model pembelajaran pkn untuk membangun kompetensi warga negara

Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraanuntuk Membangun
Kompetensi Warga Negaral
Samsni2

Abstract
Civic education as s subject matter has to develop civic competencies such as knowledge, disposition, and
skills in order to develop good citizen. Its goal of civic education. One of effort to reqlize ihat goat is develop
model of learning. hs very important because model of learning has to stimulatefor studebt to active, creative and
innovative in order to not emphasize interest that formally and rigit.
Kqtword: civic Education, civic Knowledge, civic skilts and Civic Disposition.

I

Pendidikqn Kewarganegaraan sebagai salqh satu mat(t pelajaran di persekolahan hqrus mengembangkan
kompetensi-kompetensi wqrga negarq; baik knowtedge, skills, dan disposition agar dapat menciptakan "good
citizen" sebagaimanatujuan dari Pendidikan Ka,uarganegarqanitu sendiri. Salsh satu usaha untuk mewujudkan
taiuan tersebut yaitu dengan men gambangkan model pembelajaran PKn yang efekttf kreatif dan inovaiif agar
model pembelaiaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak lagi menonjolkan kepentingan-kepentingan tertentu
yang bersifat kaku danformal.
Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Pengetahuan Warga negara, Keterampilan Warga Negara dan
Watak Warga Negara.


Pendahuluan
eorang sosiolog ternama, Ralf
ahrendorf (dinukil dari Gillborn,
1992: 57), dalam satu kesempatan
menyebutkanbahwa "Citizenship ... is a very
hard concept; not one of moral exhortation,
but one of the realities of peopleb lives.
P emyataantersebuttidaklah berlebihan,j ika
mengingat betapa kajian pendidikan
kewarganegarcan untuk membentuk warga
negara y angbaikmemiliki kerumitantersendiri.
Pertama, selain kajian pendidikan
kewarganegaraanselalu bersentuhan dengan
kepentinganpolitik kenegaraan,juga karena
sentuhan itu menjadikan pendidikan
kewarganegaraan selalu rentan untuk

dimanfaatkan sebagai alat mempertahankan
kepentingankekuasaansuaturejim politik.

Kedua, "kerasnya" konsep kajian
kewarganegaraan karena dimensi-dimensi
k{ iannyatidak cukupsennta.rnatamengajarkan
bagaimanamenjadi warganegarayangbaik di
dalam sistem kehidupan bernegara(dimensi
politik). Namun, atribut "baik" dari seorang
warga negarajuga berarti mengandaikan
perlunyawilayah kajian etika (filsafat moral)
kenegaraanagarafribut "baik" tersebuttercapai.
Ketiga, kajianpendidikankewarganegaraan
tidak hanyamengajarkanhak-hakdankewajiban
warga negaraterhadapnegara(urusanpublik).
Namun, pendidikan kewarganegaraanperlu

t BahankajianKuliah Umum
di ProgramStudiPendidikanPancasiladanKewarganegaraan
(PPKn)FKIp Universitas
AhmadDahlan,Yogyakarta,
pKn,
9 Mei 201L Bagiandalammakalahini tentangbist practicespembelajaran

pernahdisajikanpenulisdalamkajianmandirikewargane
garaarrdiProgramStudiPIPSSetotatrPascasarjana
UniversitasPendidikanIndonesiaBandung,Semester
Genap200g,/2009
.
2Dosentetapdi JurusanPendidikan
Kewarganegaraan
danHukumFakultasIlmu SosialdanEKonomi,Universitas
NegeriYog,akarta.
e-mail:samswilggS@yatroo.com,
Hp.0g562g90412,0g1g0595033g
Samsuri, Model Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan

CIVICUS

|

37

membangun seorang warga negara yang

"pengalaman
berpartisipasiaktif dan memiliki
otentik" dalampembelajarannyasehinggatidak
"warga negarayangb atk('(good
hanyamenjadi
"warga negarayang
cit izen) tetapij ugamenjadi
aktif' (activecitizen) (Qualificationsand CurriculumAuthority, I 998).
Untuk keperluan diskusi dalam Kuliah
Umum ini, maka Perlu diajukan
pertanyaan-pertanyaan:Mengapa perlu
pembelajaranaktif, kreatif dan inovatif dalam
pendidikan kewarganegaraan?Bagaimana
pembelajaranpendidikankewarganegarrarLyarry
aktif. kreatif dan inovatif harus dilakukan,
terutamauntuk lingkup persekolahan?
Kilas Balik Model PedagogisPendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
Kritik terhadap model pembelajaran
dalamnomenklatur

pendidikankewarganegaraan
seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
maupun Pendidikan Pancasila dan
(PPKn) di erasebelumrejim
Kewarganegaraan
diberlakukanselalu
PKn
sekarang
isi
standar
menjadi alasanperlunya meninggalkanmodel
lama.PembelajaranPMPIPPKn sebagaimodel
dinilai menonfolkan
pendidikankewarganegaraan
kepentingantafsir rezim dengansajian sangat
tidak menarik, dan fomalistik. Proses
pembelajaran tidak banyak melahirkan
kemampuansiswauntuk berpikir kritis terhadap
sistempolitik pemerintahnya.Hal ini disebabkan
karena "(1) materi-materi yang diajarkan

cenderungverbalistik atas nilai-nilai moral
Pancasilasebagaicivic virtues yang dij abarkan
dari P41"dan (2) model pembelajarannya
cenderungberbentuk hafalanlkognitif, seperti
hapalanbutir-butir tafsir PancasiladalamP4."
Pengakuanterhadapkesanbahwamatapelajaran
PPKn (uga PMP) merupakanmatapelajaran
yangcenderungbersifat hafalanlkognitif antam
lain dapat dilihat pada harapan atas
penyempumaan/penyesuaian
GBPPPPKn 1994
untuk SD, SLIP dan SMA (SM[) @epartemen
PendidikandanKebudayaan,1999).
Kritik senadayang ditujukan kepadaMata
PelajaranPPItu (Kurikulurn 1994)ialah bahwa
38

| CIVICUS

matapelajaranini lebih banyakmenimbulkan

dihadapi
kejenuhan.Problemsesungguhnyayang
mata pelajaran PPKn lebih banyak karena
kejenuhan terhadap materi yang diajarkan
cenderungmonoton, teoretik, kognitif, bahkan
verbalistik (Samsuri,2010: 130). Dalampraktek
di lapangantampaksekalidi lapanganadagejala
keinginan untuk menolak pembelajaranPPKn
yangsemata-matamenampilkannilai moral. Di
sisilain baik PMP maupunPPKnkehilanganakar
akademisnya karena tidak ada teori-teori
keilmuannyayang memadaisebagaimanaakar
keilmuan pendidikan kewarganegarainseperti
ilmupolitik.
PenelitianAzisWahab(1999:49) terhadap
guru-guru PPKn di Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Garut, Kabupaten dan Kota
Bandungmemperjelaskondisi tersebut.Para
guru dalam penelitian tersebut umumnya
berpendapatbahwamateri PPKn begitupadat

atauluasdanku:angpraktisdenganalokasiwakhr
yangterbatas.Selain itu, dominasi kajian P4
dalamPPKn menjadipertanyaanbesmparaguru
terhadapmateriPPKn.Hal terburukyangdialami
dalampembelajaranPPKnialahbahwapamguru
umunnya menggunakanmetode ceramahdan
tanya jawab dengan pemberian tugas.
Penggunaanalat peftga sangat minim dan
terbatas pada pembelajaranmodel talk dan
chalk (hanya ceramahdan menulis di papan
tulis). Akibatnya jelas, mata pelajaranPPKn
direndahkan(Wahab,1999: 5 l, 53),meskipun
mengembanamanatpembentukanwarganegara
yangbaik. Dari kajian terhadapmatapelajaran
PPKn tersebut, menjadi jelas bahwa ada
yangbertaliandenganaspek
persoalan-persoalan
materi (konten) yang dominan denganmuatan
kepentingan politik rezim. Di lapangan,
kelemahanmodel dan metode pembelajaran

PPKn oleh sebagianbesarguru-gurumenjadi
faktor berikutnya yang menjadikan misi
untuk membenhrk
pendidikankewarganegaraan
warganegamyang demokratis,partisipatif dan
kritis masihjauh dari harapan.
"paradigmabaru"
PengenalanPKn dengan
dalam kurikulum sekarang bukan berarti
sebelumnyatidak terulang
persoalan-persolan

Samsuri, Model Pembelaiaran Pendidikan Kewarganegarasn

kembali. Meskipun dalam amatanpenulis dari
keluhan guru-guru PKn di SMP dan SMA
maupun guru SD dalam beberapa forum
kegiatan,padaumum ketika mengajarkanPKn
relatif samamasalahnya,bahwa PKn Sekarang
cenderungmengedepankankajian politik, sulit

mengembangkan materi pembelajarannya,
materinyasangatpadat,dst.Dari sini tampak
bahwakonseptualisasiPKn yang ideal untuk
membangun warga negara yang baik akan
bertumpukepadagardapelaksanakurikulum di
dalamkelas,yakni guru.
Penulismenduga,paradigmapembelajaran
pendidikankewarganegaraandalampola PMF
atauPPKn yang "tidak menganggappenting"
dimensi materi keilmuan dan menekankan
kepadaaspekbudi pekerti, menimbulkankesan
bahwamateri PMP atauPPKn dapatdiajarkan
oleh siapapun,meski bukan lulusanprogram
studi PMP-KN/PPKn ataupun PKn suatu
LPTK. Sayangnya,
ketika kondisi perpolitikan
nasionalmengalamikegagapanuntuk merespon
laisis nasional,korupsiyangmassif,dananarkhi
sosialyang meruyak kebhinekaanIndonesia,
pembelajaranPMP atau PPKn di masa lalu

dianggapsebagaipenyebabnya.Tentusajaini
tidak adil,karenakesalahankolektif seakan-akan
menjadi tanggung jawab guru/pendidik
pendidikankewarganegaraansaja.
Dimensi Pembelajaran PKn
Tujuan pembelajaranFKn semestinya
berusaha
mewujudkanparasiswaunflrkmemiliki
kemampuan:
a. Berpikir secarakritis, rasional,dankreatif
dalammenanggapiisu kewarganega.'aan
b. Berpartisipasisecaraaktifdanbertanggung
jawab, danbertindaksecaracerdasdalam
kegiatan bermasyarakat,berbangsa,dan
bemegara,sertaanti-korupsi.
c. Berkembangsecarapositifdandemokratis
untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karaktermasyarakat Indonesia
agardapathidup bersamadenganbangsabangsalainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsalain
dalampercaturanduniasecaralangsungatau
tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
(Lampiran PermendiknasRI No. 22 Tahwt
2006, pp. 272, 280, 287).
Rumusanh{uantersebutmemiliki kemiripan
dengan tuj uan pendidikan kewarganegarcan
dalam dokumen National Standardsfor Civics and Governmentyangdikembangkanoleh
Centerfor Civic Education(1994) Calabasas,
Amerika Serikat.National StandardsforCivics and Governmenl merumuskan tujuan
pembelajarancivics dalam tiga bentuk
komponenkompetensikewargaan,yait; civic
knowledge,civic skills yangmemuatkecakapan
intelektualdanpartisipatori,dan civi c disp osi tions. Hanya saja, konteks ke-Indonesia-an
seperti dalam hal pendidikan anti-korupsi
tampaknyasejalandenganpolitik nasionaluntuk
melawan korupsi sebagai perwujudan dari
gerakanreformasi nasional. Hal tersebut
menjadikancrvlcspersekolahanmodel Indonesiamemiliki kekhasannyatersendiri.
Untuk mencapaitujuan pembelajaranPKn
tersebut,delapanmateri pokok standarisi mata
pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah memuat
komponen sebagaiberikut: (1) Persatuandan
Kesatuan Bangsa; (2) Norma, Hukum dan
Peraturan; (3) Hak Asasi Manusia; (4)
Kebutuhan Warga Negara; (5) Konstitusi
Negara;(6) KekuasandanPolitik; (7) Pancasila;
dan, (8) Globalisasi.Jika dipilah-pilah dari
kedelapan materi pokok ke dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasarnya,maka
dimensi pembelajar annya mencakup aspek
kajian ( 1) Politik Ketatanegaffiarr;(2)Hukum dan
Konstitusi; dan,(3) Nilai Moral Pancasila.
Jika mencermati serangkaianproses
perumusanstandarisi matapelajaranPKn, mulai
dari konsep Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknashinggafinalisasi di BadanStandar
Nasional Pendidikan(BSNP), tampakbahwa
pembelajaran PKn mengedepankan"praktek
kewarganegaraarr." Indikasinya ialah bahwa
pembelajaran PKn menekankan kepada

samsuri, Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegqraan

crvICUS

|

39

"pengalarqan belqagar,
pe4galaryan qifap {an
keterampilan yang baru'?(Puskur Balitbang
Depdiknas,2005 : I 42) sebagaiw arga nega"ra
muda. Untuk itu, pembelaiaran PKn yang
kontekstualdanpenuhmakna(meaningfulness)
harapannyaagardapatmembangunkecerdasan,
keterampilan dan karakter warga negaraIndo"Praktek Belajar
nesiayang ideal. Untuk itu,
Kewarganegaraandianggap sebagaiinovasi
pembelajaranyang dirancanguntuk membantu
melalui
siswamemahamiteori kewarganegaraan
(Puskur
praktik-empirik
pengalamanbelajar
BalitbangDepdiknas,2005: I 43-1 44).
Pembelajaran PKn: Model CPI, LRE dan
Project
Arthur K. Ellis ( I 998: 225) menyebutkan
bahwa kata kunci pembelajaran PKn ialah
partisipasi.Partisipasiini termuatdalamberagam
bentukpembelajaransepertimodel community
service(pelayananmasyarakat),rnodelkonflik,
modelpembuatankeputusan(decisi on making)
danmodelriset.Dari model-modelpernbel{aran
tersebut tampak bahwa pembelajaran PKn
memerlukankemampuanseorangguru .
BerdasarkanpengalamanpengajaranPKn
denganrnodelprograrnProject CitizendanWe
the People, Nancy Haas (2001: 168)
memperolehsejumlah temuan implementasi
stategi pengalarancivics. Dalam mo delProj ect
Citizen, program pengajaranPKn dirancang
untuk siswa-siswadi sekolahmenengahdari
kelas enam hingga kelas sembilan yang
memperkenalkan siswa dengan lapangan
kebijakanpublik. Model ini memperkenalkan
siswadenganpersoalanperanpemerintahdalam
kebijakan publik. Selain itu, PKn sebagai
pendidikandemokrasimembuatsiswabelajar
perandantanggungjawabmerekasebagaiwarga
negara dalam proses pembuatan dan
implementasikebijakanpublik tersebut(llaas,
2001:168).
Dalam model We the People, program
pengajaranPKn memperkenalkansiswakepada
kajianKonstitusi (Amerika Serikat)dengancara
membantumerekauntuk memahamibasaimana
40

| CIWCUS

dokumen itu berkaitan erat dqngaRkehidupan
merekasendirisebagaiwargan€gaa Jikadalam
pembelajaranProject Citizen, strategi yang
ditonjolkan lebih kepadaupayamemaharnkan
siswa dengan dasar-dasarpengetahuan
bagaimanawarga negara harus mengambil
tanggungjawab kewarganegaraan,
makadalam
We the People strategi pembelajaran yang
dilakukan ialah bagaimanasiswa mengambil
peran aktif dalam ruang kelas dengan
berkolaborasidalampembelajarandan dalam
the mock congressionalhearing (simulasi
dengarpendapatsepertidi KongreslParlemen).
Konsep ini menurut Haas (2001: l7l-172)
sejalandenganide R. FreemanButts (1988)
tentangtujuan pembelajaranPKn, yaitu ( I ) agar
siswa dapat mengetahuitentangpemerintah,
sejaraluryanilai-nilai,prinsipprinsipdaninstitusiinstitusipemerintah;dntQ) agarsiswamampu
berpartisipasidalammasyarakat,negar4bangsa
dandunia.Untuk tuj uanpertamabersrfatlwtowing, sedangkantujuan kedua bersifat doing.
Dalam aras praktis, pembelajaranPKn
seharusnyamerefleksikansecaraimbangupaya
pembentukan kewarganegaraanyang aktif
melalui proses lcnowledgedan participation
(Haas,2001:172).
Padabagianlain, CitizenshipFoundation
(2006: 103) menyebutkanbeberapamodel
strategipengajarandanpembelajaranPKn unhrk
membentukwarganegarayangbaik. Model itu
ialah (1) Learning climate, (2) Tbpical ttnd
controversial issues,(3) Active learning, (4)
Group discussionsand debates,(5) Developing di scussi on ski IIs, (6) Proj ect wor k, dan(7)
Writtenactiwhes.Ketujuh model iftr"meminjam
kategori Butts (1988), tergolong dalam
kelompokpembelajaranyangbersifatpartisipasi
kewarganegariun.
Model-model pembelajaran tersebut
merupakanhasil eksplorasiterhadapinovasi
pembelajaran yang telah dikembangkan/
dilaksanakandi lapangarqterutamadari sejumlatt
pengalamandi dalam pembelajaranPKn di
sejumlahnegarakhususnyadi Amerika Serikat.
Dari hasileksplorasi,di sini disajikantigamodel
yang dapat dianggap memadai untuk

Samsuri, Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

pembentukanwarganegarademokratissebagai
pilihan bentuk bestpractice ,bukdari aspek
civic skil/s, maupuncivic discivic lcnowledge,
positions (Patrick, Lggg),sebagaimanadikenal
dandikembangkandalamparadigmabaruPKn
di Indonesia sejak Kurikulim 2004 (KBK)
hinggakentudiandikernbangkandalamStandar
Isi Mata PelajaranPKn sekarang.Ketiga model
tersebut ialah Model Diskusi Controversial
Public Issues (Isu-isu Publik yang
Kontroversial),Model Zaw-RelatedEducation
(LRE), danModel Proyek.
1. Model Diskusi Controversial Public Isszes (Masalah-masalah Publik yang
Kontroversial)
DianaHess(2001: 87)mendefintsrkanControversial Public Issues(CPD sebagai"unresolvedquestionsofpublic policy that sparksignificant disagreement."Mengutip Lockwood
(1996),Hess(2001:87) menyebutkanbahwa
Model CPI drperlukan untuk membentuk
kemampuanberpartisipasigura memecahkan
masalah-masalahdalam suatu masyarakat
demokratis dengancara berdiskusi. Melalui
diskusi dikembangkansl.satu
rationale dan"instrumentalrationale", berupapengembangan
nilai, kepastiandan mempertinggi pemahaman
terhadapisi (konten) kajian. Dari model ini
harapannya dapat membantu siswa
mengembangkansuatu pemahaman dan
komitmen terhadapnilai-nilai demokratis,
meningkatkan kemauannyauntuk ikut dalam
kehidupan politik, dan secara positif
mempengaruhiisi pemaharnan,kemampuan
berpikir kritis, dankecakapan-kecakapan
interpersonal(Hess,200I : 88-89).
Klaim pertamadalamrasionalinstrumental
yaitu bahwadiskusi-diskusiCPI mempengaruhi
perkembangannilai-nilai demokratis(seperti
toleran terhadapperbedaan,dan mendukung
persamaan/kesetaraan).
Diskusi CPlyang efektif
membantusiswamembenhrkdanmengikutinilainilai yangmendukungdemokrasi.Diskusi CPl
juga merupakansuatucaraunhrk meningkatkan
kemauanparasiswauntuk berpartisipasidi dunia
politik. Klaim ini beranggapanbahwa antara

partisipasidan diskusi CPlmemiliki hubungan
denganminat dalampartisipasipolitik. Diskusi
CPl dilihat sebagaisuatucarauntuk membantu
siswa merasalebih aktif secarapolitik, suatu
sikapyangmemiliki korelasisecarapositifdengan
kehendakrakyat untuk berkecimpungdalam
politik (Hess.2001: 89).
masalah-masalah
Hess (2001: 92) menyebut beberapa
komponenkegiatanpengajaranmodelDiskusi
CPI sebagaiberikut:
1. mengidentifikasi kecakapan-kecakapan
partisipasi diskusi untuk mengembangkan
suaturencanadenganseorang'temankritis"
(Costa& Kallick, lgg3),kemudian secara
periodik menguji kemajuan kecakapan
tersebutterhadaptujuan-tujuan yangtelah
disepakati.
2. berpartisipasidalamsejumlahdiskusiCPl
dengan penggunaan ragam format dan
model-modeldiskusi.
"
3. membangunpemahamankonseptual
diskusi" dan "isu-isu publik yang
kontoversial."
4. mempertimbangkanbeberapao'isu-isu
pedagogiskontroversial"daridiskusi-diskusi
CPI.
5. mengembangkankurikulum diskusi CPI
untuk ketepatankonteks pengajaransiswa
dan jika memungkinkan menciptakan
penggunaandari yang telah ada, dengan
sumber-sumber CPI lealitas tinggi sebagai
bagianprosesdesainktrikultrm (Fless,2001:
92\.
Untuk mengidentifikasiapakahModel CPl
efektif dalam pembelajaranPKn, makaperlu
:
diajukanpertanyaan-pertanyaan
1 . Apakah materi diskusi CPI ataupertarryaarr
yang diajukan menjawab dengan tepat
secarajelasapayangguruinginkanterhadap
siswauntuk membangundanmeyakinkan?

2. Siapa yang harus membuat keputusan
yangakan
tentangisu-isu(masalah-masalah)
didiskusikan: guru, siswa, atau guru dan
Permasalalrair/isu-isu
siswabersama-sama?
yangw{ar memfokuskankepadapemilihan

Samsuri, Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegoraan

CryICUS

|

4t

ftriteria, manakahkriteria yang harus
unfrk memilihdariantarabanyak
digunakan
yaagpaling
tepatuntukmasukkedalam
I
CP

kuikulum?
3 . Dari banyakmodeldiskusiCPl, manakah
yangpaling mendekatiuntuk membantu
siswamencapaitujuanpendidikanyang
diharapkan?
dari
4. Apa yangharusmenjadibatas-batas
dan
perangurudalammenyelenggarakan

memfasilitasi
diskusidiskusi
Cfn I{eruslrah
guru mendekatipandanga._r-r.pandangan
siswaselamadiskusiCPl?Jikademikiandengancaraapadansudutpandangapa?
5. Haruskah siswa diperlukan untuk
berpartisipasi
secaraverbaldalamdiskusiyangtepatbagi
diskusiCPI'l Apalcahisu-isu
partisipasisiswadalamdiskusi-diskusi
CPl
secara
formalllarusdiuji dandinilai?([Iess,
2001:96) .

Tabel1.Model-modelDiskusiCPlTerpilih

l,*l'ilr hexar p,:lnsuilrilr$nrunteri o.l.eh
rlrur siolLrsi
krmlitas cl.lsk.usi
sj.sru,'a,
terhadap mnsaLnhlehih ti.Lrggi."
clilrr
ti.nplr$nyakernla:rr:lpuan
;rr::,n.g;ambillau
persp*:liliJi.

Apa l,,ungmenjadi
(li!;.liuriri.'J
str:u.l!',trrir:

Dirikusi. ten.tanl;n3a?

Apit pr:,rlungufit
ihlnrr,l di.srlLusi?

Keli::l.litratancl.a.l.a.lrL
percakl4Nrnsuhstansil'
5ra.n$rre:mberilfttn
'tlaP'1i1ndari si*rva
r.[rtu.kmetnbuat
kernajruante,rha{laip
i:tnpOs'irii:i
1:letryUsnn
berlrikir terfiadap
pedrury*i,urdlri.
kdbi,iulirurp'uhlilc.

I\,1*rrge:mhang.kan
suatu
p*r:rahamarrdari perspektiii
ganclartentnngsejarah dan
irirLr-isukebi.jah:Lm
kcrnlemporet.

l(elonrpo[; pe,nLlLr:..l.rr.i
nr:anl inopera.tif
l,i.clrrnr1:rok
k,eoilrlnn
rJu.l.riln-rhesril:,noulil.idiengan
il horpirtirsi.Llas:i
dul'i ertlpat $:i.ri1;t'
pLn:a*:i.swa
pr'oi$esefl.ilrillilhnp. ['iuii:l:nFflnsunturisu,
p&$i!ngan llelajar clanr:nfl:r.!'aii kim rlr.ixrIrrnrentlislLui;ilk:,irn
pihLrJc
durritiunlu Kontl'o'!,er'$iskildr::r:ni.ltd.{rlliil.irri
i'fl.|!i:tual
cl.i:r.|:l
pihir.lrlainnl',ir. per:sort.l.i:r.ll.lnrsonliut
k*rrlLldianrLlrr,nl,'ujihln
i.-