PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDUDUK SIPIL YANG MENJADI KORBAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DALAM MASA TRANSISI SUATU PEMERINTAHAN SUATU NEGARA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDUDUK SIPIL YANG
MENJADI KORBAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DALAM MASA
TRANSISI SUATU PEMERINTAHAN SUATU NEGARA MENURUT
HUKUM INTERNASIONAL
ABSTRAK
WIDYASYUDI HADIAN KARTADIBRATA
110110110086
Melancarkan aksi militer terhadap warga negara merupakan jalan
yang dipilih oleh Pemerintah Suriah sehingga terjadi konflik bersenjata
dalam wilayah negara tersebut. Konflik tersebut melibatkan angkatan
bersenjata pemerintah Suriah melawan tentara oposisi Suriah yang
menyebabkan banyaknya penduduk sipil yang turut menjadi korban.
Sayangnya, masyarakat internasional terlihat belum bisa untuk mengambil
langkah dalam menghentikan kekerasan yang terjadi. Penduduk sipil
dalam hal ini tentu sangat membutuhkan perlindungan dari masyarakat
dunia untuk mempertahankan haknya sebagai manusia. Fakta yang
terjadi bahwa terdapat pelanggaran dalam konflik bersenjata di Suriah
berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 Pasal 3, Protokol Tambahan dan Jus
cogens. Berdasarkan Piagam PBB, Dewan Keamanan PBB mengambil
kesimpulan bahwa yang terjadi di Suriah dapat mengancam perdamaian
dunia dan dalam Piagam tersebut juga memberikan kewenangan kepada

Dewan Keamanan PBB untuk melakukan suatu tindakan terhadap konflik
yang terjadi, termasuk untuk melakukan suatu intervensi dalam rangka
menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Karya tulis ini disusun dengan metode penelitian yuridis normatif
dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Metode ini menggunakan
data sekunder yang berupa konvensi-konvensi hukum internasional dan
bahan-bahan kepustakaan seperti buku-buku, karya ilmiah, makalah
seminar, serta bahan-bahan terkait yang didapat penulis dengan
membaca majalah-majalah, jurnal, surat kabar, kamus, dan bahan bacaan
lainnya yang relevan dengan prinsip ini.
Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
hukum internasional dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam
Konvensi Jenewa beserta Protokolnya belum dapat diterapkan secara
baik oleh dan kepada Suriah yang sedang mengalami konflik noninternasional. Kurangnya kemauan dan itikad baik dari para pihak yang
bersengketa untuk menetapkan dan mematuhi ketentuan Hukum
Internasional pada saat sengketa terjadi. Selain itu, dapat disimpulkan
pula prinsip doktrin Responsibility to Protect sebagai bentuk dari
Humanitarian Intervention dibutuhkan dan dapat dilaksanakan dengan
adanya otorisasi dari Dewan Keamanan PBB, namun nyatanya diveto
oleh Rusia dan Cina, maka dari itu, komunitas internasional harus memilki

mekanisme alternatif untuk mengimplementasikan Responsibility to
Protect. 

iv