EKSEKUSI JAMINAN TANAH MILIK ADAT DALAM HAL KEDIT MACET DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA DENGAN BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH.
EKSEKUSI JAMINAN TANAH MILIK ADAT DALAM HAL KEDIT MACET
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1996
TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA DENGAN
BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
Deviana Nur Amalia
110110110060
ABSTRAK
Tanah sebagai benda tidak bergerak merupakan benda ekonomis yang memiliki
potensi yang tinggi. Selain dapat dinikmati secara langsung, tanah juga dapat
menjamin perikatan dari pemilik benda tersebut. Dalam Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3)
UUHT disebutkan bahwa objek Hak Tanggungan hanya terbatas pada tanah yang
berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai atas tanah
negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib di daftar dan menurut sifatnya
dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani hak tanggungan. Tanah yang belum
bersertifikat tidak dapat langsung dijaminkan dengan hak tanggungan karena masih
merupakan alas hak, bukan bukti hak, namun dalam prakteknya tanah-tanah yang
belum terdaftar atau yang disebut juga tanah milik adat dengan bukti kepemilikan
berupa letter c, girik, petok d, dan lain-lain sering dijadikan jaminan kredit melalui
lembaga keuangan non bank
maupun lembaga perbankan, hal ini sering
menimbulkan persoalan yang dihadapi yaitu kesulitan melakukan eksekusi apabila
terjadi wanprestasi atau tidak dilakukannya pembayaran-pembayaran yang
diwajibkan oleh pemilik tanah milik adat. Tujuan Penelitian dalam Tugas Akhir ini
adalah Untuk mengetahui penyelesaian eksekusi jaminan kredit tanah milik adat
dalam hal kredit Macet
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode yuridis
normative yang menitikberatkan penelitian terhadap data sekunder berupa bahan
hukum primer seperti peraturan perundang-undangan antara lain UUHT dan UUPA
serta peraturan pertanahan lainnya. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
lapangan yang bertujuan untuk mengkaji dan meneliti data lapangan pada Bank
Rakyat Indonesia Unit Dago.
Hasil penelitian ini, untuk menunjukan bahwa dalam kenyataannya terjadi
penjaminan tanah milik adat dengan bukti kepemilikan akta pembagian dan
pemisahan waris atas tanah milik adat yang tidak langsung dikonversi, sehingga
menimbulkan permasalahan tidak dapat dilakukan eksekusi dalam hal debitur tidak
melaksanakan kewajiban atau kredit macet. Solusi yang penyelesaian yang
dilakukan oleh bank adalah berupa musyawarah.Untuk menciptakan usaha yang
baik di dalam dunia perbankan, sebaikanya pihak bank tidak menerima jaminan atas
tanah milik adat atau tanah belum bersertifikat karena akan membawa dampak
negative jika terjadi keterlambatan pengembalian kredit oleh debitur jika debitur
wanprestasi atau terjadi kredit macet dikemudian hari
iv
THE EXECUTION OF GUARANTEE CUSTOMARY LAND IN THE CASE OF
NON-PERFORMING LOAN RELATED BY LAW NUMBER 4 OF1996 ON
ENCUMBRANCE RIGHT OVER THE LAND INCLUDING THE OTHER
PROPERTIES THAT ARE CONSIDERED AS THE INTEGRATED PARTS
OF THE LAND
Deviana Nur Amalia
110110110060
ABSTRACT
Land as immovable properties is economical object which has a high
potential. Besides it can be enjoyed directly, it also can ensure the agreement
of the owner of the object. In Article 4 of paragraph (1), (2) and (3) UUHT
stated that the object of Encumbrance is limited to the freehold land, right to
build, right to cultivate, use rights on state land under the provisions of the
applicable mandatory list and transferable by their nature can also
encumbered encumbrance. Land which has not been certified can not be
directly secured by a security interest because it is still the right base and not
proof of right, but in practice the lands that have not been registered or which
is called customary land owned by proof of ownership in the form of letter c,
girik, Petok d, and others are often used as loan collateral through non-bank
financial institutions as well as banking institutions, this often creates
problems faced by the difficulty to execute in the event of default or not do
payments that are required by the owner of the land belonging to the
indigenous.
Based on the background, researcher conducted a study using
normative juridical method that focuses on the research of secondary data in
the form of primary legal materials such legislation include UUHT and UUPA
as well as other land regulations. This research was also supported by a
research field that aims to investigate and field data in Bank Rakyat Indonesia
Unit Dago.
Results of this study, to show that in fact happened guarantee
customary lands with proof of ownership deed of division and separation on
land owned by indigenous beneficiaries that are not directly converted, giving
rise to the problem can not be executed in the event that the debtor does not
perform the obligation or bad credit. The solution is made by bank settlement
is in the form of deliberation. To create a good business in the banking world,
the bank should not accept collateral with customary land or uncertified land
because it will bring negative impact in case of delay in loan repayment by
the debtor if the debtor defaults or occur in the future bad loans
v
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1996
TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA DENGAN
BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
Deviana Nur Amalia
110110110060
ABSTRAK
Tanah sebagai benda tidak bergerak merupakan benda ekonomis yang memiliki
potensi yang tinggi. Selain dapat dinikmati secara langsung, tanah juga dapat
menjamin perikatan dari pemilik benda tersebut. Dalam Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3)
UUHT disebutkan bahwa objek Hak Tanggungan hanya terbatas pada tanah yang
berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai atas tanah
negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib di daftar dan menurut sifatnya
dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani hak tanggungan. Tanah yang belum
bersertifikat tidak dapat langsung dijaminkan dengan hak tanggungan karena masih
merupakan alas hak, bukan bukti hak, namun dalam prakteknya tanah-tanah yang
belum terdaftar atau yang disebut juga tanah milik adat dengan bukti kepemilikan
berupa letter c, girik, petok d, dan lain-lain sering dijadikan jaminan kredit melalui
lembaga keuangan non bank
maupun lembaga perbankan, hal ini sering
menimbulkan persoalan yang dihadapi yaitu kesulitan melakukan eksekusi apabila
terjadi wanprestasi atau tidak dilakukannya pembayaran-pembayaran yang
diwajibkan oleh pemilik tanah milik adat. Tujuan Penelitian dalam Tugas Akhir ini
adalah Untuk mengetahui penyelesaian eksekusi jaminan kredit tanah milik adat
dalam hal kredit Macet
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode yuridis
normative yang menitikberatkan penelitian terhadap data sekunder berupa bahan
hukum primer seperti peraturan perundang-undangan antara lain UUHT dan UUPA
serta peraturan pertanahan lainnya. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
lapangan yang bertujuan untuk mengkaji dan meneliti data lapangan pada Bank
Rakyat Indonesia Unit Dago.
Hasil penelitian ini, untuk menunjukan bahwa dalam kenyataannya terjadi
penjaminan tanah milik adat dengan bukti kepemilikan akta pembagian dan
pemisahan waris atas tanah milik adat yang tidak langsung dikonversi, sehingga
menimbulkan permasalahan tidak dapat dilakukan eksekusi dalam hal debitur tidak
melaksanakan kewajiban atau kredit macet. Solusi yang penyelesaian yang
dilakukan oleh bank adalah berupa musyawarah.Untuk menciptakan usaha yang
baik di dalam dunia perbankan, sebaikanya pihak bank tidak menerima jaminan atas
tanah milik adat atau tanah belum bersertifikat karena akan membawa dampak
negative jika terjadi keterlambatan pengembalian kredit oleh debitur jika debitur
wanprestasi atau terjadi kredit macet dikemudian hari
iv
THE EXECUTION OF GUARANTEE CUSTOMARY LAND IN THE CASE OF
NON-PERFORMING LOAN RELATED BY LAW NUMBER 4 OF1996 ON
ENCUMBRANCE RIGHT OVER THE LAND INCLUDING THE OTHER
PROPERTIES THAT ARE CONSIDERED AS THE INTEGRATED PARTS
OF THE LAND
Deviana Nur Amalia
110110110060
ABSTRACT
Land as immovable properties is economical object which has a high
potential. Besides it can be enjoyed directly, it also can ensure the agreement
of the owner of the object. In Article 4 of paragraph (1), (2) and (3) UUHT
stated that the object of Encumbrance is limited to the freehold land, right to
build, right to cultivate, use rights on state land under the provisions of the
applicable mandatory list and transferable by their nature can also
encumbered encumbrance. Land which has not been certified can not be
directly secured by a security interest because it is still the right base and not
proof of right, but in practice the lands that have not been registered or which
is called customary land owned by proof of ownership in the form of letter c,
girik, Petok d, and others are often used as loan collateral through non-bank
financial institutions as well as banking institutions, this often creates
problems faced by the difficulty to execute in the event of default or not do
payments that are required by the owner of the land belonging to the
indigenous.
Based on the background, researcher conducted a study using
normative juridical method that focuses on the research of secondary data in
the form of primary legal materials such legislation include UUHT and UUPA
as well as other land regulations. This research was also supported by a
research field that aims to investigate and field data in Bank Rakyat Indonesia
Unit Dago.
Results of this study, to show that in fact happened guarantee
customary lands with proof of ownership deed of division and separation on
land owned by indigenous beneficiaries that are not directly converted, giving
rise to the problem can not be executed in the event that the debtor does not
perform the obligation or bad credit. The solution is made by bank settlement
is in the form of deliberation. To create a good business in the banking world,
the bank should not accept collateral with customary land or uncertified land
because it will bring negative impact in case of delay in loan repayment by
the debtor if the debtor defaults or occur in the future bad loans
v