HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja.

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PACARAN PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:
SULISTIOWATI
F 100 100 062

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

i

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PACARAN PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:
SULISTIOWATI
F 100 100 062

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ii

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PACARAN PADA REMAJA

Disusun oleh:

SULISTIOWATI
F 100 100 062


Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji oleh:

Pembimbing utama

Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Tanggal, 28 Oktober 2015

iii

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PACARAN PADA REMAJA

Yang diajukan oleh
SULISTIOWATI
F 100 100 062

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal, 3 November 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji utama

Dra. Zahrotul Uyun, M.Si

__________________________

Penguji I
Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si

__________________________

Penguji II
Achmad Dwityanto O., S.Psi., M.Si

__________________________

Surakarta,_______________2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan,

(Dr. Taufik, M.Si.)


iv

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PACARAN PADA REMAJA
Sulistiowati
Sulistiowati35@yahoo.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Zahrotul Uyun
ABSTRAKSI
Masalah pacaran tidak bisa lepas dari dunia remaja, karena salah satu ciri
remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan
untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai “naksir” lawan
jenisnya. Dikalangan remaja, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan.
Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar.
Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Salah satu
yang mempengaruhi perilaku pacaran pada remaja adalah Interaksi teman sebaya.
Interaksi yang dilakukan remaja dengan lingkungannya, baik itu dengan kelompok
teman sebayanya dalam kehidupan sehari-harinya dapat memberikan dampak
negatif. Interaksi negatif yang dibangun remaja dengan kelompok teman sebayanya

dapat membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti pacaran.
Tujuan dalam penelitian ini, yaitu : untuk mengetahui hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja. Hipotesis yang
diajukan adalah ada hubungan positif antara interaksi teman sebaya dengan perilaku
pacaran pada remaja. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 132 orang remaja,
penelitian ini memakai studi cluster random sampling, yaitu semua kelompok dalam
populasi diberi peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Alat pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan skala interaksi teman sebaya dan perilaku
pacaran. Teknik analisis data menggunkan korelasi product moment.
Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran pada
remaja. Sumbangan efektif antara variabel interaksi teman sebaya terhadap perilaku
pacaran sebesar 7,1%. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel interkasi teman
sebaya mempunyai rerata empirik (RE) 88,42 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 60
yang berarti interaksi teman sebaya pada subjek tergolong sangat tinggi. Variabel
perilaku pacaran diketahui rerata empirik (RE) 93,20 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 69 yang berarti perilaku pacaran pada subjek tergolong tinggi.
Kata kunci : Interaksi teman sebaya, Perilaku pacaran

v


RELATIONSHIP BETWEEN PEERS WITH INTERACTION COURTSHIP
ADOLESCENT BEHAVIOR
Sulistiowati
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Faculty of Psychology, Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT
Courtship problem can not be separated from the world of teenagers, because
one of the characteristics of teenagers who stands out is a sense of fun to the opposite
sex with a desire to have. At this time, a teenager usually begin a “crush” the
opposite sex. Among adolescents, dating become very proud identity. Usually a
teenager will be proud and confident if you already have a boyfriend / girlfriend.
Instead teens who do not have a boyfriend / girlfriend considered less slang. One that
affects the courtship behavior in teenagers is peer interaction. Adolescent interactions
made with the environment, be it with a group of peers in their daily lives may be
adversely affected. Negative interactions are built teenager with peer groups can
bring teens involved in juvenile delinquency such as courtship.
The aim in this study, namely: to determine the relationship between peer
interaction with courtship behavior in adolescents. The hypothesis is a positive
relationship between peer interaction with courtship behavior in adolescents.

Subjects in this study were 132 adolescents, this study wore cluster random sampling
study, that all groups in the population given the same opportunities to be sampled.
Data collection tool in this research using the scale of peer interaction and courtship
behavior. Data analysis techniques using the product moment correlation.
The analysis results obtained from this study are: there is a very significant
positive correlation between peer interaction with courtship behavior in adolescents.
Effective contribution of peer interaction between the variables of the courtship
behavior of 7.1%. Based on the results of analysis variables peer interactions have
the empirical mean (RE) 88.42 and the mean hypothetical (RH) of 60 which means
peer interaction on the subject is very high. Variable courtship behavior known
empirical mean (RE) 93.20 and the mean hypothetical (RH) of 69 which means
courtship behavior on the subject is high.
Keywords: Interaction peers, dating behavior in adolescents.

vi

peralihan dari masa kanak-kanak ke

PENDAHULUAN
Masalah pacaran tidak bisa


masa dewasa yaitu usia 10-19 tahun

lepas dari dunia remaja, karena salah

(El-Hakim, 2014).

satu ciri remaja yang menonjol adalah

Permulaan individu menjalani

rasa senang kepada lawan jenis disertai

hubungan

keinginan untuk memiliki. Pada masa

dorongan ketertarikan terhadap lawan

ini, seorang remaja biasanya mulai


jenis. Menurut teori perkembangan

“naksir” lawan jenisnya. Dikalangan

Hurlock

remaja, pacaran menjadi identitas yang

lawan jenis merupakan salah satu

sangat dibanggakan. Biasanya seorang

tugas

remaja akan bangga dan percaya diri

menunjukkan mulai berkembangnya

jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya


hormon seksualitas (Santrock, 2003).

ketika

mulai

ketertarikan

tumbuh

(mengenal)

perkembangan remaja

yang

remaja yang belum memiliki pacar

Hasil penelitian Seotjiningsih


dianggap kurang gaul. Karena itu,

(dalam El-Hakim, 2014) menunjukkan

mencari pacar dikalangan remaja tidak

bahwa faktor

saja menjadi kebutuhan biologis tetapi

perilaku pacaran adalah hubungan

juga menjadi kebutuhan sosiologis.

tekanan negatif teman sebaya.Salah

Maka tidak heran, mayoritas remaja

satu aspek paling kritis dalam masa

saat ini sudah memiliki teman spesial

remaja adalah menyangkut pergaulan,

yang disebut “pacar”. Soal pacaran

baik pergaulan dengan sesama jenis

tampaknya menjadi gejala umum di

maupun pergaulan dengan lawan jenis.

kalangan remaja. Remaja adalah masa

Jika
1

tidak

yang mempengaruhi

berhati-hati,

pergaulan

masa

a. Ketertarikan dengan lawan jenis,

remaja terjerumus kedalam pergaulan

yaitu awal dari hubungan pacaran

yang tidak baik. Pada diri remaja,

adalah adanya rasa tertarik pada

pengaruh

orang yang ingin dijadikan sebagai

sangat

berpotensi

menyeret

lingkungan

dalam

menentukan perilaku diakui cukup

pasangan.

kuat.

tertarik tersebut, kemudia dilakukan
Perilaku

pacaran

menurut

Berdasarkan

perasaan

usaha pendekatan untuk mengenal

sarwono (2002) adalah segala tingkah

lebih

laku

dijadikan pasangan, yaitu dengan

yang

didorong

oleh

hasrat

jauh

orang

seksual, baik dengan lawan jenis

cara

maupun dengan sesama jenis. Bentuk

relationship).

yang

berkencan

ingin

(dating

perilaku ini sangat bermacam-macam

b. Berkencan, yaitu berjanji untuk

mulai dari perasaan tertarik sampai

saling bertemu disuatu tempat pada

tingkah laku berkencan, bercumbu,

waktu

dan bersenggama. Objek seksual bisa

bersama

berupa

berkencan sepasang remaja akan

orang

lain,

orang

dalam

khayalan atau diri sendiri.
Sarwono

(dalam

yang

telah

kekasih.

ditentukan
Pada

saat

melakukan kegiatan berasma atau
Muslimah

proses

pendekatan,

seperti

2013) menyebutkan bahwa aspek-

menonton

aspek

bersama, atau melakukan perilaku

remaja

melakukan

perilaku

ke

bioskop,

makan

pacaran diawali oleh beberapa hal

seksual

sebagai berikut:

tangan, berpelukan , berciuman).
2

bersama

(bergandengan

c. Bercumbu,
dilakukan

yaitu

perbuatan

dengan

ini

remaja terhadap masalah seksual

persentuhan

sangat penting dalam pembentukan

antara bagian-bagian tubuh yang

hubungan

merangsang seksual, tanpa disertai

dengan lawan jenis.

hubungan

seksual.

Percumbuan

b. Jenis

yang

Kelamin:

lebih

matang

Fungsi

seksual

dapat dilakukan dengan berbagai

remaja

cara, mulai dari yang paling ringan

matang dari pada remaja laki-laki,

sampai yang cukup mendalam.

tetapi

Saling mengggunakan kata-kata yg

remaja laki-laki lebih aktif secara

manis,

seksual

bercinta-cintaan,

bersuka

sukaan dan bersenda gurau.
d. Bersenggama,

yaitu

pada

besar

perempuan.
dari

remaja

percintan.

pacaran

c. Jenis sekolah: Lembaga pendidikan

remaja, yaitu:

dan lembaga agama sebagai suatu
fisik

sistem mempunyai pengaruh dalam

yang

pembentukan sikap dan perilaku

meningkatkan hormon reproduksi

dikarenakan keduannya meletakkan

menyebabkan perubahan perilaku

dasar pengertian dan konsep moral

seksual remaja. Rasa ingin tahu

dalam diri individu.

termasuk

:

perkembangannya

jenis dalam bentuk pacaran atau

mengemukakan beberapa faktor yang

a. Umur

cepat

perilaku seksualnya dengan lawan
(2014)

perilaku

dari

lebih

biasanya sudah megembangakan

hubungan intim atau seks.

mempengaruhi

pada

Sebagaian

melakukan

El-hakim

perempuan

Perkembangan
organ

seksual

3

d. Pengetahuan

kesehatan

Kecenderungannya saat ini adalah

Peningkatan

remaja sekarang cenderung makin

tentang

reproduksi:
pengetahuan

tidak

muda melakukan hubungan seks

selalu

pertama kali.

menyebabkan perubahan perilaku,

f. Pengaruh interaksi teman sebaya:

namun hubungan positif antara
kedua variabel telah diperlihatkan

Kawan-kawan

dalam

penelitian.

adalah

anak-anak

tertentu

tentang

dengan

usia

misalanya

kesehatan

sejumlah

Pengertian
kesehatan
reproduksi

mungkin

Kawan

sebelum suatu tindakan pribadi

peran

yang

terjadi, tetapi tindakan kesehatan

kehidupan remaja.

yang diharapkan mungkin tidak
kecuali

remaja
tingkat

kematangan yang kurang
sama.

terjadi

atau
atau

penting

akan

(peers)

sebaya

g. Media

apabila

sebaya
penting

pornografi:

lebih

memiliki
dalam

Definisi

pornografi menurut Kamus Besar

seseorang mendapat isyarat yang

Bahasa

cukup kuat untuk memotivasinya

penggambaran tingkah laku secara

bertindak atas dasar penegetahuan

erotis dengan lukisan atau tulisan

yang dimilikinya.

untuk membangkitkan nafsu berahi

e. Sikap

permisif:

adalah

permisif

seperti bahan bacaan yang dengan

diartikan sebagai sikap yang lebih

sengaja dan semata-mata dirancang

bebas

menerima

untuk membangkitkan nafsu berahi

pranikah.

dalam seks.

yang

hubungan

Sikap

Indonesia

dapat
seksual

4

hubungan pergaulan kelompok teman

h. Peran orang tua: Orang tua dapat
bertindak

sebagai

pemberian

sebaya serta hubuangan antar ndividu

informasi

tentang

kesehatan

atau

reproduksi

yang

pertimbangan

akan

menjadi

remaja

dalam

anggota

mencakup

kelompok

keterbukaan,

yang

kerjasama,

dan frekuensi hubungan
Menurut

berperilaku.

Papalia

(2009)

guru

setidaknya ada 3 (tiga) aspek dalam

berperan sebagai orang tua bagi

interaksi teman sebaya, adapun aspek-

siswa, guru adalah figur yang

aspek

menepati posisi dan memegang

dirumuskan sebagai berikut:

peranan penting dalam pendidikan,

a. Komunikasi anatar teman sebaya:

i. Peran

guru:

terutaman

Di

sekolah

di

penyampaian

dan

dapat

penerimaan

lambang-lamabang

j. Kurikulum Pendidikan Kesehatan
Remaja:

tersebut

komuikasi merupakan suatu proses

lingkungan

pendidikan formal.

Reproduksi

interaksi

mengandung

Definisi

arti,

informasi,

yang
baik

yang

kurikulum adalah satu rancangan

berwujud

pemikiran,

tindakan atau satu dokumen tertulis

pengetahuan maupun yang lainnya.

yang mengandung strategi untuk

b. Penyesuaian diri terhadap teman

mencapai tujuan yang ingin dicapai.

(adapatasi): Dalam interaksi ada

Partowisastro

(dalam

kemungkinan

Asrori

individu

dapat

2009) menjelaskan bahwa interaksi

menyesuaikan diri dan beradaptasi

teman

dengan yang lain, atau sebaliknya.

sebaya

adalah

kedekatan
5

d. Jenis kelamin, kecenderungan laki-

c. Tuntutan konformitas: Konformitas
merupakan tekanan atau
untuk

mengikuti

laki

tuntutan

untuk

teman

teman-teman

berinteraksi

lebih

besar

dengan

dari

pada

perempuan.

sebayanya dan ini dapat bersifat

e. Besarnya

positif maupun negatif.

kelompok,

pengaruh

(dalam

kelompok menjadi semakin besar

Widiastuti, 2005) menjelaskan bahwa

bila besarnya kelompok bertambah.

Monk’s

dan

Blair

ada beberapa faktor yang cenderung
menimbulkan

munculnya

f. Keinginan untuk mempunyai status,

interaksi

adanya

suatu

dorongan

untuk

teman sebaya pada remaja yaitu:

memiliki setatus, kondisi inilah

a. Umur, konformitas semakin besar

yang

dengan

bertambahnya

menyebabkan

terjadinya

usia,

interaksi diantara teman sebayanya.

terutama terjadi pada usia 15 tahun

Individu akan menemukan kekuatan

atau lebih.

dalam mempertahankan dirinya di

b. Keadaan

sekeliling,

kepekaan

dalam perebutan tempat dari dunia

pengaruh dari teman sebaya lebih

orang dewasa.

besar dari pada perempuan.

g. Interaksi orang tua, suasana rumah

c. Keperibadian ekstrovet, anak-anak
yang

tergolong

ekstrovet

yang

tidak

menyenangkan

dan

lebih

adanya tekanan dari orang tua

cenderung mempunyai konformitas

menjadi dorongan individu dalam

dari pada anak introvet.

berinteraksi
sebayanya.
6

dengan

teman

analisis data menggunakan korelasi

h. Pendidikan, pendidikan yang tinggi
adalah salah satu faktor dalam

product moment

interaksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

teman

sebaya

karena

Berdasarkan hasil analisis yang

orang yang berpendidikan tinggi
mempunyai

wawasan

pengetahuan

luas

yang

telah dilakukan dengan menggunakan

dan

teknik

akan

koefisien korelasi

METODE PENELITIAN

sangat

kartasura yaitu kelas X IPA3, X IPA 4,

,semakin negative interaksi teman
sebaya maka semakin rendah perilaku

populasi diberi peluang yang sama

pengumpulkan
pengukuran

data

skala

pacaran.

Metode

Hal tersebut sesuai dengan teori

menggunakan

interaksi

interaksi

maka semakin tinggi perilaku pacaran

sampling yaitu semua kelompok dalam

sampel.

antara

semakin positif interaksi teman sebaya

teknik

pengambilan sampel cluster random

dijadikan

signifikan

teman sebaya dengan perilaku pacaran

X IPS3, X IPS4, X BB yang berjumlah

untuk

) sebesar 0,266

artinya ada hubungan positif yang

adalah siswa SMA N 2 Sukoharjo,

Menggunakan

moment

dengan signifikan 0,001 (p < 0,01)

Subyek dalam penelitian ini

siswa.

product

pearson maka diperoleh hasil nilai

mendukung dalam pergaulannya.

132

korelasi

yang dikemukakan oleh. Santrock

teman

(dalam

sebaya dan perilaku pacaran. Teknik

Ghozaly,

Krisnatuti

&

Alfiasari, 2012) menyatakan bahwa

7

salah satu proses penting yang harus

pada dirinya. Perilaku seksual ini

dilalui

merupakan potensi yang dimiliki oleh

remaja

identitas

untuk

dirinya

menemukan

adalah

wanita dan laki-laki sebagai hasil

melalui

kemampuan bereproduksi.

interaksinya dengan teman sebaya
(peer group). Interaksi yang dilakukan

Pendapat

remaja dengan lingkungannya, baik itu

kehidupan

Semakin
kelompok
semakin

dekat

kemasakan organ-organ seksual baik

sehari-harinya.
remaja

primer maupun sekunder bagi remaja,

dengan

terjadi

teman sebayanya akan
besar

dampaknya

dibangun

remaja

bagi

remaja

terlibat

adanya

dan

perubahan

secara

psikis

menimbulkan dorongan seksual yang
menyebabkan rasa ingin tahu yang

dengan

makin intens pada masalah-masalah

kelompok teman sebayanya dapat
membawa

akibat

hormonal

kehidupan remaja itu sendiri. Interaksi
yang

(dalam

Muslimah 2013) menjelaskan bahwa

dengan kelompok teman sebayanya
dalam

Koentjoro

seksual.

dalam

Remaja

informasi

kenakalan remaja seperti pacaran.

tentang

membutuhkan
perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya,

(2000)

akan tetapi remaja seringkali merasa

perilaku pacaran berhubungan dengan

tidak nyaman atau tabu membicarakan

dimulainya

remaja

masalah seksualitas dan kesehatan

dengan lawan jenisnya dan usaha

reproduksinya dengan orang tua atau

memenuhi dorongan seksual yang ada

guru

Menurut

Hurlock

ketertarikan

8

BK.

Sebagaimana

yang

dipaparkan

oleh

Hurlock

Sukoharjo,

(2002),

Kartasura

informasi mereka coba penuhi dengan

interaksi

cara membahas dengan teman-teman

sangat tinggi. Kategori sangat tinggi

sebayanya,

atau

mengadakan

ini dapat diartikan bahwa kuatnya

percobaan

dengan

masturbasi,

pengaruh kelompok teman sebaya juga
mengakibatkan

bercumbu, atau berhubungan seksual.

oleh

Amrillah

tergolong

melemahnya

ikatan

norma-norma konvensional. Selain itu,

(dalam

banyak

Muslimah 2013) yang mengatakan

waktu

yang

diluangkan

individu di luar rumah bersama teman-

bahwa perilaku pacaran, menurut hasil
penelitian Centra Medika

sebaya

individu dengan orang tua, sekolah,

Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian

teman

mempunyai

teman sebayanya dari pada dengan

Remaja

orang tuanya adalah salah satu alasan

(CMR) diperoleh ada lima tahapan

pokok pentingnya peran teman sebaya

yang sering dilakukan remaja yaitu

bagi

dating, kissing, necking, petting dan

individu.

Peranan

penting

kelompok sebaya terhadap individu

coitus.
Berdasarkan

hasil

berkaitan dengan sikap, pembicaraan,

analisis

minat, penampilan dan perilaku remaja

diketahui variabel interaksi teman

seringkali meniru bahwa berperilaku

sebaya mempunyai rerata empirik

yang sama dengan anggota kelompok

sebesar 88,42 dan rerta hipotetik

yang popular maka kesempatan bagi

sebesar 60 yang berarti bahwa pada
umumnya

remaja

siswa

SMA

dirinya untuk diterima oleh kelompok

2

sebaya menjadi besar.
9

Kemudian

rerata

empirik

Sebaliknya kematangan seksual diikuti

pacaran

sebesar

dengan pengendalian diri yang baik

93,20 dengan rerata hipotetik sebesar

akan membawa kebahagian remaja di

69. Jadi rerata empirik > retata

masa depannya.

variabel

perilaku

Sumbangan efektif atau peranan

hipotetik yang berarti pada umumnya
remaja siswa SMA N 2 Sukoharjo,

interaksi

Kartasura juga mempunyai perilaku

perilaku pacaran adalah 7,1% yang

pacaran tergolong

Kondisi

ditunjukan oleh koefisien determinan

tinggi di sini dapat diinterpretasikan

(R2) sebesar 0,071 ini berarti masih

bahwa masa remaja ditandai dengan

terdapat 92,9% faktor lain yang yang

kematangan

mempengaruhi

tinggi.

biologis.

Dengan

teman

sebaya

perilaku

terhadap

pacaran,

kematangan biologis seseorang dapat

seperti yang dikemukakan El-hakim

melakukan

(2014) yaitu umur, jenis kelamin, jenis

fungsi

reproduksi

sebagaimana layaknya orang dewasa.

sekolah,

Hal ini membawa konsekuensi bahwa

kesehatan reproduksi, sikap permitif,

seorang

mudah

media pornografi, peran orang tua,

yang

peran guru, kurikulum pendidikan

terpengaruh
merangsang

remaja
oleh

akan
stimulus

gairah

Hasil penelitian menunjukkan

dengan pengendalian diri cenderung

hubungan

negatif,
seksual

yakni

tentang

kesehatan reproduksi.

seksualnya.

Kematangan seksual yang tidak diikuti

berakibat

pengetahuan

ada hubungan positif yang sangat

terjadi

signifikan

pranikah.
10

antara

interaksi

teman

sebaya dengan perilaku pacaran pada
remaja.Namun,

ada

KESIMPULAN DAN SARAN

beberapa

a) Kesimpulan

keterbatasan pada penelitian ini, antara
Bersadarkan hasil analisis data

lain: a) Generalisasi dari hasil-hasil

dan pembahasan yang telah diuraikan

penelitian ini terbatas pada subjek

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

tempat penelitian dilakukan sehingga
penerapan pada ruang lingkup yang

1. Ada hubungan positif yang sangat

lebih luas dengan karakteristik yang

signifikan antara interaksi teman

berbeda

sebaya dengan perilaku pacaran

kiranya

perlu

dilakukan

penelitian lagi dengan menggunakan

pada remaja.

atau menambah variabel-variabel lain
yang

belum

penelitian

ini

disertakan

dalam

ataupun

dengan

2. Sumbangan efektif atau peranan
interaksi teman sebaya terhadap
perilaku

pacaran

pada

remaja

menambah dan memperluas ruang

adalah 7,1%, ini berarti masih

lingkup penelitian. b) Hanya melihat

terdapat 92,9% faktor lain yang

kondisi interaksi teman sebaya dengan

mempengaruhi perilaku pacaran,

perilaku pacaran pada remaja tanpa

seperti :umur, jenis kelamin, jenis

melihat faktor-faktor lain yang juga

sekolah,

mempengaruhi perilaku pacaran pada

kesehatan

remaja.

permitif, media pornografi, peran

11

pengetahuan
reproduksi,

tentang
sikap

orang tua, peran guru, kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

pendidikan kesehatan reproduksi.

El-hakim, L. (2014). Fenomena
Pacaran Dunia Remaja, Pekan
Baru Riau: Zanafa Publishing

3. Subjek penelitian memiliki interaksi
teman sebaya yang tergolong sangat

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan.
Edisi
Kelima
(Terjemahan Istiwidayati dan
Soedjarwo ). Jakarta: Erlangga.

tinggi.
4. Subjek penelitian memiliki perilaku
pacaran yang tergolong tinggi.

Monk, F.J Knoers, A. M.P. Harditono.
1994.
Psikologi
Perkembangan.
Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

b) Saran
Disarankan dapat menjadikan

Muslimah, S. (2013). Hubungan
Antara Ekspresi Cinta Dengan
Perilaku
Pacaran
Remaja
Madrasah Tsanawiyah. Tesis.
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

hasil penelitian ini sebagai kajian
dalam

pengembangan

ilmu

pengetahuan di bidang psikologi dan

Papalia, D. E., Old s, S. W., &
Feldman, R. D. (2009). Human
Development Perkembangan
Manusia. Jakarta: Salemba
Humanika.

memberi kontribusi teoritis khususnya
mengenai hubungan antara ineraksi
teman sebaya dengan perilaku pacaran

Partowisastro,
Koestoer.
1983.
Dinamaika Psikologi Sosial.
Jakarta: Erlangga.

pada remaja. Bagi peneliti selanjutnya
untuk

meningkatkan

kualitas

Santrock, W. J. (2003). Adolenscence,
Perkembangan Remaja. Alih
Bahasa: Shinto B. Adelar &
Sherly
Saragih.
Jakarta:
Penerbit Erlangga.

penelitian lebih lanjut khususnya yang
berkaitan

dengan

interaksi

teman

sebaya dengan perilaku pacaran pada

Sarwono . (2002). Psikologi Remaja
edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

remaja.

12