PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG

(1)

commit to user LAPORAN KHUSUS

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA

SEMARANG

Oleh:

Dyan Ratna Prasetyaningrum R0008100

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul: PenerapanSistem Izin Kerja sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Apac Inti Corpora

Semarang

Dyan Ratna Prasetyaningrum, NIM: R0008100, Tahun: 2011

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran

Pada Hari : ...Tanggal : ...Tahun : ...

Pembimbing I,

Lusi Ismayenti., ST., M.Kes NIP. 19720322 200812 2 001

Pembimbing II,

Yeremia Rante Ada’., S.Sos., M.Kes NIP. 19790115 201012 2 002

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Tugas Akhir dengan judul: PenerapanSistem Izin Kerja sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Apac Inti Corpora

Semarang

Dyan Ratna Prasetyaningrum, NIM: R0008100, Tahun: 2011

Telah disetujui dan disahkan pada :

Pada Hari :………., Tanggal :..., Tahun :………

Pembimbing Lapangan

Christiyanto Sinaga

Manager Occupational Health and Safety Department

Mengetahui,

Pihak HRD PT. Apac Inti Corpora

Enandi Karanawati Jr. Manager HR


(4)

commit to user

iv ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA

SEMARANG

Dyan Ratna Prasetyaningrum1, Lusi Ismayenti2, dan Yeremia Rante Ada’3 Tujuan: Sistem izin kerja merupakan dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melakukan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan. Sistem izin kerja diberlakukan untuk mengendalikan operasi pekerjaan sehingga benar-benar sesuai dengan prosedur dan persyaratan agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun aset perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan sistem izin kerja sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. Apac Inti Corpora. Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana yaitu dengan memberikan gambaran sejelas-jelasnya mengenai obyek penelitian. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan buku-buku referensi kemudian dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 “Sistem Manajemen K3” pada lampiran II bagian 6 tentang “Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3”.

Hasil: Penerapan sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora dengan dikeluarkannya Prosedur Keselamatan Kerja tentang Surat Izin Kerja. Tujuan diberlakukannya surat izin kerja adalah untuk menjaga keselamatan tenaga kerja, alat-alat milik perusahaan dan menghindarkan kemungkinan timbulnya kecelakaan dan kebakaran. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan surat izin kerja diantaranya Pekerjaan-pekerjaan menggunakan api

(hot work permit), bekerja di ketinggian dan memasuki vessel atau bejana.

Simpulan: Penerapan sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 pada lampiran II bagian 6. Dengan menerapkan sistem izin kerja, PT. Apac Inti Corpora dapat mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja.

Kata kunci : Sistem Izin Kerja, Kecelakaan Kerja 1

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2

Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “Penerapan Sistem Izin Kerja sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Apac Inti Corpora Semarang”.

Dalam penyusunan laporan ini, peneliti mendapatkan bimbingan saran dan batuan dari berbagai pihak, sehubungan dengan hal tersebut dari pribadi peneliti dengan tulus hati menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Mei 2011.

2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS. PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program D.III Hiperkes

dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Juni 2011.

4. Bapak Sumardiono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kesselaku pembimbing I

6. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes selaku pembimbing II.

7. Bapak Christiyanto Sinaga, selaku Manager Occupational Health and Safety

Department sekaligus pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan laporan ini.

8. Bapak Yuli, Bapak Mulyanto, Mas Handoyo, Mas Puryanis, selaku staff OHS

Departement yang memberikan bantuan selama pelaksanaan kegiatan magang di

lapangan.

9. Bapak Nurhadi, selaku Sie Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja P2K3 PT.

Apac Inti Corpora yang telah membantu dalam perijinan pelaksanaan magang di PT. Apac Inti Corpora.

10. Seluruh keluarga besar Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang telah mendukung saya.

11. Ibu, bapak, mama tercinta serta kakak dan adik yang telah memberikan motivasi serta do’a restunya.

12. Teman-teman angkatan 2008, terima kasih atas kerjasamanya

13. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.


(6)

commit to user

vi

Dalam penyusunan laporan ini peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi peneliti. Melalui laporan ini peneliti berharap dapat memperluas pengetahuan tarutama pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Surakarta, Juni 2011 Peneliti,


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Metode Penelitian ... 28

B. Lokasi Penelitian ... 28

C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 28

D. Sumber Data ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data... 29

F. Pelaksanaan ... 29

G. Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31


(8)

commit to user

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR


(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Surat Izin Kerja Dengan Aman Lampiran 2 : Prosedur Keselamatan Kerja (Surat Izin Kerja)

Lampiran 3 : Permenaker No. 05/MEN/1996 lampiran II bagian 6


(11)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek dalam keselamatan kerja yang harus diperhatikan yaitu adanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Suatu kejadian atau peristiwa kecelakaan tentu ada sebabnya. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu: 1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts); 2) Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan akan dapat menimbulkan kerugian: 1) Kerusakan; 2) Kekacauan organisasi; 3) Keluhan dan kesedihan; 4) Kelainan dan cacat; 5) Kematian (Suma’mur, 1993).

Ada bagian-bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya dan tempat kerja tertutup. Untuk tempat kerja lainnya, dengan menerapkan prosedur kerja khusus. Komunikasi penting untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

Komunikasi secara lisan mempunyai berbagai kelemahan seperti salah dengar, salah interpretasi, lupa. Ditinjau dari sudut keselamatan kerja keadaan ini dapat menimbulkan keadaan berbahaya. Oleh karena itu dalam keadaan


(12)

commit to user

yang mempunyai risiko tinggi maka kelemahan dalam komunikasi lisan ini dihilangkan dengan adanya komunikasi secara tertulis, dalam bentuk izin kerja (work permit).

Adakalanya suatu pekerjaan berada dibawah pengawasan beberapa bagian yang masing-masing mempunyai tanggung jawab terpisah. Dalam keadaan demikian diperlukan sistem izin kerja dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, sehingga pekerjaan yang dilakukan diketahui oleh semua bagian yang bertanggung jawab dan semua persyaratan keselamatan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dipenuhi. Sistem izin kerja diperlukan pula pada pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan mesin, pekerjaan penggalian, bekerja dalam tangki tertutup, pekerjaan yang dapat menimbulkan api di daerah bahan yang mudah terbakar atau meledak, bekerja di lingkungan alat berat, dan pekerjaan yang melewati waktu lebih dari satu giliran (shift) kerja (Syukri Sahab, 1997).

PT. Apac Inti Corpora merupakan perusahaan tekstil dimana dalam kegiatan produksi terdapat pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti pekerjaan menggunakan api (pemotongan, pengelasan, penggerindaan), bekerja di ketinggian (perbaikan atap, pembersihan plafon, pengecatan pipa-pipa over head), memasuki bejana sehingga diperlukan surat izin kerja.

Berdasar dari latar belakang masalah diatas, peneliti melakukan pengamatan tentang “Penerapan Sistem Izin Kerja sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Apac Inti Corpora Semarang.”


(13)

commit to user B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan sistem izin kerja sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. Apac Inti Corpora Semarang?”.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui penerapan sistem izin kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. Apac Inti Corpora Semarang.

D. Manfaat

Diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini, dapat memberi manfaat kepada: 1. Perusahaan

a. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan antara PT. Apac Inti Corpora dengan Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Mendapatkan alternatif calon tenaga kerja khususnya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang telah diketahui mutu dan kredibilitasnya.

c. Mendapatkan informasi tentang pelaksanaan sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora.


(14)

commit to user 2. D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Menambah studi kepustakaan untuk meningkatan kualitas mahasiswa

dalam menerapkan keselamatan kerja dan kesehatan kerja di perusahaan khususnya tentang sistem izin kerja.

b. Menjalin terbinanya kerja sama antara Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dengan PT. Apac Inti Corpora.

c. Sebagai sarana pengembangan ilmu dan teknologi bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi mahasiswa dengan dunia industri.

3. Peneliti

a. Dapat mengetahui penerapan sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora.

b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

aplikasi ilmu teori yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Progam Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

c. Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap tempat penelitian khususnya dalam hal penerapan aspek Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3) tentang Sistem Izin Kerja.


(15)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Bahaya

a. Pengertian Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur,1993).

b. Sumber Bahaya

Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari: 1) Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksinya. Dalam industri juga digunakan berbagai


(16)

commit to user

peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka atau cidera. 2) Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif.

3) Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan.

4) Cara Kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.


(17)

commit to user

5) Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah:

a) Faktor Lingkungan Fisik

Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan radiasi

b) Faktor Lingkungan Kimia

Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

c) Faktor Lingkungan Biologik

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.

d) Faktor Faal Kerja atau Ergonomi

Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.


(18)

commit to user e) Faktor Psikologik

Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada tenaga kerja, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.

2. Kecelakaan

a. Pengertian Kecelakaan

Menurut Suma’mur (1993), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.

b. Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan dapat ditimbulkan oleh kondisi yang tidak aman, atau tindakan tidak aman, atau kombinasi dari keduanya (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional,1994).

1) Kondisi tidak aman

Kondisi tidak aman adalah kondisi yang mengandung bahaya yang potensial, misalnya pakaian kerja yang tidak sesuai, atau tempat kerja yang tidak tertib.

2) Tindakan tidak aman

Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat untuk menjamin keselamatan di tempat kerja, dan hal tersebut jelas dilarang keras, misalnya melalui suatu


(19)

commit to user

daerah pada gang yang ditentukan dengan maksud mengambil jalan pintas atau berlari dengan tergesa-gesa.

c. Pencegahan Kecelakaan

Menurut Suma’mur (1993), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan dua belas hal berikut:

1) Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

2) Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).

3) Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipatuhi.

4) Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berhaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

5) Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

6) Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.


(20)

commit to user

7) Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

8) Pendidikan. 9) Latihan-latihan.

10) Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat.

11) Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan. 3. Sistem Izin Kerja

Ada bagian–bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah meledak dan terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya dan tempat kerja tertutup. Untuk tempat kerja seperti ini perlu tindakan preventif yang lebih ketat dari tempat kerja lainnya dengan menerapkan prosedur kerja khusus (Syukri Sahab, 1997).

a. Definisi Sistem Izin Kerja

Sistem izin kerja adalah catatan tetap atas tindakan pencegahan yang diambil untuk pekerjaan perawatan (maintenance)

(CCH Australia Limited,1997).

Menurut Syukri Sahab (1997), sistem izin kerja pada prinsipnya adalah suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan.


(21)

commit to user b. Tujuan Sistem Izin Kerja

Menurut Syukri Sahab (1997) tujuan pemberlakuan sistem izin kerja adalah:

1) Supaya pengawas benar-benar mengetahui bahwa pekerjaan

tertentu akan dilaksanakan didalam lokasi yang menjadi tanggung jawabnya, meliputi tipe pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan serta peralatan yang digunakan, sehingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan yang perlu, dan apabila timbul keadaan darurat, bisa segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi keadaan.

2) Agar setiap tenaga kerja yang ditugaskan melakukan pekerjaan berbahaya benar-benar mengetahui risiko bahayanya, dan telah mengetahui prosedur kerja aman yang harus dilaksanakan dalam

pekerjaan tersebut serta dilengkapi dengan alat-alat

perlindungan diri yang sesuai, dan semua peralatan yang digunakan benar-benar aman dan sesuai dengan tipe pekerjaan. 3) Melalui sistem kerja diidentifikasi dan dikendalikan

bahaya-bahaya yang mengancam jiwa manusia dan aset perusahaan, melalui serangkaian pengecekan terhadap lokasi, bahan, proses, instalasi serta lingkungan kerja dan menentukan kualifikasi orang yang akan melakukan pekerjaan.

Sistem izin kerja dengan demikian adalah untuk


(22)

commit to user

dan persyaratan agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun aset perusahaan. Sistem ini juga untuk menghindari terjadinya kesalahan komuniksi lisan, setiap instruksi dan persyaratan tenaga kerja dituliskan dalam formulir izin kerja. Pengawasan dan pengendalian tenaga kerja juga menjadi lebih mudah sehingga akan meningkatkan keamanan.

c. Macam Izin Kerja

Menurut Syukri Sahab (1997) ada berbagai tipe izin kerja antara lain, izin kerja dingin, izin pekerjaan penggalian dan izin melakukan pekerjaan berbahaya yang terdiri dari izin menggunakan api, izin kerja di ruang tertutup, proses izin pekerjaan berbahaya, izin kerja berenergi panas.

Sistem perizinan kerja di daerah berbahaya meliputi: 1) Izin Kerja Panas

Diperlukan untuk jenis pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan nyala api yang dapat menyalakan bahan yang mudah terbakar. Pengecualian untuk hal tersebut diatas adalah kendaraan dengan sistem pembakaran tertutup, dapur unit proses atau pembangkit tenaga uap (boiler).

2) Izin Kerja Dingin

Diperlukan untuk setiap pekerjaan, kecuali pekerjaan rutin yang tidak termasuk pekerjaan yang menggunakan atau menimbulkan sumber nyala api.


(23)

commit to user 3) Izin Masuk

Izin masuk sangat penting apabila seseorang, baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk kedalam ruangan tertutup seperti bejana (vessel), tangki, bak (pit), lubang galian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter, ataupun tempat-tempat lain yang terasa terdapat gas, debu, uap ataupun fume yang berbahaya. Izin masuk hanya berfungsi memberi izin memasuki ruangan tertutup saja, sedangkan sebenarnya yang akan dilakukan apakah pekerjaan dingin atau panas, harus dilengkapi dengan izin kerja yang sesuai.

4) Izin Penggalian

Setiap pekerjaan penggalian, tanpa melihat berapapun dalamnya penggalian tersebut harus dilengkapi dengan izin penggalian. Untuk penggalian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter menggunakan izin masuk.

5) Izin Kerja Listrik

Merupakan surat pernyataan yang ditandatangani dan

dikeluarkan oleh pejabat listrik yang berwewenang yaitu seseorang yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan listrik ataupun peralatannya. Izin ini hanya mencakup aspek pekerjaan listrik saja. Pekerjaan pengisolasian aliran listrik yang diperlukan sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan pada suatu peralatan listrik tidak termasuk dalam lingkup izin


(24)

commit to user

pekerjaan listrik, tetapi harus dimasukkan pada saat

menandatangani izin kerja, baik panas, dingin, masuk ruang tertutup ataupun penggalian, yang sesuai dengan pekerjaan mekanik tersebut atau pada sertifikat isolasi.

6) Izin Pekerjaan Radio aktif

Digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan X-Ray atau sumber zat radio aktif.

Selain adanya izin tersebut diatas, terdapat juga izin Lockout

dan tagout (lockout dan tagout permit). Logout dan tagout

digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari material berbahaya dan atau sumber energi yang masuk ada di tempat kerja (American

Institut of Chemical Engineer, 1995). Lockout akan mengunci secara

fisik untuk mencegah pengoperasian peralatan dan termasuk informasi tag yang menerangkan tujuan lockout, identifikasi orang yang menginstalasi lock dan mengidentifikasi tanggal bahwa lock

sudah diinstal. Tagout (instalasi tag, tetapi bukan lock) dapat digunakan pada waktu lock tidak dapat dijalankan atau tidak diinginkannya lock. Lockout dan tagout permit dapat dikeluarkan secara independen, atau bersama-sama atau tergabung dengan permit lain.


(25)

commit to user d. Aturan-Aturan Khusus Izin

Dalam American Institut of Chemical Engineer (1995), Untuk penerapan sistem izin kerja harus berdasarkan pada dasar aturan yang kuat seperti tersebut dibawah ini:

1) Jika pekerjaan dilakukan dalam lingkup sistem izin kerja harus telah sah sebelum pekerjaan dimulai.

2) Izin kerja dikeluarkan oleh kelompok yang bertanggung jawab langsung terhadap peralatan atau area kerja.

3) Beberapa organisasi memperbolehkan izin dikeluarkan oleh pemberi izin seperti tersebut diatas, organisasi lain oleh level yang lebih tinggi.

4) Pada saat pekerjaan yang akan dilaksanakan pada peralatan dimana penanggung jawab area langsung tidak diterangkan dengan jelas, izin dikeluarkan oleh level berikutnya atau personel yang mewakilinya.

5) Jika tanggung jawab untuk peralatan atau area yang terkait dalam izin kerja melibatkan dua atau lebih unit operasi (departemen), izin harus ditanggulangi oleh wakil masing- masing departemen.

6) Pada umumnya, tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan menerima izin dan menandatanganinya, pada keadaaan atau kasus lain supervisor menerima dan menandatangani izin. 7) Salinan izin harus berada pada tempat kerja.


(26)

commit to user

8) Izin harus sesuai untuk priode waktu tertentu (contoh: dari waktu pengeluaran sampai akhir shift)

9) Jika pekerjaan tidak dimulai, atau berhenti karena keadaan, kontrol, atau prosedur yang diperlukan tidak tentu atau tetap, izin harus dibatalkan dan izin baru dikeluarkan, setelah evaluasi ulang sebelum pekerjaan dimulai.

10) Jika pekerjaan berhenti atau ditunda untuk alasan lain, cara lain yang tepat atau sesuai harus diberitahukan, dan izin untuk melanjutkan pekerjaan harus didapat.

11) Bila pekerjaan diperpanjang melebihi periode yang ditetapkan, pekerjaan harus dihentikan sementara setelah evaluasi ulang, izin tetap diperpanjang atau izin baru dikeluarkan.

12) Pada saat pekerjaan selesai, atau akhir hari kerja, izin harus dikembalikan kepada pemberi izin, dinilai untuk mengindikasi status pekerjaan, dan ditandatangani oleh pelaksana atau personel.

e. Personel yang Berwenang Tanda Tangan

Dalam British Petrolium Chemical (1995), Terdapat tiga personel yang berwenang menandatangani izin yaitu: Operating

Autority (pemberi wewenang), Performing Autority (penerima

wewenang), dan Autorised Gas Tester (pengetes gas yang


(27)

commit to user

1) Operating Autority atau Pemberi Wewenang

Dalam area berbahaya tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh maintenance, inspeksi atau departemen lain tanpa ada izin tertulis dari orang yang berwenang (British

Petrolium Chemical, 1995).

Menurut CCH Australian Limited (1997), izin

dikeluarkan oleh orang yang mengetahui betul tentang peralatan, mengetahui bahaya-bahaya yang dapat terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan, sudah ditraining tentang sistem izin kerja dan yang sudah diberi wewenang untuk mengeluarkan izin.

Dalam American Institute of Chemical Engineer

(1995), tanggung jawab pemberi wewenang dalam

pengeluaran izin kerja adalah sebagai berikut:

a) Memastikan izin telah diisi dengan jelas dan lengkap dan telah disetujui.

b) Memastikan bahwa peralatan atau area telah disiapkan dengan melakukan pemeriksaan tempat kerja sebelum mengeluarkan izin.

c) Memeriksa tempat kerja sebelum memulai pekerjaan.

d) Menunjukkan dengan jelas pada izin bahwa tempat kerja telah diperiksa dan telah siap untuk melakukan pekerjaan.


(28)

commit to user

e) Memastikan bahwa keadaan udara telah dites oleh petugas yang berkualitas jika diperlukan untuk izin (seperti untuk masuk ruang tertutup atau pekerjaan panas), untuk menentukan konsentrasi oksigen dan atau gas yang mudah terbakar, hidrogen sulfida, karbon monoksida atau gas lain yang beracun yang mungkin ada.

f) Menuliskan hasil tes pada izin.

g) Memastikan bahwa penerima izin mengerti hal-hal yang berhubungan dengan izin dan keadaan-keadaan yang tidak lazim yang berhubungan dengan pekerjaan.

h) Menghentikan pekerjaan jika terjadi keadaan yang dapat membahayakan keselamatan kerja.

i) Memberikan keterangan tentang perkembangan pekerjaan pada petugas penolong bantuan.

j) Memeriksa kebersihan tempat pada penyelesaian pekerjaan. k) Menerima salinan izin yang telah lengkap yang diperlukan

sebagai file untuk manajemen.

2) Performing Autority atau Penerima Wewenang

Sebagai orang yang menerima wewenang untuk

melaksanakan pekerjaan, biasanya seorang Maintenance

Enginer, Forman atau Craftman yang bertanggungjawab atas


(29)

commit to user

Dalam American Institute of Chemical Engineer

(1995), tanggung jawab penerima wewenang adalah sebagai

berikut:

a) Memeriksa tempat kerja dalam kondisi aman sebelum memulai pekerjaan.

b) Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan izin. c) Mengikuti semua ketentuan yang tertera pada izin.

d) Menjaga atau memastikan salinan izin berada pada tempat kerja.

e) Memberitahukan perubahan kondisi pada tempat kerja kepada personel yang mengeluarkan izin.

f) Jika diperlukan, memperpanjang izin atau meminta izin baru.

g) Menandatangani dan mengembalikan izin pada pemberi izin pada akhir pekerjaan atau berakhirnya hari atau waktu kerja dengan pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai (lengkap, tidak lengkap).

h) Membersihkan kembali area atau tempat kerja. 3) Pengetes Gas yang Berwenang (Autorised Gas Tester)

Sebagai pengetes gas untuk mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun, oksigen. Orang yang bertugas mengetes gas harus sudah mendapatkan training yang cukup, dan training ulang dalam penggunaan dan kalibrasi peralatan


(30)

commit to user

tes gas yang masih dapat digunakan dan interpretasi hasil dari tes yang dilakukan (British Petrolium Chemical, 1995).

f. Formulir Izin Kerja

Komunikasi penting untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Komunikasi secara lisan mempunyai kelemahan seperti salah dengar, salah interpretasi, dan lupa. Ditinjau dari keselamatan kerja keadaan ini dapat menimbulkan keadaan berbahaya. Oleh karena itu dalam keadaan yang mempunyai risiko tinggi maka kelemahan dalam komunikasi lisan ini dihilangkan dengan adanya komunikasi secara tertulis, dalam bentuk izin kerja

(work permit). Dengan sistem izin kerja setiap instruksi dan

persyaratan pekerjaan dituliskan dalam formulir izin kerja (Syukri Sahab,1997).

Format yang pasti dari formulir izin kerja tergantung pada pengoprasian pekerjaan. Formulir biasanya dibuat dalam tiga salinan (triplicate). Dicetak dengan nomor seri, dan dengan berbagai tipe warna. Seperti merah untuk pekerjaan panas, biru untuk pekerjaan dingin dan kuning untuk masuk ruangan tertutup

(British petrolium chemical,1995).

Dalam British Petrolium Chemical (1995), formulir izin kerja berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:


(31)

commit to user

1) Lokasi yang pasti dan deskripsi peralatan untuk pekerjaan yang akan dilakukan harus tertera pada bagian atas formulir izin kerja.

2) Sifat dan tingkat yang tepat dari pekerjaan yang akan dilakukan harus tertera, termasuk alat dan peralatan yang akan digunakan.

3) Masa berlakunya izin kerja harus jelas tertera pada formulir izin kerja.

4) Formulir izin mencantumkan metode isolasi yang akan

digunakan dan adanya ceklist yang berisi keadaan-keadaan yang penting dan tindakan pencegahan yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini untuk menghindari kesalahan seperti lupa, dan juga sebagai cek atau pemeriksaan untuk Performing Autority.

5) Terdapat kolom untuk mencatat hasil tes gas, yang disertai tanggal dan tanda tangan pengetes gas yang berwewenang. 6) Pengesahan izin oleh Operating Autority dan Performing

Autority sebagai penerima wewenang.

7) Penutupan izin setelah pekerjaan selesai, penandatanganan oleh OperatingAutority dan Performing Autority.

g. Prosedur Izin Kerja

Menurut Syukri Sahab (1997), prosedur izin kerja adalah sebagai berikut:


(32)

commit to user 1) Proses Izin Kerja

Untuk pekerjaan yang memerlukan izin kerja terlebih dahulu dibuatkan rencana kerja. Dalam membuat rencana ini pengawas pelaksana perlu berkonsultasi dengan bagian keselamatan kerja dan orang yang bertanggung jawab terhadap lokasi pelaksanaan pekerjaan. Untuk setiap pekerjaan dinyatakan jumlah pekerja, jenis peralatan yang digunakan, dan lama waktu pelaksanaan. Sebelum izin diproses yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan harus telah mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan termasuk jenis pekerjaan yang akan digunakan. Dalam persiapan lapangan pelaksanaan pekerjaan harus sudah mengisolasi lokasi.

Setelah pengisolasian, pelaksana melaporkan kepada pusat pengendali operasi yang akan memeriksa kebenaran laporan tersebut, baru izin kerja dapat diproses.

2) Pelaksanaan Sistem Izin Kerja

Bagaimana pelaksanaan sistem izin kerja tergantung pada kompleksitas operasi perusahaan serta tingkat risiko yang ada. Tidak ada model standar yang bisa diberlakuan di semua tempat kerja. Karena itu bagaimana sistem yang akan di terapkan didesain oleh manajemen perusahaan. Dalam membuat desain sistem ini yang perlu diingat adalah memuat


(33)

commit to user

prinsip umum namun cukup fleksibel atau luwes sehingga dapat diterapkan pada semua jenis pekerjaan yang berbahaya. Berikut ini adalah langkah dasar pelaksanaan izin kerja:

a) Pekerjaan yang akan dilaksanakan harus dirinci secara spesifik.

b) Bahaya yang ada dalam pekerjaan agar dicantumkan. Sebaiknya disediakan ceklist.

c) Isolasi yang perlu dilakukan, hubungan yang harus diputuskan serta pengujian ditentukan dan dicantumkan dengan jelas dalam izin.

d) Peringatan yang perlu dicantumkan dalam izin, serta pengujiannya bisa digunakan ceklist.

e) Batas waktu pengerjaan ditentukan dan penanggung jawab pelaksana dilengkapi dengan jam tangan.

f) Setelah semua dilaksanakan dan penanggungjawab puas dengan segala persiapan yang tercantum dalam izin, maka pejabat yang diberi kewenangan menandatangani izin.

3) Serah Terima Tanggung Jawab

a) Penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus

memastikan bahwa izin benar-benar sudah lengkap, dan mengerti betul pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tindakan berjaga-jaga yang perlu dilakukan.


(34)

commit to user

c) Pengecekan untuk memastikan bahwa semua peralatan

keselamatan yang perlu sudah tersedia dan tindakan berjaga-jaga telah ditentukan sudah dilaksanakan.

d) Bila pekerjaan harus dilanjutkan pada akhir giliran kerja dan bila perlu memperpanjang izin kerja dikonsultasikan pada pejabat yang memberi izin. Berdasarkan ini, izin lama dapat diperpanjang atau izin baru dikeluarkan.

4) Penyelesaian Pekerjaan

a) Penanggung jawab pekerjaan setelah pekerjaan selesai menandatangani surat izin kerja sebagai bukti bahwa pekerjaan telah selesai.

b) Apabila pelaksanaan lebih dari satu kelompok, maka setiap pemimpin kelompok menandatangani izin kerja.

c) Mesin dan peralatan ditimbang terimakan kembali kepada bagian produksi, dan penanggung jawab bagian yang bersangkutan menandatangani izin sebagai tanda penerima tanggung jawab.

d) Izin kerja dianggap selesai dan kembali kepada kerja biasa. h. Kontrol Izin Kerja

Untuk memastikan sistem izin kerja aman pada tempat kerja sebagaimana terdapat pada aturan-aturan izin kerja, adanya kontrol izin kerja sangat dianjurkan (British Petrolium Chemical, 1995).


(35)

commit to user

Kontrol izin kerja dapat dilakukan dengan audit izin kerja, dengan audit izin kerja dapat diketahui kelemahan pada sistem izin kerja sehingga dapat dilakukan langkah perbaikannya secara dini. Audit ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses, internal auditor perusahaan atau eksternal auditor

(American Institute of Chemcal Engineer, 1995).

i. Peraturan Perundangan yang Berhubungan dengan Sistem Izin Kerja Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada bab III pasal 3, disebutkan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3”.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 diatur Sistem dan Pengawasan, antara lain sebagai berikut:

1) Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.


(36)

commit to user

2) Apabila upaya pengendalian diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.

3) Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas–tugas yang berisiko tinggi.

4) Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk.

5) Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.

6) Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan

dilakukan dengan aman dan mengikuti prosedur yang telah ditentukan.

7) Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat risiko tugas.


(37)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja (Bahaya)

Tanpa Upaya Pencegahan Upaya Pencegahan

Sistem Izin Kerja

Kecelakaan Kerja Aman

Tindakan Tidak Aman Kondisi Tidak Aman


(38)

commit to user

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif sederhana yaitu dengan memberikan gambaran sejelas-jelasnya terhadap objek penulisan dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan (Muhammad Arief, 2003).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data adalah PT. Apac Inti Corpora yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Adapun sebagai objek dari penulisan laporan ini adalah sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

D. Sumber Data

Data yang diperoleh bersumber dari: 1. Data Primer

Mengadakan observasi langsung ke lapangan dan dengan melakukan wawancara atau tanya jawab kepada pihak yang berwenang mengeluarkan izin kerja.


(39)

commit to user 2. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca buku-buku referensi yang ada kaitannya dengan topik penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak yang berwenang mengeluarkan izin kerja.

2. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan dengan mengamati langsung dan ikut serta dalam pelaksanaan izin kerja.

3. Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan membaca buku-buku referensi yang ada kaitannya dengan topik penelitian.

F. Pelaksanaan 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan :

a. Permohonan izin magang di PT. Apac Inti Corpora.

b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Higiene Perusahaan.


(40)

commit to user 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Penjelasan umum tentang perusahaan tempat diadakannya kegiatan magang.

b. Observasi secara umum terhadap perusahaan.

c. Pengamatan langsung terhadap kondisi lingkungan di perusahaan d. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan dan

buku-buku referensi. 3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai penulisan laporan.

E. Analisa Data

Data yang sudah diolah akan dianalisa dengan cara membandingkan dengan peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 “Sistem Manajemen K3” pada lampiran II bagian 6 tentang “Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3”.


(41)

commit to user

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Sistem Izin Kerja

Dalam kegiatan industri PT. Apac Inti Corpora memberlakukan sistem izin kerja untuk mengambil langkah kerja yang sesuai dengan

standar keselamatan dan kesehatan kerja. Sistem izin kerja

memungkinkan terlaksananya pekerjaan yang aman dan terbebas dari potensi bahaya akibat sifat pekerjaan tersebut.

Adapun tujuan dari diberlakukannya sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora yaitu:

a. Tujuan dasar dari pelaksanaan izin kerja di PT. Apac Inti Corpora adalah mencegah dan meminimalkan kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja.

b. Menjamin bahwa setiap tempat dimana tenaga kerja melakukan pekerjaannya dipastikan dalam keadaan aman.

c. Menjamin setiap personel yang terlibat di area kerja tersebut sudah mengikuti cara kerja yang aman.

d. Menjamin lingkungan tempat kerja dengan standar keamanannya sudah dapat diterima untuk dilakukannya pekerjaan.


(42)

commit to user

e. Melalui penerapan sistem izin kerja maka semua prosedur mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja sudah dilaksanakan, sehingga risiko terjadinya kecelakan dapat dikendalikan.

PT. Apac Inti Corpora mempunyai komitmen yang tinggi untuk menciptakan dunia kerja yang aman dan sehat melalui keselamatan dan kesehatan kerja, untuk mewujudkan komitmen tersebut PT. Apac Inti Corpora menyelenggarakan izin bekerja aman untuk mencegah kecelakaan kerja pada tenaga kerja yang bekerja di tempat tertentu yang dapat megakibatkan cidera atau kelainan-kelainan akibat pekerjaannya. 2. Izin Kerja

Izin kerja diartikan sebagai dokumen resmi yang berisi tentang perizinan atas pekerjaan yang akan dilakukan oleh seorang tenaga kerja. Izin kerja dengan aman yang diberlakukan di PT. Apac Inti Corpora melalui Departemen Occupational Health and Safety (OHS) meliputi

pekerjaan-pekerjaan menggunakan api (Hot Work Permit), memasuki

vessel atau bejana seperti pembersihan di ruang boiler dan kerja di

ketinggian seperti perbaikan atap, perbaikan plafon, memasangan instalasi listrik.

Izin kerja dengan aman bertujuan untuk memformalkan komunikasi lintas fungsi antar kelompok kerja dan mengkoordinasi tugas-tugas atau pekerjaan dalam rangka menciptakan dan mempertahankan lingkungan kerja yang aman melalui proses otorisasi pekerjaan tertentu yang akan dilaksanakan, melakukan penilaian risiko guna memastikan


(43)

commit to user

kondisi bahaya yang ada telah diidentifikasi dengan baik serta menerapkan upaya pencegahan yang sesuai sebelum pekerjaan dimulai. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa personel yang ada ditempat tertentu telah mengkomunikasikan kepada pihak terkait untuk mendapatkan safe work permit (izin bekerja aman) dan melaksanakan pekerjaan dengan aman serta menerapkan upaya pengendalian yang memadai

Sebelum mengerjakan pekerjaan dengan surat izin kerja, staff OHS yang berwenang akan mengeluarkan surat izin, membuat daftar surat izin yang dikeluarkan, termasuk tanggal pegeluaran, kepada siapa diberikan dan tanggal pengembalian surat izin. Surat izin tetap dipegang oleh tenaga kerja pelaksana pekerjaan sampai pekerjaan selesai atau

shiftnya berakhir. Jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan pada akhir shift,

maka pengawas bagian OHS yang bertugas pada shift berikutnya harus membuat surat izin baru untuk shift itu. Surat izin untuk pekerjaan yang sudah selesai akan diarsipkan di OHS departement.

3. Formulir Izin Kerja

PT. Apac Inti Corpora menggunakan formulir izin kerja (surat izin kerja dengan aman) dalam pelaksanaan izin kerja di lapangan. Surat izin kerja ini berlaku untuk satu jenis pekerjaan dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Formulir izin kerja berisi tentang:

a. Aspek Mutu Pekerjaan


(44)

commit to user 2) Jenis pekerjaan

3) Kesesuaian dengan Surat Izin Kerja b. Apek Lingkungan dan Estetika

1) Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat pekerjaan.

2) Menjaga kebersihan lingkungan tempat kerja selama

pekerjaan.

3) Membersihkan tempat kerja setelah pekerjaan selesai.

4) Menata kembali tempat kerja seperti semula setelah pekerjaan selesai.

c. Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1) Alat pemadam api disiapkan sesuai pekerjaan.

2) Mengamankan bahan-bahan yang mudah terbakar.

3) Blind flange atau sekat harus terpasang.

4) Membersihkan atau menghilangkan tekanan fluida yang ada dalam sistem.

5) Memasang rambu-rambu atau tanda sesuai dengan pekerjaan.

6) Melakukan grounding pada waktu pengelasan.

7) Pemeriksaan kabel atau pita di bawah atau di atas tanah. 8) Alat Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai.

Surat izin kerja dikeluarkan oleh Departemen Occupational

Health and Safety (OHS), pemohon (pelaksana pekerjaan) mendapat

formulir perizinan dengan persetujuan dari pimpinan Departemen


(45)

commit to user

untuk melakukan pekerjaanya seorang tenaga kerja harus melakukan inspeksi terhadap tempat kerja dimana tenaga kerja akan melakukan pekerjaanya dengan pengawasan Departemen OHS, setelah dinyatakan aman barulah seorang tenaga kerja boleh melakukan pekerjaannya.

4. Personel yang Berwenang

a. Tenaga Kerja yang Berwenang sebagai Pengawas dalam Pekerjaan

Tenaga kerja yang berwenang sebagai pengawas dalam pekerjaan adalah tenaga kerja yang diberi wewenang untuk mengawasi pekerjaan yang mungkin memiliki potensi bahaya. Sebagai tenaga kerja yang diberi wewenang haruslah dapat mengadakan pengawasan selama pekerjaan itu berlangsung. Dalam hal ini tenaga kerja bagian Departeman OHS berwenang dan bertanggung jawab dalam pengawasan pekerjaan untuk pekerjaan yang berisiko seperti pengelasan, penggerindaan, pemotongan.

Pengawas pekerjaan bagian OHS harus menginspeksi tempat kerja dan menandatangani surat izin. Jika pengawas memutuskan bahwa tempat kerja tidak cukup aman untuk memulai atau melanjutkan pekerjaan, pengawas harus mencari alternatif lain, seperti pindah ketempat kerja yang lebih aman. Jika pengawas memutuskan bahwa tempat kerja untuk memulai atau melanjutkan pekerjaan, maka pengawas memastikan agar tindakan pencegahan dan prosedur yang tercantum dalam surat izin mengharuskan tempat kerja diinspeksi


(46)

commit to user

untuk memeriksa bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti peralatan yang berlapis karet, pipa, bahan-bahan lain yang mudah menyala. b. Pelaksana Pekerjaan

Sebagai pelaksana pekerjaan yang diberi wewenang dari pemberi wewenang haruslah orang yang terlatih dibidangnya dan telah mengikuti pelatihan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam hal ini biasa dilakukan oleh tenaga kerja bagian workshop, dan

maintenance.

Sebagai seorang tenaga kerja yang akan melakukan

pekerjaannya, terlebih dahulu memastikan bahwa area dimana

dilakukannya pekerjaanbebas dari bahaya kebakaran dan mengetahui lokasi penyimpanan peralatan pemadam kebakaran. Selain itu, semua tenaga kerja yang berada di area kerja tersebut bertanggung jawab untuk menginspeksi peralatan sebelum digunakan dan memberi tahu pengawas pekerjaan jika mengetahui ada kerusakan yang dapat membahayakan keselamatan kerja.

c. Pengetes Gas yang Berwenang

Sebagai orang yang berwenang mengidentifikasi gas atau bahan kimia lainnya yang mungkin terdapat dimana tenaga kerja melakukan pekerjaannya harus mampu mengenali potensi bahaya yang ada ditempat tersebut. Seorang pengetes gas haruslah orang yang mempunyai kompetensi tentang gas-gas yang berbahaya bagi tenaga


(47)

commit to user

kerja. Departemen OHS belum menempatkan seorang pengetes gas untuk mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun, oksigen. 5. Personel yang Bertanggung Jawab

Personel yang bertanggung jawab dalam izin kerja adalah personel yang terlibat di area dimana pekerjaan itu dilakukan. Personel ini bertanggung jawab atas keselamatan kerja yang berlangsung selama pekerjaan itu dilakukan, sehingga tenaga kerja yang bekerja mendapat jaminan atas keselamatan pekerjaan. Personel yang dimakud adalah manajer OHS atau staff departemen OHS yang ditunjuk.

6. Prosedur Surat Izin Kerja

a. Izin Kerja Menggunakan Api (Hot Work Permit)

1) Izin ini dikeluarkan untuk pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: a) Pengelasan

b) Pemotongan dengan api

c) Menggerinda di daerah-daerah yang terdapat gas

d) Pemanasan atau membakar

2) Pimpinan OHS atau dapat didelegasikan kepada staff yang sedang bertugas yang berhak mengeluarkan surat izin.

3) Prosedur Mengeluarkan Surat Izin

a) Tenaga kerja atau kontraktor yang telah menerima perintah kerja segera menghubungi bagian OHS untuk mengurus surat izin kerja.


(48)

commit to user

dengan jenis pekerjaan, untuk kemudian persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai pekerjaan.

c) Jika semua dikatakan baik maka pelaksana pekerjaan harus

menandatangani work permit dan menandakan perintah

kerja sudah dimengerti dan harus ditaati.

d) Pelaksana pekerjaan harus menyimpan permit tersebut baik-baik di lokasi pekerjaan, karena setiap saat petugas OHS atau petugas lain yang diberi hak akan memeriksa pekerjaan.

b. Izin Kerja Memasuki Vessel (Bejana)

1) Izin ini dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

a) Memasuki vessel/tangki atau bejana yang sehari-hari digunakan untuk menyimpan dan memproses bahan-bahan yang membahayakan atau kondisi di dalamnya berbahaya terhadap tubuh manusia, demikian izin ini dikeluarkan untuk memasuki boiler.

b) Kepada mereka yang akan memasuki tangki tersebut untuk tujuan pengelasan, perbaikan dan pemeriksaan bagian dalam tangki atau bejana tersebut.

2) Pimpinan OHS atau dapat didelegasikan kepada staff yang sedang bertugas yang berhak mengeluarkan surat izin.


(49)

commit to user 3) Proses mengeluarkan izin:

a) Tenaga kerja atau kontraktor yang telah menerima pekerjaan segera menghubungi bagian OHS yang akan mengeluarkan

safety permit yang diperlukan.

b) Inspektor menerima salinan safety permit warna biru dan bagian pembelian salinan warna hijau.

c) Pelaksana pekerjaan harus menyimpan permit tersebut baik-baik di lokasi pekerjaan, karena setiap saat petugas OHS atau petugas lain (security) yang diberi hak akan memeriksa pekerjaan.

d) Pemeriksaan dan persiapan harus dilakukan oleh inspektor OHS adalah meliputi:

(1) Melakukan seperti apa yang tercantum di dalam ceklist

permit.

(2) Menyiapakan alat-alat pelindung pernafasan yang lebih baik jika sewaktu-waktu diperlukan. Alat-alat pelindung diri disimpan sedekat mungkin dengan tempat kerja.

(3) Jika semua sudah dianggap aman, maka pelaksana

pekerjaan harus menandatangani permit tersebut dan merupakan tanda bahwa perintah kerja sudah dimengerti dan segera dilaksanakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari OHS.


(50)

commit to user c. Izin Kerja Ketinggian

1) Izin ini dikeluarkan untuk pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

a) Setiap melakukan pekerjaan di tempat ketinggian

(pembersihan plafon, perbaikan atap). b) Pengecatan pipa-pipa over head

2) Pimpinan OHS atau dapat didelegasikan kepada staff yang sedang bertugas yang berhak mengeluarkan surat izin.

3) Prosedur mengeluarkan izin ini:

a) Tenaga kerja atau kontraktor yang telah menerima

pekerjaan harus menghubungi bagian OHS untuk

melaporkan rencana jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. b) Pelaksana pekerjaan mengisi permit dan mematuhi semua

ketentuan yang ada di permit tersebut.

c) Pelaksana pekerjaan menyimpan permit tersebut setelah ditandatangani, untuk sewaktu-waktu diperlihatkan kepada pemeriksa.

7. Proses Perizinan

Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk memperoleh izin untuk melakukan pekerjaanya. Departemen

Occupational Health and Safety (OHS) yang berhak memberikan surat


(51)

commit to user

kerja setelah pengawas bagian OHS memastikan tidak ada bahaya bahan-bahan lainnya yang mengancam keselamatan tenaga kerja.

Sebagai tahap akhir dari suatu prosedur izin kerja, pemeriksaan tempat kerja merupakan serangkaian kegiatan inspeksi yang dilakukan dilokasi kerja sebelum tenaga kerja meninggalkan tempat kerja. Pemeriksaan melibatkan seluruh tenaga kerja yang terlibat dilokasi kerja tersebut. Pemeriksaan dimasudkan untuk memastikan tempat kerja bersih dari peralatan kerja kerja yang tertinggal di dalam ruang dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan maka seorang pengawas pekerjaan harus dapat berperan mengidentifikasi tahap akhir terhadap tempat kerja yaitu dengan memeriksa ulang agar bahan yang sifatnya mudah terbakar, meledak atau bahan-bahan lain yang tidak semestinya ada untuk segera disingkirkan. Pemeriksaan tempat kerja dilakukan sebelum tenaga kerja dan pengawas pekerjaan tanda tangan pada akhir kerja, pemeriksaan dilakukan secara total untuk menjamin tempat dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan seperti mengelas, penggerindaan dinyatakan telah selesai dikerjakan dan dapat dioperasikan atau digunakan dengan aman. 8. Distribusi Formulir Izin Kerja

Formulir izin kerja disediakan dan dikeluarkan oleh Departemen OHS, dibuat rangkap lima lembar yang masing-masing lembaran dipegang oleh orang yang terlibat didalam pekerjaan tersebut yaitu:

a. Lembaran pertama berwarna putih untuk pelaksana pekerjaan,


(52)

commit to user

c. Lembaran berwarna merah untuk Manajer OHS,

d. Lembaran berwarna biru untuk Pengawas OHS,

e. Lembaran berwarna hijau untuk bagian pembelian (pengadaan

barang).

B. Pembahasan 1. Sistem Izin Kerja

Kegiatan produksi di PT. Apac Inti Corpora memungkinkan adanya potensi bahaya yang besar baik dari peralatan kerja maupun lingkungan kerja, sehingga perlu adanya suatu kebijakan yang mengontrol keadaan tersebut dengan tujuan untuk mencegah kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja yang dapat menimbulkan cidera pada manusia (tenaga kerja), rusaknya peralatan kerja dan berdampak tehadap lingkungan. Sehingga untuk pengendalian yang tepat terhadap potensi bahaya tersebut PT. Apac Inti Corpora menerapkan prosedur keselamatan kerja tentang surat izin kerja. Izin kerja berlaku untuk semua jenis pekerjaan yang dikerjakan di lingkungan PT. Apac Inti Corpora yang sifatnya memiliki tingkat potensi bahaya dengan risiko tinggi misalnya: bekerja di tempat ketinggian, memasuki vessel atau bejana, kerja menggunakan api (hot work) pengelasan (welding) dan penggerindaan

(grinding). Penerapan surat izin kerja sesuai dengan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3.


(53)

commit to user 2. Izin Kerja

Izin bekerja dengan aman (Safe Work Permit) yang diberlakukan di PT. Apac Inti Corpora meliputi izin kerja menggunakan api (Hot Work

Permit), izin kerja memasuki vessel atau bejana, izin kerja di ketinggian.

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa “Terdapat prosedur kerja yang direkomendasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.”

3. Formulir Izin Kerja

Dalam pekerjaan yang memiliki nilai risiko tinggi, PT. Apac Inti Corpora menggunakan formulir izin kerja sebagai media komunikasi tertulis, mengingat komunikasi lisan mempunyai kelemahan seperti salah dengar, tidak jelas, salah pengertian dan lupa. Formulir izin kerja dibuat semudah mungkin utuk diisi oleh tenaga kerja, selain itu formulir izin kerja diberlakukan checklist agar pengisian tidak memakan waktu dan meminimalkan kesalahan dalam pengisian. Dalam formulir izin kerja terdapat aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengenai penggunaan alat pelindung diri, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 menyebutkan bahwa: “Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.”


(54)

commit to user

4. Personel yang Berwenang

a. Tenaga Kerja yang Berwenang sebagai Pengawas Pekerjaan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja”. Dalam hal ini departemen OHS telah menempatkan pengawas pekerjaan akan berada di lokasi kerja sampai tempat ini dinyatakan aman dari potensi bahaya.

b. Pelaksana Pekerjaan

Untuk memulai pekerjaan, seorang tenaga kerja harus memiki izin untuk melakukan suatu pekerjaan sebelum mulai bekerja dan memberi tahu pengawas pekerjaan sebelum mulai bekerja untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa “Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.”

c. Pengetes Gas yang Berwenang

Departemen OHS belum menempatkan seorang pengetes gas untuk mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun, oksigen. Orang yang bertugas mengetes gas harus sudah mendapatkan training yang cukup, dan training ulang dalam penggunaan dan kalibrasi peralatan tes


(55)

commit to user

gas yang masih dapat digunakan dan interpretasi hasil dari tes yang dilakukan. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 menyebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.”

5. Personel yang Bertanggungjawab

Sebagai personel yang berwenang mengeluarkan surat izin untuk pekerjaan menggunakan api (hot work), memasuki vessel dan bekerja di ketinggian seorang manajer OHS atau staff bagian OHS yang diberi wewenang harus menandatangani izin kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan, memeriksa lokasi kerja dan memastikan kondisi tempat kerja aman, fasilitas pendukung seperti APAR dan petugas pemadam sudah ada ditempat sebelum memulai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 menyebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.”

6. Prosedur Surat Izin Kerja

Dalam pelaksanaanya, prosedur izin kerja di PT. Apac Inti Corpora dibuat oleh departemen Occupational Health and Safety (OHS).


(56)

commit to user

Dalam prosedur izin kerja diuraikan tentang pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan surat izin kerja yaitu sebagai berikut:

a. Izin Kerja Menggunakan Api (Hot Work Permit)

Menurut PT. Apac Inti Corpora pekerjaan dengan menggunakan api diartikan sebagai jenis pekerjaan yang menimbulkan panas akibat percikan bunga api, lelehan logam, busur las yang dapat menyalakan bahan yang mudah terbakar atau menyala. Izin kerja menggunakan api di PT. Apac Inti Corpora bertujuan untuk memberantas cara kerja, kondisi dan prosedur yang

dapat membahayakan manusia, merusak peralatan atau

menyebabkan terhadap proses akibat kebakaran yang mungkin disebabkan oleh pengelasan (welding), penggerindaan (grinding) dan pemotongan (cutting).

b. Izin Kerja Memasuki Vessel

Di PT. Apac Inti Corpora ruang tertutup atau terbatas diartikan sebagai ruang yang terbatas yang tidak diperuntukkan untuk ditempati dan mempunyai pintu keluar yang terbatas. Ini khususnya pada area yang memiliki bahaya kekurangan oksigen atau area tempat penumpukan gas yang mudah terbakar. Tujuan dikeluarkannya izin masuk ruang terbatas adalah untuk mencegah cidera pada tenaga kerja akibat bekerja di ruang terbatas. Untuk menjamin bahwa para tenaga kerja PT. Apac Inti Corpora dan para


(57)

commit to user

kontraktornya mengetahui dan memahami standar perusahaan mengenai bekerja di ruang terbatas.

c. Izin Kerja Ketinggian

Di PT. Apac Inti Corpora berkerja di tempat ketinggian seperti membersihkan plafon, perbaikan atap, pengecatan pipa-pipa

over head, harus mendapatkan izin kerja dengan aman (safe work

permit) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut.

Prosedur izin kerja dibuat dan dikeluarkan oleh Departemen OHS, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/ 1996 pada lampiran II bagian 6 menyebutkan bahwa ” Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk”.

7. Proses Izin Kerja

Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk memperoleh izin untuk melakukan pekerjaanya. Departemen

Occupational Health and Safety (OHS) yang berhak memberikan surat

izin terhadap pelaksanaan kerja.Izin kerja akan diberikan kepada tenaga kerja setelah pengawas memastikan tidak ada bahaya bahan-bahan lainnya yang mengancam keselamatan tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa ”Petugas yang berkompeten telah


(58)

commit to user

mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja”.

8. Distribusi Izin Kerja

Formulir izin kerja disediakan dan dikeluarkan oleh Departemen OHS, dibuat rangkap lima lembar yang masing-masing lembaran dipegang oleh orang yang terlibat didalam pekerjaan. Formulir izin kerja dikeluarkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berisiko tinggi seperti pekerjaan menggunakan api, memasuki vessel dan bekerja di ketinggian. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa “Terdapat prosedur kerja yang direkomendasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.”


(59)

commit to user

49 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) pada lampiran II bagian 6: Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3, bahwa terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu izin kerja untuk tugas-tugas berisiko tinggi. Terbukti dengan dikeluarkan dan diterapkannya prosedur keselamatan kerja tentang sistem izin kerja oleh Departemen Occupational Health anda Safety

(OHS). Dengan menerapkan sistem izin kerja, PT. Apac Inti Corpora dapat mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja.

B. Saran

Sebaiknya formulir izin kerja terdapat kolom hasil tes gas oleh pengetes gas yang berwewenang mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun, oksigen pada pekerjaan yang mempunyai risiko terhadap bahaya gas.


(60)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Chemical Enginer, 1995. Guidelines For Process Safety

Documentation. New York

CCH Australia Limited, 1997. Managing Occupational Health & Safety in 1

volume. Jakarta.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), 1994. Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Baru.Jakarta: DK3N.

Departemen Tenaga Kerja, 1995. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja.

Muchammad Arief, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten: Perhimpunan Pemandirian Masyarakat Indonesia.

Suma’mur, P. K, 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia.


(1)

commit to user

gas yang masih dapat digunakan dan interpretasi hasil dari tes yang dilakukan. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 menyebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.”

5. Personel yang Bertanggungjawab

Sebagai personel yang berwenang mengeluarkan surat izin untuk pekerjaan menggunakan api (hot work), memasuki vessel dan bekerja di ketinggian seorang manajer OHS atau staff bagian OHS yang diberi wewenang harus menandatangani izin kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan, memeriksa lokasi kerja dan memastikan kondisi tempat kerja aman, fasilitas pendukung seperti APAR dan petugas pemadam sudah ada ditempat sebelum memulai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 menyebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.”

6. Prosedur Surat Izin Kerja

Dalam pelaksanaanya, prosedur izin kerja di PT. Apac Inti Corpora dibuat oleh departemen Occupational Health and Safety (OHS).


(2)

commit to user

Dalam prosedur izin kerja diuraikan tentang pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan surat izin kerja yaitu sebagai berikut:

a. Izin Kerja Menggunakan Api (Hot Work Permit)

Menurut PT. Apac Inti Corpora pekerjaan dengan menggunakan api diartikan sebagai jenis pekerjaan yang menimbulkan panas akibat percikan bunga api, lelehan logam, busur las yang dapat menyalakan bahan yang mudah terbakar atau menyala. Izin kerja menggunakan api di PT. Apac Inti Corpora bertujuan untuk memberantas cara kerja, kondisi dan prosedur yang

dapat membahayakan manusia, merusak peralatan atau

menyebabkan terhadap proses akibat kebakaran yang mungkin disebabkan oleh pengelasan (welding), penggerindaan (grinding) dan pemotongan (cutting).

b. Izin Kerja Memasuki Vessel

Di PT. Apac Inti Corpora ruang tertutup atau terbatas diartikan sebagai ruang yang terbatas yang tidak diperuntukkan untuk ditempati dan mempunyai pintu keluar yang terbatas. Ini khususnya pada area yang memiliki bahaya kekurangan oksigen atau area tempat penumpukan gas yang mudah terbakar. Tujuan dikeluarkannya izin masuk ruang terbatas adalah untuk mencegah cidera pada tenaga kerja akibat bekerja di ruang terbatas. Untuk menjamin bahwa para tenaga kerja PT. Apac Inti Corpora dan para


(3)

commit to user

kontraktornya mengetahui dan memahami standar perusahaan mengenai bekerja di ruang terbatas.

c. Izin Kerja Ketinggian

Di PT. Apac Inti Corpora berkerja di tempat ketinggian seperti membersihkan plafon, perbaikan atap, pengecatan pipa-pipa

over head, harus mendapatkan izin kerja dengan aman (safe work

permit) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut.

Prosedur izin kerja dibuat dan dikeluarkan oleh Departemen OHS, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/ 1996 pada lampiran II bagian 6 menyebutkan bahwa ” Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk”.

7. Proses Izin Kerja

Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk memperoleh izin untuk melakukan pekerjaanya. Departemen

Occupational Health and Safety (OHS) yang berhak memberikan surat

izin terhadap pelaksanaan kerja.Izin kerja akan diberikan kepada tenaga kerja setelah pengawas memastikan tidak ada bahaya bahan-bahan lainnya yang mengancam keselamatan tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa ”Petugas yang berkompeten telah


(4)

commit to user

mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja”.

8. Distribusi Izin Kerja

Formulir izin kerja disediakan dan dikeluarkan oleh Departemen OHS, dibuat rangkap lima lembar yang masing-masing lembaran dipegang oleh orang yang terlibat didalam pekerjaan. Formulir izin kerja dikeluarkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berisiko tinggi seperti pekerjaan menggunakan api, memasuki vessel dan bekerja di ketinggian. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa “Terdapat prosedur kerja yang direkomendasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.”


(5)

commit to user

49

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem izin kerja di PT. Apac Inti Corpora sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) pada lampiran II bagian 6: Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3, bahwa terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu izin kerja untuk tugas-tugas berisiko tinggi. Terbukti dengan dikeluarkan dan diterapkannya prosedur keselamatan kerja tentang sistem izin kerja oleh Departemen Occupational Health anda Safety

(OHS). Dengan menerapkan sistem izin kerja, PT. Apac Inti Corpora dapat mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja.

B. Saran

Sebaiknya formulir izin kerja terdapat kolom hasil tes gas oleh pengetes gas yang berwewenang mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun, oksigen pada pekerjaan yang mempunyai risiko terhadap bahaya gas.


(6)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Chemical Enginer, 1995. Guidelines For Process Safety

Documentation. New York

CCH Australia Limited, 1997. Managing Occupational Health & Safety in 1

volume. Jakarta.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), 1994. Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Baru. Jakarta: DK3N.

Departemen Tenaga Kerja, 1995. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja.

Muchammad Arief, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten: Perhimpunan Pemandirian Masyarakat Indonesia.

Suma’mur, P. K, 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia.