WACANA LEGALISASI PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM SITUS BERITA REPUBLIKA ONLINE.

i

ABSTRAK
Mahar Mulyadi, 210110100022, 2015. Skripsi ini berjudul “Wacana Legalisasi
Pernikahan Beda Agama dalam Situs Berita Republika Online, Studi Kualitatif
Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough mengenai Wacana Legalisasi
Pernikahan Beda Agama melalui teks berita di Republika Online edisi 5
September 2014”. Pembimbing Utama Drs Dian Wardiana,M.Si, dan pembimbing
kedua Nunik Maharani H, S.Sos., M.Comn & MediaSt.
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana legalisasi pernikahan beda
agama di Indonesia, diwacanakan oleh Republika Online. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis
wacana kritis model Norman Fairclough. Objek penelitian adalah 5 teks berita di
Republika Online edisi 5 September 2014.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada level teks terdapat
representasi negatif terhadap adanya wacana legalisasi pernikahan beda agama.
Pada level praktik wacana menunjukan bahwa Republika Online memaknai ide
legalisasi pernikahan beda agama ini sebagai sebuah gagasan sekelompok orang
yang akan merugikan khalayak secara luas. Dan pada level sosiokultural
menunjukan bahwa penolakan legalisasi pernikahan beda agama yang ditunjukan
Republika Online ini dikarenakan akan lebih banyak mendatangkan dampak

negatif ketimbang dampak positif.
Simpulan pada penelitian ini bahwa terdapat faktor dari dalam media
berupa ideologi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di tubuh
Republika Online yang ternyata memengaruhi proses penulisan dan isi berita yang
dibuat oleh Republika Online terhadap wacana legalisasi pernikahan beda agama
ini.
Saran peneliti dalam penelitian ini adalah Republika Online sebagai media
nasional untuk komunitas muslim Indonesia sebaiknya lebih solutif dan
komprehensif dalam menjelaskan wacana yang mereka gulirkan, dalam hal ini
adalah masalah wacana legalisasi pernikahan beda agama di Indonesia. Selain itu
Republika Online juga sebaiknya memberikan porsi yang seimbang untuk para
narasumber yang mendukung adanya wacana legalisasi pernikahan beda agama
agar berita yang dibuat bisa lebih berimbang dan cover both side.

i

ii

ABSTRACT


Mahar Mulyadi, 2101100100022, 2015. This thesis is entitled “The Discourse of
the Legalization of Interfaith Marriage in Republika Online News Website,
Qualitative Study of Norman Fairclough’s Critical Discourse Analysis about the
Discourse of the Legalization of Interfaith Marriage contained in news text in
Republika Online on September 5th 2014 edition. Main adviser was Drs. Dian
Wardhiana.M.Si, was second adviser Nunik Maharani H., S.Sos., M.Comm &
Media St.
The purpose of this research was to determine how Republika Online
discoursed the legalization of interfaith marriage in Indonesia. The method used
in this research was qualitative resea rch with Norman Fairclough’s Critical
Discourse Analysis. The object of this research was 5 news text on the September
5th edition 2014 of Republika Online.
The result of this research determined that on the textual level, the
discourse of interfaith marriage legalization was negatively represented. On the
practical level, it indicated that Republika Online interpret the idea of interfaith
marriage legalization as a concept made by a group of people which in would
adverse huge audience. And on the sociocultural level, it showed that Republika
Online rejected the idea of interfaith marriage legalization because Republika
Online took that the idea would only bring negative effect rather than positive.
The conclusion on this research was that there were many factors from

inside the media itself in the form of the ideology that Indonesian Association of
Muslim Intellectuals (ICMI) brought in the newsroom of Republika Online which
turned out to be affecting the news reporting process in Republika Online towards
the discourse of the legalization of interfaith marriage.
The researcher’s advice on this research was so Republika Online as a
national media for Muslim community in Indonesia ought to be more solutive and
comprehensive in explaining the discourse they deployed, and the discourse on
this case was the discourse of the legalization of interfaith marriage in Indonesia.
Moreover, Republika Online also should give out a larger portion of sources with
different perspective to counterweigh and cover both sides on Republika Online’s
reports.

ii