Lima Pemicu Kemerosotan Industri Nasional.

1
.

,17

2

.

@

"-\D
~-- Jan

.

KOMPAS
0

Senin
3


Selasa --

4

19

5

6
:?1

20

o Rabu
7
:..:2

O.oeb 0 Mar 0 Apr .Mei
..


o Kamis 0 Jumat o Sabtu o Minggu
8
23

9

10
24

11
25

26

1:!
13
14
15
16

29
30
31
27
28

o Jun 0 J'II 0 Ags o Sep 0 Okt

ONov

ODes

.

GURU BESAR

LimaPemicuKemerosotan Industri Nasional
BANDUNG.KOMPAS- Industri
nasional ditengarai tengah mengalami kemerosotan. Selain krisis
ekonomi global,ada juga lima pemicu lain kemerosotan tersebut,

yaitu birokrasi yang tidak efisien,
infrastruktur yang buruk, akses
pendanaan yang terbatas, kebijakan yangkurangkonsisten, dan peraturan kerjayang restriktif.
Kelima persoalan tersebut
mengantarkan Indonesia di peringkat ke-129 dalan{ hal kemudahan berbisnis,jauh tertinggal dibandingkan
dengan
negara
ASEAN lain, seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Kemerosotan industri nasional ditandai pula olea hasil penilaian
Bank Dunia dalam laporan Doing

Business 2009 yang menaruh. Indonesia di peringkat ke-171dalam
hal memulai bisnis.
"Sejak 2004, beberapa industri
nasional mengalami penurunan
pertumbuhan. Pada 2008, sejumlah industri memiliki pertumbuhan negatif;' kata Ina Primiana dalam pengukuhan sebagai guru besar Fakultas Ekonomi Universitas
Padjadjaran, Jumat (15/5). Acara
ini dihadiri pula Gubemur Jawa
Barat1\hmad Heryawan.

Rantai pasokan
Untuk mengatasi kendala ini,
pola pendekatan manajemen rantai pasokan harus mulai dikembangkan. Manajemen itu menuntut adanyajaringan organisasi me-

KliFing

Humas

nyangkut hubungan dari hulu ke
hilirterkait barangdanjasa.
"Pemerintah harus mengetahui
mata rantai suplai dari awal sampai akhir, apa hambatannya, dan
sekaligus
inengendalikannya.
Akhirnya,diharapkan bisa mengurangi beban biaya operasional;' ~atanya.
Upayapemerintah semacam ini
diharapkan ada pada industri usaha kecil dan menengah. "Ini mutlak perlu intervensi pemerintah.
Tidak bisa dibiarkan begitu saja;'
ujarnya.
Saat ini, pemerintah, termasuk

di Jabar, belum memakai pendekatan seperti itu. "Masing-masing
departemen berjalan sendiri-sendiri. Belumada persepsi yangsarna

Unpad

2009

antarsatu lembaga yang mengurusi UKM dengan yang lainnya.
Kebijakan yang muncul pun kadang saling tumpang tindih;' ungkapnya.
Dwi Larso, Ketua Lembaga
Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi }\amar Dagangdan IndustriJabar, secara terpisah,mengatakan, 95 persenjenis
industri di Indonesia tergolong
usaha kedl, mikro, dan menengah.
Usahanya pun masih sulitberkembang karena sifatnya masih sekadar bertahan hidup.
Misalnya, pedagang kaki lima.
Terbatasnya akses modal adalah
kendala utama. "Mereka kan malah banyakyangterjebak rentenir;'
ujarnya. (JON)