PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM TIPE DISCOVERY DAN TIPE PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT.

(1)

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM TIPE DISCOVERY DAN TIPE PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN

ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

ZAKIAH

NIM. 8136141013

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN 2015


(2)

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM TIPE DISCOVERY DAN TIPE PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN

ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

ZAKIAH

NIM. 8136141013

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Zakiah. Nim 8136141013. Pengembangan Penuntun Praktikum Tipe Discovery dan tipe Project Based Learning pada Pembelajaran Elektrolit dan Non Elektrolit. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan penuntun praktikum dibidang pendidikan kimia. Tujuan penelitan ini adalah (1) Mendapatkan penunutun praktikum berdasarkan sintak-sintak tipe Discovery dan tipe Project Based Learning, (2)Mendapatkan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning, (2) Perbedaan peningkatan hasil belajar secara signifikan yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning, (3) Efektifitas proses pembelajaran yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah (1) Analisis sintak model pembelajaran Discovery dan Project Based Learning untuk mengetahui komponen penuntun praktikum kimia sesuai dengan tipe Discovery dan tipe Project Based Learning, (2) Menyusun dan mengembangkan penuntun praktikum kimia materi elektrolit dan non elektrolit yang sesuai dengan sintak tipe Discovery dan tipe Project Based Learning, (3) Standarisasi atau uji kelayakan atau uji kelayakan penuntun praktikum kepada validator guru dan Dosen, (4) Implementasi penuntun praktikum kepada siswa kelas X SMA Negeri 2 Sigli, (5) Menganalisis efektifitas penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning pada pembelajaran elektrolit dan non elektrolit yang telah diuji cobakan. Hasil uji kelayakan penuntun praktikum tipe Discovery 3.41 dan penuntun praktikum tipe Project Based Learning 3.50. Sedangkan efektifitas penggunaan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning yang dilihat dari hasil belajar siswa diketahui bahwa kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery rata-rata 86.00 dengan peningkatan hasil belajar 71.4% sedangkan kelas eksperimen II yang menggunakan penuntun praktikum tipe Project Based Learning rata-rata 81.75 dengan peningkatan hasil belajar sebesar 58.8%. Maka dapat disimpulkan bahwa penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning layak untuk digunakan sebagai penuntun praktikum di sekolah, dengan peningkatan hasil belajar menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan penuntun praktikum tipe Project Based Learning.

Kata Kunci : Pengembangan Penuntun Praktikum, Tipe Discovery, Tipe Project Based Learning.


(7)

ii ABSTRACT

Zakiah. Nim 8136141013. Practical Guidance Development Discovery mode and the type of Project Based Learning on Electrolytes and Non-Electrolytes. Thesis. Terrain: Chemistry Graduate Study Program Medan State University, 2015 ..

This research is the development of practical guidance in the field of chemical education. The purpose of this research are (1) Obtain practical guide Discovery types and the type of Project Based Learning, (2) a significant difference to improving the learning outcomes that learned by using practical guidance Discovery types and the type of Project Based Learning, (3) The effectiveness of the learning process that is learned with using practical guide Discovery types and the type of Project Based Learning. The stages in this study were (1) syntax analysis Discovery learning model and Project Based Learning to know the chemistry lab guiding components in accordance with the type of Discovery and the type of Project Based Learning, (2) Prepare and develop chemistry lab guiding electrolyte and non-electrolyte material suitable with syntax type of Discovery and the type of Project Based Learning, (3) standardization or feasibility or feasibility test lab guide to the validator teachers and lecturers, (4) Implementation of practical guidance to students of class X SMA 2 Sigli, (5) to analyze the effectiveness of practical guidance Discovery types and the type of Project Based Learning in learning electrolyte and non-electrolyte that has been tested. The results of the feasibility test lab guides Discovery types 3:41 and practical guide type Project Based Learning 3:50. While the effectiveness of the use of practical guides Discovery types and the type of Project Based Learning is seen from the results of student learning in mind that the first experimental class that uses practical guide type Discovery 86.00 average with 71.4% increase in learning outcomes while using the experimental class II type Project Based practical guide Learning average of 81.75 with an increase of 58.8% learning outcomes. It can be concluded that the practical guidance Discovery types and the type of Project Based Learning feasible to be used as a guide practice in schools, with increased learning outcomes using practical guidance Discovery types of higher value than the type of practical guidance Project Based Learning.

Keywords:Practical Guidance Development, Discovery Type, Type of Project Based Learning.


(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak i

Kata Pengantar iii

Daftar Isi v

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Pembatasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II. Kajian Pustaka

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Pembelajaran 10

2.1.2.Pengertian Hasil Belajar 11

2.1.3. Kerangka Pembelajaran 12

2.1.4. Penuntun Praktkum Dalam Pembelajaran Kimia 14 2.1.5. Praktikum Dalam Proses Belajar Mengajar Kimia 15

2.2. Hakikat Pendekatan Ilmiah 16

2.2.1. Pengertian Pendekatan Ilmiah 16

2.2.3. Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik 19 2.2.3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dengan Pendekatan Ilmiah 21

2.2.4. Tujuan Pendekatan Ilmiah 21

2.3. Pendekatan Ilmiah Dengan Metode PjBL 22

2.3.1. Metode PjBL 22


(9)

vi

2.4.1. Metode Discovery 25

2.5. Kerangka Konseptual 27

2.6. Kajian Literatur 29

BAB III. Metodologi Penelitian

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 31

3.2 Populasi dan Sampel 31

3.3 Jenis dan Desain Penelitian 32

3.3.1. Jenis Penelitian 32

3.3.2. Desain Penelitian 32

3.4 Prosedur Penelitian 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data 34

3.6 Teknik Analisis Data 36

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Umum Penelitian 38

4.2 Pengembangan Penuntun Praktikum 39

4.3 Analisis Penuntun Praktikum Kimia yang Telah Dikembangkan 42

1.Aspek Cakupan Praktikum 44

2.Aspek Sistematika Penyajian 46

3.Aspek Mengandung Wawasan Pruduktifitas 48

4.Aspek Merangsang Keingintahuan 50

5.Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill) 52

6.Aspek Desain 53

7.Aspek Bahasa 55

4.4. Standarisasi Penuntun Praktiukum Kimia Kelas X Semster 2 56 4.5. Standarisasi Penuntun Praktikum Elektrolit dan Non Elektrolit 58

4.5.1. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Elektrolit dan Non Elektrolit Berdasarkan Tipe Discovery dan Tipe Project Based Learning 5 4.6. Aplikasi Penuntun Praktikum Kimia Berdasarkan Tipe Discovery dan Tipe Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa 60


(10)

vii

4.6.1 Uji Normalitas 63

4.6.2. Homogenitas Data 63

4.6.3. Efektifitas Penuntun Praktikum Tipe Discovey dan Tipe Project

Based Learning 64

4.7 Analisis Pembelajaran 65

7.1.Kelas Eksperimen I 65

7.2.Kelas Eksperimen II 66

4.8 Pemabahasan Hasil Penelitian 67

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

A. Kesimpulan 71

B. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 74


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Dimensi Pengetahuan dan Keterampilan 19

Tabel 2.2. Kajian Literatur 28

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Pada Pokok Bahasan Elektrolit dan Non Elektrolit Tipe Discovery dan Tipe Project Based Laearning untuk SMA Kelas X Melalui

Pendekatan Ilmiah 31

Tabel 4.1. Data Hasil Belajar Kimia Pada Kelas Eksperimen I dan

Eksperimen II 102

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data (One-Sample Kolmogorov

SmirnovTest) 102

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data (Uji Levene’s test) 102


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Aspek yang Tercakup dalam Pendekatan Saintifik 13

Gambar 2.2. Sintak Model Project Based Learning 23

Gambar 2.3. Sintak Model Discovery 26

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia tipe Discovery dan tipe Project Based Learning pada Pembelajaran Elektrolit dan non elektrolit Di SMA 33 Gambar 4.1. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Cakupan Praktikum 45 Gambar 4.2. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Sistematika Penyajian 47 Gambar 4.3. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Mengandung Wawasan

Pruduktifitas 49

Gambar 4.4. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning BerdasarkanMerangsang Keingintahuan 51 Gambar 4.5. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning BerdasarkanMengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill) 52 Gambar 4.6. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning BerdasarkanDesain 53 Gambar 4.7. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Bahasa 55


(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 77

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Project Based Learning 79 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery 82 Lampiran 4. Intrumen dan kunci Jawaban yang Digunakan untuk Penuntun Praktikum Discovery dan Project Based Learning 85 Lampiran 5. Tabulasi Hasil Jawaban Angket Guru dan Dosen 95 Lampiran 6. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen I 97 Lampiran 7. Tabulasi Hasil Jawaban Posttest Kelas Eksperimen I 98 Lampiran 8. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen II 99 Lampiran 9. Tabulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Eksperimen II 100 Lampiran 10. Distribusi Data Penelitan Penuntun Praktikum Tipe Discovery

dan Tipe Project Based Learning 101 Lampiran 11. Uji Normalitas Data dan Uji Homogenitas Penelitian 102 Lampiran 12. Angket Kelayakan Penuntun Praktikum Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Kelas X Tipe Project Based Learning 104 Lampiran 13. Angket Kelayakan Penuntun Praktikum Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Kelas X Tipe Discovery 105 Lampiran 14. Penuntun Praktikum Discovery dan Project Based Learning

Elektrolit dan non Elektrolit untuk Guru dan Siswa 106


(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Aspek yang Tercakup dalam Pendekatan Saintifik 13

Gambar 2.2. Sintak Model Project Based Learning 23

Gambar 2.3. Sintak Model Discovery 26

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia tipe Discovery dan tipe Project Based Learning pada Pembelajaran Elektrolit dan non elektrolit Di SMA 33 Gambar 4.1. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Cakupan Praktikum 45 Gambar 4.2. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Sistematika Penyajian 47 Gambar 4.3. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Mengandung Wawasan

Pruduktifitas 49

Gambar 4.4. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning BerdasarkanMerangsang Keingintahuan 51 Gambar 4.5. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning BerdasarkanMengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill) 52 Gambar 4.6. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning BerdasarkanDesain 53 Gambar 4.7. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning Berdasarkan Bahasa 55


(15)

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Dimensi Pengetahuan dan Keterampilan 19

Tabel 2.2. Kajian Literatur 28

Tabel 3.1 Desain Penelitian 31

Tabel 4.1. Data Hasil Belajar Kimia Pada Kelas Eksperimen I dan

Eksperimen II 102

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data (One-Sample Kolmogorov

SmirnovTest) 102

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data (Uji Levene’s test) 102


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 77

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Project Based Learning 79 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery 82 Lampiran 4. Intrumen dan kunci Jawaban yang Digunakan untuk Penuntun Praktikum Discovery dan Project Based Learning 85 Lampiran 5. Tabulasi Hasil Jawaban Angket Guru dan Dosen 95 Lampiran 6. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen I 97 Lampiran 7. Tabulasi Hasil Jawaban Posttest Kelas Eksperimen I 98 Lampiran 8. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen II 99 Lampiran 9. Tabulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Eksperimen II 100 Lampiran 10. Distribusi Data Penelitan Penuntun Praktikum Tipe Discovery

dan Tipe Project Based Learning 101

Lampiran 11. Uji Normalitas Data dan Uji Homogenitas Penelitian 102 Lampiran 12. Angket Kelayakan Penuntun Praktikum Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Kelas X Tipe Project Based Learning 104 Lampiran 13. Angket Kelayakan Penuntun Praktikum Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Kelas X Tipe Discovery 105 Lampiran 14. Penuntun Praktikum Discovery dan Project Based Learning Elektrolit dan non Elektrolit untuk Guru dan Siswa 106


(18)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis samapiakan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmad dan Karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul: “PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM TIPE DISCOVERY DAN TIPE PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMA” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia pada Program Studi Pendidikan Kimia di Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : Bapak Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.S. dan Bapak Dr. Zainuddin Muchtar, M.si. Sebagai dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran serta motivasi kepada penulis sejak dari awal penyusunan proposal samapi dengan selesainya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si. Sebagai Narasumber I, Bapak Dr. Simson Tarigan, M.Pd. Sebagai Narasumber II dan Bapak Dr. Mahmud, M.Sc. Sebagai Narasumber III sekaligus menjadi Notulen, yang telah memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan tesis ini. Dan buat kak Desi yang telah membantu dalam pengurusan adminitrasi selanjutnya kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Kimia Program Pascasarjana Unimed yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak terhingga kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. M. Jamil Arif, M.Pd sebagai kepala sekolah SMA Negeri 2 Sigli, dan guru-guru kimia yang telah bersedia menjadi validator baik yang ada di Sigli, Aceh Taming dan di kota Medan. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua Idris Hamzah dan Elfida Rasyidin tercinta yang terus memberikan dukungan baik secara moril dan material, doa, motivasi, serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di UNIMED, dan terima kasih terhadap


(19)

iv

abang Fakhrurrazi serta sanak keluarga yang sesalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelasaikan tesis ini. Dan teristimewa lagi untuk Muhammad Nur S.Pd. yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di UNIMED.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan ke-XXIII tahun ajaran 2013 Prodi Pendidikan Kimia Pascasarjana UNIMED, bg ilfan, salim, henny, nesfi, uswatun, rahmi, kiki, kak putri, kak maryana, devi, rina yang telah memberikan semangat dan doa sehingga tesis ini dapat terselesaikan

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, 18 Maret 2015 Penulis

Zakiah


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau penurunan rumus dan teori saja, melainkan merupkan produk dari sekumpulan fakta yang diperoleh yang dikembangkan berdasarkan serangkaian kegiatan (praktikum) yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana. Secara garis besar kimia mencakup dua bagian, yakni kimia sebagai proses dan kimia sebagai produk. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Sedangkan kimia sebagai proses meliputi ketrampilan-keterampilan dan sikap yang memiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Hal tersebut berarti dalam pembelajaran kimia tidak cukup hanya meliputi aspek kognitifnya saja, tetapi aspek afektif (sikap ilmiah) dan psikomotorik (unjuk kerja). Menurut Nakhleh (1992) bahwa fenomena yang sering terjadi adalah (1) peserta didik beranggapan bahwa ilmu kimia merupakan pelajaran yang sulit dan (2) banyak peserta didik yang gagal dalam mempelajari ilmu kimia. Sedangkan menurut Gabel, dkk. (1987) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa banyak peserta didik yang masih kurang memahami konsep dasar ilmu kimia, sehingga peserta didik sering mengalami kesulitan pada materi kesetimbangan kimia; peserta didik beranggapan bahwa materi inilah yang paling sulit untuk dimengerti,


(21)

2

padahal materi ini yang lebih penting dalam ilmu kimia. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas ini maka sebagai pendidik seharusnyalah menyapaikan cara-cara baru untuk mengatasi fenomena-fenomena tersebut.

Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (Permendikbud No 59 Tahun 2014). Standar proses mengenai kegiatan pembelajaran haruslah dikembangkan melalui pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku. Oleh karena itu, standar proses tersebut sekarang ini dikembangkan melalui kurikulum.

Tujuan kurikulum untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pada dasarnya, peserta didik mempunyai keterampilan dalam proses belajar, misalnya keterampilan bertanya, berhipotesis, mengklasifikasi, mengobservasi (mengamati) dan menginterprestasi. Akan tetapi, keterampilan-keterampilan tersebut tidak berkembang dengan baik tanpa adanya metode yang mampu mengembangkannya dalam proses pembelajaran ilmu kimia. Salah satu yang memungkinkan efektif untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut adalah kegiatan praktikum karena dengan adannya kegiatan praktikum dapat membantu peserta didik untuk memahami suatu kejadiaan (Permendikbud No 59 Tahun 2014).


(22)

3

Carin & Sund dalam Tatli (2011) menyebutkan bahwa hakikat ilmu kimia meliputi scientific product, scientific processes, dan scientific attitudes. Ilmu kimia yang meliputi fakta, konsep, prinsip diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah dan didasari oleh sikap ilmiah. Ilmu kimia diajarkan dengan cara berproses, berbasis aktivitas nyata melalui cara mengajar yang berorientasi pada proses ilmiah. Serangkaian proses pada pembelajaran ilmu kimia yang khususnya pada pelajaran ilmu kimia di sekolah dapat memberikan suatu pengalaman nyata bagi peserta didik. Hal ini sesuai dengan filosofi belajar menurut teori konstruktivisme bahwa peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata sehingga menjadi lebih bermakna (Baharudin & Esa 2008).

Secara umum pendekatan yang sesuai ada tiga pendekatan ilmiah yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam terkhusus dalam mempelajari ilmu kimia, yaitu Discovey, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. Pada umumnya pendekatan merupakan usaha pendidik untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik terhadap ilmu kimia dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran perlu diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran berbasis Discovery dan Project Based Learning. Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis Discovery dan Project Based Learning (Lauresh, 2008).


(23)

4

Ratumanan dalam Trianto (2007) Pembelajaran dengan pendekatan Discovery yaitu melatih peserta didik untuk mendapatkan jawaban-jawabannya sendiri berdasarkan temuannya atau menemukan lagi sesuatu yang ditemukan dengan membuktikan kembali. Itu berartinya, melalui pendekatan Discovery yang memberikan kesempatan kepada peserta didik yang mengembangkan ide dan gagasan dalam usaha untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dengan pendekatan Discovery juga dapat lebih memberikan pemahaman kepada siswa dan lebih mudah diingat serta lebih lama melekat. Metode pembelajaran Project Based Learning adalah salah satu pendekatan saintifik yang lebih alternatif untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning merupakan metode pembelajaran yang efektif untuk membantu siswa dalam memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran dengan pengamatan menurut Bruner (1990) bahwa peserta didik biasanya belajar dengan sistem tradisional dalam konteks konfesional beralih kepembelajaran secara mandiri atau peserta didik mencari sendiri. Sementara menurut Temel, et.all (2000) bahwa pembelajaran dengan menggunakan laboratorium, laboratorium adalah komponen penting dari pendidikan untuk membuat peserta didik untuk mendapatkan pengalaman. Khususnya Pembelajaran ilmu kimia, laboratorium sangat berperan membuat peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena dengan mendapatkan kesempatan secara langsung untuk melihat, mengamati dan melakukan, dalam hal ini, peserta didik akan lebih mudah


(24)

5

untuk mengingat hal-hal yang telah dicapainnya secara permanen. Sedangkan menurut (Bryant & Edmunt, 1987; Bekar, 1996; Algan, 1999; Bagci dan Simsek, 1999) banyak peneliti di bidang pendidikan/pembelajaran ilmu kimia mengakui bahwa studi laboratorium dapat meningkatkan minat dan kemampuan peserta didik pada materi pembelajaran tersebut.

Menurut Barnea. et.all (2010) bahwa kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam pembelajaran ilmu kimia, dan telah menunjukkan bahwa banyak manfaat diperoleh dari peserta didik yang terlibat dalam kegiatan laboratorium tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas pendidikan yang melekukan percobaan di laboratorium dalam pendidikan sains dalam memfasilitasi pencapaian kognitif, afektif, dan tujuan praktis.

Laboratorium, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional peserta didik. Peserta didik mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional peserta didik diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen juga akan dapat melatih dan mengajar peserta didik untuk belajar konsep kimia sama halnya dengan seorang ilmuwan kimia. Peserta didik belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, peserta didik akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.


(25)

6

Keinginan menciptakan kegiatan belajar mengajar dikelas secara ideal serta tuntutan banyaknya materi yang harus dikuasai peserta didik terkadang membuat para guru kesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan peserta didik. Banyak kendala yang dialami guru dalam memaksimalkan kegiatan praktikum peserta didik. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, anatara lain: Tuysuz (2010) terdapat kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, diantaranya belum tersedianya penuntun praktikum kimia yang dapat mengarahkan siswa ketika praktikum, guru juga belum memiliki panduan dalam menilai ketrampilan proses sains dan sikap ilmiah, bahan dan alat praktikum kimia yang mahal juga menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum kimia disekolah.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan pengembangan penuntun praktikum kimia SMA dalam bentuk sebuah penuntun praktikum. Alur pelaksanaan praktikumnya disusun sesuai dengan pendekatan ilmiah. Dengan demikian, penulis/peneliti untuk mencoba menulis tentang Pengembangan Penuntun Praktikum Tipe Discovery dan Tipe Projek Based Learning pada Pembelajaran Elektrolit Dan Non Elektrolit di SMA

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1) Pengembangan penuntun praktikum untuk SMA berdasarkan pendekatan ilmiah


(26)

7

2) Bentuk penuntun praktikum kimia pada pokok bahasan elektrolit dan non elektrolit untuk SMA kelas X.

3) Efektifitas pembelajaran kimia dengan menggunakan penuntun praktikum pada pokok bahasan elektrolit dan non elektrolit untuk SMA kelas X berdasarkan tipe Project Based Learning.

4) Efektifitas pembelajaran kimia dengan menggunakan penuntun praktikum pada pokok bahasan elektrolit dan non elektrolit untuk SMA kelas X berdasarkan tipe Discovery.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dalam identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1) Dua jenis pendekatan ilmiah tersebut adalah tipe Discovery dan tipe Project Based Learning.

2) Efektifitas pembelajaran tersebut didasarkan pada hasil belajar peserta didik.

3) Hasil belajar peserta didik yang akan diukur dibatasi pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom yang meliputi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), serta pada ranah afektif dan ranah piskomotorik.

1.4. Rumusan Masalah


(27)

8

masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah terdapat penunutun praktikum berdasarkan sintak-sintak tipe

Discovery dan tipe Project Based Learning?

2) Apakah terdapat penuntun praktikum kimia tipe Discovery dan tipe Project Based Learning?

3) Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar secara signifikan anatara yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery dengan tipe Project Based Learning?

4) Apakah terdapat efektifitas proses pembelajaran yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery dengan tipe Project Based Learning?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini yang bertujuan untuk:

1) Mendapatkan penunutun praktikum berdasarkan sintak-sintak tipe Discovery dan tipe Project Based Learning

2) Mendapatkan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning.

3) Perbedaan peningkatan hasil belajar secara signifikan yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning.

4) Efektifitas proses pembelajaran yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning.


(28)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Untuk guru kimia, penambahan penuntun kimia pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mengajar.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu peserta didik dalam melakukan praktikum kimia pada pokok bahasan elektrolit dan non elektrolit untuk mencapai keberhasilan yang maksimal.

3. Untuk para peneliti selanjutnya agar dapat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait penelitian dan terinspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(29)

71 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengembangan penuntun praktikum berdasrakan sintak-sintak tipe Discovery dan tipe Project Based Learning. Penuntun praktikum tipe Discovery yang disusun dengan prosedur dan langkah kerja yang jelas sesuai dengan tipe Discovery berdasarkan alat dan bahannya digunakan yang ada dalam laboratorium, sedangkan penuntun praktikum tipe Project Based Learning dengan prosedur dan langkah kerja harus dirancang sendiri dari mulai mempersiapkan alat dan bahan siswa harus menemukan sendiri yang ada didalam lingkungan sekitar.

2. Terdapat penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning yang telah divalidasi berdasarkan saran atau masukan dari 20 orang guru dan 1 orang dosen, terdapat 7 aspek dalam uji kelayakan sebuah penuntun praktikum pada aspek yang pertama berdasarkan cakupan praktikum, aspek yang kedua sistematika penyajian, aspek yang ketiga mengandung wawasan produktifitas, aspek keempat merangsang keingintahuan, aspek kelima Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill), aspek keenam aspek desain, dan aspek ketujuh bahasa pada penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning yaitu semua sangat layak digunakan dan tidak perlu revisi.


(30)

72

perbedaan hasil belajar antara penuntun praktikum tipe Discovery dengan tipe Project Based Learning pada materi elektrolit dan non elektrolit di SMA Negeri 2 Sigli kelas X semester 2 yang menggunakan kurikulum 2013 dan diperoleh nilai rata-rata pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery adalah 86,00 dengan persen peningkatan hasil belajar sebesar 77% dan nilai rata-rata kelas eksperimen II yang menggunakan penuntun praktikum tipe Project Based Learning adalah 81.75 dengan persen peningkatan hasil belajar sebesar 72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery lebih tinggi nilainya dari pada siswa yang menggunakan penuntun praktikum tipe Project Based Learning. 4. Berdasarkan dari hasil pembahasan yang lebih efektifitas digunakan penuntun

praktikum untuk proses belajar mengajar terkhususnya pada materi elektrolit dan non elektrolit yaitu penuntun praktikum tipe Discovery lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan penuntun praktikum tipe Project Based Learning, jadi yang lebih efektifitas digunakan adalah penuntun praktikum tipe Discovery.

B. SARAN

Adapun yang dapat disarankan berdasarkan hasil data penelitian bahwa: 1.Bagi para guru dan peneliti

Dalam peranan sebagai fasilitator dan motivator yang harus mampu memperhantikan siswa. Pembelajaran baik dilaboratorium (diluar kelas) atau didalam kelas yang diberikan oleh guru perlu dipertimbangkan bagaiman peluang bagi siswa


(31)

73

untuk mengembangkan diri melalui potensi bahan ajar berupa penuntun praktikum dan modalitas yang ada dalam dirinya sehingga salah satu yang menjadi perhatian bagi guru agar memanfaatkan potensi itu semaksimal mungkin swhingga siswa memiliki kebebasan mengembangkan diri melalui kegiatan praktikum yang membuat mereka lebih cepat belajarnya di kelas dan lebih mudah untuk memahaminya dalam belajar dan tidak mengganggu siswa yang lain. Walaupun dengan melakukan praktikum bukanlah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, diharapkan dengan pemahaman yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

2.Bagi Siswa

Siswa disarankan untuk lebih giat melatih diri dalam berpikir dan memahami berbagai permasalahan dengan mengembangkan rasa keingintahuannya sehingga siswa mampu mengoptimalisasikan kegiatan belajar baik didalam kelas maupun diluar kelas.

3.Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang akan mengadakan peneliti lebih lanjut untuk penelitian sejenis diharapkan lebih memperhatikan aktivitas-aktivitas siswa di luar maupun di dalam lingkungan sekolah agar instrumen penelitian yang digunakan menjadi lebih baik.


(32)

74

DAFTAR PUSTAKA

Abidin., Yunus. (2014), Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, PT Refika Aditama: Bandung

Algan, S. (1999). The Influence of the computer based physics teaching on the success of the student and modern mathematics and science programs applied in turkey in the years between 1962 and 1985. Ankara: Gazi University, Institute of Science (Unpublished MasterThesis).

Anonim., Pengertian Pembelajaran http://krisna.uns.ac.id/2009/10/19pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran diakses tanggal 7 Desember 2014

Arifin, M., (2000), Strategi Belajar Mengajar, Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI; Bandung

Arikunto, S., (2003)., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Aydin, S., Aydemir, N., Boz, Y., Dindar, A.C., Bektas, O., (2009), The Contribution of Constructivist Instruction Accompanied by Concept Mapping in Enhancing Pre-service chemistry teachers’ conceptual understanding of chemistry in the laboratory course, J. Sci. Edu Technol, 18:518-534

Baharudin., Esa, Nur Wahyuni. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar Ruzz; Yogyakarta

Bagci, N., Simsek, S. (1999). The influence of different teaching methods in teaching physics subjects on student’s success, The Journal of Gazi Education Faculty. 19(3), 7988 Situmorang (2009)

Baker, M., & Bielaczyc, K. (1996). Missed opportunities for learning in collaborative problem-solving interactions. In J. Greer (Ed.), Proceedings of AI-ED ’95: World Conference on Artificial Intelligence in Education (pp. 210–220). Washington, D.C.:Association for the Advancement of Computing in Education (AACE).

Bernard, R.M., Abrami, P.C., Lou, Y., Borokhovski, E., Wade, A., & Wozney, L. (2004). How does distance education compare with classroom instruction? A meta-analysis of the empirical literature. Review of Educational Research, 74(3), 379–439.

Bekar, S. (1996). The influence of lab based science teaching on student’s success. Ankara. Gazi University, Institute of Science (Unpublished Master Thesis).


(33)

75

Bilek, M., dan Skalicka, P., (2009), Real, Virtual Laboratories Together in General Chemistry Together in General Chemistry Education: Starting Points For Research Project,

Bruner, J.S. (1990). Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bryant, R. J., Edmunt, A. M. (1987). They like lab-centered science. The Science

Teacher, 54(8), 42-45.

Campbell, T. dan Bohn, C., (2008), Science Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S, Descriptive Research from the Classroom, Science Educator 17(1): 36-44

Daryanto,. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta. Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono., (2009)., Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fauziah, R. et all. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Invotec, 9(2): 165-178.

Feyzioglu, B. 2009. An Investigation of the relationship between Science process Skills with Efficient Laboratory Use and Science Achievementin Chemistry Education. Journal of Turkish Science Education 6(3):114-132

Gabel DL, Samuel KV, Hunn D., (1987), Understading the Particulate Nature of Matter, J Chem Educ 64(8):695-697

Hake, Richard., (1999). Analyzing Chage/gain Scores (online) melalui : http//www.phyysics.indian.edu/-sdi/AnalyzingChange.Gain.Pdf.

Laurens., Joyce M. 2008. Integrasi Riset dan Desain Sebuah Pendekatan Dalam Pembelajaran Distudio Perancangan, jurnal Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur Manajemen Studio Menuju Dunia Arsitektur Prosesional . Denpasar 9 (10)

Marjan, J., (2014). Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012

McColum., (2009), A scientific Approach to Teaching (Online) Melalui http://kamcconum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientifik-approach-to-teaching/. diakses 8 desember 2014


(34)

76

Nurul, H. 2013. Pengertian dan Langkah-Langkah Saintifik.

http://www.nurulhidayah.net/879-pengertian-dan-langkah-pembelajaransaintifik. html#!prettyPhoto

Nakhel, MB. (1992). Why Some Students Don’t Learn Chemestry. J Chem Educ, 69:191-196.

Permendikbud No. 59 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menegah

Sujnana, Nana., (2005), Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja:Bandung

Suprijono, A., (2009), Cooperatif Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Supranata, S., (2005)., Analisis, Validasi, Reliabilitas, dan Interprestasi Hasil Tes, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tatli Z. (2011). Development, Application and Evaluation of Virtual Chemistry Laboratory Experiments for "Chemical Changes" Unit at Secondary School 9th Grade Curriculum.PhD. Karadeniz Technical University.

Temel, H., Oral, B., Avanoglu, Y., (2000). Kimya Ogrencilarinin Deneye Yonelik Tutumlari Ile Titrimetri Deneylenerini Planlama Ve Uygulamaya Iliskin Bilgi Ve Becerileri Arasindaki Iliskinin Degerlendirilmesi. Cagdas Egitim Dergisi, 264, 32-38.

Tezcan, H., & Bilgin, E. (2004). Affects of laboratory method and other factors on the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac , 24:175-191.

Trianto, (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Beriorentasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta

Tim Pascasarjana UNIMED, (2010), Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED

Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53


(1)

71 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengembangan penuntun praktikum berdasrakan sintak-sintak tipe Discovery dan tipe Project Based Learning. Penuntun praktikum tipe Discovery yang disusun dengan prosedur dan langkah kerja yang jelas sesuai dengan tipe Discovery berdasarkan alat dan bahannya digunakan yang ada dalam laboratorium, sedangkan penuntun praktikum tipe Project Based Learning dengan prosedur dan langkah kerja harus dirancang sendiri dari mulai mempersiapkan alat dan bahan siswa harus menemukan sendiri yang ada didalam lingkungan sekitar.

2. Terdapat penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning yang telah divalidasi berdasarkan saran atau masukan dari 20 orang guru dan 1 orang dosen, terdapat 7 aspek dalam uji kelayakan sebuah penuntun praktikum pada aspek yang pertama berdasarkan cakupan praktikum, aspek yang kedua sistematika penyajian, aspek yang ketiga mengandung wawasan produktifitas, aspek keempat merangsang keingintahuan, aspek kelima Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill), aspek keenam aspek desain, dan aspek ketujuh bahasa pada penuntun praktikum tipe Discovery dan tipe Project Based Learning yaitu semua sangat layak digunakan dan tidak perlu revisi.


(2)

72

perbedaan hasil belajar antara penuntun praktikum tipe Discovery dengan tipe

Project Based Learning pada materi elektrolit dan non elektrolit di SMA Negeri

2 Sigli kelas X semester 2 yang menggunakan kurikulum 2013 dan diperoleh nilai rata-rata pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery adalah 86,00 dengan persen peningkatan hasil belajar sebesar 77% dan nilai rata-rata kelas eksperimen II yang menggunakan penuntun praktikum tipe Project Based Learning adalah 81.75 dengan persen peningkatan hasil belajar sebesar 72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan penuntun praktikum tipe Discovery lebih tinggi nilainya dari pada siswa yang menggunakan penuntun praktikum tipe Project Based Learning. 4. Berdasarkan dari hasil pembahasan yang lebih efektifitas digunakan penuntun

praktikum untuk proses belajar mengajar terkhususnya pada materi elektrolit dan non elektrolit yaitu penuntun praktikum tipe Discovery lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan penuntun praktikum tipe Project Based Learning, jadi yang lebih efektifitas digunakan adalah penuntun praktikum tipe Discovery.

B. SARAN

Adapun yang dapat disarankan berdasarkan hasil data penelitian bahwa: 1.Bagi para guru dan peneliti

Dalam peranan sebagai fasilitator dan motivator yang harus mampu memperhantikan siswa. Pembelajaran baik dilaboratorium (diluar kelas) atau didalam kelas yang diberikan oleh guru perlu dipertimbangkan bagaiman peluang bagi siswa


(3)

73

untuk mengembangkan diri melalui potensi bahan ajar berupa penuntun praktikum dan modalitas yang ada dalam dirinya sehingga salah satu yang menjadi perhatian bagi guru agar memanfaatkan potensi itu semaksimal mungkin swhingga siswa memiliki kebebasan mengembangkan diri melalui kegiatan praktikum yang membuat mereka lebih cepat belajarnya di kelas dan lebih mudah untuk memahaminya dalam belajar dan tidak mengganggu siswa yang lain. Walaupun dengan melakukan praktikum bukanlah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, diharapkan dengan pemahaman yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

2.Bagi Siswa

Siswa disarankan untuk lebih giat melatih diri dalam berpikir dan memahami berbagai permasalahan dengan mengembangkan rasa keingintahuannya sehingga siswa mampu mengoptimalisasikan kegiatan belajar baik didalam kelas maupun diluar kelas.

3.Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang akan mengadakan peneliti lebih lanjut untuk penelitian sejenis diharapkan lebih memperhatikan aktivitas-aktivitas siswa di luar maupun di dalam lingkungan sekolah agar instrumen penelitian yang digunakan menjadi lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin., Yunus. (2014), Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013, PT Refika Aditama: Bandung

Algan, S. (1999). The Influence of the computer based physics teaching on the

success of the student and modern mathematics and science programs applied in turkey in the years between 1962 and 1985. Ankara: Gazi

University, Institute of Science (Unpublished MasterThesis).

Anonim., Pengertian Pembelajaran http://krisna.uns.ac.id/2009/10/19pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran diakses tanggal 7 Desember 2014

Arifin, M., (2000), Strategi Belajar Mengajar, Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI; Bandung

Arikunto, S., (2003)., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Aydin, S., Aydemir, N., Boz, Y., Dindar, A.C., Bektas, O., (2009), The Contribution of Constructivist Instruction Accompanied by Concept Mapping in Enhancing Pre-service chemistry teachers’ conceptual understanding of chemistry in the laboratory course, J. Sci. Edu Technol, 18:518-534

Baharudin., Esa, Nur Wahyuni. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar Ruzz; Yogyakarta

Bagci, N., Simsek, S. (1999). The influence of different teaching methods in teaching physics subjects on student’s success, The Journal of Gazi Education Faculty. 19(3), 7988 Situmorang (2009)

Baker, M., & Bielaczyc, K. (1996). Missed opportunities for learning in collaborative problem-solving interactions. In J. Greer (Ed.), Proceedings of

AI-ED ’95: World Conference on Artificial Intelligence in Education (pp.

210–220). Washington, D.C.:Association for the Advancement of Computing in Education (AACE).

Bernard, R.M., Abrami, P.C., Lou, Y., Borokhovski, E., Wade, A., & Wozney, L. (2004). How does distance education compare with classroom instruction? A meta-analysis of the empirical literature. Review of Educational Research, 74(3), 379–439.

Bekar, S. (1996). The influence of lab based science teaching on student’s

success. Ankara. Gazi University, Institute of Science (Unpublished Master


(5)

Bilek, M., dan Skalicka, P., (2009), Real, Virtual Laboratories Together in General Chemistry Together in General Chemistry Education: Starting Points For Research Project,

Bruner, J.S. (1990). Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bryant, R. J., Edmunt, A. M. (1987). They like lab-centered science. The Science

Teacher, 54(8), 42-45.

Campbell, T. dan Bohn, C., (2008), Science Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S, Descriptive Research from the Classroom, Science Educator 17(1): 36-44

Daryanto,. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta. Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono., (2009)., Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fauziah, R. et all. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Invotec, 9(2): 165-178.

Feyzioglu, B. 2009. An Investigation of the relationship between Science process

Skills with Efficient Laboratory Use and Science Achievementin Chemistry Education. Journal of Turkish Science Education 6(3):114-132

Gabel DL, Samuel KV, Hunn D., (1987), Understading the Particulate Nature of

Matter, J Chem Educ 64(8):695-697

Hake, Richard., (1999). Analyzing Chage/gain Scores (online) melalui : http//www.phyysics.indian.edu/-sdi/AnalyzingChange.Gain.Pdf.

Laurens., Joyce M. 2008. Integrasi Riset dan Desain Sebuah Pendekatan Dalam

Pembelajaran Distudio Perancangan, jurnal Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur Manajemen Studio Menuju Dunia Arsitektur Prosesional .

Denpasar 9 (10)

Marjan, J., (2014). Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012

McColum., (2009), A scientific Approach to Teaching (Online) Melalui http://kamcconum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientifik-approach-to-teaching/. diakses 8 desember 2014


(6)

Nurul, H. 2013. Pengertian dan Langkah-Langkah Saintifik.

http://www.nurulhidayah.net/879-pengertian-dan-langkah-pembelajaransaintifik. html#!prettyPhoto

Nakhel, MB. (1992). Why Some Students Don’t Learn Chemestry. J Chem Educ, 69:191-196.

Permendikbud No. 59 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menegah

Sujnana, Nana., (2005), Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja:Bandung

Suprijono, A., (2009), Cooperatif Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Supranata, S., (2005)., Analisis, Validasi, Reliabilitas, dan Interprestasi Hasil Tes, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tatli Z. (2011). Development, Application and Evaluation of Virtual Chemistry Laboratory Experiments for "Chemical Changes" Unit at Secondary School 9th Grade Curriculum.PhD. Karadeniz Technical University.

Temel, H., Oral, B., Avanoglu, Y., (2000). Kimya Ogrencilarinin Deneye Yonelik

Tutumlari Ile Titrimetri Deneylenerini Planlama Ve Uygulamaya Iliskin Bilgi Ve Becerileri Arasindaki Iliskinin Degerlendirilmesi. Cagdas Egitim

Dergisi, 264, 32-38.

Tezcan, H., & Bilgin, E. (2004). Affects of laboratory method and other factors on

the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac , 24:175-191.

Trianto, (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Beriorentasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta

Tim Pascasarjana UNIMED, (2010), Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis

& Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED

Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53