PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI PENGAMBILAN COMPONEN Ca, P DAN K DARI BATANG POHON PISANG.

(1)

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR

MELALUI PENGAMBILAN COMPONEN Ca, P

DAN K DARI BATANG POHON PISANG

SKRIPSI

Disusun oleh :

1. Dina Rachmaniar

(0631010003)

2. Yudi Andi Prasetyanto

(0631010073)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI

PENGAMBILAN KOMPONEN Ca, P DAN K DARI

BATANG POHON PISANG

Disusun Oleh :

DINA RACHMANIAR

0631010003

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Dosen Penguji Pada Tanggal

10 Februari 2010

Tim Penguji : Pembimbing :

1. 1.

Ir. Kindriari Nurma, MT Ir. Nizar Bajasut, MT NIP. 030 194 443 NIP. 030 195 025 2.

Ir. Elly Kurniati, MT NIP. 030 217 271

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Ir. Sutiyono, MT NIP. 030 191 025


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI

PENGAMBILAN KOMPONEN Ca, P DAN K DARI

BATANG POHON PISANG

Disusun Oleh :

YUDI ANDI PRASETYANTO 0631010073

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Dosen Penguji Pada Tanggal

10 Februari 2010

Tim Penguji : Pembimbing :

1. 1.

Ir. Kindriari Nurma, MT Ir. Nizar Bajasut, MT NIP. 030 194 443 NIP. 030 195 025 2.

Ir. Elly Kurniati, MT NIP. 030 217 271

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Ir. Sutiyono, MT NIP. 030 191 025


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI

PENGAMBILAN KOMPONEN Ca, P DAN K DARI

BATANG POHON PISANG

Disusun Oleh :

DINA

RACHMANIAR

0631010003

YUDI ANDI PRASETYANTO

0631010073

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Dosen Penguji Pada Tanggal

10 Februari 2010

Tim Penguji : Pembimbing :

1. 1.

Ir. Kindriari Nurma, MT Ir. Nizar Bajasut, MT NIP. 030 194 443 NIP. 030 195 025 2.

Ir. Elly Kurniati, MT NIP. 030 217 271

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Ir. Sutiyono, MT NIP. 030 191 025


(5)

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

KETERANGAN REVISI

Nama : Dina Rachmaniar / 0631010003 Yudi Andi Prasetyanto / 0631010073 Jurusan : Teknik Kimia

Telah mengerjakan revisi / tidak ada revisi / Seminar Skripsi / PKL / Ujian Negara Lisan Gelombang I, II, III dengan judul :

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI

PENGAMBILAN KOMPONEN Ca, P DAN K DARI BATANG

POHON PISANG ”

Surabaya, Februari 2010

Dosen penguji yang memerintahkan revisi :

1. Ir. Kindriari Nurma, MT (...)

2. Ir. Elly Kurniati, MT (...)

Mengetahui : Dosen Pembimbing


(6)

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

KETERANGAN REVISI

Nama : Dina Rachmaniar / 0631010003 Jurusan : Teknik Kimia

Telah mengerjakan revisi / tidak ada revisi / Seminar Skripsi / PKL / Ujian Negara Lisan Gelombang I, II, III dengan judul :

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI

PENGAMBILAN KOMPONEN Ca, P DAN K DARI BATANG

POHON PISANG ”

Surabaya, Februari 2010 Dosen penguji yang memerintahkan revisi :

1. Ir. Kindriari Nurma, MT (...)

2. Ir. Elly Kurniati, MT (...)

Mengetahui : Dosen Pembimbing


(7)

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

KETERANGAN REVISI

Nama : Yudi Andi Prasetyanto / 0631010073 Jurusan : Teknik Kimia

Telah mengerjakan revisi / tidak ada revisi / Seminar Skripsi / PKL / Ujian Negara Lisan Gelombang I, II, III dengan judul :

” PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI

PENGAMBILAN KOMPONEN Ca, P DAN K DARI BATANG

POHON PISANG ”

Surabaya, Februari 2010 Dosen penguji yang memerintahkan revisi :

1. Ir. Kindriari Nurma, MT (...)

2. Ir Elly Kurniati, MT (...)

Mengetahui : Dosen Pembimbing


(8)

i

INTISARI

Pohon pisang merupakan tanaman buah yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar kita. Bagian-bagian dari pohon pisang banyak sekali manfaatnya misalnya buahnya bisa buat makanan bayi, batang pisangnya dapat dipakai sebagai tempat menaruh wayang, godong pisangnya dapat dipakai membungkus ikan dan lain-lain. Namun, belum banyak orang tahu bahwa batang pohon pisang dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan pupuk cair organik karena batang pohon pisang memiliki komponen yang sama dalam pupuk cair organik yaitu Phospor (P), Kalium (K) dan Kalsium (Ca).

Untuk mendapatkan komponen-komponen tersebut maka harus dilakukan dengan cara proses ekstraksi yaitu pengambilan komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan pelarut (Aquadest). Dengan adanya solvent aquadest maka komponen P, Ca dan K akan larut dalam aquadest sehingga didapatkan komponen-komponen tersebut dan dapat dibuat pupuk organik cair.

Pada proses ekstraksi diberikan variabel, Kondisi yang ditetapkan: Berat batang pisang: 500 gram, Suhu proses : 70oC, Kecepatan pengadukan : 240 rpm. Kondisi yang berubah : Volume solvent ( aquadest ): 500, 550, 600, 650, 700 ml, Waktu pengadukan : 5, 10, 15, 20, 25 menit. Dari penelitian ini didapatkan kadar P, Ca, dan K yang terbaik adalah 16,2 % berat, 30,05% berat, dan 21,5% berat. Pada volume 600 ml dan waktu pemixeran 15 menit.


(9)

ii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah, inayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian dengan judul ”Proses Pembuatan Pupuk Cair Melalui Pengambilan Komponen Ca, P dan K dari Batang Pohon Pisang”.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan baku alternatif pembuatan Pupuk cair Organik, disamping sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan petunjuk, pengalaman, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Retno Dewanti, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Nizar Bajasut, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan-masukan dan pencerahan dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Ir. Kindriari Nurma, MT selaku DosenPenguji I. 5. Ir. Elly Kurniati, MT selaku Dosen Penguji II.

6. Ir. Mu’tasim Billah, MT selaku Kepala Laboratorium Riset Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran“ Jatim yang telah memberikan keleluasaan bagi penyusun dalam melaksanakan penelitian ini di laboratorium.


(10)

iii 7. Bapak Purwoto yang telah membantu penyusun dalam menyediakan

alat-alat di laboratorium.

8. Kedua orang tua, kakak, dan adik yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun spiritual dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Semua teman-teman angkatan 2006 yang telah membantu dan memberikan motivasi serta dorongan sehingga dapat terselesaikannya penyusunan laporan ini.

Dalam menyusun laporan penelitian ini, kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun kami harapkan. Kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun sendiri dan semua pembaca sehingga dapat menambah pengetahuan.

Surabaya, Februari 2010


(11)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

INTISARI ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Tujuan Peneitian ... 2

I.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Pupuk ... 3

Pupuk Organik ... 4

Pupuk Organik Padat... 5

Pupuk Organik cair... 5

Aplikasi Pupuk Padat ... 6

Aplikasi Pupuk Cair ... 7

Fosfor... 8

Pupuk Fosfat ... 9

Kalium ... 11

Pupuk Kalium ... 11

kalsium ... 13

Pupuk Kalsium... 13

II.1.2 Pohon Pisang... 15

II.1.3 Batang Pisang ... 16

II.1.4 Ekstraksi... 16

II.2 Landasan Teori II.2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi ... 18


(12)

v

II.2.2 Sifat – sifat Air... 19

II.2 Hipotesis ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN III.1 Bahan II.2.1 Bahan untuk Penelitian... 20

III.2 Alat - alat ... 20

III.3 Gambar Susunan Alat... 21

III.3.1 Proses Ekstraksi... 22

III.4 Variabel yang digunakan III.4.1 Proses Ekstraksi... 22

III.5 Prosedur Penelitian ... 23

III.6 Metodologi Penelitian ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisa Bahan Baku ... 27

IV.2 Proses Ekstraksi ... 27

IV.3 Uji Komponen Ca, P dan K pada Tanaman... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan... 33

V.2 Saran ... 33 Daftar Pustaka


(13)

vi DAFTAR TABEL

IV.1.1 Tabel Hasil Analisa Kadar Ca, P dan K awal ... 27 IV.2.1 Tabel Hasil Analisa Kadar Ca, P dan K... 27 IV.3.1 Tabel Hasil Uji Komponen Ca, P, dan K terhadap Tanaman Cabe


(14)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.2.2 Pengaruh volume dan waktu pengadukan terhadap kadar Ca ... 29 Gambar IV.2.3 Pengaruh volume dan waktu pengadukanterhadap kadar P... 30 Gambar IV.2.4 Pengaruh volume dan waktu pengadukan terhadap K... 31


(15)

LEMBAR REVISI

NAMA/NPM

: 1. DINA RACHMANIAR /0631010003

2. YUDI ANDI P. /0631010073

JUDUL

:

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI PENGAMBILAN

KOMPONEN Ca, P DAN K DARI BATANG POHON PISANG.

DOSEN PEMBIMBING : Ir. NIZAR BAJASUT, MT

No Halaman

Keterangan

Penguji I


(16)

LEMBAR REVISI

NAMA/NPM

: 1. DINA RACHMANIAR /0631010003

2. YUDI ANDI P. /0631010073

JUDUL

:

PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR MELALUI PENGAMBILAN

KOMPONEN Ca, P DAN K DARI BATANG POHON PISANG.

DOSEN PEMBIMBING : Ir. NIZAR BAJASUT, MT

No Halaman

Keterangan

Penguji II


(17)

(18)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia sering dikenal sebagai negara agraris, dimana sebagian besar penduduk negara Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Namun pada saat ini para petani Indonesia dihadapkan dengan permasalahan harga pupuk anorganik yang melambung tinggi sehingga para petani mengalami kerugian, yang dikarenakan biaya produksi terlalu tinggi sedangkan pendapatannya yang diperoleh dari hasil pejualan hanya sedikit. Pohon pisang merupakan tanaman yang sering kita jumpai dalam

lingkungan kita, tanaman ini biasanya tumbuh dipekarangan-pekarangan rumah dengan subur tanpa ada perawatan khusus, sehingga kita tidak harus memberi pupuk untuk membantu pertumbuhannya dan hal ini sangat menguntungkan bagi seseorang yang mempunyai pohon pisang diperkarangan rumahnya.

Namun saat musim panen pohon pisang hanya dipanen buahnya saja dan bagian-bagian lain dari pohon pisang seperti batang, bongol,dan daunnya belum dimanfatkan secara optimal. Hal ini sangat disayangkan karena bagian-bagian itu dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi jika dimanfaatkan dan disertai dengan teknologi yang sesuai.

Oleh sebab itu dengan adanya fenomena yang terjadi diatas, kami termotivasi untuk membuat suatu penelitian dengan bahan baku batang pohon pisang menjadi produk yang bernilai ekonomis yaitu berupa pupuk cair. Kita mengetahui bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk anorganik ialah N. P, K, dan Ca yang dimana unsur-unsur tersebut terkandung juga dalam batang pohon pisang.


(19)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. TINJAUAN UMUM II.1.1. PUPUK

Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan yang diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman. ( Saifuddin sarief,1985)

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan esensial bagi pertumbbuhan tanaman. Pupuk juga merupakan vitamin bagi tanaman yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur. Dengan tanah yang subur dan gembur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan buah dan daun yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak.

http://www.diperta.jabarprov.go.id/data/arsip/PEDOMAN%20PER TANIAN%20ORGANIK.pdf

Pupuk terdapat dalam berbagai klasifikasi (penggolongan), diantaranya adalah yang penting :

1. Berdasarkan terjadinya, pupuk dibagi atas : a) Pupuk buatan.

b) Pupuk alam.

2. Berdasarkan zat-zat makanan yang dikandungnya, pupuk dibagi atas :

a) Pupuk-pupuk yang mengandung zat N. b) Pupuk-pupuk yang mengandung zat P. c) Pupuk-pupuk yang mengandung zat K.

d) Pupuk-pupuk yang mengandung zat kapur dan magnesium. e) Pupuk gabungan.


(20)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 4 3. Berdasarkan susunan kimiawi dan perubahan-perubahannya

didalam tanah, pupuk dibagi atas : a) pupuk anorganik.

b) pupuk organik. ( Saifuddin sarief,1985)

Pupuk Organik

Jenis Pupuk Organik dan Teknologi Pembuatan Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dan dirombak dengan bantuan mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses perombakan bahan organik menjadi pupuk organik itu dapat berlangsung secara alami atau buatan.

Penggunaan pupuk organik dalam proses budidaya tanaman sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang kita, baik secara sengaja seperti pemanfaatan kotoran ternak/pupuk kandang atau secara tidak sengaja, yaitu adanya seresah yang tertimbun dan akhirnya menjadi humus. Proses alami yang terjadi sebagai anugerah, terus dipelajari dan dilaksanakan pengembangan teknologi sehingga prosesnya menjadi lebih cepat bila dibandingkan berjalan murni secara alami.

Penambahan pupuk organik pada sistem pertanian organik adalah sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah (stuktur dan tekstur tanah), sifat kimia tanah (sumber paling utama tersedianya hara tanah, karena unsur hara yang terkandung jenisnya lengkap), juga dapat dapat memperbaiki sifat biologi tanah (media hidup mikroorganisme tanah yang bermanfaat).

Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa air saringan dari pupuk padat, dimaksudkan agar penggunaannya lebih mudah tidak mengandung kotoran dan sekaligus untuk menjaga kelembaban tanah. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau,


(21)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 5 pupuk seresah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya adalah berpengaruh positif terhadap tanah, jika pemberiannya setelah pupuk itu.

PUPUK ORGANIK PADAT

Pupuk organik padat terbagi atas : 1. Pupuk kandang

2. Pupuk kompos 3. Pupuk hijau

Secara umum Peranan/Fungsi Pupuk Organik, adalah sebagai berikut : - Meningkatkan kemampuan tanah menyerap air

- Meningkatkan kemampuan tanah menyerap nutrisi - Memperbaiki aerasi tanah

- Sumber unsur hara tanaman yang lengkap

- Sumber energi dan media hidup mokroorganisme tanah - Memperbaiki warna tanah

PUPUK ORGANIK CAIR

Pupuk organik cair adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah.

Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan.

(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.portofh ueneme.org/documents/Liquid_Fertilizer.doc&sa=X&oi=translate&resnu m=2&ct=result&prev=/search%3Fq%3Dliquid%2Bfertilizer%26hl%3Did %26sa%3DG

Pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur yang terkandung di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah


(22)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 6 yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.

Bahan baku pupuk organik cair dapat berasal dari pupuk hijau, kompos,maupun pupuk kandang, yaitu dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu melalui beberapa perlakukan,air perendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.

Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga, karena Pengerjaan pemupukan dengan pupuk cair akan lebih cepat dibanding dengan pupuk padat. -Aplikasi pupuk cair dapat dicampur dengan pestisida organik (pestisida nabati).

Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya :

-Daun johar (Cassia sianeu) -Gamal (Gliricidia septum)

-Lamtorogung (Leucaena leucocsphala).

Pupuk cair mempunyai kelebihan dapat secara tepat mengatasi defisiensi hara, cepat meresap dalam tanah dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara secara tepat. Pupuk organik cair tidak merusak humus tanah walaupun seringkali digunakan. Selain itu pupuk ini juga memiliki zat pengikat larutan sehingga bisa langsung digunakan pada tanah tidak butuh interval waktu untuk dapat menanam tanaman.

APLIKASI PUPUK PADAT

Pada prinsipnya, aplikasi pupuk padat, baik organik maupun kimia, dilakukan dengan cara yang sama. Namun, pada aplikasi pupuk kimia hal yang perlu ditekankan yaitu sifat dan kandungan utama unsur haranya. Selain itu, pemupukan harus disesuaikan dengan kondidi tanah yang dipupuk.

Aplikasi pupuk padat baik organik maupun kimia dapat dilakukan dengan 3 cara umum yaitu :


(23)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 7 Pemupukan tanaman dengan cara ditebar langsung kepermukaan tanah umunya diterapkan pada lahan tanaman dengan jarak tanam yang rapat sehingga permukaan tanah hampir tertutup seluruhnya. Pemupukan dengan cara ini kehilangan pupuk yang akan telah ditebarkan, merupakan salah satu kekurangan dari cara pemupukan ini.

2. Ditaburkan di larikan atau barisan antar tanaman

Pemupukan dengan cara ditabur kedalam larikan atau barisan hasilnya lebih baik daripada ditebar secara langsung, aplikasi pemupakan dilakukan dengan memberikan pupuk didalam parit kecil atau larikan diantara barisan tanaman kemudian pupuk ditutup dengan tanah. Namun aplikasi pemupukan deangan cara ini juga ada kelemahannya, yaitu memerlukan tambahan waktu, biaya, dan tenaga kerja.

3. Dimasukkan didalam lubang.

Pemupukan dengan cara dimasukkan didalam lubang yang dibuat melingkari tanaman dibawah tajuk keluar dari tanaman tersebut. Lubang yang sudah diberi pupuk segera ditutup dengan tanah galian. Agar pupuk cepat mencapai sasaran, ssetelah lubang ditutup segera dilanjutkan dengan penyiraman.

APLIKASI PUPUK CAIR

Aplikasi pupuk cair organik cair biasanya dilakukan dengan diseprotkan kedaun dan disiramkan langsung ke perakaran tanaman.

Beberapa jenis pupuk organik cair dapat langsung disemprotkan ke daun tanpa penambahan air, tetapi jenis lain harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu dengan dosis tertentu. Dalam pengenceran pupuk cair dapat pula ditambahkan bahan perekat, hormon, insektisida atau bahan pembantu lain. Aplikasi pupuk cair dengan cara disemprotkan ke daun sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi terik matahari atau kelembaban rendah karena larutan pupuk akan cepat menguap. Pemupukan juga


(24)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 8 disarankan tidak dilakukan pada saat hujan karena larutan pupuk dari daun akan hilang.

Aplikasi pupuk cair yang lain, yaitu dengan menyiramkan langsung ke perakaran tanaman. Cara aplikasi pemupukan ini lebih tepat untuk tanaman besar dan tanaman tahunan yang tidak terjangkau penyemprotan. Caranya pupuk dilarutkan terlebih dahulu sesuai dengan konsentrasi yang dianjurkan pada label lalu disiramkan ke perakaran tanaman. Pemupukan akan lebih efisien bila dilakukan sekaligus dengan penyiraman tanaman.

Dapat disimpulkan bahwa pupuk cair lebih baik bila dibandingkan dengan pupuk padat. Pupuk cair lebih cepat meresap pada tanah, tidak merusak humus sedangkan pupuk padat kurang cepat meresap pada tanah, mudah hilang terbawa angin, memerlukan tambahan waktu dan tenaga kerja. (Marsono dan Paulus sigit,2001)

Fosfor

Fosfor sebagai ortho-fosfat memegang peranan penting dalam kebanyakan reaksi enzim yang tergantung kepada fosforilase. Oleh karena itu fosfor merupakan bagian dari inti sel, sangat penting dalam pembelahan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Dengan demikian fosfor merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji, atau gabah, selain itu juga sebagai penyusun lemak dan protein.

( Saifuddin sarief,1985).

Pupuk Fosfat

Fosfor sebagai zat makanan tanaman. Pengaruh fosfat

Dalam banyak hal fosfat mempunyai pengaruh yang positif sebagai berikut:


(25)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 9 2. Mendorong tanaman menjadi masak dengan baik. Dalam hal ini fosfat

mempunyai pengaruh yang berlawanan dibandingkan dengan Nitrogen.

3. Pada tanaman gandum mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan rumpun yang sehat, dan menghasilkan rumput kering yang lebih kuat dan tidak mudah patah.

4. Fosfat sangat penting, terutama untuk produksi butiran gandum. Karena fosfat, maka produksi butiran gandum bertambah lebih banyak dari pada kenaikan produksi rumput keringnya. Bibit biji-bijian biasanya lebih banyak mengandung fosfat dari pada bagian lain dari tanaman. 5. Pada kentang ia membantu menghasilkan produksi dalam jumlah

satuan yang lebih banyak, namun ukuran kentangnya menjadi lebih kecil. Fosfat menaikkan kadar karbohidrat dan menaikkan kualitas karbohidrat pada kentang.

6. Menaikkan kadar gula pada tanaman.

7. Mempunyai pengaruh positif untuk menaikkan kualitas ercis yang sudah cukup tua untuk dimasak, Ercis yang sudah dimasak. Ercis yang dihasilkan dari tanah.

8. Dapat memperbaiki kondisi lapisan rumput.

Fosfat dapat membantu pertumbuhan rumput secara positif, seperti Engels raaigras, dan klaver putih. Pertumbuhan tumbuhan pengganggu, dan berbagai jenis rumput yang jahat dapat ditekan dengan pemupukan fosfat yang baik.

9. Penting untuk memelihara kondisi kesehatan ternak. Rumput dari tanah yang kekurangan fosfat pada umumnya mempunyai kadar asam fosfat yang rendah.


(26)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 10 Fosfor di dalam pupuk

Pupuk fosfat sederhana yang biasa dipakai pada umumnya hanya mengandung kalsium fosfat. Pada pupuk yang majemuk terdapat juga amonium fosfat

Superfosfat

Bahan baku untuk pembuatan superfosfat adalah fosfat kasar atau fosfat alam. Ia mengandung kalsium fosfat Ca3(PO4)2. Fosfat alam di

dapatkan di banyak tempat di dalam tanah, tersebar luas di seluruh dunia. Didalam pabrik super fosfat, kalsium fosfat alam diolah dengan asam sulfat menjadi kalsium fosfat asam primer. Reaksinya berlangsung sebagai berikut.

Ca3(PO4)2 + 2 H2SO4 Ca(H2PO4)2 + 2 CaSO4

Kedua hasil akhir dari reaksi kimia ini, yaitu kalsium fosfat asam primer dan gips, bersama-sama merupakan mono superfosfat yang biasa. Komposisi dan Sifat-Sifatnya

Komponen penting dari mono superfosfat adalah kalsium fosfat asam primer dan gips. Disamping itu ada juga sedikit asam fosfat (H3PO4)

bebas. Kadar P2O5 nya 19% yang bisa larut didalam air. Kekurangan Unsur Fosfor (P)

Kekurangan unsur ini akan menyebabkan warna bibit tanaman muda menjadi keungu-unguan yang kemudian menjadi menguning. Pertumbuhan menjadi terlambat dan akibat selanjutnya proses kematangan menjadi terhambat dan akibat selanjutnya proses kematangan menjadi lambat.

Pada umumnya kekurangan fosfat ini menunjukkan gejala pada tepi-tepi daun,cabang,dan batang terdapat warna merah keungu-unguan;selanjtnya tanaman menjadi kuning. Tanaman menjadi kerdil dan proses pemasakan buah berjalan lambat. Produksi tanaman buah-buahan dan juga biji-bijian bisa merosot.


(27)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 11

Kalium (K)

Kalium adalah salah satu dari beberapa unsur utama yang diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi tanaman. Kalium sangat penting dalam proses setiap proses metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis dari asam amino dan protein dari ion-ion amonium. Kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-buahan. Berdasarkan penelitian kalium terdapat mengumpul pada titik-titik tumbuh.

Pupuk Kalium

Kalium sebagai zat makanan tanaman

Kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman. Ia khusus terdapat di dalam cairan sel di dalam bentuk ion-ion K+ . Namun, ini mempunyai fungsi yang mutlak harus ada di dalam proses metabolisme tanaman. Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman.

Sifat-sifat positif pupuk kalium, antara lain sebagai berikut : a. Mendorong produksi hidrat arang.

Tanaman yang banyak mengandung komponen ini (seperti kentang dan bit) membutuhkan banyak pupuk kalium.

b. Mempunyai peranan penting dalam mengangkut hidrat arang di dalam tanaman. Kekurangan unsur ini dapat mengakibatkan berkumpulnya gula pada daun yang diproduksi melalui asimilasi.

c. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan. Kalium membantu pengisapan air oleh akar tanaman, dan mencegah menguapnya air keluar dari daun.

d. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap hawa dingin dan hawa dingin malam.

e. Sedikit banyak mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai penyakit. Hal ini terutama berlaku bagi roest dan meeldauw.


(28)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 12 Kekurangan kalium pada kentang menyebabkan tanaman ini mudah terkena penyakit phytopthora (penyakit cendawan).

f. Membantu menguatkan rumpun pada tanaman gandum dan vlas, sehingga tanaman ini tidak terlalu mudah rebah.

g. Memperbaiki beberapa sifat kualitatif (rasa, warna, bau harum, tahan lama, dan sebagainya) dari berbagai hasil tanaman. Pemupukan kalium yang cukup, banyak membantu mencegah timbulnya stootblauw pada kentang.

h. Mempunyai pengaruh baik terhadap kualitas tanaman rumput, terutama Engels raaigras dan klaver putih membutuhkan pupuk kalium yang cukup. Di tanah yang kurang akan kalium, klaver putih mudah sekali lenyap.

Pengaruh negatif dari kalium yang terlalu banyak

Pemupukan tanaman dengan kalium yang terlalu banyak, bukan saja tidak ekonomis, karena tidak menaikkan hasil tanaman, tetapi juga bisa mengakibatkan menurunnya hasilnya. Lagi pula, tanaman dapat menyerap kalium lebih banyak dari pada yang dibutuhkannya untuk mencapai hasil yang maksimum.

Akibatnya dapat merugikan, karena sebagai berikut : a. Menurunnya kadar kering dari hasil tanaman. b. Menurunnya penyerapan dari kation kation lain.

c. Memperbesar kemungkinan timbulnya kekurangan boron. Kalium di dalam pupuk

Kekurangan Kalium (K)

Kekurangan kalium pada umumnya menunjukan gejala-gejala seperti becak-becak atau keriput-keriputan pada daun. Becak-becak ini meliputi seluruh permukaan daun kecuali pada tulang tengah, dan selanjutnya daun berkeriput mengering.

Gejala-gejala ini menunjukkan kekurangan kalium :

Daun : berwarna hijau tua dengan becak-becak seperti karat,daun-daun mati sebelum waktunya setelah tanaman berbunga. Daun-daun tua


(29)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 13 merunduk dan daun-daun muda menggulung menyerupai tanaman kekurangan air.

Batang : batang pendek dan kecil sehingga tanaman kerdil.

Akar : akar tanaman yang kekurangan kalium umumnya kurang berkembang. Akar kecil-kecil dan pendek dengan cabang dan akar rambut yang kecil. Warna akar sering berubah menjadi coklat tua samapi hitam,menandakan akar yang busuk.

Kalsium (Ca)

Kalsium ternyata merupakan unsur utama (esensial) juga yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan meristem dan menjamin pertumbuhan dan berfungsinya ujung-ujung akar yang wajar. Terdapat juga dalam bentuk kalsium pektat, yang merupakan penyusun lamela tengah dan dinding sel dan demikian juga berkumpul dalam daun.

Kalsium penting dalam pembentukn zat putih telur, mencegah kemasaman pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan. Zat kapur ini terdapat pada dinding dan batang dan berpengaruh baik pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. ( Saiifuddin Sarief,1985)

Pupuk Kalsium

Kalsium sebagai zat makanan pada tanaman

Kalsium didalam tanaman sangat penting untuk menetralisasi senyawa asam. Senyawa asam ini bilamana konsentrasinya terlalu tinggi, mempunyai pengaruh negatif terhadap protoplasma. Lagi pula unsur ini berada di dalam tanaman sebagai bagian dari dinding sel dalam berbagai bentuk persenyawaan. Kekurangan kalsium sama sekali jarang atau tidak pernah pada tanaman.

Kalsium di dalam tanah

Kalsium di dalam tanah dijumpai sebagai berikut : a. kalsium karbonat.


(30)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 14 c. Ion-ion Ca2+ di dalam air tanah.

Kalsium dan struktur

Untuk struktur tanah pertanian adalah sangat penting, bahwa kompleks adsorpsi diduduki dengan cukup oleh ion-ion Ca2+, dan bahwa konsentarasi ionion Ca2+ di dalam air tanah cukup tinggi.kalsium mengurangi sifat kaku dari tanah liat yang berat dan mencegah tanah pasir bercampur dengan tanah liat. Oleh sebab itu maka tanah perlu mempunyai cadangan CaCO3 sebagaian dari CaCO3 yang sulit larut, ditransformasi

menjadi Ca(HCO3)2, yang lebih mudah larut dan dapat mensuplai ion-ion

Ca2+.

Pengaruh pemberian kalsium pada tanah sebagai berikut : 1. Memperkaya tanah dengan nitrogen.

2. Memobilisasi zat makanan tanaman. 3. Fiksasi zat tanaman.

4. Meningkatkan suplai magnesium. (Rinema,1983) Kalsium didalam pupuk

yang dimaksud pupuk kalsium adalah produk yang mengandung persenyawaan kalsium, yang bereaksi basa.

Dari kelompok pupuk kalsium yang biasa dipakai, maka kalsium yang dikandungnya mempunyai bentuk sebagai berikut :

a. kalsium Oksida atau kapur mentah (CaO). b. Kalsium hidroksida atau kapur mati Ca(OH)2.

c. Kalsium karbonat (CaCO3).

d. Kalsium Sulfat (CaSiO3).

(Rinema,1983)

Kekurangan Kalsium (Ca)

Gejalanya, daun-daun muda dan ujung-ujung titik tumbuh tanaman berkeriput dan akhirnya mengering. Daun-daun yang lebih tua kelihatan lebih banyak berkeriput.

Kekurangan kalsium ini ternyata menunjukan dua akibat buruk pada tanaman, yaitu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem


(31)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 15 perakaran dan gejala ini tampak pada daun. Menyebabkan terkumpulnya zat-zat lain di dalam jaringan-jaringan sedemikian banyaknya sehingga dapat menurunkan kekuatan pertumbuhan. (Rinema,1983)

II.1.2 POHON PISANG

Pohon pisang dikenal dengan nama ilmiah Musa Sp. Pohon pisang tidak mempunyai akar pancer. Akarnya berpangkal dari umbi batang yang sebagian besar letaknya dibawah tanah. Akar yang keluar dari umbi bagian samping tumbuhnya mendatar, dan yang tumbuh dari bagian bawah, tumbuhnya kebawah pula. Biasanya akar-akar tersebut keluarnya berkelompok 4. Panjang rata-rata akar bagian atas 4 sampai 5 meter dan yang tumbuh kebawah hanya 75 sampai 150 cm. Pada umumnya akar pisang letaknya kurang lebih 15 cm dibawah permukaan tanah. Akar rambutnya sangat banyak.

Batang pisang adalah batang semu bagian bawahnya merupakan umbi batang, dan bagian atas yang berupa batang dibentuk oleh upil daunnya yang memanjang dan saling menutupi. Umbi batang terdiri atas bagian dalam dimana tumbuh akar-akar baru, dan bagian luar yang ditembus oleh akar. Dari bagian ini tumbuh tunas-tunas yang kemudian menjadi anak pisang yang baru. Pada bagian atas umbi tersebut terdapat titik tumbuh dan kambium. Titik tumbuh ini menghasilkan hasil-hasil baru sedangkan kambium bertanggung jawab membesarkan pohon. Titik tumbuh yang pada permulaan menghasilkan daun, pada saat terakhir kambium menjulang keatas, dan keluar dari batang sudah berupa bunga pisang yang masih tertutup. (Rismunandar,1989)


(32)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 16

II.1.3. Batang pisang

Batang pisang adalah batang semu bagian bawahnya merupakan umbi batang, dan bagian atas yang berupa batang, dibentuk oleh upih daunnya yang memanjang dan saling menutupi.

Batang pohon pisang cukup banyak mengandung zat-zat mineral. Kadar airnya cukup tinggi sedangkan kadar zat karbohidratnya tidak mengensankan.

Dari hasil penelitian Balai Industri tahun 1962, tercatat susunan kimiawi dari batang pisang sebagai berikut :

Air 92,5 %

Protein 0,35 %

Karbohidrat 4,6 %

Zat Fosfor 135 mgr per 100 gr batang Zat kalium 213 mgr per 100 gr batang Zat Kalsium 122 mgr per 100 gr batang (Rismunandar,1989)

II.1.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan kelarutan zat terlarut (solute) dalam campuran dengan pelarutnya (solvent). Tujuan ekstraksi adalah untuk mengeluarkan zat yang diinginkan dari suatu campuran dan memisahkan zat yang tidak diinginkan dari campuran tersebut. Proes ekstraksi ada 2 macam yaitu ekstraksi padat cair (leaching) dan ekstraksi liquid –liquid.

1. Ekstraksi padat-cair (leaching)

Ekstraksi padat-cair adalah proses pemisahan zat terlarut (solute) dari campuran padatan dengan menggunakan pelarut (solvent) yang hanya dapat melarutkan zat terlarut tersebut menjadi larutan (solution) dan padatan (solid) sisa yang tidak terlarutkan (inert).


(33)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 17 Mekanisme ekstraksi padat-cair adalah zat terlarut yang

akan dilarutkan tersebar merata pada campuran padatan. Zat terlarut yang dipermukaan akan larut ke dalam pelarut lebih dahulu, akibatnya sisa campuran padatan akan berpori - pori selanjutnya pelarut harus menembus lapisan – lapisan larutan dipermukaan campuran padatan untuk mencapai zat terlarut yang akan dibawahnya akibatnya kecepatan ekstraksi menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tesebut ditembus.

Efisiensi proses ekstraksi terutama tergantung pada kontak yang baik antara pelarut (solvent) dan campuran padatan yang dapat larut (solut) dalam pelarut.

Proses ekstraksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan aliran yang berlawanan arah antara pelarut dan campuran padatan (solit) sehingga menaikkan intensitas dan kesempatan kontak antara ke dua fase pelarut dan campuran padatan.

2. Ekstraksi liquid - liquid

Adalah pemisahan zat terlarut (solut) dari campuran cairan dengan menggunakan pelarut (solvent) yang hanya dapat melarutkan konstituen yang dapat larut dalam pelarut sehingga terbentuk dua fase laruran yang tidak saling melarutkan (membentuk campuran heterogen).

Konstituen yang akan dipisahkan terdistribusi di campuran cairan dan di cairan pelarut selagi masih terjadi kontak keduanya. Pemisahan konstituen dalam campuran cairan berdasarkan perbedaan daya larutnya (kelarutannya) dalam cairan pelarut, berarti sifat keduanya harus diketahui terlebih dahulu. Proses ekstraksi liquid – liquid biasanya digunakan untuk memisahkan suatu feed yang tediri dari solute (A) yang dapat larut dan diluent (B) yang tidak dapat larut, dengan melarutkannya ke dalam solvent (S atau C). larutan hasil ekstraksi yang banyak mengandung solvent dan sedikit feed disebut larutan ekstrak. Larutan hasil


(34)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 18 ekstraksi yang banyak mengandung feed dan sedikit solvent disebut larutan raffinat.

(McCabe dkk,1993)

II.2. LANDASAN TEORI

II.2.1. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel yang kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel padatan dengan cairan pelarut akibatnya akan memperbesar rate transfer antara material dan memperkecil jarak difusi. Tetapi partikel yang sangat halus akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijelaskan disamping itu juga akan mempersulit aliran solid residu. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran partikel agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama dan juga tidak menggumpal dan menyulitkan aliran/drainage.

2. Pelarut / solvent

Pelarut harus dipilih yang cukup baik untuk pemisahan campuran padatan yang hanya dapat melarutkan solute dengan baik dan viskositasnya rendah agar lebih mudah tersikulasi didalam proses. Umumnya pada awal ekstraksi pada keadaan murni tapi setelah beberapa lama kosentrasi selalu didalam pelarut akan bertambah besar akibatnya rate ekstraksinya akan menurun, yang pertama oleh karena gradient kosentrasi berkurang dan yang kedua oleh karena larutan bertambah pekat.

3. Suhu operasi

Umumnya kelarutan suatu solute (zat pelarut) yang diekstraksi akan bertambah dengan bertambahnya tinggi suhu dan juga menambah besar difusi jadi secara keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi namun demikian harus diperhatikan apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses. Pelarut Volatile kurang baik pada suhu tinggi karena volume pelarut berkurang selama proses


(35)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 19 ekstraksi, walaupun dipasang pendingin tegak sebab kelaruan solute dalam solvent sudah tertentu pada pherry hand book.

4.Pengadukan

Pengadukan yang makin kuat maka difusi akan meningkat dan tahanan perpindahan massa pada permukaan partikel selama proses leaching berlangsung maka berkurang. Dengan pengadukan perpindahan zat terlarut dari permukaan partikel kedalam pelarut bertambah cepat. Dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan.(McCabe dkk,1993)

II.2.2 Sifat – sifat Air

- Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. - Berbentuk liquid.

- Merupakan pelarut yang baik. - Mempunyai titik didih 100oC. - Mempunyai titik beku 0oC. - Densitas air 62,4 lbm/ cuft.

- Tekanan uap (100oC) adalah 760 mmHg. - Panas laten pembentukan 80 cal/gram. - Panas laten kondensasi 540 cal/gram.

(Gessner G.Hawley,1981)

II.3. HIPOTESIS

Adanya kandungan Ca, P, dan K pada batang pohon pisang maka batang pohon pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif pembuatan pupuk cair yang dipengaruhi oleh volume pelarut dan waktu pengadukan.


(36)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 20

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. BAHAN

III.1.1. BAHAN UNTUK PENELITIAN

1. Batang pohon pisang

Batang pohon pisang yang kami ambil untuk penelitian ini adalah jenis pisang kepok yang berasal dari daerah Sidoarjo.

2. Aquadest.

III.2. ALAT-ALAT

1. Blender 2. Pengaduk 3. Saringan 4. Thermometer 5. Motor Pengaduk 6. Beaker Glass 7. Gelas ukur 8. Kompor Listrik 9. Statif


(37)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 21

III.3. GAMBAR SUSUNAN ALAT III.3.1. Proses Ekstraksi

Keterangan gambar : 1. Blender

Keterangan gambar : 1. Beaker Glass 2. Thermometer 3. Kompor listrik 1

2

3 1


(38)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 22

III.4. VARIABEL YANG DIGUNAKAN III.4.1. Proses ekstraksi

Variabel-variabel yang digunakan adalah : Kondisi yang ditetapkan :

Berat batang pisang : 500 gram Suhu proses : 70oC Kecepatan pengadukan : 240 rpm

Kondisi yang berubah :

Volume solvent ( aquadest ) : 500, 550, 600, 650, 700 ml Waktu pengadukan : 5, 10, 15, 20, 25 menit

Keterangan gambar : 1. Beaker Glass 2. Impeler 3. Statif

4. Motor Pengaduk

3 4

2


(39)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 23

III.5 PROSEDUR PENELITIAN

1. Persiapan Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini harus dibersihkan terlebih dahulu baik dengan cara pemanasan atau pencucian.

2. Persiapan Bahan Baku

Batang pohon pisang dengan berat 500 gram terlebih dahulu dipotong kecil-kecil. kemudian dimasukkan kedalam blender lalu ditambahkan aquadest sesuai dengan variabel yang dijalankan kemudian dipanaskan dengan suhu 700C.

3. Proses Ekstraksi dan Filtrasi

Setelah itu di aduk dengan kecepatan pengadukan 240 rpm serta waktu pengadukan sesuai variabel yang dijalankan kemudian di filtrasi, filtratnya diambil dan residu berupa padatan dibuang.

4. Analisa komponen Ca, P, dan K Analisa komponen Ca :

1. Persiapan Contoh uji.

a) Masukkan 100 ml contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen kedalam gelas piala.

b) Tambahkan 2 ml asam chlorida (1+1).

c) Panaskan larutan contoh uji sampai hampir kering. d) Tambahkan 1 ml larutan lantan klorida.

e) Pindahkan secara kuantitatif larutan hasil butir d) kedalam labu ukur 100 mL melalui kertas saring dan tepatkan hingga tanda tera dengan suling kemudian dihomogenkan.

2. Pembuatan larutan baku kalsium 100 mg/L

a) Pipet 10 mL larutan induk kalsium 1000 mg/L dan masukkan kedalam labu ukur 100 mL.

b) Tambahkan larutan pengencer hingga tanda tera dan homogenkan.


(40)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 24 a) Pipet 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; dan 4,0 mL larutan baku kalsium 100 mg/L masing – masing kedalam labu ukur 100 mL. b) Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera kemudian

dihomogenkan sehingga diperoleh kadar kalsium 0,0 mg/L; 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3,0 mg/L; dan 4,0 mg/L.

4. Prosedur kerja dan pembuatan kurva kalibrasi

a) Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b) Ukur serapan dari masing – masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 422,7 nm.

c) Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persaamaan garis regresi

d) Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.

Analisa Komponen Fosfor 1. Reagent :

Spectroquant Phosphorus-Test (PMB), Cat. No. 1.14848.0001 Oxisolv decompotition reagent, Cat. No. 1. 12936.0030 Microwave Digestion Unit MW 500, Cat. No. 1. 14672.0001 Digestion basic Set, Cat. No. 1. 14613.0001

2. Persiapan Sample

Dalam tabung Digestion 10 ml sample dicampur (pH 5-9), yang mana sample tersebut mempunyai nilai COD 1200 mg/l dengan 2 sendok reagent Oxisolv kemudian dilakukan pemanasan pada 500 Watt microwave selama 65 detik. Setelah 5 menit habis pendinginan dilakukan pengocokan dalam tabung sampai larutan bersih dan tidak berwarna.

Analisa Komponen Kalium 1. Reagent :

CAL- Larutan ekstraksi : Melarutkan 15,4 gr kalium laktat dan 7,9 kalsium acetate dan dicampurkan dengan 300 ml air dan


(41)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 25 dimasukkan dalam Volumetrik flask dan tambahkan 17,9 ml asam acetate 100% GR.

2. Persiapan Sample

Menimbang sample sebanyak 5 gr dan dibuat larutan sebesar 300 ml, kemudian ditambahkan 100 ml larutan ekstraksi. Kocok selama 90 menit. Filter ekstrak tersebut dengan filter suling dan ambil filtrat sebanyak 10 ml serta menjaga pH filtrate 5-7 dengan 32% larutan NaOH.

3. Analisa Fosfor

Analisa yang dipakai dengan metode SQ 18 photometer dengan parameter dibawah ini :

- Metode : Pottasium - Batasan peengukuran : 5 - 35

- Satuan : mg/l - Waktu reaksi : 5 + 0 menit

- Cell : 16 mm

- Panjang gelombang : 690 nm - Kalibrasi : faktor - Evaluasi : linear - Factor : 40,7

5. Uji komponen Ca, P, dan K


(42)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 26

III.6. METODOLOGI PENELITIAN

Batang pohon pisang kepok

Batang Pohon Pisang Kepok sebanyak 500 gram Dipotong kecil-kecil dengan ukuran 1 cm.

Aquadest dengan volume : 500,550,600,650,

700 ml

Filtrat Proses ekstraksi

Padatan

Analisa kadar Ca, P dan K dengan Spektrofotometer

Uji komponen Ca, P dan K terhadap tanaman

Diaduk, dengan waktu pengadukan : 5, 10, 15, 20, 25 menit

Dengan kecepatan pengadukan 240 rpm

Filtrasi Di blender

Di panaskan dengan suhu 70oC


(43)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Bahan Baku ( Batang Pohon Pisang Kepok )

Batang Pohon Pisang Kepok dianalisa terlebih dahulu kadar Ca, P dan K sebelum dilakukan proses Ekstraksi. Hasil analisa kadar Ca, P dan K dalam Batang Pohon Pisang Kepok adalah sebagai berikut :

IV.1.1 Tabel Hasil Analisa Kadar Ca, P dan K awal

(Lab. Instrumentasi UPN “Veteran” JAWA TIMUR)

IV.2 Proses Ekstraksi

Setelah persiapan bahan baku berupa Batang Pohon Pisang Kepok yang telah dipotong kecil – kecil serta peralatan yang sudah siap digunakan, selanjutnya dilakukan proses Ekstraksi untuk mengambil komponen Ca, P dan K yang terkandung dalam Batang Pohon Pisang Kepok. Hasil analisa yang didapat untuk kadar P, K dan Ca setelah Ekstraksi adalah sebagai berikut :

IV.2.1 Tabel Hasil Analisa Kadar Ca, P dan K

Komponen Kadar (%) Keterangan

22,20 Volume 500 ml, waktu pengadukan 5 Menit 22,8 Volume 550 ml, waktu pengadukan 5 Menit 23,1 Volume 600 ml, waktu pengadukan 5 Menit 18,98 Volume 650 ml, waktu pengadukan 5 Menit

P

16,4 Volume 700 ml, waktu pengadukan 5 Menit 14,9 Volume 500 ml, waktu pengadukan 5 Menit 15,01 Volume 550 ml, waktu pengadukan 5 Menit 15,4 Volume 600 ml, waktu pengadukan 5 Menit 12,2 Volume 650 ml, waktu pengadukan 5 Menit

K

11,32 Volume 700 ml, waktu pengadukan 5 Menit Sampel Komponen Kadar (% berat)

Ca 24,8 P 49,25 Batang Pohon Pisang Kepok


(44)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 28 10,65 Volume 500 ml, waktu pengadukan 5 Menit

10,9 Volume 550 ml, waktu pengadukan 5 Menit 11,1 Volume 600 ml, waktu pengadukan 5 Menit 7,1 Volume 650 ml, waktu pengadukan 5 Menit

Ca

5,54 Volume 700 ml, waktu pengadukan 5 Menit 21,85 Volume 500 ml, waktu pengadukan 10 Menit

22,4 Volume 550 ml, waktu pengadukan 10 Menit 23 Volume 600 ml, waktu pengadukan 10 Menit 17,5 Volume 650 ml, waktu pengadukan 10 Menit

P

14,7 Volume 700 ml, waktu pengadukan 10 Menit 18,55 Volume 500 ml, waktu pengadukan 10 Menit 18,43 Volume 550 ml, waktu pengadukan 10 Menit 18,67 Volume 600 ml, waktu pengadukan 10 Menit 17 Volume 650 ml, waktu pengadukan 10 Menit

K

15,15 Volume 700 ml, waktu pengadukan 10 Menit 10,65 Volume 500 ml, waktu pengadukan 10 Menit 10,9 Volume 550 ml, waktu pengadukan 10 Menit 11,1 Volume 600 ml, waktu pengadukan 10 menit 7,1 Volume 650 ml, waktu pengadukan 10 Menit

Ca

5,54 Volume 700 ml, waktu pengadukan 10 Menit 27,95 Volume 500 ml, waktu pengadukan 15 Menit 28,7 Volume 550 ml, waktu pengadukan 15 Menit 30,05 Volume 600 ml, waktu pengadukan 15 Menit 16,5 Volume 650 ml, waktu pengadukan 15 Menit

P

13,89 Volume 700 ml, waktu pengadukan 15 Menit 21,2 Volume 500 ml, waktu pengadukan 15 Menit 20,77 Volume 550 ml, waktu pengadukan 15 Menit 21,75 Volume 600 ml, waktu pengadukan 15 Menit 18,45 Volume 650 ml, waktu pengadukan 15 Menit

K

16,8 Volume 700 ml, waktu pengadukan 15 Menit 14,32 Volume 500 ml, waktu pengadukan 15 Menit 15,45 Volume 550 ml, waktu pengadukan 15 Menit 16,2 Volume 600 ml, waktu pengadukan 15 Menit 9,87 Volume 650 ml, waktu pengadukan 15 Menit

Ca

6,85 Volume 700 ml, waktu pengadukan 15 Menit 11,25 Volume 500 ml, waktu pengadukan 20 Menit 13,23 Volume 550 ml, waktu pengadukan 20 Menit 20,87 Volume 600 ml, waktu pengadukan 20 Menit 19,86 Volume 650 ml, waktu pengadukan 20 Menit

P

19,56 Volume 700 ml, waktu pengadukan 20 Menit 16,1 Volume 500 ml, waktu pengadukan 20 Menit 17,5 Volume 550 ml, waktu pengadukan 20 Menit 18,05 Volume 600 ml, waktu pengadukan 20 Menit

K


(45)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 29 4,15 Volume 700 ml, waktu pengadukan 20 Menit 9,96 Volume 500 ml, waktu pengadukan 20 Menit 10,86 Volume 550 ml, waktu pengadukan 20 Menit 11,06 Volume 600 ml, waktu pengadukan 20 Menit 6,13 Volume 650 ml, waktu pengadukan 20 Menit

Ca

3,03 Volume 700 ml, waktu pengadukan 20 Menit 21,74 Volume 500 ml, waktu pengadukan 25 Menit 23,05 Volume 550 ml, waktu pengadukan 25 Menit 23,76 Volume 600 ml, waktu pengadukan 25 Menit 12,98 Volume 650 ml, waktu pengadukan 25 Menit

P

9,5 Volume 700 ml, waktu pengadukan 25 Menit 14,1 Volume 500 ml, waktu pengadukan 25 Menit 14,73 Volume 550 ml, waktu pengadukan 25 Menit 15,65 Volume 600 ml, waktu pengadukan 25 Menit 8,46 Volume 650 ml, waktu pengadukan 25 Menit

K

4,39 Volume 700 ml, waktu pengadukan 25 Menit 8,87 Volume 500 ml, waktu pengadukan 25 Menit 9,22 Volume 550 ml, waktu pengadukan 25 Menit 9,78 Volume 600 ml, waktu pengadukan 25 Menit 5,57 Volume 650 ml, waktu pengadukan 25 Menit

Ca

3,02 Volume 700 ml, waktu pengadukan 25 Menit


(46)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 30

Gambar IV.2.2 Pengaruh volume dan waktu pengadukan terhadap kadar Ca

Pada gambar IV.2.2 diketahui bahwa kadar Ca dari waktu pemixeran 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit pada volume 500 ml, 550 ml, dan 600 ml mengalami peningkatan dan pada volume 650 ml dan 700 ml dengan semua waktu pengadukan, mengalami penurunan.

Kadar Ca optimal terjadi pada volume 600 ml dan dan waktu pengadukan 15 menit sebesar 16,2 % berat. Hal ini terjadi karena komponen Ca terekstrak secara sempurna pada kondisi tersebut.

Gambar IV.2.3 Pengaruh volume dan waktu pengadukan terhadap kadar P

Pada gambar IV.2.3 diketahui bahwa kadar P dari waktu pengadukan 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit pada volume 500 ml, 550 ml, dan 600 ml mengalami peningkatan dan pada volume 650 ml dan 700 ml dengan semua waktu pengadukan mengalami penurunan.


(47)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 31 Kadar P optimal terjadi pada volume 600 ml dan dan waktu pengadukan 15 menit sebesar 30,05 % berat. Hal ini terjadi karena komponen P terekstrak secara sempurna pada kondisi tersebut.

Gambar IV.2.4 Pengaruh volume dan waktu pengadukan terhadar kadar K Pada gambar IV.2.4 diketahui bahwa kadar K dari waktu pengadukan 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit pada volume 500 ml, 550 ml, dan 600 ml mengalami peningkatan dan pada volume 650 ml dan 700 ml dengan semua waktu pengadukan mengalami penurunan.

Kadar K optimal terjadi pada volume 600 ml dan dan waktu pengadukan 15 menit sebesar 21,5 % berat. Hal ini terjadi karena komponen K terekstrak secara sempurna pada kondisi tersebut.


(48)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 32

IV.3 Uji Komponen Ca, P dan K pada Tanaman

IV.3.1 Tabel Hasil Uji Komponen Ca, P dan K Terhadap Tanaman Cabe dengan pembanding pupuk Vanda’s

Pupuk Batang Pisang

Minggu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Buah

1 2.5 3

2 3.3 4

3 6 6

4 9 8

Pupuk Pembanding (Pupuk Vanda's)

Minggu Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Buah

1 2 3

2 5 5

3 10 7


(49)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Pada proses Ekstraksi Batang pohon pisang kepok didapatkan kadar Ca, P dan K yang terbaik adalah 16,2 % berat, 30,05% berat, dan 21,5% berat. Pada volume 600 ml dan waktu pengadukan 15 menit.

2. Dari hasil penelitian yang kami lakukan bahwa volume pelarut dan waktu pengadukan mempengaruhi proses ekstraksi, itu berlaku sampai mencapai keadaan optimal. Setelah melewati keadaan optimal proses ekstraksi akan mengalami penurunan.

3. Hasil uji komponen Ca, P dan K terhadap tanaman cabe dengan pembanding pupuk vanda’s adalah tanaman cabe dengan pupuk dari batang pisang Kepok hasilnya kurang maksimal jika dibandingkan dengan pupuk Vanda’s hal ini dikarenakan komponen yang ada di di pupuk vanda’s lebih banyak dari pada pupuk dari batang pohon pisang kepok.

V.2. Saran

Hasil penelitian yang kami lakukan kurang optimal pada uji tanaman, hal ini dikarenakan hanya ada tiga komponen dalam pupuk dari batang pohon pisang Kepok sehingga pertumbuhan dari pupuk ini tidak optimal dibandingkan pupuk Vanda’s. Untuk mendapatkan hasil yang optimal kami sarankan untuk menambahkan komponen yang lain dalam pupuk batang pisang dengan mengkombinasikan dari bahan organik lain atau mencoba dengan pohon pisang yang lain.


(50)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 34

DAFTAR PUSTAKA

Hawley,Gessner.G.,1981, ”The Condesed Chemical DictoneryEdisi X”, Van Nostrand Reinhold Company : New York.

McCabe. W. L., Smith, J. C. dan Harriot, P., 1993, ”operasi Teknik Kimia

Jilid 2 Edisi IV”, Erlangga : Jakarta.

Marsono dan Sigit,paulus., 2001, ”Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi, PT. Penebar Swadayan: Jakarta.

Rinema, W.J., 1983, ”Pupuk dan cara pemupukan”, Bhratara Karya Aksara : Jakarta.

Rismunandar,1989,” Bertanam pisang”, Sinar Baru : Bandung.

Sarief, Saifuddin.,1985, ”Kesuburan dan Pemupukan tanah

pertanian”,Pustaka Buana : Bandung.

http://www.diperta.jabarprov.go.id/data/arsip/PEDOMAN%20PERTANIAN %20ORGANIK.pdf.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.portofhuene me.org/documents/Liquid_Fertilizer.doc&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=r esult&prev=/search%3Fq%3Dliquid%2Bfertilizer%26hl%3Did%26sa%3DG


(51)

Hasil Penelitian


(52)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR

DAFTAR PUSTAKA

Hawley,Gessner.G.,1981, ”The Condesed Chemical DictoneryEdisi X”, Van Nostrand Reinhold Company : New York.

McCabe. W. L., Smith, J. C. dan Harriot, P., 1993, ”operasi Teknik Kimia

Jilid 2 Edisi IV”, Erlangga : Jakarta.

Marsono dan Sigit,paulus., 2001, ”Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi, PT. Penebar Swadayan: Jakarta.

Rinema, W.J., 1983, ”Pupuk dan cara pemupukan”, Bhratara Karya Aksara : Jakarta.

Rismunandar,1989,” Bertanam pisang”, Sinar Baru : Bandung.

Sarief, Saifuddin.,1985, ”Kesuburan dan Pemupukan tanah pertanian”,Pustaka Buana : Bandung.

http://www.diperta.jabarprov.go.id/data/arsip/PEDOMAN%20PERTANIAN %20ORGANIK.pdf.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.portofhuene me.org/documents/Liquid_Fertilizer.doc&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=r esult&prev=/search%3Fq%3Dliquid%2Bfertilizer%26hl%3Did%26sa%3DG


(53)

(54)

(55)

(1)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR 34

DAFTAR PUSTAKA

Hawley,Gessner.G.,1981, ”The Condesed Chemical DictoneryEdisi X”, Van Nostrand Reinhold Company : New York.

McCabe. W. L., Smith, J. C. dan Harriot, P., 1993, ”operasi Teknik Kimia Jilid 2 Edisi IV”, Erlangga : Jakarta.

Marsono dan Sigit,paulus., 2001, ”Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi, PT. Penebar Swadayan: Jakarta.

Rinema, W.J., 1983, ”Pupuk dan cara pemupukan”, Bhratara Karya Aksara : Jakarta.

Rismunandar,1989,” Bertanam pisang”, Sinar Baru : Bandung.

Sarief, Saifuddin.,1985, ”Kesuburan dan Pemupukan tanah

pertanian”,Pustaka Buana : Bandung.

http://www.diperta.jabarprov.go.id/data/arsip/PEDOMAN%20PERTANIAN %20ORGANIK.pdf.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.portofhuene me.org/documents/Liquid_Fertilizer.doc&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=r esult&prev=/search%3Fq%3Dliquid%2Bfertilizer%26hl%3Did%26sa%3DG


(2)

Hasil Penelitian


(3)

Hasil Penelitian

TEKNI K KI MI A UPN “VETERAN” JAWA TI MUR

DAFTAR PUSTAKA

Hawley,Gessner.G.,1981, ”The Condesed Chemical DictoneryEdisi X”, Van Nostrand Reinhold Company : New York.

McCabe. W. L., Smith, J. C. dan Harriot, P., 1993, ”operasi Teknik Kimia Jilid 2 Edisi IV”, Erlangga : Jakarta.

Marsono dan Sigit,paulus., 2001, ”Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi, PT. Penebar Swadayan: Jakarta.

Rinema, W.J., 1983, ”Pupuk dan cara pemupukan”, Bhratara Karya Aksara : Jakarta.

Rismunandar,1989,” Bertanam pisang”, Sinar Baru : Bandung.

Sarief, Saifuddin.,1985, ”Kesuburan dan Pemupukan tanah

pertanian”,Pustaka Buana : Bandung.

http://www.diperta.jabarprov.go.id/data/arsip/PEDOMAN%20PERTANIAN %20ORGANIK.pdf.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.portofhuene me.org/documents/Liquid_Fertilizer.doc&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=r esult&prev=/search%3Fq%3Dliquid%2Bfertilizer%26hl%3Did%26sa%3DG


(4)

(5)

(6)