Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online

(1)

KEBEBASAN PERS DIKAITKAN DENGAN BERITA PEMBLOKIRAN SITUS ISLAM DI REPUBLIKA ONLINE

SKRIPSI

AMA MARINI 110904092

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KEBEBASAN PERS DIKAITKAN DENGAN BERITA PEMBLOKIRAN SITUS ISLAM DI REPUBLIKA ONLINE

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

AMA MARINI 110904092

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Ama Marini

NIM : 110904092

Tanda Tangan : Tanggal :


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ama Marini NIM : 110904092

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Karya : Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Pemblokiran Situs Islam Di Republika Online

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( ) Penguji : ( ) Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan Tanggal : ...


(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ama Marini

NIM : 110904092

Departeemn : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU) Judul Karya : Kebebasan Pers Dikaitkan dengan Berita Pemblokiran

Situs Islam di Republika Online

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusive Royalti- free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

”Kebebasan Pers Dikaitkan dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online”

Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebaga pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : November 2015 Yang Menyatakan : Ama Marini


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam Di Republika Online”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kaitan kebebasan pers pada berita pemblokiran situs Islam, makna yang dibangun dan ideologi yang dimiliki oleh Republika Online dalam memberitakan peristiwa pemblokiran situs Islam. Peneliti memilih Republika Online sebagai subjek penelitian. Adapun peneliti hanya menemukan dua berita terkait kebebasan pers, yaitu berita yang terbit pada tanggal 31 Maret 2015 dan pada tanggal 3 April 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan menggunakan pisau analisis framing Gamson dan Modligiani, yaitu memahami wacana media sebagai package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah kedua berita tersebut menampilkan citra buruk kepada pemerintah karena memblokir situs Islam secara sepihak dan terburu-buru, serta tanpa melalui Dewan Pers atau hukum yang berlaku. Hal ini berlawanan dengan kebebasan pers yang memilki Undang-undang Pers No. 40 1990 maupun UUD 1945 pasal 28 F mengenai kebebasan berekspresi dan juga sistem negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi. Ideologi yang dimiliki oleh Republika Online ialah mendukung penuh penegakan kebebasan pers yaitu dengan membuka kembali situs Islam dan memberikan pernyataan- pernyataan narasumber yang mendukung.


(7)

i ABSTRACT

This research title is “Freedom of Press is Associated to News of the Blockage Islam’s Media in Republika Online.’’ This research aims to find out how relation of the freedom of press to news of the blockage islam, also ideology owned Republika Online. Republika Online as researcher subject. As for researchers only found two news related freedom of press for March to April 2015. The news published on March 31 2015 and the published on April 3 2015. The approach used in this researcher was a qualitative methods with Gamson and Modigliani model as analyzing tools. Gamson and Modigliani sees media as an interpretation of a notion used to construct and define an issue. The conclusion of this research is the news show bad image to the government who blocking Islamic sites is hasty, unilateral, and without consideration of legislation. This is contrary to the law of freedom of the press, that is UU Pers No. 40 1999 and the law of human right of 28 f UUD 1945 and also Indonesia adheres to the democratic system. Ideology owned by Republika Online is support freedom of pers to Islamic sites and have some narasumbers which support the statements.


(8)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamin.

Syukur yang tiada henti penulis panjatkan kepada Allah SWT yang pada akhirnya penlis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua atas rahmat dan nikmat luar biasa yang selalu Allah berikan kepada para hamba-Nya. Shalawat dan salam juga senantiasa dilantuntan kepada baginda Rasulullah SAW sebagai penerang zaman yang membawa kebenaran dan menjadi suri taudalan bagi umatnya. Semoga kita dapat berkumpul dengan beliau di hari akhirat kelak.

Skripsi ini disusun untuk menambah kajian ilmu komunikasi di bidang Media massa dan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S1) di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Skripsi ini berjudul “Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online.

Terima kasih yang paling besar saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, yaitu Ayahanda (Selamat) dan Mama (Mariani) yang telah memenuhi kebutuhan saya selama perkuliahan. Terima kasih buat Ayah yang mengajarkan saya tentang kehidupan, dan Mama yang mengajarkan banyak kebaikan. Terima kasih atas rasa cinta dan kasih yang telah Ayah dan Mama berikan hingga membesarkan saya menjadi anak yang in shaa Allah baik dan berbakti kepada kedua orang tua. Terima kasih juga untuk adik-adik peneliti, Apriani Pratiwi dan Ahmad Suwira yang telah menambah warna kehidupan. Kalian adalah motivasi bagi kakak. Selain itu, tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi atas segala dukungannya bagi peneliti.


(9)

iii

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi

4. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali peneliti. Terima kasih atas segala kesempatan waktu yang bapak berikan kepada peneliti untuk memberi masukan, nasehat, dukungan, baik selama perkuliahan maupun dalam perbaikan skripsi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Kak Maya dan para staf/ pegawai Departemen Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu peneliti selama menjadi mahasiswa.

6. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Terima kasih untuk segala ilmu pengetahuan yang telah bapak dan ibu berikan kepada saya selama menjadi mahasiswa, in shaa Allah tidak akan terputus amalnya atas ilmu yang bermanfaat.

7. Sahabat kecil tersayang, Eka Rahayu, S. KH terimakasih atas do’a dan semangat yang engkau berikan beh.

8. Teman satu kos, Ummul Khaira. Terimakasih telah menjadi teman penulis selama dikosan beberapa bulan lalu. Canda tawa semoga selalu terkenang begitu juga harapan-harapan yang masih tertera semoga semuanya dapat terwujudkan.

9. Sahabat magang Metro TV: Rida Opita, Susi Silaen Lucky Rangga, dan Willy Nicolas. Terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan serta pengalaman selama lima bulan diperantauan atas suka dan duka yang dilalui bersama.

10. Abang, kakak dan teman para perintis PIJAR : Bg Frido, Kak Dhana, kak Sheila, Kak Trian, Kak Yesi, Bang Suryadi, Bang Amir, Bang Rahmat, Bang Bebe, Yudha, Awi, Uum, dll. Terimakasih atas ilmu dan motivasi yang kalian berikan. Penulis banyak belajar dari kalian.

11. Para kru PIJAR: angkatan 1 dan angkatan 2 yaitu: Puput, Nur, Kak Putri, Kak Wana, Bagus, Wawan, Hendro, Zakyah, Meutia Alfi, Reza, Riska, Rizka, Ade, Fiqa, Arta, Putri, Silka. Terimakasih telah berbagi pengalaman dengan penulis. Kalian adalah orang-orang luar biasa. Tetaplah berpijar. 12. Sahabat UKMI As-siyasah FISIP USU, Adhe, Ernita, Novi, Aisyah, Saiful,


(10)

As-iv

Siyasah. Mulai awal kuliah hingga akhir kuliah telah menjadi wadah dalam membangun kebutuhan rohani. Semoga kita tetap beristiqomah dalam mencapai rahmat dan ridho Allah SWT.

13. Sahabat Gardamedia: Bang Abi, Adhe, Miya, Inggit, Putri, Yola, Wahyu, Aji, dll. Terimakasih atas semangat dan dukungannya. Semoga waktu yang kian tipis tak kan menghentikan langkah untuk menumbuhkan generasi cendekia. Tetaplah menjadi barisan terdepan, berjuang menebarkan dakwah. 14. Sahabat UKMI Ad-Dakwah USU: Dziah, Chai, Yo. Terimakasih atas pesan-pesannya. Semoga sukses untuk kalian, koas-nya lancar dan tetap semangat berdakwah di jalan Allah SWT.

15. Untuk teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2011 yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Salam sukses untuk kita semua. Semoga kita dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, peneliti menerima kritik dan saran membangun demi perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya. Semoga dalam penulisan skripsi ini, saya terhindar dari kesombongan dan arogansi intelektual, terhindar dari riya dan penyakit-penyakit hati lainnya. Semua yang ada di langit dan bumi adalah milik-Nya, begitupun ilmu dan segala hal yang saya punya.

Medan, November 2015


(11)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ABSTRAK ...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ...ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah ...1

I.2 Fokus Masalah ...7

I.3 Tujuan Penelitian ...7

I.4 Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma Penelitian ...9

II.2 Paradigma Konstruktivisme ... 9

II.2 Uraian Teoritis ...14

II.2.1 Berita ...14

II.2.2 Media Massa dan Konstruksi Realitas Sosial ... 16

II.2.3 Faktor Faktor yang Membentuk Isi Media ... 20

II.2.4 Media Sebagai Institusi Sosial ...27

II.2.5 Teori Media Baru ...29

II.2.6 Pers dan Kebebasan Pers ... 33

II.2.7 Social Responsibility Theory ...39


(12)

vi BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian ... 48

III.2 Subjek Penelitian ... 49

III.2.1 Republika Online ... 49

III.3 Objek Penelitian ... 49

III.4 Kerangka Analisis ... 49

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55

III.6 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis ... 58

IV.1.1 Analisis berita 1 ... 54

IV.1.2 Analisis berita 2 ... 63

IV.2 Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ...75

V.2 Saran ...76 Daftar Pustaka

Lampiran - Riwayat Hidup Peneliti


(13)

vii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

II. 1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa ... 18

II. 2 Model Hierarki Teori Pengaruh Isi Media ... 20

II. 3 Cara Kerja Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi Media... 21

II. 4 Hubungan Tiga Sumber yang Mempengaruhi Rutinitas Media ... 24


(14)

viii Daftar Tabel

No Judul Halaman

II.1 Definisi framing menurut para ahli ... 43 II.2 Model Teoritik Analisis Framing Model Gamson dan Modligian ... 45


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam Di Republika Online”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kaitan kebebasan pers pada berita pemblokiran situs Islam, makna yang dibangun dan ideologi yang dimiliki oleh Republika Online dalam memberitakan peristiwa pemblokiran situs Islam. Peneliti memilih Republika Online sebagai subjek penelitian. Adapun peneliti hanya menemukan dua berita terkait kebebasan pers, yaitu berita yang terbit pada tanggal 31 Maret 2015 dan pada tanggal 3 April 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan menggunakan pisau analisis framing Gamson dan Modligiani, yaitu memahami wacana media sebagai package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah kedua berita tersebut menampilkan citra buruk kepada pemerintah karena memblokir situs Islam secara sepihak dan terburu-buru, serta tanpa melalui Dewan Pers atau hukum yang berlaku. Hal ini berlawanan dengan kebebasan pers yang memilki Undang-undang Pers No. 40 1990 maupun UUD 1945 pasal 28 F mengenai kebebasan berekspresi dan juga sistem negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi. Ideologi yang dimiliki oleh Republika Online ialah mendukung penuh penegakan kebebasan pers yaitu dengan membuka kembali situs Islam dan memberikan pernyataan- pernyataan narasumber yang mendukung.


(16)

i ABSTRACT

This research title is “Freedom of Press is Associated to News of the Blockage Islam’s Media in Republika Online.’’ This research aims to find out how relation of the freedom of press to news of the blockage islam, also ideology owned Republika Online. Republika Online as researcher subject. As for researchers only found two news related freedom of press for March to April 2015. The news published on March 31 2015 and the published on April 3 2015. The approach used in this researcher was a qualitative methods with Gamson and Modigliani model as analyzing tools. Gamson and Modigliani sees media as an interpretation of a notion used to construct and define an issue. The conclusion of this research is the news show bad image to the government who blocking Islamic sites is hasty, unilateral, and without consideration of legislation. This is contrary to the law of freedom of the press, that is UU Pers No. 40 1999 and the law of human right of 28 f UUD 1945 and also Indonesia adheres to the democratic system. Ideology owned by Republika Online is support freedom of pers to Islamic sites and have some narasumbers which support the statements.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Konteks Masalah

Media massa hadir sebagai pemberi informasi kepada masyarakat. Baik informasi umum maupun informasi yang bersifat keagamaan. Pada bulan Maret hingga April lalu masyarakat Indonesia dikejutkan dengan pemblokiran situs-situs Islam oleh pemerintah. Hal ini terjadi atas pengajuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kepada Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) yang menilai bahwa situs-situs Islam mengandung unsur radikal. Dalam penilaiannya, BNPT dan Kominfo memblokir sebanyak 22 situs Islam melalui ISP (Internet Service Provider). Adapun 22 situs tersebut, diantaranya:

1. Arrahmah.com, 2. Voa-islam.com, 3. Ghur4bblogspot.com, 4. Panjimas.com, 5. Thoriquna.com, 6. Dakwatuna.com, 7. Kafilahmujahid.com, 8. An-najah.net, 9. Muslimdaily.net, 10. Hidayatullah.com, 11. Salam-online.com, 12. Aqlislamiccenter.com, 13. Kiblat.net, 14. Dakwahmedia.com, 15. Muqawamah.com, 16. Lasdipo.com, 17. Gemaislam.com, 18. Eramuslim.com, 19. Daulahislam.com, 20. Mshoutussalam.com, 21. Azzammedia.com, 22.Indonesiasupportislami cstate.blogspot.com

Pemblokiran tersebut terjadi secara sepihak oleh BNPT, yaitu melakukan pemblokiran situs tanpa konfirmasi dengan pemilik media. Hal ini mengundang reaksi yang begitu besar terutama dari para netizen dengan membuat tagar kembalikan media Islam (#KembalikanMediaIslam) di media sosial twitter dan telah menjadi trending topic di Indonesia bahkan dunia.


(18)

2

Indonesia sebagai negara yang memiliki mayoritas umat Islam terbesar di dunia, yaitu sebanyak 85 persen berpenduduk muslim, tentu situs-situs Islam sangat berpengaruh bagi masyarakatnya dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan (wikipedia.com). Terutama pada perubahan sosial yang terjadi di berbagai negara.

Adapun alasan penutupan 22 situs tersebut terdapat dalam surat Nomor: 149/K.BNPT/3/2015 yang menyatakan bahwa situs/website mengandung unsur radikal. Menururt BNPT ciri-ciri radikal tersebut yaitu:

1. Ingin melakukan perubahan dengan cepat, menggunakan kekuasaan dengan mengatasnamakan agama

2. Tafkiri. Mereka yang menganut paham tafkiri, yaitu paham yang mudah sekali mengkafirkan orang lain

3. Mendukung, menyebarkan dan mengajak bergabung dengan ISIS

4. Memaknai jihad secara terbatas.

Namun, alasan ini tidak disepakati oleh berbagai pihak. Dalam KBBI, pengertian radikal yaitu: 1. secara mendasar sampai kepada hal yang prinsip, 2. perubahan yang amat keras menuntut perubahan (undang-undang pemerintahan), 3. maju dalam berpikir dan bertindak. Namun, beberapa ulama menyatakan bahwa makna radikal bersifat positif, dengan dikaitkan pada asal kata radikal yaitu radiks, yang berarti akar. Jadi, ulama menyatakan bahwa Islam radikal artinya ber-Islam hingga ke akar-akarnya yang memang seharusnya dimiliki oleh setiap umat Islam.

Ternyata radikal bukanlah satu-satunya alasan yang diungkapkan oleh BNPT untuk memblokir situs Islam. Alasan lain diantaranya yaitu karena situs-situs Islam dianggap menjelek-jelekan Presiden Jokowi yang pada saat itu memasuki bulan keempat masa pemerintahannya. Kemudian alasan lain diungkapkan oleh Deradikalisasi BNPT yang mengatakan bahwa situs-situs


(19)

3

Islam diblokir karena menggunakan domain dot com (.com). Menurutnya yang diperbolehkan di Indonesia adalah situs dengan domain dot co dot id (.co.id)

Kasus pemblokiran situs islam ini memang merupakan sejarah baru dalam sistem demokrasi di Indonesia. Sejak terjadinya pembredelan media massa oleh pemerintah yang dilakukan kepada media pers umum, yaitu majalah Tempo, majalah berita Editor, dan tabloid politik Detik yang terjadi pada bulan Juni 1994. Sejak saat itu, kondisi kebebasan pers di Indonesia pun semakin memburuk. Namun, kini telah ditetapkannya Undang-Undang Pers No. 40 tahun 1999 dan Undang-Undang Kebebasan Berpendapat yang terdapat pada UUD 1945 pasal 28 F. Dalam hal ini dinyatakan bahwa pembredelan terhadap pers tidak boleh dilakukan dan setiap orang berhak menyampaikan dan menerima pendapat. Tetapi, pemblokiran situs Islam yang terjadi pada sistem demokrasi saat ini merupakan hal yang perlu diketahui penerapan Kebebasan Pers di Indonesia (Atmakusumah, 2009: 64).

Menururt Atmakusumah, pembredelan pers ini terjadi sebagai dampak dari komunikasi dan arus informasi yang semakin terbuka dan kian terus terang. Berbagai masalah yang tertutup dapat diungkapkan oleh pers sehingga menimbulkan iritasi pada masyarakat yang merasa kepentingannya terusik (Atmakusumah, 2009: 7-9).

Pers merupakan penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Berita-berita yang diterbitkan di media merupakan informasi sangat penting yang perlu diketahui. Selain itu, pers secara profesionalisme memiliki tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat.

Media dipercaya mengangkat realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Dalam dunia jurnalisme ada dua cara pandang yang berbeda dalam melihat konsep yang bermakna “Berita.” Pertama adalah berita dianggap sebagai cerminan dari realitas (Mirror of reality), yaitu potret dari realitas sosialnya. Kedua, berita sebagai hasil rekonstruksi realitas yang akan melibatkan produksi


(20)

4

dan pertukaran makna (constructed reality). Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa berita merupakan hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional yang pada akhirnya berita tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan oleh wartawan dalam diri khalayak pembaca (Eriyanto, 2002: 29).

Berita tidak sekedar laporan peristiwa yang sudah, sedang, dan akan terjadi. Ada sesuatu yang tersirat dalam sebuah berita. Kadang-kadang makna yang tersirat jauh lebih penting untuk diketahui ketimbang berita yang tersurat. Karena itu khalayak dituntut tidak hanya membaca berita yang tersurat, tetapi juga menyimak makna yang tersirat. Dari pemahaman makna ini bisa dilihat kemana angin bertiup, yang pada gilirannya bisa melahirkan ke mana harus berpihak (Abrar, 1997: 23)

Dalam praktiknya, pers melakukan pemberitaan dengan mengkonstruksi realitas. Framing merupakan proses konstruksi, yaitu realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Berita-berita yang tersaji di media massa merupakan hasil dari konstruksi realitas yang dipilihnya. Berita mengenai pemblokiran situs Islam yang terbit di media Republika Online merupakan hal penting untuk diketahui makna berita dan aspek-aspek yang ditonjolkannya (framing) (Sudibiyo, 2001: 157).

Proses framing menjadikan media massa sebagai arena dimana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca (Sobur, 2009:166). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis framing milik Gamson dan Modligiani. Gamson dan Modligiani mengartikan framing sebagai cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisisr sedemikian rupa dan menghasilkan konstruksi makna atas peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.

Kebebasan pers adalah kebebasan masyarakat untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya, kebebasan untuk dapat memilih media sesuai dengan minat dan aspirasi mereka, serta kebebasan untuk dapat menyalurkan pendapat, kritik, dan keluhan mereka melalui media pers. Kebebasan pers dapat


(21)

5

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang makna perbedaan pendapat dalam pergaulan demokratis (Atmakusumah, 2009: 13). Begitupun, masyarakat memiliki kebebasan dalam mendapatkan informasi terkait nilai-nilai agama yang diterbitkan oleh situs-situs Islam.

Secara formal, sistem pers Indonesia kini diatur melalui UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999, yang mengatur kelembagaan kaidah/ norma Pers Indonesia. Selain itu, pasal 28 F (perubahan Kedua UUD 1945) menjamin bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Santana, 2005: 236).

Dengan demikian, kebebasan pers menurut adanya keterbukaan semua pihak agar segala koreksi, pengawasan, dan kritik yang disampaikan bisa mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, jujur, berimbang, dan laporan yang berupa both side coverage dapat dilaksanakan. Walau kebebasan merupakan iklim yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pers, bukan berarti dapat berbuat semaunya dalam menjalankan tugas profesinya. Wartawan didalam menjalankan profesinya juga harus terikat dan dibatasi oleh setidak-tidaknya empat hal, yaitu teori jurnalistik, nilai-nilai social yang hidup dalam masyarakat, kode etik jurnalistik, dan berbagai ketentuan perundang–undangan yang berlaku (Barus, 2010: 18).

Pers sebagai penerbitan media massa memiliki hak dan kewajiban dalam menyiarkan informasi. Sebuah media dapat dikatakan pers apabila memiliki ciri dan kriteria Pers. Pers pada zaman demokrasi saat ini memiliki kemerdekaan untuk melaksanakan tugas pers (tugas jurnalistik) yaitu meliput, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi secara bebas (Santana, 2005: 232)..


(22)

6

Dalam hal ini, pers Islam dapat dimaknai sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarkan berbagai peristiwa yang sarat dengan muatan nilai-nilai Islam kepada khalayak, serta berbagai pandangan dengan prespektif ajaran Islam dengan mematuhi kaidah-kaidah jurnalistik/ norma-norma yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist.

Menurut Deddy Djamaluddin Malik (1989:168), Pakar komunikasi Universitas Padjadjaran mengatakan bahwa pers Islam merespon berbagai problem sosial yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pertama, pers Islam harus bersifat kritis terhadap lingkungan luar, sanggup menyaring informasi Barat yang relevan dan tidak bias terhadap Islam. Hal ini sesuai dengan pesan suci al-Qur’an “Jika orang fasik membawa berita, selidikilah berita itu” (al-Hujurat/49:6). Kedua, pers Islam harus mampu menjadi penterjemah dan “frontier spirit” – pembatas – pembaharuan dan gagasan-gagasan kreatif kontemporer. Ketiga, pers Islam hendaknya sanggup melakukan proses sosialisasi sebagai upaya untuk memelihara dan mengembangkan khazanah intelektual Islam. Keempat, pers Islam harus sanggup mempersatukan setiap kelompok umat sambil memberikan kesiapan untuk bersikap terbuka bagi perbedaan paham. Pers Islam dalam hal ini berperan seperti apa yang dipesankan al-Qur’an: “Dan berpeganglah kamu sekalian pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-cerai” (Ali Imran/3: 103) /sistem-informasi-islam-dalam-menghadapi-dunia-global/).

Dalam prespektif studi media atau komunikasi massa, media online menjadi objek kajian teori “media baru” (new media), yaitu istilah yang mengacu pada permintaan akses ke konten (isi/ informasi) kapan saja, dimana saja, pada setiap perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipatif kreatif, dan pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi “real time”. Sehingga setiap saat orang dapat melakukannya (Romli, 2012 : 31).

Salah satu perkembangan terbaru dalam media massa ialah jurnalisme online yang terhubung ke internet. Jurnalisme online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website. Website atau site (situs) adalah halaman mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio, dan gambar. Secara sederhana, jurnalisme online ialah pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet (Romli, 2012: 12).


(23)

7

Jika pers disuatu negara memiliki cara pandang berbeda terhadap suatu peristiwa yang tejadi di dunia ini, maka pers Islam memiliki prespektif berbeda pula dalam memberitakannya, yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan sunah. Menyimak Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam, maka memiliki dasar bahwa peristiwa-peristiwa yang dialami dapat disimak melalui firman Allah yang terdapat dalam kitab Al-qur’an dan juga ajaran Rasulullah (hadist/ sunnah).

Setiap insan pers tentu memiliki arah pemberitaan sesuai dengan ideologi yang diterapkan dalam medianya. Peneliti memilih Republika Online sebagai portal berita nasional yang bernuansa Islam. Republika online merupakan salah satu media yang memiliki topik memberitakan peristiwa pemblokiran situs Islam, salah satunya yaitu berita terkait kebebasan pers.

Dengan demikian, uraian diatas telah menumbuhkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian. Penuis ingin mengetahui bagaimana kaitan kebebasan pers dengan berita pemblokiran situs Islam di media Republika Online, makna yang dibangun, dan ideologi yang digunakan Repubika Oline dalam mengemas berita pemblokiran situs Islam.

I. 2 Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kaitan naskah kebebasan pers pada berita pemblokiran situs Islam di Republika Online?

2. Bagaimana makna yang dibangun Republika Online dalam membingkai berita pemblokiran situs Islam?

3. Bagaimana ideologi yang digunakan Republika Online dalam memberitakan pemblokiran situs Islam dilihat dari sisi kebebasan pers?


(24)

8 I. 3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan kebebasan pers pada berita pemblokiran situs Islam di Republika Online.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang dibangun oleh Republika Online dalam membingkai berita pemblokiran situs Islam. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ideologi Republika Online

dalam memberitakan pemblokiran situs Islam yang dilihat dari sisi kebebasan pers.

I. 4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang jurnalistik, khususnya dalam kontruksi berita di media massa.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terutama yang berkaitan dengan analisis framing di media massa.

3. Secara praktis, diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis terhadap informasi yang disajikan dan memberikan masukan pemikiran kepada pihak-pihak yang membutuhkan.


(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II. 1 Paradigma

Paradigma diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Oleh karena itu, paradigma sangat menentukan bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya (Vardiansyah, 2008: 27).

Paradimgma merupakan serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Paradigma meliputi tiga elemen, yakni epistemologis yaitu untuk mengetahui realitas, ontologis untuk mengetahui hakikat dari realitas itu sendiri, dan metodologi yang memfokuskan diri dari bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari realitas tersebut. Paradigma akan mengarahkan peneliti untuk menggunakan teori-teori seperti apa yang menjadi landasan suatu masalah penelitian (Nasrullah, 2014: 161).

II.1.1 Paradigma Konstrutivisme

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap penalaman mereka (Ardianto, 2007: 154).

Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu nemun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivisme meyakini bahwa segala sesuatu ada karena konstruksi tertentu. (Ardianto, 2007: 158).


(26)

10

Pendekatan konstruktisionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan ideologi, nilai-nilai dari jurnalis atau media. Menururt pendekatan konstruksionis, hasil kerja jurnalis tidak dapat dinilai dengan standar yang rigid dan kaku. Aspek etika, moral, dan nilai-nilai juga akan mewarnai pemberitaan, karena hal-hal itu merupakan bagian yang integral dalam diri jurnalis. Dalam pandangan ini, junalis bukanlah robot yang dapat diprogram untuk senantiasa melaporkan fakta apa adanya (Sudibiyo, 2001: 259).

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan objek material. Pengalaman manusia terdiri atas interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan pernyataan wartawan. Konstruksionis memiliki pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Menurut Berger, realitas merupakan sesuatu yang dibentuk dan dikonstruksi (Eriyanto, 2002:15).

Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Namun, subjek tersebutlah yang merupakan faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu, analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi (Ardianto, 2007: 151).

Dalam hal ini terdapat pesan sederhana yang memiliki satu tujuan dan pesan kompleks yang memiliki banyak tujuan. Pesan kompleks ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan orang lain lain dan komunikasi antarpesona dapat tercipta. Konstruktivisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi yang berpusat pada orang dan diferensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan (Ardianto, 2007: 158)

Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menururt kalangan


(27)

11

konstruktivis, pesan-pesan berbasis “diri “merefleksikan kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif, serta aspek relasional dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis “diri” merupakan suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian atas situasi yang mungkin mengarah pada tujuan yang beragam (Ardianto, 2007: 159). Desain pesan didasarkan pada kecendrungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.

Berdasarkan epistemologi ilmu komunikasi, cara pengembangan ilmu komunikasi melalui penelitian ilmiah dilakukan ke dalam tiga jenis penelitian, yaitu: 1. Analisis wacana (Discourse Analysis), 2. Analisis Semiotika (Semiotic Analysis), dan 3. Analisis Framing (Framming Analysis).

1. Analisis wacana

Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana (Sobur, 2004: 47-49).

Wacana tidak hanya mencakup percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di tempat umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Secara sederhana, analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dan telaah mengenai aneka fungsi pesan dalam komunikasi (Zamroni, 2009: 88-90).

Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001: xv).


(28)

12

Foucault, membedakan pengertian wacana menjadi tiga macam, yaitu:

a. Level Konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pertanyaan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.

b. Konteks pengunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.

c. Metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur dengan suatu cara tertentu, misalnya wacana imperialime dan wacana feminisme.

2. Analisis Semiotika

Silvian mengatakan bahwa komunikasi adalah negosiasi dan pertukaran makna dalam mana pesan dibangun oleh masyarakat berdasar budaya dan realitas, yang mampu berinteraksi karena menggunakan makna yang mereka bangun dan mereka pahami bersama untuk menumbuhkan saling pengertian (Zamroni, 2009: 91).

Menurut Preminger (dalam Sobur, 2004: 96), Semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika menganggap bahwa fenomena sosial/ masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Menururt Dan Mimmo Semiotika membahas tentang keragaman bahasa dari tiga prespektif: semantika, yaitu studi tentang makna; sintatika, yang berurusan dengan kaidah dan struktur yang menghubungkan tanda-tanda satu sama lain misalnya tata bahasa; dan pragmatika, yaitu analisis penggunaan dan akibat permainan kata (Zamroni, 2009: 93).

Roland Barthes, memberikan cara bagaimana mengalisis tanda-tanda komunikasi yang disebut semiologi komunikasi, yaitu mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim dan penerimanya. Dengan begitu, seorang peneliti menganalisis teks berdasarkan konteksnya, referensinya dan dapat menggunakan penjelasan sintaksis (ketatabahasaan) dan analisis semantik (makna tanda-tanda) bahkan historical events dan objects, termasuk


(29)

13

teks tertulis. Oleh karena semiologi, analisis teks, berarti menganalisis tentang segala hal yang berhubungan dengan sistem simbolik dan semantik dari peradaban manusia seluruhnya (Zamroni, 2009: 92).

3. Analisis Framing

Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi (Zamroni, 2009: 94).

Menurut Imawan (dalam Sobur, 2004: 162) pada dasarnya framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subek sebagai sesuatu yang legitimatif, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.

Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini menghasilkan suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena media mutakhir (Sudibyo, 2001: 23).

Dalam prespektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis framing ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, dan lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring inteprestasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang wartawan untuk menyeleksi suatu isu dan menulis berita (Sobur, 2004: 162).


(30)

14 II.2 Uraian Teoritis

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot (Nawawi, 2001: 39). Maka, teori yang relevan untuk penelitian ini adalah:

II. 2.1 Berita

Berita merupakan aktivitas inti dalam praktik jurnalistik. Menururt Lord Northeclife, (dalam Barus, 2010: 26) seorang raja pers asal Inggris, “News is anything out of ordinary”. Sementara Sumadiria (2005: 65) menjelaskan berita sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan memilah-milah dan menentukan peristiwa serta tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Seperti yang dikatakan MacDougal (dalam Eriyanto, 2002: 102), setiap hari ada jutaan peristiwa di dunia ini, dan semuanya secara potensial dapat menjadi berita. Dalam pandangan Fishman, berita bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Berita adalah apa yang pemberita buat, penyajian berita merefleksikan sesuatu maka refleksi itu adalah praktik pekerja dalam organisasi yang memproduksi berita (Eriyanto, 2002: 100).

Berita bukanlah representasi dari realitas melainkan konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas sebuah realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya akan menghasilkan realitas yang berbeda pula (Eriyanto, 2002: 21).

Naskah berita ditulis dengan menggunakan pola penulisan piramida terbalik dan mengacu kepada 5W+1H agar berita lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis jurnalistik. Artinya berita mudah disusun dalam pola yang sudah baku dan mudah dipahami oleh pembaca. Naskah berita ditulis


(31)

15

dengan menggunkan rumus 5W+1H, yaitu what (apa), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), when (kapan), dan how (bagaimana).

Tidak semua peristiwa layak dilaporkan kepada publik. Karena sebuah berita yang siap dipublikasikan harus mengandung nilai berita, kalau tidak, maka sebuah peristiwa tidak layak dilaporkan atau dijadikan berita. Ada beberapa unsur atau aspek yang dijadikan acuan untuk menentukan nilai berita suatu kejadian atau fakta. Sumadiria (2005: 80) menjelaskan kriteria umum nilai berita yaitu :

1. Keluarbiasaan (unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa melainkan suatu peristiwa yang luar biasa (news is unusual).

2. Kebaruan (newness)

Berita adalah semua apa yang disebut hasil karya terbaru, karena semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita.

3. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. 4. Aktual (timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana, aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi. 5. Kedekatan (proximity)

Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti, kedekatan geografis (suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita) dan kedekatan psikologis (keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan objek peristiwa).

6. Informasi (information)

Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian.

7. Konflik (conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan


(32)

16

merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.

8. Orang Penting (public figure, news maker)

Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik.

9. Kejutan (surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, dan tidak diketahui sebelumnya. 10. Ketertarikan Manusiawi (human interest)

Cerita human interest lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan atau soft news.

11. Seks (sex)

Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya.

II. 2.2 Media Massa dan Konstruksi Realitas Sosial

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia, melalui proses sosial dipandang sebagai pencipta realitas sosial.

Realitas sosial memiliki makna, apabila realitas sosial tersebut dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain hingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu yang mengkonstruksi realitas sosial, merekonstruksinya dalam dunia realitas, lalu memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya (Bungin, 2008: 189).

Dalam kehidupan sosial, manusia melakukan aktivitasnya dengan cara berinteraksi. Namun, dalam realitas sosial interaksi merujuk pada bagaimana gagasan dan pendapat tertentu dari seseorang atau sekelompok orang ditampilkan dalam pemberitaan. Sehingga realitas yang terjadi tidak digambarkan sebagaimana mestinya, tetapi digambarkan secara lain. Bisa


(33)

17

lebih baik atau bahkan lebih buruk, cenderung memarjinkan seseorang atau sekelompok orang tertentu (Eriyanto, 2001: 113).

Menururt Hacking dalam Kukla, kenyataan dalam kelompok konstruksi bukan saja banyak jumlahnya, tetapi juga sangat heterogen. Diantaranya manusia (people), objek tidak hidup, situasi dan kondisi, peristiwa, praktik, tindakan, pengalaman, relasi, zat, konsep, dan beberapa item yang diistilahkan Hacking sebagai “kata pengangkat” karena mampu mengangkatnya sampai ke tingkat wacana, baik secara retoris maupun semantik yaitu realitas, kebenaran, fakta, dan pengetahuan (Kukla, 2003:1).

Konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas tidak terbentuk sendiri, namun dibentuk dan dikonstruksi. Realitas berwajah ganda atau plural, setiap orang dapat memiliki konstruksi berbeda atas sebuah realitas, selain itu realitas juga bersifat dinamis dan statis karena ada relativitas sosial dari apa yang disebut pengetahuan dan kenyataan. Berger dan Lukman juga beranggapan bahwa realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Bungin, 2008: 192).

Peter L Berger dan Luckmann kemudian merevisi konstruksi sosial dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebenarnya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis (Bungin, 2008: 203).

Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; tahap konfirmasi (Bungin, 2008: 188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:


(34)

18 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas

Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; (3) sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi.

Gambar II.1

Proses Konstruksi Sosial Media Massa


(35)

19

Pendekatan konstruktivisme juga menilai aspek etika moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dilihat. Etika, moral, atau keyakinan pada kelompok tertentu adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Wartawan bukan hanya sebagai pelapor, disadari atau tidak ia menjadi partisan dari keragaman penafsiran dan subjektifitas dalam publik. Atas dasar hal tersebut, wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, melainkan ia mengkonstruksi peristiwa dari drinya sendiri dengan realitas yang diamati (Sudibyo, 2001: 55).

Eriyanto melihat pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu:

a. Fakta/ peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat objektif. Realitas dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai panadangan berbeda.

b. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bisa dan pemihakannya.

c. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya kontruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah buku jurnalistik.

d. Berita bersifat subjektif/ konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

e. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. f. Etika, pilihan, moral dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang

integral dari produksi berita. Etika dan moral termasuk keberpihakan satu kelompok adalah bagian yang tak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas.


(36)

20

dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita (Zamroni, 2009: 95).

II. 2.3 Faktor Faktor yang Membentuk Isi Media

Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996), dalam Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, menyusun berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasikan ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media: Individu; Rutinitas media; Organisasi; Ekstra media; dan ideolgi.

Gambar II.2

Model Hierarki Teori Pengaruh Isi Media

(Sumber: Soemaker dan Reese, 1996: 64) II. 4. 1 Individual

Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level indivual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan


(37)

21

ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan, atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media.

Terdapat tiga faktor intrinsik pada pekerja media yang dapat mempengaruhi isi media. Pertama ialah karakteristik pekerja, personaliti, dan latar belakang pekerja. Kedua ialah sikap, nilai, dan keyakinan pekerja. Contohnya ialah keberpihakan politik jurnalis atau keyakinan agama jurnalis. Ketiga ialah orientasi dan peran konsep profesi yang disosialisasikan kepada mereka. Sebagai contoh, apakah seorang jurnalis mempersepsikan diri mereka sebagai penyampai kejadian yang netral, ataukah sebagai partisipan yang aktif membangun cerita (Soemaker dan Reese, 1996: 64).

Gambar II.3

Cara Kerja Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi Media


(38)

22

Gambar di atas menunjukkan hubungan di antara faktor-faktor intrinsik jurnalis yang melatabelakangi isi media. Karakteristik, latar belakang dan pengalaman individu mempengaruhi sikap, nilai dan keyakinan yang dimiliki jurnalis dan juga mempengaruhi pengalaman dan latar belakang dalam profesinya. Sebagai contoh, pendidikan terakhir, lingkungan tempat jurnalis dibesarkan, dan karakteristik pribadi jurnalis akan mempengaruhi sikap, nilai, dan keyakinan yang dipegangnya selama menjadi seorang jurnalis dan juga akan mempengaruhi pengalaman dan dedikasinya sebagai seorang jurnalis. Pengalaman dan dedikasi selama menjadi jurnalis kemudian membentuk bagaimana peranan dan etika jurnalis yang secara langsung mempengaruhi media. Sedangkan sikap, nilai dan keyakinan jurnalis secara tidak langsung mempengaruhi isi media sebatas wewenang jurnalis tersebut dalam organisasi media (Shoemaker dan Reese, 1996: 65).

II. 4. 2 Rutinitas Media

Berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya.

Karl Manheim, seorang sosiolog Jerman mengatakan bahwa tiap individu tidak berpikir dengan sendirinya. Seorang hanya berpartisipasi dalam memikirkan lebih jauh apa yang telah dipikirkan oleh orang lain sebelumnya. Mereka berbicara dalam bahasa kelompoknya, dan berpikir dengan cara pikir kelompoknya. Hal tersebut serupa dengan rutinitas yang terdapat pada organisasi media massa.

Rutinitas telah menciptakan pola sedemikian rupa yang terus diulang oleh para pekerjanya. Rutinitas juga menciptakan sistem dalam media sehingga


(39)

23

media tersebut bekerja dengan cara yang dapat diprediksi dan tidak mudah untuk dikacaukan. Hal-hal yang memengaruhi media adalah organisasi media itu sendiri (processor), sumber (supplier), dan target khalayak (consumer) (Shoemaker dan Reese, 1996: 105-108).

Gambar II.4

Hubungan Tiga Sumber yang Mempengaruhi Rutinitas Media

(Sumber: Soemakerdan Reese, 1996: 109). II. 4. 3 Organisasi

Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu . Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan agar berita tertentu yang disajikan,


(40)

24

tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita.

Menurut Turow (1984), sebuah organisasi media dapat didefinisikan sebagai entitas sosial, formal atau ekonomi yang mepekerjakan pekerja media dalam usaha untuk memproduksi isi media. Organisasi tersebut memiliki ikatan yang jelas dan dapat diketahui dengan mudah mana yang menjadi anggotanya dan mana yang bukan. Terdapat tujuan yang jelas yang menciptakan saling ketergantungan antara bagian-bagiannya dan struktur yang birokratis. Anggota-anggotanya memiliki spesialisasi fungsi yang jelas dan peran yang standardisasi. Bagan struktur organisasi yang dimiliki sebuah organisasi media massa membantu menjelaskan empat pertanyaan penting, yaitu: Apa peran organisasi; Bagaimana organisasi terstruktur; Apa saja kebijakan yang ada dan bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan; dan Bagaimana kebijakan tersebut dijalankan (Shoemaker dan Reese, 1996: 142-144).

Dalam organisasi media terdapat tiga tingkatan posisi. Pertama ialah pekerja garda depan seperti penulis, reporter, staf kreatif yang bertugas mengumpulkan dan mengemas bahan mentah. Kedua ialah tingkatan menengah, yaitu manajer, editor, produser dan lainnya yang bertugas mengkoordinasikan proses dan menjembatani komunikasi antara posisi atas dan bawah dalam organisasi. Ketiga ialah posisi tingkat atas dalam perusahaan yang bertugas membuat kebijakan organisasi, membuat anggaran, mengambil keputusan-keputusan penting, melindungi perusahaan dari kepentingan politik dan komersial, dan saat dibutuhkan melindungi pekerjaannya dari tekanan luar (Soemaker dan Reese, 1996: 151).

II. 4. 4 Ekstra media

Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini


(41)

25

sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media:

1. Sumber berita

Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media.

2. Sumber penghasilan media

Sumber penghasilan media berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan atau pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media mengembargo berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak penjualan, akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak.

3. Pihak eksternal

Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media. Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis dan menganut liberalisme. Campur


(42)

26

tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis.

II. 4. 5 Ideologi

Menurut Samuel Becker (1984), ideologi menentukan cara kita mempersepsikan dunia kita dan diri kita sendiri. Sebuah ideologi adalah seperangkat kerangka pikir yang menentukan cara pandang kita terhadap dunia dan bagaimana kita harus bertindak. Level ideologi adalah level paling besar dalam model hierarki pengarus isi media (Shoemaker dan Reese, 1996: 222).

Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.

Raymond William (dalam Eriyanto, 2001) mengklasifikasikan penggunaan ideologi tersebut dalam tiga ranah.

1. Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu.

Definisi ini terutama dipakai oleh kalangan psikologi yang melihat ideologi sebagai seperangkat sikap yang dibentuk dan diorganisasikan dalam bentuk yang koheren. Sebagai misal, seseorang mungkin mempunyai seperangkat sikap tertentu mengenai demontrasi buruh. Ia percaya bahwa buruh yang berdemontrasi mengganggu kelangsungan produksi. Oleh karenanya, demontrasi tidak boleh ada, karena hanya akan menyusahkan orang lain, membuat keresahan, menggangu kemacetan lalulintas, dan membuat persahaan mengalami kerugian besar. Jika bisa memprediksikan sikap seseorang semacam itu, kita dapat mengatakan bahwa orang itu mempunyai ideologi kapitalis atau borjuis. Meskipun ideologi disini terlihat sebagai sikap seseorang, tetapi ideologi di sini tidak dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam diri individu sendiri, melainkan diterima dari masyarakat.


(43)

27

2. Sebuah sistem kepercayaan yang dibuat biasa dilawankan dengan pengetahuan ilmiah.

Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat hubungan itu nampak natural, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen dari pendidikan, politik sampai media massa.

3. Proses umum produksi makna dan ide.

Ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna.

II. 2. 4 Media Massa Sebagai Institusi Sosial

Menururt Mcquail, media sebagai institusi sosial merujuk pada efek media dan tanggungjawab media terhadap masyarakat. Media secara terpisah maupun bersama-sama cenderung membentuk lembaga yang diakui dan tertanam dalam masyarakat yang lebih luas. Pers sebagai lembaga sosial memiliki tanggungjawab publik, disisi lain pers mendapatkan hak dan keutamaan terutama jaminan kebebasan (Mcquail, 2011: 65).

Menururt Littlejohn (1996), institusi sosial berperan sebagai media kontrol dan sosial. Pada prinsipnya, media merupakan institusi yang difungsikan untuk mengembangkan kebebasan pendapat dan menyebarkan informasike segala arah, yakni kepada publik dan institusi lainnya, termasuk pemerintah. Sebagai institusi, suatu media harus memiliki tenaga profesional, manajemen, dan infrastruktur –informasi–bagi–kehidupan-masyarakat).


(44)

28

Bungin (2006) menyebutkan, media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change yang menjadi lembaga pelopor perubahan. Ini merupakan paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigma tersebut, media massa berperan sebagai berikut:

a. Institui percerahan masyarakat, melalui perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, pikirannya terbuka dan menjadi masyarakat yang maju.

b. Media massa juga menjadi media informasi kepada msyarakat dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar yang disampaikan media massa kepada msyarakat, akan menjadikan masyarakat kaya terhadap informasi, masyarakat terbuka terhadap informasi, dan sebaliknya.

c. Media massa sebagai hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, merupakan institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan dan katalisator perkembangan budaya msyarakat. Media massa berperan mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakat.

Media pers sebagai institusi sosial, memiliki fungsi untuk menyediakan informasi bagi orang-orang yang berada dalam berbagai institusi sosial yang sesuai dengan tatanan sistem sosial. Keberadaan dalam sistem sosial ini menjadikan pengelola media menjadi aktor sosial yang harus menjalankan fungsinya sesuai dengan harapan dari masyarakat, baik dapat berupa dorongan psikologis maupun dorongan sosiologis. Harapan inilah yang menjadi pendorong dalam memformat fungsi yang harus dijalankan oleh media massa sebagai institusi sosial. Jika dorongan pertama membawa seseorang ke dunia dalam (inner world) yang bersifat subjektif, maka doronga kedua membawa seseorang ke dunia luar (outer world) yang bersifat empiris objektif. Media massa akan mensuplai masyarakatnya untuk memasuki dunia yang dipilihnya. (Siregar, 2004: 109).

Siebert et al. (1956) juga menjelaskan bahwa sebagai lembaga sosial, pers merupakan bagian integral dari masyarakat sehingga ia dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial yang terdapat dalam satu sistem sosial. Pers selalu tergantung dan


(45)

29

berkaitan erat dengan masyarakat ditempat pers itu berada. Salah satu implikasinya adalah pers harus beroperasi sesuai dengan kehendak masyarakat di tempat pers itu berada. Kehendak masyarakat yaitu mengenai keyakinan mereka tentang hakekat manusia, hakekat masyarakat dengan negara, hubungan manusia dengan negara, serta hakekat pengetahuan dan kebenaran (Abrar, 1997: 160)

II. 2. 5 Teori New Media

Konsep media baru pada awalnya diperkenalkan dalam novel science-fiction, True Name oleh Vernor, seorang novelis dan juga ahli matematika pada 1981. Straubhaar dan LaRose mencatat bahwa adanya perubahan terminologi menyangkut media. Perubahan itu berkaitan dengan perkembangan teknologi, cakupan area, produksi massal, distribusi massal, sampai pada efek apa yang berbeda dengan apa yang ada di media massa (Nasrullah, 2014: 13).

Dari segi perangkat media, media baru ditandai dengan apa yang disebut konvergensi media. Secara struktural, konvergensi media berarti integrasi dari tiga aspek, yakni telekomunikasi, data komunikasi dan komunikasi massa dalam satu medium. Selain konvergensi media, kemunculan media interaktif merupakan karakteristik kedua dalam media baru. Khalayak di era media interaktif bisa menjadi konsumen dan saat itu juga bisa menjadi produsen dari informasi (Nasrullah, 2014: 16).

Bungin dalam bukunya Sosiologi Komunikasi menjelaskan bahwa perkembangan media baru tidak saja hanya menyangkut basis-basis ekonomi yang perlu disiapkan akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana konstruksi sosial media massa memberi konstribusi terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan (Bungin, 2008: 362). Internet memang memiliki dampak negatif dan positif. Disis lain internet membuka kesempatan kepada kita untuk menjaga eksistensi kehidupan bangsa dan negara kita. Disini perlu landasan agama disamping landasan nasionalisme untuk menghadapi global.

Mc Nimus mengatakan bahwa salah satu ciri dari media baru, yaitu bisa dilihat dari munculnya media siber atau jaringan yang memiliki koneksi antarjaringan melalui komputer dan interne. Internet sebagai media baru telah memberikan peluang bagi pers dan masyarakat. Melalui internet, pers dapat


(46)

30

menyajikan berita secara online yang dikonsumsi terutama oleh masyarakat Indonesia. Dalam hal ini khalayak tidak hanya mencari dan mengkonsumsi informasi tetapi juga bisa memproduksi informasi yang dibutuhkan kapanpun dan melalui peragkat apapun (Nasrullah, 2014: 2).

Jenis-Jenis Media Baru:

Dibawah ini terdapat jenis-jenis media baru yang muncul seiring perkembangan teknologi komunikasi dan komunikasi, diantaranya:

1. Situs (Web Site)

Situs adalah halamaan yang merupakan satu alamat domain yang berisi informasi, data, visual, audio, memuat aplikasi hingga berisi tautan dari halaman web lainnya. Situs disesuaikan dengan jenis informasi yang akan disampaikan, seperti Gramedia Group ata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Email

Email atau surat elektronik merupakan bentuk media baru paling populer setelah situs. Email menggabungkan unsur-unsur komunikasi, baik berbicara dan menulis. Bahkan bentuk formalitas dalam menulis surat konvensional seperti keterangan siapa yang menulis atau sapaan/ salam di akhir.

3. Forum di Internet

Fasilitas Mail List isebut dengan istilah “milis” merupakan salah satu jenis media baru yang digunakan untuk berkomunikasi. Milis bekerja paa komunitas yang memiliki kesukaan atau minat yang sama atau berasal dari suatu tempat, misalnya Milis Mahasiswa KBM UGM. Setiap anggota komunitas ini yang telah memiliki akun surat elektronik atau e-mail, tergabung dalam suatu grup. Setiap e-mail yang dikirim oleh anggota grup secara otomatis disebarkan kepada anggota grup yang lain.

4. Blog

Istilah blog berasal dari web-log, yang pertama kali diperkenalkan oleh Jorn Berger pada 1997. Pada awalnya blog merupakan suatu bentuk situs


(47)

31

pribadi yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbaharui setiap harinya, perkembangan selanjutnya blog banyak memuat jurnal si pemilik dan terdapat kolom komentar yang bisa iisi oleh pengunjung. Menururt Stuart Allan, blog merupakan situs yang memuat jurnal pribadi sang pemiliknya.

5. Wiki

Wiki merupakan situs yang mengumpulkan artikel maupun nberita sesuai engan kata kunci. Wiki menghadirkan kepaa pengguna pengertian, sejarah, hingga rujukan buku atau tautan tentang satu kata. Dalam praktiknya, penjelasan ini dikerjakan oleh para pengunjung.

6. Aplikasi Pesan

Teknologi telepon genggam berkembang tidak hanya sebagai perangkat untuk berkomunikasi seperti telepon atau SMS semata, sebuah telepon genggam kini telah dilengkapi oleh perangkat yang memungkinkan warga berkoneksi dengan internet (smartphone). Provider atau penyedia layanan ini menyediakan semacam toko aplikasi yang bisa diunduh oleh pengguna untuk mendukung koneksi layaknya komputer pribadi. Seseorang dapat menggunakan smartphone –nya untuk mengolah okumen, mengupload foto, live streaming, dan sebagainya.

7. Internet “Broadcasting”

Internet tidak menampilkan liputan teks atau file audio dan video semata. Media internet telah tumbuh menjai media yang mampu menyiarkan langsung siaran televisi maupun radio.

8. Peer-to-peer

Seperti halnya kerja SMS, peer-to-peer (P2P) merupakan menjadi untuk berkomunikasi atau pengguna di internet, seperti untuk percakapan atau berbagi file. Fasilitas percakapan atau Instant Messagingn (IM), Yahoo! Messener, Google Talk memungkinkan warga untuk melakukan komunikasi, juga untuk mendistribusikan informasi.

9. The RSS

Content-syndication format atau dikenal dengan sebutan RSS atau sindikasi konten sebaga revolusi dalam perangkat lunak di internet. Perangkat


(48)

32

lunak ini bekerja untuk mengambil dan mengumpulkan konten berita sesuai dengan keinginan pengguna. Apabila pengguna menginginkan berita dari situs tertentu atau kanal dari situs itu, maka RSS akan mendeteksi seluruh kata kunci yang terkait dengan konten dimaksud.

10. MUDs

MUDs berasal dari Multi-User Dungeons atau Multi-User Dimensions. Secara terminologi MUDs dartikan sebagai suatu program komputer yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat diakses oleh beragam user dalam sutu waktu secara bersamaan.

11. Media Sosial (Social Media)

Media sosial merupakan media yang digunakan untuk mempublikasikan konten seperti profil, aktivitas, atau bahkan pendapat pengguna juga sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial. Misalnya, fasilitas di Facebook, yakni dinding pengguna bisa mengungkapkan apa yang sedang disaksikan/ dialami, keadaan disekitar dirinya, hingga bagaimana tanggapannya terhadap situasi, misalnya pada politik saat ini.

Kehadiran internet dan media siber membawa pengaruh terhadap proses produksi berita. Internet memberikan kebebasan terhadap produksi makna (kultur) dan menjadkan entitas sebagai diri yang bebas untuk memproduksi kultur sekaligus mengkonsumsi kultur itu sendiri. Terkait dengan perkembangan bahasa (teks) di media siber atau yang disebut sebagai electronic text, Lorenzo dan Stefano (2006), memberikan beberapa poin mengenai hal ini:

1. Teks di media siber tidak bisa dijangkau lagsung oleh indra manusia. Teks pada dasarnya merupakan bahasa pemrogaman yang harus terlebih dahulu diterjemahkan (dibaca) oleh perangkat lunak tertentu dan juga ditampilkan melalui perangkat keras tertentu pula seperti komputer; 2. Bentuk teks di media siber yaitu abstrak (immaterial);

3. Teks d media siber bisa diproduksi kembali bahkan berulang-ulang; 4. Teks di media siber tidak dibatasi oleh ukuran seperti waktu dan ruang;


(49)

33

5. Di media siber teks bisa dimodifikasi, ditambah, atau dihapus dengan menggunakan program yang tersedia;

6. Dan Tidak hanya satu bentuk, teks di media siber bisa multimedia;

7. Teks di media siber berlangsung terus menerus. Kounikasi yang terjadi di media siber bisa menjadi artefak atau terdokumentasikan dan bisa dilihat sewaktu-waktu;

8. Teks merupakan hasil komunikasi yang interaktif di media siber yang menyebabkan teks, dalam kasus tertentu menjadi berkembang, beragam, dan melibatkan pertukaran pemaknaan atas teks itu sendiri; Komunikasi di internet bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Media siber memungkinkan individu untuk mengakses, sekaligus melalui aplikasi yang disenanginya, akan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan.

II 2. 6 Pers dan Kebebasan Pers

Secara etimologis, kata Pers (Belanda), atau Press (inggris), atau presse (prancis), berasal dari bahasa latin, perssare dari kata premere, yang berarti “tekan” atau “cetak”. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (Effendy, 2004: 145).

Pers sendiri mengandung dua arti yaitu arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, pers hanya menunjuk kepada media cetak berkala, seperti: surat kabar, tabloid, dan majalah. Sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik audiovisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media online internet. Pers dalam arti luas disebut media massa (Sumadiria, 2005:31).

Pers dan wartawan berkewajiban untuk memenuhi keingintahuan pembaca dalam hal penyebab suatu masalah. Menurut Mochtar Lubis (dalam Barus, 2010) pekerjaan seorang wartawan mirip dengan pekerjaan seorang intelijen atau mata-mata. Bila perlu wartawan harus rela berkorban untuk


(50)

34

memenuhi keingintahuan atau hak masyarakat memperoleh informasi yang sesungguhnya.

Upaya mendirikan media pers pada dasarnya merupakan hak mendasar bagi setiap warga negara agar dapat mengumandangkan suaranya. Oleh karena itu, pers bertanggung jawab kepada masyarakat, setidaknya masyarakat pembaca, pendengar, dan penonton media masing-masing yang dapat menjatuh-bangunkan media pers (Atmakusumah,, 2009: 14).

Pers bukan pranata yang kebal terhadap hukum. Pers tidak berada diatas hukum. Siapapun dapat berkeberatan atau menggugat pers. Namun, hendaknya penegakan hukum terhadap pers, bukan untuk membelenggu apalagi mematikan pers, tetapi sebagai cara memelihara dan membesarkan tanggung jawab dan disiplin pers. Dengan misi yang demikian betapa penting tata cara menegakkan hukum termasuk terhadap pers (Manan, 2011: 5).

Secara yuridis formal, menururt Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 pasal 1 Ayat 1 menyebutkan:

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi: mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampakan informasi baik dalam tulisan maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Dan pada Pasal 1 Ayat 2:

Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.


(51)

35 Fungsi Pers:

Secara universal, pers memiliki lima fungsi utama, yaitu: 1. Memberi informasi (to inform)

Dalam hal ini, fungsi pertama pers ialah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar, yaitu: aktual, akurat, faktual, menarik, penting, benar, lengkap-utuh, jelas, jujur, adil, jelas-jernih, berimbang, relevan, bermanfaat, dan etis. Masyarakat yang terbuka terhadap informasi, atau informasi menjadi kebutuhannya, media massa berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Fungsi Edukasi (to educate)

Apapun bentuk informasi yang disebarluaskan pers, hendaknya dalam kerangka mendidik (to educate). Hal inilah yang membedakan pers sebagai lembaga kemasyarakatan dengan lembaga kemasyarakatan yang lain. Sebagai lembaga ekonomi, pers memamg dituntut berorientasi dengan misi komersial tersebut, tetapi sama sekali tidak boleh mengurangi, apalagi meniadakan fungsi dan tanggung jawab sosial pers. Berita yang kaya dengan informasi mendidik mampu meningkatkan kecerdasan dan pekerti masyarakat.

3. Fungsi Koreksi (to influence)

Pers adalah pilar keempat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam hal ini, kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi dan mengontrol kekuasaan tersebut, agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut.

4. Fungsi Rekreasi (to entertain)

Pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat. Pers tidak boleh bersifat negatif ataupun deskriptif. Pers harus mampu menjadi sahabat setia pembaca yang menyenangkan.


(1)

76

dukungan penuh terhadap situs Islam yang bukan merupakan situs radikal.

IV.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran, diantaranya:

1. Secara teoritis, analisis framing merupakan kajian menganalisis media massa untuk mengetahui aspek-aspek apa yang ditonjolkan dalam sebuah teks berita. Peneliti harus cermat dan memerlukan wawaan yang luas dalam menilai berita di media massa karena tidak semua media sama dalam meberitakan suatu peristiwa. Analisis framing memiliki berbagai model analisis, namun pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seperti apa pemberitaan media massa mengenai suatu isu.

2. Secara akademis, peneliti menyarankan agar lebih sering dilakukan pembahasan mengenai analisis media. Kebebasan pers hendaknya menjadi rujukan akan betapa pentingnya pers bagi kehidupan. Mahasiswa yang berkonsentrasi dibidang jurnalistik harus menyadari bahwa tugas pers ialah bertanggung jawab terhadap khalayak. Kemudian, mahasiswa harus mengetahui bagaimana menggunakan media massa secara profesional, mengetahui penggunaan kebebasan pers, dan penerapannya dalam menilai sebuah berita agar tidak langsung memblokir media tertentu, seperti yang dilakukan pemerintah terhadap media Islam. Jika melihat media zaman dulu dengan sekarang, kita dapat menemui banyak perbedaan. Untuk itu, perlu juga untuk mengetahui perkembangan media massa dari masa ke masa sebagai perbandingan. Hal ini berguna untuk mencetak alumni Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang paham benar dalam mencermati media sebagai dasar literasi media.

3. Secara praktis, setiap media menampilkan naskah berita sesuai dengan ideologi yang terdapat pada medianya. Tidak semua media massa sama dalam memberitakan suatu isu. Berita yang tampil di halaman media massa tidak lepas dari sebuah konstruksi yang dilakukan oleh wartawan. Untuk itu, khalayak harus memiliki kesadaran dalam mencermati sebuah


(2)

77

naskah berita sebelum membuat pemahaman tertentu atas informasi yang didapat dari media massa demi kelengkapan informasi yang kadang tidak terdapat pada media tertentu.


(3)

78

Daftar Referensi:

Abrar, Ana Nadhya (1997). Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Ardyanto, Elvinaro & Q-Annes, Bambang (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Atmakusumah (2009). Tuntutan Zaman Kebebasan Pers dan Ekspresi. Jakarta: Spasi VHR Book kerjasama Yayasan Tifa

Bachyul JB, dkk (2013). Memahami Hukum Pers. Padang: LBH Pers Padang

Barus, Sedia Willing (2010). Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga

Basit, Abdul (2006). Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: STAIN Purwekerto Press

Bungin, Burhan (2008). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi. Tangerang: Karisna Publishing Group

Eriyanto (2001). Analisis Framing: Konstruksi Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS

(2002). Analisis Naratif Dasar-dasar dan Penerapannnya dalam Analisis Teks Media. Jakarta: Kencana

(2015). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS

Effendy, Onong Ucjhana (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hamidi (2004). Metode Kualitatif. Malang: UMM Press

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2005). Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ishwara, Luwi (2011). Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Kukla, Andre (2003). Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Jendela


(4)

79

Manan, Bagir (2011). Menjaga Kemerdekaan Pers di Pusaran Hukum. Jakarta: Dewan Pers

McQuil, Denis (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Mulyana, Deddy (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

M. Romli, Asep Syamsul (2012). Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia

Nasrullah, Rulli (2014). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Kencana

Nawawi, Hadari (1995). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press

Pohan, Syafruddin, dkk. (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian. Medan: PT. Grasindo Monoratama

Santana K, Septiawan (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayaysan Obor Indonesia

Shoemaker & Reese (1996). Mediating the Message: Theories of Influences on Mass Media Content, USA: Longman

Siregar, Ashadi (2000). Media Pers dan Negara: Keluar Dari Hegemoni. Yogyakarta: FISIPOL UGM

Sobur, Alex (2002). Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana. Analisis Semiotik dan Analisis Framing). Bandung: Remaja Rosdakarya

Stanley J. Baron & Dennis K. Davis (2010). Teori Dasar Komunikasi Pergolakan dan Masa Depan Massa Edisi 5. Jakarta: Salemba Humanika

Sudibyo, Agus. (2001) Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.

Sugiyono (2010). Metode Peneitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Vardiansyah, Dani (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:PT. Indeks


(5)

80

Zamroni, Muhammad (2009). Filsafat Komunikasi; Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.

Sumber internet:

September 2015

https://mediacommunica.wordpress.com/mahasiswa/informasi-tugas-

kuliah/sistem-informasi-islam-dalam-menghadapi-dunia-global/ diakses pada tanggal 20 Nopember pukul 08.00

09.00

Fachri, febrian. (21 Oktober 2015). Wawancara profil Republika Online via whatsup.

Skripsi:

Bakti, Andika (2013) Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat Dalam Surat Kabar. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Zahrawi, Muhammad (2015). Konstruksi Media Massa Dalam Sampul Depan Majalah. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utarara.

Naipospos, Hendrik Fernandes (2015). Analisis Framing Pemberitaan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa dan Joko Widodo- Jusuf Kalla. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utarara.


(6)

81

Riwayat Hidup Penulis

Peneliti lahir di Mangkai Baru, Batubara pada tanggal 23 Agustus 1993. Saya merupakan anak pertama dari pasangan Selamat dan Mariani. Sejak lahir hingga sekarang peneliti tinggal di Mangkai Baru Dusun 1, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Peneliti menyelesaikan pendidikan SD di Mangkai Baru yaitu SD 013873, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bandar, Simalungun dan juga melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bandar, Simalungun. Pada tahun 2011 penulis diterima di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) Reguler.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi, diantaranya: Pers Mahasiswa PIJAR FISIP USU sejak tahun 2012 hingga 2014. Di organisasi tersebut penulis mengisi posisi sebagai sekretaris redaksi. UKMI As-siyasah FISIP USU sebagai staf Komunikasi Dakwah pada tahun 2012-2013. Kemudian, penulis juga sempat mengisi posisi sebagai sekretasis umum di Lembaga Jurnalistik Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ad-dakwah USU pada tahun 2014.

Beberapa pelatihan yang pernah diikuti peneliti, antara lain; Pelatihan Jurnalisme Tingkat Dasar (PJTD) PIJAR 2013, Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) Suara USU 2013, Open recruitment wartawan dakwah (Operawadah) 2014, Pelatihan Jurnalistik Tingkat Nasional (PJTLN) Salam Ulos 2013 yang dilaksanakan oleh Pers Mahasiswa Suara USU di Parapat. Pada tahun 2014-2015 penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Metro TV Jakarta selama lima bulan sebagai Asisten Produser. Terakhir, penulis mengikuti Sosialisasi Uji Kompetensi Wartawan yang dilaksanakan oleh PWI Sumut.