BENTUK DAN PENYAJIAN MUSIK GONDANG MANGALIAT DALAM UPACARA ADAT PANANGKOK SARING SARING DI DESA SABULAN KECAMATAN SITIOTIO KABUPATEN SAMOSIR.

BENTUK DAN PENYAJIAN MUSIK GONDANG
MANGALIAT DALAM UPACARA ADAT
PANANGKOK SARING SARING DI DESA
SABULAN KECAMATAN SITIOTIO
KABUPATEN SAMOSIR
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh :

LERIN R SITOHANG
NIM 2103140025

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Yesus
Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Bentuk dan Penyajian Musik Gondang
Mangaliat Dalam Upacara Adat Panangkok Saring Saring di Desa Sabulan Kecamatan Sitiotio
Kabupaten Samosir”.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari Skripsi ini
masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyampaian ide penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Dalam proses penulisan Skripsi ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun
berkat doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Medan
3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
4. Panji Suroso S.Pd,M.Si selaku Ketua Program Studi Seni Musik dan selaku Dosen
Pembimbing II
5. Dra. Pita H.D Silitonga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I

6. Seluruh Dosen Sendratasik yang selama ini telah mendidik penulis dalam perkuliahan.
7. Teristimewa buat kedua orang tua penulis, Ayahanda Hotmangadar Sitohang dan Ibunda
Melynar Rajagukguk yang selalu luar biasa memberi dukungan, semangat, doa bahkan
materi yang tidak terhitung jumlahnya kepada penulis, begitu juga dengan adik-adik
penulis yang tercinta Echa Risti Sitohang Am.Keb, Fanjosafat Sitohang dan Miranda
Sitohang yang juga selalu memberikan motivasi dan mendoakan penulis dalam
mendukung penyelesaian Skripsi ini.
8. Narasumber - narasumber yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian
Skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di kost 5A, Risna, Christin, Jojor, Jeje, Bitara, Wahyu,
Melva, kak Lisa, kak Norlin, kak Chika, kak Juli, kak Desi, bg Wirsan, bg Hendrik dan
Ibu Marpaung terima kasih buat doa dan motivasinya.
10. Teman-teman PPLT SMA N 2 Kabanjahe, teman-teman GEMAS dan seluruh temanteman Paduan Suara El-senyor yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
11. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan Skripsi dan seluruh teman-teman Seni
Musik stambuk 2010 Abdon, Risna, Dina, Putri, Devi, Deasy, Yose, Octa, Narita, Gusti,
Desi, Anton, Well, Frans, Patar, dan yang lainnya khususnya teman-teman Paduan Suara
Vivace, terima kasih buat suka duka dan kebersamaan yang kita lewati bersama.
12. Johan Wijaya Simangunsong, terima kasih buat doa, kasih dan motivasi dalam
penyelesaian Skripsi ini, tetap semangat.


Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut serta
mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini. Semoga Tuhan memberikan berkat yang
melimpah kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, kepada penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan,

September 2014

Lerin R Sitohang
Nim. 2103140025

ABSTRAK

Lerin R Sitohang. NIM 2103140025. Bentuk dan Penyajian Musik Gondang
Mangaliat Dalam Upacara Adat Panangkok Saring Saring Di Desa Sabulan
Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Medan 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan Gondang Mangaliat di desa Sabulan,
bentuk penyajian musik Gondang Mangaliat dan bentuk musik Gondang Mangaliat dalam

upacara adat panangkok saring-saring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir.
Penelitian ini berdasarkan landasan teoritis yang menjelaskan pengertian keberadaan, pengertian
bentuk penyajian, pengertian bentuk musik, pengertian gondang mangaliat, pengertian upacara
adat dan pengertian panangkok saring-saring.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian
ini adalah penatuah adat atau raja bius, perwakilan pihak keluarga yang melaksanakan upacara
adat, pargonsi atau pemain musik yang memainkan reportoar Gondang mangaliat yang
merupakan warga desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan metode observasi atau pengamatan, wawancara, audiovisual dan studi
kepustakaan. Penelitian ini mengambil lokasi di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten
Samosir dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Gondang Mangaliat di desa sabulan masih
berperan penting dalam setiap acara adat di desa Sabulan yang dapat dilihat dari fungsinya
terutama dalam acara adat Panangkok saring-saring untuk mengiringi tortor ketika mengantar
peti ke lokasi makam yang baru, mengiringi tortor pihak hula-hula ketika menyerahkan rudangrudang dan mengiringi tortor bona hasuhutan yang akan membawa rudang-rudang ke dalam
rumah. Bentuk penyajian gondang dimainkan dengan menggunakan ansambel gondang
sabangunan , ansambel ini memainkan reportoar gondang sipitu dalam acara panangkok saringsaring salah satunya adalah gondang mangaliat yang memiliki peran paling penting dalam
rangkaian acara tersebut. Bentuk musik Gondang Sipitu khususnya gondang mangaliat
menonjolkan melodi yang dimainkan dengan alat musik sarune bolon dan alat musik lainnya
taganing, ogung, hesek berfungsi sebagai pengiring melodi dengan nilai dan tempo ketukan yang

berbeda tiap instrument.

Kata kunci : Bentuk, dan Penyajian, Musik Gondang Mangaliat, Panangkok Saring-saring

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15

Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28

Desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir
Acara Martonggo Raja/Marria untuk menentukan tanggal upacara adat
Ibadah singkat yang dipimpin oleh pemimpin gereja
Pemberian demban/napuran (sirih)
Pihak keluarga melemparkan uang ke dalam makam
Tulang belulang dibersihkan

Tulang belulang dengan air sirih dan air jeruk purut sebelum dijemur
Tulang belulang dijemur di halaman rumah
Parhobas mulai bekerja
Para undangan dan hula-hula mulai berdatangan
Satu persatu peti dikeluarkan dari rumah
Peti berisi saring-saring sebelum acara manampin
Acara Manampin atau pemberian ulos
Pihak keturunan boru yang bertugas mengusung peti berisi saring-saring
Pihak keturunan boru manortor diiringi Gondang Mangaliat
Peti yang berisi saring-saring dibawa menuju lokasi makam yang baru
Ulos yang diletakkan di atas peti diambil kembali oleh pihak Hasuhuton
Pihak yang berisi saring-saring dimasukkan ke dalam makam yang baru
Sepatah dua kata kepada hasuhuton berupa berkat dari pihak Hula-hula
Tambatan atau rudang-rudang di tengah halaman yang dikelilingi selama acara
Mambagi Jambar
Acara pasahathon ulos
Hula-hula marga Pandiangan membawa rudang-rudang kepada Hasuhuton
Hula-hula marga Sitinjak yang akan menyerahkan rudang-rudang
Setiap rombongan dari masing-masing marga membawa beras
Hula-hula manortor untuk menyerahkan rudang-rudang kepada Hasuhuton

Hasuhuton telah menerima rudang-rudang dan manortor membawa ke rumah
Rudang-rudang yang sudah dimasukkan ke dalam rumah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat
dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang di alami oleh setiap masyarakat dalam
kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya kita melihat adanya berbagai macam hal yang
tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya, hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi
Indonesia yang telah banyak di kenal oleh negara-negara lain atau manca negara. Setiap suku di
negara Indonesia memiliki budaya yang berbeda, termasuk adat istiadat, musik dan bahasa.
Budaya dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang diturunkan secara turun
temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya adalah budaya pada suku Batak yang merupakan suku yang hidup dan berkembang di
provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari

Batak Simalungun, Batak Karo, Batak


Mandailing, Batak Pakpak Dairi dan Batak Toba. Suku Batak Toba yang pada umumnya
mendiami wilayah di sekitar danau Toba khususnya Kabupaten Samosir.
Dalam adat suku Batak Toba terdapat upacara-upacara atau pesta adat yang unik,
menarik dan tidak dimiliki oleh suku lain, walaupun dalam suku lain terdapat adat seperti ini
namun bentuk dan pelaksanaannya sudah pasti berbeda. Pesta adat dalam suku Batak Toba
1

misalnya pesta adat pernikahan, pesta adat kematian baik sari matua ataupun saur matua, pesta

ada syukuran panen (Gotilon), pesta adat sulang-sulang pahompu, pesta adat sulang hariapan,
dan salah satunya pesta adat panangkok saring-saring.
Acara adat Mangongkal holi merupakan bagian dari adat Panangkok saring-saring.
Acara ini dilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya, masyarakat
batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur ,mengingatkan dan
memberi petuah. Tetapi sebaliknya roh tersebut juga dapat mendatangkan bahaya, kesusahan,
bencana, penyakit dan kematian jika keturunannya tidak berbuat baik, hal ini merupakan bentuk
penghormatan atau pemujaan terhadap nenek moyang. Kepercayaan ini mendorong suku batak
toba untuk menjalin hubungan yang erat dengan nenek moyangnya.
Bentuk penghormatan atau pemujaan tersebut ditampakkan dalam ritus atau upacara

besar. Mangongkal holi merupakan salah satu upacara adat suku batak toba, mangongkal artinya
menggali, sedangkan holi artinya adalah tulang belulang maka dapat disebut dengan menggali
tulang belulang, kemudian tulang belulang dipindahkan ke dalam peti dan dimasukkan ke dalam
kuburan yang baru. Upacara adat pengangkatan atau memindahkan tulang belulang ke makam
yang baru disebut dengan upacara adat panangkok saring-saring. Pelaksanaan upacara adat ini
jika tidak menggunakan musik berupa gondang maka pesta tersebut disebut dengan pesta hundul
atau partangiangan akan tetapi proses adatnya dengan upacara adat panangkok saring-saring
ketika menggunakan musik berupa gondang tetap sama, hanya saja tidak ada acara manortor
dalam upacara adat tersebut, sehingga proses upacara adat panangkok saring-saring tersebut
terlaksana

dengan cepat. Tradisi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit mengingat

kehidupan ekonomi suku batak secara umum, selain itu butuh kerjasama dan persetujuan yang
baik dari semua pihak keluarga, supaya upacara adat ini terlaksana dengan baik.

Pemakaman kembali tulang belulang ini merupakan pengumuman secara tidak langsung
kepada orang banyak, bahwa orang yang sudah mati dan keturunannya yang masih hidup telah
berhasil mencapai Hamoraon (Kekayaan),


Hasangapon (Kehormatan), dan Hagabeon

(Keturunan yang banyak ) yang merupakan prinsip hidup Batak Toba. Tujuan lain dari upacara
penghormatan ini keinginan untuk membuat “tugu marga” dimana orang-orang akan mengenal
identitas dan nenek moyangnya secara turun temurun. Kelak setelah meninggal dunia maka
mereka akan dikubur bersama dengan keluarga yang lainnya dan disatukan dengan dengan
leluhurnya. Upacara ini juga mencegah berserak atau runtuhnya persekutuan kelompok seompu
(keturunan satu nenek moyang) dan menjamin kesatuan, menambah kemuliaan marga dan
memperlihatkan jumlah besar keturunan marga.
Kebudayaan pada masyarakat batak toba tidak terlepas dari tradisi kehidupan
bermasyarakat toba itu sendiri, demikian juga halnya dengan musik tradisional batak toba yang
juga merupakan salah satu musik yang hidup dan berkembang sampai saat ini. Musik tradisi
batak toba ini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang dapat dilihat dari bentuk dan
fungsinya. Salah satunya adalah Gondang Sabangunan yang berperan penting dalam upacara
adat batak toba. Menurut Hernauli Sipayung (1994 :32) “upacara religi yang sering diiringi
musik tradisional dalam suku batak toba adalah Mangongkal holi atau Panangkok saring-saring
(mengangkat tulang belulang) satu keturunan dan dimasukkan ketempat yang telah disediakan
disebut tambak atau batu napir”.
Ketika dalam proses upacara adat mangongkal holi tersebut memakai musik berupa
gondang, maka pada upacara adat panangkok saring-saring harus wajib ada gondang dan tidak
diperbolehkan hanya sekedar pesta hundul saja, lain halnya ketika dalam proses mangongkal holi

tidak menggunakan gondang. Maka menggunakan gondang dapat dilaksanakan hanya pada
waktu upacara panangkok saring-saring.
Musik Tradisional Batak toba memiliki peran dan kedudukan tersendiri dalam upacara
adat atau upacara ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat atau suku batak toba. Setiap kegiatan
adat atau ritual yang dilaksanakan masyarakat batak toba selalu menggunakan musik tradisional
sebagai bagian yang penting dari setiap kegiatan upacara adat tersebut dan salah satunya adalah
bentuk dan penyajiannya. Dalam upacara adat batak toba terdapat jenis-jenis reportoar gondang
yang dimainkan dalam ansambel Gondang Sabangunan.
Gondang Mangaliat merupakan salah satu reportoar Gondang yang terdapat dalam
upacara adat Panangkok saring-saring yang dimainkan dalam dengan menggunakan ansambel
gondang sabangunan. Gondang ini salah satu dari ratusan perbendaharaan gondang yang masih
dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat batak toba. Gondang Mangaliat memiliki peran penting
dalam proses upacara adat Panangkok saring-saring. Maka dari penjelasan latar belakang di atas
peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Bentuk dan Penyajian Musik Gondang Mangaliat
Dalam Upacara Adat Panangkok Saring-Saring Di Desa Sabulan Kecamatan Sitiotio
Kabupaten Samosir”.

B. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka umumnya
penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah
serta cakupan tidak terlalu luas. Identifikasi Masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli
(2006:23) yang mengatakan bahwa : “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan

akibat dari interaksi dua atau lebih faktor ( seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan dan
yang lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan.”
Dari uraian di atas yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan
penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan Gondang Mangaliat pada masyarakat Batak Toba di desa
Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
2. Bagaimana latar belakang Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok saringsaring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
3. Apa saja alat musik yang dipakai dalam ansambel Gondang Sabangunan dalam
memainkan Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok Saring-saring di desa
Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
4. Berapa jumlah pemain ansambel musik Gondang Sabangunan dalam memainkan
Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok Saring-saring di desa Sabulan
Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
5. Bagaimana bentuk penyajian musik Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok
saring-saring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
6. Bagaimana bentuk musik Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok saringsaring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
7. Apa fungsi Gondang Mangaliat dalam upacara adat Pangkok Saring-saring di desa
Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan kemampuan
teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah untuk memudahkan
pecahan masalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiono
(2010:207) bahwa pembatasan masalah fokus dengan yang didasarkan pada tingkat kepentingan
dan fasebilitas masalah yang akan dipecahkan.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan Gondang Mangaliat dalam masyarakat Batak Toba di desa
Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
2. Bagaimana bentuk penyajian musik Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok
saring-saring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
3. Bagaimana bentuk musik Gondang Mangaliat dalam upacara adat Panangkok saringsaring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak
dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban
pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat membantu dan
mendukung dalam menemukan jawaban pertanyaan. Bungin (2011:77) mengatakan bahwa
rumusan masalah tidak berarti sama persis dengan tujuan penelitian, tetap keduanya tetap
berbeda secara subtansial, karena rumusan masalah dibuat dalam konteks mengungkapkan
substansi masalah dengan tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti
dalam suatu penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, maka rumusan masalah
yang akan di bahas dan dipecahkan dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana bentuk dan
penyajian musik Gondang Mangaliat pada upacara adat Panangkok Saring-saring di desa
Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir?”

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu berorientasi kepada tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan
tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin
dicapai dari kegiatan yang dilakukan tersebut. Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang
dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Azril (2008:18) mengatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan yang
mengungkapkan hal yang diperoleh pada ahli penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa
“Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan peneliti.” Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai
oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan Gondang Mangaliat pada masyarakat Batak
Toba di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian musik Gondang Mangaliat dalam
upacara adat Panangkok Saring-saring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten
Samosir.
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk musik Gondang Mangaliat dalam upacara adat
Panangkok Saring-saring di desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan informasi dalam
mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan karya tulis ke dalam
bentuk proposal.
2. Sebagai bahan acuan, refrensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya yang berniat
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
3. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program Studi Seni
Musik Universitas Negeri Medan
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai upacara adat
mangongkal holi dan Panangkok saring-saring
5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai bentuk dan
penyajian musik Gondang Mangaliat dalam upacara Panangkok Saring-saring di desa
Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang. Jan.2006. ”Beberapa
Jakarta : Dian Utama

Pemikiran

Menuju

Teologi

Dalihan

Na

Tolu”.

Azril (2008:18) ”metode penelitian”. Jakarta : Bumi Pustaka
Bungin, Burhan. 2011.”Penelitian Kualitatif”. Jakarta : Kencana
Esdawara,Suwardi.2006,Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta :Pustaka Widyatama
Gustina.2005.Pendidikan Musik Kreatif : Alternatif Model Pembelajaran Musik
Dalam Jurnal Seni Musik UPH

Di Sekolah”.

Hadeli. 2006. “Metode Penelitian Pendidikan”. Padang : Quantum Teaching
Maryeni.2005.”Metode Penelitian Kebudayaan”. Jakarta : Bumi Pustaka
Pusat Pembinaan bahasa. 2005. Kamus Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka
Pasaribu, Ben M. 2004 “Musikalitas + Etnisitas = Pluralitas”. Dalam Musik Etnik. Medan :
Pusat Dokumentasi Kebudayaan Batak HKBP Nomensen
Rithaony dan Hutajulu 2005. Gondang Batak Pusat Pendidikan dan Seni

Tradisional

Sugiono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.Bandung: Alfabetha
Silalahi, Henry. 2000. “Pandangan Injil Terhadap Upacara Adat Batak”. Medan: Kawasan
Kristus Medan KMK
Situmorang, Jaulahan.1992. “Penuntun Adat Praktis”. Pematang Siantar
Balai Pustaka (2002 : 5) “Kamus Umum Bahasa Indonesia” Edisi ke III Jakarta
Wikipedia http//:www.kebudayaan-kebudayaan batak toba.com/24 maret 2014/20:00