DAMPAK PENERAPAN LATIHAN LARI ASSISTED SPRINTING DAN LATIHAN LARI RESISTED SRINTING PADA METODE REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN AKSELERASI SPRINT.

(1)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAMPAK PENERAPAN LATIHAN LARI ASSISTED SPRINTING DAN LATIHAN

LARI RESISTEDSPRINTING PADA METODE REPETISI TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN AKSELERASI SPRINT

Studi Eksperimen Latihan Lari Assisted Sprinting Ditarik Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari Resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

TESIS

Di Ajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Olahraga

Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

RICKY WIBOWO NIM. 1007100

SEKOLAH PASCA SARJANA

PROGRAM PENDIDIKAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Dampak Penerapan Latihan Lari

Assisted Sprinting Dan Latihan Lari Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint.” Eksperimen ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidk sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,

Ricky Wibowo 1007100


(3)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Ricky Wibowo

NIM : 1007100

JUDUL : Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Spinting Dan Lari

Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Disetujui Dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd 196812181994021001

Pembimbing II

Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO 196207181988031004

Mengetahui,

Program Studi Pendidikan Olahraga Ketua

Prof. Dr. Adang Suherman, M.A 196306181988031002


(4)

ABSTRAK

DAMPAK PENERAPAN LATIHAN LARI ASSISTED SPRINTING DAN LATIHAN LARI RESISTED SRINTING PADA METODE REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN AKSELERASI SPRINT

Studi Eksperimen Latihan Lari Assisted Sprinting Ditarik Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari ResistedSprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan

Kemampuan Akselerasi Sprint

Pembimbing : 1. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd

2. Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO Ricky Wibowo*

2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak latihan assisted sprinting (AS) dan latihan resisted sprinting (RS) pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain Pre-Test dan Post-Test. Sampel penelitian adalah atlet atletik lari jarak pendek UKM atletik STKIP Muhammadiyah Kuningan yang berjumlah dua belas orang. Enam orang untuk AS dan enam orang untuk RS yang diambil dengan menggunakan Simple Random Sampling. Instrument yang digunakan adalah tes lari sprint jarak 30 meter. Setelah melakukan proses latihan selama 18 kali pertemuan seminggu tiga kali selama kurang lebih enam minggu, data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir diolah secara statistik dengan uji-t. Hasil analisis data yang diperoleh menunjukan bahwa AS dan RS memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint. Terdapat perbedaan namun tidak signifikan antara AS dan RS terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint. Pada AS peningkatan lebih baik dari RS pada jarak 10 m dari jarak total 30 m sedangkan pada RS peningkatan lebih baik dari AS pada jarak 10-20 m dan 20-30 m dari jarak total 30 m. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan akselerasi pada jarak 10 meter menggunakan AS, sedangkan untuk meningkatkan akselerasi pada jarak 10-20 m dan 20-30 m dari jarak total 30 m menggunakan RS.


(5)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE IMPACT OF ASSISTED SPRINTING TRAINING (AS) AND RESISTED SPRINTING TRAINING (RS) IN REPETITION METHOD ON IMPROVING

SPRINT ACCELERATION CAPABILITIES

Experiment study assisted sprinting training towed by elastic cord and resisted sprinting training use sled harness in repetition method on improving sprint acceleration capabilities.

Supervisors : 1. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd

2. Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO Ricky Wibowo*

2012

The purpose of this research is to determine the impact of assisted sprinting training (AS) and resisted sprinting training (RS) in repetition method on improving sprint acceleration capabilities. This research used experimental method in pre-test and post-test design. The research sample were twelve male collegiates track sprinters, athletic division of Muhammadiyah University, Kuningan. Six male collegiates track sprinters for AS and six male collegiates track sprinters for RS. It used simple random sampling. The instrument used is 30 m sprint test. After training three times per week for six week, data were obtained from pre-test and post-test processed statistically by t-test. The AS group and RS group showed significant changes on improving sprint acceleration capabilities. No significant different between AS and RS on improving sprint acceleration capabilities. In AS the increase is better than RS at a distance of 10 m from a distance of 30 m. While, in RS the increase is better than AS at a distance of 10-20 m and 20-30 m from a distance of 30 m. Accordingly, to improve acceleration at a distance 10 m use AS, while to improve acceleration at a distance of 10-20 m and 20-30 m from a distance of 30 m use RS.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Metode Penelitian... 10

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Tesis ... 12

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 15

1. Hakikat Lari Sprint ... 15

2. Hakikat Latihan ... 30

3. Hakikat Metode Latihan ... 37

4. Hakikat Lari Assisted Sprinting ... 41

5. Hakikat Lari Resisted Sprinting ... 48

B. Kerangka Berfikir... 55

1. Biomekanika Lari Assisted dan Resisted Sprinting... 55

2. Dampak Latihan Assisted Sprinting Ditarik Menggunakan Tali Elastis ... 63

3. Dampak Latihan Resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness ... 64

C. Hipotesis ... 66

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian ... 67

1. Lokasi penelitian ... 67

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 67

B. Desain Penelitian ... 69

C. Metode Penelitian... 70

D. Definisi Operasional... 71

E. Instrumen Penelitian... 72


(7)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Pengumpulan Data ... 74

H. Analisis Data ... 75

I. Program Latihan ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan dan Analisi Data ... 84

B. Pembahasan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 136


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Biomekanika Fase Akselerasi Dan

Fase Kecepatan Maksimal... 56

Tabel 2.2 Parameter Kinematic Sudut Togok, Paha, Dan Lutut ... 58

Tabel 2.3 Basic Kinematic Parameter ... 59

Tabel 3.1 Karakteristik Sampel ... 68

Tabel 3.2 Volume Dan Intensitas Latihan... 80

Tabel 3.3 Klasifikasi Metode Latihan Sprint ... 81

Tabel 3.4 Karakteristik Latihan... 82

Tabel 3.5 Jadwal Dan Program latihan ... 83

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan Variansi Tes Lari 30 Meter ... 85

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Lari Sprint 30 Meter Kedua Kelompok ... 86

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint 30 Meter ... 87

Tabel 4.4 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi 30 Meter ... 88

Tabel 4.5 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi 30 Meter ... 89

Tabel 4.6 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi 30 Meter ... 89

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan Variansi Tes Lari 10 Meter ... 91

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Lari Sprint 10 Meter Kedua Kelompok ... 92

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint 10 Meter ... 92

Tabel 4.10 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi 10 Meter ... 93

Tabel 4.11 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi 10 Meter ... 94 Tabel 4.12 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap


(9)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 10 Meter ... 95 Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan

Variansi Tes Lari 20 Meter ... 95 Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Lari Sprint 20 Meter

Kedua Kelompok ... 96 Tabel 4.15 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint

20 Meter ... 97 Tabel 4.16 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 20 Meter ... 98 Tabel 4.17 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting

Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 20 Meter ... 98 Tabel 4.18 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 20 Meter ... 99 Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan

Variansi Tes Lari 10-20 Meter ... 100 Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Lari Sprint 10-20 Meter

Kedua Kelompok ... 101 Tabel 4.21 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint

10-20 Meter ... 102 Tabel 4.22 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 10-20 Meter ... 103 Tabel 4.23 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting

Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 10-20 Meter ... 103 Tabel 4.24 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 10-20 Meter ... 104 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan

Variansi Tes Lari 20-30 Meter ... 105 Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Lari Sprint 20-30 Meter

Kedua Kelompok ... 106 Tabel 4.27 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint

20-30 Meter ... 106 Tabel 4.28 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 20-30 Meter ... 107 Tabel 4.29 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting

Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 20-30 Meter ... 108 Tabel 4.30 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting


(10)

Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Peningkatan Kemampuan Akselerasi 20-30 Meter ... 109 Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan

Variansi Terhadap Panjang Langkah ... 109 Tabel 4.32 Hasil Uji Normalitas Liliefors Terhadap Panjang Langkah

Kedua Kelompok ... 110 Tabel 4.33 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint

30 Meter Terhadap Panjang Langkah kedua kelompok ... 111 Tabel 4.34 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap

Panjang Langkah ... 112 Tabel 4.35 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting

Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Panjang Langkah ... 112 Tabel 4.36 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Panjang Langkah ... 113 Tabel 4.37 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Dan

Variansi Terhadap Frekuensi Langkah ... 113 Tabel 4.38 Hasil Uji Normalitas Liliefors Terhadap Frekuensi Langkah

Kedua Kelompok ... 114 Tabel 4.39 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Tes Lari Sprint

30 Meter Terhadap Frekuensi Langkah kedua kelompok ... 115 Tabel 4.40 Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Pada Metode Repetisi Terhadap

Frekuensi Langkah ... 116 Tabel 4.41 Dampak Penerapan Latihan Lari resisted Sprinting

Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap

Frekuensi Langkah ... 117 Tabel 4.42 Perbedaan Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting

Menggunakan Tali Elastis Dan Latihan Lari resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness Pada Metode Repetisi Terhadap


(11)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Parameter Dalam Lari Sprint ... 18

2.2 Bagian Dari Panjang Langkah ... 19

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Panjang Langkah... 21

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Langkah ... 23

2.5 Fase-Fase Lari 100 Meter ... 25

2.6 Akselerasi Lari Sprint ... 27

2.7 Pembeban Secara Sistematis dan Bertahap ... 33

2.8 Lari Assisted Sprinting Menggunakan Treadmill ... 43

2.9 Lari Assisted Sprinting Ditarik Menggunakan Kontrol Alat Eletronik ... 45

2.10 Contoh Tali Elastis Untuk Latihan Assisted Sprinting ... 45

2.11 Latihan Lari Assisted Sprinting Menggunakan Tali Elastis ... 46

2.12 Ikatan Tali Elastis Pada Objek ... 47

2.13 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Harness ... 49

2.14 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Sled ... 49

2.15 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Ban Mobil ... 49

2.16 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Parasut ... 50

2.17 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Tangga ... 50

2.18 Lari Resisted Sprinting menggunakan Tanjakan ... 50

2.19 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Bungee Cord ... 51

2.20 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Rompi Beban ... 51

2.21 Lari Resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness ... 51

2.22 Peralatan Lari Resisted Sprinting Menggunakan Sled Harness ... 53

2.23 Sudut Pada Saat Lari Sprint ... 58

3.1 Desain Penelitian ... 69

3.2 Peningkatan Beban Latihan... 79

3.3 Peningkatan Beban Latihan... 79

4.1 Peningkatan Kecepatan Pada Akselerasi Jarak 10m, 20m Dan 30m Kedua Kelompok Latihan. ... 121

4.2 Peningkatan Kecepatan Pada Akselerasi Jarak 10m, 10-20m Dan 20-30m Kedua Kelompok Latihan ... 123

4.3 Peningkatan Panjang Langkah dan Frekuensi Langkah Kedua Kelompok Latihan ... 125


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Tes Awal dan Akhir Latihan Lari Assisted Sprinting ... 136

2. Data Tes Awal dan Akhir Latihan Lari Resisted Sprinting ... 140

3. Uji Homogenitas Latihan Lari Assisted Sprinting ... 144

4. Uji Homogenitas Latihan Lari Resisted Sprinting ... 146

5. Uji Normalitas Liliefors Latihan Lari Assisted Sprinting ... 148

6. Uji Normalitas Liliefors Latihan Lari Resisted Sprinting ... 162

7. Uji Signifikansi Latihan Lari Assisted Sprinting ... 176

8. Uji Signifikansi Latihan Lari Resisted Sprinting ... 183

9. Uji Signifikansi Perbedaan Kedua Kelompok Latihan ... 190

10. Program Latihan Lari Assisted Sprinting ... 197

11. Program Latihan Latihan Lari Resisted Sprinting ... 203

12. Kecepatan Latihan Lari Assisted Sprinting Ditarik Tali Elastis dan Berat Beban Latihan Lari Resisted Sprinting Menarik Sled Harness .. 209

13. Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors ... 211

14. Nilai Kritis Untuk Distribusi F ... 212

15. Daftar F ... 213

16. Nilai Persentil Untuk Distribusi T ... 214

17. Foto Latihan Lari Assisted Sprinting... 215

18. Foto Latihan Lari Resisted Sprinting ... 216

19. Foto Pemanasan ... 217

20. Foto Tes Lari Sprint dan Triple Hop ... 218

21. SK Pembimbing ... 219

22. Surat Izin Penelitian ... 221


(13)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Nomor Lari sprint yang merupakan lari jarak pendek meliputi lari jarak 100 m, 200 m, 400 m, lari gawang 100 m gawang puteri, 110 m gawang putera, lari gawang 400 m, lari estafet 4x100 m, lari estafet 4 x 400 m hingga lari 800 m. Pada dasarnya, gerakan lari jarak pendek untuk semua jenis sama. Namun karena ada perbedaan jarak yang tempuh, maka terdapat pula beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start

hingga finish dilakukan dengan kecepatan maksimal

Lari jarak pendek 100 meter merupakan nomer yang paling bergengsi di cabang olahraga atletik. Predikat sebagai manusia tercepat menjadikan seorang

sprinter menjadi sorotan publik. Lihat saja sosok Usain Bolt yang mendunia sebagai satu-satunya manusia yang mampu berlari dibawah waktu 9,6 detik. Sejalan dengan meningkatnya prestasi seorang sprinter, mencuat pula sosok dibalik suksesnya

sprinter tersebut yaitu pelatih. Untuk menciptakan wibawa ini pelatih seolah-olah berlomba untuk menciptakan metode hingga bentuk latihan untuk meningkatkan performa atletnya.


(14)

Dalam lari sprint khususnya jarak 100 m kecepatan amat diperlukan agar dapat secepat mungkin memindahkan atau menggerakan anggota tubuh dari satu posisi ke posisi lainnya. Dalam kebanyakan olahraga, kecepatan merupakan faktor yang menentukan hasil dalam even-even olahraga. Harsono (1988:216) menyatakan bahwa

“Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.”

Lari sprint pada umumnya sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu frekuensi langkah dan panjang langkah. Seperti yang dikemukakan oleh Jarver (1988:24) dikutip bahagia (2004:62), menyatakan „The rate of acceleration and the running speed are product of stride length and stride frequency.‟ Untuk menambah kecepatan lari sprint juga bergantung pada panjang langkah dan frekuensi langkah karena kecepatan lari sprint di produksi oleh panjang langkah dan frekuensi langkah. Jadi dapat dikatakan bahwa kecepatan lari sprint adalah hasil dari panjang langkah dan frekuensi langkah.

Apabila diamati, nomor sprint khususnya lari 100 m dapat dibagi ke dalam beberapa bagian atau fase yang mewakili setiap gerakan per jaraknya. Ini dapat juga dilihat dari gaya berlarinya. Fase-fase tersebut adalah : (1) Kecepatan reaksi pada saat keluar dari start blok. (2) Akselerasi atau percepatan pada jarak 0-30 meter. (3) Kecepatan maksimal pada jarak 30-60 meter. (4) Pemeliharaan kecepatan pada jarak


(15)

3

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60-100 meter. Sejalan dengan Bird (2002:1) dalam “Sports Performance Analysis: 100m Sprint” menjelaskan bahwa beberapa fase yang harus dilalui oleh atlet lari jarak pendek yaitu : (1) acceleration, 0-30m (sub-divided into pure acceleration and transition (2) Maksimum Velocity, 30-60m (3) Speed Maintenance, 60-100m.

Dari fase-fase lari sprint tersebut, percepatan atau akselerasi sangatlah penting. Contoh kasus dua orang pelari berlari dengan kecepatan yang tetap, dan besar kecepatannya sama. Bila salah seorang akan mendahului lawannya, maka ia harus menambah kecepatan dan penambahan kecepatan itu mengharuskan mengubah kecepatannya agar lebih cepat. Pada tahap akselerasi, pelari berupaya untuk mencapai kecepatan maksimal secepat dan seefektif mungkin agar mendapatkan hasil yang baik dalam lari 100 meter. Seperti pendapat Knugler dan Janshen (2010:343) yang menyatakan “In 100 meter dash the ability to accelerate has an immediate effect on the outcome of the race. Even in long distance running lost of races decided in a

sprint finish.”

Menurut Harsono (1988:218) akselerasi adalah pertambahan kecepatan dari posisi keluar start sampai kecepatan maksimal.Sedangkan Murphy et al. (2003:144) mengatakan bahwa “Acceleration is physically defined as the rate of change in

velocity.” Dapat diuraikan bahwa akselerasi adalah kemampuan untuk menambah kecepatan dalam meraih kecepatan maksimal dengan jumlah waktu yang sesingkat-singkatnya. Oleh sebab itu dibutuhkan latihan spesifik untuk meningkatkan akselerasi


(16)

lari sprint. Maksud dari latihan spesifik yaitu latihan lari sprint khusus untuk kecepatan yang gerakannya lebih spesifik terhadap gerak lari sprint. latihan untuk kecepatan menurut Cissik (2011:11) dapat berupa :

There are a number of tools that are used to enhance an athlete’s speed, but not all of these are equally relevant to every sport and every level of development. These tools include: Technique drills, Explosive starts, Sprints of varying distances, Resisted sprinting, Assisted sprinting, Varied-pace sprinting, Stride length drills, Stride frequency drills.

Berdasarkan literatur tersebut penulis tertarik dengan bentuk latihan assisted

dan resisted. Salah satu bentuk latihan yang memungkinkan meningkatkan frekuensi langkah dan panjang langkah yaitu dengan bentuk latihan lari assisted sprinting dan bentuk latihan lari resisted sprinting.

Latihan lari assistedsprinting oleh beberapa ahli sering disebut juga latihan lari

sprint supramaximal atau latihan overspeed. Namun ketiga istilah tersebut mengacu pada pengertian yang sama yaitu latihan lari sprint dengan kecepatan melebihi kecepatan maksimalnya. Menurut Shepherd (2010:1) dalam “Speed Training Workout” menjelaskan bahwa “Assisted training uses a variety of method such as downhill running or bungee cord to help increase maximum limb speed.”Jadi latihan

assisted sprinting adalah bentuk latihan kecepatan dengan bergerak atau berlari lebih cepat dari kecepatan normal yang dapat dilakukan dengan berlari pada lintasan menurun atau berlari dengan cara ditarik menggunakan tali elastis sehingga melebihi kecepatan normal pelari. Selain pendapat tersebut, jenis latihan lari assistedsprinting


(17)

5

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menurut Dintiman (1998:193) adalah (1) Downhill Sprinting (2) High-Speed Stationary Cycling (3) Towing (4) Treadmill Sprinting. Penulis membatasi bentuk latihan lari assistedsprinting dengan cara ditarik atau diseret (towing) tali elastis yang diregangkan.

Berdasarkan tujuannya, latihan lari assisted sprinting diharapkan dapat meningkatkan frekuensi langkah dan panjang langkah sehingga bertambah pula kecepatannya. Seperti yang dikemukakan oleh Dintiman (1998:191) bahwa “The purpose of assisted/overspeed training is to increase both your stride rate and stride length by forcing you to perform at a much higher level than you are capable of without assistance.”

Lain halnya dengan latihan lari assisted sprinting, terdapat pula latihan lari

resisted sprinting (berbeban/hambatan). Menurut Faccioni (1994:1) “Resisted

sprinting is a normal component of many sprinters training program. This may potentially involve weighted vest running, uphill running, resisted towing, sand and water running.” Sedangkan beban untuk latihan lari resisted sprinting menurut Faccioni (1994:2) ialah “Resisted towing training can involve the towing of a sled, tyre, speed chute (parachute), or other weighted device.” Maksudnya ialah bahwa latihan lari resistedsprinting yaitu lari yang menggunakan beban sebagai alat latihan, yaitu berupa : rompi, lari tanjakan, menarik beban, berlari di pasir dan air. Sedangkan latihan dengan menarik beban dapat menggunakan kereta luncur, ban, parasut, atau beban lainnya.


(18)

Salah satu dari latihan lari resisted sprinting adalah menggunakan sledharness.

Berdasarkan tujuannya, bentuk latihan sled harness dengan menarik beban dapat meningkatkan panjang langkah dengan meningkatkan kekuatan gaya otot tungkai dan berkembang dengan merekrut serat otot-otot cepat (fast twitch muscle fibres). Sidik (2012) menyatakan “Istilah Harnes digunakan oleh para atlet ketika latihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecepatan, kekuatan (strength) dan daya tahan

(endurance).” Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memilih latihan lari

resisted sprinting dengan menggunakan beban berupa sled (kereta luncur) yang diikat tali harness. Sedangkan untuk berat beban disesuaikan dengan kemampuan masing-masing atlet.

Dari penelitiaan sebelumnya, penulis menemukan dua penelitian yang menarik yaitu penelitian Faccioni (1993:1-4) dan Upton (2011:2645-2652). Dalam latihan

Assisted sprinting, Faccioni menyatakan kelompok lari assisted sprinting hanya menunjukan peningkatan yang signifikan di atas jarak 60m sedangkan Upton menyatakan lari assisted sprinting meningkatkan kecepatan secara signifikan dalam menempuh jarak 15 yard (13,7 m). Kemudian dalam latihan resisted sprinting,

Faccioni menyatakan bentuk lari resisted sprinting meningkatkan kecepatan lebih baik di banding kelompok lari assisted sprinting pada jarak 20 m dan 40mdan Upton menyatakan latihan lari sprintresisted lebih baik dari latihan lari sprint asisted dalam meningkatkan kecepatan lari dalam jarak 15- 25 yard (13.7–22.9 m) dan 25-40 yard (22.9–36.6 m). Dari penelitian terdahulu di atas, penulis melihat adanya perbedaan


(19)

7

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peningkatan kecepatan pada jarak-jarak tertentu sehingga pandangan dalam menerapkan kedua bentuk latihan juga akan berbeda. Oleh karena itu, penulis melihat merasa perlu mengkaji lebih dalam kedua bentuk latihan ditinjau berdasarkan fase akselerasi sprint dan faktor-faktor yang mempengaruhi lari sprint.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mencoba menambah khasanah penelitian dari penerapan bentuk latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan bentuk latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness. Dari kajian tersebut penulis mencoba untuk mengungkapkan sejauh mana dampak penerapan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan dampak penerapan latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.


(20)

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Suatu masalah perlu diidentifikasi dan dirumuskan dengan tujuan agar permasalahan jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan atau tafsir yang berbeda-beda. Identifikasi masalah adalah cara untuk mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan objek penelitian. Perumusan masalah adalah gambaran atau rancangan masalah yang akan diteliti dalam sebuah penelitian.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa fase akselerasi sprint sangat penting dalam menentukan hasil lari sprint secara keseluruhan. Salah satu bentuk latihan kecepatan secara spesifik yang dipercaya dapat meningkatkan frekuensi langkah dan panjang langkah yaitu dengan latihan assisted dan resisted. Salah satu bentuk latihan assisted adalah dengan lari sprint ditarik menggunakan tali elastis yang dapat dilakukan di lintasan yang mendatar dan salah satu bentuk latihan resisted

adalah dengan lari sprint menarik beban berupa sled (kereta luncur) dengan menggunakan tali harness yang diikatkan di pinggang. Kemudian secara rinci identifikasi masalah akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Kurangnya data dari dampak yang dihasilkan antara latihan lari assisted sprinting

ditarik menggunakan tali elastis dan latihan lari resisted sprinting yang menggunakan sled harness terutama pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi khususnya nomor lari sprint cabang olahraga atletik dengan jarak 30 meter.


(21)

9

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Mengidentifikasi faktor-faktor dari dampak yang dihasilkan oleh latihan lari

assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi pada jarak 30 meter.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang sebenarnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis pada metode repetisi dan penerapan latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harnes pada metode repetisi. Untuk variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

Berdasarkan uraian di atas, maka merumuskan yang dianggap penting untuk diteliti lebih lanjut sebagai berikut:

1. Apakah terdapat dampak penerapan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint ?

2. Apakah terdapat dampak penerapan latihan lari resisted sprinting menggunakan

sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi

sprint ?

3. Apakah terdapat perbedaan dampak penerapan latihan lari assisted sprinting

ditarik menggunakan tali elastis dan penerapan latihan lari resisted sprinting

menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint ?


(22)

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengacu kepada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dampak penerapan latihan lari assistedsprinting ditarik menggunakan tali elastis pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

2. Untuk mengetahui dampak penerapan latihan lari resisted sprinting

menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan

kemampuan akselerasi sprint.

3. Untuk mengetahui perbedaan dampak penerapan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan latihanlari resistedsprinting

menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

D. METODE PENELITIAN

Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak terlepas dari metode apa yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian, seorang peneliti dituntut untuk terampil menemukan metode apa yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk


(23)

11

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengungkapkan dampak latihan lari assisted sprinting menggunakan tali elastis dan latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness terhadap peningkatan kemampuan akselerasi lari sprint.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih metode penelitian yang sesuai dengan objek yang diteliti. Metode penelitian yang dipergunakan penulis adalah metode penelitian eksperimen. Metode ini direncanakan dan dilaksanakan oleh penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Menurut hemat penulis, pemilihan metode eksperimen ini telah sesuai dengan maksud yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan.

1. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik jarak pendek ukm atletik STKIP Muhamadiyah Kuningan yang berjumlah 12 orang. Populasi merupakan mahasiswa STKIP Muhamadiyah Kuningan yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa. Karena jumlah populasinya tidak banyak maka penulis menggunakan seluruh populasi tersebut sehingga tidak melakukan penarikan sampel. Teknik penentuan

sampel ini disebut sampling jenuh. Sugiono (2009:124) mengatakan “Sampling jenuh

adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel.” Kedua belas atlet tersebut dibagi menjadi dua kelompok yang dipilih secara acak, 6 orang menjadi kelompok eksperimen (X1) yang melakukan latihan lari


(24)

assisted sprinting menggunakan tali elastis, 6 orang menjadi kelompok eksperimen (X2) yang melakukan latihan lari resistedsprinting menggunakan sled harness.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Stadion Atletik Mas’ud Wisnu Saputra yang

berada di wilayah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kepelatihan dalam cabang olahraga atletik khususnya lari sprint.

b. Memberikan pengenalan inovasi latihan bagi pelatih atletik khususnya lari sprint dalam merancang serta mempersiapkan suatu program latihan berdasarkan kajian teori yang penulis temukan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bentuk latihan kecepatan untuk meningkatkan akselerasi lari sprint, khususnya oleh para pelatih sprint.

F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Untuk mempermudah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai Tesis ini, maka disusun Struktur organisasi tesis sebagai berikut :


(25)

13

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I : Pendahuluan.

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

BAB II : Kajian pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis. Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang :

A. Kajian pustaka yang mengungkapkan : (1) Hakikat lari sprint (2) Hakikat latihan (3) Hakikat metode latihan (4) Hakikat lari assisted sprinting (5) Hakikat lari resisted sprinting.

B. Kerangka berfikir yang mengungkapkan : (1) Biomekanika lari assisted sprinting dan lari resisted sprinting (2) Dampak latihan lari assisted sprinting

ditarik menggunakan tali elastis (3) Dampak latihan lari resisted sprinting

menggunakan sled harness. C. Hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang lokasi dan subjek populasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data dan program latihan.


(26)

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Untuk menghindari penyebaran masalah yang dapat meluasnya obyek penelitian, serta demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Ruang lingkup penilitian ini hanya terbatas pada pengkajian salah satu latihan bentuk lari assisted sprinting yaitu berupa latihan assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan salah satu bentuk latihan resisted sprinting yaitu berupa latihan resisted sprinting menarik sled harness.

2. Dari beberapa metode latihan kecepatan, penulis memilih menggunakan metode latihan kecepatan dengan metode repetisi.


(27)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK POPULASI/ SAMPEL PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Unit Kegiatan Mahasiswa Atletik STKIP Muhamadiyah Kuningan. Untuk mempermudah penelitian ini, maka tempat penelitian ditentukan terpusat di Stadion Wisnu Saputra Kuningan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 16 Juni sampai 30 juli tahun 2012, dengan kekerapan latihan seminggu tiga kali.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Untuk memperoleh hasil dari sebuah penelitian tentunya diperlukan sumber dan data untuk dijadikan objek dari penelitian yang dilakukan. Sumber dari penelitian tersebut bisa dari orang, binatang atau pun benda sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut. Adapun mengenai objek yang hendak diteliti dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 117).


(28)

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik lari jarak pendek ukm atletik STKIP Muhamadiyah Kuningan yang berjumlah 12 orang. Populasi merupakan mahasiswa STKIP Muhamadiyah Kuningan yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa. Karena jumlah populasinya tidak banyak maka penulis menggunakan populasi tersebut sehingga tidak melakukan penarikan sampel. Teknik penentuan sampel ini disebut sampling jenuh. Sugiono (2009:124) mengatakan “Sampling jenuh adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Dari kedua belas atlet tersebut dibagi menjadi dua kelompok yang dipilih secara acak, enam orang menjadi kelompok eksperimen yang melakukan program latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis pada metode repetisi dan enam orang menjadi kelompok eksperimen yang melakukan program latihan lari

resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi. Adapun karakteristik sampel adalah sebagai berikut :

Karakteristik Sampel Rata-rata Simpangan baku

Usia (Tahun) 20 2,64

Tinggi Badan (Cm) 1,69 0,046

Berat Badan (Kg) 60,5 3,6

Pengalaman Latihan (Tahun) 2,8 2,88

Tabel 3.1 Karakteristik Sampel


(29)

69

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. DESAIN PENELITIAN

Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, diperlukan suatu alur yang dijadikan pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga tujuan atau hasil diperoleh sesuai harapan.

Desain penelitian yang penulis lakukan adalah pre-test post-test group design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara acak (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (RA) latihan lari assisted sprinting ditarik tali elastis pada metode repetisi dan kelompok kedua diberi perlakuan (RB) latihan lari

resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi. Pada desain ini kedua kelompok diukur dan diobservasi sebanyak dua kali, seperti yang dikemukakan oleh Fraenkel, (2007:274) “Two group of subject are used, with both groups being

measured or observed twice.” Pengukuran pertama adalah pre-test dan pengukuran kedua adalah post-test. Gambaran desain ini adalah sebagai berikut :

RA O1 T O2

RB O3 T O4

Gambar 3.1 Desain Penelitian


(30)

RA dan RB = Kelompok Random T = Perlakuan (treatment)

O1 dan O3 = Tes awal O2 dan O4 = Tes akhir

Dalam menjabarkan metode tersebut maka peneliti membuat langkah penelitian sebagai berikut :

1. Membagi kelompok eksperimen.

2. Memberikan pre-test terhadap kedua kelompok.

3. Memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen. 4. Memberikan post-test terhadap kedua kelompok.

5. Mengumpulkan data pre-test dan post-test kedua kelompok. 6. Menyusun dan mengolah data.

7. Menganalisis data.

C. METODE PENELITIAN

Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan dan guna memecahkan suatu masalah melaui cara-cara tertentu yang sesuai dengan prosedur penelitian. Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak terlepas dari metode apa yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian,


(31)

71

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seorang peneliti dituntut untuk terampil menemukan metode apa yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dampak penerapan latihan lari

assisted sprinting menggunakan tali elastis pada metode repetisi dan latihan lari

resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih metode penelitian yang sesuai dengan objek yang diteliti. Metode penelitian yang dipergunakan penulis adalah metode penelitian eksperimen. Metode ini direncanakan dan dilaksanakan oleh penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Menurut hemat penulis, pemilihan metode eksperimen ini telah sesuai dengan maksud yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan.

D. DEFINISI OPERASIONAL

- Variabel Penelitian

Variabel adalah ciri dari individu, obyek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2007:38) variabel penelitian adalah “Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh


(32)

informasi tentang hal tersebut, kemudian disimpulkan.” Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Varabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan (mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi), disebabkan oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang sebenarnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan lari assisted sprinting

ditarik menggunakan tali elastis dan latihan lari resistedsprinting menggunakan sled harnesss pada metode repetisi. Untuk variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat atau metode untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat dalam sebuah penelitian juga dapat dikatakan dengan instrumen penelitian. Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002:127) menerangkan sebagai berikut :

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena


(33)

73

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran. Mendasarkan daripada pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau instrument pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.

Oleh karena itu alat atau instrument dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2002:127) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan. Pada penelitian ini tes yang dilakukan adalah tes untuk mengukur kecepatan atlet dalam melakukan akselerasi lari sprint dengan jarak 30 meter. Tujuan tes lari jarak 30 meter adalah untuk mengetahui kemampuan akselerasi sprint.

F. PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Alat ukur yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tes lari akselerasi sprint 30 meter (30 metre acceleration test). Validitas suatu alat ukur harus sesuai dengan materi tes yang diukur. Mengenai validitas suatu alat ukur Nurhasan (1991:23) mengemukakan bahwa ”Suatu tes dikatakan sahih apabila tes mengukur apa yang hendak diukur.” Sedangkan untuk realibilitas tes ini tergantung pada


(34)

seberapa ketat atau cermat tes dilaksanakan dan level motivasi tester dalam melaksanakan tes. Seperti yang dikemukakan oleh Mackenzie (2004:174) mengemukakan bahwa dalam tes akselerasi 30 meter “Realibility would depend

upon how strict the test is conducted and the inciduals level of motivation ti perform

the test.”

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian perlu digunakan alat sebagai pengumpul data. Nurhasan (1983:1) mengemukakan bahwa “Dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur. Dengan alat ini kita akan mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran.” Alat ukur digunakan pada penelitian ini berupa tes pengukuran kecepatan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes lari akselerasi sprint 30 meter. Tes atau cara seperti dikemukakan oleh Nurhasan (2007:137) yaitu mengukur kecepatan lari akselerasi sprint 30 meter.

Adapun pelaksanaan tes lari akselerasi sprint 30 m adalah sebagai berikut:

Tujuan :

 Mengukur kecepatan lari akselerasi 30 meter.  Mengukur panjang langkah lari akselerasi sprint.  Mengukur frekuensi langlah lari akselerasi sprint.


(35)

75

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan : Naracoba melakukan start tiga titik di garis start. setelah aba-aba dari starter naracoba berlari secepat mungkin hingga garis finis dengan jarak 30 meter. Naracoba diberikan kesempatan dua kali kesempatan lari akselerasi sprint 30 meter.

Skor :

 Waktu terbaik dari dua kali percobaan diambil menjadi skor akhir.

 Waktu di ambil pada jarak 30m, 20m,10, split 10-20m dan split

20-30m.

H. ANALISIS DATA

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas Liliefors

Uji nomalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametric atau non-parametric. Uji normalitas yang penulis gunakan adalah uji normalitas liliefors.


(36)

a. Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn dengan menggunkan rumus :

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).

b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi nirmal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z≤Zi).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ….Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka :

d. hitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil hrga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut, sebutkan harga L0.


(37)

77

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang penulis lakukan menggunakan perbandingan varians-varians terbesar dan terkecil.

Kriteria Uji :

- F-hitung ≤ α0,05 {n2 – 1:n1 - 1} : terima H0 (Varians sama = Homogen). - F-hitung ≤ α0,05 {n2 – 1:n1 - 1} : tolak H0 (Varians tidak sama = tidak

Homogen).

3. Uji Hipotesis dengan Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Skor Berpasangan)

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Untuk menguji hipotesis ini penulis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata atau sering disebut dengan uji beda berfungsi untuk menganalisis perbedaan pengaruh masing-masing kelompok perlakuan terhadap kecepatan lari


(38)

sprint awal dan akhir. Tingkat kepercayaan (α) 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n-1. Apabila hasil perhitungan nilai t-hitung lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel, maka perbedaan dari masing-masing kelompok tidak berarti. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok berarti. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

⁄ Keterangan :

B = Beda Rata-rata skor

S = Beda Simpangan baku n = Jumlah sampel

t = Nilai t yang dicari (t hitung)

4. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (dua pihak)

Uji ini dilakukan karena penulis beranggapan bahwa belum ada salah satu kelompok yang diunggulkan. Oleh karena itu menggunakan Uji kesamaan dua rata-rata dua pihak.


(39)

79

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk meningkatkan prestasi yang tinggi diperlukan suatu pedoman atau pegangan bagi pelatih dan atlet yaitu berupa program latihan. Seluruh program harus direncanakan secara bertahap agar perkembangan keterampilan biomotorik dan aspek-aspek mental dapat berkembang secara sistematis. Agar program latihan tersebut menjadi fungsional dan bermanfaat bagi pembinaan atlet, maka perencanaan program haruslah didasarkan pada konsep periodisasi dan prinsip-prinsip latihan. Seperti yang dijelaskan oleh Harsono (1988:233) “Program latihan harus disusun

secara teliti dan teratur sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.”

Adapun peningkatan beban latihan penulis menggunakan sistem ombak

wave-like seperti ilustrasi gambar berikut ini :

Gambar 3.2

Peningkatan Beban Latihan

Sedangkan peningkatan beban latihan (overload) yang penulis gunakan adalah seperti gambar berikut ini :


(40)

Gambar 3.3

Peningkatan beban latihan

Berdasarkan gambar di atas penulis melakukan penelitian selama 6 minggu sebanyak 18 pertemuan. Tiap minggu terdiri dari tiga kali latihan seperti pendapat dari Warpeha (2007:6) dalam jurnal Pricipeles Of Speed Training (NSCA Vol.6 No 3) “….Sprint training can be performed two or tree days per week with good result, provided the sessions are very high quality and performed when the athletes are freshest.”

Sedangkan untuk volume dan intensitas latihan penulis mengacu pada Khmel dalam bahasannya Classifying sprint training method (tersedia :

www.uka.org.uka/coaching) menjelaskan bahwa intensitas dan volume latihan lari

assistedsprinting dan latihan lari resistedsprinting adalah seperti tabel di bawah ini. 0

50 100 150 200 250 300 350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18


(41)

81

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Volume Dan Intensitas Latihan (Sumber:www.uka.org/coaching)


(42)

Tabel 3.3


(43)

83

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan kedua tabel tersebut, latihan lari assistedsprinting ditarik menggunakan tali elastis dan latihan lari resistedsprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi dapat diuraikan sebagai berikut :

Lari Sprint Assisted Lari Sprint Resisted

System energy Alactid Tergantung durasi latihan

Intensitas Lebih dari 100% Kurang dari latihan tanpa tahanan

Volume 100-300 Tergantung tujuan latihan

Durasi latihan Maksimal 7 detik Tergantung tujuan latihan Istirahat antar repetisi Kembali ke denyut nadi

latihan awal

Kembali ke denyut nadi latihan awal

Waktu pemulihan hingga latihan intensitas tinggi selanjutnya

48-72 jam 24-48 jam

Sepatu dan lintasan Spike dan track lari spint Spike dan track lari sprint

Tabel 3.4

Karakteristik Kedua Latihan

Adapun sekilas program dan jadwal penelitian latihan lari assisted sprinting

di tarik menggunakan tali elastis tali elastis dan lari resisted sprinting menggunakan

harness sebagai berikut : No Minggu

Ke-

Tanggal Vol. Lat

Rep. Jarak (m)

Rest Ket.

16-06-12 TES AWAL

1

1

18-06-12 180 6 30 Pulih ke denyut nadi latihan awal 2 20-06-12 180 6 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 3 22-06-12 180 6 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 4

2

25-06-12 240 8 30 Pulih ke denyut nadi latihan awal 5 27-06-12 240 8 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 6 29-06-12 240 8 30 Pulih ke denyut


(44)

nadi latihan awal 7

3

02-07-12 270 9 30 Pulih ke denyut nadi latihan awal 8 04-07-12 270 9 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 9 06-07-12 270 9 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 10

4

09-07-12 240 8 30 Pulih ke denyut nadi latihan awal 11 11-07-12 240 8 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 12 13-07-12 240 8 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 13

5

16-07-12 270 9 30 Pulih ke denyut nadi latihan awal 14 18-07-12 270 9 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 15 20-07-12 270 10 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 16

6

23-07-12 300 10 30 Pulih ke denyut nadi latihan awal 17 25-07-12 300 10 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 18 27-07-12 240 8 30 Pulih ke denyut

nadi latihan awal 30-07-12 TES AKHIR

Tabel 3.5


(45)

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan

akselerasi sprint dari dampak penerapan latihan kedua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data di bab IV penulis menyimpulkan beberapa temuan dari penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut :

1. Terdapat dampak yang signifikan dari penerapan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

2. Terdapat dampak yang signifikan dari penerapan latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.

3. Terdapat perbedaan dampak namun tidak signifikan penerapan latihan lari

assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan penerapan latihan lari

resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint.


(46)

B. SARAN

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perlu dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

Pertama, bagi para pelatih atletik, pelatih kondisi fisik, dan ahli olahraga yang bergelut dalam kecepatan agar menggunakan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness

pada metode repetisi dalam proses pelatihan untuk meningkatkan kemampuan akselerasi sprint. Karena kedua bentuk latihan kecepatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan kemampuan akselerasi sprint. Meskipun AS lebih baik dari RS tetapi dalam sebuah proses berlari kedua latihan tetap harus dilakukan karena masing-masing akan memberi kontribusi pada jarak-jarak tertentu. Pada AS peningkatan akselerasi yang paling tinggi ada pada jarak 10 meter pertama dari jarak total 30 meter. Sedangkan pada RS peningkatan akselerasi lebih baik dari AS pada jarak 10 meter kedua (10-20m) dan jarak 10 meter ketiga (20-30m). Sehingga implikasinya dilapangan penulis menyarankan kedua bentuk latihan diterapkan dalam proses latihan kecepatan untuk meningkatkan kemampuan akselerasi.

Kedua, bagi para pelatih atletik, pelatih kondisi fisik, dan ahli olahraga agar mempersiapkan atletnya sebaik mungkin dalam masa persiapan umum sebelum menggunakan latihan lari assisted sprinting ditarik menggunakan tali elastis dan


(47)

130

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi. Dan menggunakan kedua bentuk latihan ini pada tahap persiapan khusus ataupun tahap pra perlombaan karena sesuai dengan prinsip spesificity atau kekhususan.

Ketiga, bagi rekan–rekan yang akan mengadakan penelitian sejenis selanjutnya, penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian-penelitian dengan jarak tempuh berbeda, penggunaan alat dan beban lari assisted dan resistedsprinting

yang berbeda, dan kajian yang lebih mendalam.

Keempat, berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan karakteristik sampel yang berbeda.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alcaraz et al. (2007). Determining the optimal load for resisted sprint training with sled towing. a pilot study. Kinesiology and biomechanics laboratory. Universidad Miguel Hernandez.Diterbitkan

_ _ _ _ _ _ _(2007). Performance Adaptations to short-term sled towing and sprint training. Pysical Education and Sport Area. Spain

_ _ _ _ _ _(2008). Effect of three types of resisted sprint training device on the kinematic of sprinting at maximum velocity. Kinesiology And Biomechanics Laboratory. Departement of physical activity and sport science. Diterbitkan Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Baechle, T.R. (1994). Essentials of Strength and Conditioning. Champaign, IL: Human Kinetics, 315, 403-415

Bahagia, Yoyo. (2004). Meningkatkan kecepatan lari sprint dengan model latihan panjang langkah dan frekuensi langkah. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: diterbitkan

Bartolini, JA. (2011). Optimal elastic cord assistance for sprinting in collegiate women soccer player. Journal strength conditioning, 25(5), pp. 1263-70.

Behren, MJ & Simonson SR. (2011). A comparison of the various method used to enhance sprint speed. Departemen of Kinesiology Boise state university Idaho Bird, Stephen. (2002). Sport performance analysis 100m [online]. Tersedia :

http://www.ptonthenet - online education for fitness professionals [17 januari

2012].

Bompa, T.O. (1983). Theory and Methodology Of Training. IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company.

Cardiff. (2009). Principles of training [online]. Tersedia :

http://fhspe.files.wordpress.com/2008/01/principles-of-training.pdf [2 februari 2012].

Cissik, John. (2011). Tools for Speed Development. Journal of Performance Training. (2) pp. 11-15

Clark, David. (2009). Influence of towing force magnitude on the kinematic of supramaximal sprinting. Journal of the strength & conditioning research


(49)

132

Ricky Wibowo, 2013

Dampak Penerapan Latihan Lari Assisted Sprinting Dan Latihan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Kemampuan Akselerasi Sprint

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Corn, RJ & Knudson, D. (2003). Effect of elastic-cord towing on the kinematics of the acceleration phase of sprinting. Journal of strengh and conditioning research, 17 (1), pp.72-75

Dick, F.W. (1989). Development of maximum sprinting speed. BAAB Director of Coaching, Great Britain.

Dintiman, George. (1998). Sport Loading and over speed training. Sport Speed Ebben, W. Davis JA. & Clewien. (2008). The optimal down hill slope for acute

overspeed running. International journal sport physio perform (1) pp 88-93 Faccioni, A. (1993). Assisted and resisted method for speed

development(part1)-assisted speed methode. Modern athlete & coach, 32 (2) 2-6.

_ _ _ _ _ _ _(1993). Assisted and resisted method for speed development(part II)-resisted speed methode. Modern athlete & coach, 32(2),8-12.

Fletcher, Ian. (2010). Biomecanical principles in sprint running.

Fraenkel, J.R. and Wallen, .N.E. (1990). How To Design and Evaluate Research in Education. New York:McGraw-Hill Publishing Company

Gervais, P. (2005). Biomecanical analysis of assisted and resisted sprinting. Faculty of Physical Education and Recreation-University of Alberta. Canada. Diterbitkan

Hamalik, Oemar. (2009). Metode penelitian. Jakarta

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: P2LPTK, Depdikbud.

Hauschildt., Mitchell. (2007). The effectiveness of an 8-week high speed treadmill training programe on high school athlete. Maximum training solution. Missoury State university

Hidayat, Imam. (2003). Biomekanika. Bandung : Bahan ajar SPS UPI.

Holt, Aaroon. (2010). Strengh training for sprinting. KOI-ASCA Jurnal Latihan Kebugaran Indonesia-edisi I.

Hunter, Josep et al. (2003). Interaction of step length and step rate during sprint running. Medicine and science in sport and exercise .pp 261-271

IRB, Rugby. (2011). Training modes for speed. Tersedia :


(50)

Jarver, J. (1984). Basic sprinting athlete coach. 22(4) pp 26-29

Khmel, Michael. (2011). Classifying sprint training method. [Online]. Tersedia :

http://coaching.uka.org.uk/document/uka-exercise-classification-hierarchy v1.0-document/ [20 januari 2012]

Knugler & Jansen. (2009). Body position determines propulsive force in accelerated running. Journal of biomechanics (43) pp 343-348

Lambert, Micahel. (2008). General principles of training.

LeBlanc, JS & Gervais, PL. (2004). Kinematics of assisted and resisted sprinting as compared to normal free sprinting in trained athletes. Sport Biomecanics Lab. Lockie, R. G,Murphy, A. J, & Spinks, C. D. (2003). Effect of resisted sled towing on

sprint kinematics in field-sport athlethes. Journal strength condition resisted (17) pp 760-767

Mackenzie, Brian. (2005). 101 Performance evaluation test. Eletric word plc London Majdell, R & Alexander, MJL. (1991). The effect of overspeed training on kinematic

variables in sprinting. Journal of Human Movement Studies, 21, pp.19-39 Marzena Paruzel-Dyja, Anna Walaszczyk, Janusz Iskr. (2006). Elite Male and

Female Sprinters' Body Build, Stride Length and Stride Frequency. Journal of

Studies in Physical Culture and Tourism(1),. 33-37

Maulder, Peter. (2005). The physical power pe-requisities and acute effect of resisted sled loading on sprint running kinematics of the early acceleration phase from starting block. Institute of sport recreation research New Zealand

Mero, A & Komi, PV. (1986). Force -,EMG-,ang elasticity-velocity relationships at submaximal, maximal and supramaximal running speeds in sprinters. Eur. J. Appi. Physiol.55:553-561.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ (1987). Electromyographic activity in sprinting at speeds ranging from sub-maximal to supra-maximal. Medicine and science in sport exercise, 19(3), pp. 72-75

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ (1987). Neuromuscular and anaerobic performance of sprinters at maximal and supramaximal speed. Medicine and science in sport and exercise, (8), pp.55-60.


(1)

latihan lari resisted sprinting menggunakan sled harness pada metode repetisi. Dan menggunakan kedua bentuk latihan ini pada tahap persiapan khusus ataupun tahap pra perlombaan karena sesuai dengan prinsip spesificity atau kekhususan.

Ketiga, bagi rekan–rekan yang akan mengadakan penelitian sejenis selanjutnya, penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian-penelitian dengan jarak tempuh berbeda, penggunaan alat dan beban lari assisted dan resistedsprinting yang berbeda, dan kajian yang lebih mendalam.

Keempat, berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan karakteristik sampel yang berbeda.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alcaraz et al. (2007). Determining the optimal load for resisted sprint training with sled towing. a pilot study. Kinesiology and biomechanics laboratory. Universidad Miguel Hernandez.Diterbitkan

_ _ _ _ _ _ _(2007). Performance Adaptations to short-term sled towing and sprint training. Pysical Education and Sport Area. Spain

_ _ _ _ _ _(2008). Effect of three types of resisted sprint training device on the kinematic of sprinting at maximum velocity. Kinesiology And Biomechanics Laboratory. Departement of physical activity and sport science. Diterbitkan Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Baechle, T.R. (1994). Essentials of Strength and Conditioning. Champaign, IL: Human Kinetics, 315, 403-415

Bahagia, Yoyo. (2004). Meningkatkan kecepatan lari sprint dengan model latihan panjang langkah dan frekuensi langkah. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: diterbitkan

Bartolini, JA. (2011). Optimal elastic cord assistance for sprinting in collegiate women soccer player. Journal strength conditioning, 25(5), pp. 1263-70.

Behren, MJ & Simonson SR. (2011). A comparison of the various method used to enhance sprint speed. Departemen of Kinesiology Boise state university Idaho Bird, Stephen. (2002). Sport performance analysis 100m [online]. Tersedia :

http://www.ptonthenet - online education for fitness professionals [17 januari 2012].

Bompa, T.O. (1983). Theory and Methodology Of Training. IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company.

Cardiff. (2009). Principles of training [online]. Tersedia : http://fhspe.files.wordpress.com/2008/01/principles-of-training.pdf [2 februari 2012].

Cissik, John. (2011). Tools for Speed Development. Journal of Performance Training. (2) pp. 11-15

Clark, David. (2009). Influence of towing force magnitude on the kinematic of supramaximal sprinting. Journal of the strength & conditioning research


(3)

Corn, RJ & Knudson, D. (2003). Effect of elastic-cord towing on the kinematics of the acceleration phase of sprinting. Journal of strengh and conditioning research, 17 (1), pp.72-75

Dick, F.W. (1989). Development of maximum sprinting speed. BAAB Director of Coaching, Great Britain.

Dintiman, George. (1998). Sport Loading and over speed training. Sport Speed Ebben, W. Davis JA. & Clewien. (2008). The optimal down hill slope for acute

overspeed running. International journal sport physio perform (1) pp 88-93 Faccioni, A. (1993). Assisted and resisted method for speed development(part1)

-assisted speed methode. Modern athlete & coach, 32 (2) 2-6.

_ _ _ _ _ _ _(1993). Assisted and resisted method for speed development(part II) -resisted speed methode. Modern athlete & coach, 32(2),8-12.

Fletcher, Ian. (2010). Biomecanical principles in sprint running.

Fraenkel, J.R. and Wallen, .N.E. (1990). How To Design and Evaluate Research in Education. New York:McGraw-Hill Publishing Company

Gervais, P. (2005). Biomecanical analysis of assisted and resisted sprinting. Faculty of Physical Education and Recreation-University of Alberta. Canada. Diterbitkan

Hamalik, Oemar. (2009). Metode penelitian. Jakarta

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: P2LPTK, Depdikbud.

Hauschildt., Mitchell. (2007). The effectiveness of an 8-week high speed treadmill training programe on high school athlete. Maximum training solution. Missoury State university

Hidayat, Imam. (2003). Biomekanika. Bandung : Bahan ajar SPS UPI.

Holt, Aaroon. (2010). Strengh training for sprinting. KOI-ASCA Jurnal Latihan Kebugaran Indonesia-edisi I.

Hunter, Josep et al. (2003). Interaction of step length and step rate during sprint running. Medicine and science in sport and exercise .pp 261-271

IRB, Rugby. (2011). Training modes for speed. Tersedia : www.irbsand.com/?module=32&subsection=100 [18 juli 2012]


(4)

Jarver, J. (1984). Basic sprinting athlete coach. 22(4) pp 26-29

Khmel, Michael. (2011). Classifying sprint training method. [Online]. Tersedia : http://coaching.uka.org.uk/document/uka-exercise-classification-hierarchy v1.0-document/ [20 januari 2012]

Knugler & Jansen. (2009). Body position determines propulsive force in accelerated running. Journal of biomechanics (43) pp 343-348

Lambert, Micahel. (2008). General principles of training.

LeBlanc, JS & Gervais, PL. (2004). Kinematics of assisted and resisted sprinting as compared to normal free sprinting in trained athletes. Sport Biomecanics Lab. Lockie, R. G,Murphy, A. J, & Spinks, C. D. (2003). Effect of resisted sled towing on

sprint kinematics in field-sport athlethes. Journal strength condition resisted (17) pp 760-767

Mackenzie, Brian. (2005). 101 Performance evaluation test. Eletric word plc London Majdell, R & Alexander, MJL. (1991). The effect of overspeed training on kinematic

variables in sprinting. Journal of Human Movement Studies, 21, pp.19-39 Marzena Paruzel-Dyja, Anna Walaszczyk, Janusz Iskr. (2006). Elite Male and

Female Sprinters' Body Build, Stride Length and Stride Frequency. Journal of Studies in Physical Culture and Tourism(1),. 33-37

Maulder, Peter. (2005). The physical power pe-requisities and acute effect of resisted sled loading on sprint running kinematics of the early acceleration phase from starting block. Institute of sport recreation research New Zealand

Mero, A & Komi, PV. (1986). Force -,EMG-,ang elasticity-velocity relationships at submaximal, maximal and supramaximal running speeds in sprinters. Eur. J. Appi. Physiol.55:553-561.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ (1987). Electromyographic activity in sprinting at speeds ranging from sub-maximal to supra-maximal. Medicine and science in sport exercise, 19(3), pp. 72-75

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ (1987). Neuromuscular and anaerobic performance of sprinters at maximal and supramaximal speed. Medicine and science in sport and exercise, (8), pp.55-60.


(5)

Mero, A, Komi, PV, and Gregor, RJ. Biomechanics of sprint running: A review. Sport Medicine, (13), pp. 376-392.

Murphy, A.J, Lockie, R.G, & Coutts, A. (2003). Kinematic determinants of early acceleration in field sport athletes. Journal of sports and medicine (2), pp 144-150

Newman, Brian. (2007). Speed development through resisted sprinting. NSCA Journal (3) pp.9-13

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _(2009). Strength qualities of the 100m sprinter. [online]. Tersedia : www.maximum-maximonum

Nossek, Josef. (1982). General Theory Of Training. Lagos: National Institute for Sport.

Nurhasan. Cholil, H. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK – UPI.

Nurhasan, Hasanudin, Nidaul. (2008). Statistika. Bandung : Buku Ajaran FPOK UPI Quinn, Elizabeth. (2012). Fast and slow twitch muscle fibers. [online]. Tersedia

:http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/MuscleFiberType .htm [12 oktober 2012]

Ross, et al. (2009). The effect of treadmill sprint training and resistance training on maximal running velocity and power. Departement Of Health And Exercise Science-New Jersey. Diterbitkan

Rushall, Brent dan Pyke, Frank. (1990). Training for sport and fitness. McMillan Company of Australia Ptd. Ltd

Schroter, G. (1998). Basic of sprint start. Modern Athlete and coach. (36), pp 23- 26 Shepherd, John. (2005). Speed Training Workouts [online]. Tersedia :

http://www.pponline.co.uk/encyc/speed-training-workouts-does-the-over-speed-training-technique-work-1099 [17 januari 2012]

Sidik, DZ . (2011). Manfaat pelatihan harness dalam meningkatkan kemampuan fisik anaerob dan aerob [Online]. Tersedia : dizas424@yahoo.com [20 februari 2012]


(6)

Simoneau, JA et al. Human Skeletal muscle fiber type alteration with high-intensity intermittent training. European journal of applied physiology and occupational physiology 54 (3), pp 250-253

Spinks, et. al. (2007). The effect of resisted sprint training on acceleration performance and kinematics in soccer, rugby union, and Australian football player. The Journal Of Strength And Conditioning Research, (21) pp 77-85. Stander, Richard. (2012). Athletics omnibus-fundamentals of coaching. [Online]

Tersedia:http://www.bolandathletics.com/47%20Principles%20of%20training.p df [18 februari 2012]

Sudjana. (2002). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Spassov, A & Capasso, T .( 2004). Overspeed training- the most effective method. for training the most valuable physical qualities in our athletes. [Online]. Tersedia : http://www.overspeedtraining.com/overspart.htm [17 januari 2012] Taylor, Ruth .(2010). How To Improve Your Speed-Overspeed Training Methods.

[Online]. Tersedia : http://www.how-to-improve-your-speed-overspeed-training-methods-2041336.html [17 januari 2012]

Upton, David. (2011). The effect of assisted and resisted sprint training on acceleration and velocity in division IA female soccer athletes. Journal Of Strength And Conditioning Research, (25) pp 2645-2652.

Ward, Mark. (2011). Acceleration development : On and off tha track. WSTFCA Confention


Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN LARI KONTINYU DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

0 6 14

KONTRIBUSI LATIHAN SPEED ENDURANCE DAN LATIHAN LARI AKSELERASI TREHADAP HASIL LARI 100 METER ATLET PUTRA PASI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2015.

0 4 25

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA PUMA MUDA DESA MANTINGAN.

4 22 11

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA PUMA MUDA DESA MANTINGAN.

0 4 16

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN ANTARA METODE LARI INTERVAL DENGAN METODE LARI FARTLEK TERHADAP HASIL LARI 800 M.

9 28 29

PERBANDINGAN METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER.

0 0 30

PENINGKATAN KEMAMPUAN LARI SPRINT DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN LARI DI PASIR PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER ATLETIK SMK NEGERI 1 GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN.

5 36 111

DAMPAK PENERAPAN METODE LATIHAN TABATA DALAM AKTIVITAS LARI TERHADAP KEMAMPUAN AEROBIK DAN ANAEROBIK - repository UPI T POR 1201584 Title

0 1 3

Peningkatan Hasil Belajar Lari Cepat 100M melalui Metode Latihan Akselerasi

0 0 6

PENGARUH LATIHAN AKSELERASI BALANCE COORDINATION RUNNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

1 1 8