HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku merokok pada remaja.
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana
(S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
AYU ANGGARWATI
F 100 100 030
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
AYU ANGGARWATI
F 100 100 030
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
Ayu Anggarwati
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ayu.anggar@ymail.com
Abstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman
sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Peneliti memilih metode kuantitatif untuk
mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian ini diambil dari siswa kelas XI SMK
Tunas Bangsa Tawangsari Sukoharjo yang terdiri dari empat kelas. Teknik penelitian
menggunakan Cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala interaksi
teman sebaya dan skala perilaku merokok yang dianalisis dengan korelasi Kendall tau-b.
Hasil analisis non parametrik kendall tau-b diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
-0,108 dengan signifikansi p = 0,101(p >0,05) artinya tidak ada hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja.
Kata kunci : Interaksi teman sebaya, perilaku merokok .
(2009) perilaku merokok adalah perilaku
Fenomena yang sering dilihat di
beberapa taun terakhir ini yaitu perilaku
menghisap
merokok pada remaja. Tidak sulit mencari
terbalut daun nipah atau kertas. Data
remaja perokok di era abad ke- 21 ini,
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
dapat
di tempat-tempat
Perilaku merokok penduduk usia 15 tahun
nongkrong sehabis pulang sekolah, halte
ke atas masih belum terjadi penurunan
bus, warung makan, bahkan tempat-
dari 2007 sebesar 34,2 persen menjadi
tempat
menurut
36,3 persen pada tahun 2013. 64,9 persen
Soetjiningsih (2010) merupakan suatu
laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih
kebiasaan
memberikan
menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan
kenikmatan bagi si perokok, akan tetapi
1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9
juga menimbulkan dampak buruk baik
persen perokok pada kelompok tidak
bagi si perokok itu sendiri maupun
bekerja. Remaja perokok pada awalnya
lingkungan disekitarnya. Menurut Jaya
hanya ikut-ikutan dengan teman, iseng,
kita jumpai
olahraga.
yang
Merokok
dapat
1
gulungan
tembakau
yang
berani ambil resiko, karena bosan dan
merupakan orang paling dekat dalam
supaya kelihatan seperti orang dewasa
kehidupan sosial mereka. Remaja selalu
(Nainggolan,2009)
lama-
berusaha untuk menyamai dengan teman
kelamaan hal tersebut menjadi suatu
sebayanya dan menerima semua pengaruh
kebiasaan yang sulit untuk dihindari dan
dari
dihentikan,
diberikan oleh teman sebaya dapat berupa
karena
hal
dampak
akan
tetapi
tersebut
disebabkan
ketergantungan
teman
sebaya.
Pengaruh
yang
pengaruh positif maupun negatif.
yang
Wismanto
ditimbulkan oleh rokok. Selain itu remaja
(2007)
yang merokok biasanya demi diterimanya
mengklasifikasikan perokok berdasarkan
dalam suatu kelompok teman sebaya, usia
banyaknya rokok yang dihisap yaitu, 1)
remaja merupakan usia yang masih
Perokok sangat berat yang menghisap
memiliki emosi yang labil sehingga demi
lebih dari 31 batang rokok dalam sehari
diterimanya dalam suatu kelompok teman
dan selang merokoknya 5 menit setelah
sebaya
apapun
bangun pagi. 2) Perokok berat yang
meskipun menyimpang. Seperti yang
menghisap sekitar 21-30 batang rokok
diungkapkan Hurlock (2012) Sebagian
perhari dengan selang waktu sejak bangun
besar remaja ingin diterima oleh teman-
pagi berkisar 6-30 menit. 3) Perokok
teman sebayanya, tetapi sering kali
sedang yang menghisap sekitar 11-21
diperoleh dengan perilaku yang tidak
batang rokok perhari dengan selang waktu
bertanggung jawab salah satunya perilaku
31-60 menit setelah bangun pagi. 4)
merokok.
dengan
Perokok ringan yang menghisap sekitar
penelitian yang dilakukan oleh Chotidjah
10 batang rokok perhari dengan selang
(2012) Sebagian besar perokok remaja
waktu 60 menit dari bangun pagi.
ia
akan
Hal
melakukan
ini
sesuai
pertama mengenal rokok dari temanteman
mereka
(63,63%),
Hansen
orangtua
Wismanto,2007)
(16,36%) dan keluarga (12,72%) yang
2
et
al
menyatakan
(dalam
bahwa
faktor-faktor
perilaku
yang
merokok
lingkungan,
Subjek penelitian ini adalah Siswa
mempengaruhi
meliputi
faktor
kelas XI SMK Tunas Bangsa Tawangsari
yang
dapat
Sukoharjo. Sampel pada penelitian ini
faktor
memberikan pengaruh langsng seperti
adalah
menawarkan rokok, membujuk untuk
Tawangsari Sukoharjo dengan cirri-ciri
merokok,
menggoda
siswa khusunya putra, berusia antara 15-
pengaruh tidak
19 tahun. Teknik pengambilan sampel
langsung seperti adanya model yang kuat
yang digunakan yaitu cluster random
di dalam lingkungannya seperti guru,
sampling. Peneliti melakukan penelitian
orang tua. Faktor psikologis, individu
pada kelas XI yang terdiri dari empat
yang
untuk
kelas dan berjumlah 112 siswa, yaitu
mendapatkan kesenangan, kenyamanan,
kelas teknik sepeda motor1, teknik sepeda
merasa lepas dari kegelisahan, dan juga
motor2, siswa teknik sepeda motor3,
untuk mendapatkan rasa percaya diri.
siswa teknik permesinan1.
menantang
untuk merokok dan
Faktor
merokok
biologis
dan
dilakukan
orang
yang
siswa
Alat
pernah
SMK
Tunas
pengumpul
data
Bangsa
yang
merasakan rokok maka akan mengalami
digunakan adalah skala interaksi teman
ketagihan sebagai dampak kadar nikotin
sebaya yang terdiri dari 40 aitem dan
di dalam darahnya. Faktor sosio cultural
skala perilaku merokok yang terdiri dari
meliputi kebiasaan masyarakat, tingkat
40 aitem.
ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan.
Adapun teknik statistik yang
Mutadin (2002) menambahkan faktor-
digunakan dalam penelitian ini adalah
faktor
perilaku
korelasi non parametrik kendall tau-b,
merokok terdiri dari pengaruh orang tua,
yaitu korelasi yang digunakan untuk
pengaruh teman, faktor kepribadian, dan
mencari hubungan atau uji signifikansi
pengaruh iklan.
hipotesis apabila tiap – tiap variable yang
METODE PENELITIAN
dihubungkan memiliki data yang sama.
yang
mempengaruhi
3
menggunakan
kepribadian, dan pengaruh iklan. Interaksi
pendekatan kuantitatif dengan variabel
teman sebaya yang positif kurang dapat
bebas interaksi teman sebaya dan variabel
menimbulkan perilaku merokok pada
tergantung perilaku merokok.
remaja, akan tetapi interaksi teman sebaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang negatif akan mempengaruhi perilaku
Berdasarkan hasil perhitungan teknik
merokok pada remaja. Sesuai dengan
analisis non parametrik Kendall tau-b
pendapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan
menyatakan
antara interaksi teman sebaya dengan
sebaya dapat mengembangkan hubungan
perilaku merokok pada remaja yang
baru antara individu satu dan lain.
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi
Hubungan yang dikembangkan tersebut
(r) sebesar -0,108 dengan nilai Sig 0,101
dapat mengarah pada hal yang positif
(p>0,05) sehingga tidak ada hubungan
ataupun negatif. Remaja yang melakukan
antara interaksi teman sebaya dengan
interaksi dengan teman-teman yang baik
perilaku merokok pada remaja. Hasil
maka akan menjadi semakin baik, namun
penelitian tidak sesuai dengan hipotesis
sebaliknya
yang
ada
interaksi dengan teman sebaya yang
hubungan positif antara interaksi teman
memberi pengaruh buruk maka remaja
sebaya dengan perilaku merokok pada
tersebut akan mudah dalam melakukan
remaja. Interaksi teman sebaya bukanlah
hal-hal
satu – satunya faktor yang mempengaruhi
merokok.
perilaku
Komasari dan Helmi, 2006) tindakan
Penelitian
diajukan
ini
penulis,
merokok,
yaitu
melainkan
masih
Soetjiningsih
bahwa
remaja
(2010)
kelompok
yang
yang
teman
melakukan
menyimpang
seperti
perilaku
Menurut
Lewin
(dalam
terdapat faktor lain yang berkontribusi
merokok
dalam mempengaruhi perilaku merokok
lingkungan dan individu, artinya tindakan
seperti yang diungkapkan mutadin (2002)
merokok selain disebabkan faktor-faktor
yaitu
dari dalam diri juga disebabkan faktor
pengaruh
orang
tua,
faktor
4
merupakan
fungsi
dari
lingkungan. Faktor dalam diri remaja
kesenangan. Variabel perilaku merokok
seperti tindakan memberontak dan suka
memiliki Rerata Empirik (RE) sebesar
mengambil risiko turut mempengaruhi
67,40 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
apakah remaja akan mulai merokok.
87,5 yang berarti subjek pada penelitian
Brigham (dalam Komalasari dan Helmi,
ini memiliki perilaku merokok yang
2006) menambahkan perilaku merokok
tergolong rendah. Kondisi ini dapat
bagi
perilaku
diinterpretasikan bahwa perilaku merokok
simbolisasi yaitu simbol dari kematangan,
pada remaja atau siswa tersebut tergolong
kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik
rendah. Perilaku merokok yang rendah
terhadap lawan jenis.
tersebut dimungkinkan karena adanya
remaja
merupakan
analisis
penerimaan
tanpa
syarat
terhadap
diketahui variabel interaksi teman sebaya
lingkungan
teman
sebaya.
Biasanya
mempunyai Rerata Empirik (RE) sebesar
remaja ditandai dengan emosi yang masih
83,35 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
labil sehingga demi diterimanya seorang
62,5 yang berarti subjek dalam penelitian
individu dalam suatu kelompok ia akan
ini mempunyai interaksi teman sebaya
melakukan apapun yang diperintahkan
pada kategori tinggi. Kondisi ini dapat
oleh
diinterpretasikan bahwa interaksi teman
Komalasari
sebaya pada remaja atau siswa tersebut
mengungkapkan bahwa remaja merokok
tergolong tinggi.
lebih merupakan upaya-upaya untuk dapat
Berdasarkan
hasil
Tingginya
interaksi
teman sebaya tersebut dapat dipengaruhi
oleh
kesamaan
dalam kegiatan
kelompok
dan
teman
Helmi
sebayanya.
(2006)
diterima dilingkungannya.
dan
KESIMPULAN
kesenangan, seperti yang diungkapkan
Kesimpulan yang dapat diambil
Hurlock (2012) bahwa remaja cenderung
dari penelitian ini adalah:
membentuk interaksi teman sebaya yang
memiliki kesamaan dalam kegiatan dan
5
dalam kelompok, saling bekerja sama,
1. Tidak ada hubungan antara interaksi
teman
merokok
sebaya
dengan
pada
remaja.
serta memiliki frekuensi hubungan dalam
perilaku
Hal
kelompok yang positif.
ini
ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r)
2. Bagi orang tua diharapkan lebih
sebesar -0,108; p = 0,101 ; (p>0,05)
mengawasi
yang berarti Ha diterima dan Ho
dalam memilih teman dan melakukan
ditolak.
kegiatan-kegiatan
SMK
Tunas
memberikan pengertian tentang bahaya
rerata
merokok dan selalu mengawasi anak
hipotetik 62,5.
didik untuk tidak melakukan kegiatan
3. Tingkat perilaku merokok pada siswa
Tunas
Bangsa
merokok terutama diarea sekitar sekolah.
Tawangsari
4. Bagi peneliti lain yang akan melakukan
Sukoharjo tergolong rendah dengan
rerata empirik 67,40 dan
penelitian
rerata
diharapkan
hipotetik 87,5.
dengan
tema
mampu
kelemahan-kelemahan
SARAN
dalam
Saran yang dapat diberikan oleh
perilaku merokok dalam kategori sedang
atau tinggi diharapkan agar menghentikan
tersebut
yang
ini,
sama
memperbaiki
serta
mempengauhi perilaku merokok.
1.Bagi remaja atau siswa yang memiliki
merokok
penelitian
yang
terdapat
dapat
menggunakan variabel-variabel lain yang
peneliti adalah sebagai berikut:
kebiasaan
kelompok
3. Bagi sekolah diharapkan lebih banyak
Tawangsari tergolong tinggi dengan
SMK
dengan
dalam perilaku merokok.
Bangsa
rerata empirik 83,35 dan
anak-anaknya
teman sebaya agar tidak terjerumus ke
2. Tingkat interaksi teman sebaya pada
siswa
pergaulan
dengan
terbuka dan menerima kehadiran individu
6
DAFTAR RUJUKAN
Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan
tentang Rokok Pusat Kendali
Kesehatan
eksternal
dan
perilaku merokok. Jurnal
Sosial Humaniora. Vol. 16,
No. 1. Hal 49-56.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia
(Riskesdas). 2013.
Hurlock,
B.E.
(2012).Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Jaya, M. (2009). Pembunuh Berbahaya
Itu
Bernama
Rokok.
Yogyakarta: Riz’ma.
Komalasari, D & A.F.Helmi. (2006).
Faktor-Faktor
Penyebab
Perilaku
Merokok
pada
Remaja. Jurnal Psikologi.
No.28: 37-47.
Mutadin, Z. (2002). Remaja dan rokok.
e-psikologi.com. diakses pada
tanggal 25 april 2014 dari
http://www.epsikologi.com/arti
kel/individual/remaja-rokok.
Nainggolan R.A. (2009). Anda Mau
Berhenti
Merokok
Pasti
Berhasil. Bandung: Indonesia
Publishing Hause.
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
Wismanto,Y.B dan Sarwo,Y.B. (2007).
Strategi Penghentian Perilaku
Merokok.
Semarang:
Universitas
Katolik
Soegijapranata.
7
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana
(S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
AYU ANGGARWATI
F 100 100 030
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
AYU ANGGARWATI
F 100 100 030
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
Ayu Anggarwati
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ayu.anggar@ymail.com
Abstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman
sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Peneliti memilih metode kuantitatif untuk
mencapai tujuan penelitian ini. Subjek penelitian ini diambil dari siswa kelas XI SMK
Tunas Bangsa Tawangsari Sukoharjo yang terdiri dari empat kelas. Teknik penelitian
menggunakan Cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala interaksi
teman sebaya dan skala perilaku merokok yang dianalisis dengan korelasi Kendall tau-b.
Hasil analisis non parametrik kendall tau-b diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
-0,108 dengan signifikansi p = 0,101(p >0,05) artinya tidak ada hubungan antara
interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja.
Kata kunci : Interaksi teman sebaya, perilaku merokok .
(2009) perilaku merokok adalah perilaku
Fenomena yang sering dilihat di
beberapa taun terakhir ini yaitu perilaku
menghisap
merokok pada remaja. Tidak sulit mencari
terbalut daun nipah atau kertas. Data
remaja perokok di era abad ke- 21 ini,
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
dapat
di tempat-tempat
Perilaku merokok penduduk usia 15 tahun
nongkrong sehabis pulang sekolah, halte
ke atas masih belum terjadi penurunan
bus, warung makan, bahkan tempat-
dari 2007 sebesar 34,2 persen menjadi
tempat
menurut
36,3 persen pada tahun 2013. 64,9 persen
Soetjiningsih (2010) merupakan suatu
laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih
kebiasaan
memberikan
menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan
kenikmatan bagi si perokok, akan tetapi
1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9
juga menimbulkan dampak buruk baik
persen perokok pada kelompok tidak
bagi si perokok itu sendiri maupun
bekerja. Remaja perokok pada awalnya
lingkungan disekitarnya. Menurut Jaya
hanya ikut-ikutan dengan teman, iseng,
kita jumpai
olahraga.
yang
Merokok
dapat
1
gulungan
tembakau
yang
berani ambil resiko, karena bosan dan
merupakan orang paling dekat dalam
supaya kelihatan seperti orang dewasa
kehidupan sosial mereka. Remaja selalu
(Nainggolan,2009)
lama-
berusaha untuk menyamai dengan teman
kelamaan hal tersebut menjadi suatu
sebayanya dan menerima semua pengaruh
kebiasaan yang sulit untuk dihindari dan
dari
dihentikan,
diberikan oleh teman sebaya dapat berupa
karena
hal
dampak
akan
tetapi
tersebut
disebabkan
ketergantungan
teman
sebaya.
Pengaruh
yang
pengaruh positif maupun negatif.
yang
Wismanto
ditimbulkan oleh rokok. Selain itu remaja
(2007)
yang merokok biasanya demi diterimanya
mengklasifikasikan perokok berdasarkan
dalam suatu kelompok teman sebaya, usia
banyaknya rokok yang dihisap yaitu, 1)
remaja merupakan usia yang masih
Perokok sangat berat yang menghisap
memiliki emosi yang labil sehingga demi
lebih dari 31 batang rokok dalam sehari
diterimanya dalam suatu kelompok teman
dan selang merokoknya 5 menit setelah
sebaya
apapun
bangun pagi. 2) Perokok berat yang
meskipun menyimpang. Seperti yang
menghisap sekitar 21-30 batang rokok
diungkapkan Hurlock (2012) Sebagian
perhari dengan selang waktu sejak bangun
besar remaja ingin diterima oleh teman-
pagi berkisar 6-30 menit. 3) Perokok
teman sebayanya, tetapi sering kali
sedang yang menghisap sekitar 11-21
diperoleh dengan perilaku yang tidak
batang rokok perhari dengan selang waktu
bertanggung jawab salah satunya perilaku
31-60 menit setelah bangun pagi. 4)
merokok.
dengan
Perokok ringan yang menghisap sekitar
penelitian yang dilakukan oleh Chotidjah
10 batang rokok perhari dengan selang
(2012) Sebagian besar perokok remaja
waktu 60 menit dari bangun pagi.
ia
akan
Hal
melakukan
ini
sesuai
pertama mengenal rokok dari temanteman
mereka
(63,63%),
Hansen
orangtua
Wismanto,2007)
(16,36%) dan keluarga (12,72%) yang
2
et
al
menyatakan
(dalam
bahwa
faktor-faktor
perilaku
yang
merokok
lingkungan,
Subjek penelitian ini adalah Siswa
mempengaruhi
meliputi
faktor
kelas XI SMK Tunas Bangsa Tawangsari
yang
dapat
Sukoharjo. Sampel pada penelitian ini
faktor
memberikan pengaruh langsng seperti
adalah
menawarkan rokok, membujuk untuk
Tawangsari Sukoharjo dengan cirri-ciri
merokok,
menggoda
siswa khusunya putra, berusia antara 15-
pengaruh tidak
19 tahun. Teknik pengambilan sampel
langsung seperti adanya model yang kuat
yang digunakan yaitu cluster random
di dalam lingkungannya seperti guru,
sampling. Peneliti melakukan penelitian
orang tua. Faktor psikologis, individu
pada kelas XI yang terdiri dari empat
yang
untuk
kelas dan berjumlah 112 siswa, yaitu
mendapatkan kesenangan, kenyamanan,
kelas teknik sepeda motor1, teknik sepeda
merasa lepas dari kegelisahan, dan juga
motor2, siswa teknik sepeda motor3,
untuk mendapatkan rasa percaya diri.
siswa teknik permesinan1.
menantang
untuk merokok dan
Faktor
merokok
biologis
dan
dilakukan
orang
yang
siswa
Alat
pernah
SMK
Tunas
pengumpul
data
Bangsa
yang
merasakan rokok maka akan mengalami
digunakan adalah skala interaksi teman
ketagihan sebagai dampak kadar nikotin
sebaya yang terdiri dari 40 aitem dan
di dalam darahnya. Faktor sosio cultural
skala perilaku merokok yang terdiri dari
meliputi kebiasaan masyarakat, tingkat
40 aitem.
ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan.
Adapun teknik statistik yang
Mutadin (2002) menambahkan faktor-
digunakan dalam penelitian ini adalah
faktor
perilaku
korelasi non parametrik kendall tau-b,
merokok terdiri dari pengaruh orang tua,
yaitu korelasi yang digunakan untuk
pengaruh teman, faktor kepribadian, dan
mencari hubungan atau uji signifikansi
pengaruh iklan.
hipotesis apabila tiap – tiap variable yang
METODE PENELITIAN
dihubungkan memiliki data yang sama.
yang
mempengaruhi
3
menggunakan
kepribadian, dan pengaruh iklan. Interaksi
pendekatan kuantitatif dengan variabel
teman sebaya yang positif kurang dapat
bebas interaksi teman sebaya dan variabel
menimbulkan perilaku merokok pada
tergantung perilaku merokok.
remaja, akan tetapi interaksi teman sebaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang negatif akan mempengaruhi perilaku
Berdasarkan hasil perhitungan teknik
merokok pada remaja. Sesuai dengan
analisis non parametrik Kendall tau-b
pendapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan
menyatakan
antara interaksi teman sebaya dengan
sebaya dapat mengembangkan hubungan
perilaku merokok pada remaja yang
baru antara individu satu dan lain.
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi
Hubungan yang dikembangkan tersebut
(r) sebesar -0,108 dengan nilai Sig 0,101
dapat mengarah pada hal yang positif
(p>0,05) sehingga tidak ada hubungan
ataupun negatif. Remaja yang melakukan
antara interaksi teman sebaya dengan
interaksi dengan teman-teman yang baik
perilaku merokok pada remaja. Hasil
maka akan menjadi semakin baik, namun
penelitian tidak sesuai dengan hipotesis
sebaliknya
yang
ada
interaksi dengan teman sebaya yang
hubungan positif antara interaksi teman
memberi pengaruh buruk maka remaja
sebaya dengan perilaku merokok pada
tersebut akan mudah dalam melakukan
remaja. Interaksi teman sebaya bukanlah
hal-hal
satu – satunya faktor yang mempengaruhi
merokok.
perilaku
Komasari dan Helmi, 2006) tindakan
Penelitian
diajukan
ini
penulis,
merokok,
yaitu
melainkan
masih
Soetjiningsih
bahwa
remaja
(2010)
kelompok
yang
yang
teman
melakukan
menyimpang
seperti
perilaku
Menurut
Lewin
(dalam
terdapat faktor lain yang berkontribusi
merokok
dalam mempengaruhi perilaku merokok
lingkungan dan individu, artinya tindakan
seperti yang diungkapkan mutadin (2002)
merokok selain disebabkan faktor-faktor
yaitu
dari dalam diri juga disebabkan faktor
pengaruh
orang
tua,
faktor
4
merupakan
fungsi
dari
lingkungan. Faktor dalam diri remaja
kesenangan. Variabel perilaku merokok
seperti tindakan memberontak dan suka
memiliki Rerata Empirik (RE) sebesar
mengambil risiko turut mempengaruhi
67,40 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
apakah remaja akan mulai merokok.
87,5 yang berarti subjek pada penelitian
Brigham (dalam Komalasari dan Helmi,
ini memiliki perilaku merokok yang
2006) menambahkan perilaku merokok
tergolong rendah. Kondisi ini dapat
bagi
perilaku
diinterpretasikan bahwa perilaku merokok
simbolisasi yaitu simbol dari kematangan,
pada remaja atau siswa tersebut tergolong
kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik
rendah. Perilaku merokok yang rendah
terhadap lawan jenis.
tersebut dimungkinkan karena adanya
remaja
merupakan
analisis
penerimaan
tanpa
syarat
terhadap
diketahui variabel interaksi teman sebaya
lingkungan
teman
sebaya.
Biasanya
mempunyai Rerata Empirik (RE) sebesar
remaja ditandai dengan emosi yang masih
83,35 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
labil sehingga demi diterimanya seorang
62,5 yang berarti subjek dalam penelitian
individu dalam suatu kelompok ia akan
ini mempunyai interaksi teman sebaya
melakukan apapun yang diperintahkan
pada kategori tinggi. Kondisi ini dapat
oleh
diinterpretasikan bahwa interaksi teman
Komalasari
sebaya pada remaja atau siswa tersebut
mengungkapkan bahwa remaja merokok
tergolong tinggi.
lebih merupakan upaya-upaya untuk dapat
Berdasarkan
hasil
Tingginya
interaksi
teman sebaya tersebut dapat dipengaruhi
oleh
kesamaan
dalam kegiatan
kelompok
dan
teman
Helmi
sebayanya.
(2006)
diterima dilingkungannya.
dan
KESIMPULAN
kesenangan, seperti yang diungkapkan
Kesimpulan yang dapat diambil
Hurlock (2012) bahwa remaja cenderung
dari penelitian ini adalah:
membentuk interaksi teman sebaya yang
memiliki kesamaan dalam kegiatan dan
5
dalam kelompok, saling bekerja sama,
1. Tidak ada hubungan antara interaksi
teman
merokok
sebaya
dengan
pada
remaja.
serta memiliki frekuensi hubungan dalam
perilaku
Hal
kelompok yang positif.
ini
ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r)
2. Bagi orang tua diharapkan lebih
sebesar -0,108; p = 0,101 ; (p>0,05)
mengawasi
yang berarti Ha diterima dan Ho
dalam memilih teman dan melakukan
ditolak.
kegiatan-kegiatan
SMK
Tunas
memberikan pengertian tentang bahaya
rerata
merokok dan selalu mengawasi anak
hipotetik 62,5.
didik untuk tidak melakukan kegiatan
3. Tingkat perilaku merokok pada siswa
Tunas
Bangsa
merokok terutama diarea sekitar sekolah.
Tawangsari
4. Bagi peneliti lain yang akan melakukan
Sukoharjo tergolong rendah dengan
rerata empirik 67,40 dan
penelitian
rerata
diharapkan
hipotetik 87,5.
dengan
tema
mampu
kelemahan-kelemahan
SARAN
dalam
Saran yang dapat diberikan oleh
perilaku merokok dalam kategori sedang
atau tinggi diharapkan agar menghentikan
tersebut
yang
ini,
sama
memperbaiki
serta
mempengauhi perilaku merokok.
1.Bagi remaja atau siswa yang memiliki
merokok
penelitian
yang
terdapat
dapat
menggunakan variabel-variabel lain yang
peneliti adalah sebagai berikut:
kebiasaan
kelompok
3. Bagi sekolah diharapkan lebih banyak
Tawangsari tergolong tinggi dengan
SMK
dengan
dalam perilaku merokok.
Bangsa
rerata empirik 83,35 dan
anak-anaknya
teman sebaya agar tidak terjerumus ke
2. Tingkat interaksi teman sebaya pada
siswa
pergaulan
dengan
terbuka dan menerima kehadiran individu
6
DAFTAR RUJUKAN
Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan
tentang Rokok Pusat Kendali
Kesehatan
eksternal
dan
perilaku merokok. Jurnal
Sosial Humaniora. Vol. 16,
No. 1. Hal 49-56.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia
(Riskesdas). 2013.
Hurlock,
B.E.
(2012).Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Jaya, M. (2009). Pembunuh Berbahaya
Itu
Bernama
Rokok.
Yogyakarta: Riz’ma.
Komalasari, D & A.F.Helmi. (2006).
Faktor-Faktor
Penyebab
Perilaku
Merokok
pada
Remaja. Jurnal Psikologi.
No.28: 37-47.
Mutadin, Z. (2002). Remaja dan rokok.
e-psikologi.com. diakses pada
tanggal 25 april 2014 dari
http://www.epsikologi.com/arti
kel/individual/remaja-rokok.
Nainggolan R.A. (2009). Anda Mau
Berhenti
Merokok
Pasti
Berhasil. Bandung: Indonesia
Publishing Hause.
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
Wismanto,Y.B dan Sarwo,Y.B. (2007).
Strategi Penghentian Perilaku
Merokok.
Semarang:
Universitas
Katolik
Soegijapranata.
7