Sprektrum Klinis

Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau bersifat asimptomatik atau mengakibatkan demam biasa (sindrom virus), demam dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Infeksi pada salah satu serotipe virus dengue memberikan imunitas seumur hidup khusus untuk serotipe tersebut, tetapi tidak ada perlindungan silang terhadap serotipe yang lain. Penampilan klinis bergantung pada usia, status imun penjamu dan strain virus. (Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)

4.1.6.2. Gambaran Penderita

Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi demam dengue. Perjalanannya khas pada anak yang sangat sakit. Fase pertama yang relative ringan dengan demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala, anoreksia dan batuk disertai sesudah 2-5 hari oleh deteriorasi klinis cepat dan kollaps. Fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,


(24)

lembab, badan panas, muka merah, muka merah, keringat banyak, gelisah, irritable, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petikie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopapular mungkin muncul, dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi. (Nelson, 2000)

Sesudah 24-36 jam masa krisis, konvalense cukup cepat pada anak yang sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardia dan ekstrasistol ventrikel lazim selama konvalesen. Jarang, ada cedera otak sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang-kadang arena perdarahan intrakranial. Strain virus dengue 3 yang bersikulasi di daerah utama Asia Tenggara sejak tahun 1983 disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang ditandai oleh ensefalopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang-kadang ikterus. (Nelson, 2000)

Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi dengue sekunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi atau penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas. (Nelson, 2000)

2.1.7. Diagnosis

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria-kriteria klinis dan laboratoris.


(25)

a. Kriteria Klinis

i. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

ii. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan ; uji tourniquet positif, petekia, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena.

iii. Pembesaran hati

iv. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

(Hadinegoro, 2004)

b. Kriteria Laboratoris

i. Trombositopenia (100.000/µl atau kurang)

ii. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 % atau lebih besar melebihi nilai hematokrit penyembuhan, trombositopenia, leukositosis ringan (jarang melebihi 10.000/mm ), waktu perdarahan memanjang, dan kadar protrombin menurun sedang (jarang kurang dari 40% control) .

iii. Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik.

iv. Kelainan lain adalah kelainan sedang kadar sedang kadar transaminase serum, konsumsi komplemen, asidosis metabolik ringan dengan hiponatremia, dan kadang-kadang hipokloremia, sedikit kenaikan urea nitrogen serum, dan hipoalbuminemia.

v. Roentgenogram dada menunjukkan efusi pleura pada hampir semua penderita.


(26)

c. Derajat penyakit

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat. i. Derajat I

Demam diseratai gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.

ii. Derajat II

Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lain. iii. Derajat III

Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut yang lemah dan cepat, penurunan tekananan denyut (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, disertai dengan kulit lembab, dan dingin serta gelisah

iv. Derajat IV

Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut yang tidak terdeteksi.

(WHO, 1997) Diagnosis Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk memastikan diagnosis infeksi dengue, mencakup :

a. Pengumpulan Spesimen

Salah satu aspek yang esensial untuk diagnosa laboratorium adalah pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan pengantaran spesimen. (WHO, Dep-Kes RI, 2000)

b. Isolasi Virus

Isolasi sebagian besar strain virus dengue dari spesimen klinis dapat dilakukan pada sebagian besar kasus asalkan sampel diambil dalam beberapa hari pertama dan langsung diproses tanpa penundaan. Spesimen yang mungkin sesuai untuk isolasi virus dianataranya serum fase akut dari pasien, autopsi


(27)

jaringan dari kasus fatal, terutama dari hati, limpa, nodus limfe. (Suroso, 2004)

c. Uji Serologis

Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaan serologi untuk penderita DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada pemeriksaan serologi penderita DBD dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya misalnya ELISA, uji komplemen fikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. (Muchlastriningsih, 2004)

2.2. Penularan Virus Dengue 2.2.1. Mekanisme Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara yaitu nyamuk Aedes aegypty. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty, yang mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. (Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001)

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk disepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypty yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosisa), agar darah yang


(28)

diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. (Sumarmo, 1998)

Untuk mengetahui mekanisme penularan dengue endemik di Sumatera dilakukan serangkaian percobaan di Medan dan Amsterdam oleh Snijders dkk. (1991). Penyelidikan tersebut dilakukan dengan cara menginfeksi nyamuk Aedes

aegypty dan Aedes albopictus betina dengan virus dengue yang berasal dari

penderita demam dengue di Medan, kemudian nyamuk infektif itu diangkut ke Amsterdam (daerah bebas Aedes aegypty dan Aedes albopictus di alam dan tidak terdapat penderita dengue), akhirnya para sukarelawan ditulari oleh nyamuk itu, semuanya dengan hasil positif. Dari hasil penyelidikan itu mereka menyimpulkan bahwa : dengue endemik di Sumatera dapat ditularkan oleh Aedes agypty dan

Aedes albopictus. Terdapat kemungkinan untuk membawa Aedes yang infektif ke

tempat-tempat yang sangat jauh (Sumatera – Amsterdam) tanpa mengurangi daya infektivitasnya. (Sumarmo, 1998)

2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah:

a. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar yaitu:

i. Sekolah

Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.

ii. Puskesmas / Rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.

Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya penderita DBD, demam dengue (DD) atau carrier virus dengue.


(29)

b. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop, dan tempat-tempat ibadah.

c. Wilayah rawan DBD (endemis) d. Pemukiman baru pinggir kota

Pada daerah ini penduduk nya berasal dari berbagai wilayah yang kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carrier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. ( Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)

2.3. Nyamuk Penular DBD

2.3.1. Morfologi dan Lingkaran Hidup A. Morfologi

Nyamuk Aedes aegypty mempunyai morfologi sebagai berikut : i. Telur

Setiap kali bertelur, nyamuk betina Aedes aegypty dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir, dengan ukuran 0,5-0,8 mm, berbentuk elips atau oval memanjang, berwarna hitam, permukaan poligonal yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Telur ini ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan, dan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah terendam air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan 15% laiinya jatuh kepermukaan. (Soegijanto, 2006)

ii. Jentik (larva)

Larva nyamuk Aedes aegypty tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali


(30)

pergantian kulit. Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut yaitu :

a. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.

b. Instar II : berukuran 2,5-3,9 mm, duri-duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.

c. Instar III: berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.

d. Instar IV: berukuran paling besar 5 mm, telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen).

Jenis Aedes aegypty akan selalu bergerak aktif dalam air, gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun, kembali kebawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang / berubah menjadi kepompong. (Soegijanto, 2006)

iii. Pupa (kepompong)

Kepompong atau pupa seperti “koma”, bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva atau jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain, gerakan lamban, sering berada di permukaan air, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa. (Soegijanto, 2006)

iv.Nyamuk Dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan


(31)

bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemuka n di tempat-tempat umum, dan mampu terbang sampai 100 meter. Nyamuk betina aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga/ tumbuhan yang mengandung gula. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1 bulan . Dada nyamuk ini tersusun atas 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. (Soegijanto, 2006)

B. Lingkaran Hidup

Nyamuk Aedes Aegypty mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari telur-jentik-kepompong sampai menjadi nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada container berair yang berwarna gelap, terbuka dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindung dari sinar matahari. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1 bulan. (Dep-Kes RI, 2005)

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang nyamuk betina biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh. (Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)


(32)

C. Variasi Musiman

Pada musim hujan tempat perkembangbiakan Aedes aegypty yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakannya Aedes Aegypty

meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue. (Dep-Kes RI,Dirjen P2M/PL, 2005)

2.3.2. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypty

Tempat perkembang biakan utama nyamuk Aedes aegypty ialah pada tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.

Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypty dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, seperti : tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.

b. Bukan tempat penampungan air (non-TPA) yaitu tempat yang biasa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti: tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng,botol, ban, pecahan gelas, dan lain-lain), vas bunga, perangkap semut, penampungan air dispenser, dan lain-lain.

c. Tempat penampungan air alami, seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kult kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lain. (Dep-Kes RI, 2005)


(33)

2.3.3. Kebiasaan Nyamuk Dewasa

Biasanya nyamuk betina Aedes aegypty mencari mangsa pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas pada pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypty mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. (Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)

2.4. Pengobatan Penderita DBD

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

a. Pelaksanaan DBD tanpa komplikasi i. Istirahat total di tempat tidur.

ii. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam / oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena harus diberikan.

iii. Berikan makanan lunak.

iv. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan.

v. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

b. Penatalaksanaan pada pasien syok.

i. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.


(34)

ii. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya 24 jam.

- Nilai normal Hemoglobin :

Anak-anak : 11,5 -12,5 gr/100 ml darah Laki-laki Dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah Wanita Dewasa : 12 -14 gr/100 ml darah

- Nilai normal Hematokrit :

Anak-anak : 33 - 38 vol % Laki-laki Dewasa : 40 - 48 vol % Wanita Dewasa : 37 – 43 vol %

iii. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.

(Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001;WHO,1997; Hadinegoro, 2004)

2.5. Pencegahan DBD

Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu : A.Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap virus DBD pengendalian vektor adalah satu-satunya upaya yang diandalkan dalam mencegah DBD. Secara garis besar ada 4 cara pengendalian vektor yaitu :

1. Pengendalian Cara Kimiawi

Pada pengendalian kimiawi digunakan insektisida yang ditujukan pada nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan organoklorin, organopospor, karbamat, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray)


(35)

terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypty yaitu dari golongan organopospor (Temephos) dalam bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi.

2. Pengendalian Hayati / Biologik

Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata. Sebagai pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogen, parasit, dan pemangsa.

Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia afffinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa etnis golongan cacing nematoda seperti Romanomarmis inyegari dan Romanomarmis culiforax merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk.

3. Pengendalian Radiasi

Pengendalian cara radiasi memakai bahan radioaktif dengan dosis tertentu sehingga nyamuk jantan menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi dilepaskan ke alam bebas. Meskipun nanti nyamuk jantan akan berkopulasi dengan nyamuk betina, tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertil.

4. Pengendalian Lingkungan.

Pengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu dengan memasang kawat kasa pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari menggantung pakaian di kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari. Pencegahan yang paling


(36)

tepat dan efektif. Aman untuk jangka panjang adalah dilakukan dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M yaitu :

i. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan.

ii. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.

iii.Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang kesemuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypty.

(Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001)

B. Pencegahan Sekunder

i. Melakukan diagnosa sedini mungkin dan memberikan pengobatan yang tepat bagi penderita DBD.

ii. Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang menemukan penderita / tersangka penderita DBD segera melaporkan ke puskesmas dan dinas kesehatan dalam waktu 3 jam.

iii. Penyelidikan epidemiologi dilakukan petugas puskesmas untuk pencarian penderita panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang atau lebih, pemeriksaan jentik, dan juga dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut sehingga perlu dilakukan fogging fokus dengan radius 200 meter dari rumah penderita, disertai penyuluhan.

(Hadinegoro, 2004)

C. Pencegahan Tertier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat penyakit DBD dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan :


(37)

a. Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita DBD di setiap unit pelayanan kesehatan terutama di puskesmas agar penderita / penderita tersangka dapat penanganan yang lebih baik. b. Transfusi darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan malena diindikasikan untuk mendapatkan tranfusi darah secepatnya.

c. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan seperti :

i. Endemis

Kegiatan yang dilakukan adalah fogging Sebelum Musim Penularan (SMP), abatesasi selektif, dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

ii. Sporadis

Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M. Penyuluhan tetap dilakukan.

iii. Potensial

Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.

iv. Bebas

Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.


(38)

2.6. Status Gizi

2.6.1. Defenisi Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang akibat ketidak seimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. (Sunarti, 2004)

Untuk melihat status gizi seseorang atau masyarakat digunakan Daftar Tabel Antopometri. Saat ini dikenal dua baku antopometri melihat status gizi, yaitu baku Harvard dan baku WHO-NCHS (World Health Organization National Center for Health and Statistics) . salah satu saran yang dianjurkan pada semiloka Antopometri Ciloto pada Februari 1991 adalah penggunaan secara seragam di Indonesia baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. (Supariasa, 2002)

Tabel 2.1. Baku Antopometri menurut Standar WHO-NCHS

Indikator Status Gizi Keterangan

Berat badan menurut umur (BB/U)

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk

> 2 SD

- 2 SD sampai + 2 SD < - 2 SD

< - 3 SD Tinggi badan menurut

umur (TB/U)

Normal Pendek

< - 2 SD sampai + 2 SD < - 2 SD

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Gemuk Normal Kurus Kurus sekali

> 2 SD

- 2 SD sampai + 2 SD < - 2 SD < - 3 SD


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita DBD adalah anak-anak yang dinyatakan sakit dan didiagnosa menderita DBD yang tercatat pada laporan rekam medik di RSUP. H. Adam Malik Medan

3.2.2. Gambaran Penderita DBD adalah keadaan yang tampak pada penderita DBD anak.

3.2.3. Umur adalah usia penderita saat menderita DBD yang tercatat di laporan. Menurut WHO dikatakan anak yaitu antara usia 5 tahun sampai 14 tahun.

Umur

Jenis Kelamin

Waktu (bulan, tahun)

Kota (daerah tempat tinggal) Gejala Klinis

Status Gizi Gambaran

Penderita DBD pada Anak


(40)

3.2.4. Jenis Kelamin adalah :

Jenis kelamin penderita DBD dibedakan atas : 1. Laki-laki

2. Perempuan

3.2.5. Waktu adalah periode terjadinya penyakit DBD berdasarkan bulan dan tahun mulai dari tahun 2008-2010.

3.2.6. Kota adalah daerah tempat tinggal penderita DBD.

3.2.7. Gejala klinis adalah kelainan yang timbul pada penderita saat terserang DBD.

3.2.8. Status gizi anak adalah keadaan gizi anak pada saat terserang DBD atau saat dirawat di rumah sakit.

Dikategorikan menjadi: - Gizi Lebih : > 2 SD

- Gizi Baik : - 2 SD sampai + 2 SD - Gizi Kurang : < - 2 SD


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

- Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan.

- Waktu penelitian dilakukan antara bulan Mei sampai dengan bulan November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak penderita DBD yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan dari tahun 2008-2010.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien anak yang di diagnosa DBD di RSUP. H. Adam Malik Medan dari tahun 2008-2010.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari rekam medik pada RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2008-2010.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa secara deskriptif dengan bantuan komputer program SPSS. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan


(42)

menggunakan bantuan SPSS dan kemudian di analisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah meiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki 1.995 orang tenaga yang terdiri 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedic perawatan, 298 orang paramedic non perawatan dan 263 tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brgade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi,farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah). Bagian rekam medik terletak di lantai dasar tepat di belakang poliklinik Obstetri Ginekologi.


(44)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Agustus 2008 sampai Juli 2010 sebanyak 135 sampel pasien demam berdarah dengue anak yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik.. Namun data yang didapatkan dibagian rekam medik hanya 88 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medis pasien anak yang berusia 5 tahun sampai dengan 14 tahun yang dirawat akibat menderita demam berdarah dengue di RSUP H. Adam Malik-Medan. Data yang diambil berdasarkan umur, jenis kelamin, waktu penyebaran, kota tempat tinggal, gejala klinis dan status gizi.

Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, waktu penyebaran penyakit, kota tempat tinggal, gejala klinis dan status gizi.

Variabel n (%)

Umur

5 tahun 9 (10,2)

6 tahun 8 (9,1)

7 tahun 11 (12,5)

8 tahun 7 (8,0)

9 tahun 14 (15,9)

10 tahun 5 (5,7)

11 tahun 9 (10,2)

12 tahun 9 (10,2)

13 tahun 6 (6,8)

14 tahun 10 (11,4)

Total 88 (100)

Jenis kelamin


(45)

Perempuan 49 (55,7)

Total 88 (100)

Waktu Penyebaran Penyakit

Januari 12 (13,6)

Febuari 9 (10,2)

Maret 11 (12,5)

April 3 (3,4)

Mei 7 (8,0)

Juni 6 (6,8)

Juli 7 (7,95)

Agustus 6 (6,8)

September 8 (9,1)

Oktober 10 (11,4)

November 3 (3,4)

Desember 6 (6,8)

Total 88 (100)

Domisili atau daerah tempat tinggal

Medan 55 (62,5)

Deli Serdang 13 (14,8)

Karo 4 (4,5)

Padang Lawas Utara 3 (3,4)

Serdang 3 (3,4)

Dairi 2 (2,3)

Labuhan Batu 2 (2,3)


(46)

Pematang Siantar 1 (1,1) Kuantan Singingi 1 (1,1)

Tapanuli Utara 1 (1,1)

Tebing Tinggi 1 (1,1)

Total 88 (100)

Gejala klinis

Demam 88 (100)

Muntah 62 (70,5)

Manifestasi perdarahan 49 (55,7)

Nyeri perut 27 (30,7)

Nafsu makan menurun 26 (29,5)

Nyeri kepala 25 (28,4)

Nyeri ulu hati 22 (25,0)

Nyeri sendi 17 (19,3)

Mual 14 (15,9)

Nyeri telan 12 (13,6)

Batuk 12 (13,6)

Mencret 8 (9,1)

Syok 7 (8,0)

Status Gizi

Gizi Lebih 5 (5,7)

Gizi Baik 49 (55,7)

Gizi Kurang 12 (13,6)

Gizi Buruk 22 (25,0)


(47)

Dari tabel 5.1., diperoleh data penderita demam berdarah dengue paling banyak dijumpai pada anak umur 9 tahun sebanyak 14 penderita (15,9%), yang paling sedikit di jumpai pada umur 10 tahun sebanyak 5 penderita (5,7%). Usia yang paling muda adalah 4 tahun dan yang paling tua adalah 14 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 49 (55,7%) dan laki-laki sebanyak 39 (44,3%).

Berdasarkan musim penularan sampel penelitian demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah pada bulan Januari yaitu sebanyak 12 penderita (13,6%).

Berdasarkan kota atau daerah tempat tinggal pada penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah di Medan dengan jumlah 55 penderita (62,5%).

Berdasarkan gejala klinis pada penderita demam berdarah dengue pada anak didapatkan demam 88 penderita (100%), muntah 62 penderita (70,5%), manifestasi perdarahan 49 penderita (55,7%), nyeri perut 27 penderita (30,7%), penurunan nafsu makan 26 penderita (29,5%), nyeri kepala 25 penderita (28,4%), mual 14 penderita (15,9%), nyeri ulu hati 22 penderita (25,0%), nyeri sendi 17 penderita (19,3%), nyeri telan 12 penderita (13,6%), batuk 12 penderita (13,6%), mencret 8 penderita (9,1%), dan syok 7 penderita (8,0%).

Berdasarkan status gizi pada penderita demam berdarah dengue pada anak didapatkan 5 penderita (5,7%) dengan gizi lebih, 49 penderita (55,7%) dengan gizi baik, 12 penderita (13,6%) dengan gizi buruk dan 22 penderita (25,0%) dengan gizi buruk.


(48)

5.2. Pembahasan

Demam berdarah dengue (Dengue hemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh 4 (empat) serotype virus dengue dan secara klinis ditandai dengan adanya manifestasi perdarahan dan dapat berkembang menjadi ranjatan (Dengue Shock System) yang berakibat fatal. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang secara endemis berada di Indonesia dan telah menimbulkan persoalan kesehatan masyarakat. Infeksi virus DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini banyak menimbulkan masalah khususnya di daerah perkotaan.

Dari hasil penelitian didapati mayoritas penderita demam berdarah dengue paling banyak dijumpai pada anak umur 9 tahun sebanyak 14 penderita (15,9%).. Selama awal epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus dilaporkan dibawah umur 15 tahun. Kelompok resiko tertinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun. (Soegianto, 2006)

Berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%). Hasil ini sejalan berdasarkan data kasus DBD yang dikumpulkan di Ditjen P2M & PLP dari tahun 1968 –1984 menujukkan bahwa 90% kasus DBD terdiri dari anak berusia kurang dari 15 tahun. Rasio perempuan dan laki-laki adalah 1,34 : 1. (Anton sitio, 2009)

Berdasarkan musim penularan sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah pada bulan Januari yaitu sebanyak 12 penderita (13,6%). Hal ini sesuai dengan data-data penderita klinis DBD/DSS 1975 – 1981 yang dilaporkan di Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor penyakit meningkat populasinya dengan bertambahnya sarang-sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada musim kemarau Aedes


(49)

Berdasarkan kota atau daerah tempat tinggal sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak pada daerah Medan yaitu sebanyak 55 penderita (62,5 %). Hal ini sesuai karena daerah yang terjangkit demam berdarah pada umumnya adalah kota/wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau wilayah yang padat penduduk rumah-rumahnya saling bedekatan, sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah mengingat jarak terbang Aedes aegypti yang terbatas ( 50 – 100 m). Di Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975 penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang padat penduduknya dan mobilitas tinggi.

Berdasarkan gejala klinis pada penderita demam berdarah dengue pada anak didapatkan demam 88 penderita (100%), muntah 62 penderita (70,5%), manifestasi perdarahan 49 penderita (55,7%), nyeri perut 27 penderita (30,7%), penurunan nafsu makan 26 penderita (29,5%), nyeri kepala 25 penderita (28,4%), mual 14 penderita (15,9%), nyeri ulu hati 22 penderita (25,0%), nyeri sendi 17 penderita (19,3%), nyeri telan 12 penderita (13,6%), batuk 12 penderita (13,6%), mencret 8 penderita (9,1%), dan syok 7 penderita (8,0%).

Demam pada penyakit demam berdarah ini secara mendadak dan berkisar antara 38,5°C- 40°C. Pada anak-anak terjadi peningkatan suhu yang mendadak. Pagi hari anak masih dapat sekolah dan bermain, mendadak sore harinya mengeluh demam sangat tinggi. Demam akan terus menerus baik pada pagi maupun malam hari dan hanya menurun sebentar setelah diberikan obat penurun panas. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa pada saat gejala awal seringkali tidak begitu dihiraukan oleh karena demam datang dengan tiba-tiba. Mereka tetap melakukan kegiatan seperti biasanya dan baru merasakan sakit bila timbul gejala berikutnya.

Disamping demam tinggi dan mendadak penderita demam berdarah dengue akan mengeluh atau terlihat lesu dan lemah. Seluruh badan lemah seolah tidak ada kekuatan, pada anak yang masih kecil tidak dapat mengeluh tetapi anak yang biasanya aktif kali ini tidak mau bermain lagi dan lebih senang diam duduk atau


(50)

tiduran. Badan akan makin bertambah lemah oleh karena nafsu makan menghilang sama sekali baik minum maupun makan, rasa mual dan rasa tidak enak di perut dan didaerah ulu hati menyebabkan semua makanan dan minuman yang dimakan keluar lagi. Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu hati akan makin bertambah bila penderita minum obat penurun panas yang dapat merangsang lambung. Pada anak kecil dapat disertai mencret 3-5 kali sehari, cair, tanpa lendir. Demam berdarah dengue sebagai penyakit virus sering menyebabkan muka dan badan anak kemerahan seperti “udang rebus” (flushing) dan bila dipegang badan sangat panas.

Nyeri perut merupakan gejala yang penting pada demam berdarah dengue. Gejala ini tampak jelas pada anak besar atau dewasa oleh karena mereka telah dapat merasakan. Nyeri perut dapat dirasakan di daerah ulu hati dan daerah di bawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri perut di bawah lengkung iga sebelah kanan lebih mengarah pada penyakit demam berdarah dengue dibandingkan nyeri perut pada ulu hati. Penyebab dari nyeri perut di bawah lengkung iga sebelah kanan ini adalah pembesaran hati (liver) sehingga terjadi peregangan selaput yang membungkus hati. Pada gejala selanjutnya dapat diikuti dengan perdarahan pembuluh darah kecil pada selaput tersebut. Sedangkan nyeri perut di daerah ulu hati yang menyerupai gejala sakit lambung (sakit maag) dapat juga disebabkan oleh rangsangan obat penurun panas khususnya obat golongan aspirin atau asetosal. Untuk memastikan adanya nyeri perut ini dapat dilakukan penekanan (perabaan disertai penekanan) pada daerah ulu hati dan di bawah lengkung iga sebelah kanan, terutama pada anak yang belum dapat mengeluh. Perlu diperhatikan bahwa nyeri perut dapat menyerupai gejala radang usus buntu. Letak usus buntu pada daerah perut sebelah kanan bawah dekat pangkal paha kanan. Jadi bila terdapat peradangan usus buntu akan terasa sakit bila ditekan di daerah perut sebelah kanan bawah, tetapi pada anak-anak perasaan nyeri perut dapat menjalar dan dirasakan pada daerah pusar sehingga kadangkala sulit dibedakan dengan nyeri perut pada demam berdarah dengue. Apalagi gejala radang usus buntu juga disertai dengan demam, muntah, dan nyeri perut. Pada pengalaman kami sekitar 2/3 penderita demam berdarah dengue pada anak besar dan dewasa


(51)

mengeluh nyeri perut, oleh karena itu bila terdapat nyeri perut disertai demam tinggi harus waspada.

Pada awal penyakit demam berdarah dengue, tanda perdarahan yang terjadi adalah perdarahan yang tergolong ringan. Perdarahan kulit merupakan perdarahan yang terbanyak ditemukan. Bintik kemerahan sebesar ujung jarum pentul menyerupai bintik gigitan nyamuk. Maka, untuk membedakan bintik merah yang disebabkan oleh karena perdarahan pada demam berdarah dengan bintik karena gigitan nyamuk, carilah juga di daerah yang terlindung pakaian (misalnya dada dan punggung) sehingga hampir dapat dipastikan terlindung dari gigitan nyamuk. Kemudian coba tekan bintik merah tersebut: bila menghilang itu berarti gigitan nyamuk dan sebaliknya bila menetap itu adalah perdarahan kulit, juga pada perabaan pada gigitan nyamuk akan teraba menonjol sedangkan pada demam berdarah bintik tersebut rata dengan permukaan kulit. Hal ini karena pada gigitan nyamuk bintik merah disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah sebagai akibat dari reaksi terhadap “racun” yang terdapat di dalam kelenjar liur nyamuk dan bukan karena perdarahan kulit. Bintik merah pada demam berdarah tidak bergerombol seperti halnya bintik merah pada campak, tetapi terpisah satu-satu.

Perdarahan lain yang sering ditemukan adalah mimisan. Terutama pada anak perlu diperhatikan apakah anak sering menderita mimisan sebelumnya. Mimisan, terbanyak disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di daerah selaput lendir hidung yang disebabkan oleh rangsangan baik dari dalam ataupun dari luar tubuh seperti demam tinggi, udara yang terlampau dingin, udara yang terlampau panas, terlampau letih sehingga kurang istirahat atau makan kurang teratur, dan sebagainya. Bila anak pernah menderita mimisan sebelumnya, maka mimisan mungkin tidak berbahaya; tetapi pada seorang anak yang belum pernah mimisan kemudian demam tinggi dan mimisan maka perlu diwaspadai. Gejala perdarahan lain yang dapat dijumpai adalah haid yang berlebihan pada anak perempuan atau lebam pada kulit bekas pengambilan darah, dan perdarahan gusi.


(52)

Seorang anak yang mempunyai riwayat kejang bila demam, pada saat demam tinggi dapat terjadi kejang. Walaupun harus difikirkan juga adanya penyakit infeksi lain seperti radang otak atau selaput otak, terutama bila anak setelah kejang tidak sadar kembali. Gejala lain yang sering dikeluhkan oleh anak besar atau orang dewasa menyertai penyakit demam berdarah dengue adalah nyeri kepala, nyeri di belakang mata, rasa pegal-pegal pada otot dan sendi. Keluhan-keluhan ini pada orang dewasa sangat mengganggu sehingga cepat mencari pengobatan, sedangkan anak-anak biasanya belum mengeluh atau keluhan tersebut tidak dirasakan mengganggu.

Gejala selanjutnya terjadi pada hari sakit ke3-5, merupakan saat-saat yang berbahaya pada penyakit demam berdarah dengue. Suhu badan akan turun, jadi seolah-olah anak sembuh oleh karena tidak demam lagi. Yang perlu diperhatikan saat ini, adalah tingkah laku si anak. Apabila demam menghilang, anak tampak segar dan mau bermain serta mau makan/ minum biasanya termasuk demam dengue ringan; tetapi apabila demam menghilang tetapi anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan/ minum apapun apalagi disertai nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat berbahaya oleh karena semua organ tubuh akan kekurangan oksigen dan hal ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

Tanda-tanda syok harus dikenali dengan baik bila kita merawat anak yang dicurigai menderita demam berdarah, atau anak yang telah demam tinggi selama 3 hari atau lebih. Anak tampak gelisah atau bila syok berat anak menjadi tidak sadarkan diri, nafas cepat seolah-olah sesak nafas. Seluruh badan teraba dingin dan lembab, perasaan dingin yang paling mudah dikenal bila kita meraba kaki dan tangan penderita. Bibir dan kuku tampak kebiruan menggambarkan pembuluh darah di bagian ujung mengkerut sebagai kompensasi untuk memompa darah yang lebih banyak ke jantung. Anak akan merasa haus, serta kencing berkurang atau tidak ada kencing sama sekali. Syok akan mudah terjadi bila anak sebelum terjadi syok, kurang atau tidak mau minum.


(1)

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

nyeri perut

27

30.7

30.7

30.7

tidak nyeri perut

61

69.3

69.3

100.0

Total

88

100.0

100.0

Nyeri ulu hati

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

nyeri ulu hati

22

25.0

25.0

25.0

tidak nyeri ulu hati

66

75.0

75.0

100.0

Total

88

100.0

100.0

Mencret

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

mencret

8

9.1

9.1

9.1

tidak mencret

80

90.9

90.9

100.0

Total

88

100.0

100.0

Manifestasi Perdarahan

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

Ada manifestasi perdarahan

49

55.7

55.7

55.7


(2)

Syok

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

syok

7

8.0

8.0

8.0

tidak syok

81

92.0

92.0

100.0

Total

88

100.0

100.0

Status gizi

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

lebih

5

5.7

5.7

5.7

baik

50

56.8

56.8

62.5

kurang

12

13.6

13.6

76.1

buruk

21

23.9

23.9

100.0


(3)

NO. No. Reg Nama Umur BB Masuk Keluar LOS JK Domisili Gejala Kinis

1 367075 Midistri putra 11 th 25 kg 30/8/2008 1/9/2008 2 L Medan Demam, muntah selama 4 hari. Mual, nyeri perut. Bintik merah dikulit selama 2 hari.

2 369132

Farah Mufidah 7 th 18 kg

21/9/08 24/9/08 3 P Medan

Demam selam 5 hari, nyeri telan, nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, muntah dan batuk selama 3 hari.

3 370529 Hoirunisa Pulungan 11 th 32 kg 11/10/08 14/10/08 3 P Medan Demam dan nyeri kepala selama 6 hari, batuk dan mencret selama 3 hari,

4 371484 Paktana perangin-angin 9 th 22 kg 23/10/08 27/10/08 4 L Medan Tangan dan kaki dingin, demam, nyeri perut, mimisan, muntah.

5 360556

Anggi Aulia Lubis 14 th 18 kg

25/10/08 27/10/08 2 L Medan

Demam selama 5 hari, muntah dan nyeri telan selama 2 hari, nyeri perut dan nyeri kepala selama 1 hari, BAB terakhir 2 hari lalu

6 371839

One Khesi Gea 9 th 24 kg

24/10/08 28/10/08 4 L Medan

Demam 8 hari yang lalu, sakit perut, muntah dan batu 4 hari yang lalu, nafsu makan menurun, sakit kepala, tidak BAB selama 4 hari.

7 370472 Yessy Purba 12 th 39 kg 28/10/08 4/11/08 7 P Medan Demam selama 4 hari, muntah sakit kepala, nyeri telan dan nyeri sendi selama 2 hari,

8 375651

M. Zukifli Lubis 9 th 50 kg

4/12/08 8/12/08 4 L Medan

Demam tinggi sejak 6 hari yang lalu, sakit kepala, batuk, mual, nafsu makan menurun, BAB cair.

9 373460 Arif Handoko 9 th 15 kg 14/12/08 8/12/08 5 L Medan Mudah lelah, demam, batuk selama 2 minggu terakhir.

10 377257

Siti Rauda 8 th 19 kg

24/12/08 18/12/08 1 P Deli Serdang

Demam, mual, muntah, nyeri perut dan mencret sejak 4 hari lalu, ada bintik merah dibawah kulit

11 377420 Dina Baina Siregar 8 th 24 kg 28/12/08 30/12/08 2 P Medan Demam tinggi, mimisan, BAB berdarah, nyeri saat menelan.

12 378691

M. Risky 7 th 18 kg

10/1/09 13/1/09 3 L Medan

Tangan dan kaki dingin, demam sejak $ hari lallu, nyeri ulu hati , mual, muntah, pusing sejak 2 hari lalu, mimisan 1 hari lalu, lebam pada kaki, bintik merah pada kaki

13 148776 Nuraidi Saraya 7 thta 17,5 kg 11/1/09 16/1/09 5 P Deliserdang Demam, muntah, tonsilo faringitis, sakit perut.

14 198731 Novita Srimida 8 th 21 kg 3/2/09 5/2/09 2 P Medan Demam selama 3 hari, batuk, sakit menelan

15 381296

Farhan 5 th 16 kg

6/2/09 9/2/09 3 L Medan

Demam selama 5 hari, muntah 3-4x/ hari, nyeri telan, nyeri perut1 hari yang lalu, nafsu makan menurun

16 381555 M. Yusni 6 th 22 kg 9/2/09 12/2/09 3 L Medan Demam selama 5 hari, nafsu makan menurun, nyeri perut.

17 381772

Winda Hidayah 10 th 22 kg

11/2/09 14/2/09 3 L Deli Serdang

Demam selama 4 hari, muntah, nyeri telan dan nafsu makan menurun selama 3 hari, bintik-bintik merah 1 hari yang lalu

18 104652 Dara Alfisa 12 th 27 kg 10/2/09 14/2/09 4 P Medan Tidak mau makan dan minum

19 383809

Mayana Tambunan 13 th 26 kg

5/3/09 7/3/09 2 P Dairi

Demam sejak 6 hari lalu, muntah sejak 3 hari lalu frekuensi 3x/hari, bintik-bintik merah, nyeri ulu hati

20 385279 Riski Daulay 13 th 45 kg 20/3/09 25/3/09 5 L Medan Demam naik turun sejak 5 hari, muntah dan nyeri ulu hati sejak 2 hari lalu

21 385682 M. Husni 11 th 37 kg 25/3/09 28/3/09 3 L Medan Demam dan muntah sejak 4 hari lalu, badan dan kai dingin, jatuh tak sadar


(4)

24 387878 Khairani Mahjuva 8 th 19 kg 19/3/09 24/3/09 5 P Medan Demam sejak 4 hari lalu, muntah, pendarahan hidung sejak 2 hari lalu, nyeri perut

25 388569

Ismail Fahrudy 14 th 70 kg

26/3/09 30/3/09 4 L

Padang Lawas

Utara Demam tinggi, nafsu makan menurun, mual, muntah, sakit ulu hati, sakit kepala

26 390471

Afryany Adha Lubis 11 th 25 kg

14/5/09 16/5/09 2 P Medan

Tangan kaki dingin, demam naik turun, muntah bintik merah dikulit, nyeri ulu hati, tidak BAB selama 3 hari

27 390578 Ayu Lestari 14 th 46 kg 16/5/09 19/5/09 3 P Medan Demam sejak 6 hari lalu, mencret, nyeri sekluruh tubuh, batuk

28 391175 Dimas Ardiansyah 6 th 18 kg 21/5/09 24/5/09 3 L Medan Demam, bintik-bintik merah seluruh tubuh, batuk

29 391270 Yohana Yunita Ginting 10 th 42 kg 22/5/09 26/5/09 4 P Karo Demam, nyeri sendi, nyeri ulu hati, nafsu makan menurun, bintik merah dikulit

30 391790

Nia Ardiani 12 th 39 kg

27/5/09 1/6/09 5 P Medan

Demam sejak 5 hari lalu, nyeri perut sejak 3 hari lalu, batuk

31 392357

Putrid Anggeri BR. S. 7 th 18 kg

2/6/09 6/6/09 4 P Medan

Tangan dan kaki dingin, demam sejak 5 hari lalu, bintik merah, muntah, nyeri perut, sakit kepala, nafsu makan menurun, tidak BAB sejak 4 hari lalu

32 392697

Anggraini Perangin-angin

13 th 42 kg

5/6/09 12/6/09 7 P Medan

Demam tinggi sejak 4 hari lalu, muntah sejak 3 hari lalu, BAB kecoklatan, nafsu makan menurun, sakit kepala sejak 4 hari lalu

33 395736

Hadijah Sintia Permata 5 th 18 kg

3/7/09 9/7/09 6 P Medan

Demam tinggi, nyeri telan sejak 2 hari lalu, benjolan pada leher kiri, nyeri, batuk, suara serak, TB Paru

34 396512 Flavia Y. Br. Sembiring 11 th 21 kg 9/7/09 13/7/09 4 P Karo Demam sejak 4 har lalu, muntah sejak 2 hari lalu, mimisan sejak sehari yang lalu.

35 397612 Dewi Amelia 13 th 46 kg 20/7/09 24/7/09 4 P Deli Serdang Demam sejak 3 hari lalu, mual, muntah, nafsu makan menurun sejak 2 hari lalu.

36 397566 Karenina 9 th 20 kg 23/7/09 27/7/09 4 P Medan Demam, muntah sejak 5 hari lalu, mencret sejak sehari lau

37 398989 Rahel Sitinjak 7 th 18 kg 26/7/09 30/7/09 4 P Medan Demam, muntah, pendarahan spontan dihidung, nafsu makan menurun

38 400030 Safrizal 5 th 14 kg 4/8/09 8/7/09 4 L Medan Demam, bintik merah dikulit, muntah darah, BAB berdarah, nyeri sendi, sakit kepala

39 400411

Mia Afriani 7 th 14 kg

7/8/09 10/7/09 3 P Medan

Demam sejak 5 hari lalu, nyeri perut sejak 2 hari lalu, sakit kepala, tubuh nyeri, nafsu makan menurun, tidak BAB sejak 2 hari lalu,

40 401817

Richard William Manurung

8 th 23 kg

19/8/09 24/7/09 5 L Medan Demam naik turun sejak 3 hari lalu, mual, muntah

41 400177

Putrid Eldi Agustina 6 th 15 kg

5/8/09 10/7/09 5 P Medan

Demam tinggi sejak 6 hari lalu, bintik merah dikaki sejak 2 hari lalu, keluar darah dari kemaluan sejak 1 hari lalu

42 402227 Salsabila Nafidah Lubis 7th 26 kg 26/8/09 29/7/09 3 P Deli Serdang .demam sejak 3 hari lalu, batuk berdahak, sakit kepala, nyeri sendi, muntah.

43 391285 Bintang Bilira Sitinjak 9 th 25 kg 1 /9/09 4 /9/09 3 P Medan Demam sejak 4 hari lalu, muntah, nafsu makan menurun sejak 2 hari lalu.

44 403199

Maria 5 th 21 kg

1/9/09 9/9/09 8 P

Padang Lawas

Utara Demam sejak 6 hari lalu, muntah sejak 1 hari lai, BAB hitam, nyeri perut

45 403646 Rizal 12 th 35,5 kg 6/9/09 9/9/09 3 L Deli Serdang Demam, mual, muntah, nyeri ulu hati, mencret, sakit kepala.


(5)

47 404457

M . Ibnu Amir 14 th 57 kg

15/9/09 18/9/09 3 L

Padang Lawas

Utara Demam, BAB hitam, nyeri ulu hati, nafsu makan menurun.

48 332455 Fatimah Namira 6 th 37 kg 14/9/09 19/9/09 5 P Medan Demam sejak 3 hari yang lalu, nafsu makan menurun.

49 404682

Fahrul Rozi Lubis 30 kg

16/9/09 20/9/09 4 L Medan

Demam sejak 6 hari lalu, bintik merah ditangan dan kaki, muntah, nyeri perut dan kepala, menggigil, kepala dan lehe kaku bila balik kekanan 5 menit

50 406660 Rahma Delviana 11 th 36 kg 7/10/09 9/10/09 2 P Deli Serdang Demam, mimisan, muntah, BAB hitam sejak 3 hari lalu.

51 407179 Ibnu Said 9 th 40 kg 12/10/09 15/10/09 3 L Deli Serdang Demam, muntah, batuk disertai dahak, nyeri ulu hati.

52 408193

Nawawih 9 th 24 kg

22/10/09 24/10/09 2 L Medan

Demam sejak 5 hari lalu, mimisan, nyeri sendi sejak 3 hari lalu, nyeri perut 2 hari lalu, batuk sejak 4 hari lalu.

53 206454

Imelda Pakpahan 12 th 34 kg

26/10/09 29/10/09 3 P Medan

Demam sejak 4 hari lalu, mual, nyeri kepala 3 hari lalu, bintik-bintik merah ditangan sejak 2 hari lalu

54 409286

Ronisa Sinaga 7 th 16 kg

31/10/09 4/11/09 4 P

Pematang Siantar

Demam sejak 6 hari lalu, BAB hitam,pendarahan NGT, perut kembung, nyeri perut, muntah.

55 409641

Yeslin Purba 6 th 17,5 kg

4/11/09 5/11/09 1 L Dairi

Demam sejak 5 hari lalu, mimisan, nyeri sendi sejak 3 hari lalu, nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, batuk sejak 4 hari lalu

56 410609 Mas Agus Piyanto 14 th 39 kg 12/11/09 16/11/09 4 L Deli Serdang Demam sejak 6 hari lalu, BAB kehitaman sejak 2 hari lalu, muntah nyeri ulu hati

57 412176

Manat Panca H. Simamora

13 th 44 kg

28/11/09 30/11/09 2 L

Kuantan

Singingi Demam sejak 6 hari lalu,, muntah, nyeri ulu hati, nyeri sendi, mimisan

58 413216

Tio Epindota 5 th 27 kg

8/12/09 11/12/09 3 L Deli Serdang

Demam, muntah, sakit kepala sejak 3 hari lalu, nyeri perut, mual sejak 2 hari lalu, BAB hitam kecoklatan.

59 414367 Anggi 6 th 21 kg 15/12/09 17/12/09 2 P Deli Serdang Demam, muntah nyeri perut , nafsu makan menurun, batuk berdahak.

60 415849

wira 9 th 22 kg

1/1/10 1/1/10 0 P Karo

Akral tangan dan kaki dingin, demam sejak 3 hari lalu,muntah darah, mimisan, nyeri perut, nyeri sendi

61 415904 M. Fadhillah Syahputra 12 th 48 kg 2/01/10 5/01/10 3 L Medan Demam sejak 5 hari lalu, muntah sejak 3 hari lalu, nyeri tenggorokan

62 415839

Humaira F. Nabila 9 th 35 kg

2/01/10 5/01/10 3 P Medan

Demam sejak 5 hari lalu, mual muntah, selera makan menurun, sejak 3 hari lalu, sakit perut

63 415873

Timothy Audifa 6 th 20 kg

2/01/10 5/01/10 3 L Medan

Demam sejak 6 hari yang lalu, mual, muntah sejak 2 hari lalu, nafsu makan menurun, BAB lembek sejak 2 hari lalu.

64 415842

Mutiara 5 th 12 kg

3/01/10 7/01/10 4 P Deli Serdang

Demam sejak 4 hari lalu, mimisan, sakit saat menelan, disertai nafsu makan menurun dan muntah sejak 2 jam lalu, nyeri sendi sejak 2 hari yang lalu, nyeri perut sejak 1 hari terakhir

65 417323 Indah S. 8 th 16 kg 14/01/10 15/01/10 1 P Medan Demam sejak 6 hari lalu, muntah dan nyeri perut sejak 2 hari lalu.

66 418221 Nabila Azahra 10 th 35 kg 21/01/10 25/01/10 4 P Medan Demam tinggi sejak 7 hari lalu, muntah, nyeri perut, batuk sejak 5 hari lalu,

67 417796

Nelly ES 14 th 44 kg

18/01/10 26/01/10 8 P Medan

Demam, mencret sejak 1 minggu lalu, nyeri ulu hati sejak 6 hari lalu, muntah sejak 5 hari lalu


(6)

muntah, nyeri kepala, pendarahan dan BAB hitam sejak, 3 hari lalu.

69 419690

novika 10 th 25 kg

3/02/10 7/02/10 4 L Serdang

Demam sejak 4 hari lalu, muntah dan nyeri ulu hati sejak 3 hari lalu, bintik merah ditangan dan kaki sejak 1 hari terakhir.

70 419887

Daniel Ignattus P. 9 th 32,5 kg

5/02/10 10/02/10 5 L Medan

Penurunan kesadaran, kejang, demam tinggi 1 hari lalu, bintik merah pada kulit, sakit kepala, muntah.

71 420752

Agus 9 th 32,5 kg

13/02/10 16/02/10 3 L Labuan Batu

Demam tinggi sejak 8 hari lalu, menggigil sejal 1 hari lalu, pendarahan spontan, BAB hitam sekali hari ini, nyeri ulu hati.

72 421425

Ribka Grace A. 11 th 19 kg

19/02/10 23/02/10 4 P Medan

Demamsejak 4 hari lalu, bintik merah pada perut dan ekstremitas, sakit kepala, sakit sendi.

73 421800

Azizah 6 th 16 kg

23/02/10 26/02/10 3 P Serdang

Demam tinggi sejak 6 hari lalu, muntah sejak 2 hari yang lalu, nyeri sendi sejak hari lalu, bintik kemerahan tangan dan kaki, sakit kepala, tetangga positif DBD

74 423187

Mika Dora Boru Bintang 14 th 40 kg

8/03/10 11/03/10 3 P Serdang

Demam tinggi sejak 4 hari lalu, mual,pendarahan spontan, sakit kepala, sakit perut , BAB berdarah.

75 424407 Diana 14 th 46 kg 19/03/10 22/03/10 3 P Medan Demam sejak 4 hari lalu, muntah, bintik merah, batuk, nyeri ulu hati, nyeri sendi.

76 423973

Loviga Boru Keliat 13 th 37 kg

16/03/10 22/03/10 6 P Medan

Demam sejak sehari lalu, ruam merah pada tangan dan kaki, batuk, sakit menelan, muntah, nafsu makan menurun.

77 424925 Putra Serua Hati Gulo 5 th 12 kg 24/03/10 29/03/10 5 P Medan Demam tinggi, tangan dan kaki dingin, muntah, sakit perut, nafsu makan menurun.

78 425364 Zekel Kelvin Ginting 9 th 23 kg 29/03/10 1/04/10 3 L Medan Demam tinggi sejak 4 hari lalu,pendarahan spontan, BAB hitam, nyeri ulu hati.

79 427414

Sany Sihombing 9 th 25 kg

16/04/10 9/04/10 3 L

Tapanuli

Utara Demam tinggi sejak 4 hari lalu, BAB hitam, mimisan, nyeri sendi, badan pegal

80 427678

Andy Maulana 7 th 1 kg

19/04/10 22/04/10 3 L Medan

Demam tinggi, muntah, nafsu makan menurun sejak 4 hari lalu, bercak merah pada kulit sejak 2 hari lalu.

81 428763 Ahmad Zulfikri 5 th 18 kg 28/04/10 1/05/10 3 L Tebing Tinggi Demam tinggi sejak 6 hari lalu, pendarahan spontan, petikie, batuk berdarah, muntah

82 429034

Desy Sinaga 10 th 24,5 kg

01/05/10 6/05/10 5 P Medan

Demam tinggi sejak3 hari lalu, sakit kepala sejak 4 hari lalu, muntah sejak 2 hari lalu, malas makan dan minum, pendarahan spontan, mimisan.

83 432277

Nazar Maulana 5 th 14 kg

30/06/10 4/06/10 5 L Langkat

Demam sejak 5 hari yang lalu, pendarahan spontan, BAB hitam, muntah, lingkungan positif DBD.

84 432856 Nadia Ananda 7 th 16 kg 3/06/10 5/06/10 2 P Lagkat Demam, nyeri perut sejak 5 hari lalu, lingkungan positif DHF

85 432849 Jesica Friselia 12 th 26 kg 3/06/10 7/06/10 4 P Medan Demam, muntah sejak 5 hari lalu, mimisan sejak 1 hari lalu.

86 434160

Amanda 11 th 17 kg

15/06/10 21/06/10 6 P Deli Serdang

Demam sejak 3 hari lalu, keluar darah dari hidung, bintik badan diseluruh tubuh, nyeri ulu hati, mual, muntah sejak 2 hari lalu, nyeri kepala.

87 438756

Marlaus Sinulingga 14 th 55 kg

17/07/10 18/07/10 1 L Medan

Demam sejak 5 hari lalu,pendarahan spontan, gusi berdarah, mimisan, nyeri sendi, nyeri kepala, nyeri ulu hati, muntah.

88 438757

Anggi Boru Sinulingga 7 th 22 kg

17/07/10 18/07/10 1 P Medan

Demam, muntah sejak 5 hari lalu, nyeri perut, nyeri ulu hati, tidak mau makan dan minum.