PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL PROJECT CITIZEN TERHADAP PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SISWA SMA DALAMMATERI PEMAHAMAN PERSAMAAN GENDER (Studi Quasi-Experiment tentang Pembelajaran Model Project Citizen Dalam Mengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBARAN PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... viii

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Rumusan Masalah... 10

C.Tujuan Penelitian... 12

D. Variabel Peneltian dan Definisi Operasional ... 14

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 18

F. Asumsi Penelitian dan Hipotesis ... 20

G. Kerangka Pemikiran ... 24

BAB II KERANGKA TEORETIS... 25

A. Pembelajaran PKn...25

1. Pengertian Pembelajaran... 25

2. Urgensi Peran PKn... 38

B. Pembelajaran Model Project Citizen ... 48

1. Pengertian Pembelajaran Model Project Citizen...48

2. Dasar Filosofi Pembelajaran Model Project Citizen... 53

3. Prinsip Dasar Model Project Citizen………54

4. Sifat-sifat Pembelajaran Project Citizen……….. 56

5. Landasan Pemikiran Pembelajaran Project Citizen………58

6. Maksud dan Tujuan Pembelajaran Project Citizen…………..……59

7. Profil Pedagogis Pembelajaran Project Citizen……….………60

8. Spesifikasi Pembelajaran Project Citizen………..……62

9. Persiapan Pembelajaran Project Citizen……….……65

C. Kompetensi Kewarganegaraan………87

1. Pengetahuan Kewarganegaraan...88

2. Kecakapan Kewarganegaraan... 89


(2)

D. PKn sebagai Pengembang Kompetensi Kewarganegaraan... 92

E. Konsepsi Persamaan Gender... 96

1. Sejarah Feminisme...105

2. Kendala-kendala dalam Meningkatkan Peran Perempuan...108

3. Agenda Revitalisasi Konsep Pemahaman Persamaan Gender...114

4. Aspek-aspek Kemampuan Kewarganegaraan tentang Pemahaman Persamaan Gender...128

F. Hasil-hasil Riset...130

BAB III METODE PENELITIAN.....135

A. Metode dan Teknik Penelitian...135

1. Pendekatan dan Metode...135

2. Teknik Pengumpulan Data...139

3. Teknik Analisis Data...142

4. Proses Penelitian...145

B. Lokasi dan Sampel Penelitian...146

1. Lokasi...146

2. Populasi...147

3. Sampel...147

C. Definisi Operasional...148

1. Pembelajaran Model Project Citizen... 148

2. Kompetensi Kewarganegaraan...148

3. Pemahaman Persamaan Gender...149

D. Pengembangan Instrumen Penelitian...153

1. Pembelajaran Model Project Citizen... 153

2. Kompetensi Kewarganegaraan...154

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian...155

E. Hasil Pengujian Validitas, Reabilitas, dan Homogenitas...156

1. Uji Validitas dan reliabilitas Instrumen Penelitian...156

2. Normalitas Variabel Respon...158

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...162

A. Hasil Penelitian...162

1. Deskripsi Lokasi Penelitian...162

2. Deskripsi Hasil Penelitian... 167

a. Data Deskriptif ... 167

1). Deskripsi Kondisi Pembelajaran PKn di Sekolah... 167


(3)

3).Deskripsi tentang Kompetensi Kewarganegaraan Siswa....189

b Data Korelatif dan Pengujian Hipotesis Penelitian...198

B. Pembahasan Hasil Penelitian...217 C. Temuan Penelitian...241

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 243 A. Kesimpulan Penelitian...243 B. Implikasi... 245

DAFTAR PUSTAKA...252

LAMPIRAN-LAMPIRAN...256


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 18

Tabel 2.1 Perbandingan Pendekatan Konvensional dan Pendekatan Reformasi... 37

Tabel 2.2 Perbandingan Seks dan Gender... 103

Tabel 3.1 Desain Pre dan Post Test ………139

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 155

Tabel 3.3 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 160

Tabel 4.1 Tenaga Guru... 164

Tabel 4.2 Keadaan Guru berdasarkan Ijazah... 164

Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Project Citizen... 181

Tabel 4.4 Tingkat Keaktifan Siswa dalam Langkah 1 ... 182

Tabel 4.5 Tingkat Keantusiasan Siswa dalam Langkah 2... 183

Tabel 4.6 Tingkat Keseriusan Siswa dalam langkah 3... 184

Tabel 4.7 Tingkat Keaktifan Siswa dalam Langkah 4 ... 185

Tabel 4.8 Tingkat Argumentasi Siswa dalam Langkah 5... 186

Tabel 4.9 Tingkat Refleksitas Siswa dalam Langkah 6... 187

Tabel 4.10 Perbandingan Tingkat Civic Knowledge Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen...188

Tabel 4.11 Kemampuan rata-rata siswa dalam Civci Skill dalam indikator Intelektual Skill...191

Tabel 4.12 Kemampuan rata-rata siswa dalam Civic Skill dalam indikator Partisipatoris skill...192

Tabel 4.13 Rata-rata Perolehan Civic Skill... 193 Tabel 4.14 Penilaian Civic Dispositions Kelas Kontrol dan Kelas


(5)

Eksperimen... 194

Tabel 4.15 Perbandingan Civic Competences Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...195

Tabel 4.16 Output Anova untuk pengaruh Project Citizen terhadap Civic Competence... 199 Tabel 4.17 Output tabel koefisien pengaruh Project Citizen terhadap Civic Competence……….. 200 Tabel 4.18 Output besarnya pengaruh Project Citizen terhadap Civic Competence………. 200 Tabel 4.19 Output Anova untuk Pengaruh Project Citizen terhadap Civic Knowledge………...……….. 202

Tabel 4.20 Output tabel koefisien Pengaruh Project Citicen terhadap Civic Knowledge………..202

Tabel 4.21 Output besarnya Pengaruh Project Citizen terhadap Civic Knowledge……… 202 Tabel 4.22 Output tabel koefisien pengaruh Project Citizen terhadap Civic Skill ……… 205

Tabel 4.23 Output besarnya Pengaruh Project Citizen Terhadap Civic Skill…...…...……….. 206

Tabel 4.24 Output Anova pengaruh Project Citizen terhadap Civic Dispositions... 207

Tabel 4.25 Output tabel koefisien pengaruh Project Citizen terhadap Civic Dispositions... . 207 Tabel 4.26 Output Besarnya pengaruh Project Citizen terhadap Civic Dispositions ... 208

Tabel 4.27 Output Post Test Civic Competence ... 209

Tabel 4.28 Output Korelasi Civic Competence ... 210

Tabel 4.29 Output signifikansi pengembangan Civic Competence ... 210


(6)

Tabel 4.31 Output Korelasi Civic Knowledge ... 212

Tabel 4.32 Output Signifikansi pengembangan Civic Knowledge ... 212

Tabel 4.33 Output Post Test Civic Skill ... 214

Tabel 4.34 Output Korelasi Civic Skill ... 214

Tabel 4.35 Output signifikansi pengembangan Civic Skill ... 214

Tabel 4.36 Output Post Test Civic Dispositions ... 216

Tabel 4.37 Output Korelasi Civic Dispositions ... 216


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian... 17

Gambar 3.1 Proses Penelitian... 145

Gambar 3.2 Normalitas Variabel Respon... 159


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... Lampiran 2 Surat Keterangan Pengangkatan Pembimbing... Lampiran 3 Profil Sekolah... Lampiran 4 Angket Siswa... Lampiran 5 Pedoman Wawancara Guru... Lampiran 6 Pedoman wawancara Siswa... Lampiran 7 Input Data...


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perlindungan terhadap kaum perempuan dalam banyak hal masih mengalami hambatan, meskipun telah banyak dihasilkan beberapa kesepakatan konvensi dan seruan-seruan yang bersifat internasional. Isu gender menjadi ajang pembicaraan dalam kerangka mengejar ketertinggalan kaum perempuan. Ketertinggalan kaum perempuan dalam segala hal, akan selamanya terjadi jika tidak ada upaya konkrit yang mampu mengatasinya.

Banyak upaya yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan kaum perempuan. Perempuan dinilai kurang dibanding dengan potensi kaum laki-laki, sehingga pendidikan merupakan program utama bagi perempuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain sektor publik juga kaum perempuan harus dipastikan mendapatkan akses ke pekerjaan yang lebih baik untuk meningkatkan aktualisasinya dalam bidang sosial ekonomi. Pemikiran ini melahirkan Gender And Development (GAD), terobosannya adalah menekankan prinsip hubungan kemitraan dan keharmonisan antara laki-laki dan perempuan, atau sebaliknya. Meskipun pendekatan ini diperdebatkan pada The International Conference on Population and Development (CPD) di Cairo Tahun 1994 dan The 4th World Conference of Women, di Beijing Tahun 1995, namun ada hal yang disepakati berupa adanya komitmen operasional tentang peningkatan status dan


(10)

peran perempuan di dalam hukum dan pembangunan, mulai dari tahap perumusan kebijaksanaan dan pelaksanaan hingga menikmati hasil-hasil pembangunan (Murniati, 2007:11).

Pemahaman persamaan gender perlu mendapat perhatian, karena realitas masih terdapat ketidakadilan terhadap perempuan yang disebabkan hal-hal berikut : 1) karakteristik fisik dan reproduksinya perempuan lebih rentan sebagai korban kekerasan (seksual, perkosaan, penghamilan paksa, kawin paksa), 2) dengan relasinya kepada laki-laki, maka pemaknaan sosial dari perbedaan biologis menimbulkan mitos, stereotip, norma, praktek yang merendahkan perempuan dan memudahkan terjadinya kekerasan, di lingkungan perempuan berada, 3) perempuan dijadikan bagian dari obyek ekonomi atau memanfaatkan keuntungan; pelacuran, perdagangan perempuan, pornografi atau umpan bisnis bagi oknum pelaku usaha, 4) kelemahan perempuan dimanipulasi menjadi aset dalam aktivitas bisnis, diupahi murah sebagai buruh pabrik yang berbeda dengan pria meskipun dengan tingkat produktivitas sama; atau menjadi guide untuk turis, menjadi media atraksi periklanan media massa (model );dll, 5) perempuan tidak pantas terlibat di dalam forum-forum terhormat seperti dalam bidang-bidang kehidupan (sosial, politik, budaya, agama) (Anugrah,2009: 2-3).

Meskipun telah bemunculan gerakan feminisme, namun dalam waktu yang berkepanjangan penderitaan perempuan masih saja terjadi di mana-mana di belahan dunia ini, terutama di negara-negara berkembang (Asia dan Afrika) (Anugrah, 2009:6). Hal demikian terefleksi dari Keprihatinan Beijing, yang


(11)

dirumuskan pada Konferensi Beijing Tahun 1995. Beberapa butir Keprihatinan Beijing, dapat kiranya dikemukakan relevan dengan bahasan ini adalah :

Masalah perempuan dan kemiskinan terutama disebabkan karena kemiskinan struktural, sebagai akibat dari kebijakan pembangunan dan sosial budaya yang berlaku, adanya keterbatasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi perempuan dalam meningkatkan posisi tawar, terbatasnya akses perempuan untuk berusaha di bidang ekonomi produktif, termasuk mendapatkan modal dan pelatihan usaha, keikutsertaan perempuan dalam merumuskan dan pengambil keputusan di dalam keluarga, masyarakat dan negara, masih sangat terbatas, pemahaman dan penafsiran agama yang salah dan bercampur aduk dengan budaya yang tidak berpihak terhadap perbaikan status perempuan, diskriminasi dalam kesempatan pendidikan, pelatihan dan kesempatan kerja, masalah kesehatan dan hak reproduksi perempuan yang kurang mendapat perlindungan dan pelayanan memadai.

Upaya – upaya untuk mengagregasi taraf hidup dan penghidupan perempuan sudah banyak dilakukan baik dalam bidang sosial budaya dan agama, politik serta dalam bidang hukum itu sendiri yang dapat melindungi hak-hak perempuan. Pentingnya pemahaman tentang hak-hak asasi manusia serta dengan perjuangan konsep affirmative action dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD merupakan perkembangan yang cukup signifikan bagi kondisi feminisme di Indonesia dari prespektif hukum, karena selama ini tidak banyak instrumen hukum yang dapat mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan secara ekspresis verbal, khususnya dari segi ketatanegaraan. Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 dan Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 berusaha keluar dari kesan hukum yang bersifat patriachat (Anugrah, 2009:1).


(12)

Bangsa ini harus terus berkembang, serta harus menempatkan kaum perempuan sejajar dengan kaum pria. Dalam tataran praktis dewasa ini, realisasinya sudah tidak ada pembatas secara tegas untuk mensplit baik tingkatan pendidikan dan jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dan diraih oleh kaum perempuan, namun tetap saja bahwa kaum perempuan selalu dalam berbagai hal hanya sekedar pelengkap saja (sub ordinat) bukan merupakan penentu sebuah keputusan. Padahal perempuan tidak hanya harus diberi kesempatan yang sama dalam pendidikan, tetapi perlu pula berperan serta dalam kegiatan ekonomi dan mempunyai hak sipil yang sama dengan pria.

Demokratisasi Indonesia menuntut peran aktif dari segenap rakyat Indonesia, tanpa menilik peran gender. Bangsa ini memerlukan insan-insan politik yang tulus serta dengan segenap pemberdayaan yang maksimal dari individu-individunya. Sudah saatnya bangsa ini memerlukan sentuhan dingin kaum perempuan. Mengutip pendapat Abdullah (2001:27) bahwa perempuan dalam berbagai kasus lebih mobil dibandingkan laki-laki, lebih aktif dalam berbagai aktivitas jika terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan.

Kajian ini diperlukan agar siswa sebagai warga negara hipotetik menyadari dan memahami serta pada akhirnya mencermati peranan perempuan dalam segala bidang kehidupan, bagimana ia menjadi sumber devisa negara dari para Tenaga Kerja Wanita (TKW), bagaimana peran ibu rumah tangga yang tidak terlibat dalam bidang publik, juga apakah perempuan merasa beruntung atau dirugikan dalam keterlibatannya sebagai perempuan karier terutama dalam bidang politik. Membangun kesadaran ini harus dimulai sejak dini, agar mereka sebagai warga


(13)

negara tidak mengulang realitas yang ditentang oleh kaum feminisme Indonesia. Bahkan semua elemen dan komponen harus optimal dan maksimal mensejajarkan perempuan dengan para laki-laki untuk bersama-sama membangun negara yang berdemokrasi ini.

Dari sejumlah regulasi, hal yang paling mendasar adalah merefleksikannya dalam kegiatan pendidikan yang berdemokratis sebagai key word (kata kunci) dalam membangun kesadaran serta mind set masyarakat agar berkembang kesadaran laki-laki atas kemampuan perempuan dan akan memberikan peluang untuk membangun secara bersama-sama. Dengan demikian, kehadiran perempuan bukan lagi sebagai ancaman, melainkan sebagai mitra kerja dan mesti saling membantu.

Ide mendasar tentang konsep persamaan ini dimunculkan Adler (1982) yang dikutif Suparno (1999:33) bahwa suatu negara yang demokratis setiap negara terlibat dalam pembangunan negara, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Bahkan John Dewey melihat adanya hubungan yang begitu erat antara pendidikan dan demokrasi. Dewey mengatakan apabila kita berbicara mengenai demokrasi maka kita akan memasuki wilayah pendidikan. Pendidikan merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap demokrasi (Zamroni, 2007:46).

Untuk itu, maka perlu dikembangkan pendidikan demokrasi melalui Pendidikan Kewaganegaraan/PKn (Civic Education) dengan menggunakan strategi menanamkan pengetahuan demokrasi yang dibarengi dengan memberikan perjalanan hidup berdemokrasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lickona


(14)

(Winataputra dan Budimansyah, 2007:171) bahwa para pemikir dan pembangun demokrasi, berpandangan bahwa pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan dan keberhasilan kehidupan demokrasi suatu bangsa.

Bertolak dari pemikiran di atas, sudah merupakan keniscayaan bahwa dalam pendidikan demokrasi tampak ada tuntutan kepada persekolahan untuk mentrasfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di masyarakat. Dengan perkataan lain praktek pembelajaran dilakukan dengan materi yang substansial (konsep teori yang sangat selektif) tetapi kaya dalam implementasi. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ke depan sebagai pendidikan demokrasi, tidak hanya sebatas mengembangkan warga negara yang demokratis, tetapi juga hendak mengembangkan pemberdayaan warga negara (citizen empowerment), memperkokoh nasionalisme dengan menekankan pendekatan political nation untuk melengkapi pendekatan lama yakni cultural nation. Pendidikan demokrasi melalui PKn difokuskan pada peletakkan dasar yang kokoh bagi berkembangnya civil society sebagai basis negara demokrasi (Sopiah, 2009:184).

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pencerdasan bangsa, yang tertuang dalam Tujuan Nasional di dalam Pembukaan UUD 1945 haruslah dikembangkan menjadi wahana pendidikan kesadaran kehidupan kewarganegaraan dan pendidikan yang kritis untuk memberdayakan setiap warga negara. Untuk memenuhi harapan tersebut seyogyanya Pendidikan Kewarganegaraan secara bersamaan dapat menjadi wahana pendidikan untuk mensosialisasikan dan sekaligus melakukan countersosialisasi yang kritis terhadap


(15)

kehidupan sosial budaya politik kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan tuntutan persamaan gender.

Menjadikan peserta didik yang kritis dan reflektif adalah menjadikan warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab, memiliki komitmen yang tinggi, dan memiliki kompetensi untuk turut berpartisipasi aktif secara sosial politik dalam memajukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ini membutuhkan warga negara yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang luas dan mendalam; nilai-nilai dan sikap kewarganegraaan (civics values) yang positif dan penuh tanggung jawab; dan memiliki keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang bermakna bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Di samping itu, ketiga kapabilitas kewarganegaraan ini haruslah juga diintegrasikan oleh civic confidence, civic commitment, dan civic performance untuk menjadi kompetensi kewarganegaraan (civics competence) dan budaya kewarganegaraan (civics culture) yang bermakna bagi kehidupan sosial budaya kemasyarakatan, kebangsaan dan ketatanegaraan (Winataputra, 2001:117)

Namun realitas pendidikan di Indonesia saat ini, PKn menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan. Dari segi instrumental input berkaitan dengan kualitas pendidik serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar. Segi masukan lingkungan (environmental input) terutama berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis (sebelum era reformasi) dan kehidupan masyarakat yang dihinggapi euforia kebebasan (pasca era reformasi). Hal ini berdampak kepada pelaksanaan pembelajaran PKn yang cenderung tidak


(16)

mengarah pada misi yang semestinya. Indikasi empirikal yang menunjukkan gejala ini dikutip Budimansyah (2008 :180), yaitu : 1) Proses pembelajaran PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) yang lebih menekankan pada domain kognitifnya saja, 2) Pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui pelibatannya secara proaktif dan interaktif, sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning)

Indikasi-indikasi tersebut melukiskan begitu banyaknya kendala kurikuler dan sosio-kultural bagi PKn untuk menghasilkan suatu totalitas hasil belajar yang mencerminkan pencapaian secara komprehensif (menyeluruh) tentang dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang koheren dan konfluen. Hasil belajar PKn yang belum mencapai keseluruhan dimensi secara optimal seperti digagaskan itu berarti menunjukkan bahwa tujuan kurikuler PKn belum dapat dicapai sepenuhnya.

Pencapaian keseluruhan dimensi secara optimal itu diperlukan upaya yang terintegrasi dan sinergi antar berbagai elemen yang menunjang pendidikan, agar pembelajaran yang holistik bisa melahirkan seorang warganegara yang mumpuni dengan multi dimensi baik kepribadian, sosial, spasial ataupun temporal dengan konsep pengembangan potensi individu. Individu yang ’think globally, action locally’. Sehingga berpeluang melahirkan warganegara yang responsif terhadap


(17)

pengembangan bangsa dan negaranya terutama dalam membangun kesadaran persamaan gender..

Untuk keberhasilan pendidikan demokrasi seperti di atas, diperlukan kondisi berkembangnya kultur demokrasi. Ditegaskan Winataputra dan Budimansyah (2007:220) bahwa secara teoritik di Indonesia diperlukan pengembangan konsep civic culture atau budaya Pancasila karena sangat erat kaitannya dengan perkembangan democratic civil society atau masyarakat madani Pancasila sebagai masyarakat sipil yang demokratis.

Inilah fungsi peran pendidikan demokrasi agar mampu mengembangkan akhlak kewarganegaraan yang dalam kurun waktu bersamaan mampu memberikan kontribusi terhadap berkembangnya budaya kewarganegaraan yang menjadi inti dari masyarakat madani. Inilah tantangan konseptual dan operasional bagi pendidikan dalam berbagai bentuk dan latar (multidimensi) kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi (Winataputra dan Budimansyah, 2007:225).

Gagasan pencapaian pendidikan demokrasi melalui Pendididkan Kewarganegaraan ini diperlukan profil konseptual kelas pendidikan kewarganegaraan yang semula dominatif dan indoktrinatif mengarah menjadi integratif dan analitik Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah atau ’critical thinking oriented and problem solving oriented models’. Model ini melibatkan siswa melalui ’proyek belajar’, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik (Boediono dalam Budimansyah,


(18)

2003:3). Model ini menjembatani kesenjangan antara kontroversi atau paradoksal teori yang dipelajari di sekolah dengan yang sungguh-sungguh terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Untuk mewujudkan misi sosio-akademis PKn dalam menumbuhkembangkan kompetensi siswa dalam aspek kecakapan akademis, terutama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis analitis, reaktif, reflektif, menemukan sendiri pemecahan masalah dan bahkan mengembangkan pengetahuannya secara mandiri dan bertanggungjawab yang berkaitan dengan pengembangan kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka diperlukan pembelajaran yang berorientasi terhadap praktik kewarganegaraan agar harapan pengembangan kompetensi kewarganegaraan dengan membangun mind set siswa yang memiliki wawasan persamaan gender dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar balakang masalah tentang Pengaruh Pembelajaran Model Project Citizen terhadap pengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMA, maka rumusan masalah yang dapat penulis kemukakan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh pembelajaran model Project Citizen terhadap pengembangan Kompetensi Kewagranegaraan (Civic Competences) siswa SMA

dalam materi pemahaman persamaan gender”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diidentifikasi beberapa permasalahan yang dijabarkan sebagai berikut :


(19)

1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA baik aspek civic knowledge, civic skill maupun civic dispositions dalam materi pemahaman persamaan gender?

2. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam aspek civic knowledge dalam materi pemahaman persamaan gender?

3. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam aspek civic skill dalam materi pemahaman persamaan gender?

4. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam aspek civic dispositions dalam materi pemahaman persamaan gender?

5. Apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan civic competence baik aspek civic knowledge, civic skill maupun civic dispositions antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen

dengan kelas kontrol ?

6. Apakah terdapat perbedaan pengembangan civic knowledges antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen


(20)

7. Apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan civic skills antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen

dengan kelas kontrol ?

8. Apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan civic dispositions antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen dengan kelas kontrol ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai ‘Pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam materi pemahaman persamaan gender’ ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA baik aspek civic knowledge, civic skill maupun civic dispositions dalam materi pemahaman persamaan gender.

2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh pembelajaran model

project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam aspek civic knowledge dalam materi pemahaman persamaan gender.

3. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam aspek civic skill dalam materi pemahaman persamaan gender.


(21)

4. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam aspek civic dispositions dalam materi pemahaman persamaan gender.

5. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan civic competence baik aspek civic knowledge, civic skill maupun civic dispositions

dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen dengan kelas kontrol

6. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan civic knowledges dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen

dengan kelas kontrol.

7. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan civic

skills dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen dengan kelas kontrol.

8. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan dalam pengembangan n civic dispositions dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas ekperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen


(22)

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi: Pertama, Pengaruh yang menurut Kamus Bahasa Indonesia (Wojowasito, 1972:216) mengandung makna “daya kekuatan dari suatu keadaan atau dapat mendatangkan”; Kedua, Pembelajaran Model Project Citizen, yaitu suatu strategi instruksional atau proses belajar mengajar di sekolah yang didesain untuk membina dan mengembangkan warga negara yang cerdas, mampu dan mendidik para peserta didik agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik, kemudian dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warga negara yang “cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab”, agar mampu memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya; Ketiga, Pengembangan yaitu “ menjadi besar atau menjadi betambah besar atau ada kemajuan”(Wojowasito, 1972:135); dan keempat, yaitu Kemampuan Kewarganegaraan (dalam pembahasan selanjutnya penulis menyebutnya dengan istilah civic competence), adalah serangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran siswa di sekolah yang dapat diidentifikasi ke dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan kewarganegraan atau civic knowledge), meliputi: 1) Pemahaman HAM, 2) Pemahaman Demokrasi, 3) Pemahaman Konstitusional, 4) Pemahaman tetang Keterwakilan Perempuan, 5) Pemahaman masalah sosial budaya, 6) Pemahaman masalah politik. Aspek Afektif (watak/kebajikan/karakter kewarganegaraan atau civic dispositions) dan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah karakter publik warganegara yang meliputi: 1) kecenderungan watak siswa tentang pemahaman peran tugas perempuan dalam keluarga, 2) kecenderungan


(23)

watak siswa dalam pemahaman perempuan dan karier, 3) kecenderungan watak siswa dalam pemahaman perempuan mandiri. Aspek priskomotorik

(ketrampilan/kecakapan kewarganegaraan atau civic skill) yang meliputi: 1) Intelektual skill, yang terdiri (a) kecakapan berpikir kritis, (2) kecakapan mendeskripsikan serta (3) kecakapan menjelaskan dan menganalisis, dan 2) Partisipatoris skill yang terdiri dari (a) Interacting, (b) Monitoring dan (3)

Influencing.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu Pembelajaran Model Project Citizen sebagai variabel bebas (X) dan Kompetensi Kewarganegaraan (Civic Competence) sebagai variabel terikat (Y).

1. Pembelajaran PKn Model Project Citizen (variabel bebas atau ‘ X’)

Pembelajaran model praktik belajar kewarganegaraan merupakan strategi instruksional yang mengadopsi pola belajar model ‘project’ ala John Dewey yang berpangkal tolak dari strategi ‘ Inquiry Learning, Discovery learning, Problem Solving Learning, Research-Oriented Learning, dengan langkah-langkah :

a) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat b) Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas

c) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu d) Mengembangkan Portofolio kelas

e) Menyajikan Portofolio


(24)

2. Kompetensi Kewarganegaraan (Civic Competences) (variabel terikat atau ‘Y’ )

Kompetensi kewarganegaraan adalah pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan siswa yang mendukungnya menjadi warga negara yang partisipatif dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. The National Standars for Civics and Government (Center for Civic Education, 1994 dalam Winataputra&Budimansyah, 2008:186)) merumuskan komponen-komponen utama civic competences yang merupakan tujuan civic education meliputi :

b. Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge) sebagai Y1

c. Kecakapan Kewarganegaraan (civic skill) sebagai Y2


(25)

Keterkaitan Variabel Bebas dan Variabel Terikat, yaitu sebagai berikut :

r xy1

rxy2

rxy3

Gambar 1.1

Keterkaitan Antar Variabel

Keterangan :

X : Pembelajaran Project Citizen

Y : Kompetensi Kewarganegaraan terhadap pemahaman persamaan gender Y1: Civic Knowledge

Y2: Civic Skill

Y3: Civic Disposition

rxy: Pengaruh project citizen terhadap civic competence

rxy1: Pengaruh project citizen terhadap aspek civic knowledge

rxy2: Pengaruh project citizen terhadap aspek civic skill

rxy3: Pengaruh project citizen terhadap aspek civic disposition

Y

1

Y

2

X


(26)

Adapun Rincian definisi operasional variabel penelitian disajikan pada tabel 1.1

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur Sumber

Data

Nomor

Option

1 2 3 4 5 6

Pembelaja ran Model

Project Citizen (X) 1.Pelaksana an Langkah-langkah Pembelaja ran Project Citizen

1.1Identifikasi Masalah

Kebijakan Publik dalam Masyarakat

1.2 Memilih suatu Permasalahan 1.3 Mengumpulkan Informasi 1.4 Mengembangkan Portofolio

Kelas

1.5 Menyajikan Portofolio Kelas (Show-Case/Simulated Hearing Public) 1.6 Refleksi Skala Semantik Differensia l.Model Guttman dengan alternatif jawaban dari yang paling positif sampai pada yang paling negatif dengan skala 5-4-3-2-1

Siswa 1-5

6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 Kompeten si Kewarga negaraan dalam materi pemaham an persamaan gender (Y) 1.Civic Konwledge (Y1)

1.1 Pemahaman HAM 1.2 Pemahaman Demokrasi 1.3 Pemahaman Konstitusional

1.4Pemahaman tentang

Keterwakilan Perempuan 1.5 Pemahaman Masalah sosial

budaya

1.6 Pemahaman Masalah politik

Tes Pilihan Ganda (PG) yang terstandard

Siswa 1-4

5-8 9-12 13-15 16-18 19-20 2.Civic

Skill (Y2)

2.1 Intelektual Skill

2.1.1 kecakapan berpikir kritis 2.1.2kecakapan kemampuan

mendeskripsikan

2.1.3 kecakapan menjelaskan dan menganalisis

2.2 Partisipatoris Skill

Skala Semantik Diferensial dari Osgood ,dengan 5 skala

Siswa

21-23 24-26


(27)

2.2.1 interacting

2.2.2 monitoring

2.2.3 influencing

SS = 5 SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1 dan berlaku terbalik jika pernyataan nya negatif 31-33 34-37 38-40 3.Civic Dispossiti on (Y3)

3.1 Karakter publik

3.1.1Kecendrungan pemahaman siswa tetang peran dan tugas perempuan dalam keluarga

3.1.2Kcenderungan pemahaman siswa tetang perempuan dan karier

3.1.3Kecenderungan

pemahaman siswa tetang

pengembangan peran

perempuan mandiri

Skala Sikap dari Likert dengan 5 skala bertingkat : SS = 5 S = 4 CS = 3 KS = 2 STS = 1 dan berlaku terbalik jika pernyataan nya negatif

Siswa 41-45

46- 59

60-70

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dan manfaat penelitian ini, adalah :

1. Secara Teoretis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya aplikasi pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam materi pemahaman persamaan gender yang merupakan sebuah inovasi intruksional yang berorientasi terhadap public adaptif, agar siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman, pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris, pengembangan karakter dan sikap


(28)

mental serta komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional terutama dalam hal ini membangun kesadaran dan mind set

siswa tentang pola pikir pemahaman persamaan gender.

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam mengaplikasikan pembelajaran model project citizen terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa SMA dalam materi pemahaman persamaan gender

b. Bagi Siswa, diharapkan dapat memberikan motivasi dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan tentang pemahaman persamaan gender melalui efektivitas aplikasi pembelajaran model project citizen.

c. Bagi penulis, dapat menambah wawasan penelitian dalam memahami strategi-strategi pembelajaran PKn model project citizen sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan mengajar dan pembelajarannya.

F. Asumsi Penelitian dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi

Sebagai pangkal tolak pemikiran dalam penelitian ini, penulis merasa perlu mengemukakan anggapan dasar. Adapun anggapan dasarnya adalah sebagai berikut:


(29)

a. Pendidikan Kewarganegaraan kaya akan nilai jika para siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan politik dan berwarga negara. (Branson yang dikutif Budimansyah, 2007:182).

b. Agar pembelajaran PKn bermakna mesti ditunjang oleh berbagai strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah sosial yang bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara yang dewasa. (Djunaedi, 2007:91)

c. Para siswa yang dilibatkan dalam pembelajaran secara langsung, akan lebih antusias dan bersemangat. (Rusyan, 2002:127)

d. Pembelajaran model project citizen adalah suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Dalam hal ini pelajaran merupakan program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik khususnya dalam belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, sekolah maupun anggota masyarakat. (Budimansyah, 2009:1)

e. Pembelajaran model project citizen merupakan pembelajaran dengani proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang bersoko guru pada aktivitas belajar siswa kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional, proses ajar utuh terpadu, interdispliner, akan memberdayakan kesempatan pelatihan pelakonan berbagai kegiatan dan kemahiran siswa menjadi warga masyarakat serta anak


(30)

bangsa yang baik, demokratis, cerdas, dan berbudaya Indonesia termasuk di dalamnya materi pemahaman persamaan gender (Djahiri, 2001:1)

Merujuk pada asumsi penelitian di atas, kiranya dapat dipaparkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

2. Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis Mayor

Terdapat perbedaan terhadap pengembangan civic competences

siswa dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas eksperimen yang mempergunakan pembelajaran PKn model project citizen dengan kelas konttrol yang mempergunakan pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis Minor

1) Terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan model project citizen terhadap pengembangan civic competence baik dalam aspek

civic knowledge, civic skill dan civic disposition pada materi pemahaman persamaan gender.

2) Terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan model project citizen terhadap pengembangan civic competence dalam aspek civic knowledge pada materi pemahaman persamaan gender.

3) Terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan model project citizen terhadap pengembangan civic competence dalam aspek civic skill pada materi pemahaman persamaan gender.


(31)

4) Terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan model project citizen terhadap pengembangan civic competence dalam aspek civic disposition pada materi pemahaman persamaan gender.

5) Terdapat perbedaan yang signifikan pengembangan civic competence

baik civic knowledge, civic skill maupun civic dispositions dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas eksperimen yang mempergunakan pembelajaran model project citizen dengan kelas kontrol.

6) Terdapat perbedaan yang signifikan pengembangan civic knowledge

dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas eksperimen yang mempergunakan pembelajaran model project citizen dengan kelas kontrol.

7) Terdapat perbedaan yang signifikan pengembangan civic skill dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas eksperimen yang mempergunakan pembelajaran model project citizen dengan kelas kontrol.

8) Terdapat perbedaan yang signifikan pengembangan civic dispositions

dalam materi pemahaman persamaan gender antara kelas eksperimen yang mempergunakan pembelajaran model project citizen dengan kelas kontrol.


(32)

G. Kerangka Pemikiran PEMAHAMAN PERSAMAAN GENDER Realitas : - Traficcing - KDRT

- Penindasan para TKW - Rendahnya perempuan

dalam aspek politis

Kecenderungan Civic Education Learning

- Motivasi landasan historical pahlawan wanita

- Mengembangkan multidimensional citizenship yang

berdemokratis dan sadar HAM

- Democratic Classroom

Perubahan paradigma pembelajaran PKn tentang konseptual dan operasional masih dianggap belum memaksimalkan harapan

Pembelajaran PKn tidak aplikatif dan implementatif

dengan kehidupan realitas demokrasi bangsa

Diperlukan sebuah inovasi pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan berbagai aspek kewarganegaraan agar peserta didik mampu menganalisis berbagai dimensi kebijakan public serta sebagai kapasitasnya sebagai ‘young citizen’

yang dapat memberi masukan terhadap kebijakan public tersebut.

Studi Empirik: Pengaruh Pemb. model project citizen terhadap kompeten si kewar ganegara an Kajian teoretis tentang pembelajar an model project citizen terhadap kompetensi kewar

ganegaraan Model Pembelajaran Project Citizen

Kompetensi Kewarganegaraan


(33)

135 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

1. Pendekatan dan Metode

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif dengan pola ‘the dominant-less dominant design’ dari Cresswell (1994:177). Bagian pertama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dan langkah selanjutnya menggunakan paradigma tambahan dengan pendekatan kualitatif untuk pendalaman. Pada tahap ini ditambahkan metode wawancara dan pengamatan.

Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memperoleh pengaruh serta uji beda antar variabel, dengan cara menyebar angket tentang variabel yang diperlukan. Sebelum data yang sebenarnya diperoleh, terlebih dahulu uji coba instrumen di lokasi sekolah yang berbeda, untuk mendapatkan hasil validitas dan realibilitas instrumen. Hal ini penting agar tingkat validitas dan realibilitas instrumen terjaga.

Setelah di dapat deskripsi penelitian yang berdasarkan data kuantitatif, sebagai pendalaman ditambahkan data sekunder yaitu melalui hasil observasi. Dalam pelaksanaannya, pendekatan kualitatif ini tidak terbatas hanya sampai interpretasi tentang arti data itu, akan tetapi meliputi analisa terhadap interpretasi


(34)

tentang arti data itu, karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriftif. Sebagaimana dikemukakan oleh Cresswell (1998:15 ) bahwa :

Qualitative research in an inquiry process of undestanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore on distinct or human problem. The researcher builds of informans and conduct the study in a natural setting

Pada umumnya persamaan sifat dari segala bentuk penyelidikan deskriftif digunakan karena masalah yang sedang diteliti merupakan masalah yang sedang berlangsung sekarang. Adapun pada prinsipnya penelitian kualitatif menekankan bahwa setiap temuan (yang diwakili oleh data), sehingga temuan itu semakin valid, sebelum dinobatkan sebagai teori. Demikian upaya yang ditempuh untuk mempertahankan validitas dan penyimpulannya. (Alwasilah : 2006 : 102). Selanjutnya data dikumpulkan baik melalui observasi, wawancara maupun dari siswa yang disebar melalui angket, serta foto-foto kegiatan, antara lain sebagai berikut :

1. Melalui pengamatan, wawancara mendalam (indept interview) dan foto-foto kegiatan yang dilakukan peneliti dan dilakukan sejak awal pembelajaran di semester 2 Tahun Ajaran 2009 – 2010.

2. Melalui hasil ulangan

3. Melalui refleksi dan keluhan yang ditulis para siswa kelas X SMA Negeri 1 Parongpong pada kertas selembar dengan tanpa identitas (no name) tentang pembelajaran PKn


(35)

Catatan hasil observasi dipergunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di lapangan serta pemunculan komponen civic competence terutama aspek civic knowledge, civic skill serta civic disposition. Selanjutnya untuk. Peneliti pun melaksanakan evaluasi secara tertulis. Dan evaluasi yang dilaksanakan dalam bentuk ulangan akhir pertemuan dan ulangan tengah semester. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengukur aspek

civic knowledge.

Berdasarkan kecenderungan metode-metode pembelajaran yang dilakukan di lapangan lebih dominan mempergunakan metode konvensional, selanjutnya penulis mengupayakan agar menerapkan pembelajaran model project citizen

dalam mengembangkan civic competence siswa. Upaya ini dilakukan untuk melihat serta memotivasi siswa dalam mengembangkan civic competence siswa.

Untuk pendekatan kuantitatif, yakni melalui metode quasi eksperimen. Gall, Gall dan Borg (2003:402) menegaskan bahwa penelitian quasi eksperimen merupakan : A type exsperiment in which research participants are not randomly assigned to the experimental and control groups. Individu tidak secara sembarang atau acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok uji cobanya maupun dalam kelompok kontrolnya. Jenis desain kuasi eksperimen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah desain Nonequivalent (Pretest and Postest) Control-Group Design. Creswell (1994:132) selanjutnya mengatakan : In this design, a popular approach to quasi-experimental group A and the control B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and posttest and


(36)

only the experimental group received the treatment. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Gall, Gall dan Borg (2003:402) yang mengatakan :

The most commonly used quasi-experimental design in educational research is the non-equivalent control-group design.in this,research participants are not randomly assigned to the experimental and control groups,and both groups take a pretest and a postest. Expect for random assignment,the steps involved in this design are the same as for the pretest-postest experimental control-group design.

Menurut Arikunto yang dikutif Sandjaya & Heriyanto (2006 : 105) bahwa desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa. Desain penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang telah dibangun. Pemilihan desain yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin pembuktian hipotesa secara tepat pula. Adapun rancangan atau desain penelitian ini merupakan prosedur penelitian dengan suatu pendekatan praktek dengan menerapkan teknik study quasi experimental (Penelitian semi eksperimental). Pada desain ini ditentukan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen. Namun pada desain ini variabel yang seharusnya dikontrol (kelompok kontrol) dan variabel yang dimanipulasi (kelompok eksperimen) tidak dikontrol dan dibiarkan apa adanya, sehingga adanya perbedaan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sejak awal tetap dipertahankan. Jenis penelitian eksperimen semu yang diterapkan mempergunakan pra tes dan pasca tes dengan kelompok tidak diacak dengan desain bagan sebagai berikut :


(37)

Tabel 3.1.

Desain pre dan post-eksperimen

Subjek Pre tes Perlakuan Post tes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 0 O2

Sumber: Suharsimi (2002: 79)

Pada bagan di atas terlihat bahwa kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, kedua-duanya diuji baik pre tes maupun post tes. Tujuan dilakukannya pre tes untuk melihat bahwa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki tingkat homogenitas yang sama terutama aspek tingkat akademis siswa sehari-hari dalam pembelajaran PKn. Sedangkan pengujian post tes dipergunakan untuk membuktikan bahwa kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran model project citizen

berpengaruh signifikant terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa .

2. Teknik Pengumpulan Data

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran project citizen terhadap pengembangan civic competence, serta untuk menganalisis adanya perbedaan antara pembelajaran PKn yang mempergunakan model project citizen dengan yang mempergunakan model konvensional terhadap pengembangan civic competence. Instrumen yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran project citizen


(38)

mempergunakan skala semantic differensial model Guttman mulai skala 1 samapai dengan 5. Untuk mengukur variabel kompetensi kewarganegaraan mengakomodasi “Civics Assessment Database” dari National Center for Learning and Citizenship (NCLC) Amerika Serikat Tahun 2006 yang disesuaikan dengan konteks Indonesia dan Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mengukur variabel kompetensi kewarganegaraan dalam aspek civic knowledge digunakan tes dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) dengan alternatif 5 (lima) option , skala sikap sikap model Osgood untuk mengukur civic skil, dan skala sikap Likert untuk mengukur civic disposition.

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah quesioner, wawancara serta studi dokumentasi. Teknik-teknik tersebut dijelaskan lebih jauh pada uraian di bawah ini :

a. Quesioner

Quesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarluaskan untuk memperoleh informasi dari responden sebagai alat pengumpulan data. Hal ini sejalan dengan Sandjaja dan Heriyanto (2006:149) yang menyatakan bahwa “quesioner adalah cara pengumpulan data dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden”.

Dalam penelitian ini quesioner yang digunakan adalah jenis quesioner tertutup artinya quesioner yang terdiri atas pertanyaan yang disertai alternatif jawaban sehingga para responden dapat memilih jawaban yang telah disediakan.


(39)

b. Wawancara

Untuk memperoleh keterangan yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilaksanakan, maka dilakukan tanya jawab dengan sumber yang dapat dipercaya atau pihak-pihak terkait yang dapat memberikan masukan bagi penelitian. Dalam hal ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang langsung dilontarkan pada sumber dan diperoleh jawaban lebih lanjut.

c. Studi Dokumentasi

Selain menggunakan teknik wawancara dalam penelitian ini juga digunakan teknik studi dokumentasi, melalui studi dokumentasi ini penulis mengkaji isi, menganalisa dengan dukungan kepustakaan yang ada sebagai salah

satu sumber alat pengumpul data.

Dalam upaya mengumpulkan data dengan cara dokumentasi peneliti menelusuri berbagai macam dokumen. Untuk melakukan penelusuran ini digunakan suatu pedoman tentang apa yang hendak ditelusuri baik itu subjek, gejala maupun tanda-tanda. Hasil penelusuran ditulis dalam bentuk naratif atau dalam bentuk check list seperti pada observasi. Adapun dokumen yang penulis telusuri seperti buku-buku catatan siswa, dokumen rencana program pengajaran guru, daftar pemakaian ruangan moving class, daftar nilai kelas X untuk pelajaran PKn dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa serta hasil tulisan siswa tanpa nama (anonim) tentang kualitas pembelajaran PKn di lapangan.


(40)

3. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang dipergunakan adalah secara kuantitatif. Teknik analisis dengan mempergunakan analisis korelatif agar diperoleh gambaran mengenai masing-masing variabel X dan Y, digunakan analisis dengan cara penentuan kelompok berdasarkan perbandingan nilai skor responden dengan nilai ideal. Uji hipotesis hubungan antar variabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order), parsial, dan simultan dengan teknik analisis Pearson Correlations. Uji hipotesis pengaruh dilakukan dengan analisis regresi ganda metode enter dan stepwise.

Untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan adalah benar penulis melakukan pembuktian dengan melakukan uji asumsi statistik dengan cara menghitung nilai koefisien korelasi antara X dengan Y (r xy) dengan analisis korelasi Product Moment dari Pearson dengan asumsi bahwa a) X merupakan fungsi Y, dan b) hubungan antara X dengan Y diasumsikan linear.

Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisis korelatif dengan pengujian hipotesis korelatif yang sering disebut uji signifikansi (test of significance) (Hasan,2006:116). Jenis korelatif yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah pengaruh dengan dua sampel yang berkorelasi (independent).

Teknik analisis data dalam penelitian ini,menggunakan teknik pengolahan yang terdiri dari :


(41)

a. Pengujian hipotesis penelitian pertama

1) Uji Normalitas dan Uji Homogenitas variabel terikat, sebagai asumsi awal yang harus dipenuhi untuk pengujian selanjutnya

2) Uji signifikansi atau keberartian koefisien regresi

3) Mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel X dan variabel Y 4) Uji signifikansi atau keberartian pengaruh antara variabel X dan variabel

Y

b. Pengujian hipotesis kerja

1) Uji normalitas dua buah variabel, sebagai asumsi awal yang harus dipenuhi untuk melakukan uji statistik

2) Uji keberartian pengaruh faktor pembelajaran yang terdiri dari satu model pembelajaran, terhadap masing-masing variabel terikat

3) Mengetahui seberapa besar pengaruh satu model pembelajaran terhadap masing-masing variabel terikat

4) Uji keberartian pengaruh dari faktor pembelajaran yang terdiri dari satu model pembelajaran terhadap tiga variabel terikat secara langsung

c. Pengujian hipotesis penelitian kedua

1) Uji normalitas data, untuk dua kelompok yang akan dibandingkan

2) Jika dua kelompok memenuhi asumsi normalitas, selanjutnya uji homogenitas variansi dari dua kelompok tersebut. Maka :


(42)

a) Jika asumsi homogenitaas terpenuhi, maka lakukan uji statistik t, untuk menguji perbedaan dua buah rata-rata yang saling bebas

b) Jika asumsi homogenitas tidak terpenuhi, maka lakukan uji statistik t, untuk menguji perbedaan dua buah rata-rata yang saling bebas

c) Jika dua kelompok tidak memenuhi asumsi normalitas, selanjutnya untuk menguji perbedaan dua buah rata yang saling bebas, digunakan uji statistik Mann-Whitney

d) Penafsiran haasil analisis data yang telah diolah, dianalisis serta disajikan untuk kemudian dikaitkan dengan hipotesis yang telah diperoleh.


(43)

4. Proses Penelitian

Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian Sekaran ( 2006:153)

DEFINISI MASALAH Menentukan Maslah Penelitian PENGAMA TAN Mengidentifi kasi minat bidang penelitian yang luas PENGUMPULAN DATA AWAL Wawancara,Survei Literatur KERANGKA TEORETIS Mengidentifi kasi dan menguraika n variable dengan jelas PENYUS UNAN HIPOT ESIS DESAIN PENELIT IAN ILMIAH PENGUM PULAN,A NALISIS DAN INTEPRE TASI DATA DEDUKSI Hipotesis diterima? Pertanyaan penelitian terjawab Penulisan Laporan Presentasi Laporan Ya Tidak


(44)

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Menurut Nasution (1996:5), lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi.

Lokasi dalam penelitian ini, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Parongpong, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebagai sekolah rintisan SMA Baru karena baru 3 angkatan yang berhasil diluluskan, SMA N1 Parongpong bisa menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan di kawasan Bandung Utara, setelah SMA N 1 Cisarua dan SMA N 1 Lembang.

Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMA N 1 Parongpong ini, karena lokasi penelitian dengan jarak tempuh penulis ke lokasi penelitian tidak terlalu jauh, serta tertarik karena SMA Negeri 1 Parongpong ini baru sehingga ingin melihat peluang-peluang bisa berhasilnya suatu model pembelajaran PKn dengan model praktik belajar kewarganegaraan (project citizen) dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan (civic competence) siswa SMA terutama dalam menanamkan mind set pemahaman siswa SMA dalam tema persamaan gender.


(45)

2. Populasi

Secara umum pengertian populasi dikemukakan oleh Rochman N ( 1973:19) yaitu sebagai berikut :

Populasi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah riset yang berupa manusia, ialah suatu ruang lingkup yang akan dikenai kesimpulan dalam riset yang bersangkutan. Sedangkan sampel diartikan sebagai kesatuan yang langsung dijadikan sumber data.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kelas X yang ada di SMA N 1 Parongpong Kec. Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

3. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Siswa SMA N 1 Parongpong Kelas XB sebagai kelas eksperimen dan Siswa SMA N 1 Parongpong Kelas XC sebagai kelas kontrol, yang mendapat materi pelajaran dengan materi No. Kompetensi Dasar (KD) 5.3 : Persamaan Kedudukan Warga Negara Dalam Berbagai Aspek Kehidupan dengan sub materi Persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku, dengan guru yang sama serta berdasarkan perkiraan sementara kedua kelas tersebut di atas memiliki tingkat penguasaan serta hasil akademis yang sama pula dan hal ini didukung hasil pre tes menunjukkan asumsi hasil nilai rata-rata kelas yang sama. Hanya yang berbeda di kelas XB diberi perlakukan dengan Pembelajaran Model Project Citizen sedangkan di kelas XC diterapkan pembelajaran model konvensional.


(46)

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pembelajaran Model Project Citizen

Pembelajaran model Project Citizen secara adaptif menerapkan konsep dan prinsip pedagogis ”Problem Solving dan Project”(Dewey:1920), Inquiry-oriented citizenship transmision (Barr, Barth, dan Shermis:1978), social involvement (Newmann:1977), yang bersifat fasilitatif, empirik dan simulatif. (Budimansyah dan Suryadi,2008:24-25). Model ini merupakan kerangka operasional pembelajaran nilai yang berfungsi sebagai wahana psiko-pedagogis untuk memfasilitasi peserta didik mengenal, memahami, meyakini, dan menjalankan nilai-nilai yang terkandung sebagai hak, kewajiban dan tanggung jawab warga negara.Pembelajaran model project citizen yang dikemas dalam quasi eksperimen serta focus penelaahan yaitu terdiri dari enam langkah strategi pembelajaran yang terdiri dari : 1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakt, 2) Memilih suatu masalah untuk dikaji kelas, 3) Mengumpulkan Informasi yang terkait pada masalah itu, 4) Mengembangkan Portofolio Kelas,5) Menyajikan Portofolio (Show Case), 6) Refleksi

2. Kompetensi Kewarganegaraan

Pengembangan kecakapan intelektual melalui PKn dikembangkan melalui berbagai aktivitas mental intelektual yang dapat membantu meningkatkan kemampuan para siswa untuk mengingat informasi, memahami informasi, menerapkan konsep, menganalisis dan melakukan sintesis untuk berpikir kritis,


(47)

dan kemampuan membuat keputusan. Kemampuan-kemampuan intelektual ini sangat berguna bagi siswa terutama dalam mengolah berbagai informasi yang diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Sukadi, 2006:176 ).

Kecakapan-kecakapan di atas harus dicapai dalam program PKn melalui pengembangan-pengembangan kompetensi baik yang mencakup aspek pengetahuan tingkat tinggi, aspek nilai-nilai dan sikap, aspek keterampilan sosial, konfidensi, komitmen, dan unjuk-unjuk kerja siswa yang mencerminkan terintegrasinya komponen-komponen civic knowledge, civic skills, dan civic disposition yang dapat membangun suatu budaya kewarganegaraan (civic culture) yang kondusif. Dengan kata lain pembelajaran PKn dengan model project citizen

ini adalah mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai dan sikap, serta keterampilan sosial kewarganegaraan yang diintegrasikan dengan konfidensi, komitmen, dan unjuk kerja kewarganegaraan diharapkan dapat menjadi pola berpikir, bersikap, dan bertindak peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi warga negara yang cerdas, berkepribadian, beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab dan partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Pemahaman Persamaan Gender

Pembangunan suatu negara membawa implikasi terhadap perubahan. Perubahan itu melingkupi berbagai bidang baik sosial, politik dan ekonomi bahkan bisa sampai lebih luas dari itu (Ipoleksosbudhankam). Wahab (2006:60) menekankan bahwa:


(48)

Perubahan yang cepat dan berlangsung terus menerus baik secara nasional maupun internasional sangat menuntut dilakukannya perubahan yang mendasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yaitu suatu kehidupan yang lebih bebas, lebih demokratis, yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilandasi oleh prinsip-prinsip hukum dan keadilan, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia yang berbudaya dan berakhlaq mulia.

Dan kalau kita mengacu kepada Pembukaan UUD 1945, semua sepakat bahwa semua kegiatan pembangunan diarahkan pada tujuan pembangunan yang mencita-citakan masyarakat yang adil dan makmur. Kata adil disebut lebih dulu karena memang pemerataan yang harus didahulukan. Cita-cita bangsa ini harus diperjuangkan oleh semua warga negara yang setia kepada bangsanya. Seluruh warga negara Indonesia, tanpa kecuali mempunyai tugas dan kewajiban berpartisipasi dalam pembangunan negara dan bangsa. Sebagai timbal baliknya, seluruh warga negara mempunyai hak untuk menikmati hasil pembangunan.

Perempuan, termasuk warga negara yang mempunyai tugas, kewajiban dan hak yang sama pula. Perempuan adalah manusia, sama mempunyai hak asasi manusia yang mempunyai hak dasar dan mutlak serta harus dilindungi dan diakui keberadaannya.

Istilah gender sering disalahkaprahkan hanya soal perempuan. Masyarakat, sebagai konstruksi sosial perlu memahami perbedaan seks dan gender. Perbedaan jenis kelamin tidak otomatis sejalan dengan perbedaan gender, karena gender merupakan hasil sosialisasi masyarakat yang dapat berbeda karena waktu, tempat, dan kemauan masyarakat untuk mengubah. Sedangkan perbedaan jenis kelamin sifatnya biologis dan universal.


(49)

Di saat situasi politik tidak berpihak terhadap eksistensi perempuan, akan menyebabkan perempuan tidak akan berkembang. Sebaliknya, pria leluasa bergerak di luar rumah dan dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan kondisi ini, kaum perempuan akan tetap dalam kondisi yang kurang memiliki intelektualitas dan kemampuan fisiknya, dibanding kaum pria. Domestikasi perempuan dianggap wajar. Begitu pula dominasi laki-laki dalam kehidupan, khususnya dibidang politik. Pada gilirannya perempuan menjadi termarginalkan, ketinggalan karena ragu-ragu terjun ke masyarakat.

Kaum perempuan melalui usaha pemberdayaannya yang keras akan mampu menyamai pria, kalau diberi kesempatan baik pendidikan, sosial ekonomi maupun hak–hak politiknya, tanpa harus meninggalkan fitrahnya sebagai perempuan. Perempuan yang akan duduk sebagai calon legslatif, harus handal dan kapabilitasnya harus teruji, serta kemampuan berpikir analisisnya harus kuat agar dapat mempengaruhi formulasi kebijakan yang menyangkut kultural dan struktural sosio ekonomi. Melalui kaderisasi dan seleksi kepemimpinan yang terjaga kualitas serta memberi kontribusi bagi proses politik dengan rekam jejak politik yang kualifive juga. Keberadaan perempuan ini jangan hanya melalui kedekatan dengan elite parpol, kekuatan finansial atau dengan popularitas yang diklaim bisa mendongkrak harga jual partai. Para perempuan yang bisa mewakili bangsa ini adalah mereka yang mampu melewati proses pemberdayaan yang benar dan berprestasi, bukan karbitan, karena kalau kita mengutip pendapat Abdullah (2001:27), bahwa perempuan dalam bebagai kasus lebih mobil dibandingkan


(50)

laki-laki, lebih aktif dalam berbagai aktivitas jika terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan.

Materi yang berkaitan dengan materi pemahaman persamaan gender ini yaitu Kompetensi Dasar No.5.3 yaitu : ”Persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku”. Dengan memberi ilustrasi empirik mengenai berbagai isu dan trend dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, khususnya dalam rangka proses demokratisasi tentang persamaan gender. Sebagai trigger kegiatan lebih lanjut, selanjutnya guru mengajak siswa untuk merenungkan sebuah pertanyaan “ Bagaimana seharusnya kita sebagai warga negara, pewaris sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dan pemimpin bangsa dan negara di masa yang akan datang seyogyanya memahami dan menjalankan nilai, konsep dan prinsip demokrasi dalam konteks sosio-politik dan sosio-kultural bangsa Indonesia dengan sama-sama menghargai semua warga negara bahwa pembangunan bangsa ini milik semua warga bangsa ini tanpa harus membedakan peran gender. Jadi siswa, diajak untuk merevitalisasi agenda peningkatan persamaam gender.

Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge), yaitu pemahaman mendasar yang dimiliki oleh siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan Kewarganegaraan, yang meliputi demokrasi dan struktur pemerintahan Indonesia, serta Kewarganegaraan Indonesia. Aspek pengetahuan (civic knowledge) yang diharapkan penulis dalam penelitian ini meliputi:1) Pemahaman tentang HAM, 2) Pemahaman tentang Demokrasi, 3) Pemahaman tentang Konstitusional, 4)


(51)

Pemahaman tentang Keterwakilan Perempuan 5) Pemahaman tentang Masalah Sosial budaya 6) Pemahaman tentang masalah Politik

Kecakapan Kewarganegaraan (civic skill), yaitu seperangkat keterampilan mendasar yang dimiliki siswa berkaitan dengan Kewarganegaraan yang terdiri atas kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris. Kecakapan intelektual berupa: (1) kemampuan berpikir kritis; (2) kemampuan mendeskripsikan; dan (3) kemampuan menjelaskan dan menganalisis. Serta Kemampuan partisipasi yang teridir dari (1) interacting; (2) monitoring ; dan (3) influencing

Disposisi Kewarganegaraan (Civic Disposition) atau watak kewarganegaraan, yakni suatu perangkat karakter dan komitmen yang penting bagi kehidupan kewarganegaraan. Disposisi dalam penelitian ini yaitu karakter publik yaitu meliputi :1) kecenderungan pemahaman siswa terhadap peran tugas perempuan dalam keluarga; 2) kecenderungan pemahaman siswa tetnang peran perempuan dan karier serta 3) kecenderungan pemahaman siswa tentang perempuan mandiri.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Pembelajaran Model Praktik Belajar Kewarganegaraan

Terdiri dari 6 (enam) langkah yaitu :

a. Identifikasi Masalah Kebijakan Publik dalam Masyarakat b. Memilih suatu Permasalahan untuk dikaji kelas


(52)

d. Mengembangkan Portofolio Kelas e. Menyajikan Portofolio ( Show Case ) f. Refleksi

2. Kompetensi Kewarganegaraan

a. Pengetahuan Kewargnegaraan (Civic Knowledge)

Terdiri dari materi subtansi yang harus dikuasai siswa yaitu tentang pemahaman persamaan gender.

b. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill)

1) Intelektual Skill

Terdiri dari kemampuan berpikir kritis, kemampuan mendeskripsikan dan menganalisa serta kemampuan untuk mengevaluasi.

2) Partisipatoris Skill

Terdiri dari interacting, monitoring dan influencing

c. Watak Kewarganegaraan (Civic Dispositions)


(53)

3. Kisi – kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur Sumber

Data

Nomor

Option

1 2 3 4 5 6

Pembelaja ran Model

Project Citizen

( X )

1. Pelaksanaan Langkah-langkah Pembelajaran

Project Citizen

1.1 Identifikasi Masalah Kebijakan Publik dalam Masyarakat

1.2 Memilih suatu

Permasalahan untuk dikaji kelas

1.3 Mengumpulkan

Informasi

1.4 Mengembangkan

Portofolio Kelas 1.5 Menyajikan Portofolio

Kelas ( Show

Case/Simulated Hearing Public) 1.6 Refleksi Skala Semantik Differensial Model Guttman dengan altrnatif jawaban dari yang paling positif sampai pada yang paling negatif dengan skala 5-4-3-2-1

Siswa 1-5

6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 Kompeten si Kewarga negaraan dalam materi pemaham an persamaan gender ( Y )

1.Civic Konwledge ( Y1)

1.1 Pemahaman HAM 1.2Pemahaman Demokrasi 1.3Pemahaman

Konstitusional

1.4 Pemahaman tentang Keterwakilan

Perempuan

1.5 Pemahaman Masalah sosial budaya

1.6 Pemahaman Masalah politik

Tes Pilihan Ganda (PG) yang terstandard

Siswa 1-4

5-8 9-12 13-15 16-18 19-20

2. Civic Skills

(Y2)

2.1 Intelektual Skill 2.1.1 kecakapan berpikir

kritis 2.1.2kecakapan

kemampuan mendeskripsikan 2.1.3kecakapan

menjelaskan dan

menganalisis 2.2 Partisipatoris Skill 2.2.1 interacting 2.2.2 monitoring 2.2.3 influencing Skala Semantik Diferensial dari Osgood dalam satu garis kontinum dengan 5 skala

Siswa 21-23

24-26

27-30

31-33 34-37 38-40


(54)

3. Civic Dispossitions

(Y3)

3.1 Karakter publik 3.1.1Kecendrungan

pemahaman siswa tetang peran dan tugas perempuan dalam keluarga 3.1.2Kecenderungan

pemahaman siswa tetang perempuan dan karier

3.1.3Kecenderungan pemahaman siswa tetang

pengembangan peran perempuan mandiri

Skala Sikap dari Likert dengan 5 skala : SS = 5 S = 4 CS = 3 KS = 2 STS = 1 dan berlaku terbalik jika pernyataann ya negatif Siswa 41-45 46- 59 60-70

E. Hasil Pengujian Validitas, Realibilitas, dan Normalitas

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen berupa quesioner disusun dari kisi-kisi yang telah dikembangkan. Sebelum quesioner ini digunakan, diujicobakan pada 30 anggota populasi untuk mengukur validitas dan realibilitas instrumen.

Uji coba ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment (Uji r) dan

Spearmen Brown ( Uji t). Hasil uji validitas instrumen penelitian variabel pembelajaran model praktik belajar kewarganegaraan dapat dipergunakan 30 item. Sedangkan dari hasil uji coba pada variabel civic competence terdapat 39 item dapat digunakan dan 31 item yang harus direvisi.

Uji validitas dipergunakan karena menurut William G. Zikmund (2003:331), validitas aalah:”The ability of a scale to measure what was intended to be measure.” Yaitu kemampuan suatu skala untuk mengukur sesuatu yang diniatkan untuk diukur. Pendapat serupa disampaikan oleh David A.Aaker


(55)

(2004:762).”Validity is the ability of a measurenment instrument to measure what it is supposed to measure.” Yaitu validitas adalah kemampuan suatu instrument pengukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Data dikatakan tidak valid jika memiliki nilai r hitung < 0.300 ( Kusnendi : 2008 :96) atau keselarasan antara suatu skor tes dengan kualitas yang hendak diukur oleh tes itu (Wahyudin, 2007 :1)

Selain uji validitas, penulis juga mempergunakan uji reliabilitas. Instrumen penelitian disamping harus valid, juga harus dapat dipecaya (reliable). Suatu reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data, karena instrumen itu sudah baiuk. Instrumen yang sudah dapat dipecaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah menunjukkan suatu pengertian bahwa hasil instrumen cukup dapat dipercaya untuk didunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baiuk. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2002: 90).

Koefisien Alpha Cronbach (α) merupakan statistik yang paling umum digunakan untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,07 ( Hair,Anderson,Tatham & Black, 1998 dalam Kusnendi, 2008 : 79).

Uji realibilitas instrumen menggunakan teknik belah dua ganjil genap (Suharsimi,1998:90). Rumus yang digunakan adalah korelasi Pearson Product


(56)

Moment. Untuk uji realibilitas keseluruhan instrumen menggunakan Uji Spearman Brown. Hasil uji realibilitas instrumen pada variabel pembelajaran model praktik belajar kewarganegaraan menunjukkan bahwa r hitung 0,667 ≥ dari nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 95%, indeks alpha 0,05 dan N 30 sebesar 0,312. karena r ≥ dari r tabel, maka instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas variabel civic competence menunjukkan r hitung sebesar 0, 910 sedangkan r tabel pada tingkat kepercayaan 95%, indeks alpha 0,05 dan N 30 sevesar 0,312, karena r ≥ dari r tabel maka instrumen reliabel.

2. Normalitas Variabel Respon

Langkah awal untuk melihat sebuah asosiasi di antra dua variabel adalah membuat diagram sebar titik-titik data suatu distribusi bivariabel. Hal ini akan memberikan pemeriksaan kasar keakuratan perhitungan nilai sebuah regresi/korelasi, serta memberikan kita kesempatan untuk memeriksa beberapa kondisi (linearitas hubungan) yang mungkin mempengaruhi koefisien korelasi dan intepretasinya. (Wahyudin, 2007:33)

Pada pengujian normalitas ini, akan digunakan software SPSS versi 13 for windows untuk mendapatkan scatter plot data. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini :


(57)

Gambar: 3.2

Normalitas Variabel Respon

Sekilas dapat kita lihat, bahwa plot data variabel respon tersebut membentuk garis lurus, dengan demikian didapatkan dugaan bahwa variabel respon tersebut berdistribusi normal. Namun, hal ini masih bersifat subjektif, maka selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis kemormalan data tersebut.

Untuk uji normalitas ini menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS ver 13 for windows, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

x

p

e

c

te

d

C

u

m

P

ro

b

Dependent Variable: PC


(1)

250 9. Guru-guru Pkn wajib memiliki motivasi, kesadaran dan profesionalisme yang tinggi untuk mengaplikasikan pembelajaran model praktik belajar kewarganegaraan, agar perkembangan seluruh dimensi kompetensi kewarganegaraan siswa menjadi berkembang lebih baik /tinggi. Karena melalui pembelajaran model praktik belajar kewarganegaraan lah dimensi pengetahuan kewarganegraan, ketrampilan kewarganegaraan dan watak kewarganegaraansiswa akan meningkat sehingga akan menunjang kehidupan berdemokrasi siswa.

10. Pembelajaran model project citizen sangat dibutuhkan untuk memberikan citraan baru ke dalam mind-set siswa agar memiliki wawasan baru tentang pemahaman persamaan gender. Namun selain upaya di persekolahan yang lebih mengarah pada pemahaman persamaangender dengan benar perlu juga peran lingkungan keluarga yang mesti memulai menginternalisasikan unsur-unsur gender secara benar sejak dini kepada anak-anaknya sehingga tidak lagi muncul stigma, pelabelan, penomorduaan, marginalisasi peran, beban ganda, atau kekerasan yang sangat tidak mendukung bagi kaum perempuan.


(2)

251

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. (2001). Seks, Gender &Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang Press.

Alwasilah,A.Chaedar. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Rosda Anugrah,Astrid. (2009). Keterwakilan Perempuan dalam Politik. Jakarta:

Pancuran Alam.

Arianto, Ismail. (2006).” Kebangsaan Indonesia dulu, kini dan di masa depan”, Pendidikan Nilai Moral dalam dimensi PKn. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS –UPI.

Asshiddiqie,Jimly. (2009 ). Menuju Negara Hukum yang Demokratis. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Atmadi,A, dan Setiyaningsih,Y. (2000). Transformasi Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Bahmueller,C.F. dan Patrick,J.J. (1999). Principles and practices of Education for Democratic Citizenship; International perspectives. Bloomington: the ERIC Adjunct Clearinghouse for International Civic Education

Budiardjo, Miriam. ( 2001 ). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Budimansyah,D. ( 2009 ). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi PKn Sekolah Pascasarjana UPI.

Budimansyah,D., dan Suryadi, K. (2007). PKn dan Masyarakat Multikultur. Bandung: Program Studi PKn Sekolah Pascasarjana UPI.

Cogan, J.J. dan Derricott,R. (1998). Citizenship for the 21st Century; An International Perspective on Education. London: Kogan Page.

Civics And Moral Education Syllabus, Primary School (2000). Singapore: Ministry Of Education Singapore.

Cresswell, John W. (1994). Qualitative Design: Qualitative & Quantitative Approaches. London: Sage Publications.

Danial,AR.,Endang dan Wasriah,Nana. (2009). Metoda Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn UPI.


(3)

252 Danim, Sudarwan. (2006). Metode Penelitian unutk Ilmu-ilmu Prilaku. Jakarta:

Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Standar Nasional Pendidikan, Bandung: Fokusmedia.

Departemen Pendidikan Nasional. ( 2003 ). Standar Kompetensi Mata Pelajaran PKn. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). BSNP. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

Djahiri, A.Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif,Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. LP3 IPS FKIS IKIP Bandung: Ganesia.

Darling – Hammond. (2006). Powerfull Teacher Education. London: England Jossey Bass.

E. Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fakih, Mansour. (2002). Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek PLPTK.

Kantaprawira, Rusadi. (2001). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru. Kerri Lee Krause, Sandra Bochner&Sue Duchesne. (1998). Educational

Psychology for Learning and Teaching. England. Komalasari, Kokom dan Budimansyah, Dasim. (2009). “Pengaruh pembelajaran

kontekstual dalam PKn terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa SMP”, Jurnal Acta Civicus , 2 ( 1 ). Hlm. 76 – 97.

Kusnendi. (2008). Model-model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel. Bandung: Alfabeta

Lickona,T. (1992). Educating for Character,How Our Scholl Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.


(4)

Murniati,P., A. Nunuk. (2004). Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM. Magelang: Indonesiatera.

Murniati,P., A. Nunuk. (2004). Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya dan Keluarga. Magelang: Indonesiatera.

Murlich,Masnur. (2007). Sertifikasi Guru Menuju profesionalisme Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. (1996). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sandjaya,B,&Heriyanto,Albertus. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Santoso,Singgih,dkk. (2001). Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi SPSS. Jakarta: PT Ekex Media

Sekaran,Umar. (2006). Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat. Somantri, Numan, M. (2001). Menggagas pembaharuan Pendidikan IPS.

Bandung: Remaja Rosdakarya- SPS UPI.

Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Soedijarto. (1993). Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. Sopiah, Pipih. (2009). ” Pengaruh Aplikasi Pembelajaran PKn Berbasis Portofolio

terhadap Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (civic culture)”. Jurnal Acta Civicus, 2 ( 2 ) hlm. 181 – 199.

Slameto. (1990). Belajar dan factor yang mempengaruhinya. Bandung: Tarsito. Sudarminta,A. (1991). Filsafat Proses. Yogyakarta: Kanisius.

Sudjana,Nana. (1991). Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Sukadi, I Wayan. (2006). ”PKn sebagai pendidikan demokrasi berbasis kompetensi untuk sekolah dasar dalam rangka ” nation and character building” dan implikasinya terhadap pembelajaran”, Pendidikan Nilai Moral dalam dimensi PKn. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS –UPI. Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.


(5)

254 Suryosubroto.B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Tatang Syaripudin. (2006). Landasan Pendidikan. Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan. Bandung: FIP UPI

Thoha, Miftah. (2007). Birokrasi & Politik di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wahab, A.A. (1999). Budi pekerti Education: A Model of Teaching Code of Conduct for Good Indonesia Citizenship, Makalah pada Conference on Civic Education for Civil Society. Bandung, 16 – 17 Maret 1999.

Otsu, K. (1998). Citizenship Education for the 21. London: Kogan Page.

Wahab,A.Azis. (1999). Budi Pekerti education: A Model of Teaching Code of Conduct for Good Indonesia Citizenship, Makalah pada Conference on Civic Education for Civil Society. Bandung 16-17 Maret 1999.

Wahyudin. (2007). Dasar-dasar Statistika. Ciamis: Program Pasca Ungal.

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, Dasim. (2007). Civic Education: Konteks, landasan, bahan ajar dan kultur kelas. Bandung: Program Studi PKn Sekolah Pascasarjana UPI.

Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi, (Desertasi). Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Winkel,W.S. (1991). Psikologi Pengajaran.Jakarta: Grasindo.

Wiriaatmadja, R. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PPS UPI dengan Remaja Rosdakarya.

Yudohusodo, Siswono. (1996). Semangat Baru Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Yayasan Pembangunan Bangsa.

Yusufhadi, Miarso. (2005). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekom- Diknas.


(6)