HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku merokok pada remaja.

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana
(S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:
AYU ANGGARWATI
F 100 100 030

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI


Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan Oleh:
AYU ANGGARWATI
F 100 100 030

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

Ayu Anggarwati
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ayu.anggar@ymail.com

Abstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman
sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Peneliti memilih metode kuantitatif untuk
mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian ini diambil dari siswa kelas XI SMK
Tunas Bangsa Tawangsari Sukoharjo yang terdiri dari empat kelas. Teknik penelitian
menggunakan Cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala interaksi
teman sebaya dan skala perilaku merokok yang dianalisis dengan korelasi Kendall tau-b.
Hasil analisis non parametrik kendall tau-b diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
-0,108 dengan signifikansi p = 0,101(p >0,05) artinya tidak ada hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja.
Kata kunci : Interaksi teman sebaya, perilaku merokok .
(2009) perilaku merokok adalah perilaku

Fenomena yang sering dilihat di
beberapa taun terakhir ini yaitu perilaku

menghisap

merokok pada remaja. Tidak sulit mencari

terbalut daun nipah atau kertas. Data


remaja perokok di era abad ke- 21 ini,

Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa

dapat

di tempat-tempat

Perilaku merokok penduduk usia 15 tahun

nongkrong sehabis pulang sekolah, halte

ke atas masih belum terjadi penurunan

bus, warung makan, bahkan tempat-

dari 2007 sebesar 34,2 persen menjadi

tempat


menurut

36,3 persen pada tahun 2013. 64,9 persen

Soetjiningsih (2010) merupakan suatu

laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih

kebiasaan

memberikan

menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan

kenikmatan bagi si perokok, akan tetapi

1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9

juga menimbulkan dampak buruk baik


persen perokok pada kelompok tidak

bagi si perokok itu sendiri maupun

bekerja. Remaja perokok pada awalnya

lingkungan disekitarnya. Menurut Jaya

hanya ikut-ikutan dengan teman, iseng,

kita jumpai

olahraga.

yang

Merokok

dapat


1

gulungan

tembakau

yang

berani ambil resiko, karena bosan dan

merupakan orang paling dekat dalam

supaya kelihatan seperti orang dewasa

kehidupan sosial mereka. Remaja selalu

(Nainggolan,2009)

lama-


berusaha untuk menyamai dengan teman

kelamaan hal tersebut menjadi suatu

sebayanya dan menerima semua pengaruh

kebiasaan yang sulit untuk dihindari dan

dari

dihentikan,

diberikan oleh teman sebaya dapat berupa

karena

hal

dampak


akan

tetapi

tersebut

disebabkan

ketergantungan

teman

sebaya.

Pengaruh

yang

pengaruh positif maupun negatif.


yang

Wismanto

ditimbulkan oleh rokok. Selain itu remaja

(2007)

yang merokok biasanya demi diterimanya

mengklasifikasikan perokok berdasarkan

dalam suatu kelompok teman sebaya, usia

banyaknya rokok yang dihisap yaitu, 1)

remaja merupakan usia yang masih

Perokok sangat berat yang menghisap


memiliki emosi yang labil sehingga demi

lebih dari 31 batang rokok dalam sehari

diterimanya dalam suatu kelompok teman

dan selang merokoknya 5 menit setelah

sebaya

apapun

bangun pagi. 2) Perokok berat yang

meskipun menyimpang. Seperti yang

menghisap sekitar 21-30 batang rokok

diungkapkan Hurlock (2012) Sebagian


perhari dengan selang waktu sejak bangun

besar remaja ingin diterima oleh teman-

pagi berkisar 6-30 menit. 3) Perokok

teman sebayanya, tetapi sering kali

sedang yang menghisap sekitar 11-21

diperoleh dengan perilaku yang tidak

batang rokok perhari dengan selang waktu

bertanggung jawab salah satunya perilaku

31-60 menit setelah bangun pagi. 4)

merokok.

dengan

Perokok ringan yang menghisap sekitar

penelitian yang dilakukan oleh Chotidjah

10 batang rokok perhari dengan selang

(2012) Sebagian besar perokok remaja

waktu 60 menit dari bangun pagi.

ia

akan

Hal

melakukan

ini

sesuai

pertama mengenal rokok dari temanteman

mereka

(63,63%),

Hansen

orangtua

Wismanto,2007)

(16,36%) dan keluarga (12,72%) yang
2

et

al

menyatakan

(dalam
bahwa

faktor-faktor
perilaku

yang

merokok

lingkungan,

Subjek penelitian ini adalah Siswa

mempengaruhi
meliputi

faktor

kelas XI SMK Tunas Bangsa Tawangsari

yang

dapat

Sukoharjo. Sampel pada penelitian ini

faktor

memberikan pengaruh langsng seperti

adalah

menawarkan rokok, membujuk untuk

Tawangsari Sukoharjo dengan cirri-ciri

merokok,

menggoda

siswa khusunya putra, berusia antara 15-

pengaruh tidak

19 tahun. Teknik pengambilan sampel

langsung seperti adanya model yang kuat

yang digunakan yaitu cluster random

di dalam lingkungannya seperti guru,

sampling. Peneliti melakukan penelitian

orang tua. Faktor psikologis, individu

pada kelas XI yang terdiri dari empat

yang

untuk

kelas dan berjumlah 112 siswa, yaitu

mendapatkan kesenangan, kenyamanan,

kelas teknik sepeda motor1, teknik sepeda

merasa lepas dari kegelisahan, dan juga

motor2, siswa teknik sepeda motor3,

untuk mendapatkan rasa percaya diri.

siswa teknik permesinan1.

menantang

untuk merokok dan

Faktor

merokok

biologis

dan

dilakukan

orang

yang

siswa

Alat

pernah

SMK

Tunas

pengumpul

data

Bangsa

yang

merasakan rokok maka akan mengalami

digunakan adalah skala interaksi teman

ketagihan sebagai dampak kadar nikotin

sebaya yang terdiri dari 40 aitem dan

di dalam darahnya. Faktor sosio cultural

skala perilaku merokok yang terdiri dari

meliputi kebiasaan masyarakat, tingkat

40 aitem.

ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan.

Adapun teknik statistik yang

Mutadin (2002) menambahkan faktor-

digunakan dalam penelitian ini adalah

faktor

perilaku

korelasi non parametrik kendall tau-b,

merokok terdiri dari pengaruh orang tua,

yaitu korelasi yang digunakan untuk

pengaruh teman, faktor kepribadian, dan

mencari hubungan atau uji signifikansi

pengaruh iklan.

hipotesis apabila tiap – tiap variable yang

METODE PENELITIAN

dihubungkan memiliki data yang sama.

yang

mempengaruhi

3

menggunakan

kepribadian, dan pengaruh iklan. Interaksi

pendekatan kuantitatif dengan variabel

teman sebaya yang positif kurang dapat

bebas interaksi teman sebaya dan variabel

menimbulkan perilaku merokok pada

tergantung perilaku merokok.

remaja, akan tetapi interaksi teman sebaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

yang negatif akan mempengaruhi perilaku

Berdasarkan hasil perhitungan teknik

merokok pada remaja. Sesuai dengan

analisis non parametrik Kendall tau-b

pendapat

diketahui bahwa tidak ada hubungan

menyatakan

antara interaksi teman sebaya dengan

sebaya dapat mengembangkan hubungan

perilaku merokok pada remaja yang

baru antara individu satu dan lain.

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi

Hubungan yang dikembangkan tersebut

(r) sebesar -0,108 dengan nilai Sig 0,101

dapat mengarah pada hal yang positif

(p>0,05) sehingga tidak ada hubungan

ataupun negatif. Remaja yang melakukan

antara interaksi teman sebaya dengan

interaksi dengan teman-teman yang baik

perilaku merokok pada remaja. Hasil

maka akan menjadi semakin baik, namun

penelitian tidak sesuai dengan hipotesis

sebaliknya

yang

ada

interaksi dengan teman sebaya yang

hubungan positif antara interaksi teman

memberi pengaruh buruk maka remaja

sebaya dengan perilaku merokok pada

tersebut akan mudah dalam melakukan

remaja. Interaksi teman sebaya bukanlah

hal-hal

satu – satunya faktor yang mempengaruhi

merokok.

perilaku

Komasari dan Helmi, 2006) tindakan

Penelitian

diajukan

ini

penulis,

merokok,

yaitu

melainkan

masih

Soetjiningsih
bahwa

remaja

(2010)

kelompok

yang

yang
teman

melakukan

menyimpang

seperti

perilaku

Menurut

Lewin

(dalam

terdapat faktor lain yang berkontribusi

merokok

dalam mempengaruhi perilaku merokok

lingkungan dan individu, artinya tindakan

seperti yang diungkapkan mutadin (2002)

merokok selain disebabkan faktor-faktor

yaitu

dari dalam diri juga disebabkan faktor

pengaruh

orang

tua,

faktor
4

merupakan

fungsi

dari

lingkungan. Faktor dalam diri remaja

kesenangan. Variabel perilaku merokok

seperti tindakan memberontak dan suka

memiliki Rerata Empirik (RE) sebesar

mengambil risiko turut mempengaruhi

67,40 dan rerata hipotetik (RH) sebesar

apakah remaja akan mulai merokok.

87,5 yang berarti subjek pada penelitian

Brigham (dalam Komalasari dan Helmi,

ini memiliki perilaku merokok yang

2006) menambahkan perilaku merokok

tergolong rendah. Kondisi ini dapat

bagi

perilaku

diinterpretasikan bahwa perilaku merokok

simbolisasi yaitu simbol dari kematangan,

pada remaja atau siswa tersebut tergolong

kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik

rendah. Perilaku merokok yang rendah

terhadap lawan jenis.

tersebut dimungkinkan karena adanya

remaja

merupakan

analisis

penerimaan

tanpa

syarat

terhadap

diketahui variabel interaksi teman sebaya

lingkungan

teman

sebaya.

Biasanya

mempunyai Rerata Empirik (RE) sebesar

remaja ditandai dengan emosi yang masih

83,35 dan rerata hipotetik (RH) sebesar

labil sehingga demi diterimanya seorang

62,5 yang berarti subjek dalam penelitian

individu dalam suatu kelompok ia akan

ini mempunyai interaksi teman sebaya

melakukan apapun yang diperintahkan

pada kategori tinggi. Kondisi ini dapat

oleh

diinterpretasikan bahwa interaksi teman

Komalasari

sebaya pada remaja atau siswa tersebut

mengungkapkan bahwa remaja merokok

tergolong tinggi.

lebih merupakan upaya-upaya untuk dapat

Berdasarkan

hasil

Tingginya

interaksi

teman sebaya tersebut dapat dipengaruhi
oleh

kesamaan

dalam kegiatan

kelompok
dan

teman
Helmi

sebayanya.
(2006)

diterima dilingkungannya.

dan
KESIMPULAN

kesenangan, seperti yang diungkapkan

Kesimpulan yang dapat diambil

Hurlock (2012) bahwa remaja cenderung

dari penelitian ini adalah:

membentuk interaksi teman sebaya yang
memiliki kesamaan dalam kegiatan dan
5

dalam kelompok, saling bekerja sama,

1. Tidak ada hubungan antara interaksi
teman
merokok

sebaya

dengan

pada

remaja.

serta memiliki frekuensi hubungan dalam

perilaku
Hal

kelompok yang positif.

ini

ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r)

2. Bagi orang tua diharapkan lebih

sebesar -0,108; p = 0,101 ; (p>0,05)

mengawasi

yang berarti Ha diterima dan Ho

dalam memilih teman dan melakukan

ditolak.

kegiatan-kegiatan

SMK

Tunas

memberikan pengertian tentang bahaya

rerata

merokok dan selalu mengawasi anak

hipotetik 62,5.

didik untuk tidak melakukan kegiatan

3. Tingkat perilaku merokok pada siswa
Tunas

Bangsa

merokok terutama diarea sekitar sekolah.

Tawangsari

4. Bagi peneliti lain yang akan melakukan

Sukoharjo tergolong rendah dengan
rerata empirik 67,40 dan

penelitian

rerata

diharapkan

hipotetik 87,5.

dengan

tema

mampu

kelemahan-kelemahan

SARAN

dalam

Saran yang dapat diberikan oleh

perilaku merokok dalam kategori sedang
atau tinggi diharapkan agar menghentikan
tersebut

yang
ini,

sama

memperbaiki

serta

mempengauhi perilaku merokok.

1.Bagi remaja atau siswa yang memiliki

merokok

penelitian

yang

terdapat
dapat

menggunakan variabel-variabel lain yang

peneliti adalah sebagai berikut:

kebiasaan

kelompok

3. Bagi sekolah diharapkan lebih banyak

Tawangsari tergolong tinggi dengan

SMK

dengan

dalam perilaku merokok.

Bangsa

rerata empirik 83,35 dan

anak-anaknya

teman sebaya agar tidak terjerumus ke

2. Tingkat interaksi teman sebaya pada
siswa

pergaulan

dengan

terbuka dan menerima kehadiran individu

6

DAFTAR RUJUKAN
Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan
tentang Rokok Pusat Kendali
Kesehatan
eksternal
dan
perilaku merokok. Jurnal
Sosial Humaniora. Vol. 16,
No. 1. Hal 49-56.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia
(Riskesdas). 2013.
Hurlock,

B.E.
(2012).Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Jaya, M. (2009). Pembunuh Berbahaya
Itu
Bernama
Rokok.
Yogyakarta: Riz’ma.
Komalasari, D & A.F.Helmi. (2006).
Faktor-Faktor
Penyebab
Perilaku
Merokok
pada
Remaja. Jurnal Psikologi.
No.28: 37-47.
Mutadin, Z. (2002). Remaja dan rokok.
e-psikologi.com. diakses pada
tanggal 25 april 2014 dari
http://www.epsikologi.com/arti
kel/individual/remaja-rokok.
Nainggolan R.A. (2009). Anda Mau
Berhenti
Merokok
Pasti
Berhasil. Bandung: Indonesia
Publishing Hause.
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
Wismanto,Y.B dan Sarwo,Y.B. (2007).
Strategi Penghentian Perilaku
Merokok.
Semarang:
Universitas
Katolik
Soegijapranata.

7