SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRODUKSI KELINCI ( Lepus sp.) JANTAN.

(1)

SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN TEPUNG

DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

KELINCI ( Lepus sp.) JANTAN

NI MADE RAI SUARNI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

DISERTASI

SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN TEPUNG

DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

KELINCI( Lepus sp.) JANTAN

NI MADE RAI SUARNI NIM: 1390571004

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN TEPUNG

DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

KELINCI ( Lepus sp.) JANTAN

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Peternakan,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI MADE RAI SUARNI NIM: 1390571004

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(4)

Lembar Pengesahan

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 30 MEI 2016

Promotor,

Prof. Ir. I Gst. Lanang Oka, M.Agr. Sc. Ph.D NIP.: 194505051969021001

Kopromotor I,

Prof.Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS NIP.: 196003181958031001

Kopromotor II,

Prof. Dr. Ir. I Putu Suyadnya, M.S NIP.: 194410091975031001

Mengetahui

P

Ketua Program Studi S3

Ilmu Peternakan Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof.Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS NIP.: 196003181958031001

Drektur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP.: 195902151985102001


(5)

Disertasi Ini Telah Diuji pada Sidang Tertutup Tanggal 30 Mei 2016

Panitia Penguji Disertasi

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No. : 2210/UN 14.4/ HK/2016.

Tanggal 17 Mei 2016

Ketua : Prof. Dr.Ir. Komang Budaarsa, MS

Anggota : 1. : Prof. Ir.I Gst. Lanang Oka, M.Agr.Sc.Ph.D 2. Prof. Dr.Ir. I Gede Mahardika,MS.

3. Prof. Dr. Ir. I Putu Suyadnya, MS 3. Prof. Dr.Ir. Komang Budaarsa, MS 4. Prof. Ir.I Wayan Kasa, M.Rur.Sc.Ph.D. 5. Prof. Dr.Ir. I Wayan Suarna, MS 6. Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Pratama, MS 7. Dr. I Nyoman Arsana, S.Si. M.Si


(6)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : Ni Made Rai Suarni NIM : 1390571004

Program Studi : Doktor Ilmu Peternakan

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Disertasi ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2016

Saya yang membuat pernyataan,


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

Dengan selesainya disertasi ini, dengan hati yang tulus iklas penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. I Gst. Lanang Oka, M.Agr. Sc.Ph.D., selaku pembimbing akademis dan promotor, Prof. Dr. Ir.I Gede Mahardika, MS., selaku kopromotor1dan Ketua Program Doktor Ilmu Peternakan Program Pascasarjana serta Prof. Dr. Ir. I Putu Suyadnya, MS., selaku kopromotor 2 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran yang sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga penyusunan disertasi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim penguji disertasi yaitu; Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, MS, Prof. Ir.I Wayan Kasa, M.Rur. Sc. Ph.D., Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS., Dr.Ir. Ida Bagus Gaga Pratama,MS. dan Dr. I Nyoman Arsana, S.Si. M.Si., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi dalam penyusunan disertasi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Rektor Universitas Udayana Denpasar Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan yang sama juga penulis berikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. .A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), Asisten Direktur I Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A., Asisten Direktur II Prof. Dr. Made Sudiana Mahendra Ph.D. atas kesempatan


(8)

yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Doktor Ilmu peternakan Universitas Udayana. Tidak lupa penulis juga ucapkan terimakasih kepada Dekan FMIPA Universitas Udayana Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si dan Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Dwi Ariani Yuliastuti SSi, MSi., yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Doktor Ilmu Peternakan di Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi ( Komenristek DIKTI) atas bantuan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) untuk mengikuti pendidikan Program Doktor Ilmu peternakan di Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak I Ketut Budiartawan yang tidak pernah lelah membantu penulis selama mengikuti Program Doktor Ilmu Peternakan di Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Ucapan yang sama juga penulis ucapkan kepada ibu Ni Wayan Sukarti, ibu Ni Made Sukarini dan I.B. Anom Ary Murti Staf Program Studi Ilmu Peternakan Program Doktor Pascasarjana Universitas Udayana, yang selalu membantu dengan tulus iklas selama penulis mengikuti pendidikan di Program Doktor Ilmu Peternakan Program Pascasarjana Universitas Udayana. Teman-teman angkatan 2013, yang dengan penuh persahabatan selalu memberikan bantuan, dukungan semangat dan saran-saran selama bersama penulis mengikuti pendidikan di Program Doktor Ilmu Peternakan Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar juga tidak lupa penulis terima kasih.


(9)

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada kedua orang tua, kakak, suami, anak-anak dan semua keluarga yang selalu memberikan semangat, doa dan pengorbanan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Program Doktor Ilmu Peternakan di Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Semoga jerih payah dan bantuan dari semua pihak mendapat balasan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maha Esa dan akhirnya penulis berharap semoga disertasi ini berguna bagi masyarakat dan dunia pendidikan.

.

Denpasar, 2016 Penulis


(10)

ABSTRAK

SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN TEPUNG DAUN KELOR

(Moringa oleifera) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

KELINCI ( Lepus sp.) JANTAN

Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki banyak manfaat antara lain sebagai sayuran dan bahan obat tradisional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kemampuan reproduksi kelinci jantan. Dua puluh empat ekor kelinci jantan yang berumur empat bulan dengan berat rata-rata 1200g digunakan dalam penelitian ini. Empat perlakuan dalam penelitian ini yaitu pakan komersial dengan 0% tepung daun kelor (K0) sebagai kontrol,dan pakan komersial dengan 15% (K1), 30%(K2) dan 45%(K3) tepung daun kelor. Masing-masing perlakuan terdiri atas 6 ulangan. Perlakuan dilakukan selama 2 bulan. Peubah yang diamati adalah : uji kawin, perfoma (berat badan, rata-rata konsumsi/hari dan konversi pakan), kadar MDA, kadar hormon testosteron dalam darah, berat organ reproduksi (testis dan kelenjar asesori) kualitas dan kuantitas spermatozoa (motilitas, viabilitas, integritas membran spermatozoa, morfologi spermatozoa dan jumlah spermatozoa), gambaran histologi testis (jumlah epitel tubulus seminiferus, tinggi epitel tubulus seminiferus, diameter tubulus seminiferus, jumlah sel Leydig). Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor mampu meningkatkan kemampuan reproduksi kelinci jantan. Substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor sampai 45% mampu meningkatkan berat badan akhir, berat organ reproduksi (testis dan kelenjar asesori) kualitas dan kuantitas spermatozoa (motilitas, viabilitas, integritas membran spermatozoa, jumlah spermatozoa, morfologi spermatozoa), histologi testis (jumlah epitel tubulus seminiferus, tinggi epitel tubulus seminiferus, diameter tubulus seminiferus, jumlah sel Leydig), profil hormon testosteron disamping mampu menurunkan kadar MDA darah kelinci jantan (P<0,05). Kandungan optimal tepung daun kelor dalam pakan komersial dalam penelitian ini adalah 30% karena substitusi pakan komersial dengan 45% tepung daun kelor mulai terjadi penurunan tetapi masih lebih tinggi dari kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tepung daun kelor sampai 45% dapat digunakan sebagai pengganti pakan komersial untuk meningkatkan kemampuan reproduksi kelinci jantan. Untuk mendapatkan pejantan yang memiliki kemampuan reproduksi yang maksimal sebaiknya menggunakan substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor sebanyak 32,31% - 35,07%.

Kata Kunci : tepung daun kelor, pakan komersial, kelinci jantan, kemampuan reproduksi.


(11)

ABSTRACT

SUBSTITUTION OF COMMERCIAL FEED WITH MORINGA LEAF MEAL TO IMPROVED THE REPRODUCTIVE CAPABILITIES

OF MALE RABBIT (Lepus sp.)

Moringa oleifera is herbaceous plant which is often found as a hedge in

Indonesia and has many benefits such as for vegetables and traditional medicines. The aims of this study were to find out the effects of moringa leaf meal substitution in commercial feed on the reproductive capabilities of male rabbits (bucks). Twenty four four months old male rabbits with an average live weight of 1200g were used in this study. There were four treatments in this study including 0% (K0) as control and 15% (K1), 30% (K2), 45% (K3) substitution of moringa leaf meal in commercial feed and each treatment consisted of six replicates. The treatments were carried out for two months. The variables measured were including mating behavior, performance (body weight, feed consumption and feed conversion), MDA levels, testosterone levels in the blood, weight of reproductive organs (testes and gland accessories) quality and quantity of spermatozoa (motility, viability, membrane integrity of spermatozoa, morphology and the total of spermatozoa), histology of the testes (the amount of the epithelium of the seminiferous tubules, seminiferous tubule epithelium height, diameter of seminiferous tubules and the total of Leydig cell). The results showed that there were significant differences (P <0.05) between all treatments (K1, K2, K3) and the control (K0). Substitution of moringa leaf meal up to 45% in commercial feed increase live weight, weight of reproductive organs (testes and gland accessories) quality and quantity of spermatozoa (motility, viability, membrane integrity of spermatozoa, the total of spermatozoa, morphology of spermatozoa), histology testis (number of seminiferous tubule epithelium, seminiferous tubule epithelium height, diameter of seminiferous tubules, Leydig cell count) and the profile of testosterone beside decreasing the MDA blood level of male rabbits. The optimal substitution of moringa leaf meal in commercial feed in this study was 30%. It was concluded that the moringa leaf meal might be substituted in commercial feed up to 45 % to improve the reproductive capabilities of male rabbits (bucks). To get maximum reproductive capabilities of male rabbits it should be better substituted the commercial feed with moringa leaf meal as much as 32.31% - 35.07%.


(12)

RINGKASAN

Ni Made Rai Suarni. “SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRODUKSI KELINCI( Lepus sp.) JANTAN”. (di bawah bimbingan Prof. I Gusti Lanang Oka, M.Agr. Sc. Ph.D., sebagai Promotor, Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS., dan Prof. Dr. I Putu Suyadnya, MS., sebagai co-Promotor).

Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang diperlukan adalah daging. Kelinci merupakan ternak alternatif yang mempunyai peluang sebagai penyedia sumber protein hewani yang sehat dan berkualitas tinggi yang penyediaannya perlu ditingkatkan.Banyak cara bisa dilakukan dalam usaha ini antara lain dengan cara .meningkatkan kualitas kelinci jantan. Hal ini akan tercapai, salah satunya dengan meningkatkan kualitas sistem reproduksi jantan seperti kualitas dan kuantitas spermatozoa, kualitas organ reproduksi jantan dan kualitas hormon reproduksi yang akan mempengaruhi fertilitas jantan akhirnya berpengaruh juga terhadap kemampuan reproduksi. Perbaikan kualitas jantan dapat dicapai dengan perbaikan kualitas pakan pada ternak. Kualitas pakan yang baik sangat diperlukan agar kualitas kelinci jantan meningkat. Bahan pakan komersial untuk kelinci yang kandungan nutriennya sudah disesuaikan banyak diproduksi dan dijual tetapi dengan harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, maka perlu dicari alternatif pakan kelinci yang lebih murah, gampang didapat, ketersediaannya berkesinambungan dan berkualitas tinggi. Kelor merupakan tanaman leguminosa yang produksinya berkesinambungan dan memiliki nilai lebih dalam kandungan protein, mineral dan vitamin sehingga dapat digunakan untuk mensubstitusi sebagian pakan komersial agar harganya menjadi lebih murah.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam penelitian ini terdapat empat perlakuan yaitu Kontrol (K0) diberi 100% pakan komersial, K1 diberi 15% tepung daun kelor dalam pakan komersial, K2 diberi 30% tepung daun kelor dalam pakan komersial dan K3 diberi 45% tepung daun kelor dalam pakan komersial. Masing-masing perlakuan terdiri dari enam ulangan, sehingga kelinci jantan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor.Perlakuan dilakukan selama dua bulan.Untuk uji kawin digunakan 120ekor kelinci betina yang hanya diberi pakan komersial. Variabel kelinci jantan yang diamati adalah berat badan awal, berat badan akhir, berat organ reproduksi (testis dan kelenjar asesori) kualitas dan kuantitas spermatozoa (motilitas, viabilitas, integritas membran spermatozoa, jumlah spermatozoa, morfologi spermatozoa), histologi testis (jumlah epitel tubulus seminiferus, tinggi epitel tubulus seminiferus, diameter tubulus seminiferus, jumlah sel Leydig), kadar hormon testosteron, kadar MDA dan perilaku kawin.

Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova menggunakan program costat. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan termasuk kontrol dilakukan uji


(13)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor sampai 45% mampu meningkatkan kemampuan reproduksi kelinci jantan yang diteliti antara lain ; berat organ reproduksi (testis dan kelenjar asesori), kualitas dan kuantitas spermatozoa (motilitas, viabilitas, integritas membran spermatozoa, jumlah spermatozoa, morfologi spermatozoa), histologi testis (jumlah epitel tubulus seminiferus, tebal epitel tubulus seminiferus, diameter tubulus seminiferus, jumlah sel Leydig), kadar hormon testosteron dan perilaku kawin serta dapat menurunkan kadar MDA darah kelinci jantan. Substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor sampai 45% mampu meningkatkan kemampuan reproduksi kelinci jantan. Kandungan optimal tepung daun kelor dalam pakan komersial untuk meningkatkan kemampuan reproduksi kelinci jantan yang terbaik adalah 32,31% -35,07%.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ii

PRASYARAT GELAR ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

RINGKASAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan umum ... 6

1.3.2. Tujuan khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kelinci ... 8

2.1.1. Data biologis dan klasifikasi kelinci ... 9

2.1.2. Sistem reproduksi kelinci jantan ... 10

2.2. Kelor (Moringa oleifera) ... 16

2.2.1. Klasifikasi Kelor ... 20

2.2.2. Kandungan kelor ... 20

2.2.2.1. Antioksidan ... 21

2.2.2.2. Vitamin dan mineral... 22

2.2.2.3. Asam Amino ... 29


(15)

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... 33

3.1. Kerangka Berpikir ... 33

3.2. Konsep Penelitian ... 35

3.3. Hipotesis ... 36

BAB IV METODE PENELITIAN ... 38

4.1. Bahan Uji ... 38

4.2. Bahan Penelitian ... 38

4.3. Alat Penelitian ... 40

4.4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

4.5. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 41

4.5.1. Kelinci ... 41

4.5.2. Kandang ... 41

4.5.3. Pakan ... 42

4.5.4. Rancangan percobaan ... 44

4.5.5. Peubah yang diamati ... 44

4.5.5.1. Berat badan kelinci ... 45

4.5.5.2. Konsumsi pakan ... 45

4.5.5.3. Konversi pakan ... 45

4.5.5.4. Uji kawin ... 46

4.5.5.5. Berat organ reproduksi ... 46

4.5.5.6. Jumlah spermatozoa epididimis kauda yang motil ... 47

4.5.5.7. Jumlah spermatozoa epididimis kauda ... 47

4.5.5.8. Morfologi spermatozoa ... 48

4.5.5.9. Viabilitas spermatozoa epididimis kauda ... 49

4.5.5.10. Keutuhan membran plasma (integritas membran) spermatozoa ... 50

4.5.5.11. Kadar Malondialdehide (MDA) darah ... 51

4.5.5.12. Kadar hormon testosteron ... 52

4.5.5.13. Sediaan histologi testis ... 52

4.5.5.14. Analisis data ... 54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

5.1. Uji Kawin ... 56

5.2. Performa ... 59

5.2.1. Berat badan ... 59

5.2.2. Rata-rata konsumsi per hari ... 60

5.2.3. Konversi pakan ... 62

5.3. Kadar Hormon Testosteron ... 64

5.4. Kadar Malondialdehide (MDA) Darah ... 67

5.5. Berat Organ Reproduksi ... 69

5.5.1. Berat testis ... 69


(16)

5.6. Kualitas Spermatozoa ... 73

5.6.1. Motilitas spermatozoa ... 73

5.6.2. Viabilitas spermatozoa epididimis kauda kelinci ... 76

5.6.3. Integritas membranspermatozoa epididimis kauda kelinci ... 77

5.6.4. Kelainan morfologi spermatozoa ... 81

5.6.5. Jumlah spermatozoa epididimis kauda (juta/epididimis kauda) ... 84

5.7. Gambaran Histologi Testis Kelinci ... 87

5.7.1. Diameter tubulus seminiferus ... 87

5.7.2. Tebal epitel germinal tubulus teminiferus ... 89

5.7.3. Jumlah sel epitel germinal tubulus seminiferus ... 91

5.7.4. Jumlah sel Leydig ... 93

5.8. Temuan Baru (Novelty) ... 94

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 96

6.1. Simpulan ... 96

6.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Kebutuhan nutrien kelinci pada berbagai kondisi fisiologis ... 9

2.2. Kandungan nutrien daun kelor (dalam100 gram) ... 24

2.3. Kandungan asam amino daun kelor (dalam100 gram) ... 31

4.1. Komposisi bahan penyusun pakan percobaan... 43

4.2. Kandungan nutrien dalam pakan percobaan ... 43

5.1. Data rata-rata uji kawin kelinci jantan selama dua jam pengamatan ... 56

5.2. Rata-rata performa kelinci yang diberikan pakan komersial yang disubstitusi dengan tepung daun kelor ... 61

5.3. Kadar hormon testosteron dan MDA darah kelinci yang diberi substitusi pakan komersial dngan tepung daun kelor ... 70

5.4. Berat organ reproduksi kelinci jantan yang diberi perlakuan substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor ... 73

5.5. Kualitas spermatozoa epididimis kauda kelinci yang diberi substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor ... 79

5.6. Data histologi testis kelinci yang diberi perlakuan substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor ... 90


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Organ reproduksi relinci jantan ... 13

2.2. Tanamam kelor ... 18

3.1. Kerangka konsep penelitian ... 35

4.1. Proses pembuatan tepung daun kelor ... 39

4.2. Ciri-ciri vagina kelinci betina yang sudah siap kawin (A), yang hampir siap kawin (B) dan yang belum siap kawin (C) ... 40

4.3. Proses injeksi kelinci dengan 0,2 ml ivomek ... 42

4.4. Kandang percobaan ... 42

4.5. Cara penghitungan jumlah spermatozoa ... 48

4.6. Contoh spermatozoa hidup (viable) dan spermatozoa mati (non viable) ... 50

4.7. Contoh gambar integritas membran spermatozoa kelinci jantan ... 51

4.8. Cara pengukuran diameter dan tebal epitel tubulus seminiferus testis kelinci menggunakan Image Raster 3 ... 53

4.9. Tanda panah menunjukkan lokasi sel Leydig yang dihitung ... 54

4.10. Alur Penelitian ... 55

5.1. Rata-rata konsumsi pakan kelinci setiap minggu yang diberi perlakuan substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor yang berbeda ... 64

5.2. Grafik hubungan antara kadar tertosteron dalam darah kelinci dengan kandungan tepung daun kelor dalam pakan ... 66

5.3. Grafik hubungan antara motilitas spermatozoa kelinci jantan dengan kandungan tepung daun kelor dalam pakan ... 75

5.4. Perbandingan spermatozoa kelinci, v = spermatozoa yang hidup (viable) dan nv = spermatozoa yang mati (non viable) ... 77

5.5. Integritas membran spermatozoa kelinci yang memperlihatkan bahwa membran spermatozoa yang masih utuh (tanda panah putih) tampak ekornya bergelung dan spermatozoa yang tidak bergelung (tanda panah hitam) membrannya rusak ... 80

5.6. Grafik hubungan antara kandungan tepung daun kelor dalam pakan dengan jumlah spermatozoa abnormal kelinci jantan ... 83


(19)

5.7. Macam-macam kelainan morfologi spermatozoa kelinci yang ditemukan setelah diberi perlakuan substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor ... 83 5.8. Grafik hubungan antara jumlah spermatozoa epidimis kauda kelinci jantan

dengan kandungan daun kelor dalam pakan. ... 85 5.9. Gambaran histologi testis kelinci dari masing-masing perlakuan


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Gambar pakan percobaan ... 108

2. Gambar vena pada telinga kelinci lokasi pengambilan darah ... 109

3. Proses pengambilan darah kelinci untuk analisa kadar testosteron dan MDA 110 4. Gambar persiapan analisis hormon testosteron ... 111

5. Proses pembedahan kelinci untuk pengambilan organ reproduksi ... 112

6. Pengambilan organ reproduksi jantan ... 113

7. Cara pengukuran diameter, tebal epitel dan jumlah sel epitel tubulus seminiferus dengan menggunakan image ruster ... 114

8. Lokasi dan cara penghitungan jumlah sel Leydig (tanda panah ) ... 115

9. Contoh pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perangkat digital mikroskop Optilab ... 116

10.Hasil analisis terhadap proses pendekatan (introduction) ... 117

11.Hasil analisis terhadap proses menunggang (mount) ... 118

12.Hasil analisis terhadap proses kopulasi ... 119

13.Hasil analisis berat badan awal kelinci... 120

14.Hasil analisis berat badan akhir kelinci ... 121

15.Hasil analisis pertambahan berat badan total kelinci ... 122

16.Hasil analisis pertambahan berat badan/hari kelinci ... 123

17.Hasil analisis rata-rata konsumsi ... 124

18.Hasil analisis kadar hormon testosteron ... 125

19.Hasil analisis kadar MDA darah kelinci... 126

20.Hasil analisis berat testis kelinci ... 127

21.Hasil analisis berat kelenjar asesori ... 128

22.Hasil analisis motilitas spermatozoa ... 129

23.Hasil analisisviabilitas spermatozoa ... 130

24.Hasil analisis integritas membran spermatozoa ... 131

25.Hasil analisis kelainan morfologi spermatozoa ... 132


(21)

27.Hasil analisis diameter tubulus seminiferus ... 134

28.Hasil analisis tebal epitel tubulus seminiferus ... 135

29.Hasil analisis jumlah sel epitel germinal tubulus seminiferus ... 136

30.Hasil analisis jumlah sel Leydig ... 137

31.Sertifikat Laik Etik Penelitian ... 138

32.Hasil analisis kandungan asam amino tepung daun kelor ... 139

33.Hasil analisis proksimat tepung daun kelor ... 140


(22)

(23)

1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang diperlukan adalah daging. Daging merupakan makanan sumber protein hewani, yang diperlukan penyediaannya selain dari ternak besar dan unggas. Kelinci merupakan ternak alternatif yang mempunyai peluang sebagai penyedia sumber protein hewani yang sehat dan berkualitas tinggi. Kelinci sangat cocok dikembangkan pada negara yang populasi penduduknya padat seperti di Indonesia. Usaha-usaha ke arah untuk meningkatkan produksi daging kelinci perlu dilakukan, karena dipastikan permintaan daging kelinci di Indonesia akan meningkat.

Banyak cara bisa dilakukan dalam usaha ini antara lain dengan cara kawin silang antara kelinci pejantan unggul yang mempunyai pertumbuhan cepat dan mencapai bobot potong yang tinggi dalam waktu relatif singkat. Hal lain yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas daging kelinci adalah meningkatkan kualitas kelinci jantan. Hal ini akan tercapai, salah satunya dengan meningkatkan kualitas sistem reproduksi jantan seperti kualitas dan kuantitas spermatozoa, kualitas organ reproduksi jantan dan kualitas hormon reproduksi yang akan mempengaruhi fertilitas jantan akhirnya berpengaruh juga terhadap kemampuan reproduksi.


(24)

Perbaikan kualitas jantan dapat dicapai dengan perbaikan kualitas pakan pada ternak (Anggorodi, 1994). Whendrato dan Madnyana (1999), juga menyatakan bahwa kualitas pakan sangat mempengaruhi kualitas spermatozoa kelinci. Kualitas pakan yang baik sangat diperlukan agar kualitas kelinci jantan meningkat. Bahan pakan komersial untuk kelinci yang kandungan nutriennya sudah disesuaikan banyak diproduksi dan dijual tetapi dengan harga yang tidak murah. Oleh karena itu, maka perlu dicari alternatif pakan kelinci yang murah, gampang didapat, ketersediaannya berkesinambungan dan berkualitas tinggi.

Kelor merupakan tanaman leguminosa yang produksinya berkesinambungan dan memiliki nilai lebih dalam kandungan protein, mineral dan vitamin sehingga dapat mengatasi kendala ketersediaan pakan sepanjang tahun. Pemakaian tepung daun kelor sebagai sumber protein dalam pakan penguat telah banyak diterapkan. Tepung daun kelor dapat menggantikan bungkil biji kapok sebagai suplemen pakan 20% dari pakan domba sedang tumbuh (Murro et al. 2003).

Kelor merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki manfaat sangat luas. Menurut Hartwell (1971), bunga, daun, dan akar tanaman kelor bisa dipakai sayuran dan sebagai obat tradisional. Daunnya bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak domba, kambing, sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya. Kulit kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga dapat digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan. Berbagai penelitian menyatakan bahwa


(25)

pada daun kelor terdapat komposisi vitamin A, B, kalsium, zat besi, protein serta kandungan lainnya yang tinggi.

Akar kelor sering digunakan sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu makan (Suriawiria, 2005). Fuglie (1999) menyatakan bahwa, daun kelor kering mengandung 12 kali vitamin C buah jeruk, 17 kali kalsium susu, 10 kali vitamin A wortel, 15 kali potassium pisang, 25 kali zat besi bayam dan 9 kali protein yogurt. Astuti et al. (2005) menyatakan bahwa, kandungan protein daun kelor dapat mencapai 43% jika diekstrak dengan etanol. Kelor sebagai salah satu jenis tanaman leguminosa memiliki zat anti nutrisi yang tergolong rendah dibandingkan jenis tanaman leguminosa lainnya. Anti nutrisi yang terkandung dalam daun kelor yaitu tannin 0,3%; saponin 6,4%; asam phytat 2,3% dan total phenol 2,7%. Sedangkan jika daun kelor telah diekstraksi ataupun diubah menjadi tepung daun, kadar anti nutrisinya akan lebih rendah (Astuti et al. 2005). Zade et al. (2013), juga melaporkan bahwa ektrak air daun kelor yang diberikan pada tikus putih jantan sebanyak 100, 200 dan 500 mg/kgbb selama 21 hari sama sekali tidak bersifat toksik.

Banyak literatur menyebutkan bahwa pengobatan herbal terbaik untuk infertilitas adalah bunga kelor (Krisnadi, 2013c). Abu et al. (2013), menyatakan bahwa penambahan tepung daun kelor 5%, 10% dan 15% dalam pakan tidak merusak testis dan tidak menurunkan kualitas spermatozoa epididimis kelinci jantan. Ini menunjukkan bahwa daun kelor dapat digunakan sebagai pakan kelinci, karena tidak bersifat toksik


(26)

Beberapa peneliti juga mengungkapkan manfaat lain dari kelor di antaranya daun kelor sebagai anti anemia (Oduro et al., 2008), daun dan batang kelor dapat digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes (Giridhari et al.

2011), dan kulit pohon kelor sebagai obat radang usus besar (Fuglie, 1999) serta manfaat lainnya.

Fuglie (1999), Sidduraju and Becker (2003) menyatakan bahwa kelor mengandung 46 antioksidan yaitu senyawa yang melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas. Pengukuran kadar malondialdehyde (MDA) merupakan cara pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung sebab yang diukur adalah produk dari reaksi radikal bebas. Tingginya kandungan antioksidan dalam daun kelor, tentunya akan melindungi tubuh dari radikal bebas sehingga kadar MDA dalam organ reproduksi maupun dalam darah akan seimbang. Kelor dikatakan tanaman ajaib karena dapat digunakan sebagai bahan makanan dan bahan obat. Daun kelor juga dapat meningkatkan fungsi seksual jantan seperti libido, kualitas spermatozoa mengobati disfungsi ereksi (Prabsattroo et al., 2012).

Mengingat lengkapnya kandungan nutrien pada kelor maka diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti pakan komersial yang sudah ada sehingga didapatkan pakan murah, ketersediaannya berkesinambungan dan mengandung nutrien yang lengkap. Belum ada penelitian mengenai sampai berapa persen kelor dapat sebagai pengganti pakan komersial dan berapa persen yang mampu menghasilkan kualitas reproduksi jantan yang optimal. Berdasarkan hal itu, maka penelitian mengenai


(27)

dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kemampuan reproduksi kelinci jantan perlu dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kemampuan kawin (pendekatan, menunggang dan kopulasi) kelinci jantan.

2. Bagaimana dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap performa (berat badan, konsumsi dan konversi pakan) kelinci jantan.

3. Bagaimana dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kadar hormon testosteron dalam darah kelinci jantan.

4. Bagaimana dampak susbstitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kadar MDA dalam darah kelinci jantan.

5. Bagaimana dampak susbstitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap berat organ reproduksi (testis dan kelenjar asesori) kelinci jantan.

6. Bagaimana dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kualitas (motilitas, viabilitas, morfologi, integritas membran plasma) dan kuantitas (jumlah) spermatozoa epididimis kauda kelinci jantan.

7. Bagaimana dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kualitas gambaran histologis testis kelinci (diameter, tebal epitel, jumlah sel epitel germinal) tubulus seminiferus dan jumlah sel Leydig kelinci jantan.


(28)

1. 3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kemampuan reproduksi kelinci jantan.

1.3.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kemampuan kawin (pendekatan, menunggang dan kopulasi) kelinci jantan.

2. Untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap performa (berat badan, konsumsi dan konversi pakan) kelinci jantan.

3. Untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kadar hormon testosteron dalam darah kelinci jantan

4. Untuk mengetahui dampak susbstitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kadar MDA dalam darah kelinci jantan.

5. Untuk mengetahui dampak susbstitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap berat organ reproduksi (testis dan kelenjar asesori) kelinci jantan.


(29)

6. Untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kualitas (motilitas, viabilitas, morfologi, integritas membran plasma) dan kuantitas (jumlah) spermatozoa epididimis kauda kelinci jantan. 7. Untuk mengetahui dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun

kelor terhadap kualitas gambaran histologis testis kelinci (diameter, tebal epitel, jumlah sel epitel germinal) tubulus seminiferus. dan jumlah sel Leydig kelinci jantan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah tentang dampak substitusi pakan komersial dengan tepung daun kelor terhadap kemampuan reproduksi kelinci jantan.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat yang beternak kelinci untuk menggunakan daun kelor sebagai pengganti sebagian pakan komersial dalam rangka efisiensi biaya pakan mengingat pakan komersial yang harganya cukup mahal.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelinci

Kelinci adalah mamalia yang mudah dipelihara dan cepat berkembang biak (Sarwono, 2002). Kelinci berdasarkan tujuan produksinya dapat dibedakan menjadi : (1)

kelinci sebagai penghasil bulu seperti angora dan rek, (2) kelinci pedaging seperti New

Zealand White dan (3) kelinci yang dipakai untuk meningkatkan mutu kelinci lokal melalui kawin silang seperti d’argent, chinchilia, dutch, flemis giant, palamino dan satin

(McNitt et al.,1996). Kelinci lokal yang kita kenal di Indonesia adalah kelinci yang asal

usulnya tidak diketahui karena keturunan dari berbagai ras yang didatangkan ke Indonesia (Subroto, 2010).

Kelinci menjadi pilihan untuk dibudidayakan karena pakannya tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, pemberian hijauan yang tinggi pada ternak kelinci dapat

meningkatkan efisiensi pakan (Farrel dan Raharjo, 1984). Sartika et al. (1988) dan Sitorus

et al. (1982), menyatakan bahwa beternak kelinci dapat memanfaatkan limbah pertanian maupun berbagai jenis hijauan sehingga dalam budidaya kelinci dapat menggunakan sumber daya lokal.

Subroto (2010) menyatakan bahwa, dalam peternakan kelinci pakan yang diberikan harus seimbang, tidak asal cukup atau banyak. Kandungan protein, hidrat arang, lemak, mineral, vitamin dan air harus seimbang. Kebutuhan nutrien kelinci pada berbagai kondisi fisiologis disajikan pada (Tabel 2.1).


(31)

Tabel 2.1.

Kebutuhan nutrien kelinci pada berbagai kondisi fisiologis.

Nutrien

Kelinci Hidup pokok Masa

pertumbuhan

Bunting Laktasi

Energi total (kkal) Serat kasar (%) Lemak (%) Protein kasar (%) Kalsium (%) Fosfor (%) 2100 14 2 12 - - 2500 10 s.d.12 2 16 0,4 0,22 2500 10 s.d.12 2 15 0,45 0,37 2500 10 s.d.12 2 17 0,5 0,5 Sumber : NRC (1977).

Kelinci mempunyai pertumbuhan dan perkembangbiakan yang sangat pesat, satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 8 s.d.10 ekor anak dan pada umur 8

minggu bobot badannya dapat mencapai 2kg (Lestari et al., 2005). Komposisi kimia

daging kelinci mempunyai kualitas yang baik, kandungan protein daging kelinci cukup tinggi yaitu 20% dan setara dengan daging ayam bahkan proteinnya bisa mencapai 25%

(Ensminger et al., 1990), sedangkan kandungan lemak 5,5g, kolesterol 53g dan energinya

137 kkal lebih rendah dibandingkan daging ternak lain (Chan et al., 1995).

2.1.1. Data biologis dan klasifikasi kelinci

Kelinci secara umum mempunyai masa hidup: 5 s.d.10 tahun, masa produksi: 1 s.d. 3 tahun, masa bunting : 31 hari (rata-rata 29 s.d. 31 hari) dan masa penyapihan : delapan minggu. Umur kelinci mulai dikawinkan : 4 s.d. 5 bulan untuk kelinci lokal dengan berat 2 s.d. 3kg (Subroto, 2010). Hustamin (2006) menyatakan bahwa, kelinci


(32)

dara sebaiknya dikawinkan setelah berumur 6 bulan sedangkan yang jantan pada umur tujuh bulan setelah mencapai berat 2 kg. Masa perkawinan setelah beranak sekitar satu minggu setelah anak disapih. Siklus reproduksi poliestrus (dalam setahun bisa lima kali bunting), siklus berahi sekitar dua minggu. Periode estrus : 11 s.d 15 hari, ovulasi: terjadi 9 s.d 13 jam setelah kawin. Fertilisasi : 1 s.d. 2 jam sesudah ovulasi dan jumlah kelahiran 4 s.d 10 ekor (rata-rata 6 s.d 8). Volume darah 40 ml/kg berat badan, bobot dewasa sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan (Subroto, 2010)

Menurut Damron (2003) Kelinci diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia (hewan)

Phylum : Chordata (mempunyai notochord) Subphylum : Vertebrata (bertulang belakang) Class : Mamalia (memiliki kelenjar air susu)

Ordo : Legomorpha (memiliki dua pasang gigi seri di rahang atas)

Family : Leporidae (rumus gigi delapan pasang diatas dan enam pasang dibawah) Genus : Lepus

Species : Lepus sp.

2.1.2. Sistem reproduksi kelinci jantan

Testis adalah organ utama dari sistem reproduksi jantan yang menghasilkan spermatozoa dan hormon yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan tingkah laku. Testis terdiri atas sepasang yang berbentuk oval dengan panjang kira-kira 25mm


(33)

dan berat setiap testis kira – kira 2g tergantung pada umur, berat badan dan jenis kelinci (Thakur and Puranik, 1981). Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulus seminiferus testis atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone) sedangkan testosteron diproduksi oleh sel Leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell

Stimulating Hormone). Jumlah Sel Leydig berbeda antar spesies. Pada kelinci dan

tikus sel Leydig berkembang sangat baik dan menghuni tempat yang sangat luas dari volume total testis. Pada manusia dan sapi, sel-sel Leydig jauh lebih sedikit dan tidak membentuk sarang-sarang yang besar. Sekresi androgen (testosteron) oleh sel Leydig dikontrol oleh kelenjar hipofisa. Testosteron merupakan hormon seks yang sangat penting dalam perkembangan organ seks, pembentukkan dan pemeliharaan ciri-ciri seks jantan, produksi spermatozoa, dan mengontrol libido (Nalbandov, 1990). Johnson and Everit (1988), menyatakan bahwa testosteron adalah hormon seks yang diproduksi oleh sel Leydig pada jaringan interstitiil testis. Hormon ini dengan cepat masuk ke dalam sistem peredaran yaitu vena dan limfa, tetapi sebagian ada yang berdifusi langsung melalui kompartemen testis. Di dalam tubulus seminiferus testosteron berikatan dengan reseptor androgen pada sel Sertoli dan Androgen Binding Protein

(ABP) yang disekresikan ke lumen tubulus oleh sel Sertoli (Johnson and Everitt, 1988). FSH, LH (Luteinizing Hormone) dan testosteron adalah hormon penting yang mengatur berlangsungnya spermatogenesis pada tubulus seminiferus dan melibatkan poros hipotalamus hipofisis dan testis. GNRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) hipotalamus merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan LH dan FSH. LH mempengaruhi spermatogenesis melalui testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig


(34)

pada testis. FSH berpengaruh langsung terhadap sel Sertoli dalam tubulus seminiferus. FSH meningkatkan sintesis protein pengikat hormon androgen yaitu ABP yang merupakan glikoprotein pengikat testosteron (Mathur et al., 2011).

Epididimis adalah suatu struktur memanjang yang melekat pada testis yang terdiri atas kepala, badan dan ekor. Fungsi epididimis ada 4 yaitu: transportasi, konsentrasi, pendewasaan dan penyimpanan spermatozoa. Di dalam epididimis untuk menjadi spermatozoa yang fungsional, spermatozoa mengalami perubahan secara biokimia maupun morfologi (Johnson and Evereritt, 1988). Spermatozoa sewaktu meninggalkan tubulus seminiferus, mempunyai butiran sitoplasma di bagian lehernya. sitoplasma ini pindah ke bagian ekor sampai akhirnya terlepas sama sekali. Pemasakan ini disebabkan oleh adanya sekresi epididimis selama 8 s.d 10 hari (Bedford,1975). Jumlah spermatozoa yang tersimpan di epididimis kelinci sekitar 1.000 x 106 di mana 275 x106 berada di caput dan badan epididimis, 650 x 106 berada di epididimis kauda dan 50 x 106 berada di duktus deferens (Holtz and Foote, 1978).

Spermatozoa yang terdapat pada epididimis mengandung kadar fosfolipid yang tinggi. Senyawa lipid yang terdapat pada membran spermatozoa mengandung lemak tidak jenuh yang sangat rentan mengalami oksidasi terutama oleh senyawa-senyawa radikal bebas atau Reactive Oksigen Species (ROS) (Sanoka and Kurpis, 2004).

Pengukuran kadar MDA merupakan cara pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung sebab yang diukur adalah produk dari reaksi radikal bebas (Edyson, 2003). Hidroperoxidase asam lemak tak jenuh yang terbentuk karena oksidasi sangat tidak stabil dan mudah mengalami pemecahan menjadi berbagai


(35)

senyawa. Dekomposisi hidroperoksidase berlangsung melibatkan pemutusan gugus OOH sehingga terbentuk radikal alkoksil dan radikal hidroksil. Radikal alkoksil ini kemudian mengalami pemutusan beta pada rantai C-C sehingga terbentuk aldehid dan radikal alkil atau vinil. Berbagai jenis senyawa dihasilkan degradasi lipid diantaranya hidrokarbon, aldehid, keton, asam karboksilat, alkohol dan heterosiklik (Apriyanto,2002).

Gambar 2.1.

Organ reproduksi kelinci jantan. Keterangan :

A = Organ reproduksi kelinci jantan tampak dari luar tubuh B = Testis dan epididimis

C = Testis,epididimis dan kelenjar asesoris p = penis

t = testis

ek = epididimis bagian kaput (kepala) eb = epididimis bagian korpus (badan) ed = epididimis bagian kauda (ekor) vd = vasa deferensia

pc = prostat dan cowper vs = vesikula seminalis vu = vesika urinaria rt = rektum


(36)

Kelenjar-kelenjar pelengkap yang terdiri atas vesikula seminalis, prostat dan

cowper. Semua kelenjar ini menghasilkan sekresi, yang bersama-sama dengan

spermatozoa keluar pada saat ejakulasi yang dikenal dengan semen. Sekresi kelenjar-kelenjar pelengkap ini dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dihasilkan sel Leydig pada testis. Fungsi dari cairan ini adalah menambah volume cairan ejakulasi, membantu pergerakan, buffer dan makanan spermatozoa, menyumbat alat kelamin betina serta merangsang kontraksi vagina dan uterus untuk mempercepat pergerakan spermatozoa (McNitt, 1982).

Produksi plasma semen dan spermatozoa dikontrol oleh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig testis. Testis dalam menghasilkan hormon testosteron dan spermatozoa dipengaruhi oleh FSH dan LH yang dihasilkan oleh hipofisa anterior (Hafes, 1980).

Spermatozoa terdiri dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Bentuk kepala spermatozoa berbeda-beda tergantung spesies. Bentuk kepala spermatozoa kelinci, sapi dan domba berbentuk oval, manusia berbentuk bulat, unggas berbentuk silinder memanjang dan tikus berbentuk kait (Nalbandov, 1990).

Morfologi spermatozoa dapat mengalami kelainan yang dianggap sebagai abnormalitas spermatozoa. Ada beberapa kelainan pada spermatozoa adalah : kepala besar, kepala kecil, kepala ganda, ekor ganda, tanpa kepala dan tanpa ekor. Bila abnormalitas spermatozoa ditemukan dalam jumlah besar sampai mendekati 50 persen dari total spermatozoa maka akan menyebabkan steril (Nalbandov, 1990).


(37)

Barth and Oko (1989) mengklasifikasikan abnormalitas spermatozoa ke dalam dua kelompok, yaitu abnormalitas spermatozoa primer dan sekunder. Abnormalitas spermatozoa primer merupakan abnormalitas yang terjadi pada bagian kepala spermatozoa karena adanya kelainan saat proses spermatogenesis dalam tubuli seminiferi.

Abnormalitas spermatozoa primer meliputi, berbentuk buah per, runcing

(taperred), belum dewasa (adanya tetes sitoplasma), kepala besar (macrocephalus),

kepala kecil (microcephalus), kepala ganda, dan kepala seperti mahkota. Abnormalitas spermatozoa sekunder terjadi pada bagian ekor akibat perjalanan spermatozoa melalui epididimis dan selama fase ejakulasi atau setelah ejakulasi yang meliputi kesalahan penanganan dan perlakuan terhadap spermatozoa seperti pemanasan berlebihan (heat shock), dan karena kontaminasi urin, air, atau antiseptik. Abnormalitas spermatozoa sekunder meliputi ekor bergelungdan abnormal pada bagian tengah (midpiece).

Abnormalitas dianggap serius apabila abnormalitas spermatozoa primer yang ditemukan mencapai 18-20% karena dapat menurunkan fertilitas (Barth and Oko 1989).

Seluruh bagian spermatozoa diselimuti oleh membran plasma yang berfungsi sebagai pelindung terhadap perubahan lingkungan, sebagai unsur transport dari dalam ke luar sel atau sebaliknya (Pinto and Kozink, 2008), serta menjaga integritas biokimia dan struktur spermatozoa (Am orim et al., 2009). Keutuhan membran plasma akan

menentukan kualitas spermatozoa. Hypo-Osmotic Swelling test (HOS test) merupakan uji khusus yang digunakan untuk mengetahui keutuhan membran plasma spermatozoa


(38)

(Lodhi et al., 2008). Dasar dari HOS test adalah hukum osmosis. Saat spermatozoa terpapar oleh medium hipoosmotik, bahan biokimia aktif pada spermatozoa akan meningkatkan volume spermatozoa dengan mengalirkan air masuk ke dalam spermatozoa hingga tercapai keseimbangan antara kompartemen dalam spermatozoa dengan lingkungan ekstra seluler. Proses ini menyebabkan spermatozoa membengkak, terjadi perubahan ukuran dan bentuk spermatozoa yang dapat dievaluasi menggunakan mikroskop fase kontras (Cabrita et al. 1999; Fonseca et al. 2005). Pembengkakan mudah teramati pada bagian ekor yang menunjukkan adanya kebengkokan ekor (coil).

Menurut Sumoprastowo (1993) seekor kelinci jantan dewasa dapat melayani betina sampai 10 ekor, tetapi pada umumnya dalam 1 kandang koloni digunakan 5 ekor betina dengan 1 jantan. Kelinci jantan sebaiknya jangan dikawinkan lebih dari 3 kali dalam seminggu. Untuk mengejar kebuntingan dan kelahiran yang bersamaan dapat dikawinkan setiap hari secara berturut-turut tetapi kualitas pakan benar-benar harus diperhatikan, kemudian diistirahatkan dalam waktu yang lebih lama. Mengawinkan pejantan yang terlalu sering tanpa dibarengi dengan kualitas pakan yang baik, mengakibatkan penurunan kualitas jantan. Pejantan yang digunakan juga akan mempengaruhi jumlah anak yang lahir ( Rianggoro,1995).

2.2. Kelor (Moringa oleifera)

Kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan. Di Indonesia pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang ladang atau tepi sawah,


(39)

berfungsi sebagai tanaman penghijauan. Selain itu tanaman kelor juga dikenal sebagai tanaman berkhasiat obat dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor mulai dari daun, kulit batang, biji, hingga akarnya (Simbolan et al., 2007).

Kelor merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki manfaat yang sangat luas. Menurut Makkar and Becker (2001) tanaman kelor termasuk bahan pakan sumber protein karena memiliki kandungan asam amino essensial seimbang di dalam daun. Tanaman ini tumbuh baik didaerah dengan curah hujan 250 s.d. 300 mm. Kelor tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 s.d.12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 s.d. 2 cm, lebar 1 s.d. 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip

(pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris),

bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Buah Kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 s.d. 60 cm, buah muda berwarna hijau setelah tua menjadi coklat, bentuk biji bulat dan berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 s.d.18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl,


(40)

banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang (Krisnadi, 2013c).

Gambar 2.2. Tanaman kelor

Keterangan :

A= pohon kelor masih muda

B= pohon kelor dengan bunganya ( )

C dan D = pohon kelor dengan buahnya ( ) dan bunganya ( )

Sup biji kelor dicampur dengan sedikit lada dan jahe dapat digunakan sebagai obat untuk pria yang menderita disfungsi ereksi. Pohon Kelor mengandung nilai gizi

A B


(41)

tinggi yang sangat membantu dalam pengobatan infertilitas. Vitamin A, C, D, E, dan K merupakan vitamin yang terkandung dalam pohon kelor. Kelor sudah sejak lama digunakan untuk membantu melindungi dan mengatasi masalah kesehatan prenatal, penyakit mata, masalah kulit, serta penyakit jantung. Kelor juga kaya kalsium yang tidak hanya melindungi tulang dan gigi, juga memainkan peran penting dalam meningkatkan motilitas sperma (Krisnadi, 2013c).

Kelor tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7s.d.12m, umumnya disebut “ drumstick” (Anwar et al., 2007). Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Nama umum Indonesia (Kelor), limaran (Jawa) Inggris (Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree), Melayu (kalor, merunggai, sajina), Vietnam (Chùm ngây), Thailand (ma-rum) dan Pilipina (Malunggay).Kelor merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki manfaat sangat luas. Menurut Hartwell (1971), bunga, daun dan akar tanaman kelor bisa dipakai sayuran dan sebagai obat tradisional. Daunnya juga bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak domba, kambing, sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga dapat digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan. Daun kelor adalah suplemen yang mempunyai nilai gizi tinggi seperti protein dan kalsium.Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa daun kelor mengandung vitamin A, B, kalsium, zat besi serta protein yang tinggi. Bunga kelor dapat dikonsumsi oleh manusia dengan cara dimasak terlebih dahulu karena pada bunganya mengandung potasium dan


(42)

kalsium. Daun kelor juga telah banyak digunakan sebagai pakan ternak, terutama untuk sapi dan kambing di samping untuk pupuk hijau. Akar kelor sering digunakan sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu makan (Suriawiria, 2005 ).

Kelor memiliki beberapa nama daerah di Indonesia, seperti : Kelor (di Jawa, Sunda , Bali dan Lampung), Kerol (di Buru), Marongghi (di Madura), Moltong (di Flores), Kelo (di Gorontalo), Keloro (di Bugis), Kawano (di Sumba), Ongge (di Bima) dan Hau fo (di Timor-timor)

2.2.1. Klasifikasi Kelor

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledoneae Subklas : Dialipetalae Ordo : Brassicales Famili : Moringaceae Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera (Roloff et al., 2009)

2.2.2. Kandungan kelor

Salah satu hal yang membuat kelor menjadi perhatian dunia dan memberikan harapan sebagai tanaman yang dapat menyelamatkan jutaan manusia yang kekurangan gizi, adalah kelor kaya dengan kandungan nutrisi dan senyawa yang


(43)

dibutuhkan tubuh. Seluruh bagian tanaman kelor dapat dimakan dan dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan terutama sumber nutrien (Krisnadi, 2013c).

2.2.2.1. Antioksidan

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau menetralisir radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, karsinogenesis, dan penyakit lainnya. Senyawa antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Senyawa ini memiliki struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Murray et al., 2009).

Kelor mengandung 46 antioksidan, senyawa yang melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan kerusakan sel dan penyakit. Senyawa Antioksidan yang terkandung dalam kelor adalah Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin B (Choline), Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B6, Alanine, Alpha-Carotene, Arginine, Beta-Carotene, Beta-sitosterol, Caffeoylquinic Acid, Campesterol, Carotenoids, Chlorophyll, Chromium, Delta-5-Avenasterol, Delta-7-Avenasterol, Glutathione, Histidine, Indole Acetic Acid, Indoleacetonitrile, Kaempferal, Leucine, Lutein, Methionine, Myristic-Acid, Palmitic-Acid, Prolamine,


(44)

Proline, Quercetin, Rutin, Selenium, Threonine, Tryptophan, Xanthins, Xanthophyll, Zeatin, Zeaxanthin, Zinc (Fuglie, 1999).

2.2.2.2. Vitamin dan mineral

Kelor mengandung berbagai macam vitamin seperti :Vitamin A (Alpha & Beta-carotene), B, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K, asam folat, Biotin, yang jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan makanan lain yang dikenal mengandung nutrisi tinggi. Pada dasarnya, ada dua kelompok vitamin, yaitu : yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air. Vitamin A, D, E, dan K, merupakan vitamin yang larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan. Berlebihan mengkonsumsi vitamin yang larut dalam lemak dapat menyebabkan keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, serta masalah hati dan jantung (Krisnadi, 2013a).

Vitamin B kompleks dan C merupakan vitamin yang larut dalam air. Tubuh akan menggunakan vitamin tersebut sesuai kebutuhannya, kemudian mengeluarkan kelebihannya melalui urin. Karena vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh, risiko keracunan sangat kecil dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam lemak, tetapi risiko kekurangan lebih tinggi (Krisnadi, 2013a).

Beberapa sumber yang mempublikasikan kandungan nutrien tanaman kelor dengan nilai yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya asal tanaman, budidaya, cara pengolahan hasil panen dan faktor pengujiannya.


(45)

Krisnadi (2013b) menyatakan bahwa, mineral adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu untuk menjaga kesehatan. Seperti vitamin, mineral adalah nutrien penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Mineral dan vitamin bekerja saling membutuhkan dimana vitamin dibutuhkan oleh tubuh agar mineral dapat bekerja demikian juga sebaliknya. Mineral dapat diklasifikasikan menurut jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Mineral mayor atau utama adalah mineral yang diperlukan lebih banyak seperti : kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium dan klorida. Mineral minor adalah mineral yang dibutuhkan lebih sedikit seperti : kromium, magnesium, yodium, besi , flor, mangan, selenium dan zinc. Kedua jenis mineral tersebut sama pentingnya karena kekurangan salah satu mineral juga sangat berpengaruh serius terhadap kesehatan. Kelor mengandung mineral Kalsium, Kromium, Tembaga, Fluorin, Besi, Mangan, Magnesium, Molybdenum, Fosfor, Kalium, Sodium, Elenium, Sulphur, Zinc. Berikut beberapa manfaat mineral yang terdapat pada kelor.

1. Kalsium (Ca)

Kalsium adalah mineral terbesar yang dibutuhkan tubuh. Sekitar 2 s.d 3 persen dari berat badan adalah kalsium, di mana 98% tersimpan di dalam tulang dan gigi dan 1% dalam darah. Selain untuk pemeliharaan tulang dan gigi, kalsium juga membantu kontraksi dan relaksasi otot, pembekuan darah, fungsi hormon, sekresi enzim, penyerapan vitamin B12 dan pencegahan batu ginjal dan penyakit jantung. Kelor mengandung kalsium 440 mg/100 gram daun segar dan 2003 mg/100 gram daun


(46)

kering, 17 kali lebih banyak dibanding susu dan 8,79 kali lebih banyak dalam bentuk

bioavailable (Krisnadi,2013b).

Tabel 2.2.

Kandungan nutrien daun kelor (dalam100 gram)

Nutrien Daun segar Daun kering Kalori Protein Karbohidrat Lemak Serat Kalsium (Ca) Carotene (vit.A) Thiamin (B1) Riboflavin (B2) Niacin (B3) Vitamin C Tembaga (Cu) Zat besi (Fe) Fosfor (P) Kalium (K) Zinc (Zn) Magnesium (Mg) Selenium (Se) Mangan (Mn) 92,00kkal 6,70g 12,50g 0,70g 0,90g 440,00mg 6,78mg 0,006mg 0,05mg 0,80mg 220,00mg 0,07mg 0,85mg 70,00mg 259,00mg 0,16mg 24,00mg - 1,06 mg 205kkal 27,10g 38,20g 2,30g 19,20g 2003,00mg 18,90mg 2,64mg 20,50mg 8,20mg 17,30mg 0,57mg 28,20mg 204,00mg 1324,00mg 3,29mg 368,00mg 0,90μg 0,858 mg Sumber : Bey (2010) dan Krisnadi (2013c)


(47)

2. Tembaga (Cu)

Tembaga adalah trace element penting bagi kebanyakan hewan, termasuk manusia. Zat ini diperlukan untuk menyerap dan memanfaatkan zat besi. Tembaga terlibat dalam penyerapan, penyimpanan, dan metabolisme besi. Pengaruh tembaga pada kesehatan adalah sebagai bagian dari enzim. Gejala-gejala defisiensi tembaga mirip dengan anemia defisiensi zat besi. Tembaga dapat diserap oleh lambung dan mukosa usus kecil, namun sebagian besar diserap oleh usus kecil. Tembaga ditemukan dalam darah berikatan dengan protein. Kelor mengandung tembaga 3.1 mg/100 gram polong, 1,1 mg/100 gram daun segar, 28 kali lebih banyak dibandingkan dengan jeruk, dan 1.85 lebih banyak yang disimpan dalam hati (Krisnadi, 2013b).

3. Besi (Fe)

Besi disimpan dalam hemoglobin (sel darah merah), yang berfungsi membawa oksigen ke sel-sel tubuh dan membawa karbon dioksida keluar tubuh, mendukung fungsi otot, enzim, protein dan metabolisme energi. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia, kelelahan, kelemahan, sakit kepala dan apatis. Ada dua jenis zat besi dalam makanan: besi heme mudah diserap tubuh dan ditemukan dalam daging, unggas dan ikan. Besi non-heme lebih sulit diserap tubuh dan terdapat dalam tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, brokoli, bayam dan kangkung. Tubuh dapat menyerap 20 s.d. 40 persen besi dari sumber hewani dan 5 s.d. 20 persen besi dari sumber nabati. Sayuran perlu lebih banyak dikonsumsi untuk mendapatkan zat besi yang dibutuhkan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, diperlukan bantuan vitamin C. Kelor mengandung zat besi sebanyak 28,2 mg/100 gram daun kering, 25


(48)

kali lebih banyak dibanding bayam, 3 kali lebih banyak dari kacang almond dan 1,77 kali lebih banyak yang diserap ke dalam darah (Krisnadi, 2013b).

4. Mangan (Mn)

Mangan (manganese) adalah mineral penting yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk memproduksi enzim yang diperlukan untuk metabolisme protein dan lemak. Zat ini juga mendukung sistem kekebalan tubuh dan keseimbangan gula darah serta terlibat dalam produksi energi sel, reproduksi, dan pertumbuhan tulang. Kelor mengandung mangan sebanyak 1,06 mg/100 gram daun segar, 0,858 mg/100 gram daun kering, 36 kali lebih banyak dibanding jeruk, 37 kali lebih banyak dibanding telur dan 1,63 kali lebih banyak yang disimpan dalam hati (Krisnadi, 2013b).

5. Magnesium (Mg)

Magnesium membantu mengatur kadar kalium dan natrium dalam tubuh, yang terlibat dalam pengendalian tekanan darah. Magnesium berperan penting dalam pemeliharaan jaringan gigi, tulang dan otot, mengatur suhu tubuh, produksi dan transportasi energi, metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, kontraksi dan relaksasi otot. Sebagian besar magnesium disimpan dalam tulang dan gigi, sebagian lain di dalam darah dan otot. Jika magnesium dalam darah tidak cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang, sehingga menyebabkan tulang keropos. Kelor mengandung magnesium sebanyak 368 mg/100 gram daun kering, 4,6 kali lebih banyak dibanding bayam dan 24 mg/100 gram daun segar, 3,5 kali lebih banyak


(49)

dibanding buah anggur merah, serta 2,20 kali lebih banyak bioavailable (Krisnadi, 2013b).

6. Fosfor (P)

Fosfor adalah mineral yang ditemukan dalam banyak makanan termasuk produk susu dan daging. Fosfor penting untuk tulang dan gigi yang kuat, serta untuk fungsi saraf yang tepat. Fosfor merupakan bagian dari kerangka struktural molekul biologis seperti DNA dan RNA. Sel-sel hidup juga menggunakan fosfor untuk transportasi seluler. Fosfor biasanya ditemukan di alam bersenyawa dengan oksigen, sebagai fosfat.

Kebanyakan fosfor dalam tubuh terdapat di tulang, tapi fosfor yang mengandung molekul fosfolipid juga merupakan komponen dari membran sel dan kolesterol. Fospor berhubungan erat dengan kalsium, oleh karena kalsium dan fospor sumber utamanya susu, merupakan pembentuk tulang, membutuhkan vitamin D untuk absorpsi dan keduanya sangat dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Kelor mengandung 204 mg fosfor dalam 100 gram daun kering dan 110 mg dalam 100 gram polongnya. Dalam berat yang sama, kandungan fosfor dalam daun kelor 4 kali lebih banyak dibanding bayam dan 1,5 kali lebih banyak dibanding susu (Krisnadi,2013b).

7. Kalium (K)

Kalium (sering disebut juga potasium), natrium dan klorida adalah mineral yang larut dalam darah dan cairan tubuh lainnya dan berubah menjadi ion-ion. Ketiga mineral tersebut membuat cairan dalam tubuh tetap konstan dan tidak berfluktuasi. Ketiganya juga berperan penting dalam transportasi glukosa ke dalam sel dan


(50)

pembuangan limbah, tekanan darah, transmisi impuls saraf, irama jantung dan fungsi otot. Kekurangan mineral-mineral ini menyebabkan mengantuk, kecemasan, mual, kelemahan, dan detak jantung tidak teratur. Kelor kaya dengan kalium, terdapat 1324 mg kalium dalam 100 gram daun kering dan 259 mg dalam 100 gram daun segarnya. Kandungan kalium dalam kelor 15 kali lebih banyak dibanding pisang, 3,5 kali lebih banyak dibanding susu, dan 9 kali lebih banyak dari telur.

8. Selenium (Se)

Selenium dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi teratur untuk kesehatan liver (hati). Selenium banyak ditemukan dalam tanah, sehingga jumlah yang ditemukan dalam sayuran dan buah tergantung pada tempat penanamannya. Pengolahan tanah intensif memiliki selenium yang rendah. Kelor mengandung selenium 0,9 µg dalam 100 gram daun kering, meskipun kecil namun memiliki 17,60 kali efek antioksidan (Krisnadi, 2013b).

9. Zinc (Zn)

Zinc terdapat di semua sel tubuh, terutama pada kulit, kuku, rambut dan mata. Pada organ reproduksi jantan, zinc juga disimpan pada prostat. Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi protein, insulin, sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, alkohol, berperan dalam mengeluarkan karbon dioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan, perawatan jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa. Kekurangan zinc menyebabkan gangguan pertumbuhan, kehilangan nafsu makan, penyembuhan lambat, rambut rontok, libido seks rendah, kehilangan rasa dan bau dan kesulitan beradaptasi


(51)

dengan cahaya malam. Kelor mengandung 0,6 mg/100 gram daun segar, 6 kali lebih banyak dibanding almond dan 6.46 kali lebih diserap ke dalam darah (Krisnadi, 2013b).

2.2.2.3. Asam Amino

Manusia dan hewan dipastikan tidak bisa hidup tanpa asam amino dan tidak akan sehat bila kekurangan asam amino. Asam amino dalam jumlah yang tepat, akan menjaga dan membangun sistem tubuh yang kuat. Asam amino adalah blok bangunan protein. Asam amino yang berbeda digunakan untuk membangun protein yang berbeda pula. Tubuh mampu memproduksi hanya 12 dari 20 asam amino yang berbeda yang dibutuhkan untuk membangun protein yang digunakan untuk tumbuh, memperbaiki dan memelihara sel-sel. Delapan jenis asam amino dikenal sebagai asam amino esensial karena tubuh tidak dapat memproduksi asam amino jenis ini dan harus diberikan dalam bentuk asupan makanan, biasanya berasal dari daging merah atau produk susu. Namun memberikan asupan asam amino tidak sesederhana kedengarannya karena sering kali makanan sehat justru kekurangan berbagai macam asam amino yang diperlukan tubuh (Krisnadi, 2012).

Sel dalam tubuh melakukan regenerasi setiap beberapa hari. Kulit diganti setiap 27 hari dan kerangka diperbarui setiap dua tahun. Setiap hari miliaran sel menggantikan sel yang terbentuk sebelumnya. Setiap regenerasi harus menjadi salinan sempurna dari sel yang digantikannya. Proses regenerasi terancam oleh banyak hal seperti polusi di udara, air, tanah, radiasi matahari, stres, pilihan gaya hidup dan bahkan bahan makanan selama diproses. Satu hal yang pasti, untuk menjadi sehat


(52)

tubuh membutuhkan biomolekul kecil yang disebut asam amino. Meskipun berukuran sangat kecil, asam amino memainkan peran besar dalam tubuh. Biomolekul yang tersedia dalam jumlah yang tepat, akan membentengi tubuh terhadap masalah kesehatan yang paling umum dan telah ditunjukkan dalam berbagai studi untuk memerangi proses penuaan. Kelor secara alami mengandung 18 dari 20 asam amino yang dapat diserap tubuh dan benar-benar penting untuk kesehatan. Ada delapan jenis asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, jadi harus didapatkan dari makanan. Kelor merupakan salah satu dari sangat sedikit tanaman yang mengandung semua (delapan) asam amino esensial (Krisnadi, 2013b).

Delapan belas asam amino yang terdapat pada kelor terdiri dari delapan (semua) asam amino esensial dan 10 asam amino non esensial yaitu :

1. Asam amino esensial : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptofan dan Valin

2. Asam amino non esensial : Alanin, Arginin, Asam aspartat, Sistin, Gutamin, Glisin, Histidin, Prolin, Serin dan Tyrosin (Krisnadi, 2013c).


(53)

Tabel 2.3.

Kandungan asam amino daun kelor.

Daun segar (mg/100g) Daun kering (mg/100g) Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lysin Metionin Phenylalanin Threonin Triptopan Valin 406,6 149,8 299,6 492,0 342,4 117,7 310,3 117,7 102,0 374,5 1325 613 825 1950 1325 350 1388 1188 425 1063 Sumber : Bey ( 2010).

2.2.2.4. Bahan obat

Pada beberapa Negara tropis kelor digunakan sebagai bahan obat (Foidle et al., 2001). Ekstrak dari beberapa bagian tanaman kelor dapat digunakan sebagai anti-tripanosoma (Mekonnen et al., 1999), anti-inflamasi dan hepatoproteksi (Kurma and Mishra, 1998) ,antioksidan (Sidduraju and Becker, 2003), antimikroba (Caceres et al., 1991) dan antihipertensi ( Faizi et al., 1995) .


(54)

Beberapa kandungan daun kelor yang berfungsi anti-imflamasi adalah: Vitamin A, Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin C, Vitamin E, Arginine, Beta-sitosterol, Caffeoylquinic Acid, Calcium, Chlorophyll, Copper, Cystine, Omega 3, Omega 6, Omega 9, Fiber, Glutathione, Histidine, Indole Acetic Acid, Indoleacetonitrile, Isoleucine, Kaempferal, Leucine, Magnesium, Oleic-Acid, Phenylalanine, Potassium, Quercetin, Rutin, Selenium, Stigmasterol, Sulfur, Tryptophan, Tyrosine, Zeatin, Zinc sebagai anti-inflamasi (Kurma and Mishra,1998).


(1)

dibanding buah anggur merah, serta 2,20 kali lebih banyak bioavailable (Krisnadi, 2013b).

6. Fosfor (P)

Fosfor adalah mineral yang ditemukan dalam banyak makanan termasuk produk susu dan daging. Fosfor penting untuk tulang dan gigi yang kuat, serta untuk fungsi saraf yang tepat. Fosfor merupakan bagian dari kerangka struktural molekul biologis seperti DNA dan RNA. Sel-sel hidup juga menggunakan fosfor untuk transportasi seluler. Fosfor biasanya ditemukan di alam bersenyawa dengan oksigen, sebagai fosfat.

Kebanyakan fosfor dalam tubuh terdapat di tulang, tapi fosfor yang mengandung molekul fosfolipid juga merupakan komponen dari membran sel dan kolesterol. Fospor berhubungan erat dengan kalsium, oleh karena kalsium dan fospor sumber utamanya susu, merupakan pembentuk tulang, membutuhkan vitamin D untuk absorpsi dan keduanya sangat dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Kelor mengandung 204 mg fosfor dalam 100 gram daun kering dan 110 mg dalam 100 gram polongnya. Dalam berat yang sama, kandungan fosfor dalam daun kelor 4 kali lebih banyak dibanding bayam dan 1,5 kali lebih banyak dibanding susu (Krisnadi,2013b).

7. Kalium (K)

Kalium (sering disebut juga potasium), natrium dan klorida adalah mineral yang larut dalam darah dan cairan tubuh lainnya dan berubah menjadi ion-ion. Ketiga mineral tersebut membuat cairan dalam tubuh tetap konstan dan tidak berfluktuasi. Ketiganya juga berperan penting dalam transportasi glukosa ke dalam sel dan


(2)

pembuangan limbah, tekanan darah, transmisi impuls saraf, irama jantung dan fungsi otot. Kekurangan mineral-mineral ini menyebabkan mengantuk, kecemasan, mual, kelemahan, dan detak jantung tidak teratur. Kelor kaya dengan kalium, terdapat 1324 mg kalium dalam 100 gram daun kering dan 259 mg dalam 100 gram daun segarnya. Kandungan kalium dalam kelor 15 kali lebih banyak dibanding pisang, 3,5 kali lebih banyak dibanding susu, dan 9 kali lebih banyak dari telur.

8. Selenium (Se)

Selenium dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi teratur untuk kesehatan liver (hati). Selenium banyak ditemukan dalam tanah, sehingga jumlah yang ditemukan dalam sayuran dan buah tergantung pada tempat penanamannya. Pengolahan tanah intensif memiliki selenium yang rendah. Kelor mengandung selenium 0,9 µg dalam 100 gram daun kering, meskipun kecil namun memiliki 17,60 kali efek antioksidan (Krisnadi, 2013b).

9. Zinc (Zn)

Zinc terdapat di semua sel tubuh, terutama pada kulit, kuku, rambut dan mata. Pada organ reproduksi jantan, zinc juga disimpan pada prostat. Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi protein, insulin, sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, alkohol, berperan dalam mengeluarkan karbon dioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan, perawatan jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa. Kekurangan zinc menyebabkan gangguan pertumbuhan, kehilangan nafsu makan, penyembuhan lambat, rambut rontok, libido seks rendah, kehilangan rasa dan bau dan kesulitan beradaptasi


(3)

dengan cahaya malam. Kelor mengandung 0,6 mg/100 gram daun segar, 6 kali lebih banyak dibanding almond dan 6.46 kali lebih diserap ke dalam darah (Krisnadi, 2013b).

2.2.2.3. Asam Amino

Manusia dan hewan dipastikan tidak bisa hidup tanpa asam amino dan tidak akan sehat bila kekurangan asam amino. Asam amino dalam jumlah yang tepat, akan menjaga dan membangun sistem tubuh yang kuat. Asam amino adalah blok bangunan protein. Asam amino yang berbeda digunakan untuk membangun protein yang berbeda pula. Tubuh mampu memproduksi hanya 12 dari 20 asam amino yang berbeda yang dibutuhkan untuk membangun protein yang digunakan untuk tumbuh, memperbaiki dan memelihara sel-sel. Delapan jenis asam amino dikenal sebagai asam amino esensial karena tubuh tidak dapat memproduksi asam amino jenis ini dan harus diberikan dalam bentuk asupan makanan, biasanya berasal dari daging merah atau produk susu. Namun memberikan asupan asam amino tidak sesederhana kedengarannya karena sering kali makanan sehat justru kekurangan berbagai macam asam amino yang diperlukan tubuh (Krisnadi, 2012).

Sel dalam tubuh melakukan regenerasi setiap beberapa hari. Kulit diganti setiap 27 hari dan kerangka diperbarui setiap dua tahun. Setiap hari miliaran sel menggantikan sel yang terbentuk sebelumnya. Setiap regenerasi harus menjadi salinan sempurna dari sel yang digantikannya. Proses regenerasi terancam oleh banyak hal seperti polusi di udara, air, tanah, radiasi matahari, stres, pilihan gaya hidup dan bahkan bahan makanan selama diproses. Satu hal yang pasti, untuk menjadi sehat


(4)

tubuh membutuhkan biomolekul kecil yang disebut asam amino. Meskipun berukuran sangat kecil, asam amino memainkan peran besar dalam tubuh. Biomolekul yang tersedia dalam jumlah yang tepat, akan membentengi tubuh terhadap masalah kesehatan yang paling umum dan telah ditunjukkan dalam berbagai studi untuk memerangi proses penuaan. Kelor secara alami mengandung 18 dari 20 asam amino yang dapat diserap tubuh dan benar-benar penting untuk kesehatan. Ada delapan jenis asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, jadi harus didapatkan dari makanan. Kelor merupakan salah satu dari sangat sedikit tanaman yang mengandung semua (delapan) asam amino esensial (Krisnadi, 2013b).

Delapan belas asam amino yang terdapat pada kelor terdiri dari delapan (semua) asam amino esensial dan 10 asam amino non esensial yaitu :

1. Asam amino esensial : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptofan dan Valin

2. Asam amino non esensial : Alanin, Arginin, Asam aspartat, Sistin, Gutamin, Glisin, Histidin, Prolin, Serin dan Tyrosin (Krisnadi, 2013c).


(5)

Tabel 2.3.

Kandungan asam amino daun kelor.

Daun segar (mg/100g) Daun kering

(mg/100g) Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lysin Metionin Phenylalanin Threonin Triptopan Valin 406,6 149,8 299,6 492,0 342,4 117,7 310,3 117,7 102,0 374,5 1325 613 825 1950 1325 350 1388 1188 425 1063 Sumber : Bey ( 2010).

2.2.2.4. Bahan obat

Pada beberapa Negara tropis kelor digunakan sebagai bahan obat (Foidle et al., 2001). Ekstrak dari beberapa bagian tanaman kelor dapat digunakan sebagai anti-tripanosoma (Mekonnen et al., 1999), anti-inflamasi dan hepatoproteksi (Kurma and Mishra, 1998) ,antioksidan (Sidduraju and Becker, 2003), antimikroba (Caceres et al., 1991) dan antihipertensi ( Faizi et al., 1995) .


(6)

Beberapa kandungan daun kelor yang berfungsi anti-imflamasi adalah: Vitamin A, Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin C, Vitamin E, Arginine, Beta-sitosterol, Caffeoylquinic Acid, Calcium, Chlorophyll, Copper, Cystine, Omega 3, Omega 6, Omega 9, Fiber, Glutathione, Histidine, Indole Acetic Acid, Indoleacetonitrile, Isoleucine, Kaempferal, Leucine, Magnesium, Oleic-Acid, Phenylalanine, Potassium, Quercetin, Rutin, Selenium, Stigmasterol, Sulfur, Tryptophan, Tyrosine, Zeatin, Zinc sebagai anti-inflamasi (Kurma and Mishra,1998).