PESANTREN DAN PERUBAHAN SOSIAL : STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL ISHLAH 1 BUNGAH GRESIK.

(1)

PESANTREN DAN PERUBAHAN SOSIAL

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Bungah Gresik)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

Firda Nur Fauziyah NIM. B05212020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

PERNYATAAN

PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI

B i s mi I la hirr a h m anirr ah im

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama

NIM

Program Studi Judul Skripsi

Firda Nur Fauziyah 80s212020

Sosiologi

Pesantren dan Perubahan Sosial (Studi Kasus di Pondok Pesantren A1 Ishlah 1 Bungah Gresik)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1) Skripsi ini tidak

pernah dikumpulkan pada lembaga pendidikan mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2)

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atas karya orang lain.

3) Apabila skripsi ini

dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagai hasil plagiasi, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukumyang terjadi.

Surabaya, I 6 J anuan 2A16

Yang menyatakan

Firda Nur Fauziyah


(3)

PERS ETUJTIAN PEN,IBINIBING

Setelah melakukan bimbingan, arrahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi

vang dituiis oleh:

Nama

: Firda N ur Fauziyah

NlM

:805212020

Program

Studi

: Sosiologi

Yang berjudui: "Pesantren dan Perubahan Sosial

(Studi

Kasus

di

Pondok

Pesantreu

Al

Ishlah 1 Bungah Grcsili)", saya berpetidapat bahwa skripsi tersebut

sudiLh diperbaiki dan dapat diujikan c1aler-n rangka memperoleh gelar sarjana iimu Sc'sial dalam bidrng Sosiologi.

Surabava. 08 Januari 20 i 6

U**

menyatakan

fur

Prof. Dr. H. Shonhadji Sholeh" Dip. IS.


(4)

PENGESAHAN

Skripsi oleh Firda Nur Fauziyah dengan judul: "Pesantren dan Perubahan

Sosial (Studi Kasus di Pondok Pesantren AI Ishlah 1 Bungah Gresik" telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Skripsi pada tanggal 3 Februari 2016.

TIM PENGUJI SKRIPSI

Penguji

I

Penguji

II

w

Prof. Dr. H. Shonhadji Sholeh. Dip.IS. NrP. 1 94907 2819 67 12100r

FIj. Siti Azizah S.Ag.. M.Si. NIP. r 977030 I 2007 I 02005

Dr. H. Hammis Svafaq. M.Fil.L NIP. 1 975 1 Arc2002l2t00t

Penguji IV

M. Oobidl 'Ainul Arif. S.IP.. M.A.

NIP. 1 9 840 82320 I 5 03 1002 Surabaya, 3 Februari 2016

j. Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(5)

ABSTRAK

Firda Nur Fauziyah, 2016: Pesantren dan Perubahan Sosial (Studi Kasus Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Bungah Gresik), Skripsi program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Pesantren, Perubahan Sosial

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Manusia pasti mengalami perubahan yang selalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Manusia selalu menciptakan hal-hal baru demi menciptakan kepuasan dalam hidupnya. Perubahan dapat terjadi adanya faktor-faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari luar masyarakat itu. Kadang-kadang perubahan muncul adanya tokoh-tokoh yang telah mengalami pendidikan di luar masyarakat tersebut. Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjawab permasalahan: (1)Bagaimana bentuk perubahan sosial di Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Desa Bungah Gresik (2)Apa dampak perubahan sosial di Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Desa Bungah Gresik?

Skripsi ini termasuk jenis penelitian kualitatif, studi tersebut dilaksanakan di pondok pesantren Al Ishlah 1 Bungah Gresik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. Selanjutnya analisis data dalam penelitian ini lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan di analisis dengan menggunakan teori perubahan sosial menjelaskan konsep AGIL melalui sistem struktur tindakan yang meliputi organisme perilaku, sistem kepribadian, sistem sosial dan sistem kultural. Aktifitas dalam analisis datanya yaitu: pemaparan data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, bentuk perubahan pondok pesantren Al Ishlah 1 mengarah pada perubahan yang dulu dan sekarang. Perubahan dari bidang sosial dan budaya. Kebijakan seorang kyai yang dulu dan sekarang berbeda dan adanya teknologiyang mempengaruhi perilaku santri. Kedua, dampak perubahan yang terjadi di pondok pesantren terdapat dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari teknologi santri dapat memanfaatkan dengan baik isi dari teknologi tersebut. Dampak negatifnya santri mengikuti tren gaya berbusana sebagai salah satu gaya hidup masyarakat modern dan kesopanan santri menjadi menurun dengan adanya teknologi.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Definisi Konseptual ... 11

F. Telaah Pustaka ... 14

G. Metode Penelitian ... 17

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 20

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 22

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data ... 28

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 29

H. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II : AGIL PERUBAHAN SOSIAL A. AGIL ... 35

B. Perubahan Sosial ... 41

BAB III : PERUBAHAN DI PONDOK PESANTREN AL ISHLAH 1 BUNGAH GRESIK A. Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Bungah Gresik ... 49

B. Bentuk Perubahan Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik .. 66

a. Bidang Sosial... 66

b. Bidang Budaya ... 67

C. Dampak Perubahan di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik ... 71

a. Positif ... 72

b. Negatif ... 73

D. Perubahan Sosial Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Bungah Gresik dalam Teori AGIL ... 75


(7)

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran-saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

Lampiran-lampiran

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen Lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

4. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian) 5. Biodata Peneliti


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang dan tersebar diberbagai pedesaan. Realitas menunjukkan pada satu sisi sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari umat Islam, dan pada sisi lain mayoritas dari mereka tinggal di pedesaan. Pada awal berdirinya, pengabdian pesantren terhadap masyarakat sesuai zamannya berbentuk sangat sederhana dan bisa dibilang sangat alami. Pengabdian tersebut diwujudkan misalnya dengan pelayanan keagamaan kepada masyarakat, menyediakan wadah bagi sosialisasi anak-anak, dan sebagai tempat bagi para remaja yang datang dari berbagai daerah yang sangat jauh untuk menjalani semacam peralihan dari fase remaja ke fase selanjutnya. Sepanjang sejarah yang dilalui, pesantren terus menekuni pendidikan dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan lembaga pendidikan yang telah menjadi trend dan daya tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai zaman dengan berbagai masalah yang dihadapi.

Dalam kajian sosiologi, pendidikan menjadi salah satu agen perubahan sosial. perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam masyarakat mencakup sistem sosial. Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia meliputi seluruh elemen yang ada salam kehidupan masyarakat tidak terkecuali dengan adanya pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari,


(9)

2

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.1

Kedudukan pesantren tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam, Peran pesantren bagi masyarakat maupun bagi individu sangatlah penting karena dapat berfungsi menyebarkan agama Islam dan mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah yang lebih baik, baik dari segi moral. Pesantren juga mengembangkan beberapa peran utamanya yaitu sebagai lembaga pendidikan, lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, dan pengembangan masyarakat maka itulah yang disebut dengan Pondok Pesantren.2 Dengan Adanya Pesantren di tengah-tengah masyarakat, akan memberikan kontribusi yang kuat bagi masyarakat bahkan seringkali mempengaruhi antara Pesantren dengan kehidupan dan lingkungan masyarakat di sekitarnya melebihi pengaruh wilayah administratif kelurahan atau Desa-desa sekitarnya.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Jawa. Munculnya pesantren di Jawa bersamaan dengan kedatangan para Wali Sanga yang menyebarkan Islam di daerah tersebut. Menurut catatan sejarah, tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Pola tersebut kemudian dikembangkan dan dilanjutkan oleh para wali yang lain. Salah satu kelebihan dari model pendidikan yang dikembangkan para wali songo itu terletak pada pola pendekatannya yang didasarkan pada segala sesuatu yang

1

Abdurrahman Wahid, Pesantren dan Pembaharuan , (Jakarta:LP3ES, 2009), hlm. 1-2

2Dian Nafi’ Dkk,

Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta : PT L-kis Pelangi Aksara, 2007), hlm. 11.


(10)

3

sudah akrab dengan masyarakat dan perpaduan antara aspek teoritis dan praktis. Misalnya Sunan Giri menggunakan pendekatan permainan untuk mengajarkan Islam kepada anak-anak, Sunan Kudus menggunakan dongeng, Sunan Kali Jaga mengajarkan Islam melalui wayang kulit, Sunan Drajat mengenalkan Islam melalui keterlibatan langsung dalam rangka menangani kesengsaraan yang dialami masyarakat.3

Pesantren memiliki peranan yang cukup berarti, baik peran keagamaan maupun peran lain. Dapat dicermati dari peran kultural maupun peran sosial ekonomis. Peran kultural pesantren yang utama adalah penciptaan pandangan hidup yang bersifat khas santri, yang dirumuskan dalam sebuah tata nilai (value system) yang lengkap dan bulat. Tata nilai selain berfungsi sebagai pencipta keterkaitan satu sama lain (homogenitas) di kalangan warga pesantren sendiri juga berfungsi sebagai alat penyaring dan penyerapan nilai-nilai baru yang datang dari luar. Pesantren sudah identik dengan hal-hal yang bersifat kuno atau tradisional. Tradisi di pesantren yang mempertahankan pengajaran kotan islam klasik sebagai inti pendidikan. Praktek pendidikan islam di cirikan oleh keunikan seperti terlihat dalam sistem pendidikan pesantren yang cenderung mengajarkan struktur, metode, dan literature kuno.

Kalangan pesantren memandang kitab kuning sebagai sumber inspriratif keilmuan di pesantren khususnya transformasi ilmu dari seorang kyai pada santrinya. Pola pendidikan yang diterapkan adalah dengan sistem klasik yaitu

3

Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta:Penerbit Dharma Bhakti, 92), hlm. 22-24


(11)

4

sorogan dan bandongan. Metode bandongan atau juga yang disebut dengan wetonan ialah kegiatan pengajaran di mana seorang kiai atau ustadz membaca, menterjemahkan, dan mengupas pengertian kitab tertentu, sementara para santri dalam jumlah yang terkadang cukup banyak, mereka bergerombol duduk mengelilingi ustadz atau kiai tersebut atau mereka mengambil tempat yang agak jauh selama suara beliau bisa terdengar oleh masing-masing orang yang hadir di majlis itu, sambil jika perlu menambahkan syakal atau harakat dan menulis penjelasannya di sela-sela kitab tersebut.4 Problem penggunaan metode ini adalah tidak adanya dialog antara kiai atau ustadz dengan santri, sehingga masalah yang dihadapi oleh santri tidak sepenuhnya bisa dikupas. Selain itu, metode ini cenderung lebih bersifat teacher centered (berpusat pada guru), santri menjadi pasif, sehingga daya fikir dan kreatifitas santri menjadi lemah.

Sedangkan metode sorogan adalah santri membacakan kitab kuning di hadapan kiai atau ustadz yang langsung menyaksikan keabsahan bacaan santri baik dalam konteks bahasa maupun makna (Nahwu dan Sharafnya).5 Problem dalam metode sorogan ini terletak pada alokasi waktu, metode ini memerlukan waktu yang relatif lama, karena santri harus membaca kitab satu persatu, sehingga santri harus bersabar untuk antri menunggu giliran membaca, apalagi kalau jumlah yang diajar sangat banyak, pasti akan membutuhkan banyak

4

Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), Cet. I, hlm.98.

5

Said Aqiel Siradj, et. al., Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), Cet. I, hal. 223.


(12)

5

waktu, tenaga dan juga menuntut kesabaran, kerajinan, ketekunan, dan juga kedisplinan pribadi seorang kiai. kelemahan lain dalam metode ini adalah tidak adanya dialog antara murid dengan kiai atau ustadz, dan lebih cenderung bersifat student centered (terpusat pada murid).

Secara psikologis, manusia sangat memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan perilaku lewat keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberikan contoh-contoh kongkrit bagi para santri, di pesantren pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan. Kyai dan ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain, karena nilai mereka ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan. Semakin konsekuen seorang kyai atau ustadz menjaga tingkah lakunya maka semakin didengar ajarannya.

Keberadaan Kyai dalam Pesantren sangat sentral, suatu lembaga pendidikan Islam disebut Pesantren apabila memiliki tokoh sentral yang disebut Kyai. Jadi Kyai dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan Pesantren sesuai dengan pola yang dihendakinya. Di tangan seorang Kyai lah Pesantren itu berada. Oleh karena itu Kyai dan Pesantren merupakan dua sisi yang selalu berjalan bersama. Bahkan kyai bukan hanya pemimpin Pondok Pesantren tetapi juga pemilik Pondok Pesantren.


(13)

6

Padahal, sadar atau tidak sadar, bangsa kita telah mempunyai pola dan sistem pendidikan tradisional yang begitu mengakar dengan tradisi dan budaya bangsa kita. Pola pendidikan itu telah jauh-jauh hari dipolakan oleh lembaga keagamaan yang bernama pesantren. Sehingga dapat dijelaskan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan khas Indonesia tertua yang sudah berabad-abad teruji mampu menghadapi dan sekaligus beradaptasi dengan berbagai bentuk perubahan.

Orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren biasanya disertai dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang bagus, berakhlak mulia dan memahami hukum-hukum Islam. Selama ini tidak ada kekhawatiran bahwa dengan menuntut ilmu di pesantren akan menjauhkan kasih-sayang orangtua terhadap anak. Anak yang tinggal di pondok pesantren dalam waktu cukup lama tetap bisa beridentifikasi kepada kedua orangtuanya. Dengan menjalin komunikasi secara intens dan teratur diharapkan anak tidak akan kehilangan figur orangtua.6

Fenomena sosial pesantren senantiasa mengalami dinamika dan hidup bersama-sama realitas sosial yang tidak pernah berhenti berubah. Kyai yang mempunyai karismatik cenderung dapat menarik minat untuk belajar di pesantren. Mereka percaya bahwa kyai yang demikian dapat memberikan energi positif pada santri. Misi dari pesantren adalah sebagai pencetak muballigh atau para ahli agama. Pesantren dirancang sedemikian rupa untuk memperkenalkan

6

Ida Novianti, Proses Identifikasi Santri Cilik di Pondok Pesantren, (online:http//idanovianti.wordpress.com), hlm. 6


(14)

7

para santri disiplin ilmu-ilmu agama klasik seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadist, Fiqh (Syari’ah), Tasawuf (Akhlak), dan Tauhid (Aqidah). Memang sudah diakui bahwa pesantren merupakan satu-satunya penjaga gawang institusi ilmu-ilmu Islam klasik.

Membahas tentang pesantren, Kota Gresik merupakan daerah sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa, ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah binti Maimun. Gresik sudah terkenal dengan sebutan Kota Wali, ditandai dengan penggalian sejarah yang berkenaan dengan peranan dan keberadaan para wali yang makamnya berada di Kabupaten Gresik yaitu Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Di samping itu, Kota Gresik juga disebut Kota Santri, karena keberadaan pondok-pondok pesantren dan sekolah yang bernuansa Islami, yaitu Madrasah Ibtida’iyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) hingga perguruan tinggi yang cukup banyak di kota ini. Hasil kerajinan yang bernuansa Islam juga dihasilkan oleh masyarakat Kota Gresik, misalnya kopyah, sarung, mukenah, sorban dan lain-lain.

Kota Gresik merupakan Kota yang terdapat desa, yang salah satunya yaitu desa Bungah. Kyai Gede Bungah merupakan santri dari Sunan Ampel dan Sunan Giri beliaulah yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Desa Bungah. Seiring dengan berkembangnya zaman di desa Bungah kini sudah banyak berdiri pesantren, salah satunya pondok pesantren Al Ishlah. Pendiri pondok pesantren Al Ishlah adalah KH Ahmad Maimun Adnan (Almarhum)


(15)

8

yang mempunyai karisma luar biasa, baik dikalangan santri maupun dikalangan ulama-ulama lain. Bermula dari keinginan beberapa orang atau santri ingin menimba ilmu keagamaan, berguru dan mengaji kitab kuning kepada beliau. Semakin banyaknya jumlah santri yang mengaji dan semakin banyak santri yang menetap maka atas inisiatif para santri mereka mendirikan gubuk-gubuk sederhana atau pondokan sederhana di sekitar rumah KH. Ahmad Maimun Adnan supaya dapat menetap dan mondok menimba ilmu keagamaan dari sang kyai.

Dengan Perkembangan sains teknologi, penyebaran arus informasi dan perjumpaan budaya dapat mengiringi kecenderungan masyarakat untuk berfikir rasional, bersikap inklusif dan berperilaku adaptif. Mereka semacam dihadapkan pada pilihan-pilihan baru yang menarik dan cukup menggoda untuk mengikutinya. Terlebih lagi pilihan-pilihan baru itu selalu dikemas dengan efektif, efisien, kemajuan, pencerahan, pembaharuan, dan sebagainya. Kini pesantren menghadapi tantangan baru yaitu tantangan pembangunan, kemajuan, pembaharuan, serta tantangan keterbukaan dan globalisasi. Pondok Al Ishlah juga sekarang ini sudah mengalami pembaharuan dalam bidang pendidikan. Dulu pondok yang tradisional sekarang dikemas menjadi pondok pesantren yang lebih modern.

Model sistem pendidikan modern merupakan sistem kelembagaan pesantren yang dikelola secara modern baik dari segi administrasi, sistem pengajaran maupun kurikulumnya. Pada sistem pendidikan modern ini aspek


(16)

9

kemajuan pesantren tidak dilihat dari figur seorang kyai dan santri yang banyak, namun dalam pendataan setiap santri yang masuk sekaligus laporan mengenai kemajuan pendidikan semua santri. Selanjutnya kurikulum atau mata pelajaran yang dipelajari terdiri dari berbagai mata pelajaran baik mata pelajaran agama maupun umum. Pelajaran agama tidak sebatas mempelajari kitab klasik dan satu mahzab, tetapi berbagai hasil karya intelektual muslim klasik dan kontemporer dan tidak membatasi pada satu mahzab.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penulis mempunyai beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk membahas yang berkaitan langsung dengan permasalahan utama. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana bentuk perubahan sosial di Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Desa Bungah Gresik?

2. Apa dampak perubahan sosial di Pondok Pesantren Al Ishlah 1 Desa Bungah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang penelitian di atas, penelitian yang berhubungan dengan Pesantren Dan Perubahan Studi Kasus Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik, mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui perubahan yang terjadi di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik.


(17)

10

2. Mengetahui dampak yang terjadi adanya perubahan di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran secara khusus kepada peneliti dan secara umum kepada pembaca yang sekiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan referensi bagi penyempurnaan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dengan tema yang sama dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya sosiologi.

2. Secara Praktis a. Bagi Akademis

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat khususnya mahasiswa sosiologi UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Bagi Penulis

Untuk mengetahui dan menambah wawasan dan bisa lebih peka terhadap fenomena yang ada dalam masyarakat.

c. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui bagaimana perubahan yang terdapat di pondok pesantren.


(18)

11

E. Definisi Konseptual

Dalam pembahasan ini perlulah kiranya peneliti membatasi sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul, “Pesantren dan Perubahan (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik)”. Adapun definisi konsep dari penelitian ini antara lain:

1. Pesantren

Pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dalam perjalanan sejarah. Sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran dan kewajiban dakwah Islamiyah, sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da’i. lembaga ini muncul sebagai harapan bangsa Indonesia yang sudah umum diselenggarakan.

Pondok pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren. Pondok berasal dari kata Arab "fundug" yang berarti hotel atau Asrama7. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang dengan awalan "pe" dan akhiran “an" berarti tempat tinggal para santri.8 Keduanya mempunyai konotasi yang sama, yakni menunjuk pada suatu kompleks untuk kediaman dan belajar santri. Sehingga pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama

7 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta : LP3ES,1994), 18 8

M. Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, diterjemahkan oleh Butche B. Soendjojo (Jakarta : P3M, 1986), 99.


(19)

12

kepada kyai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.

Dalam pengertian istilah pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.9

2. Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

Menurut Gillin dan Gillin perubahan sosial merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan kondidi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun

9

Mastuhu, Dinamika sistem pendidikan pesantren, suatu kajian tentang unsur dan nilai sistem pendidikan pesantren, hlm. 55


(20)

13

penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Soemardjan perubahan sosial meliputi segala perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.10

Istilah perubahan sosial juga sering disebut juga dengan perubahan sosial kebudayaan, hal ini bisa terjadi karena secara umum manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang mempunyai suatu kebudayaan dan dalam perubahan sosial yang terjadi secara tidak langsung juga merubah kebudayaan yang dimiliki oleh manusia tersebut, kemudian berkembang luas ke dalam masyarakat dan akhirnya masyarakat itu juga mengalami suatu perubahan baik dari segi sosial maupun budaya. Ada beberapa tokoh yang beranggapan bahwa perubahan sosial dan perubahan budaya itu berbeda. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial yaitu tekanan kerja dalam masyarakat, keefektifan komunikasi dan perubahan lingkungan alam. Yang menyebabkan perubahan budaya adalah perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain.

Suatu perubahan yang terjadi pada masyarakat tidaklah semata-mata untuk menuju suatu kemajuan tetapi juga bisa menuju ke arah

10

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial : Prespektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm 4


(21)

14

suatu kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi terlalu cepat juga akan memberikan dampak pada masyarakat yang mana masyarakat mengalami “culture shock’’ dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Penemuan baru oleh santri yang terdapat Pondok pesantren Al Ishlah 1 Bungah Gresik maupun disekolah yang mereka tinggali mempunyai sebuah perutbahan yang mungkin mereka sadari atau tidak. Perubahan yang dimaksud disini bukan hanya unuk mengubah pola pikir kemandirian dan kedisplinan, perubahan diri menjadi yang lebih baik atau tidak. Karena mereka mempunyai cara masing-masing untuk merubah diri mereka sendiri terhadap lingkungannya.

F. Telaah Pustaka

Dalam penelitian ini. Peneliti menganggap penelitian terdahulu yang relevan sangat penting untuk dijadika rujukan, sehingga penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa peneliti yang meneliti tentang pondok pesantren, seperti skripsi oleh Kasyadi “Wajah Ganda Modernisasi di Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang Jawa Tengah”. Fokus penelitian ini adalah modernisasi Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang Jawa Tengah sebagai lembaga Islam yang masih mempertahankan tradisi pondok pesantren salaf. Meski demikian, perubahan sosial yang terjadi menyebabkan pondok pesantren ini tidak bisa lepas dari arus modernisasi.


(22)

15

Keberadaan pondok pesantren ini tidak dipungkiri akan terbawa arus modernisasi, misalnya dengan memasukkan pendidikan umum.11

Kedua skripsi oleh Umi Najikhah Fikriyati mengenai “Tradisi Pesantren

di Tengah Perubahan Sosial (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al

Munawwir Krapyak Yogyakarta)”, pada awalnya pondok pesantren Al

Munawwir merupakan salah satu lembaga pendidikan salaf yang memiliki tradisi yang mapan dan mengakar kuat,baik dari sisi sistem pengajarannya maupun dalam pemeliharaan akhlak para santrinya. Laju perubahan menyentuh segala aspek masyarakat tidak terkecuali pesantren Al Munawwir telah memaksa pesantren untuk kembali mempertanyakan kembali mengenai keberadaan tradisi yang selama ini dimilikinya akan memisahkan dunia pesantren dengan masyarakat serta mengancam eksistensi pesantren, karena untuk saat ini masyarakat lebih condong pada hal-hal yang sifatnya rasional.12

Ketiga skripsi oleh Intan Purnama Sari “SMK Alternatif Berbasis

Pesantren (Studi Tentang Upaya Memadukan Agama dan Teknologi di SMK Syubbanul Wathon)”, peneliti membahas pendidikan menjadi salah satu agen perubahan sosial, salah satunya dengan adanya pondok pesantren. Perkembangan pondok pesantren menjelma sebagai lembaga sosial yang memberikan warna khas bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. Akan tetapi,

11

Kasyadi, Wajah Ganda Modernisasi di Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang Jawa Tengah. Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008)

12

Umi Najikhah Fikriyati mengenai, Tradisi Pesantren di Tengah Perubahan Sosial (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta), Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007)


(23)

16

akhir-akhir ini banyak sekali stigma-stigma menimpa dunia pesantren bahwa pesantren iu masih tertinggal dan kolot. Anggpan ini bukan tidak beralasan melihat fungsi pesantren sebagai wadah pengembangan ajaran islam sangat penting dan dominan. Dewasa ini dengan semakin berkembangnya dunia pendidikan keberadaan pesantren juga semakin maju dan berkembang. Salah satunya Pesantren Salafiyah Asrama Perguruan Islam (API) yang terletak di Tegalrejo Magelang. Pesantren API sejak tahun 2007 telah membuka jalur pendidikan formal (sekolah) yakni SMK yang kemudian diberi nama dengan SMK Syubbanul Wathon (SW).13

Keempat skripsi oleh Narisan “Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish Madjid”, peneliti menjelaskan pemikiran dari Nurcholish Madjid terhadap sistem pendidikan pesantren di Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Nurcholish Madjid secara umum menyoroti 3 aspek dalam sistem pendidikan pesantren ini, yaitu; pertama, segi metodologi pengajaran pesantren yang masih sentralistik pada satu kekuasaan tertinggi Kiai. Kedua, segi tujuan dari pendidikan terlalu melulu mengurus akhirat sedangkan dunia selalu terabaikan, dan ketiga, adalah segi kurikulum, dimana materi pengajaran pesantren hanya berkutat di bidang agama dan moral. Modernisasi yang diusung lebih bertujuan agar pesantren yang notabene sangat kuat keagamaannya sangat cocok untuk menerapkan sistem pendidikan modern, dimana manusia liberal yang lebih mengedepankan akal

13

Intan Purnama Sari, SMK Alternatif Berbasis Pesantren (Studi Tentang Upaya Memadukan Agama dan Teknologi di SMK Syubbanul Wathon), Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014)


(24)

17

akan terimbangi dengan kuatnya segi keagaman yang didapat di pesantren. Nurcholish Madjid melihat potensi pesantren Indonesia bisa menjadi solusi bagi sistem pendidikan nasional dengan syarat harus membenahi sedikitnya 3 aspek di atas. Yaitu dengan memaknai kembali pemahaman pembaharuan pesantren, memiliki jiwa kepemimpinan yang legitimate dan mempunyai skill dalam proses perubahan dan visi pendidikan pesantren harus dipertegas dan dikembangkan.14

Dari beberapa penelitian diatas bahwa penelitian tentang “Pesantren Dan Perubahan Studi Kasus Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik” hampir sama dalam segi tetap mempertahankan pondok pesantren yang tradisional atau salaf, tetapi ada beberapa perubahan yang dialami pondok pesantren Al Ishlah mulai dari segi pendidikan, perilaku santri, dan lain-lain. Santri kurang perhatian dari pengasuhnya, pondok terlihat sangat sepi berbeda dengan dahulu. Keberadaan alat teknologi telah dapat merubah santri. Kemunculan teknologi di dorong oleh kebutuhan manusia untuk menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat.

G. Metode Penelitian

Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan.15 sedangkan definisi penelitian sosial sendiri adalah berasal dari kata “research” (bahasa

14

Narisan “Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish Madjid”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008)

15


(25)

18

inggris) berasal dari kata “reserare” (bahasa latin) yang berarti mengungkapkan. Secara etimologis, kata “research” (penelitian, riset) berasal dari kata “re” dan “to search”. Re berarti kembali dan to search berarti mencari

. jadi, secara etimologis, penelitian berarti mencari kembali. Namun makna yang terkandung dalam kata “research” jauh lebih luas dari pada sekedar mencari kembali atau mengungkapkan. Namun dari berbagai definisi yang ditawarkan, ada beberapa hal yang disepakati yaitu: penelitian adalah satu proses penyelidikan, sistematis dan metodis, penelitian sebagai solusi atas suatu masalah dan meningkatkan pengetahuan.16

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan adalah sebagai salah satu langkah dalam melakukan penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang dikaji dan dibahas dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Sehubungan dengan pendekatan yang telah digunakan peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metodologi Kualitatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistik yang mana penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.17 Menurut Bogdan dan Tylor metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian

16

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010) hal. 2 17


(26)

19

yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamatinya. 18 Sebagaimana didalam metode penelitian kualitatif itu sendiri hasil analisis datanya tidak menggunakan prosedur analisis statistik.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif adalah temuan-temuan penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk perhitungan lainnya, prosedur ini menghasilkan temuan-temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Dan menjabarkan sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu: menggunakan latar alamiah, menggunakan manusia sebagai instrumen utama, menggunakan metode kualitatif (pengamatan, wawancara, atau studi dokumen) untuk menjaring data, menganalisis data secara induktif, menganalisis data secara deskriptif untuk melakukan penggambaran secara mendalam tentang situasi atau proses yang diteliti, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi masalah penelitian berdasarkan fokus, menggunakan kriteria tersendiri (seperti triangulasi, pengecekan sejawat, uraian rinci, dan sebagainya) untuk memvalidasi data, menggunakan desain sementara (yang dapat disesuaikan dengan kenyataan di lapangan), hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama oleh informan

18

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: dalam Prespektif Rancangan Penelitian (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 22


(27)

20

yang dijadikan sebagai sumber data. Jenis kualitatif dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang diperoleh di lapangan dalam rangka untuk memahami dan memaparkan fenomena dalam kehidupan sosial.19

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di di Pondok Pesantren Al Ishlah Desa Nongko Kerep Bungah Gresik. Setelah ujian proposal sudah selesai dan disetujui untuk melanjutkan penelitian. Dan peneliti disini memakai metode penelitian kualitatif yang membutuhkan waktu yang lama untuk menggali data dari informan agar mendapatkan data yang valid. Dan penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan November-Desember 2015

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Pemilihan Subyek penelitian di sini peneliti berusaha mengambil informan yang masih ada hubungannya dengan pondok pesantren Al-Ishlah Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Yang terdiri dari pengasuh, pengurus, santri, dan alumni pondok pesantren. Dengan harapan serta pertimbangan bahwa tempat tersebut memiliki kondisi

19

Muhammad, Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), hlm.24


(28)

21

yang diharapkan peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua yaitu: a. Data Primer

Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan oleh informan yang bersangkutan. Seperti dari hasil wawancara kepada masyarakat, dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan jawaban yang tepat kepada peniliti. Adapun peneliti nantinya akan menggali informasi secara mendalam dari pondok pesantren Al Ishlah Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Adapun beberapa informan dalam penelitian ini antara lain.

1. Pengasuh pondok 2. Pengurus pondok 3. Santri

4. Alumni pondok


(29)

22

Tabel 1.1

NO Nama Usia Jabatan

1 KH. Thohawi Adin 40 tahun Pengasuh

2 Zahro 23 Ketua

3 Layyin 18 Ketua

4 Mida 17 Santri

5 Zakiyatul 16 Santri

6 Sari 16 Santri

7 Jannah 17 Santri

8 Rizka 17 Santri

9 Khamna 21 Alumni

10 Hidaya 20 Alumni

11 Heny 20 Alumni

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang berasal dari hasil dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, misalnya lokasi pondok pesantren Al Ishlah Bungah Gresik dan proses wawancara kepada masyarakat yang berhubungan dengan pondok.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tahap anatara lain: Penelitian awal yang peneliti mulai untuk pertama kalinya dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan yang akan peneliti teliti. Setelah penelitian awal dan mengetahui gambaran awal dari situasi kampus. Langkah berikutnya adalah melakukan penelitian dan menggali informasi ditempat penelitian. Sedangkan langkah yang


(30)

23

terakhir adalah penelitian lanjutan untuk menggali data lebih dalam lagi.

a. Pra lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.

2) Memilih Lapangan

Adalah tahap penemuan dilapangan. Pada tahap ini tidak dapat dipisahkan dengan penemuan, tahapan ini adalah tahapan pengumpulan data dilapangan yang landasannnya terangkat dari penemuan. Hasil pengamatan sekaligus dari tahapan penemuan selanjutnya ditindak lanjuti dan diperdalam dengan mengumpulkan data-data hasil wawancara serta pengamatan tersebut. Dengan mulai mencari dan mengumpulkan data, yang didapat dari observasi dan interview langsung kesumber data dan orang-orang yang menjadi informan dalam penelitian ini.


(31)

24

3) Mengurus Perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.

b. Tahap Lapangan

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Untuk memasuki suatu lapangan penelitian, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi subyek yang akan diteliti dilapangan.

2) Memasuki Lapangan

Dalam hal ini perlu adanya hubungan yang baik antara peneliti dengan subyek yang diteliti sehingga tidak ada batasan khusus antara peneliti dengan subyek, pada tahapan ini peneliti berusaha menjalin keakraban dengan


(32)

25

tetap menggunakan sikap dan bahasa yang baik dan sopan tetapi subyek memahami bahasa dan sikap yang digunakan oleh peneliti. Peneliti juga mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam melakukan wawancara dan pengambilan data yang lainnya dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh subyek.20

5. Teknik Pengumpulan Data

Moh. Nazir, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian

memberikan definisi mengenai pengumpulan data sebagai: “Suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan”.21

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalam proses penelitian, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Metode pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif. Observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode

20

Lexy j, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosda Karya, 2009), hlm.127-141

21


(33)

26

penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian , peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

b. Metode wawancara (interview)

Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan subjek penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan si responden. Dengan menggunakan panduan wawancara. Dalam proses wawancara ini, peneliti mengambil suasana terbuka atau tidak dalam forum resmi, dengan tujuan diharapkan subjek penelitian atau informan lebih nyaman dan mampu memberikan infromasi dengan jelas dan benar. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Dapat pula sebagai


(34)

27

proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam teknik wawancara dapat di lakukan dengan secara struktur dan tidak struktur:

1) Wawancara terstruktur ialah wawancara yang di lakukan dengan menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah di siapkan. Dengan wawancara struktur ini setiap responden di beri pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

2) Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak mengunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pencarian data dilapangan yang berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. Dengan tujuan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan. Dokumentasi berkenaan


(35)

28

dengan data-data yang berhubungan dengan lokasi penelitian, tentang morfologi desa dan data-data yang lain.22

6. Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.23 Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan miles dan huberman. Teknik –teknik data sebagai berikut:24

a. Data reduction.

Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang didapatkan dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan yakni memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema. Dalam hal ini, peneliti harus segera melakukan analisa data melalui reduksi data, ketika peneliti memeproleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada study kasus Pesantren dan Perubahan (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik).

22

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.233-234

23

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, hal. 263 24


(36)

29

b. Data display.

Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data yang diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisir data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin mudah difahami.

c. Conclusions drawing/verification.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, yakni berkaitan dengan Pesantren dan Perubahan (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik). 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian kualitatif keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas dan dependabilitas.


(37)

30

Dalam melakukan penelitian ini, untuk mencapai kredibilitas peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati. Disamping itu membangun kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan untuk mencari dan menemukan ciri-ciri serta unsur lainya yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek penelitian, yang pada


(38)

31

akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk di teliti, yaitu Pesantren dan Perubahan (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik).

c. Tringulasi Data

Tujuan trianggulasi data dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan. Trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode, artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi data dengan sumber ini antara lain dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan key informan.

Trianggulasi data dilakukan dengan cara, pertama, membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya. Kedua, membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Membandingkan data hasil wawancara pertama dengan hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata. Tetapi


(39)

32

lebih penting lagi adalah bisa mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan.25

H. Sistematika Pembahasan

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini juga menjelaskan sistematika pembahasan.

2. BAB II KERANGKA TEORITIK

Dalam bab ini, terdiri dari pembahasan kajian kepustakaan, berupa landasan teoretik yang berkaitan dengan Pesantren dan Perubahan (Studi Kasus Pondok Pesantren AL Ishlah Bungah Gresik), sebagai fenomena adanya perubahan di Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik.

3. BAB III PESANTREN DAN PERUBAHAN (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL ISHLAH BUNGAH GRESIK)

Dalam bab ini penyajian data di bagi menjadi tiga bagian yaitu:

25


(40)

33

A. Deskripsi umum objek penelitian

Dalam bagian ini objek penelitian harus dipaparkan, peneliti akan memberikan gambaran tentang berbagai hal misalnya, letak Geografis Pondok Pesantren AL Ishlah Bungah Gresik.

B. Bentuk Perubahan Pondok Pesantren AL Ishlah Bungah Gresik Dalam bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian dan menjawab dari rumusan masalah yang mana mendeskripsikan penelitian yang ditemukan di lapangan tentang bentuk perubahan yang di dasarkan atas hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan menguraikan beberapa temuan data yang relevan dengan teori yang telah ada.

C. Dampak Adanya Perubahan Pondok Pesantren AL Ishlah Bungah Gresik

Dalam bagian ini di paparkan mengenai menyajikan keseluruhan data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yang mana mendeskripsikan penelitian yang ditemukan di lapangan tentang latar belakang terjadinya perubahan perilaku keagamaan yang di dasarkan atas hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan menguraikan beberapa temuan data yang relevan dengan teori yang telah ada.


(41)

34

4. BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran dari setiap permasalahan dalam penelitian. Selain itu, dalam penutup juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta peneliti juga memberikan rekomendasi kepada para pembaca laporan penelitian ini.


(42)

35

BAB II

TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS

A. AGIL

Suatu fungsi adalah “suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu”. Menggunakan difinisi tersebut, parsons percaya bahwa ada empat imperatif yang perlu pada semua sistem Adaptation (A) (Adaptasi), Goal Attainment (G) (Pencapaian Tujuan), Integration (I) (Integrasi), dan Latency (L) (Latensi), atau pemeliharaan pola. Agar dapat bertahan, suatu sistem harus melaksanakan keempat fungsi tersebut.

a. Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Artinya sebuah sistem yang ada pada masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan tersebut dengan kebutuhannya.

b. Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Artinya sebuah sistem sosial yang ada dalam masyarakat akan tetap langgeng selama pencapaian tujuan dari sistem sosial tersebut masih dapat terdefinisikan oleh anggota masyarakatnya. c. Integrasi pola nilai di dalam sistem adalah proses sosialisasi dan internalisasi

yang kemudian menjadi bagian dari kedaran actor mengabdi pada kepentingan sistem sebagai satu kesatuan.


(43)

36

d. Latency (Pemeliharaan pola) maksudnya sistem tersebut mungkin tetap survive jika sistem itu mampu memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki dirinya baik berupa motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Parsons menjelaskan konsep AGIL-nya melalui sistem struktur tindakan yang meliputi organisme perilaku, sistem sosial, sistem kultural dan sistem kepribadian. Organisme perilaku merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan cara beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan dan juga mengubah lingkungan eksternalnya. Sementara sistem kepribadian berfungsi untuk melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumberdaya untuk mencapainya. Kemudian sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Terakhir sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan cara menyediakan seperangkat nilai dan norma yang memotivasi aktor untuk bertindak.1 Desain skema AGIL parsons di gunakan semua tingkat dalam sistem teorinya. Dalam bahasa tentang empat sistem tindakan parsons menggunakan skema AGIL.

Sistem Tindakan

Adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal. Parsons

1

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, terjemahan Alimandan, Jakarta : Kencana Prana Media Group, 2012, hal. 121


(44)

37

menemukan jawabannya bagi maslah ketertiban di dalam fungsionalisme struktural, yang menurutnya bekerja sama sekumpulan asumsi berikut:

1. Sistem memiliki keteraturan dan bagian-bagian yang tergantung.

2. Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.

3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan teratur.

4. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian lain.

5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

6. Alokasi integrasi merupakan proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.

7. Sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam.

Sistem Sosial

Menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponenya. Parsons tertarik pada cara-cara pemindahan norma-norma dan nilai-nilai suatu sistem kepada para actor di dalam sistem itu. Dalam proses sosialisasi yang berhasil, norma-norma dan nilai-nilai itu diinternalisasi


(45)

38

yakni: norma-norma san nilai-nilai itu menjadi bagian dari “suara hati” para actor. Akibatnya di dalam mengejar kepentingan-kepentingannya sendiri, para actor sebenarnya melayani kepentingan-kepentingan sistem sebagai suatu keseluruhan.

Pada umumnya, Parsons berasumsi bahwa para aktor biasanya adalah penerima pasif di dalam proses sosialisasi. Anak-anak mempelajari bukan hanya cara bertindak, tetapi juga norma-norma dan nilai-nilai, moralitas, masyarakat. Dia melihat sosialisasi sebagai pengalaman seumur hidup. Oleh karena itu, norma-norma dan nilai-nilai yang ditanamkan kepada anak-anak cenderung sangat umum, mereka tidak mempersiapkan anak-anak untuk berbagai situasi spesifik yang mereka hadapi di masa dewasa. Oleh karena itu, sosialisasi harus dilengkapi di seluruh siklus kehidupan dengan serangkaian pengalaman bersosialisasi yang lebih spesifik. Meskipun dibutuhkan belakangan di dalam kehidupan, norma-norma dan nilai-nilai yang di pelajari di masa kanak-kanak cenderung stabil dan dengan sedikit penguatan yang lembut, cenderung tetap berlaku seumur hidup. Sejumlah mekanisme pengendalian sosial, dapat digunakan untuk menghasilkan penyesuaian. Akan tetapi, pengendalian sosial secara ketat adalah garis pertahanan yang kedua. Oleh karena itu suatu sistem berjalan dengan baik bila pengendalian sosial digunakan dengan cara yang hemat.


(46)

39

Sistem Budaya

Melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotifasi mereka untuk bertindak. Di dalam sistem sosial kebudayaan terwujud dalam norma-norma dan nilai-nilai dan di dalam sistem kepribadian kebudayaan diinternalisasi oleh sang aktor. Akan tetapi, sistem budaya bukan hanya satu bagian dari sistem-sistem lainnya, ia juga mempunyai suatu eksistensi terpisah berupa persediaan sosial pengetahuan, simbol-simbol, dan ide-ide.

Sistem Kepribadian

Melaksanakan fungsi pencapain tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan mobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. Kepribadian didefinisikan sebagai sistem orientasi dan motivasi tindakan aktor individual yang terorganisasi. Komponen dasar kepribadian adalah “watak yang dibutuhkan”.

Sistem kepribadian dalam pandangan Parson erat kaitannya dengan personalitas yang komponen dasarnya ialah “disposisi kebutuhan”. Disposisi kebutuhan merupakan dorongan hati yang dibentuk oleh lingkungan sosial.2 Disposisi kebutuhan memaksa aktor menerima atau menolak objek yang tersedia dalam lingkungan atau mencari objek baru bila objek yang tersedia tidak

2

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, terjemahan Alimandan, Jakarta: Kencana Prana Media Group, 2012, hal. 131


(47)

40

dapat memuaskan disposisi kebutuhan secara memadai. Anggapan tersebut menimbulkan citra aktor yang sangat pasif dimana tindakan yang dilakukan oleh mereka dipaksa oleh dorongan hati yang didominasi oleh kultur.

Parson melihat sistem sosial sebagai sebuah interaksi, namun ia menggunakan status dan peran sebagai unit fundamental dalam studi sistem sosialnya. Status mengacu terhadap suatu posisi struktural aktor dalam sistem sosial. Sementara peran merupakan apa yang harus dilakukan oleh aktor dalam posisi tersebut. Aktor tidak dilihat dari sudut pikiran dan tindakan, tetapi dilihat dari beberapa status dan peran yang dimilikinya. Disamping itu, ia juga memusatkan perhatian pada komponen sistem sosial berskala luas seperti kolektivitas, nilai dan norma. Perbedaan individual tidak akan menjadi problem dalam sistem sosial, jika sistem sosial tersebut memberikan toleransi penyimpangan-penyimpangan tertentu, kemudian adanya pengendalian sosial serta adanya ruang yang memungkinkan adanya perbedaan kepribadian.

B. Perubahan Sosial

Masyarakat adalah obyek kajian utama dalam sosiologi. Setiap masyarakat selama hidup tidak akan terus menerus bersifat statis, tetapi dinamis, mengalami perubahan dengan berbagai faktor yang mendorong maupun yang menghambat proses perubahan tersebut. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi,


(48)

41

susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya.3

Setiap masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan baik itu yang berdampak luas atau sempit serta ada juga perubahan yang berjalan cepat dan lambat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat bisa mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembagan kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, serta interaksi sosial. Banyak penyebab perubahan dalam masyarakat yaitu ilmu pengetahuan (mental manusia) kemajuan teknologi serta penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi, perubahan atau peningkatan harapan dan tuntunan manusisa semua ini mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap masyarakat yaitu perubahan masyarakat melalui kejutan dan karenanya terjadilah perubahan masyarakat. Perubahan sosial sendiri mempunyai beberapa bentuk di antaranya:

1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan yang lambat biasa disebut evolusi, perubahan ini memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini terjadi karena usaha-usaha masyarkat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang baru. Perubahan cepat atau revolusi, perubahan ini menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat dan terjadinya dapat direncanakn terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran

3


(49)

42

kecepatannya perubahan ini bersifat relatif, karena dapat menekan waktu lama.

2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Batas-batas perubahan ini relatif, perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Sebaliknya perubahan yang terjadi pada masyarakat agraris menjadi masyarakat industrialisasi misalnya, itu adalah perubahan besar karena berpengaruh pada masyarakat.

3. Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang terjadi tanpa kehendak serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.

Perubahan dari aspek sosial merupakan suatu proses perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang meliputi, aspek kehidupan sosial, interaksi sosial, status sosial dan tindakan sosial lainnya. Perubahan kendatinya terjadi karena adanya perubahan sikap dan perasaan bahwa ingin merubah struktur yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.


(50)

43

Dalam kehidupan masyarakat manusia, ada pandangan segolongan atau sekelompok yang mempunyai rasa membangun di mana selalu menginginkan adanya kemajuan-kemajuan dan perombakan-perombakan sesuai dengan tuntutan zaman. Di samping itu pula, didukung oleh pandangan segolongan masyarakat yang bersifat optimis yang mempunyai keyakinan bahwa besok di kemudian hari ada kehidupan yang lebih cerah, sehingga didorong oleh rasa kejiwaan faham optimis tersebut mereka selalu berhati-hati dalam membawa arus masyarakat cenderung untuk maju dan berubah. Seperti penjelasan singkat oleh Samuel Koenig yang menyebutkan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab internal maupun eksternal. Perubahan sosial melibatkan tiga dimensi waktu, yaitu: dulu, sekarang, dan masa depan. Ketiga dimensi waktu ini merupakan kunci untuk mengamati jalannya perubahan sebuah masyarakat.

Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi perubahan adalah normal, wajar. Pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pola perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. Dapat dilihat bahwa bangsa-bangsa dan masyarakat selalu terjadi perubahan-perubahan besar, antara lain misalnya:4

4


(51)

44

Tabel 2.1

Sebelum Perubahan Sesudah Perubahan

Buah-buahan dan tumbuhan liar dikumpulkan.

Padi, jagung, ketela pohon ditanam. Ikan ditangkap dengan tangan. Ikan ditangkap dengan jala dan kail. Binatang-binatang buas diburu. Binatang-binatang dipelihara. Manusia hidup di dalam gua-gua. Manusia tinggal dirumah.

Dari pulau ke pulau dengan sampan. Dari pulau ke pulau dengan perahu layar dan kapal-kapal bermotor.

Tanah dikerjakan dengan cangkul Tanah dikerjakan dengan bajak dan traktor.

Pabrik-pabrik menggunakan peralatan sederhana.

Pabrik-pabrik menggunakan mesin-mesin.

Pemujaan kepada dewa-dewa. Kepercayaan pada satu Tuhan. Suku bangsa sebagai kesatuan politis

yang tertinggi.

Negara sebagai kesatuan politis yang tertinggi.

Pendidikan yang sederhana, hanya terdiri atas satu macam sistem sekolah.

Sistem pendidikan yang luas dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Perubahan-perubahan yang besar dalam masyarakat terjadi di semua bidang kehidupan yang di bidang-bidang ekonomi, politik, bahasa, kesenian, hiburan , adat dan lain-lain. dalam beberapa abad tertentu, perubahan-perubahan ini terjadi dengan sangat lambat sehingga tidak terasa oleh manusia, oleh karenanya orang lalu berpendapat, bahwa “waktu tetap tenang” dan “semua berlangsung seperti biasa, seperti sekarang”.

Perubahan sosial dapat juga terjadi oleh karena suatu masyarakat mempunyai hubungan dengan masyarakat lainnya, seperti seorang tokoh masyarakat dari luar pulau Jawa tinggal selama beberapa tahun di pulau Jawa dan kemudian pulang ke desanya atau beberapa tahun tinggal di daerah yang jauh dari tempat tinggalnya untuk melaksanakan tugas dan sekolah.


(52)

45

pikiran dan informasi-informasi yang dibawa pulang, dapat mengubah ekonomi, adat dan cara berfikir orang. Biasanya masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat yang lebih maju.

Lebih lanjut, apakah terjadinya perubahan sosial itu selalu menguntungkan? Tidak selalu. Masyarakat harus mampu memilih secara kritis dan menilai apa yang harus diubah demi kemajuan, dan apa yang harus dipertahankan, supaya tidak timbul suatu pengaruh yang merugikan. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum, bahwa pengetahuan dan teknologi modern, etika modern, dan lain-lain kesemuanya sangat berguna bagi manusia. Hanya ada satu jalan untuk semua masyarakat di dunia, yaitu: “terjadi perubahan untuk kemajuan”. Dengan perkataan lainnya, harus menciptakan manusia baru, yang mampu menguasai kemungkinan teknis yang luas, yang tidak bingung dalam proses terjadinya perubahan sosial, tetapi memahami dan mampu mengurus terjadinya proses perubahan sosial itu.

Gagasan Parsons yang berkaitan dengan studi perubahan sosial dapat dianalogikan dengan pemikiran Tonnies mengenai konsep gameinschaft dan gessellschaft. Berkaitan dengan studi ini, Parsons menjelaskan adanya dua kategori tindakan individu dalam sistem sosial. Parsons menyebutkan the pattern variables, yang meliputi lima kategori. Apabila kelima variable tersebut di silangkan dengan konsep gameinschaft dan gesellschaft versi Tonnies, makan


(53)

46

hubungan konsep Tonies dan Parsons tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.5

Gambar 2.2 perubahan tipe tindakan individu dalam sistem sosial

Pertama, Affective dan Affective neutrality (afektif dan netralitas afektif). Individu dalam sebuah hubungan sosial dapat bertindak atas dasar pemenuhan kebutuhan afeksi atau kebutuhan emosional atau bertindak tanpa unsur afeksi. Tindakan yang didasarkan pada faktor afeksi misalnya hubungan antar anggota keluarga, sedangkan hubungan antara penjual didasarkan pada faktor afeksi misalnya adalah hubungan antara penjual dan pembeli.

Kedua, Self orientation dan Collective orientation. Pada tindakan individu yang bersifat Self orientation, individu bertindak hanya untuk kebutuhan pribadi. Pada

Collective orientation, individu bertindak atas dasar kebutuhan atau kepentingan kelompok.

5

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012, hlm 51

Gemenschaft Gesellschaft

Sifat:

1. Affective

2. Collective orientation

3. Particularism 4. Quality 5. Diffuse

Sifat:

1. Affective neutrality 2. Self orientation 3. Universalism 4. Performance 5. Specifity


(54)

47

Ketiga, Universalism dan Particularism. Hubungan yang bersifat

Universalism, perilaku individu saling berhubungan menurut kriteria yang dapat diterapkan pada semua orang, sedangkan pada hubungan yang bersifat Particularism, perilaku individu didasarkan pada ukuran-ukuran tertentu.

Keempat, Quality dan Performance. Variabel Quality mengacu pada konsep ascribed status, yaitu status yang didasarkan atas kelahiran. Contohnya adalah seorang yang kaya hanya mau berhubungan dengan sesame orang kaya. Variabel Performance menunjuk pada perilaku individu yang didasarkan atas prestasi yang telah diraih. Contohnya adalah terbentuknya kelompok persahabatan yang di dasarkan atas rasa suka atau tidak suka atas anggota kelompok tersebut.

Kelima, specifity dan diffusness. Pada hubungan yang specifity, individu berhubungan dalam situasi yang terbatas, sedangkan pada hubungan yang bersifat

diffusness, setiap individu dapat terlibat dalam proses interaksi.6

Teori diatas sangat relevan dengan pembahasan skripsi ini, empat fungsi AGIL merupakan fungsi imperative atau prasyarat berlangsungnya sistem sosial. jadi pada intinya pondok pesantren Al Ishlah 1 dapat melaksanakan empat sistem perubahan sosial tersebut berdasarkan pola-pola pada santri yang bertempat tinggal di pondok. Terdapat dua pokok penting yang termasuk dalam kebutuhan adalah, pertama yang berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya. Kedua, yang

6


(55)

48

berhubungan dengan sistem sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan tersebut.


(56)

49

BAB III

PERUBAHAN DI PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH 1 BUNGAH GRESIK

A. Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik

1. Letak Geografis

Pondok Pesantren Al-Ishlah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik memiliki dua pondok yang cukup strategis. Pondok yang pertama terletak di jalan Masjid Jami’ Rt 14 Rw 05 Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik 61152. Lokasi pondok pesantren Al-Ishlah ini strategis dan ideal sebagai sarana belajar mengajar, karena mudah dijangkau. Di sekitar pondok tersebut terdapat sekolah dari mulai Sekolah Dasar MI Assa’adah, MTS Assa’adah II, , MA Assa’adah, SMA Assa’adah, MAN Gresik, Pondok Pesantren Qomaruddin, dan lain-lain.

Pondok Pesantren Al-Ishlah yang pertama merupakan pesantren yang satu lingkup dengan lingkungan masyarakat. Selanjutnya Pondok kedua terletak di jalan Keramat Makam Santri No. 1 Bungah Gresik 61152. Lokasinya sukup strategis dekat jalan raya tempat lalu lalang kendaraan.

Pondok dua masih sangat asri dan banyak pohon rindang. Dekat dengan wisata Bukit jamur yang terdapat di Bungah. Dekat dengan SMP dan MA Al Ishlah, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Jauh


(57)

50

dari lingkungan masyarakat. Tanah yang ditempati pun cukup luas. Dekat dengan jalan raya tempat kendaraan bermotor berlalu lalang. Makam islam dekat juga dengan pondok, salah satunya makan Almarhum Kyai Maimun dan Nyai Hawa dimakamkan tepat disebelah kiri pondok pesantren putri Al Ishlah Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.1

2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik

Pondok pesantren Al Ishlah adalah salah satu pondok yang terdapat di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Pondok tertua yang berada di desa Bungah. Pendiri pondok pesantren Al Ishlah yaitu KH. Ahmad Maimun Adnan. Beliau lahir pada tanggal 22 Juli 1933, yang bertepatan dengan tanggal 12 Dzulhijjah 1352 di Desa Tanggungan Baureno Bojonegoro. Dari hasil pernikahan KH. Adnan dan istri ke tiganya Nyai Rabi’ah. Pasca Ahmad Maimun lahir, proses pengasuhan hanya dilakukan oleh Nyai Robi’ah sendiri. Seperti halnya anak balita pada masanya, Ahmad Maimun di besarkan dalam lingkungan yang normal. Tidak ada perlakuan khusus dari orang tuanya, hal itu juga disebabkan jumlah saudaranya yang sangat banyak. Sehingga orang tuanya tidak bisa memberi perlakuan khusus kepada salah satu anaknya.

Sejak masih kecil, Ahmad Maimun Adnan sangat disayang sekali oleh ayahnya. Tidak jarang sekali permintaan selalu dikabulkan oleh

1


(58)

51

ayahnya selama itu tidak melanggar syari’at agama. Dalam usianya sekitar 8 tahun, Ahmad Maimun sudah disuruh ayahnya belajar (menghafai) shorof sambil angon kerbau. Sejak kecil beliau sangat suka merawat hewan dan bercocok tanam, salah satunya jeruk nipis dan melati. Sehingga ketika beliau mondok ke Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, beliau biasanya membawa jeruk nipis dan melati sebagai ongkos tambangan perahu.

Namun setelah menginjak 9 tahun, kedua orang tuanya mulai membatasi pergaulannya. Hal itu dilakukan mengingat lingkungan sosial budaya masyarakat Tanggungan sangat terpengaruh dengan dunia kemaksiatan. Dalam usia ke 13 tahun, Ahmad Maimun harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya meninggal dunia. Beliau menjadi anak yatim dan harus ikut berjuang bersama ibunya membesarkan adik-adiknya. Sepeninggal ayahnya tahun 1946. Ahmad Maimun kecil harus dihadapkan pada kenyataan bahwa di satu sisi dia harus membantu ibunya untuk membesarkan adik-adiknya, sisi lain harus memenuhi amanat ayahnya untuk memperdalam ilmu agama. Sebelum beliau pergi menimba ilmu di Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban, pernah suatu ketika mendapatkan nasehat dari ibunya.

“Nak, bapak sampyan tidak mewariskan harta, hanya buku-buku inilah ditinggalkan bapakmu. Lalu, jika kamu tidak membaca, lalu siapa yang akan membaca?”2

2

FOKALISH, KH. Ahmad Maimun Adnan: Biografi Pendiri Pondok Pesantren Al-Ishlah Bungah Gresik, Gresik, Maret 2015, hal 13


(59)

52

Nasehat itu yang menjadi pelecut beliau unruk belajar ilmu agama ke Langitan dengan penuh semangat dan perjuangan yang luar biasa. Selama Ahmad Maimun belajar di Pondok Pesantren Langitan, beliau menjalaninya dengan pulang pergi dan berjalan kaki setiap hari, padahal jarak antaraDesa Tanggungan dengan Pondok Langitan adalah kurang lebih 9 km.

Bermula dari keinginan beberapa orang/santri untuk menimba ilmu keagamaan, berguru dan mengaji kitab kuning (at-Turaath al-Islamy) kepada KH. Ahmad Maimun Adnan secara sorogan dengan sistem halaqah secara sederhana. Pengajian halaqah ini kemudian terus berkembang dari tahun ke tahun, begitu juga dengan jumlah santri yang mengaji. Semakin banyak santri yang menetap atau mondok dan mengaji di tempat KH. Ahmad Maimun Adnan, semakin tidak memadai tempat tinggal atau asrama pondokan untuk para santri.

Dengan semangat menuntut ilmu keagamaan dalam rangka

Tafaqquh fi ad-Diin dan semangat berkorban dan berjuang Li i’laa i

Kalimatillah meninggikan kalimah Allah (swt), maka atas inisiatif para santri, mereka mendirikan gubuk-gubuk sederhana atau pondokan sederhana di sekitar rumah KH. Ahmad Maimun Adnan supaya dapat menetap dan mondok serta menimba ilmu keagamaan dari sang Kyai. Melihat perkembangan pengajian halaqah yang sedemikan rupa, para santri berinisiatif untuk mengadakan musyawarah diantara mereka, yang


(1)

79

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Hasil akhir dari penelitian Pesantren dan Perubahan (Studi Kasus

Pondok Pesantren Al Ishlah Bungah Gresik), dapat di simpulkan sebagai

berikut:

1. Bentuk perubahan sosial yang terjadi di pondok pesantren Al Ishlah

pertama adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh santri berbeda

setelah ditinggal wafat oleh Kyai. Perhatian terhadap santri dan

pondok berkurang, santri sekarang telah merasakan ada celah

kebebasan pada diri mereka masing-masing. Rasa hormat pada kyai

masih ada, tetapi ke tawadhuan terhadap kyai sedikit berkurang.

Karena kurangnya perhatian itulah yang menyebabkan keadaan santri

menjadi seperti itu. Dalam segi budaya, sudah Nampak bahwa

teknologi yang telah dibawa kepondok sudah mempengaruhi para

santri. Dengan diperbolehkannya santri membawa alat teknologi,

perhatian santri bertambah dengan adanya alat teknologi. Kemudahan

yang mereka dapatkan dari alat tersebut telah membuat keadaan


(2)

80

2. Dampak yang terjadinya perubahan di pondok pesantren Al Ishlah

lebih menonjol pada pondok yang pertama. Dampaknya terdiri dari

dua bagian, dampak positif dan dampak negative. Dampak positifnya

pada santri bisa belajar lebih banyak tentang teknologi secara lebih

luas. Dan ilmu pengetahuan semakin bertambah. Sedangkan dampak

negatifnya dapat berpengaruh terhadap santri. Tingkat kesopanan

santri terhadap keluarga ndalem menurun, tidak seperti dahulu.

Sekarang santri menganggap mereka adalah sama seperti mereka,

masih berjiwa muda. Mangkanya mereka mudah akrab terhadap

gus-gus keluarga ndalem. Sekarang ini santri lebih modern, dahulu masih

sering menggunakan sarung. Sekarang santri lebih banyak

menggunakan rok. Santri yang identik dengan kesederhanaan sedikit

demi sedikit mengubah pola pikir dan pola dalam hal berbusana. Tidak

ingin terlihat kuno akhirnya mereka melakukan beberapa hal dengan

melihat teknologi yang sudah mereka pahami.

B. Saran

Setelah penulis mengetahui kejadian-kejadian ataupun

permasalahan-permasalahan yang terjadi dan setelah penulis mengetahui

hasil akhir dari penelitian ini, maka saran-saran yang penulis berikan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi para santri di pondok pesantren Al Ishlah 1 Bungah


(3)

81

pesantren. Jika ada kebijakakan dari pengasuh, mohon dicerna

dengan baik dan dipilah mana yang baik dan yang buruk.

2. Bagi pengasuh sebaiknya kedua pondok diperhatikan dengan

lebih baik lagi. Agar masyarakat masih menganggap pondok

pesantren Al Ishlah selalu menjadi panutan untuk masyarakat.

3. Bagi fakultas, supaya meningkatkan keilmuan di bidang

sosiologi dan supaya sering mengadakan kerjasama dengan

masyarakat luar yang melibatkan mahasiswa, supaya dapat

mengembangkan serta mengamalkan ilmu pengetahuan di

bidang sosiologi.

4. Bagi peneliti sejenis kiranya dengan adanya hasil penelitian ini

dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi yang akan

melengkapi karya atau hasil penelitian selanjutnya demi


(4)

82

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd, Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2006

Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Pustaka jaya, 2002

George Ritzer, Edisi Terbaru Teori Sosiologi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2011

H.M. Sulthon, Manajemen Pondok Pesantren dalam Prespektif Global. Yogyakarta:

LaksBang PRESSindo, 2006

Intan Purnama Sari, SMK Alternatif Berbasis Pesantren (Studi Tentang Upaya

Memadukan Agama dan Teknologi di SMK Syubbanul Wathon), Skripsi,

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga

Kasyadi, Wajah Ganda Modernisasi di Pondok Pesantren Darussalam Watucongol

Muntilan Magelang Jawa Tengah. Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2008

Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


(5)

83

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial: Prespektif Klasik, Modern, Postmodern,

dan Poskolonial, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2012

Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode penelitian survai, Jakarta: Pustaka: LP3es,

2006

Nafi’, Dian Dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta : PT L-kis Pelangi Aksara, 2007

Narisan “Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish Madjid”, Skripsi Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008

Nazir Moh, MetodePenelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999

Ranjabar, Jacobus, Perubahan Sosial, Bandung: ALFABETA, 2015

Ritzer, George Teori Sosiologi Modern, terjemahan Alimandan, Jakarta: Kencana Prana Media Group, 2012

Saridjo, Marwan, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Penerbit Dharma

Bhakti, 1992

Saridjo, Marwan, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta:Penerbit Dharma

Bhakti, 1992

Soekanto Sorjono, Pengantar Sosiologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003

Ulber Silalahi, Metode Peneletian Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2010

Umi Najikhah Fikriyati mengenai, Tradisi Pesantren di Tengah Perubahan Sosial

(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta),

Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan


(6)

84

Wahid, Abdurrahman, Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta:LP3ES, 2009

Yasma, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Majid terhadap Pendidikan Islam

Tradisional, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.