KEEFEKTIFAN MEDIA TAYANGAN ANAK-ANAK BOCAH PETUALANG TRANS7 DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI.
Yessy Meirliane, 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………... i
UCAPAN TERIMA KASIH………... ii
ABSTRAK……… iv
DAFTAR ISI……… v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ………... 1
1.2 Masalah Penelitian………... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah………... 4
1.2.2 Rumusan Masalah………... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 5
1.3.1 Tujuan Penelitian………... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian………... 6
1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian……… 6
1.4.1 Anggapan Dasar……… 6
1.4.2 Hipotesis Penelitian………... 7
1.5 Definisi Operasional………. 7
BAB 2 TEORI LANDASAN 2.1 Media Pembelajaran.……… 9
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran………... 9
2.1.2 Fungsi Media……….. 10
2.1.3 Manfaat MediadalamPembelajaran………... 11
(2)
Yessy Meirliane, 2012
2.1.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemilihan Media…... 13
2.2 Tayangan Media Tayangan Anak-anak “Bocah Petualang” Trans7 sebagai Media Pembelajaran………... 14
2.3 Pembelajaran Menulis Puisi……….. 19
2.3.1 Pengertian Menulis………... 19
2.3.2 Manfaat Menulis………... 21
2.4 Menulis Puisi………. 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………. 26
3.2 Sumber Data………. 27
3.2.1 Populasi………. 27
3.2.2 Sampel………...27
3.3 Instrumen Penelitian………. 28
3.3.1 Instrumen Pembelajaran………28
3.3.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 30
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data………... 41
3.4 Teknik Penelitian……….. 42
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data……… 42
3.4.2 Teknik Pengolahan Data………... 42
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deksripsi Proses Penelitian………... 47
4.2 DeskripsidanAnalisisHasilPenelitian……… 49
(3)
Yessy Meirliane, 2012
4.2.2 Deskripsi Analisis Data Pascates………. 58
4.2.3 Analisis HasilPenelitian………... 66
4.2.3.1 Data danPenskoran……… 66
4.2.3.2 Analisis Uji Reliabilitas Antarpenimbang…………. 68
4.2.3.2.1 UjiReliabilitasAntarpenimbang Data Prates……….. 69
4.2.3.2.2UjiReliabilitasAntarpenimbang Data Pascates……….………. 72
4.3 Pengolahan Data………... 75
4.3.1 Uji Normalitas Data Prates……….. 75
4.3.2 Uji Normalitas Data Pascates………78
4.4 UjiHipotesis………. 81
4.5 PembahasanTerhadapHasilPenelitian……… 84
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……….. 86
5.2 Saran………. 87
(4)
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Indonesia sebagai negara berkembang menuntut masyarakatnya untuk memiliki wawasan yang luas. Wawasan ini dapat diketahui salah satunya dari kemampuan menulis dan membaca. Oleh karena itu, sebagai salah satu bagian dari keterampilan berbahasa, menulis sangat penting untuk dikuasai. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah pun, siswa diharapkan dapat menguasai ragam keterampilan menulis yang tercakup dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Namun, menulis menjadi salah satu hal yang sulit dilakukan oleh siswa. Ini merupakan permasalah yang harus dituntaskan. Keterampilan menulis siswa yang rendah dapat dilihat dari beberapa hal, di antaranya penggunaan bahasa yang kurang baik dan benar, kalimat yang kurang efektif, tulisan yang tidak sistematis, dan pemilihan diksi yang kurang tepat.
Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, kemampuan membaca dan menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan ini harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh (Akhardiah dkk, 1996:iii). Oleh karena itu, menulis harus dikembangkan secara berkala dan sistematis agar dapat mencapai hasil yang memuaskan. Bagaimanapun juga, kemampuan menulis merupakan sebuah proses dan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang besar dalam proses tersebut.
(5)
Berdasarkan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs kelas VIII semester 2, pembelajaran menulis kreatif puisi merupakan salah satu dari ragam menulis siswa yang harus dilaksanakan.
Puisi yang termasuk dalam genre sastra juga ternyata kurang diminati oleh siswa. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh kurang maksimalnya apresiasi yang diberikan oleh guru terkait sastra, khususnya puisi. Selain itu motivasi siswa dan guru juga terbilang rendah. Padahal puisi ini merupakan karya sastra yang unik karena lekat dengan kehidupan sehari-hari.
Akhardiah dkk (1996:181) menyebutkan bahwa puisi dicipta dalam nuansa perasaan yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat dan mengungkapkan diri sendiri. Peristiwa yang intens itu atau yang sangat menyentuh dapat menggugah seseorang dalam menciptakan puisi. Dengan puisi juga kita dapat menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang penuh keindahan dan bermakna.
Terkait dengan hal tersebut, pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran menulis dapat memotivasi minat dan kemampuan siswa untuk menulis puisi. Faturrohman dan Sobry (2010:65) menyebutkan bahwa media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakilkan kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Namun tentu saja media ini harus disesuaikan dengan esensi pembelajaran.
(6)
Karena jika tidak, media itu sendiri malah akan menjadikan hambatan bagi pembelajaran bukan sebagai alat bantu.
Penelitian yang sejenis dilakukan oleh Meilawati dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan Televisi Pada Siswa Kelas X SMA Negri 2 Bandung (tahun ajaran 2008/2009) dan penelitian yang dilakukan Rina Fitrianti dengan judul Keefektifan Media Tayangan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi pada Siswa kelas X SMAN 2 Kota Sukabumi (tahun ajaran 2009/2010). Hasil penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa media tayangan di televisi memberikan motivasi lebih bagi siswa dalam menulis. Tayangan televisi memang bukan hal yang asing lagi bagi siswa, dengan arahan yang baik maka tayangan televisi dapat dijadikan media pembelajaran yang tepat.
Pada penelitian sebelumnya, media tayangan televisi yang digunakan adalah iklan layanan masyarakat. Tayangan iklan layanan masyarakat digunakan sebagai media dalam menulis paragraf persuasi. Kali ini penulis mengambil tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Tayangan anak dirasa masih sesuai dengan usia rata-rata siswa yaitu 14 tahun. Dalam tayangan tersebut penulis sering menemukan keindahan alam serta kejadian-kejadin menarik yang sangat mungkin bila diekspresikan kembali dalam bentuk puisi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka maksud dalam penelitian ini yaitu menguji hipotesis yang telah ditetapkan bahwa tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” efektif digunakan dalam pembelajaran menulis kreatif
(7)
1.2 Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah
Penulis melakukan identifikasi masalah, yaitu rendahnya keterampilan menulis siswa. Hal ini disebabkan intensitas latihan menulis yang kurang. Padahal menulis merupakan suatu proses yang membutuhkan latihan. Terkait dengan media, pemilihan media pembelajaran menulis yang tepat dapat memotivasi minat dan kemampuan siswa untuk menulis. Namun penggunaan media pembelajaran masih jarang dimanfaatkan oleh guru.
1.2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2 dalam menulis puisi sebelum menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7?
2. Bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2 dalam menulis puisi sesudah menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis paragraf argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7?
(8)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mengetahui kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2
dalam menulis puisi sebelum menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7;
2) mengetahui kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2 dalam menulis puisi sesudah menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7;
3) mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum dan setelah menggunakan media tayangan tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut. 1) Manfaat secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan teori media pembelajaran dan dapat mengembangkan pengunaan media tayangan anak-anak dalam proses pembelajaran menulis, khususnya puisi.
(9)
2) Manfaat secara praktis a) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berarti bagi peneliti sebagai calon pendidik. Selain itu melatih penulis menemukan dan menerapkan media yang inovatif dalam pembelajaran
b) Bagi Guru
Dapat menambah referensi bagi guru dalam penggunaan media untuk pembelajaran menulis, khususnya menulis paragraf puisi. Hal ini sebagai upaya peningkatan kualitas pengajaran bagi guru.
c) Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga diharapkan adanya peningkatkan dalam kemampuan menulis, khususnya paragraf puisi.
d) Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap penggunaan media audiovisual berupa tayangan anak-anak di televisi dalam pembelajaran menulis puisi.
(10)
1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis 1.4.1 Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Keterampilan menulis merupakan suatu proses yang membutuhkan latihan.
2) Salah satu ragam keterampilan menulis yang harus dilaksanakan dalam Kompetensi Dasar pada siswa SMP/MTs kelas VIII semester 2 adalah menulis puisi.
3) Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pengalaman belajar yang bermakna siswa.
4) Media tayangan kanak-kanak di televisi merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.
1.4.2 Hipotesis
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini yaitu H0 atau
hipotesis nol ditolak dan H1 atau hipotesis kerja diterima. Artinya ada
perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dengan kemampuan siswa menulis puisi tanpa menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 efektif digunakan dalam pembelajaran
(11)
1.5 Definisi Operasional
Istilah-istilah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut.
1.5.1 Pembelajaran Menulis Puisi adalah proses menjadikan pembelajar atau siswa untuk dapat menulis puisi sesuai unsur-unsur puisi.
1.5.2 Media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 merupakan bagian dari media audio visual. Tayangan tersebut berisi informasi mengenai keindahan alam dan budaya Indonesia yang dinaratori oleh anak bernama Si Bolang.
(12)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen kuasi.
Penelitian ini menggunakan desain “pretest-pascatest one group design” pada
kelas yang disebut sebagai kelas eksperimen semu. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum penerapan threatment yang disebut prates dan sesudah penerapan threatment yang disebut pascates. Metode eksperimen digunakan untuk menguji coba suatu media pembelajaran. Apakah media tersebut efektif atau tidak untuk dijadikan alternatif pembelajaran di kelas.. Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan 3.1
Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest
(Syamsudin dan Vismaia, 2007: 157) Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
O1 : tes awal (prates) menulis puisi di kelas eksperimen
O2 : tes akhir (pascates) menulis puisi di kelas eksperimen
X : pembelajaran menulis puisi dengan media tayangan anak-anak “Bocah
Petualang” TRANS7
(13)
Langkah-langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mengadakan tes awal untuk mengukur kemampuan menulis puisi siswa sebelum threatment atau perlakuan diberikan.
2) Memberikan perlakuan atau threatment berupa penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7.
3) Mengadakan pascates untuk mengukur kemampuan menulis puisi siswa setelah threatment atau perlakuan diberikan.
3.2 Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:114) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Kartika XIX-2 Bandung.
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:115). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2008:117). Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-2 Bandung yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.
(14)
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2007:117). Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2008:118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak sehingga setiap anggota dari populasi memiliki peluang yang sama besar untuk diteliti. Sampel acak ini berasal dari populasi terhingga dan didapatkan dengan cara mengundi beberapa kelas yang termasuk ke dalam populasi. Sampel dalam penelitian ini yaitu, kelas VIII A sebagai kelas eksperimen.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:148). Instrumen pada penelitian ini sebagai berikut.
3.3.1 Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran merupakan instrument yang digunakan saat pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum melaksanakan pembelajaran, penulis menyusun langkah-langkah sebagai berikut.
(15)
Hal yang penulis lakukan dalam menyusun perencanaan pembelajaran adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran tersebut digunakan sebagai pedoman belajar mengajar di kelas. Dalam RPP terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan hal lain yang dapat menunjang pembelajaran. Dalam RPP ini penulis menyajikan kebutuhan yang relevan dengan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa, yaitu menulis puisi.
RPP yang penulis susun yaitu untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas VIII-A SMP Kartika XIX-2 Bandung sebagai kelas eksperimen.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Setelah RPP disusun, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Adapun langkah-langkahnya yaitu mengadakan prates, menyajikan materi dan memberikan perlakuan, dan mengadakan pascates.
a. Pelaksanaan prates
Langkah pertama dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah mengadakan prates. Hal ini dimaksudkan agar penulis memperoleh data hasil menulis puisi siswa sebelum siswa mendapatkan perlakuan menulis puisi dengan media tayangan anak-anak Bocah Petualang TRANS7. Pelaksanaan prates ini berlangsung selama 40 menit atau
(16)
sama dengan satu jam pelajaran. Siswa yang mengikuti prates berjumlah 36 orang siswa. Prates ini diberikan secara tertulis dengan bentuk instrumen soal uraian.
b. Penyajian materi dan pemberian perlakuan
Setelah dilaksanakan prates, kegiatan selanjutnya adalah penyajian materi dan pemberian perlakuan sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam RPP. Penyajian materi ini dilaksanakan dengan memberikan penjelasan mengenai puisi. Selanjutnya pemberian perlakuan kepada siswa, yaitu dengan menggunakan media tayangan anak-anak Bocah Petualang TRANS7. Siswa diberikan pemaparan keterkaitan media tersebut dengan pembelajaran menulis puisi. Oleh penulis, siswa diarahkan untuk dapat menggali berbagai macam hal menarik yang dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Pemberian perlakuan sebanyak dua kali perlakuan.
c. Pelaksanaan pascates
Pelaksanaan pascates merupakan langkah akhir dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Siswa diberikan tes untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang sudah dilakukan. Pelaksanaan pascates ini sama dengan waktu pelaksanaan prates, yaitu selama 40 menit di hari dan jam yang sama pula. Siswa yang mengikuti pascates ini pun sama dengan siswa yang mengikuti prates. Pascates diberikan secara tertulis dengan bentuk instrumen soal uraian.
(17)
(18)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Kartika XIX-2 Bandung Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VIII / 2 Alokasi Waktu : 2 X 40
A. Standar Kompetensi
16. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas
B. Kompentensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir diharapkan:
1. Peserta didik mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. 2. Peserta didik mampu menulis puisi menggunakan pilihan kata yang tepat.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran inquiri (tanya jawab)
. Materi Pembelajaran a. Pengertian Puisi
(19)
bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini terjadi karena terjadinya pengonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi (Waluyo, 1987:22).
Muljana (Waluyo, 1987:58) mengatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khas. Pengulangan kata tersebut menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Batasan ini berkaitan dengan struktur fisiknya saja. Spencer (Waloyo, 1987:23) menyebutkan puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Sedangkan Johnson (Waloyo, 1987:23) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya. Pengertian puisi tersebut lebih merujuk pada segi bentuk batin puisi.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dibuat definisi umum yaitu puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
b. Unsur-unsur Puisi
Secara umum unsur-unsur dalam puisi terbagi menjadi dua yaitu unsur lahir dan unsur batin atau yang lebih dikenal dengan istilah unsur ekstrinsik dan intrinsik. Unsur lahir atau ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, sedangkan unsur batin atau intrinsik merupakan unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari
(20)
dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Berikut adalah struktur fisik puisi. 1) Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata dalam puisi yang bersipat konotatif artinya memiliki kemungkinan makna lebih dari satu. Kata-katanya juga di pilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari (Waluyo,1987:73).
Diksi juga berarti kemampuan untuk memilih kata dangan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa makna (perbedaan makna yang halus), gagasan yang ingin disampaikan.
2) Pengimajian
Imaji adalah daya bayang, artinya menghadirkan ajakan untuk menciptakan imajinasi dalam membuat puisi. (Waluyo,1987:78) mengatakan pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji adalah gambaranangan yang muncul di benak pembaca puisi.
Pengimajian juga berarti mengingatkan kembali pengalaman yang pernah terjadi karena kemahiran penyair dalam menggambarkan suatu peristiwa. Adapun imaji yang di timbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa).
3)Kata Kongret
Setiap penyair berusaha mengkonkretkan hal yang ingin di kemukakan agar pembaca bisa membayangkan dengan lebih hidup apa yang di maksudnya. Cara yang
(21)
dilakukan setiap penyair berbeda dengan penyair lainnya (Waluyo,1987:83). Kata-kata konkret dapat menumbuhkan daya imajinasi yang kuat agar pembaca dapat merasakan apa yang diungkapkan penyair. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair.
4)Bahasa Figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berfigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif adalah bahasa yang di gunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna (Waluyo,1987:83).
a) Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
b) Perbandingan
Perbandingan adalah kiasan tidak langsung, artinya benda yang di kiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasannya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai, bak.
c) Personifikasi
Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap sebagai manusia persona atau di”personifikasi”kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu.
(22)
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair perlu melebih-lebihkan hal yang diperbandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang lebih seksama dari pembaca.
e) Sinekdok
Secara harfiah sinekdok berarti mengambil bersama, berbuat sesama, memahami sesuatu melalui yang lain. Sinekdok merupakan salah satu bahasa kiasan yang menyebutkan sebagian atau bagian penting untuk benda itu sendiri. Sinekdok ada dua yaitu pars prototo dan totem proparte. Pars prototo adalah gaya bahasa dalam melukiskan suatu peristiwa dengan menyebutkan suatu bagian sedang yang dimaksud seluruhnya. Totem proparte adalah gaya bahasa dalam melukiskan suatu peristiwa atau hal dengan menyatakan suatu ke seluruhan sedang yang di maksud hanya sebagian.
f) Ironi
Ironi adalah kata-kata yang bersipat berlawanan untuk memberikan sindiran. 5) Versifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Waluyo (1987:90) Menyatakan rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Slamet Mulyana dalam Waluyo (1987:94) mengatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Ritma berbeda dengan metrum. Metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum sifatnya statis. Berhubungan dengan metrum meskipun dalam puisi sulit kita tentukan,
(23)
namun dalam deklamasi dan pembacaan puisi peranannya sangat penting. 6) Tata Wajah (Tipografi)
Menurut Waluyo (1987:97) tipografi merupakan kata-kata yang di susun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendek, yang membentuk suatu kesatuan yang padu. Pergantian larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang padu. Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan nuansa tertentu.
Selain struktur fisik, puisi pun terbentuk oleh struktur batin. Sruktur batin tersebut adalah sebagai berikut.
1)Tema
Tema merupakan nilai pokok dalam sebuah karya sastra dan menduduki tempat utama. Tema dibagi menjadi dua yakni tema mayor dan tema minor, tema mayor adalah tema yang paling menonjol atau yang menjadi fokus tema sedangkan tema minor adalah tema yang tidak menonjol atau tema sampingan.
2) Amanat
Amanat biasa disebut juga dengan makna, amanat atau makna terbagi menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan adalah makana yang diniatkan penulis dalam karya yang tengah dibuatnya sedangkan makna muatan adalah makna yang termuat dalam karya sastra
3)Perasaan
(24)
tangkap kalau puisi itu di baca keras dalam poetry reading atau deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.
4) Nada dan Suasana
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), takut mencekam, santai, masabodo, pesimis, humor (bergurau), mencemooh, kharismatik, filosopi, khusyuk, dan sebagainya.
c. Jenis-jenis Puisi
Berikut ini adalah beberapa klasifikasi jenis puisi menurut Waluyo (1987:135-144) 1) Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
a) Puisi naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan-penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang bersifat sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif dapat berupa epik, romansa, balada, dan syair (berisi cerita). Balada adalah puisi yang berisi cerita orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Romansa adalah jenis puisi yang menggunakan bahasa romantik. Puisi ini berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria dengan diselingi perkelahian dan petualangan
(25)
sehingga membuat percintaan mereka lebih memesona. b)Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata “serenada” berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu keadaan. Pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi merupakan puisi yang banyak ditulis oleh penyair.
c) Puisi Deskriptif
Dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif misalnya puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapakan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan/ ketidakberesan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.
(26)
Puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang. Puisi auditorium disebut juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangkaian suara).
3) Puisi Fisikal, Platonik dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sift dari isi yang dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Hal yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang dilihat, didengar, atau dirasakan adalah merupakan objek ciptaanya. Puisi-puisi naratif, balada, puisi yang bersifat impresionistis, dan juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan.
Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.
4) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif
Puisi subjektif juga disebut puisi personal, puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri.
Puisi objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi objektif disebut juga puisi impersonal.
(27)
5) Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuknya dari sudut pandang penglihatan. Dalam puisi konkret, tanda baca dan huruf-huruf sangat potensial membentuk gambar yang memiliki arti.
6) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari.
Puisi gelap adalah puisi yang terlalu banyak mengandung lambang, kiasan, majas, dsb. Puisi gelap biasanya sukar ditafsirkan maknanya.
Pada puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisi, namun tidak terlalu gelap sehingga pembaca sukar memaknainya. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi tersebut, namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-macam makna yang akan muncul. Puisi prismatik merupakan puisi yang kaya akan makna.
7) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif
Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan karena ilmu dan pengetahuan dan bukan berdasar oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair.
Puisi inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke suasana yang hendak dilakukan. Suasana batin
(28)
penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi tersebut. 8) Stanza
Stanza adalah kumpulan larik sajak yang menjadi satuan struktur sajak, ditentukan oleh jumlah larik, pola mantra, atau rima, dan bait. Jenis puisi stanza biasanya terdiri atas delapan baris.
9) Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi adalah puisi dengan endapan pengalaman fisik, mental, dan emosional penyair dengan gaya paradoks dan ironi, serta membakar semangat.
Puisi pamflet adalah ungkapkan protes yang mengunakan pengolahan gaya bahasa serupa pamflet sehingga terkesan spontan. Pada umumnya kedua macam puisi ini diungkapkan dengan gaya prosais.
10)Alegori
Puisi alegori sering mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis puisi alegori yang terkenal adalah parabel, yang disebut juga dongeng perumpamaan.
F. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
A. Kegiatan Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. (NBK Religius)
(29)
2. Mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik untuk belajar (kerapian pakaian, kesiapan sumber belajar, dan kebersihan kelas). (NBK Disiplin) 3. Melakukan apersepsi dengan menggali
pengetahuan awal mengenai puisi. (NBK Gemar Membaca)
4. Menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai. (NBK Tanggung Jawab)
5. Memberikan motivasi kepada peserta didik.
B. Kegiatan Inti a. Pertemuan I
Prates menulis puisi dengan keindahan alam dengan pilihan kata yang sesuai.
b.Pertemuan II
1. Peserta didik dijelaskan mengenai materi menulis puisi (pengertian puisi, unsur-unsur puisi, dan jenis-jenis puisi)
2. Peserta didik dijelaskan kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam penulisan puisi pada
(30)
pertemuan sebelumnya.
3. Peserta didik diberikan tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 yang akan berfungsi sebagai media dalam pembelajaran menulis puisi. 4. Peserta didik menyimak tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 yang bertema kehidupan anak-anak di desa.
5. Peserta didik diberikan lembar tes berisi soal uraian menulis puisi
6. Peserta didik menulis puisi berdasarkan apa yang dilihat dan didengarnya pada tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7.
c.Pertemuan III
1. Peserta didik dijelaskan mengenai kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam penulisan puisi pada pertemuan sebelumnya.
2. Peserta didik diarahkan pada tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 yang akan ditayangkan sebagai media dalam pembelajaran menulis puisi.
(31)
G. Media atau Sumber Belajar
1) Buku teks Buku Sekolah Elektronik: Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
“Bocah Petualang” TRANS7 bertema keindahan alam.
4. Peserta didik diberikan lembar tes berisi soal uraian menulis puisi.
5. Peserta didik menulis puisi berdasarkan apa yang dilihat dan didengarnya pada tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7.
d. Pertemuan IV
Pascates menulis puisi dengan tema keindahan alam dengan pilihan kata yang sesuai.
C. Kegiatan Akhir
1. Peserta didik dan guru membuat rumusan simpulan materi untuk memantapkan pemahaman peserta didik.
2. Peserta didik menyampaikan kesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru berlangsung sebagai kegiatan refleksi.
3. Guru menutup pembelajaran.
(32)
SMP/MTs Kelas VIII, Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti dan Teori dan Apresiasi Puisi. Herman J. Waluyo
2) Audiovisual (tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS 7)
H. Penilaian
Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
Indikator Penilaian Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Penilaian
1. Mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. 2. Mampu menulis puisi
menggunakan pilihan kata yang tepat
Tes tulis/ Uraian Tes tulis/ Uraian Tugas proyek Tugas proyek Soal tes
Buatlah sebuah puisi dengan tema budaya atau keindahan alam dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Tulislah nama dan kelas pada kertas pekerjaan anda ! 2. Tentukan judul sesuai dengan tema puisi!
(33)
Nama :... Kelas :...
I. Pedoman Penilaian
(34)
Da ta ta rik judul P emi li ha n ka ta (diksi) P engim aji an Ga ya ba h asa P esa n ya ng ter ka
ndung da
lam
puisi
Bobot
1 25
2 25
3 25
4 25
... 25
Keterangan:
Interval skor setiap aspek penilaian 1-5
Skor maksimal = 25
∑ skor
Nilai = --- X 100
∑ bobot
Kriteria Penilaian 1. Daya tarik judul
5: pemilihan judul menarik, singkat, mengandung diksi metafora, dan sesuai dengan tema dan isi puisi,
4: pemilihan judul menarik, singkat, mengandung diksi metafora, sesuai dengan tema tetapi kurang sesuai dengan isi puisi
3: pemilihan judul menarik, singkat, tidak mengandung diksi metafora, namun sesuai dengan tema dan isi puisi
(35)
2: pemilihan judul menarik, singkat, tidak mengandung diksi metafora, dan tidak sesuai dengan tema dan isi puisi
1: pemilihan judul tidak manarik, tidak sesuai dengan tema dan isi puisi
2. Pemilihan kata (diksi)
5: pemilihan kata dan ungkapan, tepat, bervariasi, bermakna konotatif, dan menimbulkan keindahan pada puisi
4: pemilihan kata dan ungkapan tepat, bermakna konotatif, namun kurang bervariasi dan kurang menimbulkan keindahan pada puisi
3: pemilihan kata dan ungkapan tepat, tidak bermakna konotatif, kurang bervariasi, dan belum tidak menimbulkan keindahan pada puisi.
2: pemilihan kata dan ungkapan kurang tepat dan sangat terbatas 1: pemilihan kata tidak tepat dan tidak bervariasi
3. Pengimajian
5: penggunaan imaji sangat tepat, mengandung pencitraan dari lima panca indera, bervariasi, dan dapat menimbulkan suasana dan gambar yang mendalam serta memperkuat daya bayang pembaca
4: penggunaan imaji sangat tepat, mengandung beberapa pencitraan dari lima panca indera bervariasi, dan dapat menimbulkan suasana dan gambar yang mendalam namun kurang memperkuat daya bayang pembaca
3: penggunaan imaji cukup tepat dan bervariasi , mengandung beberapa pencitraan dari lima panca indera, namun kurang dapat menimbulkan suasana dan gambaran yang mendalam serta kurang memperkuat daya bayang pembaca
(36)
2: penggunaan imaji kurang tepat dan belum bervariasi, tidak mengandung pencitraan dari lima panca indera, kurang menimbulkan suasana dan gambaran yang mendalam serta belum dapat memperkuat daya bayang pembaca.
1: penggunaan imaji tidak tepat, tidak mengandung pencitraan dari lima panca indera, tidak menimbulkan suasana dan gambaran yang mendalam serta tidak memperkuat daya bayang pembaca
4. Gaya bahasa
5: terdapat banyak gaya bahasa dalam puisi dan tepat penggunaannya dalam mengungkapkan isi dan menambah intensitas estetika puisi
4: terdapat beberapa gaya bahasa dalam puisi dan tepat penggunaanya dalam pengungkapan isi dan menambah intensitas estetika puisi
3: terdapat sedikit gaya bahasa, namun tepat penggunaanya dalam mengungkapkan isi dan enambah intensiras estetika puisi
2: terdapat gaya bahasa namun tidak tepat penggunaanya dalam mengungkapkan isi dan menambah intensitas estetika puisi
1: tidak terdapat gaya bahasa dalam puisI.
5. Pesan yang terkandung dalam puisi
5 : pesan tersampaikan secara implisit dan memperkuat struktur batin puisi
4: pesan tersampaikan secara implisit, namun kurang memperkuat struktur batin puisi
3: pesan tersampaikan secara langsung dan memperkuat struktur batin puisi
(37)
1: puisi tidak mengandung pesan.
(38)
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang diberikan adalah prates dan pascates. Prates digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai puisi. Hasil yang dilihat yaitu nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi sebelum menggunakan media tayangan anak-anak Bocah Petualang TRANS7. Adapun pascates digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi setelah menggunakan media tayangan anak-anak Bocah Petualang TRANS7.
Bentuk tes yang digunakan yaitu berupa tes kemampuan menulis puisi berbentuk uraian. Format tes adalah sebagai berikut
Buatlah sebuah puisi dengan tema keindahan alam dengan ketentuan sebagai berikut.
4. Tulislah nama dan kelas pada kertas pekerjaan anda ! 5. Tentukan judul sesuai dengan tema puisi!
6. Waktu yang disediakan adalah 60 menit! Nama :...
Kelas :...
(39)
3.4 Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penenelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang penulis peroleh dengan menggunakan teknik tes. Tes digunakan untuk mendapatkan data yang menggambarkan kemampuan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan pembelajaran. Tes dilakukan dua kali, yakni pada saat awal (prates) dan akhir (pascates). Tes awal dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan dengan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dan tes akhir dilaksanakan setelah diberikan perlakuan dengan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi.
3.4.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan melalui perhitungan statistik. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui silsilah rata-rata nilai prates dan pascates untuk masing-masing aspek yang dinilai sebagai indikator efektivitas perlakuan berupa penggunaan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi. Hasil
perhitungan tentu harus diinterpretasikan lebih lanjut sehingga menghasilkan kesimpulan yang komprehensif, benar, dan akurat.
(40)
Adapun langah-langkah pengolahan data dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis data prates dan pascates. Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan cara:
a) Menganalisis hasil menulis puisi siswa
b) Mengubah skor prates dan pascates menjadi nilai dengan rumus:
Table 3.1
Kategori Penilaian Menulis Puisi Berdasarkan Skala Nilai
Skala Nilai Kategori
85-100 Sangat Baik (SB)
70-84 Baik (B)
69-55 Cukup (C)
54-40 Kurang (K)
<40 Sangat Kurang (SK)
2) Melakukan uji reabilitas antar penimbang. Uji reabilitas antar penimbang ini digunakan untuk mengetahui tingkat reabilitas penilaian antara penguji yang satu dan penguji lainnya bagi setiap testi. uji reabilitas dilakukan dengan mencari nilai
(41)
,
Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukkan kedalam format ANAVA.
Tabel 3.2 Format ANAVA
Sumber
Variasi SS Dk Varians
Siswa/Testi SSt∑dt2 N-1
Penguji SSp∑d2p K-1 -
Kekeliruan SSk∑d2kk (N-1)(K-1)
Setelah itu, dilakukan penghitungan reabilitasnya dengan rumus:
Keterangan:
r11 : reabilitas yang dicari Vt : variansi dari testi Vkk : variansi dari kekeliruan
(42)
Tabel 3.3 Tabel Guilford
Nilai Tingkat Korelasi
< dari 0,20 Tidak ada korelasi
0,20-0,40 Korelasi rendah
0,40-0,60 Korelasi sedang
0,60-0,80 Korelasi tinggi
0,80-0,99 Korelasi tinggi sekali
1,00 Korelasi sempurna
3)Melakukan uji normalitas nilai menulis puisi siswa hasil prates dan posttes dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat adalah sebagai berikut.
(Sugiyono, 2008:107) Keterangan:
x2 = Chi-kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan
4) Melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut. (1) Mencari rata-rata dari perbedan prates dan pascates
Md = ∑d
(43)
(2) Menghitung thitung
(3) Menentukan db
(4) Menentukan dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan derajat kebebasan yang telah dicari sebelumnya
=
Kriteria pengujian: “tolak Ho jika thitung > ttabel, dalam hal lain Ho diterima”. Jika
, maka Ho diterima dan hipotesis kerja ditolak. Artinya penggunaan
penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Akan tetapi, jika , maka
Ho ditolak dan hipotesis kerja diterima. Artinya penggunaan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi.
(44)
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitiaan, pengolahan, dan analisis data yang telah dilakukan penulis, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Berikut simpulan penulis mengenai penelitian terhadap efektivitas penerapan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi siswa kelas
VIII-A SMP Kartika XIX-2 Bandung .
1) Terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan menulis siswa pada awal tes (prates) sebelum menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 pada saat tes akhir (pascates). Hal ini dapat dilihat dari hasil uji signifikansi terhadap perbedaan rata-rata pada dua tes tersebut. Adapun perbedaan rata-rata prates sebesar 39 sedangkan rata-rata pada pascates 60,5. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan menulis puisi siswa meningkat setelah menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7.
2) Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji rata-rata, yaitu thitung
(16,63) > ttabe l (2,039) dalam taraf signifikansi 95% dan α = 0,05. Hasil
perhitungan uji t tersebut membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis puisi yang menggunakan media
(45)
tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dan sebelum menggunakan media tersebut. Artinya hipotesis yang diajukan penulis (Ha) diterima dengan kata lain media tayangan anak-anak “BOcah
Petualang” TRANS7 efektif digunnakan dalam pembelajaran menulis puisi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitiaan, pengolahan, dan analisis data yang telah diuraikan penulis, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran menulis puisi khususnya dan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya.
1) Media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran menulis. Untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan dalam proses pendidikan di sekolah, perlu didukung oleh semua pihak penyelenggara pendidikan selain itu kesediaan guru untuk melakukan perubahan dalam pola dan model pengajaran yang selama ini dipraktikan.
2) Guru hendaknya mengenal karakter siswa dengan baik sebelum menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung serta memudahkan siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran.
(46)
3) Penulis berharap agar para pendidik yang menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis hendaknya lebih inovatif lagi dalam memilih beberapa episode yang akan ditayangkan. Selain itu, harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4) Penulis berharap agar ada penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis.
5) Sikap tanggap pengelola pendidikan dan instansi yang berkewenangan dalam pengembangan kinerja tenaga pendidik, merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dan efektivitas pengembangan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Karena itu hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka penyusunan kurikulum pendidikan atau latihan tenaga kependidikan di sekolah.
(47)
Yessy Meirliane, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Akhardiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dansakura H. Ridwan, 1996. Menulis. Jakarta: Depdikbud
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Fathurahman, PdanSobry S. 2010.Strategi belajar mengajar. Bandung: PT. RefikaAditama
Fitriani, R. 2010. KEEFEKTIFAN MEDIA TAYANGANIKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI TELEVISIDALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI. Skripsi. Bandung: tidakditerbitkan
Prihatin, E. 2008.Guru sebagaifasilitator. Bandung: PT. KarsaMandiriPersada Sabarti, dkk. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Abdullah, R. S. dan Vismaia S. Damayanti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Bumi Rosdakarya
Tarigan, H. G. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
(48)
Yessy Meirliane, 2012
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, DepartemenPendidikanNasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: BalaiPustaka Yamin, M. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
(1)
Yessy Meirliane, 2012
(2) Menghitung thitung
(3) Menentukan db
(4) Menentukan dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan derajat kebebasan yang telah dicari sebelumnya
=
Kriteria pengujian: “tolak Ho jika thitung > ttabel, dalam hal lain Ho diterima”. Jika , maka Ho diterima dan hipotesis kerja ditolak. Artinya penggunaan
penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 tidak efektif
digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Akan tetapi, jika , maka
Ho ditolak dan hipotesis kerja diterima. Artinya penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi.
(2)
93
Yessy Meirliane, 2012
Keefektifan Media Tayangan Anak-Anak “Bocah Petualang” Trans7 Dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitiaan, pengolahan, dan analisis data yang telah dilakukan penulis, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Berikut simpulan penulis mengenai penelitian terhadap efektivitas penerapan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII-A SMP Kartika XIX-2 Bandung .
1) Terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan menulis siswa pada awal tes (prates) sebelum menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 pada saat tes akhir (pascates). Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji signifikansi terhadap perbedaan rata-rata pada dua tes tersebut. Adapun perbedaan rata-rata prates sebesar 39 sedangkan rata-rata pada pascates 60,5. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan menulis puisi siswa meningkat setelah menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7.
2) Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 berhasil dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji rata-rata, yaitu thitung (16,63) > ttabe l (2,039) dalam taraf signifikansi 95% dan α = 0,05. Hasil perhitungan uji t tersebut membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis puisi yang menggunakan media
(3)
tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dan sebelum menggunakan media tersebut. Artinya hipotesis yang diajukan penulis (Ha) diterima dengan kata lain media tayangan anak-anak “BOcah
Petualang” TRANS7 efektif digunnakan dalam pembelajaran menulis
puisi. 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitiaan, pengolahan, dan analisis data yang telah diuraikan penulis, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran menulis puisi khususnya dan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya.
1) Media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran menulis. Untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan dalam proses pendidikan di sekolah, perlu didukung oleh semua pihak penyelenggara pendidikan selain itu kesediaan guru untuk melakukan perubahan dalam pola dan model pengajaran yang selama ini dipraktikan.
2) Guru hendaknya mengenal karakter siswa dengan baik sebelum menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung serta memudahkan siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran.
(4)
95
Yessy Meirliane, 2012
Keefektifan Media Tayangan Anak-Anak “Bocah Petualang” Trans7 Dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
3) Penulis berharap agar para pendidik yang menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis hendaknya lebih inovatif lagi dalam memilih beberapa episode yang akan ditayangkan. Selain itu, harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4) Penulis berharap agar ada penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis.
5) Sikap tanggap pengelola pendidikan dan instansi yang berkewenangan dalam pengembangan kinerja tenaga pendidik, merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dan efektivitas pengembangan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Karena itu hasil penelitian ini
sebaiknya dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka penyusunan kurikulum pendidikan atau latihan tenaga kependidikan di sekolah.
(5)
Yessy Meirliane, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Akhardiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dansakura H. Ridwan, 1996. Menulis. Jakarta: Depdikbud
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Fathurahman, PdanSobry S. 2010.Strategi belajar mengajar. Bandung: PT. RefikaAditama
Fitriani, R. 2010. KEEFEKTIFAN MEDIA TAYANGANIKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI TELEVISIDALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI. Skripsi. Bandung: tidakditerbitkan
Prihatin, E. 2008.Guru sebagaifasilitator. Bandung: PT. KarsaMandiriPersada Sabarti, dkk. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Abdullah, R. S. dan Vismaia S. Damayanti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Bumi Rosdakarya
Tarigan, H. G. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
(6)
Yessy Meirliane, 2012
Keefektifan Media Tayangan Anak-Anak “Bocah Petualang” Trans7 Dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
x
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, DepartemenPendidikanNasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: BalaiPustaka Yamin, M. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.