Perdagangan Bebas, Pariwisata dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan di kabupaten Gianyar, propinsi bali.

“PERDAGANGAN BEBAS, PARIWISATA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN
KERAJINAN
DI KABUPATEN GIANYAR PROVINSI BALI”
Ni Made Tisnawati
Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana
e-mail: nimadetisnawati@gmail. com
Abstrak
Sebagai negara yang tergabung dalam organisasi perdagangan internasional, Indonesia
harus menerima dampak perdagangan internasional. Siap atau tidak, harus dihadapi bersama.
Persaingan dengan negara lain di berbagai sektor ekonomi, harus dihadapi, termasuk pariwisata.
Dalam tatanan konsep, sektor pariwisata diharapkan menjadi sektor pemimpin dalam
perekonomian di Provinsi Bali. Konsekuensinya, terjadi alih fungsi lahan pertanian yang tidak
terbendung seiring meningkatnya pembangunan akomodasi wisata. Pariwisata telah memberikan
banyak kesempatan kerja, tidak hanya bagi masyarakat lokal. Dampak multipliernya terlihat dari
meningkatnya produksi sektor industri yang berskala kecil dan digerakkan masyarakat lokal.
Tahun 2002 misalnya, di beberapa daerah di Kabupaten Gianyar merasakan peningkatan
pendapatan. Banyak wisatawan yang datang langsung ke desa-desa yang merupakan sentra
industri kerajinan. Setelah adanya perdagangan bebas, terjadi beberapa perubahan kebijakan.
Antara lain, kemudahan bagi PMA/PMDN berskala besar yang mendirikan mal-mal produk
kerajinan. Para wisatawan jarang ada yang mendatangi langsung sentra industri kerajinan,

karena perubahan distribusi barang dan jasa akibat kebijakan yang mengutamakan kepentingan
investor skala besar. Dampaknya secara langsung pada penurunan jumlah tenaga kerja, dan
kemiskinan di masyarakat lokal. Konsep pariwisata berlanjut menjadi semakin jauh untuk
diwujudkan.Tulisan ini menjadi penting untuk dilakukan untuk melihat dampak ekonomi global dan
pariwisata terhadap perkembangan industri kecil di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali.
Kata kunci: kebijakan perdagangan bebas, pariwisata berlanjut, industri kecil dan kerajinan
Abstract
As a member of many international trade organization, Indonesia should obey and accept
the impact of the international trade. Ready or not, we must face it. The competitiveness among
other countries, in all economic sector, including tourism industry. In regional planning, tourism
industry is design to be a leading sector. The impact of this design are; the decreasing of farming
area, the large number of tourism accommodation, and the labour. Tourism sector also has
multiplier effect to other sector, such as local and small industry. In 2002, in many village in
Gianyar regency have the increasing of income, In that year, many tourist, come to village to buy
directly the souvenir from them. But the free trade area, together with the technology development,
brings many policy that focus on private with the large investment than small investment. The big
market more increasing, which can be burden the small industry. Many local community change
their job, from industry to many sector such as farming. Many of them in poverty line. That is the
reason of this research is made. To analyze what is the impact of free trade policy, tourism to the
small industry in Gianyar regency.

Ke words: Free trade policy, sustainable tourism, handcraft and small industry

Pendahuluan
Sebagai daerah tujuan wisata utama Indonesia, Provinsi Bali memperoleh manfaat
ekonomis. Terlihat nyata pada beberapa indikator ekonomi seperti dominannya kontribusi
sektor pariwisata terhadap output daerah, yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Provinsi Bali yang terdiri dari delapan kabupaten dan satu kota, berada di persimpangan
jalan. Antara mempertahankan keberadaan pertanian dengan segudang kearifan lokalnya
dan sektor pariwisata dengan segala dampak keterkaitannya dengan sektor ekonomi yang
lainnya.
Dari kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Gianyar memiliki ciri khas
yang menjadikannya relatif lebih ‟lengkap‟ dibandingkan daerah lain di Provinsi Bali.
Kabupaten Gianyar terkenal sebagai pusat seni kerajinan yang berorientasi ekspor.
Interaksi masyarakat dengan wisatawan asing yang sangat tinggi (terutama di Kecamatan
Ubud) membuat kreatifitas masyarakatnya bertemu dengan konsumen luar negeri
(wisatawan) yang membuat industri kerajinan menjadi salah satu sektor ekonomi sangat
penting peranannya.
Tidak hanya dilihat dari sumbangannya terhadap nilai PDRB, namun juga pada
tingginya kemampuan sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil Sakernas
yang dipublikasikan BPS Kabupaten Gianyar tahun 2012, tahun 2011 mencatat terjadi kenaikan

jumlah penduduk Kabupaten Gianyar yang bekerja di sektor industri (18,21%). Peningkatan juga
terjadi pada sektor peerdagangan, hotel dan restoran

(32,09%). Menurunnya peranan sektor

pertanian terlihat dari jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dari 30,87% menjadi 16,89%.
Sebagai daerah yang terkenal dengan pusat seni kerajinan di Provinsi Bali, sektor industri
kerajinan hingga saat ini masih menjadi andalan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gianyar.
Masih tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor industri membutuhkan begitu pentingnya sektor
ini bagi sumber pendapatan masyarakat di Kabupaten Gianyar. Terutama bagi industri yang
tergolong industri kecil dan kerajinan. Industri jenis ini memiliki peran strategis, tidak hanya
menyerap tenaga kerja juga mengurangi ketimpangan pendapatan. Mengingat kualifikasi tenaga
kerja yang diperlukan di sektor ini adalah tenaga kerja terlatih dengan persyaratan pendidikan
formal yang rendah. Berikut beberapa jenis industri kecil yang terdapat di Kabupaten Gianyar
(Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan di Kabupaten Gianyar, 2011
Jenis Industri
Unit
Usaha

Industri makanan, minuman dan tembakau
176
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
193
Industri kayu dan barang dari kayu (alat-alat rumah tangga dari kayu)
20.111
Industri kertas dan barang dari kertas (percetakan dan penerbitan)
Industri kimia, bahan-bahan dari plastik
Indutri barang galian non logam
Industri logam dasar
985
Industri barang-barang galian logam mesin
Industri lain-lain
1261
JUMLAH
22.726
Sumber : BPS Gianyar, 2012

Tenaga
kerja

500
2.664
53.527

4340
7351
68.382

Tabel 1 menunjukkan industri kayu dan tekstil merupakan jenis industri yang
paling banyak terdapat di Kabupaten Gianyar. Hasil kerajinan berupa kerajinan bahkan
sudah menjadi andalan ekspor Provinsi Bali. Dalam kurun Januari sampai Agustus 2010,
nilai ekspor barang kerajinan mencapai 158,2 juta dolar AS atau 42,65 persen dari total
keseluruhan komoditas ekspor Bali. (Kompas, 2013). Sementara sebagian besar barang
kerajinan tersebut dihasilkan di Kabupaten Gianyar.
Keunggulan industri kerajinan berorientasi ekspor yang dikembangkan di
Kabupaten Gianyar ternyata masih rentan berbagai gejolak akibat perubahan kebijakan
perdagangan internasional. Mulai dari membanjirnya tekstil dari cina, persyaratan ekspor
kerajinan kayu yang sulit dipenuhi pengrajin kayu, teknologi desain yang mulai menggeser
pengrajin lokal hingga pada menurunnya peran pasar seni tradisional. Kemajuan teknologi
terutama penggunaan internet memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan sentra

industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar. Minimnya pemanfaatan teknologi yang
merupakan ciri umum industri ini, membuat keberadaannya tidak lagi sepopuler dulu.
Wisatawan asing yang merupakan konsumen potensial ini lebih banyak yang „tergiring‟ ke
pasar modern sejenis supermarket yang dipromosikan paket wisata lewat internet
tinimbang menyapa langsung pengrajinnya di sentra industri yang terdapat di desa-desa
Kabupaten Gianyar.
Sentra industri yang tersebar di desa-desa Kabupaten Gianyar seperti Kecamatan
Celuk dan Peliatan kini meranggas sepi. Ironisnya, untuk memperoleh pendapatan
keluarga, banyak pengrajin yang beralih ke sektor lain. Ada yang kembali ke sektor
pertanian, beberapa ikut mencoba keberuntungan menjadi pekerja seni di sektor pariwisata

(menjadi penari, penabuh), atau tiba-tiba menjadi guide „liar‟ terutama bagi wisatawan
sekelas „backpacker‟.
Peralihan profesi tersebut tidak hanya berimbas pada penurunan pendapatan
pengrajin, namun pada dampak negatifnya terhadap kemampuan kreativitas pengrajin yang
sangat tinggi di Kabupaten Gianyar. Padahal untuk Kabupaten Gianyar yang lahan
pertanian dan sumber daya alamnya terbatas, pengembangan industri yang berbasis seni
dan kreatifitas adalah satu keharusan dan memberikan banyak keunggulan bagi kabupaten
ini.
Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasikan secara sederhana mengenai

keterkaitan perdagangan bebas, pariwisata dan industri kecil kerajinan di Kabupaten
Gianyar. Tujuan penulisan makalah ini adalah menawarkan upaya peningkatan kembali
peran sentra industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar sebagai bagian dari
pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Tinjauan Teoritis
Todaro (2000) menyimpulkan beberapa hal penting terkait dengan dampak
perdagangan internasional bagi negara berkembang. Perdagangan internasional bisa
merupakan suatu kekuatan pendorong bagi negara berkembang untuk tampil sebagai
kekuatan industri baru seperti Korea Selatan, Singapura dan negara pengekspor minyak.
Namun satu catatan, strategi yang bertumpu pada ekspor, jika yang menikmati sebagian
besar hasilnya adalah pihak-pihak asing, maka akibatnya akan mengacaukan struktur
ekonomi domestik, tidak melayani kebutuhan masyarakat banyak serta hanya
menguntungkan kelompok tertentu.
Beberapa keuntungan perdagangan bebas antara lain; memacu pertumbuhan
ekonomi, peningkatan efisiensi dan peningkatan kualitas produk, menghasilkan devisa,
mempromosikan pemerataan akses ke setiap sumber daya yang langka, menghapuskan
setiap distorsi harga yang diakibatkan oleh intervensi pemerintah yang salah arah serta
memperbaiki kualitas alokasi sumber daya secara keseluruhan. Sedangkan para pengritik
perdagangan bebas menegaskan kelemahan perdagangan bebas dilihat dari; terbatasnya
laju pertumbuhan permintaan dunia terhadap ekspor primer dari negara dunia ketiga,

kemerosotan dasar-dasar pertukaran atau nilai tukar perdagangan sepihak yang diderita
Negara-negara berkembang penghasil komoditi primer serta terus meningkatnya „new

protectionism‟ di kalangan negara-negara maju terhadap ekspor produk manufaktur dan
produk pertanian olahan dari negara-negara berkembang.
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan implementasi dari
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan
sebagai bentuk integrasi dari pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata.
Penyatuan tiga komponen ini dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya sumber daya
alam dan budaya,lingkungan, sosial dan ekonomi untuk kesejahteraan berkelanjutan
(Federation of Nature and National Parks).
Keberadaan bentuk pariwisata „alternatif‟ semakin populer dan layak untuk
dikembangkan, seiring dengan kelemahan yang muncul akibat pariwisata masal.
Meningkatnya kesadaran pada tanggung jawab lingkungan dan pelestarian lingkungan
dibuktikan dengan keberadaan beberapa LSM internasional seperti WWF dan Greenpeace
(Wight dalam Wearing, 1999).
Tulisan ini mempergunakan istilah batasan industri yang dipergunakan BPS.
Industri Pengolahan yang digunakan BPS, mempergunakan pendekatan tenaga kerja.
Industri dikelompokkan menjadi 4 (empat). Yang terdiri dari; Industri kerajinan
rumahtangga tenaga kerjanya (1 – 4) orang, Industri kecil tenaga kerjanya (5 – 19) orang,

Industri sedang tenaga kerjanya (20 – 99) orang, Industri besar tenaga kerjanya 100 orang
ke atas. Populasi industri besar/ sedang kondisinya sangat labil terutama subsektor industri
kayu (patung). Faktor utamanya adalah produksi yang dihasilkan tergantung pada sistem
order (pesanan).
Metodologi Penelitian
Tulisan dalam makalah ilmiah ini mempergunakan metode riset deskripsi kualitatif.
Data yang dipergunakan dalam tulisan diperoleh dari data sekunder (BPS, Disperindag,
media massa, tulisan lain). Data primer diperoleh dari wawancara mendalam penulis
dengan beberapa pengrajin yang terdapat di sentra industri di Kabupaten Gianyar.

Hasil / Implikasi
Kabupaten Gianyar adalah salah satu kabupaten yang terkenal tidak hanya karena keindahan
alam saja, namun juga karena kabupaten ini merupakan pusat industri kecil dan kerajinan di
Provinsi Bali. Industri kecil dan kerajinan menyatu dengan religiusitas sektor pertanian. Kreativitas

pengrajin senantiasa terinspirasi dari kearifan lokal, tradisi dan budaya agraris serta alam.
Meningkatnya peran industri kecil dan kerajinan ini seiring dengan berkurangnya keberadaan lahan
sawah yang diakibatkan alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan pariwisata maupun
perumahan. Gambar 1 menunjukkan pada ketujuh kecamatan di Kabupaten Gianyar, luas lahannya
sebagian besar berupa non sawah.


Gambar 1. Luas Kabupaten Gianyar menurut Kecamatan, 2011

Produk barang industri kecil dan kerajinan pada awalnya disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat. Mulai dari pendukung produksi pertanian, budaya, adat istiadat dan
agama. Misalnya terlihat pada beberapa ornamen bangunan di Pura, tempat suci lainnya,
peralatan pertanian, peralatan dapur, peralatan upacara, hingga ke bangunan rumah. Produk
yang dihasilkan tidak hanya fungsional, namun juga mengandung seni. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, maka berkembanglah berbagai produk kerajinan sesuai dengan
potensi daerah masing-masing pada sentra industri (Tabel 2).

Jenis kerajinan
Kayu
Bambu
Garmen
Lukisan
Furniture
Batu padas
Rajutan, Anyaman
Perak

Pande Besi
Lontar
Tenun
Batik
Wayang Kulit

Tabel 2. Sentra kerajinan di Kabupaten Gianyar
Lokasi
Kerta, Buklan, Tegallalang, Kedewatan, Ubud, Peliatan, Mas, Batubulan,
Manukaya, Tampaksiring, Tengkulak, Kemenuh, Batuan, Sukawati
Kerta, Belega, Bona
Kedewatan, Tampaksiring,
Kedewatan, Ubud, Peliatan, Batuan
Singapadu
Singapadu, Batubulan
Manukaya, Bona
Singapadu, Celuk
Sidan
Bona
Batubulan, Keramas
Sukawati
Sukawati
Sumber : Disperindag Gianyar,

Sebelum tahun 2002, sentra-sentra industri yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten
Gianyar, mengalami booming. Wisatawan asing langsung berkunjung ke sentra industri sesuai
keinginannya. Desa Nyuh Kuning Ubud, misalnya. Produk kerajinan terkenalnya berupa patung
kayu lumba-lumba yang melingkar menjadi andalan ekspor. Desa Celuk dengan sentra industri
peraknya tercatat sebagai desa terkaya di Indonesia. Hampir semua art shop milik masyarakat lokal
tidak pernah sepi dari pengunjung. Masyarakat sebagian besar memilih bekerja di sektor kerajinan
dibandingkan di sektor pertanian. Anak-anak usia sekolah dasar, diwajibkan untuk membantu
keluarga atau tetangganya yang memiliki usaha kerajinan. Selain untuk mendidik mereka mandiri,
juga belajar proses pembuatan produksi barang kerajinan. Mulai dari desain hingga pemasaran.
Pemasaran hasil produksi industri kecil dan kerajinan juga sangat memperhatikan peran
pengrajin dan masyarakat lokal. Disediakan tempat penjualan yang terpusat seperti pendirian pasar
seni di beberapa lokasi di Kabupaten Gianyar. Seperti di Ubud, Goa Gajah, Sukawati, Guwang,
Cemenggaon, Tirta Empul, dan Gunung Kawi. Pemerintah daerah memberikan kesempatan kepada
pengrajin untuk bertemu langsung dengan buyers melalui even tahunan seperti Pesta Kesenian Bali
(PKB) yang hingga kini menjadi ajang promosi pariwisata Bali.

Gambar 2. Contoh Hasil industri kerajinan di Kabupaten Gianyar
Setelah tahun 2002, berbagai perubahan terkait dengan kebijakan perdagangan
internasional dan sosial politik terjadi. Kesepakatan NAFTA yang kini mulai diterapkan
memberikan konsekuensi tidak hanya pada membanjirnya produk luar negeri, namun juga
pada bermunculannya produsen dan pengusaha modal besar yang ikut „bermain‟ dalam
pemasaran produk kerajinan di Kabupaten Gianyar. Sebagaimana dialami beberapa
pengrajin berikut ini.
Perajin perak asal Desa Singapadu, Nengah Rukun, mengatakan kondisi para
perajin perak di sentra kerajinan perak terus mengalami keterpurukan. Kondisi ini
dirasakan sejak 2002. Bahkan telah terjadi alih profesi dari pengrajin menjadi buruh

bangunan, petani, pekerja serabutan, buruh angkut, pedagang dan lainnya. Para perajin ini
mengandalkan permintaan dari artshop sekitar. Namun dari tahun 2011 hingga sekarang,
permintaan menjadi berkurang. Sebagai contoh, di Banjar Seseh, Desa Singapadu, ada
180 perajin yang terlibat, sekarang tidak sampai 50. Produksi kerajinan perak kini lebih
dominan dimonopoli pemodal besar yang mengedepankan teknologi tanpa sentuhan
tangan. Desain dilakukan dengan komputer. “Banyak kebijakan pemerintah yang dulu
melibatkan pengrajin kecil di PKB, mempertemukan perajin dengan pembeli (buyers) dan
investor. Kini yang ikut PKB justru pengusaha dengan modal besar” (Bali Post, 2013).
Adanya serbuan pasar oleh-oleh, pusat pembelian oleh-oleh khas Bali mulai dari
kerajinan tangan hingga tekstil juga memberikan dampak negatif bagi keberadaan sentra
industri. Made Supartika, seorang pengrajin asal Banjar Pujung Kaja, Kecamatan
Tegallalang menilai jumlah perajin kayu yang ada di desa, merosot, akibat serbuan pasar
oleh-oleh yang memonopoli pasar kerajinan. Para wisatawan langsung pergi ke pasar oleholeh. Terutama wisatawan asing dan domestik yang datang dengan mempergunakan biro
wisata. Para pemandu wisata akan „menggiring‟ mereka untuk berbelanja di pasar oleholeh atau tempat berbelanja lain yang memberikan fee (komisi) besar untuk mereka.
Sangat sedikit wisatawan asing yang mau datang ke sentra industri. Terkecuali wisatawan
yang memiliki kesadaran untuk berkontribusi langsung pada pemberdayaan masyarakat
lokal, wisatawan yang menghargai proses produksi, dan pencinta lingkungan.
Made Suci, perajin perak mengaku terpaksa berhenti menjadi perajin perak dan
emas, karena keterbatasan modal dan minim pesanan. “Saya takut membeli emas dan
perak, karena sepi order. Sementara kalau jadi buruh di perusahaan perak terbatas waktu
karena harus mengurus anak dan kesibukan upacara.” Kini Made hanya membuat
perhiasan emas dan perak pesanan tetangga dan kenalan terdekat saja. Untuk menambah
penghasilan, ibu muda yang terampil membuat desain kerajinan perak ini kini membuat
jajanan untuk keperluan upacara dan menjadi guide free lance. “
Suramnya sentra industri juga terjadi di Desa Peliatan. Kejayaan kerajinan buah
dari kayu, patung garuda kini hanya tinggal kenangan. Banyak art shop yang dulunya
milik masyarakat lokal beralih ke pemilik luar yang memiliki modal besar. Pemilik art
shop yang tadinya merangkap sebagai pengrajin, banyak yang beralih menjadi pedagang
kerajinan produk luar Bali, yang lebih murah sehingga lebih mudah untuk dipasarkan.

Kondisi serupa juga terjadi pada industri tekstil. Ketergantungan pengrajin kecil
pada pesanan pengusaha berskala besar membuat mereka terpuruk. Kebijakan negara tahun
2005 yang bertujuan untuk merangsang pasar domestik ternyata justru mempersulit
industri pakaian jadi di Bali. Terjadi penurunan jumlah perusahaan pakaian jadi di Bali.
Banyak pengusaha pakaian jadi di Bali mulai menekuni bisnis baru seperti keuangan dan
properti sebagai respon terhadap dampak ACFTA. Krisis finansial global tahun 2009,
menguatnya nilai tukar rupiah, semua memiliki dampak negatif terhadap keberadaan
perusahaan domestik (Achwan, Rachman, 2013). Industri tekstil dan kerajinan kecil kini
bertahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal terutama terkait dengan tradisi dan
keperluan upacara setempat.
Kesimpulan
Perdagangan bebas ternyata memiliki implikasi pada perkembangan industri kecil dan
kerajinan di Kabupaten Gianyar. Banyak pengrajin yang kehilangan pesanan, ketika art
shop mulai kehilangan pengunjung . Pengrajin kecil yang hanya mengandakan ketrampilan
tangan harus tergantikan dengan produksi hasil teknologi yang lebih bersifat masal. Sentra
industri kini banyak yang merana. Keberadaan pasar seni tradisional perlahan mulai
digantikan perannya oleh menjamurnya keberadaan sejenis supermarket yang menjual
aneka kerajinan khas Bali.
Pariwisata berkelanjutan sebagai pariwisata alternatif sebenarnya dapat mulai
dipergunakan sebagai solusi untuk menjamin keberlanjutan industri kecil dan kerajinan di
Kabupaten Gianyar. Peran pemerintah daerah sangat diperlukan untuk merancang model
pariwisata berkelanjutan yang membuat wisatawan asing dan domestik kembali
mengunjungi sentra industri yang ada di desa. Semangat kebersamaan dan menghargai
keterlibatan masyarakat lokal adalah solusi untuk menghadapi persaingan bebas .
Informasi mengenai proses produksi, kreatifitas pengrajin, jumlah tenaga kerja yang
terserap, dan kearifan lokal yang tersimpan di balik hasil karya pengrajin kecil ini perlu
disosialisasikan secara fair kepada wisatawan asing dan domestik. Tentu perlu komitmen
bersama untuk mewujudkannya. Tidak hanya pemerintah dan, yang terpenting adalah
pelaku pariwisata. Pelestarian lingkungan tidak hanya alam namun

juga kreatifitas

masyarakat lokal adalah isu yang paling ampuh untuk menaikkan citra pariwisata
Indonesia.

Daftar Pustaka
Achwan, Rachman. Hidup bersama Oligarki Bisnis Pakaian Jadi di Daerah. Prisma Vol
32 No.1, 2013. LP3ES. Jakarta.
BPS Gianyar, 2012. Gianyar dalam Angka 2012. BPS, Gianyar
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2013, Gianyar Pengembangan Sentra
IKM
Kmb 27, 2013. Bali Post, 16 September 2013. Terpuruknya Industri Kecil di Gianyar. Kebijakan
‘Nyaplir’, perajin jatuh miskin.
Kompas, 2013. Ekspor Kerajinan Bali Masih Tertinggi. Kompas.com, 22 Oktober 2013.
Todaro, Michael P, 2000. Pem bangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga Jakarta.

Wearing, Stephen dan John Neil, 1999. Ecotourism Impact, Potentials and Possibilities. Reed
Educational and Professional Publishing Ltd. Britain.