Eksistensi "Tatung" dalam Perayaan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Nama : TIFFANY

Progam Studi : Sastra China

Judul : EKSISTENSI “TATUNG” DALAM PERAYAAN

FESTIVAL CAP GO MEH KOTA SINGKAWANG,

KALIMANTAN BARAT

Singkawang adalah sebuah kota yang terletak di Kalimantan Barat, dimana mayoritas masyarakatnya merupakan etnis Tionghoa. Hal yang paling menarik dari kebudayaan kota Singkawang adalah keberagaman budayanya yang khas, salah satunya seperti budaya perayaan Cap Go Meh yang sangat fenomenal dengan dimeriahkan pawai “Tatung”. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai “Tatung”, perkembangan eksistensi “Tatung”, prosedur dan syarat yang harus dipenuhi “Tatung” untuk ikut serta dalam perayaan Cap Go Meh kota Singkawang. Dengan dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti untuk menelusuri fenomena tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendeskripsikan eksistensi “Tatung” yang muncul pada perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang kepada masyarakat luas.

Kata kunci :


(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Name : TIFFANY

Study Progam : Chinese literature

Title : EXISTENCE "TATUNG" ON CELEBRATION OF CAP GO MEH’S FESTIVAL OF SINGKAWANG’S CITY, WEST BORNEO

Singkawang is a city that located in West Borneo, where majority of people are ethnic Chinese. The most interesting things from Singkawang city culture are diversity of their culture that unique, one of them is culture of Cap Go Meh’s celebration that very phenomenal with livened parade of “Tatung”. This mini-thesis discusses about “Tatung”, development of the existence of "Tatung", procedure and term that must be filled by “Tatung” for participate on Cap Go Meh’s celebration of city Singkawang. With motivate by interest of researcher for search that phenomena, be expected this research result can describe of existence “Tatung” that appear on celebration of Cap Go Meh’s festival of Singkawang’s city to wide-scale community.

Keyword :


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha 摘要

姓名 :TIFFANY

专业 :中文本科

题目 :扶乩的存在在山口洋的庆祝元宵节,西加里曼丹

山口洋是个位于西加里曼丹的城市,在那儿的大多数人民是华人。在山口洋 城市的文化中,最有吸引力的是山口洋拥有多种 之多元文化,其中之一如 庆祝元宵节的文化里面有扶乩游行,是非常引人入胜的庆祝活动。本文将讲 关于扶乩,扶乩的存在的发展,扶乩得完成的程序和条件来参加山口洋市的 庆祝元宵节。由于研究者对这题目的兴趣而去研究,希望这项研究可以形容 出扶乩的存在,尤其是参加山口洋市的庆祝元宵节的扶乩。

关键词:


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

EKSISTENSI “TATUNG” DALAM PERAYAAN FESTIVAL CAP GO MEH KOTA SINGKAWANG,

KALIMANTAN BARAT ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR...iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vi

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ... viii

摘要 ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.6.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 5

1.6.2. Lokasi Penelitian ... 6

1.6.3. Objek dan Subjek Penelitian ... 6

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data ... 7

1.6.5. Teknik Analisis Data ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1. Definisi kebudayaan dan Simbol ... 9


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

2.1.3. Definisi Religi ... 11

2.1.4. Definisi Ritual ... 12

2.1.5. Definisi Mistisisme ... 13

2.1.6. Definisi kerasukan... 14

2.1.7. Definisi Roh ... 14

2.1.8. Definisi Dewa-Dewi ... 15

2.2 Kepercayaan Tradisional Tionghoa ... 17

2.3 Cap Go Meh ... 20

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN ... 22

3.1 Istilah “Tatung” ... 22

3.2 Asal Usul “Tatung” dalam Perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang ... 23

3.3 Perkembangan “Tatung” dalam Perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang . 27 3.4 Statistik jumlah “Tatung” dalam Perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang 32 3.5 Prosedur Menjadi “Tatung” ... 35

3.6 Syarat Administrasi Ikut Serta Menjadi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh kota Singkawang ... 38

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ... 41

4.1 SIMPULAN ... 41

4.2 SARAN ... 43


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

Grafik 3. 1 Statistik jumlah peserta “Tatung” dari tahun 2011 sampai tahun 2014 ... 33 Grafik 3. 2 Statistik jumlah penduduk kota Singkawang dari tahun 2011 sampai tahun 2014 ... 34


(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Contoh sertifikat dari Majelis Agama ... 39

Gambar 3. 2 Contoh sertifikat dari Kementerian Agama kota Singkawang ... 40

Gambar 7. 1 Dokumentasi pribadi ... 64

Gambar 7. 2 Dokumentasi pribadi ... 64

Gambar 8. 1 www.ceriwis.com ... 65


(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pertanyaan Wawancara dengan pengurus Himpunan Hakka Indonesia Kota Singkawang ... 49 Lampiran 2: Pertanyaan Wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Singkawang ... 51 Lampiran 3: Pertanyaan Wawancara dengan “Tatung” ... 53 Lampiran 4 : Data Hasil Wawancara dengan pengurus Himpunan Hakka Indonesia Kota Singkawang ... 54 Lampiran 5: Data Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Singkawang ... 57 Lampiran 6: Data Informan “Tatung” ... 60 Lampiran 7 : Foto eksistensi “Tatung” dalam perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang 64 Lampiran 8: Foto pawai “Tatung” di kota Singkawang ... 65


(9)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan memiliki peranan penting terhadap suatu bangsa, dimana kebudayaan merupakan jati diri khas nasional yang berharga dan dapat menjadi suatu wadah pemersatu bangsa yang perlu dipelihara. Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam merupakan gabungan dari seluruh kebudayaan lokal yang diibaratkan sebagai sebuah berlian yang merefleksikan berbagai macam cahaya dalam satu bentuk yang utuh sebagai kesatuan dalam keberagaman. Dengan kata lain, seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari beraneka-ragam suku di Indonesia merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia. Keanekaragaman negara Indonesia terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan lain seperti kebudayaan Tiongkok, India dan Arab yang kemudian terjadi pembauran sehingga menjadi satu ciri kebudayaan Indonesia (Kleinsteuber, A &Maharadjo, S.M, 2010).

Menurut Kleinsteuber, A & Maharadjo, S.M dalam bukunya yang berjudul Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia, kesenian tradisi Tionghoa juga merupakan hasil karya manusia yang turut membentuk ciri khas budaya masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kebudayaannya masing-masing, sehingga menjadikan Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan lokal yang beraneka ragam, salah satu contohnya terdapat di Singkawang. Singkawang adalah sebuah kota yang terletak di Kalimantan Barat, dimana mayoritas masyarakatnya merupakan etnis Tionghoa. Penamaan kota ini muncul dalam beberapa versi bahasa, misalnya dalam versi Melayu dikatakan bahwa nama Singkawang diambil dari nama tanaman “Tengkawang” yang terdapat di wilayah hutan tropis. Versi lainnya menyebutkan bahwa nama Singkawang muncul melalui penafsiran dari para perantau Tiongkok di masa lalu, dalam bahasa Hakka disebut juga sebagai “San Keuw Jong” atau


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha dalam kosa kata bahasa Mandarin berupa 山口洋 Shān (gunung), Kǒu (mulut), Yáng (lautan), maksudnya adalah untuk menyatakan suatu tempat yang terletak di kaki gunung menghadap ke laut.

Hal yang paling menarik dari kebudayaan kota Singkawang adalah keberagaman budayanya yang khas, salah satunya seperti budaya perayaan Cap Go Meh yang berbeda dibandingkan dengan perayaan Cap Go Meh di kota lainnya. Dalam perayaan Cap Go Meh biasanya kita akan sering menemui adanya permainan barongsai dan naga, tetapi hal yang paling membedakan perayaan Cap Go Meh di Singkawang dengan di tempat lain adalah adanya ratusan arak-arakan “Tatung” yang dipertunjukkan dalam acara tersebut. Hal ini pula yang menjadi event wisata budaya untuk mengunjungi kota Singkawang.

Kota Singkawang memiliki cara yang unik untuk merayakan perayaan Cap Go Meh. Seperti yang dilansir dari buku yang berjudul Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia, perayaan Cap Go Meh di kota Singkawang dibuat semacam festival milik bersama yang sangat meriah dan diwarnai dengan ciri khas budaya Tionghoa. Dari perayaan ini muncul sebuah akulturasi budaya antara masyarakat Dayak dengan masyarakat Tionghoa. Hal ini dapat terlihat dalam pawai “Tatung” yang pesertanya tidak hanya dari etnis Tionghoa tetapi juga ada peserta “Tatung” yang berasal dari etnis Dayak yang ikut serta tampil dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang.

Pawai “Tatung” merupakan salah satu seni budaya dan nilai jual pariwisata kota Singkawang. “Tatung” yang muncul pada perayaan festival Cap Go Meh1 di Singkawang merupakan sebuah tanda simbol pengusiran roh-roh jahat dan diyakini dilakukan untuk menolak bala. Meski demikian, ritual “Tatung” juga dapat ditemui pada hari-hari biasa untuk hal yang berbeda lagi, misalnya untuk pengobatan gaib, menanyakan nomor togel, pembuatan Hu (jimat) dan sebagainya.

1


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha “Tatung” itu sendiri merepresentasikan ajaran kepercayaan tradisional Tionghoa, dimana pada mulanya mereka menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang merupakan pemujaan dan penghormatan kepada roh-roh leluhur ataupun benda-benda, serta politeisme yaitu konsep kepercayaan kepada banyak Dewa. Kepercayaan tradisional tersebut menghasilkan berbagai macam ritual, salah satunya adalah ritual “Tatung” yang disebut pula sebagai lok thung (落童).

Pawai “Tatung” yang terdapat pada perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang dipenuhi dengan nuansa mistis, dikarenakan banyaknya orang yang dipercaya berada dalam keadaan kerasukan roh-roh leluhur atau Dewa-Dewi, dan orang-orang tersebut di Singkawang disebut sebagai “Tatung”. Seni kebudayaan dalam bentuk pawai “Tatung” di Singkawang merupakan sebuah fenomena puncak acara yang sangat populer pada saat perayaan festival Cap Go Meh di daerah tersebut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelusuri perihal eksistensi “Tatung” yang terdapat pada saat perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Tentu peninggalan kebudayaan seperti “Tatung” dalam perayaan Cap Go Meh yang terdapat di Singkawang patut diperkenalkan kepada masyarakat luas dikarenakan nilai berharga yang dimilikinya, serta perlunya melestarikan kebudayaan ini agar dipertahankan dari masa ke masa. Maka dari itu judul penelitian yang diajukan adalah “ Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang, Kalimantan Barat ”, dimana dalam skripsi ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan tentang keberadaan “Tatung” yang khusus tampil pada perayaan festival Cap Go Meh di Singkawang sebagai salah satu perkenalan kebudayaan dari kota Singkawang.

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian terhadap eksistensi “Tatung” di Singkawang memiliki berbagai aspek yang luas, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya membatasi penelitian terhadap


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha fenomena eksistensi “Tatung” yang khusus dipertunjukkan pada saat perayaan festival Cap Go Meh di Singkawang.

1.3 Perumusan Masalah

Fenomena eksistensi “Tatung” di kota Singkawang sendiri sudah merupakan hal yang umum dan terkenal di Kalimantan Barat bahkan sampai ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, tetapi sangat disayangkan bahwa sebagian dari masyarakat Indonesia sendiri yang berada di luar pulau Kalimantan masih sangat sedikit yang mengetahui mengenai eksistensi warisan kebudayaan ini. Oleh karena itu penulis menetapkan rumusan masalah dari judul penelitian “ Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang, Kalimantan Barat ” sebagai berikut:

1. Apakah “Tatung” itu dan bagaimana asal usul “Tatung” yang terdapat di kota Singkawang, Kalimantan Barat?

2. Bagaimana perkembangan eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat?

3. Bagaimana prosedur untuk menjadi “Tatung” dan apa syarat yang harus dilalui “Tatung” untuk dapat ikut serta dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan dari penelitian ini ditujukan untuk:

1. Mendeskripsikan perihal “Tatung” yang terdapat di kota Singkawang, Kalimantan Barat dan memaparkan asal usul “Tatung” yang terdapat di kota Singkawang, Kalimantan Barat.

2. Memaparkan perkembangan “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat.


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha 3. Memaparkan bagaimana prosedur untuk menjadi “Tatung” dan apa syarat

yang harus dilalui “Tatung” untuk dapat ikut serta dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi masyarakat luas mengenai eksistensi “Tatung”, khususnya yang muncul pada perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat.

2. Sebagai salah satu literatur pengenalan budaya mengenai “Tatung” Singkawang.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan untuk membantu pemerintah dalam upaya melestarikan kebudayaan masyarakat setempat dan juga sebagai contoh dasar pertimbangan untuk mengembangkan pariwisata kota lainnya.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif supaya dapat diperoleh gambaran yang holistik mengenai suatu fenomena yang akan diteliti. Menurut Jonathan Sarwono (2006:257), pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu kondisi tersebut ( dalam konteks tertentu ), dan penelitian ini lebih mementingkan pada proses dibandingkan hasil akhir. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan angka. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti (Sulistyo-Basuki,2006:24). Pada


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian (Sarwono, 2006:259). Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89). Selain dengan metode kualitatif, penelitian ini juga dibantu dengan metode dokumentasi, supaya diperoleh gambaran dan jawaban yang jelas dari permasalahan yang diajukan.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih berada di kota Singkawang atau San Keuw Jong (Hanzi: 山口洋 hanyu pinyin: Shānkǒu Yáng) yang merupakan sebuah kota (kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Dengan lokasi kota Singkawang yang dihuni oleh mayoritas etnis Tionghoa dan masih kental dengan kebudayaan leluhur mereka, menjadikan lokasi tersebut sangat cocok untuk dijadikan lokasi pengamatan penelitian bidang kebudayaan Tionghoa. Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut, dikarenakan adanya fenomena eksistensi “ Tatung” dari kota tersebut yang sangat fenomenal setiap perayaan Cap Go Meh .

1.6.3. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan hasil data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek dari penelitian ini adalah individu-individu yang terlibat dalam proses pelaksanaan pawai “Tatung” pada perayaan festival Cap Go Meh yang meliputi pelaku tersebut, masyarakat yang mengetahui mengenai eksistensi “Tatung” tersebut dan tokoh-tokoh setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah informan yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Informan dalam penelitian kualitatif dipilih dengan menggunakan teknik purposive


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha sampling, yaitu cara penentuan informan yang ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu. Informan yang dipilih secara sengaja dalam penelitian ini adalah Bapak Haji Norman selaku Kepala Dinas Kebudayaan kota Singkawang dan Bapak Edhylius Sean selaku pengurus perhimpunan Hakka Singkawang.

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara (in-depth interview), dan penggunaan dokumen (dokument used). Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipasi. Cara yang ditempuh dalam teknik observasi partisipasi ini terdiri dari: pertama, peneliti bertindak secara langsung melakukan survei lapangan untuk mengamati gejala fenomena eksistensi “Tatung” tersebut. Dengan keterlibatan peneliti semacam ini, informasi dari hasil pengamatan dari fenomena eksistensi “Tatung” dapat dikumpulkan. Kedua, peneliti bertindak sebagai pengamat yang melibatkan dirinya dalam suatu kelompok tersebut, seperti observasi yang dilakukan terhadap Dinas Kebudayaan Singkawang dan Perhimpunan Hakka Singkawang mengenai pandangan pihak mereka terhadap fenomena eksistensi “Tatung” yang terdapat di Singkawang. Dalam hal ini karena peneliti berkeyakinan gejala masyarakat yang diamati dari luar, perlu juga mengamati dari dalam, tetapi tetap mengambil jarak dari subjek di lapangan agar tetap dapat dipertahankan objektivitas informasinya.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara terbuka atau mendalam, adalah cara wawancara yang memberi keleluasaan bagi informan untuk memberi pandangan-pandangan secara bebas (Koentjaraningrat, 1989:30). Wawancara demikian ini memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara mendalam. Peneliti akan mewawancarai informan yang terpilih, yakni orang yang bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini (knowledgeble on subject). Wawancara dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, wawancara tak berstuktur mirip dengan percakapan informal (Mulyana, 2002:181), artinya peneliti akan bebas dan leluasa menanyakan hal yang berkaitan dengan fokus penelitian. Kedua, peneliti menempatkan informan sebagai sejawat, artinya sejak


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha awal peneliti berterus-terang dan menjelaskan maksud penelitian yang sedang dilakukan.

Penelitian ini akan dilengkapi dengan menggunakan penggunaan dokumentasi untuk pengumpulan data lain seperti foto-foto “Tatung” yang terdapat dalam perayaan festival Cap Go Meh. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data dari buku-buku, website, notulen, koran, tulisan-tulisan yang semuanya dapat mendukung penulisan skripsi ini.

1.6.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif deskriptif dalam analisis data. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan analisis deskritif kualitatif, yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil wawancara dideskriptifkan secara keseluruhan. Data wawancara dalam penelitian merupakan sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan narasumber, kemudian peneliti membuat transkip hasil wawancara dengan cara memutar kembali rekaman wawancara untuk menuliskan kata- kata yang sesuai dengan apa yang ada di rekaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara ke dalam transkip, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan. Adapun data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif. Yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menurut Bogon dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moelong adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Melalui analisis dokumentasi nyata disertai data yang sudah diklasifikasi selanjutnya akan dipublikasikan kepada masyarakat luas mengenai hasil penelitian deskripsi eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang, Kalimantan Barat.


(17)

41

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN

Berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan dari penelitian yang berjudul tentang “Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh kota Singkawang, Kalimantan Barat” diketahui bahwa pawai “Tatung” pada saat perayaan festival Cap Go Meh di Singkawang sudah dilakukan kurang lebih 250 tahun yang lalu. Pengertian dari “Tatung” secara singkat adalah orang yang tubuhnya dijadikan media untuk dirasuki oleh roh Dewa-Dewi atau roh- roh yang mereka percayai.

Eksistensi “Tatung” di kota Singkawang menurut Bapak Haji Norman dari Kepala Dinas Kebudayaan kota Singkawang, beliau menyatakan bahwa eksistensi “Tatung” sudah ada sekitar tahun 1737 atau 1738. Dalam perkembangannya, eksistensi “Tatung” telah melalui sejarah perjalanan yang panjang dan mengalami intervensi politik, mulai dari era penjajahan Belanda, era penjajahan Jepang, era Orde Lama, era Orde Baru, era Walikota Awang Ishak periode pertama, era Walikota Hasan Karman, hingga kembali ke era Walikota Awang Ishak periode kedua. Dari yang eksistensinya tidak dipandang, hingga terekspos keluar di era keterbukaan dan akhirnya dengan adanya eksistensi “Tatung” ini berhasil membantu kota Singkawang meraih penghargaan Wonderful Of The World 2013 paling “WOW” dalam pagelaran The Real Wow yang diselenggarakan Marketeers Markplus bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Fenomena Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh kota Singkawang, Kalimantan Barat pun kian mulai diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia yang berharga.

Dari data yang terkumpul, menunjukkan bahwa jumlah peserta “Tatung” yang ikut serta dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Hal ini dapat diketahui dari


(18)

42

Universitas Kristen Maranatha data peserta “Tatung” yang semakin bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah peserta “Tatung” yang ikut serta dalam acara perayaan Cap Go Meh di kota Singkawang ini hanya berjumlah kurang lebih dari 300 peserta. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah peserta “Tatung” mengalami peningkatan cukup signifikan, dari yang sebelumnya kurang lebih 300 peserta mencapai angka 500 peserta. Sedangkan pada tahun 2013 peserta “Tatung” juga mengalami peningkatan kurang lebih 200 peserta sehingga pada tahun 2013 jumlah peserta “Tatung” mencapai angka 700 peserta. Pada tahun 2014 jumlah peserta “Tatung” menjadi kurang lebih 800 peserta.

Tidak semua orang bisa menjadi “Tatung” hal ini disebabkan adanya faktor kepercayaan berupa warisan dari leluhur dan ada juga yang memang sengaja belajar untuk menjadi “Tatung”. Para “Tatung” memiliki beberapa pantangan yang mereka percayai untuk melakukan ritual “Tatung” atau lok thung (落童), seperti dilarang makan daging, menjadi vegetarian, tidak boleh minum beralkohol, tidak boleh berjudi, tidak boleh berhubungan intim dan wajib puasa mulai dari 3 sampai 30 hari sebelum festival. Beberapa pantangan tersebut tidak hanya dilakukan ketika menjelang perayaan Cap Go Meh tapi ada yang dilakukan selama ia menjadi “Tatung”.

Untuk dapat tampil dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, para “Tatung” harus sudah terdaftar dan berada di bawah naungan dari Majelis Agama. Seiring perkembangan, Kementerian Agama di kota Singkawang juga bekerja sama dengan Majelis Agama yang ada di kota Singkawang untuk mengkoordinasi pendaftaran peserta “Tatung” agar pawai “Tatung” dapat berjalan secara efisien. Jadi untuk dapat tampil pada festival Cap Go Meh di kota Singkawang, para “Tatung” juga harus sudah mendapatkan sertifikat tanda terdaftar secara resmi dari Kementerian Agama di kota Singkawang. Pada saat mendaftarkan diri kepada kepanitian Cap Go Meh kota Singkawang, mereka akan diminta untuk melampirkan kedua sertifikat tersebut.


(19)

43

Universitas Kristen Maranatha 4.2 SARAN

Berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan dari penelitian yang berjudul tentang Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh kota Singkawang, Kalimantan Barat” penulis memberikan beberapa saran agar :

 Akulturasi budaya dari etnis Tionghoa dan etnis Dayak yang tercermin pada pawai “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang bisa selalu dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai teladan untuk indahnya kehidupan kebersamaan dan sebagai simbol menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat di Indonesia.

 Fenomena eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang merupakan salah satu seni budaya dan nilai jual pariwisata kota Singkawang, karena itu eksistensi “Tatung” perlu disosialisasikan kepada masyarakat umum, terutama yang masih belum mengetahui mengenai eksistensi “Tatung” di kota Singkawang, Kalimantan Barat.  Fenomena eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota

Singkawang sudah merupakan tradisi budaya yang turun temurun dilaksanakan, apabila terus dikelola dengan baik, akan menjadi salah satu sumber peningkatan ekonomi daerah setempat. Dengan meningkatnya ekonomi daerah setempat, maka diharapkan dapat berdampak pula pada peningkatan taraf hidup masyarakat Singkawang.

 Kota Singkawang hanya ramai pada saat perayaan festival Cap Go Meh, padahal dengan adanya eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang, hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik awal dari pihak pemerintah untuk memancing kreativitas pemerintah dalam meningkatkan laju perputaran roda perekonomian, sehingga roda perekonomian kota Singkawang bisa berjalan dengan stabil selama setahun penuh, tidak hanya pada saat perayaan festival Cap Go Meh saja.  Eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota

Singkawang dapat dimanfaatkan untuk khasanah budaya dan menunjang sektor pariwisata kota Singkawang. Untuk mencapai maksud ini, diperlukannya keterlibatan semua pihak masyarakat kota Singkawang.


(20)

44

Universitas Kristen Maranatha Misalnya dari pihak pemerintah dapat memajukan pembangunan daerah, meningkatkan kemudahan transportasi kota Singkawang, pihak Tour dan Travel menawarkan paket tour yang menarik bagi wisatawan dan pihak perhotelan dapat lebih meningkatkan fasilitas perhotelan yang ada di kota Singkawang secara lebih baik untuk menunjang kenyamanan wisatawan.  Pemerintah perlu memikirkan budaya-budaya Singkawang yang lainnya,

karena masih ada banyak kebudayaan di kota Singkawang yang belum tereksploitasi. Disarankan agar kebudayaan-kebudayan kota Singkawang dapat dieksploitasi dengan baik dan disosialisasikan kepada masyarakat luas ke arah yang positif, sehingga dapat diterjemahahkan ke dalam acara-acara kebudayaan yang sarat akan nilai jual pariwisatanya. Penulis juga menyarankan masyarakat luas agar dapat menjadikan kota Singkawang sebagai ranah penelitian kebudayaan dan daerah lain juga dapat mencontoh kekreatifan kota Singkawang dalam mengemas event budayanya untuk dijadikan nilai jual pariwisata.


(21)

45

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR REFERENSI

BUKU

Atmodjo, Satrio Eddy Prabowo Witanto (ed). (2000). Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2008). Selayang Pandang Singkawang. Singkawang : Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Singkawang. Bariarcianur, Frino. (2005). Demi Waktu Potret Tionghoa Singkawang. Jakarta : RAH

& Partners Law Firm.

Dhavamony , Mariasusai. (1995). Fenomenologi Agama . Yogyakarta : KANISIUS. Drs. Hidajat Z.M. (1993). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung :

TARSITO.

Haryono, P. (2000). Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Hermansyah. (2010). Ilmu Gaib di Kalimantan Barat. Jakarta : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia).

Jalaluddin, Prof. Dr.H. (2002). Psikologi Agama (edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jobathan, Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta : Graha Ilmu.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012). Cingcowong Upacara Meminta Hujan pada Masyarakat Kuningan. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012). Nadran Upacara Syukuran Masyarakat Nelayan Indramayu. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012). Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya.


(22)

46

Universitas Kristen Maranatha Kirchberger, Georg. (1996). Iman dan Transformasi Budaya. Flores: Nusa Indah. Kleinsteuber, A & Maharadjo, S.M. (2010). Kelenteng-Kelenteng Kuno Di Indonesia.

Jakarta : Genta Kreasi Nusantara.

Koentjaraningrat. (1997). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kusuma, Barry. (2013). 15 Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja. Rosdakarya.

Neni Puji Nur Rahmawati, S.si. & Wilis Maryanto, SH. (2004). Sejarah Kota Singkawang. Pontianak : Balai Kajian Sejarah.

Peursen van C.A Prof. Dr. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta : KANISIUS. Poerwanto Hari. (2014). Cina Khek di Singkawang. Depok : Komunitas Bambu.

Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan. (2005). Profil Kota Singkawang 2005. Singkawang : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Singkawang.

Sau Fat Lie. (2008). Aneka budaya Tionghoa Kalimantan Barat. Pontianak : Muare Public Relation.

Tim penyusun kamus. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Triono, Timur. (2014). Singkawang Heritage. Singkawang : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota Singkawang.

Wiriaatmadja, Rochiati, A. Dasuki & Dadan Wildan. (2004). Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).

Yuanzi Kong, Prof. (2005). Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.


(23)

47

Universitas Kristen Maranatha SURAT KABAR

Jangan Provokasi TATUNG. (2013, 14 November). Kalbar Times, halaman 10. Sean, Edhylius. (2013, 17 Januari). Cap Go Meh Singkawang, dari masa ke masa.

Kalbar Times, halaman 12.

Sean, Edhylius. (2014, 1 Juli). Jejak Sejarah Hakka Singkawang. Buletin Hayo, 28-29.

PUBLIKASI ELEKTRONIK

Andy. (2012, 2 Agustus). Kepercayaan Tradisional Kebudayaan Tionghoa. 8 April 2015.

http://vincentspirit.blogspot.com/2012/08/kepercayaan-tradisional-kebudayaan.html

Data Publikasi Kota Singkawang. (n.D.). 25 Mei 2015.

http://singkawangkota.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_14/publikasi/files/search /searchtext.xml

Dewa. (n.D.). 9 April 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Dewa

Halimah, Uun. (2008, April). Sistem Kepercayaan Masyarakat Cina. 8 April 2015. http://uun-halimah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.html Hari Raya Cap Go Meh. (n.D.). 12 April 2015.

http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter18/chapter180105.html Jumlah Penduduk Kalimantan Barat. (n.D.). 25 Mei 2015.

http://dukcapil.kalbarprov.go.id/statistik.html

Prasetyo, Budi. (2014, 2 Januari). Cap Go Meh Singkawang Raih Wonderfull of the Word Paling WOW. 18 mei 2015.

http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/02/cap-go-meh-singkawang-raih-wonderfull-of-the-world-paling-wow

Ridwan. (2014, 20 Maret). The Story of Tatung. 11 mei 2015.


(24)

48

Universitas Kristen Maranatha Sina, Ariel Bin. (2013, 29 Agustus). Ajaran Kepercayaan Rakyat Tiongkok. 11 Maret

2015.

http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/3678-ajaran-kepercayaan-rakyat-tiongkok

Tong, Xuan. (2013, 30 Desember). Dewa-dewa Taoism. 9 April 2015. http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/29-dewa-dewa-taoism Tongji (Spirit Medium). (n.D.). 29 Maret 2015.

https://en.wikipedia.org/wiki/Tongji_%28spirit_medium%29

Xiong, Zhou. (2011, 03 Februari). Re: Tiao Tang, luo tang, lok tung, tang ki , tang sin, chinese mediumship. 29 Maret 2015. Budaya_Tionghua@yahoogrups.com Zulkifli.(2012, 28 Februari). Manusia dan Mistisisme. 15 April 2015.


(1)

4.2 SARAN

Berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan dari penelitian yang berjudul tentang Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh

kota Singkawang, Kalimantan Barat” penulis memberikan beberapa saran agar :  Akulturasi budaya dari etnis Tionghoa dan etnis Dayak yang tercermin

pada pawai “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang bisa selalu dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai teladan untuk indahnya kehidupan kebersamaan dan sebagai simbol menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat di Indonesia.

 Fenomena eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang merupakan salah satu seni budaya dan nilai jual pariwisata kota Singkawang, karena itu eksistensi “Tatung” perlu disosialisasikan kepada masyarakat umum, terutama yang masih belum mengetahui mengenai eksistensi “Tatung” di kota Singkawang, Kalimantan Barat.  Fenomena eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota

Singkawang sudah merupakan tradisi budaya yang turun temurun dilaksanakan, apabila terus dikelola dengan baik, akan menjadi salah satu sumber peningkatan ekonomi daerah setempat. Dengan meningkatnya ekonomi daerah setempat, maka diharapkan dapat berdampak pula pada peningkatan taraf hidup masyarakat Singkawang.

 Kota Singkawang hanya ramai pada saat perayaan festival Cap Go Meh, padahal dengan adanya eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang, hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik awal dari pihak pemerintah untuk memancing kreativitas pemerintah dalam meningkatkan laju perputaran roda perekonomian, sehingga roda perekonomian kota Singkawang bisa berjalan dengan stabil selama setahun penuh, tidak hanya pada saat perayaan festival Cap Go Meh saja.  Eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota


(2)

Misalnya dari pihak pemerintah dapat memajukan pembangunan daerah, meningkatkan kemudahan transportasi kota Singkawang, pihak Tour dan Travel menawarkan paket tour yang menarik bagi wisatawan dan pihak perhotelan dapat lebih meningkatkan fasilitas perhotelan yang ada di kota Singkawang secara lebih baik untuk menunjang kenyamanan wisatawan.  Pemerintah perlu memikirkan budaya-budaya Singkawang yang lainnya,

karena masih ada banyak kebudayaan di kota Singkawang yang belum tereksploitasi. Disarankan agar kebudayaan-kebudayan kota Singkawang dapat dieksploitasi dengan baik dan disosialisasikan kepada masyarakat luas ke arah yang positif, sehingga dapat diterjemahahkan ke dalam acara-acara kebudayaan yang sarat akan nilai jual pariwisatanya. Penulis juga menyarankan masyarakat luas agar dapat menjadikan kota Singkawang sebagai ranah penelitian kebudayaan dan daerah lain juga dapat mencontoh kekreatifan kota Singkawang dalam mengemas event


(3)

DAFTAR REFERENSI

BUKU

Atmodjo, Satrio Eddy Prabowo Witanto (ed). (2000). Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2008). Selayang Pandang Singkawang. Singkawang : Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Singkawang. Bariarcianur, Frino. (2005). Demi Waktu Potret Tionghoa Singkawang. Jakarta : RAH

& Partners Law Firm.

Dhavamony , Mariasusai. (1995). Fenomenologi Agama . Yogyakarta : KANISIUS. Drs. Hidajat Z.M. (1993). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung :

TARSITO.

Haryono, P. (2000). Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar.

Yogyakarta: Kanisius.

Hermansyah. (2010). Ilmu Gaib di Kalimantan Barat. Jakarta : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia).

Jalaluddin, Prof. Dr.H. (2002). Psikologi Agama (edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Jobathan, Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta : Graha Ilmu.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012).

Cingcowong Upacara Meminta Hujan pada Masyarakat Kuningan. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012).

Nadran Upacara Syukuran Masyarakat Nelayan Indramayu. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012).


(4)

Kirchberger, Georg. (1996). Iman dan Transformasi Budaya. Flores: Nusa Indah. Kleinsteuber, A & Maharadjo, S.M. (2010). Kelenteng-Kelenteng Kuno Di Indonesia.

Jakarta : Genta Kreasi Nusantara.

Koentjaraningrat. (1997). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kusuma, Barry. (2013). 15 Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja. Rosdakarya.

Neni Puji Nur Rahmawati, S.si. & Wilis Maryanto, SH. (2004). Sejarah Kota Singkawang. Pontianak : Balai Kajian Sejarah.

Peursen van C.A Prof. Dr. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta : KANISIUS. Poerwanto Hari. (2014). Cina Khek di Singkawang. Depok : Komunitas Bambu.

Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan. (2005). Profil Kota Singkawang 2005. Singkawang : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Singkawang.

Sau Fat Lie. (2008). Aneka budaya Tionghoa Kalimantan Barat. Pontianak : Muare Public Relation.

Tim penyusun kamus. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Triono, Timur. (2014). Singkawang Heritage. Singkawang : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota Singkawang.

Wiriaatmadja, Rochiati, A. Dasuki & Dadan Wildan. (2004). Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).

Yuanzi Kong, Prof. (2005). Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.


(5)

SURAT KABAR

Jangan Provokasi TATUNG. (2013, 14 November). Kalbar Times, halaman 10. Sean, Edhylius. (2013, 17 Januari). Cap Go Meh Singkawang, dari masa ke masa.

Kalbar Times, halaman 12.

Sean, Edhylius. (2014, 1 Juli). Jejak Sejarah Hakka Singkawang. Buletin Hayo, 28-29.

PUBLIKASI ELEKTRONIK

Andy. (2012, 2 Agustus). Kepercayaan Tradisional Kebudayaan Tionghoa. 8 April 2015.

http://vincentspirit.blogspot.com/2012/08/kepercayaan-tradisional-kebudayaan.html

Data Publikasi Kota Singkawang. (n.D.). 25 Mei 2015.

http://singkawangkota.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_14/publikasi/files/search /searchtext.xml

Dewa. (n.D.). 9 April 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Dewa

Halimah, Uun. (2008, April). Sistem Kepercayaan Masyarakat Cina. 8 April 2015. http://uun-halimah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.html

Hari Raya Cap Go Meh. (n.D.). 12 April 2015.

http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter18/chapter180105.html

Jumlah Penduduk Kalimantan Barat. (n.D.). 25 Mei 2015. http://dukcapil.kalbarprov.go.id/statistik.html

Prasetyo, Budi. (2014, 2 Januari). Cap Go Meh Singkawang Raih Wonderfull of the Word Paling WOW. 18 mei 2015.

http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/02/cap-go-meh-singkawang-raih-wonderfull-of-the-world-paling-wow

Ridwan. (2014, 20 Maret). The Story of Tatung. 11 mei 2015.


(6)

Sina, Ariel Bin. (2013, 29 Agustus). Ajaran Kepercayaan Rakyat Tiongkok. 11 Maret 2015.

http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/3678-ajaran-kepercayaan-rakyat-tiongkok

Tong, Xuan. (2013, 30 Desember). Dewa-dewa Taoism. 9 April 2015. http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/29-dewa-dewa-taoism

Tongji (Spirit Medium). (n.D.). 29 Maret 2015.

https://en.wikipedia.org/wiki/Tongji_%28spirit_medium%29

Xiong, Zhou. (2011, 03 Februari). Re: Tiao Tang, luo tang, lok tung, tang ki , tang sin, chinese mediumship. 29 Maret 2015. Budaya_Tionghua@yahoogrups.com Zulkifli.(2012, 28 Februari). Manusia dan Mistisisme. 15 April 2015.