SUPLEMENTASI MINYAK HATI IKAN KOD PADA PAKAN KOMERSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN DAN PERFORMA REPRODUKSI KELINCI (Lepus sp.) JANTAN LOKAL.

(1)

i

DISERTASI

SUPLEMENTASI MINYAK HATI IKAN KOD PADA

PAKAN KOMERSIAL UNTUK MENINGKATKAN

KESEHATAN DAN PERFORMA REPRODUKSI

KELINCI (Lepus sp.) JANTAN LOKAL

NI GUSTI AYU MANIK ERMAYANTI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

DISERTASI

SUPLEMENTASI MINYAK HATI IKAN KOD PADA

PAKAN KOMERSIAL UNTUK MENINGKATKAN

KESEHATAN DAN PERFORMA REPRODUKSI

KELINCI (Lepus sp.) JANTAN LOKAL

NI GUSTI AYU MANIK ERMAYANTI NIM 1390571005

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii

SUPLEMENTASI MINYAK HATI IKAN KOD PADA

PAKAN KOMERSIAL UNTUK MENINGKATKAN

KESEHATAN DAN PERFORMA REPRODUKSI

KELINCI (Lepus sp.) JANTAN LOKAL

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Progran Studi Ilmu Peternakan

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI GUSTI AYU MANIK ERMAYANTI NIM 1390571005

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(4)

iv


(5)

v

Disertasi Ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 30 Mei 2016

Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana No. 2208/UN14.4/HK/2016, Tanggal 17 Mei 2016

Ketua : Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, M.S. Anggota :

1. Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr.Sc., Ph.D. 2. Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S.

3. Prof. Dr. Ir. I Putu Suyadnya, M.S. 4. Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc., Ph.D. 5. Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, M.S. 6. Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, M.S 7. Dr. I Nyoman Arsana, S.Si., M.Si.


(6)

(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/kurnia-Nya, disertasi ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr.Sc., Ph.D., sebagai promotor yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program doktor, khususnya dalam penyelesaian disertasi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S., sebagai kopromotor I, dan Prof. Dr. Ir. I Putu Suyadnya, M.S., sebagai kopromotor II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD. KEMD., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A. dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Drs Ida Bagus Made Suaskara, M.Si., selaku Dekan Fakultas MIPA dan Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti


(8)

viii

program doktor. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada para penguji disertasi, yaitu Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, M.S., Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, M.S., dan Dr. I Nyoman Arsana, S.Si., M.Si yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga disertasi ini dapat terwujud.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, kepada kakak dan adik yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian disertasi ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, Juni 2016 Penulis


(9)

ix

ABSTRAK

SUPLEMENTASI MINYAK HATI IKAN KOD PADA PAKAN KOMERSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN DAN PERFORMA REPRODUKSI

KELINCI (Lepussp.) JANTAN LOKAL

Kelinci sebagai komoditas peternakan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai usaha peternakan. Kendala umum yang sering terjadi pada usaha peternakan kelinci adalah keterbatasan dalam memperoleh pejantan unggul. Untuk mendapatkan pejantan sehat dan memiliki performa reproduksi yang haik dapat dilakukan dengan penambahan nutrien esensial pada pakan komersial, salah satunya adalah penambahan minyak hati ikan kod. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan, profil lipid, nilai hematologi, dan performa reproduksi kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan pakan, yaitu pakan komersial tanpa minyak hati ikan kod (P-0) sebagai kontrol, pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod 1,5% (P-1), pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod 3% (P-2), pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod 4,5% (P-3). Masing-masing perlakuan terdiri atas delapan ekor kelinci sebagai ulangan dan perlakuan diberikan mulai kelinci berumur 13 minggu sampai umur 25 minggu. Variabel yang diamati adalah berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL, kadar HDL, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, kadar FT, kadar NO, berat testis, berat penis, berat kelenjar asesori, konsentrasi spermatozoa, jumlah motilitas spermatozoa, jumlah viabilitas spermatozoa, jumlah morfologi spermatozoa normal, jumlah sel Leydig testis, jumlah sel spermatogenik testis, dan diameter korpus kavernosum penis. Data yang diperoleh dianalisis dengan One Way Anova untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan pakan dan kontrol jika berbeda dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s Multiple RangeTest (DMRT).

Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan hasil bahwa dengan suplementasi minyak hati ikan kod pada pakan komersial terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL, kadar HDL, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, kadar FT, kadar NO, berat testis, berat penis, berat kelenjar asesori, konsentrasi spermatozoa, jumlah motilitas spermatozoa, jumlah viabilitas spermatozoa, jumlah spermatozoa dengan morfologi normal, jumlah sel Leydig testis, jumlah sel spermatogenik testis, dan diameter korpus kavernosum penis.

Disimpulkan bahwa dengan suplementasi minyak hati ikan kod sampai taraf 4,5% pada pakan komersial mampu meningkatkan respon pertumbuhan, memperbaiki profil lipid, mempertahankan nilai hematologi normal dan meningkatkan performa reproduksi kelinci jantan lokal daripada tanpa suplementasi (kontrol).

Kata kunci: respon pertumbuhan, profil lipid, nilai hematologi, performa reproduksi, kelinci jantan lokal, minyak hati ikan kod


(10)

x

ABSTRACT

SUPPLEMENTATION OF COD LIVER OIL IN COMMERCIAL FEED IMPROVED HEALTH AND REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF MALE

LOCAL RABBIT (Lepus sp.)

Rabbits as livestock commodities have a great potential to be developed as a farm business. Common constraint that often occur on rabbits farm are limitation in obtaining superior bucks (male rabbits). In order to develop healthy male and good reproductive performance, essential nutrients should be added in commercial feed, such as supplementation of cod liver oil. Supplementation of cod liver oil in commercial feed could be expected in resulting healthy and superior local bucks. Aims of this study were to determine growth performance, lipid profile, hematological values, and reproductive performance of male local rabbit (buck) fed commercial supplemented with cod liver oil.

The experimental design used in this study was completely randomized design (CRD) with four experimental diets as treatments namely commercial ration without cod liver oil (P-0) as a control, commercial feed supplemented with cod liver oil 1.5% (P-1), commercial feed supplemented with cod liver oil 3% (P-2), commercial feed supplemented with cod liver oil 4.5% (P-3). Each treatment consisted of eight rabbits as replicates and the experimental rations started from age 13 weeks and finished at 25 weeks of age. The variables measured were weight gain, feed intake, cholesterol, triglycerides, LDL, HDL levels, number of erythrocyte, leukocyte and platelet, hemoglobin level, hematocrit value, level of FT, level of NO, weight of testis, penis, and accessory gland, concentration of spermatozoa, sperm motility, spermatozoa viability, number of normal morphologic spermatozoa, testicular Leydig cell number, number of testes spermatogenic cells and diameter of penis corpus cavernosum. The data were analyzed by One Way Anova for a treatments differences and continued to Duncan's Multiple Range Test (DMRT).

The statistical analysis showed that supplementation of cod liver oil in commercial ration were significantly different (P<0.05) compared to the control in final body weight , weight gain, feed intake, cholesterol, triglycerides, LDL and HDL levels, the number of erythrocytes, leukocytes, platelets, hemoglobin level, hematocrit value, level of FT, level of NO, weight of testis, penis, and accessory gland, concentration of spermatozoa, sperm motility, viability of spermatozoa, number of normal morphologic spermatozoa, number of testicular Leydig cells, number of testical spermatogenic cells, and diameter of the corpus cavernosum penis.

It was concluded that supplementation of cod liver oil up to 4,5% in commercial ration resulted better growth performance, lipid profiles, hematological values and reproductive performance of local bucks compared to the control group (without cod liver oil supplementation).

Keywords : growth performance, lipid profiles, hematological values, reproductive performance, male local rabbit, cod liver oil.


(11)

xi

RINGKASAN

Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti, “Suplementasi Minyak Hati Ikan Kod pada Pakan Komersial untuk Meningkatkan Kesehatan dan Performa Reproduksi Kelinci (Lepus

sp.) Jantan Lokal” (di bawah bimbingan Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr.Sc., Ph.D

sebagai ketua, Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S dan Prof. Dr. Ir. I Putu Suyadnya, M.S sebagai anggota pembimbing).

Kelinci sebagai komoditas peternakan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai usaha peternakan. Kendala umum yang sering terjadi pada usaha peternakan kelinci adalah keterbatasan dalam memperoleh pejantan unggul. Teknologi reproduksi dari tahun ke tahun bertambah maju dan berkembang sangat pesat. Salah satu teknologi reproduksi yang dapat diupayakan dalam pengembangan kelinci pejantan unggul adalah dengan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB). Pada pusat IB, fungsi pejantan adalah sebagai penghasil semen. Pejantan yang ditampung semennya untuk keperluan IB adalah pejantan yang sehat dan memiliki performa reproduksi yang baik (Salisbury dan Vandemark, 1985). Perbaikan performa reproduksi jantan untuk keperluan IB dapat didekati dengan perbaikan asupan nutrisi pakan.

Perbaikan asupan nutrisi pakan dapat ditempuh dengan memperhatikan faktor pemberian pakan, di antaranya dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas pakan komersial. Seringkali pakan komersial yang diberikan ke ternak dalam kondisi kekurangan asam lemak tidak jenuh. Tanuwiria at al. (2011) menyatakan penyebab rendahnya performa reproduksi ternak adalah ketidakcukupan pasokan asam lemak tidak jenuh terutama asam lemak esensial. Untuk melengkapi atau meningkatkan ketersediaan asam lemak esensial yang seringkali kandungannya pada pakan komersial kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pada pakan komersial dapat ditambahkan minyak hati ikan kod.

Minyak hati ikan kod adalah sumber asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Polyunsaturated Fatty Acid). PUFA tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga merupakan asam lemak esensial dari sudut nutrisi. Asam lemak esensial sangat diperlukan untuk berbagai proses fisiologis di dalam tubuh ternak, sehingga n-3 PUFA (asam α-linolenat) yaitu DHA (docosahexaenoic acid) dan EPA (eicosapentaenoic acid) perlu disediakan dalam pakan. Oleh karena itu, minyak hati ikan kod dapat digunakan sebagai pakan tambahan dalam pakan komersial untuk kelinci jantan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan, profil lipid, nilai hematologi dan performa reproduksi keliinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tiga puluh dua ekor kelinci jantan lokal diacak menjadi empat perlakuan pakan termasuk kontrol dan masing-masing perlakuan dengan delapan ulangan. Perlakuan pakan berlangsung selama 12 minggu, dimulai pada saat kelinci berumur 13 minggu dan berakhir saat kelinci berumur 25 minggu. Masing-masing perlakuan pakan yang diujicobakan adalah pakan komersial tanpa suplementasi minyak hati ikan kod (P-0), pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod 1,5% (P-1), pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod 3% (P-2), dan pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod 4,5% (P-3).

Variabel yang diamati adalah berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL, kadar HDL, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar


(12)

xii

hemoglobin, nilai hematorit, kadar FT, kadar NO, berat testis, berat penis, berat kelenjar asesori, konsentrasi spermatozoa, jumlah motilitas spermatozoa, jumlah viabilitas spermatozoa, jumlah morfologi spermatozoa normal, jumlah sel Leydig, jumlah sel spermatogonium, jumlah sel spermatosit, jumlah sel spermatid, jumlah total sel spermatogenik, dan diameter korpus kavernosum penis.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Analysis of Variance (ANOVA) dengan menggunakan One Way Anova program Costat. Apabila hasil yang diperoleh nyata, maka akan dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dan kontrol (Steel dan Torrie, 1993).

Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan hasil bahwa dengan suplementasi minyak hati ikan kod pada pakan komersial terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) dibandingkan kontrol terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL, kadar HDL, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar hemoglobin, nilai hematorit, kadar FT, kadar NO, konsentrasi spermatozoa, jumlah motilitas spermatozoa, jumlah viabilitas spermatozoa, jumlah morfologi spermatozoa normal, jumlah sel Leydig testis, jumlah sel spermatogenik testis, dan diameter korpus kavernosum penis.

Disimpulkan bahwa dengan suplementasi minyak hati ikan kod sampai taraf 4,5% pada pakan komersial mampu meningkatkan respon pertumbuhan, memperbaiki profil lipid, mampu mempertahankan nilai hematologi normal dan mampu meningkatkan performa reprroduksi kelinci jantan lokal.


(13)

xiii

DAFTAR ISI

Reproduksi Mammalia Jantan... 27

2.9 Peran Nitrit Oksida (NO) pada Ereksi Penis... 30 2.10 Kuantitas dan Kualitas Spermatozoa ... Halaman PERSYARATAN GELAR...... iii

LEMBAR PERSETUJUAN……….... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

RINGKASAN... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR SINGKATAN... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan umum... 4

1.3.2 Tujuan khusus... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Gambaran Biologis Kelinci (Lepus sp.)... 7

2.2 Kandungan dan Manfaat Minyak Ikan……….. 8

2.3 Pencernaan, Penyerapan dan Metabolisme Lemak... 11

2.4 Peran Lipoprotein dalam Transportasi Lemak... 14

2.5 Komponen Darah dan Fungsi Sel Darah... 17

2.6 Peran dan Sintesis Senyawa Eikosanoid... 21

2.7 Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Kelinci Jantan... 24

2.8 Pengaturan Hormonal Reproduksi Kelinci Jantan………... 22

2.9 Peran Nitrit Oksida (NO) pada Ereksi Penis……… 30

2.10 Kuatitas dan Kualitas Spermatozoa………. 34

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS... 38

3.1 Kerangka Berpikir... 38

3.2 Konsep... 40

3.3 Hipotesis... 41


(14)

xiv

Halaman

BAB IV METODE PENELITIAN...... 42

4.1 Rancangan Percobaan... 42

4.2 Tempat dan Waktu Percobaan... 42

4.3 Variabel Penelitian... 43

4.4 Instrumen Percobaan... 43

4.4.1 Kandang Percobaan...,... 43

4.4.2 Seperangkat instrumen lainnya... 44

4.5 Bahan Percobaan... 44

4.5.1 Ternak percobaan... 44

4.5.2 Bahan kimia... 44

4.5.3 Pakan dan air minum... 45

4.6 Prosedur Penelitian... 46

4.6.1 Persiapan penelitian... 46

4.6.2 Pemberian pakan dan air minum... 47

4.6.3 Pertambahan berat badan... 47

4.6.4 Konsumsi pakan... 47

4.6.5 Konversi pakan…...………. 48

4.6.6 Pengambilan sampel darah... 48

4.6.7 Penentuan profil lipid... 48

4.6.7.1 Kadar kolesterol, LDL dan HDL... 48

4.6.7.2 Kadar trigliserida... 49

4.6.8 Penentuan nilai hematologi... 49

4.6.8.1 Jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit... 49

4.6.8.2 Kadar hemoglobin... 50

4.6.8.3 Nilai hematokrit... 51

4.6.9 Performa reproduksi... 51

4.6.9.1 Kadar free testosterone (FT)... 51

4.6.9.2 Kadar nitrit oksida (NO)... 52

4.6.9.3 Berat organ reproduksi... 53

4.6.9.4 Kuantitas dan kualitas spermatozoa epididimis kauda... 53

4.6.9.5 Gambaran histologi organ reproduksi... 55

4.7 Alur Penelitian... 57

4.8 Analisis Data... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 59

5.1 Respon Pertumbuhan………...……... 59

5.2 Profil Lipid... 65

5.3 Nilai Hematologi... 71

5.4 Performa Reproduksi... 77

5.4.1 Kadar free testosterone (FT) dan nitrit oksida (NO)... 77

5.4.2 Berat organ reproduksi... 80

5.4.3 Kuantitas dan kualitas spermatozoa epididimis kauda... 84

5.4.4 Gambaran histologi testis... 92

5.4.5 Gambaran histologi penis... 98


(15)

xv

Halaman

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 102

6.1 Simpulan... 102

6.2 Saran... 103

DAFTAR PUSTAKA... 104


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

No. Halaman 4.1 Komposisi Bahan Penyusun Pakan Percobaan…... 46 4.2 Kandungan Nutrien Pakan Percobaan………... 46 5.1 Respon Pertumbuhan Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan

Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 59 5.2 Profil Lipid Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial

Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 66 5.3 Nilai Hematologi Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial

Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 71 5.4 Kadar FT dan Kadar NO Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan

Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 77 5.5 Berat Organ Reproduksi Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan

Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 81 5.6 Kuantitas dan Kualitas Spermatozoa Epididimis Kauda Kelinci Jantan

Lokal yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan

Kod... 84 5.7 Jumlah Sel Leydig dan Sel Spermatogenik Testis Kelinci Jantan Lokal

yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 93 5.8 Diameter Korpus Kavernosum Penis Kelinci Jantan Lokal yang Diberi


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

2.1 Pencernaan dan Penyerapan Lemak... 14

2.2 Peran Lipoprotein dalam Transportasi Lemak... 15

2.3 Diferensiasi Sel Darah dari Hemasitoblas pada Sumsum Tulang... 21

2.4 Konversi n-3, n-6 dan Senyawa Turunannya... 22

2.5 Komponen Utama Struktur Testis... 25

2.6 Komponen Utama Struktur Penis... 27

2.7 Pengaturan Hormonal Reproduksi Mammalia Jantan... 30

2.8 Mekanisme Ereksi Penis... 33

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 40

4.1 Bagan Alur Penelitian... 58

5.1 Grafik Berat Badan Setiap Minggu Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod ………. 61

5.2 Grafik Konsumsi Pakan Setiap Minggu Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod…………... 64

5.3 Perbedaan Spermatozoa Hidup (Viabel) dan Spermatozoa Mati (Nonviabel) Kelinci Jantan Lokal……….. 89

5.4 Kelainan (Abnormalitas) Morfologi Spermatozoa Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 91

5.5 Gambaran Histologi Testis Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 97

5.6 Gambaran Histologi Penis Kelinci Jantan Lokal yang Diberi Pakan Komersial Disuplementasi Minyak Hati Ikan Kod... 100


(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN

AA : Arachidonic Acid

ABP : Androgen Binding Protein

ALA : Alpha Linolenic Acid

AOAC : Association of Official Analytical Chemist

ATP : Adenosine Triphosphate

c-AMP : cyclic-Adenosine Monophosphate

CETP : Cholesterol Ester Transfer Protein c-GMP : cyclic-Guaninosine Monophosphate

CHOD-PAP : Cholesterol Oxidase-Phenol Amino Phenazone

DGLA : Dihomo Gamma-Linolenic Acid DHA : Docosahexaenoic Acid

DHT : Dihydrotestosterone

DNA : Deoxyribonucleic Acid

ECILIA : Electrochemiluminescence Immuno Assay

EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

ELISA : Enzym Linked Immunosorbent Assay

eNOS : endothelial Nitric Oxide Synthase

EPA : Eicosapentaenoic Acid

ESR : Electron Spin Resonance

FA : Fatty Acid

FSH : Follicle Stimulating Hormone

FT : Free Testosterone

GBG : Gonadal steroid-Binding Globulin

GE : Gross Energy

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

GLA : Gamma- Linolenic Acid

GPO-PAP : Glycerol-3-Phosphatase Oxidase- Phenol Amino Phenazone

GTP : Guaninosine Triphosphate

HDL : High Density Lipoprotein

H-E : Hematoxylin-Eosin


(19)

xix IB : Inseminasi Buatan

IDL : Intermediate Density Lipoprotein

iNOS : inducible Nitric Oxide Synthase

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LA : Linolenic Acid

LCAT : Lesitin-Cholesterol Acyltransferase LDL : Low Density Lipoprotein

LH : Luteinizing Hormone

LT : Leukotrien

LX : Lipoxin

MB : Maximum Binding

MPOA : Medial Preoptic Area

MPO : Myeloperoxidase

MUFA : Monounsaturated Fatty Acid NANC : Non Adrenergic Non Cholinergic NO : Nitric Oxide

NOS : Nitric Oxide Synthase

nNOS : neuron Nitric Oxide Synthase

NZW : New Zealand White

PG : Prostaglandin PGI : Prostasiklin

PMN : Polymorphonuclear

PUFA : Polyunsaturated Fatty Acid

PVN : Paraventricularis Nucleus

RIA : Radio Immuno Assay

rpm : rotation per minute

SFA : Saturated Fatty Acid

TeBG : Testosterone estradiol Binding Globulin

TX : Tromboxan


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Hasil Analisis Kandungan Asam Lemak Minyak Hati Ikan Kod... 117 2. Surat Pernyataan Laik Etik (Ethichal Clearance)... 118 3. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Berat Badan Awal... 119 4. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Berat Badan Akhir... 120 5. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Pertambahan Berat Badan ……... 121 6. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Konsumsi Pakan…... 122 7. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Konversi Pakan…... 123 8. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar Kolesterol... 124 9. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar Trigliserida... 125 10. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar LDL... 126 11. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar HDL... 127 12. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Eritrosit... 128 13. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Leukosit... 129 14. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Trombosit... 130 15. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar Hemoglobin... 131 16. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Nilai Hematokrit... 132 17. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar FT... 133 18. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Kadar NO... 134 19. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata


(21)

xxi

No. Halaman 20. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Berat Penis... 136 21. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Berat Kelenjar Asesori... 137 22. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Konsentrasi Spermatozoa... 138 23. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Motilitas Spermatozoa... 139 24. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Viabilitas Spermatozoa... 140 25. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Morfologi Spermatozoa Normal... 141 26. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Sel Leydig... ……….. 142 27. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Sel Spermatogonium... 143 28. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Sel Spermatosit... 144 29. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Sel Spermatid...……….. 145 30. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Jumlah Total Sel Spermatogenik... 146 31. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Diameter Korpus Kavernosum Penis Kiri... 147 32. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Diameter Korpus Kavernosum Penis Kanan... 148 33. Hasil Analisis Statistik (One Way Anova dan DMRT) Rerata

Diameter Total Korpus Kavernosum... 149 34. Gambar Kandang Percobaan... 150 35. Gambar Kegiatan Penelitian…………... 151


(22)

(23)

(24)

(25)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, khususnya di Bali beternak kelinci adalah sesuatu yang baru dan belum umum karena pada umumnya ternak utama yang diternakkan di Bali adalah babi, sapi, dan ayam kampung. Di sinilah ujian kita sejauh mana mampu menjadi manusia bijak untuk membangun kehidupan ekonomi keluarga kita ke arah yang lebih baik. Kelinci sebagai komoditas peternakan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai usaha peternakan dan dapat membukakan jalan untuk meraih sukses tersebut.

Berbeda dengan penggemukkan, usaha peternakan yang bertujuan membiakkan kelinci sebanyak mungkin tentu membutuhkanpejantan dan pejantan yang dibutuhkan adalah pejantan yang memiliki sifat unggul. Namun demikian, keterbatasan dalam memperoleh pejantan unggul merupakan kendala umum yang terjadi pada peternak kelinci lokal. Oleh karena itu, cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah segera melakukan upaya pengembangan kelinci pejantan unggul dengan produktivitas yang maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan para peternak kelinci lokal.

Teknologi reproduksi dari tahun ke tahun bertambah maju dan berkembang sangat pesat. Salah satu teknologi reproduksi yang dapat diupayakan dalam pengembangan kelinci pejantan unggul adalah dengan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB). Aplikasi teknologi IB pada ternak kelinci khususnya di negara-negara maju telah dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu berperan dalam pengembangan peternakan kelinci di negara tersebut (Purnama, 2003). Di Indonesia teknologi IB juga telah dikembangkan dan aplikasinya pada ternak sapi telah memasyarakat (Toelihere, 1993). Akan tetapi, khusus untuk ternak kelinci teknologi IB belum memasyarakat dan bahkan


(26)

2

bagi peternak kelinci lokal Bali belum pernah dilakukan. Pengembangbiakkan kelinci lokal masih dilakukan secara sederhana, yaitu dengan kawin alam. Teknik IB apabila dilakukan dalam usaha perbibitan sangatlah efisien karena dapat membatasi jumlah pejantan yang dipelihara.

Pada pusat IB, fungsi pejantan adalah sebagai penghasil semen. Pejantan yang ditampung semennya untuk keperluan IB adalah pejantan yang sehat dan memiliki performa reproduksi yang baik (Salisbury dan Vandemark, 1985). Performa reproduksi yang baik dapat dinilai dari kondisi fisik ternak, tingkah laku seksual dan analisis semen (Feradis, 2010). Toelihere (1985) menyatakan semen dengan kualitas spermatozoa yang baik dapat diperoleh dari pejantan yang sehat secara fisiologis dengan kinerja dan produktivitas yang maksimal. Salah satu faktor agar ternak menjadi sehat adalah faktor nutrisi. Oleh karena itu, perbaikan performa reproduksi jantan untuk keperluan IB dapat didekati dengan perbaikan asupan nutrisi pakan.

Perbaikan asupan nutrisi pakan dapat ditempuh dengan memperhatikan faktor pemberian pakan, di antaranya dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas pakan komersial. Seringkali pakan komersial yang diberikan ke ternak dalam kondisi kekurangan asam lemak tidak jenuh. Tanuwiria et al. (2011) menyatakan penyebab rendahnya performa reproduksi ternak adalah ketidakcukupan pasokan asam lemak tidak jenuh terutama asam lemak esensial. Untuk melengkapi atau meningkatkan ketersediaan asam lemak esensial yang seringkali kandungannya pada pakan komersial kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pada pakan komersial dapat ditambahkan minyak ikan. Salah satu produk minyak ikan yang cukup populer dan banyak beredar di pasaran adalah minyak hati ikan kod.

Minyak hati ikan kod adalah sumber asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Polyunsaturated Fatty Acid). PUFA tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga


(27)

3

merupakan asam lemak esensial dari sudut nutrisi. Asam lemak esensial sangat diperlukan untuk berbagai proses fisiologis di dalam tubuh, sehingga n-3 PUFA (asam α-linolenat) yaitu DHA (docosahexaenoic acid) dan EPA (eicosapentaenoic acid) perlu disediakan dalam pakan (Wathes et al., 2007). Oleh karena itu, minyak hati ikan kod dapat digunakan sebagai pakan tambahan pada pakan komersial untuk kelinci jantan lokal.

Minyak hati ikan kod sebagai sumber PUFA mempunyai manfaat yang sangat beragam dan kompleks. PUFA berperan penting dalam transpor lipid dan memberikan pengaruh yang baik terhadap profil lipid (Sartika, 2008). Kehadiran PUFA sebagai imunonutrisi berperan penting dalam respon imun dan inflamasi (Simopaulos, 2002). PUFA juga dapat meningkatkan fertilitas ternak (Ambrose dan Kastelic, 2003) karena berfungsi dalam biosintesis testosteron (Isnaeni et al., 2010). Testosteron terlibat dalam peningkatan kadar NO (Baba et al., 2000) dan NO berperan penting untuk terjadinya ereksi penis (Ignarro et al., 1990). Selain itu, testosteron juga berperan dalam perkembangan se-sel spermatogenik dalam tubulus seminiferus testis dan untuk pematangan spermatozoa dalam epididimis (Hadley, 1992).

Kandungan EPA dan DHA pada minyak hati ikan kod merupakan nutrien yang baik bagi kesehatan. Beberapa hasil penelitian melaporkan manfaat minyak ikan bagi kesehatan ternak. Iriyanti et al. (2005) melaporkan penambahan minyak ikan lemuru dalam pakan pada taraf 5% dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida darah ayam kampung. Handayani et al. (2013) melaporkan penggunaan minyak ikan lemuru dalam pakan sampai taraf 7,5% dapat menstabilkan kadar eritrosit dan kadar trombosit darah ayam kampung. Sedangkan dari hasil penelitian Gliozzi et al. (2009) penambahan minyak ikan dalam pakan pada taraf 1,5% dapat meningkatkan konsentrasi


(28)

4

spermatozoa, tetapi belum mempunyai pengaruh terhadap volume semen, motilitas dan viabilitas spermatozoa kelinci.

Mencermati hal tersebut, maka perlu pengkajian yang lebih mendalam mengenai respon pertumbuhan, profil lipid, nilai hematologi dan performa reproduksi kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod. Diharapkan, dengan langkah ini kelinci jantan lokal yang telah ada dapat dijadikan sebagai pejantan unggul. Pemilihan pejantan unggul sangat penting untuk pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, karena sifat-sifat unggul pejantan akan lebih cepat disebarkan pada keturunannya melalui teknologi ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah suplementasi minyak hati ikan kod pada pakan komersial mampu meningkatkan respon pertumbuhan kelinci jantan lokal?

2. Apakah suplementasi minyak hati ikan kod pada pakan komersial mampu memperbaiki profil lipid kelinci jantan lokal?

3. Apakah suplementasi minyak hati ikan kod pada pakan komersial mampu mempertahankan nilai hematologi normal kelinci jantan lokal?

4. Apakah suplementasi minyak hati ikan kod pada pakan komersial mampu meningkatkan performa reproduksi kelinci jantan lokal?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui status kesehatan dan performa reproduksi kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi


(29)

5

minyak hati ikan kod sehingga mampu menjadi pejantan unggul yang spermatozoanya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi IB.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan (berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod.

2. Untuk mengetahui profil lipid (kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL dan kadar HDL kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod.

3. Untuk mengetahui nilai hematologi (jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit) kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod.

4. Untuk mengetahui performa reproduksi (kadar free testosterone /FT, kadar nitrit oksida /NO, kuantitas dan kualitas spermatozoa epididimis kauda, berat organ reproduksi, jumlah sel Leydig dan sel spermatogenik testis serta diameter korpus kavernosum penis kelinci jantan lokal yang diberi pakan komersial disuplementasi minyak hati ikan kod.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan bagi masyarakat luas, antara lain:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang manfaat minyak hati ikan kod pada pakan komersial terhadap respon pertumbuhan, profil lipid, nilai hematologi dan performa reproduksi kelinci jantan lokal.


(30)

6

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh peternak kelinci lokal dengan memanfaatkan minyak hati ikan kod sebagai pakan tambahan pada pakan komersial kelinci jantan lokal sehingga dapat dijadikan sebagai pejantan yang lebih sehat dan produktif.


(31)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Biologis Kelinci (Lepus sp.)

Kelinci yang banyak diternakkan saat ini berasal dari kelinci liar yang telah mengalami domestikasi. Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain sehingga sulit dikenali lagi (Yunus, 1990). Kelinci termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Logomorpha, famili Lepuridae dan genus Lepus. Sekarang terdapat kurang lebih 92 bangsa dan galur kelinci (Fox, 1974).

Pada umumnya kelinci diternakkan untuk dijadikan kelinci pedaging, kelinci hias atau kelinci pedaging sekaligus hias. Kelinci memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, kulit, bulu, sebagai hewan percobaan dan hewan untuk dipelihara. Sebagai bahan pangan kelinci mempunyai kandungan kalori yang rendah, proteinnya tinggi dan kandungan kolesterolnya rendah. Unsur lain yang dikandung daging kelinci adalah vitamin B3 (niasin), vitamin B12 (kobalamin) dan selenium (Yunus, 1990). Sebagai hewan coba, kelinci sering digunakan dalam penelitian-penelitian biologi dan medis (kedokteran dan farmasi).

Kelinci banyak disukai orang dan merupakan salah satu hewan yang daya adaptasi tubuhnya yang relatif tinggi sehingga mampu hidup hampir di seluruh dunia (Campos et al., 2014). Tubuh kelinci berbulu halus dan daerah kulit yang tidak berbulu ada pada daerah ujung hidung dan sebagian kecil dari skrotum pada jantan dan bagian inguinal pada jantan dan betina. Kelinci mempunyai berat tubuh berkisar antara 1,35 sampai 7 kg dengan panjang 40 sampai 70 cm dan mempunyai masa hidup 5 sampai 10 tahun (Malole dan Pramono, 1989).


(32)

8

Kelinci memiliki kemampuan biologis yang tinggi/prolipik, siklus reproduksi yang pendek (dalam satu tahun bisa lima sampai enam kali melahirkan), mampu beranak banyak (rata-rata enam anak setiap melahirkan) (Campos et al., 2014). Kelinci termasuk hewan herbivora adaptif yang mempunyai sekum panjang (sakulus rotundus) yang berisi jaringan limfatik. Panjang keseluruhan saluran pencernaan kelinci yang meliputi usus kecil, sekum dan usus besar adalah 5,78 meter. Kelinci memiliki tingkah laku coprophagy. Berikut adalah nilai dari aktivitas respirasi pada kelinci, tingkat kecepatan respirasi 32 s.d. 60 hembusan/menit, volume tidal 20 mL (4 s.d. 6 mL/kg) dan konsumsi oksigen 640 s.d. 850 mLO2/g (Kozma et al., 1974).

2.2 Kandungan dan Manfaat Minyak Ikan

Minyak ikan yang diproduksi secara komersial tersedia dalam dua tipe, yaitu dari hati ( kod, hiu) dan dari daging (sardin, salmon). Minyak ikan merupakan sumber asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA / Polyunsaturated Fatty Acid). PUFA merupakan asam lemak esensial, asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh ternak sehingga harus tersedia dalam pakan. PUFA utama yang terkandung dalam minyak ikan adalah omega-3 (n-omega-3) dengan nama alpha linolenic acid (ALA). Dengan melibatkan enzim desaturase dan enzim elongase maka n-3 (C18:3) akan dikonversi menjadi EPA/ eicosapentaenoic acid (C20:5) dan DHA / docosahexaenoic acid (C22:6). Selain n-3, minyak ikan juga mengandung omega-6 (n-6) dengan nama Linolenic acid (LA) (Stansby, 1990).

Minyak hati ikan kod merupakan minyak ikan komersial dari hati ikan kod yang mengandung minyak cukup besar yaitu 30-70%. Ikan kod mengandung DHA dan EPA sekitar 0,15-0,24 g per 85 g saji. Haagsma et al. (1982) menyatakan kandungan EPA dan DHA yang diekstrak dari hati ikan kod dengan teknik inklusi urea adalah sebanyak 27,6% EPA dan 44,6% DHA sehingga kandungan total EPA dan DHA adalah 72,2%. Karena itu minyak ikan kod merupakan sumber EPA dan DHA yang sangat potensial.


(33)

9

Weaver dan Holob (1988) menyatakan di dalam tubuh, PUFA akan tetap berwujud cair sehingga molekul-molekul asam lemak tersebut tidak akan mengendap dan tidak menyumbat sistem sirkulasi. Maka dari itu, minyak ikan dapat mencegah dan menyembuhkan beberapa penyakit pada manusia, antara lain penyakit jantung koroner, aterosklerosis, tekanan darah tinggi, artritis, diabetis, paru-paru, rematik dan penyakit tulang lainnya. Minyak ikan juga dapat menurunkan kadar kolesterol plasma, menurunkan VLDL dan mencegah inflamasi kulit. Selanjutnya, diketahui pula bahwa asam lemak tidak jenuh n-3, khususnya DHA merupakan komponen yang banyak terdapat pada retina, sel otak, testis dan sperma. Oleh karena itu, banyak kaum pria yang mengkonsumsi suplemen minyak ikan untuk dapat meningkatkan kesehatan organ reproduksinya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh minyak ikan terhadap performa reproduksi hewan jantan didapatkan hasil yang sangat bervariasi, antara lain studi pada ayam broiler (Surai et al., 2000), burung puyuh (Isnaeni et al., 2010) dan babi (Maldjian et al., 2005), telah menunjukkan manfaat dari asam lemak n-3 pada performa reproduksi jantan. Akan tetapi, penelitian lain dengan menggunakan kalkun (Zaniboni et al., 2006) dan kelinci (Gliozzi et al., 2009) tidak menunjukkan pengaruh asam lemak n-3 terhadap kualitas semen.

Surai et al. (2000) melaporkan penambahan minyak ikan tuna sebanyak 5% dalam pakan dapat meningkatkan jumlah spermatozoa pada ayam broiler. Isnaeni et al. (2010) melaporkan penambahan minyak ikan lemuru sebagai sumber n-3 di dalam bahan pakan basal dengan taraf 6% dapat meningkatkan kualitas reproduksi pada burung puyuh jantan. Sedangkan dari hasil penelitian Maldjian et al. (2005) melaporkan penambahan minyak ikan 3% untuk ransum harian babi dapat meningkatkan jumlah sperma dalam ejakulasi


(34)

10

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Zaniboni et al. (2006) pada kalkun menunjukkan penggunaan minyak ikan dengan taraf 2% yang dikombinasikan dengan vitamin E tidak berpengaruh terhadap volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa tetapi hanya berpengaruh terhadap viabilitas, yaitu terjadi peningkatan viabilitas spermatozoa. Sedangkan dari hasil penelitian Gliozzi et al. (2009) penggunaan minyak ikan dalam pakan kelinci tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kualitas semen. Lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan minyak ikan dengan level 1,5% yang dikombinasikan dengan pemberian vitamin E memiliki pengaruh yang nyata hanya pada konsentrasi spermatozoa dari empat kualitas semen yang diamati, yaitu volume semen, konsentrasi, motilitas dan viabilitas spermatozoa. Sampai saat ini, Omega-6 dan omega-3 (DHA dan EPA) terus menjadi bahan yang paling diteliti. Utomo et al. (2006) melaporkan pemberian pakan yang mengandung asam lemak dengan perbandingan n-3 : n-6 adalah 1 : 2 serta dikombinasikan dengan pemberian vitamin E dapat meningkatkan kemampuan reproduksi (fekunditas) ikan zebra (Bracychanio rerio) betina. Gholami et al. (2011) melaporkan suplementasi asam lemak omega-3 (10% DHA dan 6% EPA) dapat meningkatkan kualitas semen segar pada sapi Holstein yang terpapar cekaman panas.

Selain dapat meningkatkan performa reproduksi, minyak ikan juga sangat baik untuk menjaga kesehatan ternak. Rusmana et al. (2005) melaporkan penggunaan minyak ikan lemuru sampai 6% dan suplementasi vitamin E dapat memperbaiki sistem imunomodulator pada ayam broiler. Wijastuti et al. (2013) melaporkan penggunaan minyak ikan sebagai sumber n-3 sampai taraf 7,5% dalam ransum ayam kampung dapat menstabilkan total protein plasma dan kadar hemoglobin darah ayam kampung.

Minyak ikan juga memberi pengaruh yang positif terhadap produksi ternak. Astawa et al. (2010) melaporkan suplementasi minyak ikan pada taraf 200 mL dalam


(35)

11

ransum komersial pada babi Landrace dapat meningkatkan koefisien cerna bahan kering, bahan organik dan protein kasar. Sastrodihardjo et al. (1998) melaporkan penggunaan minyak ikan lemuru 4% dalam ransum ayam dapat meningkatkan kandungan asam lemak n-3 dalam kuning telur ayam.

Banyaknya manfaat minyak ikan ini mendapat perhatian dari peneliti dan pengusaha untuk mengeksplorasinya dari segi IPTEK dan bisnis selama dekade terakhir ini sehingga dihasilkan produk yang memanfaatkan minyak ikan dengan tujuan untuk mendapatkan khasiatnya. Pada umumnya, produk minyak ikan berupa kapsul minyak ikan, konsentrat minyak ikan, maupun kapsul murni EPA dan DHA, banyak ditawarkan sebagai suplemen makanan. Juga telah diproduksi tepung minyak ikan sebagai bahan untuk pembuatan roti, makanan bayi, soup dan pizza beku (Irianto dan Giyatmi, 1998). Produk-produk minyak ikan ini sekarang cukup populer dan banyak beredar di pasaran sehingga mudah mendapatkannya secara bebas.

2.3 Pencernaan, Penyerapan dan Metabolisme Lemak

Lemak adalah salah satu komponen dalam pakan yang sangat penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga memiliki sisi negatif. Lemak adalah penyumbang energi terbanyak serta mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak terutama asam lemak esensial, yaitu n-3 dan n-6 (Sartika, 2008). Jika asupan lemak esensial tidak tercukupi maka ternak tidak akan tumbuh, timbul kelainan-kelainan, kemampuan reproduksi menurun, daya tahan terhadap stress menurun dan terjadi gangguan transpor lipid (Palmquist dan Condrad, 1978).

Lemak adalah ester asam lemak dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak. Berdasarkan derajat kejenuhannya maka asam lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh (SFA / Saturated Fatty Acid), asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA/


(36)

12

Poliunsaturated Fatty Acid) (Lehninger, 1995). SFA terkandung di dalam lemak hewani (daging sapi, keju, dan susu) dan terkandung dalam lemak nabati (minyak kelapa dan minyak kelapa sawit). Omega-6 banyak ditemukan terutama pada minyak nabati (minyak jagung, minyak kedelai, dan biji bunga matahari) sedangkan n-3 banyak ditemukan terutama dalam minyak ikan (Tuminah, 2009).

Mayes et al. (1992) menyatakan karena lemak tidak larut dalam air maka harus menjalani serangkaian transformasi agar dapat dicerna dan diserap. Trigliserida merupakan ester asam lemak dan merupakan lemak netral. Pencernaan lemak dimulai dalam duodenum dan lipase pankreas merupakan enzim yang paling penting dalam pencernaan lipid. Reece (2009) menyatakan di bawah pengaruh lipase pankreas, kebanyakan lemak dipecah menjadi monogliserida, asam-asam lemak, dan gliserol. Gliserol karena larut dalam air masuk sirkulasi portal. Asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air diangkut oleh misel.

Lipase pankreas bekerja pada lemak yang telah mengalami emulsifikasi. Lemak diemulsifikasikan secara baik dalam usus halus oleh kerja dari garam-garam empedu. Peranan garam-garam empedu adalah mempercepat pencernaan lemak dengan membentuk misel. Tanpa garam empedu pencernaan lemak akan berjalan sangat lambat (Kay, 1998). Dalam suatu misel, garam empedu menggumpal dalam kelompok-kelompok kecil dengan bagian larut lemak berkumpul di bagian tengah untuk membentuk inti hidrofobik sementara bagian larut air membentuk selaput hidrofilik. Misel dapat larut dalam air karena lapisan hidrofiliknya sehingga misel dapat melarutkan zat-zat yang tidak larut air, antara lain monogliserida dan asam lemak bebas (Rastogi, 2001).

Misel garam empedu juga bekerja sebagai media transpor untuk membawa monogliserida dan asam lemak bebas ke brush border sel epitel usus halus. Di sini,


(37)

13

monogliserida dan asam lemak bebas akan diserap (Sherwood et al., 2013). Hasil pencernaan dari lemak diserap ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara difusi pasif. Asam lemak yang mengandung atom karbon kurang dari 10 s.d. 12 langsung ke pembuluh darah sebagai asam lemak bebas. Untuk gliserol dan asam lemak yang mengandung atom karbon lebih dari 10 s.d. 12 mengalami esterifikasi kembali menjadi trigliserida dalam sel mukosa usus (Lehninger, 1995).

Trigliserida dalam mukosa usus, bersama kolesterol dan fosfolipid berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Kilomikron meninggalkan sel mukosa usus dan masuk ke saluran limfe bersatu dengan sirkulasi darah menuju hati dan jaringan adiposa (Ganong1995). Di dalam sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya, asam-asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida (esterifikasi). Sewaktu-waktu jika membutuhkan energi dari lemak karena tidak tersedia sumber energi dari karbohidrat maka trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol (lipolisis). Selanjutnya, ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi (Linder, 1992). Pencernaan dan penyerapan lemak dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil koA. Selanjutnya, dimetabolis melalui siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil koA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Sloane, 2004). Lebih lanjut menurut Lehninger (1995) molekul asetil dapat berkondensasi untuk membentuk asam asetoasetat yang diubah menjadi asam hidroksibutirat-beta dan aseton. Molekul-molekul ini disebut badan keton. Badan keton merupakan produk normal oksidasi asam


(38)

14

lemak dan kadarnya rendah di dalam darah karena sebagian besar jaringan kecuali hati dapat memetabolisnya kembali menjadi asetil KoA.

2.4 Peran Lipoprotein dalam Transportasi Lemak

Lemak merupakan senyawa yang bersifat nonpolar sehingga tidak larut dalam air. Oleh karena itu, timbul masalah dalam trasportasi lemak ke seluruh bagian tubuh karena plasma darah bersifat cair. Hal ini dapat teratasi dengan adanya lipoprotein dalam plasma (Sherwood et al. 2013). Lemak akan diangkut oleh lipoprotein dalam intinya yang bersifat nonpolar dan hidrofobik. Inti tersebut akan dilapisi oleh suatu lapisan permukaan yang bersifat amfipatik dengan gugus nonpolar menghadap inti yang mengandung lemak yang diangkut dan gugus polar menghadap medium cair dalam hal ini plasma darah (Lehninger, 1995).


(39)

15

Lemak ditransportasikan oleh darah dalam bentuk asam lemak bebas, kilomikron dan lipoprotein. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terikat dengan albumin. Bentuk bebas ini adalah asam lemak yang ditranspor dari sel-sel jaringan adiposa untuk dipakai jaringan lain sebagai energi (Sloane, 2004). Kilomikron juga digolongkan sebagai lipoprotein karena mengandung lemak dan protein. Lipoprotein adalah alat transpor lemak antar jaringan dan terutama disintesis di hati. Berdasarkan densitasnya lipoprotein terbagi menjadit empat tipe, yaitu VLDL (Very Low Density Lipoprotein), IDL (Intermediate Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) (Longo et al., 2011). Peran lipoprotein dalam transportasi lemak dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Peran lipoprotein dalam transportasi lemak (Longo et al., 2011)

Kilomikron adalah lipoprotein paling besar dan mempunyi densitas paling rendah. Kilomikron mempunyai diameter 90 s.d. 1000 nm, densitas <0,95 dan dibuat oleh usus. Kilomikron mengangkut lemak dalam pakan dari usus ke seluruh tubuh. Lemak yang diangkut terutama 90% trigliserida, sedikit kolesterol dan fosfolipid serta mengandung 1 s.d. 2% protein (terutama berupa apoliprotein A dan B) (Vance dan Vance, 1996). Kilomikron pada dasarnya mengemulsi lemak sebelum masuk ke dalam aliran darah, proses ini menyerupai kegiatan asam lemak dalam usus halus dalam upaya mengemulsi


(40)

16

lipid dalam pakan selama pencernaan. Selanjutnya kilomikron menuju hati dan jaringan adiposa (Ganong, 1995).

Enzim lipase lipoprotein yang ditemukan dalam hati dan kapiler jaringan adiposa, mengurai trigliserida dalam kilomikron untuk melepaskan asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol berikatan menjadi trigliserida (lemak netral) untuk disimpan dalam jaringan adiposa. Sisa kilomikron yang kaya kolesterol dimetabolis oleh hati (Rastogi, 2001). Simpanan lemak akan ditarik dari jaringan adiposa jika diperlukan untuk energi. Enzim lipase sensitif-hormon mengurai trigliserida kembali menjadi asam lemak dan gliserol. Jumlah simpanan lemak bergantung pada total asupan pakan. Jaringan adiposa dan hati dapat menyintesis lemak dari asupan lemak, karbohidrat atau protein yang berlebihan (Guyton, 1986).

Trigliserida diangkut oleh kilomikron dari usus menuju ke hati, di dalam hati lemak yang ada dalam pakan bersama-sama dengan lemak yang diproduksi oleh hati akan ditransfer menjadi VLDL. VLDL dibentuk di dalam hati dan usus, berfungsi sebagai sarana untuk transpor 60% trigliserida dan 15% kolesterol dari hati ke jaringan ekstrahepatik untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk disimpan sebagai cadangan energi (Marks et al., 1996). Partikel VLDL mempunyai diameter 30 s.d 90 nm dan densitas 0,95 s.d. 0,006. Interaksi VLDL dengan lipase lipoprotein menyebabkan VLDL melepaskan beberapa trigliserida sehingga konsentrasi fosfolipid dan kolesterol meningkat dan ukuran partikel semakin kecil membentuk IDL dan LDL (Sherwood et al., 2013).

LDL menyusun sekitar 50% dari total massa lipoprotein dalam plasma. Sekitar 50% dari massa LDL adalah kolesterol, yang kebanyakan teresterifikasi dan sekitar 25% adalah protein. LDL mengangkut kolesterol dan fosfolipid dari hati ke sel perifer. LDL mempunyai densitas 1,019 s.d. 1,063 dan diameter 20 s.d. 25nm (Vance dan


(41)

17

Vance, 1996). HDL adalah suatu partikel kecil yang mempunyai diameter 10 s.d. 20 nm dan densitas 1,062 s.d. 1,12. HDL terdiri atas 50% protein, 20% kolesterol, 30% fosfolipid dan hanya 5% trigliserida. HDL penting dalam pembersihan trigliserida dan kolesterol dari plasma karena HDL membawa kolesterol kembali dari sel tubuh ke hati untuk proses metabolisme bukan untuk disimpan. Kolesterol yang berlebihan akan bersiklus kembali menjadi VLDL, tetapi sebagian besar akan masuk ke dalam empedu dan diekskresi dalam feses (Arifah, 2006).

Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati karena sebagian besar reseptor LDL terdapat di dalam hati. Reseptor LDL yang ada di dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL dari reseptor LDL ini penting dalam pengontrolan kolesterol darah (Yagi, 1988). Dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak sehingga kolesterol menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak yang dapat berkembang menjadi aterosklerosis. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan resiko tinggi terhadap serangan jantung sedangkan HDL yang tinggi dikaitkan dengan resiko rendahnya terhadap serangan jantung (Price dan Wilson, 2003).

2.5 Komponen Darah dan Fungsi Sel Darah

Darah merupakan bagian tubuh yang berbentuk cair dan memegang peranan penting dalam proses fisiologis dan patologis. Penentuan nilai hematologi pada ternak diperlukan untuk mengetahui kebugaran dan kesehatan ternak. Brown (1980) menyatakan ada beberapa variabel yang digunakan untuk penentuan nilai hematologi, antara lain jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Sedangkan Suwandi (2012) menyatakan untuk dapat memberikan arti


(42)

18

pada hasil pemeriksaan darah diperlukan nilai hematologi normal (standar) dari ternak yang bersangkutan. Apabila terjadi penyimpangan status fisiologi ternak, maka komponen dan sifat darah akan mengalami perubahan. Dikatakan juga, bahwa jika nilai tersebut dalam batas normal maka metabolisme, pertumbuhan serta ketahanan tubuh dari ternak dapat dinyatakan baik.

Darah merupakan jaringan ikat dengan sel-sel yang tersuspensi dalam plasma. Darah beredar dalam suatu sistem tertutup yaitu dalam pembuluh darah. Darah berfungsi sebagai transportasi, yaitu membawa nutrien dari saluran cerna ke jaringan, membawa produk akhir metabolisme dari sel ke organ ekskresi, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun, membawa hormon dan enzim (Schmidt-Nielsen, 1990). Darah terdiri atas dua komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah adalah bagian cair dari darah yang berwarna kekuning-kuningan yang menyusun kira-kira setengah dari volume darah sedangkan elemen-elemen selulernya adalah eritrosit, leukosit dan trombosit (Kent, 1987).

Plasma darah terdiri atas air dan protein. Protein plasma adalah suatu campuran yang kompleks mengandung protein sederhana dan protein terkonjugasi untuk membentuk glikoprotein dan berbagai tipe lipoprotein (Ganong, 1995). Protein plasma dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu fibrinogen, albumin dan globulin. Globulin pada protein plasma merupakan campuran yang sangat kompleks. Komponen tersebut adalah mukoprotein dan glikoprotein (keduanya merupakan kombinasi protein dengan karbohidrat) serta lipoprotein (kombinasi protein dengan lemak) (Rastogi, 2001). Eritrosit (sel darah merah) berfungsi mentranspor oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen. Kebanyakan eritrosit mammalia digambarkan sebagai cakram bikonkaf tanpa inti (Yupardhi, 2013). Eritrosit terbungkus


(43)

19

dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler. Proses pembentukan eritrosit (eritropoiesis) diatur oleh eritropoietin, yaitu suatu hormon glikoprotein yang diproduksi terutama oleh ginjal. Kecepatan pembentukan eritropoietin berbanding terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan ( Sloane, 2004).

Sebagian besar dari volume eritrosit mengandung molekul hemoglobin, yaitu mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein pembawa oksigen, yaitu globin. Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritroblas dan terus berlangsung sampai tingkat normoblas dan retikulosit (Guyton, 1986). Bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam asetat dan glisin Sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria dan hem berperan pada sifat asidofil eritrosit. Sintesis diawali dari pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya, empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin yang kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Selanjutnya, empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, membentuk hemoglobin (Yupardhi, 2013).

Jika darah dikeluarkan dari sistem sirkulasi, darah akan menjendal. Jendalan ini mengandung cairan kuning bening yang disebut serum yang memisahkan diri dari koagulum. Darah yang ditampung dan dicegah penjendalannya dengan menambahkan antikoagulan akan berpisah bila disentrifus (Kay, 1998). Supernatan, kekuningan agak kental yang diperoleh bila darah disentrifus adalah plasma darah yang terletak pada lapisan atas. Lapisan bawah merupakan volume total darah yang ada dalam tabung hematokrit, berwarna merah dan dibentuk dari eritrosit. Hematokrit adalah perkiraan volume eritrosit pada per satuan volume darah (Sherwood et al., 2013).

Leukosit (sel darah putih) berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing, termasuk bakteri dan virus. Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah yang


(44)

20

dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus dan ada tidaknya granula sitoplasma (Marshall dan Hughes, 1980). Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit, sel tanpa granula disebut agranulosit. Granulosit terbagi menjadi neutrofil/heterofil, eosinofil dan basofil sedangkan agranulosit terbagi menjadi limfosit dan monosit (Kumar, 2003).

Trombosit (keping darah/platelet) berfungsi dalam hemostasis, yaitu penghentian perdarahan secara spontan dan perbaikan pembuluh darah yang robek. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran eritrosit. Sitoplasmanya mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah (Campbell et al., 2004). Mekanisme hemostasis melibatkan suatu rangkaian proses yang cepat. Mekanisme tersebut dimulai dengan vasokontriksi, pembentukan sumbat trombosit (adesi trombosit, agregasi trombosit, reaksi pelepasan) dan pembentukan jendalan darah (Setiabudy, 1992).

Sel darah matang mempunyai jangka hidup relatif pendek, karena itu populasinya harus secara tetap diganti oleh turunan sel induk yang dihasilkan dalam organ hematopoietik. Semua sel darah diturunkan dari hemasitoblas dari sel induk primordial pada sumsum tulang (Junqueira et al., 1995). Selanjutnya menurut Ganong (1995) hemasitoblas dapat dibedakan menjadi lima jenis sel, yaitu proeritroblas, mieloblas, limfoblas, monoblas dan megakarioblas. Sebelum dilepaskan ke dalam sirkulasi, sel-sel darah harus melalui tahap-tahap diferensiasi dan pematangan khusus. Proeritroblas akan berdiferensiasi menjadi sel matang yaitu eritrosit. Meiloblas berkembang menjadi tiga jenis sel yang bergranula. Limfoblas menjadi limfosit dan monoblas menjadi monosit. Megakarioblas berdiferensiasi menjadi trombosit. Diferensiasi sel darah dari hemasitoblas pada sumsum tulang dapat dilihat pada Gambar 2.3.


(45)

21

Gambar 2.3

Diferensiasi sel darah dari hemasitoblas pada sumsum tulang (Ganong, 1995) Data berikut adalah nilai hematologi normal yang bersirkulasi pada kelinci, volume darah 55,6 s.d. 7,3 mL/kgbb, volume plasma 27,8 s.d. 51,4 mL/kgbb, pH darah 7,35 (Kozma et al. 1974), eritrosit 4 s.d. 7 x 106/µL, leukosit 5,43 x 103/µL (Jones,

1975). trombosit 353 s.d. 821x 103/µL (Milas, 2009), kadar hemoglobin 9,6 s.d. 14,6

g/dL dan nilai hematokrit 29,7% s.d 45,8% (Black et al., 2009). Nilai hematologi yang tidak normal menandakan adanya gangguan kesehatan pada kelinci. Price dan Wilson (2003) menyatakan eritrosit yang kurang dari normal menandakan adanya anemia sedangkan kalau meningkat menyebabkan polisitemia. Leukosit yang meningkat menandakan adanya infeksi. Jumlah trombosit meningkat dapat terjadi trombus. Oleh karena itu, jika nilai hematologi baik, yaitu tetap dipertahankan dalam kondisi yang normal, tentu saja ternak kelinci akan menjadi baik, bugar dan sehat.

2.6 Peran dan Sintesis Senyawa Eikosanoid

Timbulnya berbagai macam penyakit dipengaruhi oleh kekuatan daya tahan tubuh


(46)

22

ternak yang sehat dengan gizi yang baik maka ternak mampu bertahan dari agen-agen infeksi. Guyton (1986) menyatakan sistem khusus yang terlibat dalam melawan berbagai agen toksik dan infeksi tersebut adalah leukosit, sistem makrofag jaringan dan jaringan limfoid. Jaringan ini dapat menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis dan memproduksi antibodi spesifik yang dapat mengenali material asing. PUFA mempunyai manfaat untuk menunjang kesehatan ternak. Beare-Rogers

(1987) menyatakan senyawa eikosanoid disintesis dari asam eikosanoat C:20, yaitu senyawa yang berasal dari asam lemak esensial linoleat dan α-linolenat atau secara langsung dari asam arakidonat (AA) dan eikosapentanoat (EPA) dari pakan. Sinclair dan Gibson (1992) menyatakan senyawa eikosanoid adalah senyawa yang aktif secara fisiologis dan farmakologis serta berfungsi sebagai hormon lokal yang berperan penting dalam respon imun dan inflamasi. Senyawa-senyawa tersebut dikenal sebagai prostaglandin (PG), tromboksan (TX), leukotrien (LT) dan lipoksin (LX). Konversi n-3, n-6 dan senyawa turunannya dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4


(47)

23

Asam arakidonat (AA) dapat dibentuk dari asam linoleat, selanjutnya AA menjadi substrat bagi dua lintasan metabolisme, yaitu lintasan siklooksigenase dan lintasan lipooksigenase. Lintasan siklooksigenase membentuk senyawa golongan prostanoid, yaitu PGA2 dan TXA2 sedangkan lintasan lipooksigenase membentuk senyawa LT4 dan LX4. Kedua lintasan metabolisme tersebut menunjukkan divergensi, yaitu sintesis PGA2 dan TXA2 bersifat kompetitif dengan sintesis LT4 dan LX4 untuk substrat arakidonat (Marks et al., 1996). Dari asam α-linolenat dapat diturunkan senyawa EPA dan DHA, EPA memberikan senyawa prostanoid seri tiga yaitu PGA3 dan TXA3 (Carpers, 1998).

Prostaglandin (PG) disintesis oleh semua sel bernukleus kecuali limfosit dari asam lemak esensial. Peranan fisiologis utama yang dimiliki oleh PG adalah mengontrol agregasi trombosit, menyebabkan kontraksi otot polos, mengatur mediasi inflamasi. Tromboksan (TX) disintesis dalam trombosit dan pelepasannya akan menyebabkan vasokontriksi serta agregasi trombosit (Sinclair dan Gibson, 1992). TXA3 yang berasal dari EPA dapat menurunkan sifat proagregasi yang dimiliki TXA2. PGA2 dan PGA3 merupakan antiagregator yang kuat. Akan tetapi, TXA3 merupakan agregator trombosit yang lemah sehingga aktivitas trombosit untuk beragregasi menurun. Selain itu, AA juga merupakan substrat untuk sintesis eikosanoid jenis lain yaitu prostasiklin (PGI2). PGI2 diproduksi oleh dinding pembuluh darah dan merupakan inhibitor agregasi trombosit yang poten. TXA2 mempunyai efek yang berlawanan dengan PGI2 (Setiabudy, 1992).

Leukotrien (LT) merupakan senyawa triena terkonjugasi yang dibentuk dari asam eikosanoat dalam leukosit, sel mastositoma, trombosit dan makrofag. Lipoksin (LX) merupakan senyawa tetraena terkonjugasi yang muncul di dalam leukosit. Senyawa LT dan LX merupakan regulator yang poten terhadap berbagai jenis penyakit dan dibentuk


(48)

24

sebagai respons rangsang imunologis maupun nonimunologis. LT berperan dalam sistem kekebalan tubuh yang berkontribusi terhadap peradangan, menyebabkan penarikan serta pengaktifan leukosit dan menyampaikan sinyal pada sel tetangga untuk mengatur respon imun (Sloane, 2004).

Peranan sistem imun dapat ditingkatkan dengan pemberian immunostimulator yang dapat meningkatkan pertahanan spesifik yaitu imunitas seluler. Pada pemulihan suatu penyakit, EPA merupakan immunostimulator yang dapat memacu makrofag untuk menghasilkan sitokin yang akan membantu regulasi respon imun (Alrasyid, 2007). Omega-3 (EPA dan DHA) yang diperoleh dari minyak ikan dapat menurunkan sekresi sitokin proinflamasi (Simopaulos, 2002). Derivat AA, yaitu PG, TX dan LT juga ikut terlibat dalam pertahanan nonspesifik yaitu reaksi inflamasi. Inflamasi merupakan respons jaringan terhadap infeksi atau respon jaringan terhadap invasi benda asing (Price dan Wilson, 2013).

2.7 Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Kelinci Jantan

Hewan selalu menunjukkan kemampuannya untuk bereproduksi, hal tersebut sangat penting untuk mempertahankan kelestarian jenisnya di alam agar tidak punah. Terjadinya reproduksi membutuhkan dua komponen penting, yaitu gamet betina (ovum) dan gamet jantan (spermatozoa) (Marshal dan Hughes, 1980). Performa reproduksi merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas ternak dan salah satu kriteria produksi ternak ditentukan oleh keberhasilan pejantan dalam membuahi induk untuk memperoleh keturunan (Feradis, 2010).

Pada kelinci jantan, pubertas dimulai pada umur 4 s.d. 10 bulan tergantung jenis dan besarnya kelinci. Kelinci jantan dikawinkan ketika mencapai umur 5 s.d. 12 bulan. Pubertas ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi dan telah mampu menghasilkan spermatozoa hidup dalam semennya serta dapat mengawini ternak


(49)

25

betina. Masa reproduksi kelinci berkisar antara 1 s.d. 4 tahun, karena setelah umur empat tahun terjadi penurunan kemampuan fertilitas. Pada hewan jantan setelah umur empat tahun produksi sperma berkurang (Yunus, 1990). Kelinci termasuk kelas mammalia, menurut Hogart (1978) organ-organ reproduksi pada mammalia jantan, terdiri atas sepasang testis, saluran-saluran testis, kelenjar asesori (tambahan) dan penis. Testis merupakan alat reproduksi jantan yang utama dan besar pengaruhnya terhadap produksi ternak. Testis dibungkus dan ditopang oleh kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia dan otot polos yang disebut skrotum (Partodihardjo, 1992). Komponen-komponen yang penting pada testis adalah tubulus seminiferus dan jaringan interstisial (sel Leydig). Tubulus seminiferus berfungsi sebagai tempat berlangsungnya spermatogenesis untuk menghasilkan sel kelamin jantan yaitu spermatozoa sedangkan sel Leydig berfungsi sebagai tempat sintesis hormon kelamin jantan yaitu testosteron (Junqueira et al., 1992). Komponen utama struktur testis dipat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5

Komponen utama struktur testis (Junqueira et al. 1995)

Spermatogenesis adalah suatu proses perkembangan sel-sel spermatogenik yang membelah beberapa kali dan akhirnya berdiferensiasi menghasilkan spermatozoa. Sel-sel spermatogenik tersebar dalam empat sampai delapan lapisan yang menempati


(50)

26

ruangan antara lamina basalis dan lumen tubulus. Sel-sel spermatogenik terdiri atas spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder dan spermatid (Putra, 2014). Sedangkan spermatogenesis dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase spermatositogenesis (perubahan sel spermatogonium menjadi spermatosit primer), fase pembelahan meiosis (perubahan spermatosit primer menjadi spermatosit sekunder selanjutnya menjadi spermatid) dan fase spermiogenesis (perubahan spermatid menjadi spermatozoa yang sempurna) (Setchell. 1978).

Saluran-saluran testis terdiri atas tubulus rektus, rete testis, duktus efferens, duktus epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius dan uretra. Saluran testis berfungsi untuk membawa sperma matur dari testis ke bagian eksterior tubuh. Sebelum spermatozoa dari duktus efferens dibawa ke duktus deferens maka terdapat epididimis (Ross dan Reith, 1985). Epididimis merupakan bagian yang menerima spermatozoa dari duktus efferens untuk selanjutnya dibawa ke duktus deferens. Epididimis dapat dibagi menjadi kaput, korpus dan kauda. Epididimis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa dan selama penyimpanan tersebut spermatozoa mengalami pematangan sehingga menjadi motil, matur dan mampu melakukan fertilisasi (Partodihardjo, 1992). Kelenjar kelamin asesori/tambahan pada jantan meliputi vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretra. Ketika ejakulasi, kelenjar asesori menghasilkan sekret (plasma semen) yang membantu menunjang kelangsungan hidup spermatozoa di dalam saluran reproduksi hewan betina (Setchell, 1978). Sekresi-sekresi tersebut membentuk sebagian besar semen, yang terdiri atas campuran sekresi kelenjar asesori, spermatozoa dan mukus. Walaupun tidak mutlak penting untuk fertilisasi, sekresi kelenjar tambahan membantu proses fertilisasi (Tienhoven, 1983).

Penis berfungsi sebagai tempat ke luarnya urine dan semen serta sebagai organ kopulasi. Penis terdiri atas tiga bagian, yaitu akar, badan dan glans penis. Badan penis


(51)

27

dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris, yaitu dua korpus kavernosum penis di bagian dorsal dan satu korpus kavernosum uretra (korpus spongiosum) di bagian ventral di sekitar uretra. Korpus kavernosum dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpus kavernosum penis (Junqueira et al., 1995). Komponen utama struktur penis dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6

Komponen utama struktur penis (Junqueira et al. 1995)

Pengamatan performa reproduksi pada jantan, di antaranya dapat dilakukan dengan mengamati histologi organ reproduksi. Pengamatan histologi organ reproduksi yang umum dilakukan adalah pada organ testis, epididimis, kelenjar prostat, dan penis. Pengamatan histologi organ reproduksi bertujuan untuk mempelajari struktur jaringan dari organ reproduksi. Prosedur paling sering yang dipakai untuk mengamati struktur jaringan adalah dengan membuat sediaan histologinya yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya (Junqueira et al., 1995).

2.8 Pengaturan Hormonal Reproduksi Mammalia Jantan

Pada jantan hormon yang berperan dalam perkembangan seksual adalah androgen. Androgen utama yang berasal dari testis adalah testosteron. Testosteron adalah hormon androgen yang dianggap sebagai hormon kelamin jantan yang paling poten


(1)

merangsang vasodilatasi sehingga terjadi relaksasi dan aliran darah ke penis meningkat.

Pada tingkat seluler, proses terjadinya ereksi pada penis dimulai dengan di keluarkannya NO (nitrit oksida) dari ujung saraf dan sel endotel korpus kavernosum (Ignarro et al., 1990). Nitrit oksida (NO) merupakan suatu molekul kecil berumur pendek yang disintesis dari L-arginin oleh eNOS (enzim nitric oxide synthase) (Trigo-Rocha et al., 1993). Testosteron juga ikut terlibat mengatur aktivitas NOS, peningkatan aktivitas NOS menyebabkan peningkatan kadar NO (Baba et al., 2000).

NO merupakan satu mediator yang terpenting pada proses ereksi dan NO merupakan zat perantara kimiawi lokal yang dikeluarkan oleh sel endotel (Putra, 2014). NO juga diproduksi oleh jaringan lain yaitu sel saraf dan sel makrofag. NOS mempunya tiga macam bentuk yaitu neuron nitric oxide synthase (nNOS atau NOS-1) yang ditemukan pada sel saraf, inducible nitric oxide synthase (iNOS atau NOS-2) yang ditemukan pada makrofag dan endothelial nitric oxide synthase (eNOS atau NOS-3) yang ditemukan pada sel endotel pembuluh darah (Burnett, 2002).

NO masuk ke dalam sel otot polos korpus kavernosum untuk meningkatkan kerja enzim guanilat siklase. Enzim guanilat siklase selanjutnya mengubah guaninosin trifosfat (GTP) menjadi siklik guaninosin monofosfat (c-GMP). Mekanisme c-GMP memulai terjadinya relaksasi otot melaluiaktivasi c-GMP protein kinase spesifik (Dean dan Lue, 2005). Selanjutnya, terjadi fosforilasi dan inaktivasi miosin kinase rantai pendek yang akan menyebabkan disosiasi aktin dan miosin sehingga terjadi relaksasi otot polos. Siklik GMP akan diuraikan oleh enzim fosfodiesterase 5 (PDE 5) sehingga penis ke kondisi lunak kembali (Burnett, 2002). Mekanisme ereksi penis dapat dilihat pada Gambar 2.8.


(2)

Gambar 2.8

Mekanisme ereksi penis ( Burnett, 2002)

Penentuan kadar NO bisa dilakukan secara tidak langsung dan secara langsung. Secara langsung biasanya dengan metode ESR (Electron Spin Resonance). Mengingat waktu paruh NO di dalam jaringan sangat singkat maka penentuan kadar NO secara langsung tidak mudah dilakukan sehingga dilakukan secara tidak langsung. Pemeriksaan secara tidak langsung ada dua cara, yaitu kolorimetrik nonenzimatik dan kolorimetrik enzimatik. Kolorimetrik nonenzimatik menggunakan kadmium untuk mereduksi nitrat sedangkan kolorimetrik enzimatik dengan metode reaksi Griess. Reaksi Griess merupakan pengukuran NO dengan cara tidak langsung secara spektrofotometrik dengan menggunakan reaksi Griess. Pengukuran ini melibatkan konversi enzimatik dari nitrat menjadi nitrit oleh enzim Nitrat Reduktase dilanjutkan dengan deteksi kalorimetri dari nitrit sebagai suatu produk azo dye berwarna dari reaksi Griess yang mengabsorbsi cahaya tampak 540 nm (Wenjuan et al., 2007).


(3)

Selain penilaian terhadap tingkah laku seksual, maka dilakukan juga penilaian terhadap fungsi pejantan sebagai penghasil semen. Penilaian semen yang digunakan untuk mengevaluasi kesuburan seekor pejantan adalah pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Soehadi dan Arsyad (1983) menyatakan pemeriksaan makroskopis meliputi likuefaksi, viskositas, warna, bau, volume, dan pH semen. Davis dan Katz (1992) menyatakan pemeriksaan mikroskopis meliputi kuantitas (konsentrasi spermatozoa) dan kualitas ( motilitas, viabilitas, dan morfologi spermatozoa).

Dalam aplikasi teknologi IB, umumnya spermatozoa yang dimanfaatkan adalah merupakan hasil ejakulasi yang ditampung dengan vagina buatan. Alternatif lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber spermatozoa, yaitu spermatozoa asal kauda epididimis (Rizal, 2006). Spermatozoa yang meninggalkan testis selain belum dapat bergerak, juga belum dapat berfungsi (infertil). Proses pematangannya sebagian besar berlangsung dalam epididimis (Guyton, 1986). Kauda epididimis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa sebelum diejakuasikan dan spermatozoa yang terdapat pada kauda epididimis merupakan spermatozoa yang sudah matang karena telah mengalami proses pematangan pada bagian kaput dan korpus (Toelihere, 1985).

Di dalam epididimis spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologi dan fungsional yang mengarah pada kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur (Setchell 1978). Hafez (1987) menyatakan selama pematangan, spermatozoa mengalami perubahan-perubahan pada ukuran, bentuk, ultrastruktur akrosom, struktur organisasi mitokondria, bagian tengah spermatozoa, kadar DNA, pola metabolik, sifat imunitas, sifat membran plasma dan daya tahan terhadap perubahan fisikokimia. Walaupun ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan namun struktur morfologinya sama. Spermatozoa merupakan sel tunggal, yang terdiri


(4)

atas bagian kepala, tengah, dan ekor (Ganong, 1995). Bentuk spermatozoa pada kelinci sama seperti pada sapi, babi, domba dan kuda dengan kepala oval beraturan dan ekor lurus panjang di tengahnya (Feradis, 2010). Spermatozoa normal pada kelinci mempunyai panjang total 46-55 µ m (Eddy, 2006) dengan panjang kepala 7,8-8,6 µm (Bedford, 1963), bagian tengah 8,5 µ m (Eddy, 2006) dan bagian ekor 38 µm (Cummins dan Woodall, 1985).

Bagian terbesar dari kepala spermatozoa terdiri atas inti yang berisi materi genetik (DNA) dan bagian anterior kepala spermatozoa dilapisi oleh suatu struktur berupa selubung yang disebut akrosom (Zaneveld dan Chatterton, 1982). Akroson ini penting karena mengandung enzim-enzim, antara lain hialuronidase, neuraminidase, fosfatase asam dan sebuah protease yang memiliki aktivitas mirip tripsin, jadi akrosom berfungsi sebagai lisosom berjenis khusus (Junqueira et al., 1995). Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa enzim-enzim ini dikenal melepaskan sel dari korona radiata dan mencernakan zona pelusida, yaitu sruktur yang mengelilingi ovum yang baru saja diovulasikan. Bila spermatozoa bertemu dengan ovum, maka membran luar akrosom menyatu dengan membran plasma pada beberapa tempat, membebaskan enzim-enzim akrosom.

Bagian ekor ditemukan kompleks filamen aksial yang terdiri atas aksonema. Aksonema ini identik dengan struktur fibriler flagela. Aksonema ini terdiri atas sepasang mikrotubulus sentral yang dikelilingi oleh sembilan pasang mikrotubulus di sebelah luarnya. Pada bagian tengah ekor diliputi oleh selubung mitokondria. Mitokondria merupakan bagian yang menghasilkan energi spermatozoa yang akan mengaktifkan sistem flagela sehingga menimbulkan pergerakan spermatozoa. Gerakan flagelum adalah hasil interaksi antara mikrotubulus, ATP dan dinein yaitu sebuh protein dengan aktivitas ATP-ase (Hafez, 1987).


(5)

spermatozoa total adalah jumlah spermatozoa dalam ejakulat (volume x konsentrasi) (Subratha, 1999). Konsentrasi spermatozoa yang meningkat dianggap bermanfaat karena memungkinkan IB dari sejumlah besar betina. Semakin tinggi konsentrasi, maka semakin besar pula persaingan antara spermatozoa di tempat pembuahan, sehingga mampu meningkatkan kemungkinan sel telur yang dibuahi oleh spermatozoa yang normal, memastikan IB yang baik dan tingkat perkembangan embrio normal berikutnya.

Motilitas spermatozoa sangat tergantug kepada suhu. Spermatozoa berada dalam lingkungan yang normal pada suhu 370C. Motilitas spermatozoa dapat dibedakan menjadi spermatozoa motil dan spermatozoa nonmotil. Spermatozoa motil adalah spermatozoa yang mempunyai katagori pergerakan baik dan sangat baik. Motilitas nonmotil adalah spermatozoa yang mempunyai katagori pergerakan tidak baik dan kurang baik (Subratha, 1999).

Selanjutnya menurut Subratha (1999) ada kemungkinan spermatozoa tidak terlihat bergerak, tetapi tidak mati. Spermatozoa tersebut kemungkinan mampu untuk dapat bergerak di dalam saluran reproduksi betina. Maka dari itu penting kiranya untuk mengetahui viabilitas spermatozoa untuk membedakan spermatozoa yang tidak bergerak itu hidup atau benar-benar mati.

Morfologi spermatozoa merupakan variabel yang penting untuk menilai kesuburan daya membuahi. Pengamatan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa. Pada umumnya setiap penyimpangan morfologis dari struktur spermatozoa yang normal dipandang sebagai abnormalitas. Abnormalitas spermatozoa dapat diklasifikasikan menjadi abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi selama perkembangan spermatozoa di dalam tubulus


(6)

seminiferus. Abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa disimpan dalam epididimis atau setelah meninggalkan testis (Feradis, 2010).

Standar kualitas spermatozoa epididimis sebagai syarat minimal untuk dapat digunakan dalam program IB atau FIV adalah sama dengan yang disyaratkan pada semen hasil ejakulasi. Menurut Toelihere (1993) semen yang layak digunakan dalam program IB harus memiliki spermatozoa motil paling sedikit 40%, spermatozoa viabel 50%, dan spermatozoa normal 80%. Sedangkan Marco-Jiménez et al. (2010) menyatakan semen yang bisa digunakan untuk IB mempunyai spermatozoa motil lebih dari 70% dan kurang dari 15% spermatozoa yang abnormal.

Beberapa karakteristik dari semen kelinci adalah sebagai berikut, volume semen berkisar antara 0,5 s.d. 1,5 mL, konsentrasi spermatozoa 150 s.d. 500 juta/mL, mengandung fruktosa 40-400 mg/100 mL, sedikit glukosa, glycerylphosphorylcholine

215 s.d. 370 mg/100 mL dan semen kelinci tahan terhadap hidrogen peroksida. Sedangkan untuk pH semen kelinci adalah 6,6 s.d. 7,5 dan warna semen adalah putih susu dengan bau seperti akasia serta mempunyai tekanan osmotik hampir sama dengan darah yang ekuivalen dengan larutan NaCl 0,9% (Mann, 1964).