EKSPLOITASI BAHASA PADA PENGAJARAN ANAK AUTIS.

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

EKSPLOITASI BAHASA PADA PENGAJARAN ANAK AUTIS
Djatmika, Sugini, Maryadi
Universitas Sebelas Maret ,Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta
(djatmika@uns.ac.id)

Abstrak: Eksploitasi Bahasa Pada Pengajaran Anak Autis. Penelitian ini melihat kualitas
olah bahasa para guru penyandang autis di Surakarta untuk menemukan olah bahasa guru dari
sudut pandang linguistik sistemik fungsional. Tiga pembelajaran oleh guru yang berbeda dan tiga
penyandang autis yang berbeda diambil sebagai sasaran penelitian. Analisis dilakukan dengan
melihat kualitas olah konstruksi gramatika, pemilihan kosa kata, aspek non verbal dan mengikuti
aspek verbal yang digunakan untuk pembelajaran pada penyandang autis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konstruksi gramatika dan pemilihan kosa kata disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak didik dengan olah bahasa non verbal yang suportif.
Kata kunci: anak autis, multimodal, verbal, non verbal, systemic

Abstract: Language Exploitation in the Instructional of children with autism. The research
investigates the quality of language exploitation systemically as strategies conducted by three
teachers of autism centre in Surakarta. The aims of the discussion are to describe the language
exploitation in stimulate the children to communicate performed by such teachers. Data for the

discussion were collected from the parenting session carried out by the teachers for children
with autism. The analysis searched the multimodal strategies carried out by the teacher to set up
interactions with the child. The results show that in addition to the verbal resources,
interactions were established through the non-verbal behavior. The teachers equipped their
utterances with body movements, facial gestures as well as paralinguistic resource.
Keywords: child with autism, multimodal, verbal, non-verbal, systemic
PENDAHULUAN
Mengasuh dan mengawal proses terapi
dan

pembelajaran

bagi

anak

autis

itu


proses pembelajaran dan pengasuhan adalah
cara

menggunakan

bahasa

untuk

dapat

memerlukan beberapa kompetensi. Salah satu

melakukan terapi dan pembelajaran kepada

keterampilan yang diperlukan guru dalam

penyandang autis. Dengan olah bahasa yang

126


JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

efektif seorang guru akan dapat menginisiasi

inti dari sebuah

sebuah komunikasi verbal dengan para

berinteraksi

penyandang autis, selanjutnya komunikasi

disebabkan oleh perilaku komunikasi mereka

yang sudah terbangun tersebut akan menjadi

yang

jalan masuk untuk proses transfer ilmu atau


menyulitkan yang ditunjukkan mereka, perlu

keterampilan hidup bagi anak autis. Hal ini

dipahami sebagai usaha untuk menghadapi

berkaitan dengan kenyataan bahwa pada

masalah keterbatasan berkomunikasi (Schuler

umumnya

penyandang

dengan

menyulitkan.

Beberapa


perilaku

dan

atau

cara

tersebut diantaranya agresi, menyakiti diri

berbicara yang tidak komunikatif (lihat

sendiri yang kemungkinan mereka gunakan

Wenar, 2004) dan hambatan komunikasi

untuk mengkomunikasikan kebutuhan, ingin

pada autism yang muncul mempengaruhi


mendapatkan kenyamanan dan perhatian,

beberapa aspek perkembangan yang lain

ingin keluar dari situasi tertentu, untuk

(Landa, 2007). Lebih lanjut dijelaskan oleh

memprotes

Safaria (2005) bahwa ciri umum yang terlihat

rutinitas atau jadwal dan lain sebagainya.

pada anak autis di antara beberapa ciri yang

Mereka

mereka


ketidakmampuan

kalimat. Volden et al (2009) menunjukkan

berinteraksi secara verbal dengan orang lain.

bahwa baik bahasa pragmatic dan struktur

Secara kebahasaan para penyandang autis ini

bahasa

menunjukkan kebiasaan menirukan apa yang

signifikan pada autism yang terkait dengan

dikatakan orang lain (Fletcher dan Schuler,

perilaku sosial.


2003), tanpa mempertimbangkan apakah

Untuk melihat kualitas olah bahasa yang

orang lain mengikuti pembicaraan tersebut

dilakukan oleh para guru anak autis, teori

atau

kesalahan

Systemic Functional Linguistics (SFL) dapat

penggunaan kata ganti, dan kurang terampil

digunakan sebagai sebuah pendekatan yang

dalam melakukan interaksi yang sifatnya


efektif. Teori linguistik ini disebut fungsional

resiprokal.

karena dirancang untuk mengkaji cara sebuah

miliki

tidak

mutism

adalah

(Shulman,

2003),

2003).


autis

akan

keadaan

Fletcher:

penyandang

itu

mengalami

autis

komunikasi. Kesulitan

atau


menolak

ekspresive

Perilaku-perilaku

menentang

struktur

perubahan

dari

berkontribusi

sebuah

secara

Membantu penyandang autis agar

bahasa itu digunakan dan tidak hanya melihat

berkomunikasi dengan lebih baik merupakan

bagaimana proses pembentukan bahasa itu

pekerjaan yang tidak mudah, sebab umumnya

(Halliday, 1994). Di dalam penelitian ini,

anak-anak ini tidak benar-benar memahami
127

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

penggunaan bahasa yang sifatnya fungsional

pemilihan kosa kata bahasa Indonesia untuk

itu dilihat dari cara para guru anak autis itu

mengakomodasi keperluan mereka di dalam

mengolah dan merekayasa tata gramatika dan

proses

anak penyandang autis. Aspek-aspek yang

oleh 3 guru dengan anak didik penyandang

dilihat berkaitan dengan olah bahasa adalah

autis.

olah tata gramatika dan olah pemilhan kosa

dikumpulkan dalam bentuk aneka dimensi

kata yang digunakan oleh guru di dalam

olah bahasa yang berkaitan dengan olah tata

proses belajar mengajar di kelas anak autis.

gramatika dan olah pemilihan kosa kata yang

transfer

Dari

keterampilan

interaksi

kepada

tersebut

data

Berangkat dari kenyataan ini, olah

digunakan di dalam proses pembelajaran

bahasa sistemis yang efektif diperlukan oleh

anak penyandang autis. Selain itu, data dalam

para guru atau orang tua untuk membuat para

bentuk informasi berkaitan dengan data

penyandang autis dapat tertarik dan dapat

kebahasaan tersebut juga akan dikumpulkan

diajak membuka sebuah interaksi dengan

dari para guru anak autis tersebut.

komunikasi

verbal.

Dengan

terbukanya

Teknik

cuplikan

dilakukan

untuk

komunikasi dua arah antara para guru dan

memilih guru/pengasuh anak autis sebagai

penyandang autis tersebut, maka proses

sumber data/responden dengan kriteria; yang

transfer

lain

bersangkutan berprofesi sebagai pengajar

kemudian dapat dilangsungkan. Oleh karena

anak penyandang autis dari sebuah lembaga

itu, penelitian ini akan melihat kualitas olah

pendidikan luar biasa negeri/pusat terapi autis

bahasa yang sudah dimiliki para guru selama

yang mendapatkan ijin dari pemerintah di

ini,dengan mendeskripsikan kualitas olah

Surakarta; memiliki pengalaman minimal

bahasa, mendeskripsikan kualitas olah tata

selama 2 tahun; memiliki latar belakang

gramatika, mendeskripsikan kualitas olah

pendidikan yang sesuai dengan profesi yang

pemilihan kosa kata yang digunakan oleh

dimiliki;

para guru/pengasuh anak autis.

data/responden.

keterampilan

hidup

yang

bersedia

Interaksi

antara

sumber

para

guru

dengan anak penyandang autis direkam

METODE
Penelitian ini dilakukan di Pusat Terapi
penyandang

verbal

menjadi

Autis

di

Surakarta.

menjadi sumber data penelitian

kemudian dianalisis dengan cara memotong

Yang

teks-teks tersebut dalam bentuk klausa per

adalah

klausa. Dari pemotongan teks ini kemudian

interaksi belajar mengajar yang dilakukan

dilakukan

analisis

gramatika
128

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

untuk melihat kualitas konstruksi gramatika

besar hanya dia isi dengan sebuah tindak

setiap klausa. Selain itu, dari setiap teks

tutur.

interaksi dilihat olah pemilihan kosa kata

Untuk setiap pertukaran yang dimiliki,

yang digunakan. Analisis ini melihat kualitas

Bu Tyas selalu melakukan langkah inisiasi-

kosa kata yang digunakan dalam interaksi

dalam interaksi untuk mengawali sebuah

tersebut. Dari dua analisis ini terlihat kualitas

pertukaran dan siswa memberikan respon

olah bahasa yang dilakukan para guru di

terhadap langkah inisiasi tersebut. Langkah

dalam proses pembelajaran kepada anak

inisiasi dan

penyandang autis.

dilakukan melalui dua moda, yaitu bahasa

langkah

respon

keduanya

verbal dan non verbal secara simultan. Di
dalam interaksi tersebut ditemukan beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengajaran yang dilakukan oleh

ciri eksploitasi bahasa yang menarik yang

Bu Tyas sebagai sebuah transaksi dengan

dilakukan oleh Bu Tyas seperti jenis-jenis

Farid,

autis,

tindak tutur yang dieksekusi dalam giliran-

dibangun atas 75 pertukaran. Transaksi ini

giliran bicara yang dilakukan, konstruksi

berisi

gramatika

anak

didik

tentang

penyandang

transfer

keterampilan

dari

klausa-klausa

yang

berhitung kepada anak didik. Meskipun di

merepresentasikan ujaran, pemilihan kosa

dalam setiap pertukaran itu guru hanya

kata, aspek-aspek suprasegmental dan juga

memiliki satu giliran bicara, di dalam giliran

perilaku

bicara tersebut Bu Tyas dapat melakukan

tindakan verbal yang dibuat. Tabel di bawah

lebih dari satu tindak tutur di dalamnya.

ini menyajikan elemen percakapan yang

Pada sisi lain, Farid sebagai anak didik

terjadi antara Bu Tyas dan Farid di dalam

hanya melakukan sebuah giliran bicara

proses belajar mengajar dengan transfer

untuk setiap pertukaran, dan di sebagian

keterampilan berhitung.

non

verbal

yang

mengiringi

Tabel 1 Elemen Percakapan Interaksi Satu
Pertukaran
75

Guru
Giliran
Berbicara
79

Tindak
Tutur
177

Pertukaran
75

Anak Didik
Giliran
Tindak
Berbicara
Tutur
76
75
(20
dalam
bentuk non
verbal)

129

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Karakteristik eksploitasi bahasa yang

berada dalam

klasifikasi tindak

tutur

interaksi

expressive yang dipilih oleh guru di dalam

ditunjukkan oleh jenis-jenis tindak tutur

interaksinya dengan anak didik dalam kelas

yang dipilih oleh guru dan anak didik

ini,

dalam proses belajar mengajar ini. Guru di

mengucapkan selamat atas keberhasilan

dalam interaksi ini hanya memilih tiga jenis

anak didik. Tindak tutur yang pertama

dari lima jenis tindak tutur seperti yang

dilakukan oleh guru untuk memberikan

kebanyakan ahli Pragmatik menyarankan

apresiasi terhadap sesuatu yang telah

(lihat Thomas, 1995; Verchueren, 1999),

berhasil diselesaikan oleh anak didik dan

yaitu assertive, directive, dan expressive.

pada saat yang sama guru memberikan

Tindak tutur dalam klasifikasi commissive

semangat kepada anak didik dalam proses

dan performative tidak digunakan. Di

belajar tersebut. Jenis tindak tutur ini

dalam klasifikasi assertive, tindak tutur

digunakan hampir sepanjang percakapan.

yang

Lebih lanjut, guru melakukan tindakan

paling

menarik

di

dilakukan

dalam

guru

kelas

hanya

yaitu

memuji,

dan

memberitahu dan menerima informasi. Dua

bersorak

jenis tindak tutur ini hampir digunakan

ditunjukkan

dalam

dalam

mengapresiasi. Tindak tutur ini seringkali

percakapan. Sebagian besar tindak tutur

dilakukan sebelum memberikan ucapan

memberitahu

untuk

selamat kepadanya dengan cara mengajak

memberikan informasi tentang kegiatan

toss. Tiga jenis tindak tutur yang dipilih

yang akan segera dilakukan setelah sebuah

oleh guru di atas seringkali digunakan

kegiatan

menerima

dalam sebuah pertukaran. Tabel di bawah

respon

ini menyajikan jenis-jenis tindak tutur yang

terhadap jawaban yang diberikan oleh anak

digunakan oleh guru di dalam interaksi

didik. Terdapat tiga jenis tindak tutur yang

belajar-mengajar

semua

informasi

pertukaran

dilakukan

selesai,

di

guru

sedangkan

dilakukan

sebagai

atas

bersorak,

keberhasilan
anak

didik

dengan

anak

yang
dalam

didik.

Tabel 2 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dilakukan Guru Bu Tyas
Assertive
- Menerima
jawaban
- Memberitahu

Directive
- Bertanya
- Memerintah
- Mengajak

Commissive Expressive
Performative
--- Memuji
----- Bersorak
- Mengucapkan
selamat

130

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Pada sisi lain, sepanjang interaksi yang

kepadanya. Adapun, respon yang bersifat non

terjadi anak didik hanya melakukan tiga jenis

verbal dilakukan untuk mengikuti perintah

tindak tutur yang berada di bawah klasifikasi

yang menuntut tindakan fisik anak didik,

assertive. Sementara itu, respon terhadap

misalnya memegang pena, menulis jawaban,

tindakan memerintah dari guru itu ada dua

dan sebagainya. Tabel yang berikut ini

bentuk. Pertama adalah tindakan mengikuti

menampilkan jenis-jenis tindak tutur yang

perintah yang bersifat verbal dimana anak

dilakukan oleh anak didik di dalam interaksi

didik menghitung jumlah jari-jari sebagai

yang terjadi.

soal matematika yang disodorkan oleh guru
Tabel 3 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dilakukan Farid sebagai Anak Didik
Assertive
- menjawab
- mengikuti perintah secara
verbal
- mengikuti perintah secara non
verbal
Sebagian besar

Commissive
---

Expressive
---

Performative
-----

tutur yang

kasus lain, bentuk elipsis tersebut dapat

dilakukan oleh guru tersebut direalisasikan

diterima secara sistemik oleh anak didik

dalam struktur mood yang berupa konstruksi

sebagai sebuah pertanyaan melalui intonasi

elipsis. Sebagai contoh, untuk melontarkan

yang menyertainya, misalnya menggunakan

sebuah

intonasi yang naik untuk ujaran Empat

pertanyaan

matematika

yang

tindak

Directive
---

dari

sebuah

seharusnya

soal

dituturkan

tambah empat?

secara lengkap sebagai Berapa empat tambah

Berkaitan dengan tindakan non verbal

empat?, guru mengatakannya dengan Berapa

di dalam interaksi ini, baik guru maupun

ini?.

anak didik menggunakan tiga jenis, yaitu

Meskipun

kalimat

pertanyaan

ini

berbentuk elipsis, makna yang dimaksudkan

bahasa

di dalamnya secara sistemik dapat disediakan

paralinguistik yang digunakan bersamaan

melalui dukungan tindakan non verbal yang

dengan tindakan verbal. Tindakan non verbal

dilakukan,

menyodorkan

bentuk lain adalah raut muka. Guru selalu

sejumlah jari-jari tangan sebagai bentuk soal

melakukan kontak mata dengan anak didik

matematika kepada anak didik pada saat guru

pada saat dia menginisiasi pertukaran dan

menuturkan pertanyaan elipsis tadi. Pada

berinteraksi dengannya.Lebih lanjut dia juga

yaitu

dengan

tubuh,

raut

muka,

dan

aspek

131

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

selalu tersenyum sepanjang interaksi. Semua

terbangun atas 68 pertukaran. Seperti yag

tindakan non verbal ini menjadi salah satu

dilakukan oleh guru sebelumnya, Bu Dini di

faktor eksploitasi bahasa yang membuat

dalam interaksi ini meskipun di hanya

proses transfer keterampilan itu menjadi

memiliki satu giliran bicara, di dalam giliran

efektif. Untuk membuat interaksinya menjadi

bicara tersebut ia dapat melakukan lebih dari

lebih efektif, guru juga mengeksploitasi aspek

satu tindak tutur di dalamnya. Sebagai lawan

paralinguistik untuk sebagian besar tindakan

bicaranya, Aditya sebagai anak didik di

yang

yang

dalam proses pengajaran itu juga dalam

digunakan membangun interaksi dituturkan

beberapa pertukaran melakukan lebih dari

dengan kecepatan yang normal, namun untuk

satu giliran bicara sebagai respon dari giliran

bagian-bagian

bicara ganda yang dilakukan oleh guru di

seperti

dilakukan.

hal-hal

Ekspresi-ekspresi

komunikasi
yang

yang

penting,

berkaitan

dengan

dalam sebuah pertukaran.

keterampilan berhitung, guru menuturkannya

Bu Dini di dalam proses pengajaran ini

secara lebih perlahan yang disesuaikan dengan

selalu melakukan langkah inisiasi dan Aditya

kemampuan anak didik menangkap pesan

sebagai subjek respon. Langkah inisiasi dan

yang dikandung dari tuturan tersebut. Sebagai

langkah respon keduanya dilakukan melalui

contoh, guru akan memotong kata-kata yang

dua moda, yaitu bahasa verbal dan non verbal

dianggap penting itu dalam beberapa suku

secara simultan. Beberapa karakteristik olah

kata seperti ma-te-ma-ti-ka, em-pat, li-ma, dan

bahasa yang menarik ditunjukkan oleh dua

sebagainya. Sebagai dukungan guru memilih

partisipan di dalam interaksi ini. Aspek-aspek

sapaan

yang merepresentasikan kualitas olah bahasa

sayang

dan

menggunakan

jarak

proximity yang dekat.

itu adalah dalam bentuk jenis tindak tutur,

Interaksi yang kedua adalah proses

konstruksi gramatika, pemilihan kosa kata,

pengajaran yang dilakukan oleh Bu Dini

aspek suprasegmental, dan juga perilaku non

sebagai sebuah transaksi dengan Aditya. Isi

verbal yang mengiringi tindakan verbal yang

pembelajaran di kelas guru ini adalah

dibuat. Tabel di bawah ini menyajikan

mengenalkan angka, mengenalkan warna dan

elemen percakapan yang terjadi antara Bu

melatih keterampilan motorik anak didik

Dini dan Aditya di dalam proses belajar

melalui perintah verbal. Percakapan ini

mengajar

132

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Tabel 4.4 Elemen Percakapan Interaksi Dua
Pertukaran
68

Guru
Giliran
Berbicara
110

Tindak
Tutur
237

Fenomena ini menunjukkan bahwa guru

Anak Didik
Pertukaran
Giliran
Berbicara
68
89
terjadi

merata

antara

Tindak
Tutur
115
jenis

assertive,

harus bekerja agak keras, yaitu dengan

directive, dan expressive. Tindak tutur dalam

mengulang-ulang tindak tutur dalam sebuah

klasifikasi commissive dan performative tidak

giliran bicara atau menggunakan lebih dari

digunakan. Di dalam klasifikasi assertive,

satu

giliran

pertukaran.

bicara
Untuk

di

dalam

sebuah

tindak tutur yang dilakukan guru kelas adalah

memberikan

respon

memberitahu,

kepada guru, anak didik kadang-kadang

menyalahkan,

mengiyakan,

memberi petunjuk.

harus melakukan lebih dari satu giliran

Klasifikasi tindak tutur yang kedua

bicara dalam sebuah pertukaran dan di

direalisasikan dalam bentuk tindak bertanya,

dalam giliran bicara tersebut juga terjadi

memerintah, mengajak, melarang, menyuruh

tindak tutur ganda. Selain moda bahasa,

datang, dan menyuruh melanjutkan tugas dari

setiap pertukaran, giliran bicara dan tindak

sejumlah tindak tutur ini, tindak bertanya dan

tutur yang dilakukan oleh dua partisipan

memerintah adalah dua jenis tindak tutur ini

tersebut juga dibarengi oleh eksploitasi non

yang digunakan dalam semua pertukaran

verbal sebagai unsur pendukung. Bahkan,

sepanjang percakapan. Jenis tindak tutur

anak didik beberapa kali hanya melakukan

melarang digunakan satu kali untuk membuat

giliran bicara secara non verbal.

anak didik menghentikan tindakan fisik yang

Yang

lebih

seharusnya dia lakukan dalam interaksi itu.

hanya

Dua jenis tindak tutur lain juga hanya terjadi

menggunakan tiga jenis tindak tutur dari lima

sekali, yaitu menyuruh datang, dan menyuruh

jenis yang disarankan para ahli pragmatik,

melanjutkan tugas.

yaitu assertive, directive, dan expressive.

Sementara

menarik

membuat
adalah

interaksi
bahwa

ini

guru

itu,

tindak

tutur

jenis

Dari tiga jenis tindak tutur ini, tindak tutur

expressive yang mendominasi percakapan

directive lah yang mendominasi penggunaan.

yang dilakukan guru dengan anak didik

Namun begitu, sebenarnya pemilihan jenis

adalah memuji dan merayakan keberhasilan.

tindak tutur di dalam percakapan tersebut

Tindak tutur yang pertama dilakukan oleh

133

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

guru untuk memberikan apresiasi terhadap

sesuatu

yang

telah

berhasil

diselesaikan oleh anak didik dan pada saat

menggunakan tindak tutur expressive jenis

yang sama guru memberikan semangat

lain, misalnya memberi salam dan berdoa.

kepada anak didik dalam proses belajar

Tindak tutur dalam klasifikasi assertive,

tersebut. Jenis tindak tutur ini digunakan

directive, dan expressive yang dipilih oleh

hampir sepanjang percakapan. Lebih lanjut,

guru di atas seringkali digunakan dalam

untuk

telah

sebuah pertukaran. Tabel di bawah ini

dihasilkan oleh anak didik dan pada saat yang

menyajikan jenis-jenis tindak tutur yang

sama

digunakan oleh guru di dalam interaksi

mengapresiasi

mengucapkan

apa

selamat

yang

kepadanya

dengan cara mengajak toss. Selain itu, di
dalam

pertukaran

tertentu

guru

belajar-mengajar

dengan

anak

didik.

juga

Tabel 5 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dilakukan Guru Bu Dini
-

Directive
Commissive
Assertive
Memberitahu - Bertanya
--Membenarkan - Memerintah
Menyalahkan - Mengajak
Memberi
- Melarang
- Menyuruh
petunjuk
datang
- Menyuruh
melanjutkan tugas

Expressive
Memuji
Berdoa
Salam
Merayakan
Keberhasilan
Menunjukan
kegemasan

Performative
-----

Dari sisi anak didik, jenis tindak tutur

menunjukkan tindak tutur dalam klasifikasi

yang muncul sepanjang interaksi sebenarnya

directive dan juga expressive. Jenis tindak

juga ada tiga klasifikasi, yaitu assertive,

tutur yang berada dalam klasifikasi pertama

directive, dan expressive. Akan tertapi jenis

ditunjukkan

yang

adalah

bertanya kepada guru. Hal ini terjadi ketika

assertive, dan di dalam jenis tindak tutur ini

anak didik merasa kurang jelas dengan tugas

pun anak didik hanya memiliki dua jenis

yang diberikan oleh guru. Sementera itu,

tindak

tindak

mendominasi

tutur

yang

penggunaan

digunakan,

yaitu

tutur

oleh

jenis

anak

didik

dengan

expressive

adalah

menjawab dan melakukan perintah secara

merayakan

non verbal sebagai jawaban dari sebuah

melakukan tindakan toss dengan guru

tindak tutur directive yang diberikan guru.

setelah berhasil menyelesaikan sebuah tugas

Anak didik dalam proses pembelajaran ini

yang diberikan kepadanya.

keberhasilan,

ketika

dia

134

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Tabel yang berikut ini menampilkan jenis-

didik

di

dalam

interaksi

yang

terjadi.

jenis tindak tutur yang dilakukan oleh anak
Tabel 6 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dilakukan Aditya sebagai Anak Didik
Directive

Assertive
menjawab
melakukan perintah
secara verbal
melakukan perintah
secara non verbal

bertanya

Com
missive
---

Expre
ssive
merayakan
keberhasilan

Perfor
mative
-----

muncul

konstruksi yang sederhana, misalnya hanya

dalam tuturan guru adalah bentuk imperatif.

menyebutkan kata ganti tanya berapa?, apa?

Guru selalu membuat kalimat perintah ini

atau berapa Dit?, atau menyebutkan kata

dengan konstruksi verba plus objek. Hal ini

yang ditanyakan misalnya warna?, dan

dikaitkan dengan kenyataan bahwa salah satu

sebagainya.

keterampilan yang dilatihkan kepada anak

beberapa kalimat tanya yang berkonstruksi

didik adalah latihan tindak motorik, sehingga

lengkap, misalnya Ada berapa warna putih?

guru

Empat ditambah empat sama dengan?, dan

Struktur mood yang banyak

cenderung

melakukan

menyuruh

anak

didik

sesuatu dengan objek yang

Namun begitu, ada pula

sebagainya.

dikemas dalam konstruksi itu. Sebagai misal,

Meskipun banyak kalimat pertanyaan ini

dalam banyak pertukaran guru melontarkan

berkontruksi tidak lengkap, makna yang

kalimat-kalimat

Ambil

dimaksudkan di dalamnya secara sistemik

bukumu, Turunkan tasnya, masuskan sendok,

dapat disediakan melalui dukungan tindakan

dan sebagainya. Dalam kesempatan lain, guru

non verbal yang dilakukan, yaitu dengan

menyebutkan tindakannya dan jumlah benda

menyodorkan

yang

anak didik,

sebagai bentuk soal matematika kepada anak

misalnya ambil dua, ambil lima, dan

didik pada saat guru menuturkan pertanyaan

sebagainya. Konstruksi lain dari kalimat

elipsis tadi. Pada kasus lain, bentuk elipsis

perintah direspresentasikan oleh kemunculan

tersebut dapat diterima secara sistemik oleh

tunggal verba dalam kalimat itu, misalnya

anak didik sebagai sebuah pertanyaan melalui

dihitung, masukan, dan sebagainya. Untuk

intonasi

sebagai

harus dihitung

berikut,

oleh

yang

sejumlah

jari-jari

menyertainya,

tangan

misalnya

struktur pertanyaan, guru membuat beberapa
135

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

menggunakan intonasi yang naik untuk

menangkap pesan yang dikandung dari

ujaran Berapa? Berkaitan dengan tindakan

tuturan tersebut. Sebagai contoh, guru akan

non verbal di dalam interaksi ini, baik guru

berhenti sejenak pada suku pertama kata

maupun anak didik menggunakan tiga jenis,

lima,

yaitu bahasa tubuh, raut muka, dan aspek

intonasinya. Tindakan ini mengirimkan pesan

paralinguistik yang digunakan bersamaan

kepada anak didik untuk meneruskan atau

dengan tindakan verbal. Guru menggunakan

melengkapi kata itu sebagai representasi

jari-jarinya dan objek mainan dalam hampir

sebuah angka.

menjadi

li....

dengan

menaikan

semua pertukaran yang dia lakukan untuk

Untuk mendukung semua strategi yang

mendukung latihan mengenah angka dan

dilakukan di atas, guru juga berusaha untuk

mengenal warna. Tindakan non verbal bentuk

membuat proses belajar-mengajar itu lebih

lain

efektif. Dia memilih sapaan yang berkesan

adalah

raut

muka.

Guru

selalu

melakukan kontak mata dengan anak didik

dekat

pada saat dia menginisiasi pertukaran dan

memanggilnya

berinteraksi dengannya dan selalu tersenyum

proximity yang dekat dengan anak didik dan

sepanjang interaksi. Semua tindakan non

sering

verbal

menunjukkan perhatian selama proses belajar

ini

menjadi

salah

satu

faktor

eksploitasi bahasa yang membuat proses
transfer keterampilan itu menjadi efektif.

kepada

anak

didik

sayang

memegang

dengan

tangannya

dengan
jarak

untuk

berlangsung.
Interaksi yang ketiga adalah Bu Ratna

Untuk membuat interaksinya menjadi

dan Marcel, bu Ratna sebagai guru di sini

lebih efektif, guru juga mengeksploitasi

lebih memerlukan upaya yang lebih keras.

aspek paralinguistik untuk sebagian besar

Tujuan pengajaran yang diakomodasi oleh

tindakan yang dilakukan. Ekspresi-ekspresi

interaksi ini lebih banyak terfokus pada

yang

pelatihan

digunakan

membangun

interaksi

keterampilan

motorik

siswa.

dituturkan dengan kecepatan yang normal,

Interaksi antara bu Ratna dan Marcel ini

namun untuk bagian-bagian komunikasi yang

terbangun atas 48 pertukaran. Pada sisi lain,

penting, seperti hal-hal yang berkaitan

di dalam 48 pertukaran yang dimiliki, anak

dengan

guru

didik ini melakukan 48 giliran bicara dan di

menuturkannya secara lebih perlahan yang

dalam setiap giliran bicara itu hanya dia isi

disesuaikan dengan kemampuan anak didik

dengan sebuah tindak tutur.

keterampilan

berhitung,

136

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Bu Ratna di dalam percakapan ini selalu

mengungkapkan apa yang ia rasakan.. Marcel

membuat inisiasi dari setiap pertukaran yang

juga

mengalami

terjadi. Tidak ada satupun pertukaran yang

reseptif dan ekspresif yang membuatnya

diinisiasi oleh anak didik yang kebutuhan

tidak menanggapi kata-kata maupun gerak

khususnya. Lebih daripada itu, respon dari

isyarat yang rumit. Dia belum dapat membuat

anak didik yang diharapkan terjadi untuk

sebuah

sebuah pertukaran tersebut selain harus

Kecenderungan perlaku agresif pada Marcel

diinisiasi oleh guru, juga harus dipancing

disebabkan menginginkan dunia mereka tetap

dengan menggunakan banyak tindak tutur

sama.

siklus

keterlambatan

komunikasi

dua

bahasa

arah.

yang dikemas di dalam lebih dari satu giliran

Berkaitan dengan kondisi kelas di atas,

bicara untuk sebagian besar pertukaran yang

terdapat beberapa fitur olah kebahasaan yang

terjadi.

menarik adalah jenis tindak tutur, konstruksi

Sebagai

pemahaman

latar

belakang

gramatika,

pemilihan

kosa

kata,

aspek

interaksi, anak didik di dalam interaksi ini

suprasegmental, dan perilaku non verbal

bernama Marcel, adalah penyandang autis

yang dilakukan bersamaan dengan tindak

non verbal. Marcel merupakan anak autis

verbal atau perilaku non verbal sebagai ganti

yang

awal

tindakan verbal yang seharusnya dilakukan.

perkembangan meskipun usia kronologisnya

Elemen-elemen interaksi yang terjadi antara

menunjukkan masa akhir anak. Pada tahapan

bu Ratna dan Marcel di dalam proses

perkembangan yang Marcel tunjukkan adalah

pengajaran disajikan dalam tabel di bawah

sering memukul, mendorong, mencubit jika

ini.

masih

pada

tahap-tahap

sedang marah, takut atau mempertahankan
diri. Marcel masih menggunakan tubuhnya
karena

memang

ia

belum

mampu

Tabel 4.7 Elemen Percakapan Interaksi Tiga
Guru
Pertukaran

48

Anak Didik

Giliran

Tindak

Berbicara

Tutur

88

Pertukaran

Giliran

Tindak Tutur

Berbicara
214

48

48

48

137

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sebuah

pertukaran

mengakomodasi

digunakan guru dalam interaksi ini paling

sebuah upaya guru melatihkan sebuah tindak

beragam dibandingkan dengan dua klasifikasi

motorik, yang sebagian besar harus dilakukan

tindak tutur lain. Dalam proses pembelajaran

secara berulang-ulang dalam giliran bicara

ini, guru menggunakan tujuh tindak tutur

lebih dari satu di dalam sebuah pertukaran.

klasifikasi assertive, yaitu menyalahkan,

Pada sisi sebaliknya, anak didik di dalam

mengomentari, menarik perhatian anak,

proses pembelajaran ini hanya memberikan

memberitahu,

respon sekali untuk setiap pertukaran yang

jawaban, dan menyemangati.

dilontarkan,

itu

tuturnya, maka tindak tutur assertive yang

meskipun

respon

mengiyakan,

membenarkan

tersebut

Sementara itu, klasifikasi tindak tutur

muncul setelah guru mengulang-ulang tindak

directive direalisasikan dalam bentuk tindak

tutur yang sama, atau yang sejenis dan dalam

tutur memerintah, memanggil, mengajak,

giliran bicara yang lebih dari satu. Bahkan,

melarang, dan bertanya. Dari lima jenis

respon yang diberikan itu hanya sebagian

tindak tutur directive ini, tindak tutur

yang dikemas dalam bentuk verbal. Hal ini

memerintah mendominasi penggunaan di

terlihat dari tabel yang menunjukkan jumlah

dalam interaksi. Guru di dalam percakapan

pertukaran, giliran berbicara, dan tindak tutur

ini selalu memberikan perintah di dalam

yang sama.

setiap pertukaran

yang

terjadi. Bahkan

Guru di dalam interaksi ini hanya

perintah yang dilontarkan di dalam setiap

melakukan tiga jenis tindak tutur, yaitu

pertukaran itu selalu dilakukan lebih dari satu

tindak tutur dalam klasifikasi assertive,

kali atau bahkan berkali-kali untuk sebuah

directive, dan expressive. Dua klasifikasi

perintah yang sama. Sekali lagi strategi ini

lain, commissive dan performative, tidak

berkaitan

muncul di dalam interaksi ini. Berkaitan

disandang oleh anak didik. Tentu saja tindak

dengan kondisi autis anak didik dan tujuan

tutur memerintah itu tidak sendirian terjadi.

pembelajaran

Pola

yang

diakomodasi

oleh

dengan

umum

yang

kondisi

terjadi

autis

dari

yang

sebuah

interaksi ini, maka jenis tindak tutur yang

pertukaran adalah bahwa guru memberikan

mendominasi penggunaan adalah tindak tutur

sebuah perintah yang didahului dan/ atau

klasifikasi directive diikuti oleh tindak tutur

diikuti oleh tindak tutur directive jenis lain

assertive dan tindak tutur expressive. Namun

atau tindak tutur dalam klasifikasi yang lain,

demikian, kalau dilihat dari ragam tindak

yaitu assertive atau expressive.
138

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Sebagian besar pertukaran di dalam interaksi

anak dulu, dan setelah perintah yang diberikan

ini dilakukan dengan tiga jenis tindak tutur

dan setelah anak didik melakukan perintah

secara kombinasi, yaitu tindak tutur dalam

yang diberikan dengan sukses, maka guru

klasifikasi assertive, directive, dan expressive.

kemudian memberikan pujian. Tabel di bawah

Dengan kata lain, ketiganya sangat sering

ini menyajikan jenis-jenis tindak tutur yang

digunakan secara simultan dalam sebuah

digunakan oleh guru di dalam interaksi

giliran

belajar-mengajar dengan anak didik.

bicara,

misalnya

sebelum

dia

memberikan perintah, dia menarik perhatian

Tabel 8 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dilakukan Guru Bu Ratna
-

Directive
Memerintah
Memanggil
Mengajak toss
Mengajak
Melarang
Bertanya

Assertive
Menyalahkan
Mengomentari
Menarik perhatian
anak
Memberitahu
Mengiyakan
Membenarkan
Menyemangati

Commissive Expressive
--- - Memuji
- Bersorak
- Mengaduh
- memberi
salam

Performative
-----

Pada sisi lain, anak didik di dalam

bentuk verbal, yaitu menangis, merengek, dan

interaksi ini hanya melakukan tindak tutur

merayakan keberhasilan dengan toss. Tabel

klasifikasi

merayakan

yang berikut ini menampilkan jenis-jenis

keberhasilan, menangis, dan merengek. Hanya

tindak tutur yang dilakukan oleh anak didik di

tindak tutur expressive yang dilakukan dalam

dalam interaksi yang terjadi.

tindak

tutur

Tabel 9 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dilakukan Aditya sebagai Anak Didik
Assertive Directive

Commissive
---

Dikarenakan muatan proses pengajaran

Expressive
merayakan
keberhasilan
menangis
merengek

bersifat

Performative
------

directive.

Selanjutnya,

dari

ini adalah melatih tindak motorik anak

kelompok

didik, maka tindak tutur yang mendominasi

memerintah sangat banyak digunakan yang

directive

ini,

tindak

tutur

139

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

yang dikemas dalam konstruksi imperative.

yang dilontarkan guru ini tidak mendapatkan

Semua perintah yang dilontarkan oleh bu

respon dari anak didik.

Ratna di kelas ini dikemas dengan sebuah
verba

saja,

tanpa

yang

juga menggunakan tindakan non verbal untuk

mengikutinya. Sebagai gambaran, kalau bu

mendukung eksploitasi verbal yang digunakan

Dini lebih spesifik memerintah anak didiknya

untuk mentransfer materi pengajaran. Bahkan,

untuk melakukan sesuatu terhadap sebuah

tindakan non verbal yang dilakukan oleh bu

benda, misalnya ambil bukumu, maka bu

Ratna di dalam kelas ini terkesan lebih

Ratna hanya menyebutkan apa yang harus

dibandingkan dengan dua guru di kelas

dikerjakan oleh Marcell, misalnya duduk,

sebelumnya. Strategi ini dapat dikaitkan

berdiri, dan sebagainya. Kalau bu Ratna

dengan kondisi autis anak didik dan dengan

menggunakan lebih dari satu kata untuk

muatan pembelajaran yang ditransferkan. Di

kalimat perintahnya, maka yang muncul hanya

dalam interaksi ini, guru menggunakan bahasa

kata-kata yang bersifat konten—kata yang

tubuh, raut muka, kontak mata, dan ditambah

bersifat gramatikal tidak digunakan. Sebagai

dengan

misal, kalimat duduk kursi, digunakan dengan

“memaksa” anak didik melakukan perintah

hanya

yang diberikan kepadanya disertai intonasi

menyebutkan

complement

Bu Ratna di dalam proses pengajaran ini

tindakan

diperintahkan

(duduk)

dan

tempat

tindakah

(kursi).

Bu

Ratna

itu

yang

tindakan

dari

yang tinggi.

tidak

Kesimpulan

memunculkan preposisi di untuk kata kursi
agar menjadi duduk di kursi. Muatan proses
pembelajaran ini bisa menunjukkan bahwa
secara kognitif anak didik bu Dini lebih bagus
dibandingkan anak didik bu Ratna di dalam
pembelajaran ini.
Dalam interaksi ini, guru hanya membuat
sebuah pertanyaan dengan konstruksi yang
sangat sederhana, yaitu hanya dengan sebuah
kata ganti tanya apa? Tentu saja pertanyaan

fisik

yang

terkesan

Dua anak didik yang terlibat dalam
penelitian ini memiliki kondisi autis yang
hampir sama, sementara satu anak yang lain
menunjukkan keadaan yang lebih serius. Jika
dilihat dari jenis tindak tutur yang digunakan,
para guru dalam penelitian ini menggunakan
tiga jenis, yaitu dari klasifikasi

assertive,

directive, dan expressive. jenis directive yang
paling banyak digunakan oleh para guru dan
seringkali sebuah tindak tutur itu dilakukan
berulang-ulang.
125
140

JRR, Tahun 20, No.2, Desember 2012, 126-141

Jika dilihat dari konstruksi struktur mood dari

juga berbentuk sentuhan-sentuhan kepada

setiap klausa yang dilontarkan kepada anak

anak didik.

didik, para guru didalam penelitian ini sudah

Akhirnya, secara umum, tiga guru ini

terampil dalam memilih bagian yang paling

sudah

melakukan

pekerjaannya

secara

penting dari struktur itu untuk melakukan

profesional. Tujuan dan target pembelajaran

negosiasi dengan anak didik. Semua olah

sudah mampu membuat anak bereaksi dan

bahasa verbal yang dilakukan oleh para guru

merepson setiap inisiasi yang dilakukan guru.

tersebut didukung oleh olah perilaku non

Semua itu didukung oleh olah bahasa dan

verbal yang berupa facial gesture, body

tindak non verbal yang bersinergi dalam

language, proximity, kontak mata, dan bisa

penyelenggaraan kelas.

__________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Fletcher, E. Cheryl & Schuler, A.L. 2003. Making Communication Meaningful (Cracking The
Language Interaction Code) di dalam Autism-From Research to Individualized Practice.
(ed. Gabriels, Robin,L dan Hill, Dina, E). London dan New York : Jessica Kingsley
Publishers.
Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. dan Hasan, R. 1985. Language, Context and Text: Aspects of Language in A
Social Semiotic Persperctive. Victoria: Deaking University.
Landa, Rebecca. 2007. Early Communication Development and Intervention for Children with
Autism. Mental Retardation and Developmental Disabilities Research Riviews. 13: 16-25
Safaria, T. 2005. Autisme:Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang Tua.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shulman, Cory. 2003. Bridging the Process Between Diagnosis and Treatment di dalam AutismFrom Research to Individualized Practice. (ed. Gabriels, Robin,L dan Hill, Dina, E).
London dan New York : Jessica Kingsley Publishers..
Volden, J.,Coolican, J., Garon, N., White, J., dan Bryson, S. 2009. Brief Report: Pragmatic
Language in Autism Spectrum Disorde: Relationships to Measures of Ability and
Disability. Journal Autism Devisit Disorder. 39:388-393
Wenar, Charles.1994.Developmental Psychopathology: From Infancy through Adoleslence. New
York: McGraw Hill.
125
141