BENTUK PENYAJIAN DAN BENTUK MUSIK GONDANG ARANG-ARANG DAIRI SEBAGAI MUSIK PENGIRING TOR-TOR PADA PESTA ADAT PERKAWINAN SUKU BATAK TOBA DI SIDIKALANG.

(1)

BENTUK PENYAJIAN DAN BENTUK MUSIK GONDANG

ARANG-ARANG DAIRI SEBAGAI MUSIK PENGIRING

TOR-TOR PADA PESTA ADAT PERKAWINAN SUKU BATAK

TOBA DI SIDIKALANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebahagian persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

CANRA MESEK SIBURIAN NIM. 209142010

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Canra Mesek Siburian, NIM 209142010 “Bentuk Penyajian dan Bentuk Musik Gondang Batak Arang-arang Dairi Sebagai Musik Pengiring Tor-tor Pada Pesta Adat Perkawinan Suku Batak Toba di Sidikalang”

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana bentuk penyajian dan bentuk musik serta ciri khas gondang Batak Arang-arang Dairi sebagai musik pengiring tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang serta ciri khas dari gondang batak Arang-arang Dairi tersebut yang mendorong masyarakat suku Batak Toba menjadikan Gondang Batak Arang-arang Dairi sebagai Gondang pilihan.

Teori yang digunakan mencakup pengertian Gondang, adat, bentuk panyajian serta bentuk musik.

Metode penelitian yang diterapkan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, yang dilihat dari objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa. Populasi dalam penelitian ini adalah partisipan acara pesta adat pernikahan suku Batak Toba di Sidikalang yaitu sebanyak 50 orang, dengan sampel yang ditentukan sebanyak 10 orang.

Pengumpulan data penelitian ini melalui studi kepustakaan, observasi lapangan, wawancara, dokumentasi.

Hasil Penelitian ini menerangkan bahwa Gondang Batak Arang-arang Dairi disajikan pada saat acara pemberian ulos yang disertai dengan manortor oleh hula-hula dari pihak laki-laki (keluarga paman dari penganten laki-laki). Dimana mulai dari awal musik sampai bar terakhir mempunyai makna yang berhubungan dengan pemberian ulos. Dan ditutup dengan ending oleh pargonsi/ pemusik sesuai permintaan dari siraja parhata (perwakilan dari yang memberi ulos). Bentuk musik gondang Batak Arang-arang Dairi terdiri dari kalimat/periode (A,B,C), frase(a,b,c), motif (m), serta ending (D) dari gondang Arang-arang Dairi dengan struktur A (a, a’ ,a’’), B (b, b’) C (c, c’) dan D sebagai penutup gondang. Keistimewaan/ciri khas gondang Batak Arang-arang Dairi terletak pada teknik permainan seruling Batak yang memainkan melodi-melodi yang indah. Seperti teknik manduru-duru (kecepatan lidah) serta teknik pernafasan yang panjang harus dimiliki oleh seorang pemain seruling Batak agar makna dari gondang Batak Arang-arang Dairi dapat menyatu dengan orang-orang yang manortor dan memberi ulos pada pesta adat perkawinan suku Batak Toba di Sidikalang.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya yang dilimpahkan dengan memberikan kesehatan, ketabahan serta ketekunan kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini mulai dari awal sampai selesai. Adapun penulisan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengangkat permasalahan tentang Bentuk Penyajian dan Bentuk Musik Gondang Batak Arang-arang Dairi sebagai Musik Pengiring tor-tor pada pesta Adat suku Batak Toba di Sidikalang. Dalam Skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan hasil yang terbaik. Dan juga penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak, Skripsi ini tidak akan mungkin dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, Selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan dan Pembimbing Skripsi II.

4. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Musik. 5. Lamhot Basani Sihombing, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi I. 6. Dra. Thedora Sinaga, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik.

7. Bapak / Ibu Dosen Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

8. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi yang memberikan ijin penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teristimewa dan terkhusus kepada Kedua Orang Tua penulis yang sangat luar biasa Bapak M. Siburian dan Ibu tercinta N. Situmorang yang tidak henti-hentinya mendoakan penulis serta mendukung baik dari sisi materi maupun semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan semua ini, begitu juga kepada kedua Abang penulis Fredi GM. Siburian dan Frans Siburian serta kedua kakak penulis Tetti Siburian dan Dina M. Siburian dan adik penulis Elkana Siburian yang tidak pernah berhenti membantu dan mendoakan penulis untuk terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis Sovian Sianturi, William Nababan, Rocky Sihotang, Julkifly, David Siagian, Desman Ambarita, Rizky Tharisna, Epalinda Parapat, dan semua mahasiswa seni musik stambuk 2009 yang telah memberikan banyak dukungan motivasi dan semangat kepada penulis.


(8)

iii

11.Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015

Canra Mesek Siburian NIM. 209142010


(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL.. .. 11

A. Landasan Teoritis ... 11

1. Pengertian Bentuk Penyajian... 11

2. Pengertian Bentuk Musik ... 12

3. Pengertian Gondang Batak ... 13

4. Pengertian Tor-tor ... 14

5. Pengertian Musik ... 15

6. Pengertian Instrumen Musik ... 19

B. KerangkaKonseptual ... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 24

1. Studi Kepustakaan ... 24

2. Observasi ... 26

3. Wawancara ... 26

4. Dokumentasi ... 27


(10)

v

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Etnografi Kabupaten Dairi Kota Sidikalang ... 29

B. Bentuk Penyajian Gondang Arang-arang Dairi pada Acara Adat Perkawianan suku Batak Toba di Sidikalang ... 30

C. Bentuk Musik Gondang Arang-arang Dairi ... 41

D. Ciri Khas Gondang Arang-arang Dairi ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47


(11)

DAFTAR LAMPIRAN


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi. Bentuk dan struktur yang bervariasi, membuat musik menjadi seni yang yang terbatas, artinya bahwa musik menjadi wadah untuk mengekspresikan segudang ide-ide kreatif para pecinta seni khususnya seni musik.

Setiap jenis-jenis musik pasti memiliki spesifiknya masing-masing seperti musik pop, jazz, rock, blues, keroncong, dangdut, klasik, bahkan musik tradisional juga memiliki cirri khas tersendiri baik dari segi alat-alat musiknya, alirannya maupun cara penyajiannya. Bentuk musik jazz terkenal dengan perpindahan/progress akordnya, musik rock yang biasanya selalu beraliran keras, musik klasik yang kental dengan notasi, sedangkan bentuk musik tradisional yang identik dengan nada-nada pentatonik dalam penyajiannya, dan begitu juga dengan jenis-jenis musik lainnya.

Musik tradisional merupakan musik khas suatu daerah atau suku tertentu yang secara turun- temurun dilestarikan dan menjadi sebuah kebudayaan. Setiap daerah atau wilayah regional memilki musik tradisionalnya masing-masing seperti Jawa, Bali, Melayu, Dayak, Melayu, Toraja, Betawi, Batak dan lainnya.


(13)

2

Tidak mengherankan jika ada dua daerah yang memiliki musik tradisional yang sama baik dari segi alat musiknya, maupun dari cara penyajiannya. Itu terjadi karena dua daerah tersebut merupakan keturunan dari nenek moyang yang sama. Jawa dan Bali memiliki musik tradisional yang sama yaitu gamelan, akan

tetapi bentuk dan struktur penyajiannya berbeda-beda.

Di Sumatera utara, setiap suku memilki musik tradisionalnya masing-masing. Ada yang sama dari segi alat musiknya, dan juga dari segi penyajiannya, seperti suku Batak. Suku Batak merupakan suku yang terdiri dari enam sub-etnis, yaitu Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Angkola Sipirok. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang mengasosiasikan kata “Batak” dengan „orang Batak Toba‟ karena dari keenam Sub-etnis Batak, Batak Toba yang paling besar jumlahnya. Hal ini dapat dilihat dari segi jumlah masyarakatnya, kebudayaannya maupun dari segi tradisi turun temurun.

Musik tradisional Batak Toba terkenal dengan Gondang. Kata gondang

dalam bahasa Batak Toba mempunyai arti yang majemuk. Kata gondang bisa

berarti instrumen musik, ensambel musik, judul komposisi musik, bahkan nama sebuah upacara adat Batak. Selain pengertian-pengertian yang sudah tertera di atas, jika digabungkan dengan awalan ataupun akhiran tertentu kata gondang akan

memberikan pengertian yang berbeda. Oleh karena itu, kata gondang yang

digunakan pada kalimat dan konteks yang berbeda akan memberikan pengertian yang berbeda pula.

Dalam pengertian sebagai judul komposisi musik, gondang memiliki kaitan


(14)

3

bersamaan dengan penyajian musik gondang. Musik gondang dan tortor

diibaratkan dengan koin beserta kedua sisinya, tidak dapat dipisahkan. Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dalam dari

gerakan- gerakannya menunjukkan bahwa tortor adalah sebuah media

komunikasi, dimana melalui gerakan-gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara/acara adat.

Sesuai dengan konteks di atas, gondang dalam arti sebagai judul komposisi

musik Batak, terlebih dahulu harus dipahami bahwa gondang Batak tidak selalu

sama di setiap daerah. Judul gondang di daerah yang satu bisa jadi berbeda

dengan judul gondang di daerah yang lain. Bahkan bisa juga terjadi bahwa dua

melodi gondang yang berbeda dikenal dengan judul yang sama. Hal ini terjadi

karena gondang Batak dikenal atau diturunkan dari generasi ke generasi

berikutnya dengan cara lisan atau dari mulut ke mulut. Jadi, tidak mengherankan jika sebuah melodi gondang Batak, mempunyai judul yang berbeda di satu daerah

dengan daerah yang lain

Judul gondang maupun seluruh melodi gondang yang kerap digunakan

pada upacara-upacara adat atau ritual lainnya adalah Anomin, maksudnya tidak diketahui secara jelas siapa penciptanya. Melihat eksistensi tradisi gondang di

tengah masyarakat suku Batak Toba yang telah ratusan tahun, maka mestinya perbendaharaan gondang telah mencapai ribuan gondang. Tradisi ini tidak

berkembang seperti halnya musik klasik di Barat, maka sudah tentu banyak karya-karya gondang yang telah dilupakan atau hilang tanpa pendokumentasian.


(15)

4

Meskipun banyaknya karya-karya gondang yang telah hilang atau dilupakan, bukan berarti secara keseluruhan gondang Batak mengalami

kepunahan. Tidak sedikit judul-judul gondang Batak yang masih tetap dilestarikan

bahkan dikembangkan cara penyajiannya maupun bentuk komposisi musiknya. Ini terlihat jelas seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini yang semakin maju.

Masuknya kebudayaan luar atau terjadinya akulturasi budaya di Indonesia, memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan musik Batak/gondang.

Alat-alat musik/instrument musik yang berasal dari luar/Barat mampu beradaptasi atau menyatu dengan gondang Batak, seperti contoh alat musik elektrik yaitu

keyboard. Keyboard adalah alat musik modern dari kebudayaan musik barat yang

memiliki berbagai fasilitas program musik secara canggih. Hal yang sama juga terjadi pada musik Karo, keyboard sudah menjadi salah satu alat musik yang

berperan penting dalam penyajian gondang Batak, meskipun tidak secara

keseluruhan di setiap daerah menggunakan keyboard dalam instrument gondang

Batak. Halini dikarenakan masih banyak daerah tempat tinggal suku Batak Toba

yang sangat kental dengan kebudayaan dan tradisinya.

Di Dairi, penyajian gondang Batak tidak lepas dari peranan instrumen

keyboard. Dengan beragam jenis program musik yang tersedia di dalam keyboard,

penyajian musik gondang Batak di Dairi semakin luas dan semakin bervariasi.

Akan tetapi seiring dengan keberadaan keyboard dalam Penyajian gondang Batak,

alat musik tradisional Batak yang disajikan semakin sedikit. Di Sidikalang misalnya, sebagian pemusik/pargonsi tidak lagi menyajikan bahkan


(16)

5

menghilangkan peran alat musik tradisional Batak seperti ogung/Gong,

garantung, dan lainnya, karena di dalam keyboard bisa diprogram musik yang

serupa dengan alat musik tersebut.

Melihat perkembangan dalam musik Batak/gondang jaman sekarang ini

yang semakin bervariasi cara penyajiannya, bentuk komposisinya, maupun struktur gondangnya, timbul niat penulis untuk meneliti bentuk penyajian dan

struktur gondang Batak. Mengingat banyaknya gondang Batak, atau judul

gondang yang biasa disajikan pada pesta adat suku Batak Toba, penulis memilih

salah satu judul gondang Batak yaitu gondang BatakArang-arang Dairi.

Gondang Batak Arang-arang Dairi merupakan salah satu Gondang Batak yang sering disajikan dalam pesta adat pernikahan di Sidikalang. Biasanya disajikan pada saat menari sambil memberikan ulos Batak (manortor lao

pasahatton ulos). Gondang Arang-arang Dairi mempunyai karakteristik yang

berbeda dengan Gondang Batak lainnya, baik dari segi bentuk musiknya maupun teknik permainan seruling yang menjadi melodi utama Gondang tersebut. Penyajian Gondang Batak Arang-arang Dairi akan memberikan keindahan tersendiri bagi masyarakat suku Batak Toba di Sidikalang dalam acara manortor.

Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk memilih judul: “Bentuk

Penyajian dan Bentuk Musik Gondang Batak Arang-Arang Dairi Sebagai Musik Pengiring Tor-Tor Pada Pesta Adat Perkawinan Suku Batak Toba Di Sidikalang”.


(17)

6

B. Identifikasi Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi, maka umumnya penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan tidak terlalu luas. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa : “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan yang lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan”.

Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk musik/struktur gondang Batak Arang-arang Dairi

sebagai musik pengiring tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di

sidikalang?

2. Bagaimana bentuk penyajian gondang Batak Arang-arang Dairi?

3. Apa keistimewaan/ciri khas gondang Batak Arang-arang Dairi

dibandingkan dengan gondang Batak lainnya sebagai musik pengiring

tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang?

4. Instrumen/alat musik apa saja yang dimainkan dalam penyajian

gondang Batak Arang-arang Dairi?

5. Bagaimana tanggapan masyarakat suku Batak Toba yang ada di Sidikalang terhadap gondang Batak Arang-arang Dairi?


(18)

7

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah untuk memudahkan pecahan maslah yang dihadapi dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono (2009:286) yang mengatakan bahwa: “Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, serta faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu”.

Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyajian gondang Batak Arang-arang Dairi?

2. Bagaimana bentuk musik/struktur gondang Batak Arang-arang Dairi

sebagai musik pengiring tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di

Sidikalang?

3. Apa keistimewaan/ciri khas gondang Batak Arang-arang Dairi

dibandingkan dengan gondang Batak lainnya sebagai musik pengiring

tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang?

D. Perumusan Masalah

Untuk menentukan rumusan masalah, peneliti memilih pendapat para ahli yaitu Menurut Maryaeni (2005 : 14) :

“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban untuk pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya.rumusan masalah juga bisa disikapi dengan jabaran focus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian akan


(19)

8

senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana telah difokuskan”.

Oleh karena itu rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi penulis karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana Bentuk Penyajian dan Bentuk Musik Gondang Batak „Arang-arang Dairi‟ Sebagai Musik Pengiring Tor-tor Pada Pesta Adat Suku Batak Toba di Sidikalang”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang dicapai. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah kegiatan yang dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut. Maka dapat disimpulkan setiap penelitian akan tertuju kepada tujuan tertentu, untuk melihat berhasil tidaknya suatu penelitian, dapat dilihat tercapainya tujuan yang telah diterapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono (2009 :397) yang mengatakan bahwa : “Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah ada atau belum diketahui.”.

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh penulis ini adalah sebagai berikut :


(20)

9

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian Gondang Batak “Arang-arang Dairi” sebagai musik pengiring tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang.

2. Untuk mengetahui bentuk musik Gondang Batak “Arang-arang Dairi”. 3. Untuk mengetahui keistimewaan/ciri khas gondang Batak Arang-arang

Dairi dibandingkan dengan gondang Batak lainnya sebagai musik pengiring

tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, karena penelitian akan dilakukan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi, sehingga dengan adanya hasil dari penelitian, manusia akan tahu bagaimana masa lalu dan bagaiman menghadapi masa yang dilalui dan masa yang akan datang. Dalam penelitian ini penulis dapat melihat yang bisa diuraikan, segala sesuatu yang dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga, instansi tertentu ataupun yang lain.

Hariwijaya dan Trinton (2008 : 50) mengemukakan bahwa “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, dan manfaat penelitian mencakup dua hal yaitu kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat teoritis dan manfaat dibidang praktik”. Setelah penelitian dirangkumkan, maka penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi peneliti dan masyarakat untuk melestarikan musik tradisional Batak.


(21)

10

2. Sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya terkait gondang

Batak.

3. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi menjadi bahan masukan di jurusan Sendratasik FBS, Unimed khususnya Prodi Seni Musik. 4. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah wawasan dan


(22)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Gondang Batak Arang-arang Dairisebagai musik pengiring tor-tor disajikan dalam penyampaian ulos pada pesta adat perkawinan suku Batak Toba di Sidikalang. Dikaji mulai dari penyampaian Uppasa (Pantun Batak) oleh tokoh adat, dilanjutkan dengan permintaan Gondang kepada pargonsi (Pemusik), kemudian penyajian Gondang Arang-arangDairi tersebut.

2. Gondang Batak Arang-arang Dairi memiliki bentuk musik A(a,a’dan

a’’) B(b dan b’) C(c dan c’) serta Ending (D).

3. Keistimewaangondang Batak arang-arang Dairi terletak pada teknik permainan suling, dimana kecepatan lidah/madduru-duru dan teknik pernafasan yang panjang dibutuhkan untuk memainkan nada-nada yang mempunyai ciri khas tersendiri.


(23)

47

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran, antara lain :

1. Penyajian Gondang Batak Arang-arang Dairi sebaiknya tidak hanya memainkan 3 jenis alat musik saja, tetapi diharapkan memainkan alat-alat musik tradisional Batak Toba lainnya yang makin langka.

2. Para pargonsi/pemusik sebaiknya semakin kompak dalam penyajian setiap Gondang Batak khususnya gondang Arang-arang dairi dalam pesta adat perkawinan suku Batak Toba di Sidikalang.

3. Kedepannya, struktur gondang Arang-arang Dairi yang akan disajikan semakin bervariasi dan mencoba hal-hal yang baru pada musik Batak Toba.

4. Masyarakat suku Batak Toba khususnya yang berdomisili di Dairi sebaiknya selalu mengapresiasi perkembangan grup-grup musik Batak yang ada di Dairi supaya semakin bersemangat dalam mengembangkan citra musik Batak terlebih dalam penyajian Gondang Batak.


(24)

48

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2002). Prosedur Penulisan suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka

Cipta

Aziz Alimut Hidayat. (2007). Metode Penulisan Kebinaan dan Teknik Analisa Data. Surabaya : Salemba Media.

Bungin, Burhan. (2007). Meetode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Eva, Deni. 2012. Tortor Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Tapanuli

Selatan. Skripsi FBS. UNIMED

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Teaching.

Harahap, Rithaony. 2005. Gondang Batak Toba. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional. UPI.

Hariwijaya, M dan Trinton. 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi. Yogyakarta.ORYZA

Hariani,Dini. 2012. Makna Simbol Tor-tor Naposo Nauli Bulung Pada Masyarakat

Angkola. Skripsi FBS. UNIMED

Joyopuspito, Sunaryo. 2007.Ilmu Bentuk Musik. Jakarta: Bina Musik Remaja Maryaeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta, Bumi Aksara

Mhika, Ahmad. 2013. Senandung Dalam Tradisi Mengayunkan Anak Pada

Masyarakat Melayu Di Kabupaten Batubara ( Studi Terhadap Bentuk Musik

Dan Fungsi )”. Skripsi FBS. UNIMED

Pasaribu, Ben M. 2004. Pluralitas Musik Etnis. Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian

Kebudayaan Batak. Universitas HKBP Nomensen.

Siahaan, Mangaraja Asal. 1953. Gondang Dohot Tortor Batak. Pematang Siantar.

Sjarif Saama.

Sitohang, Daulat. 2012. Keberadaan Hardoni Sitohang Pada Group Musik Neo


(25)

49

Soedarsono, R.M. 2002, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung.

Alfabeta,

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung.

Alfabeta,


(1)

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian Gondang Batak “Arang-arang Dairi” sebagai musik pengiring tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang.

2. Untuk mengetahui bentuk musik Gondang Batak “Arang-arang Dairi”. 3. Untuk mengetahui keistimewaan/ciri khas gondang Batak Arang-arang

Dairi dibandingkan dengan gondang Batak lainnya sebagai musik pengiring tor-tor pada pesta adat suku Batak Toba di Sidikalang.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, karena penelitian akan dilakukan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi, sehingga dengan adanya hasil dari penelitian, manusia akan tahu bagaimana masa lalu dan bagaiman menghadapi masa yang dilalui dan masa yang akan datang. Dalam penelitian ini penulis dapat melihat yang bisa diuraikan, segala sesuatu yang dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga, instansi tertentu ataupun yang lain.

Hariwijaya dan Trinton (2008 : 50) mengemukakan bahwa “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, dan manfaat penelitian mencakup dua hal yaitu kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat teoritis dan manfaat dibidang praktik”. Setelah penelitian dirangkumkan, maka penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi peneliti dan masyarakat untuk melestarikan musik tradisional Batak.


(2)

10

2. Sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya terkait gondang Batak.

3. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi menjadi bahan masukan di jurusan Sendratasik FBS, Unimed khususnya Prodi Seni Musik. 4. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah wawasan dan


(3)

46 A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Gondang Batak Arang-arang Dairisebagai musik pengiring tor-tor disajikan dalam penyampaian ulos pada pesta adat perkawinan suku Batak Toba di Sidikalang. Dikaji mulai dari penyampaian Uppasa

(Pantun Batak) oleh tokoh adat, dilanjutkan dengan permintaan Gondang kepada pargonsi (Pemusik), kemudian penyajian Gondang

Arang-arangDairi tersebut.

2. Gondang Batak Arang-arang Dairi memiliki bentuk musik A(a,a’dan a’’) B(b dan b’) C(c dan c’) serta Ending (D).

3. Keistimewaangondang Batak arang-arang Dairi terletak pada teknik permainan suling, dimana kecepatan lidah/madduru-duru dan teknik pernafasan yang panjang dibutuhkan untuk memainkan nada-nada yang mempunyai ciri khas tersendiri.


(4)

47

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran, antara lain :

1. Penyajian Gondang Batak Arang-arang Dairi sebaiknya tidak hanya memainkan 3 jenis alat musik saja, tetapi diharapkan memainkan alat-alat musik tradisional Batak Toba lainnya yang makin langka.

2. Para pargonsi/pemusik sebaiknya semakin kompak dalam penyajian setiap Gondang Batak khususnya gondang Arang-arang dairi dalam pesta adat perkawinan suku Batak Toba di Sidikalang.

3. Kedepannya, struktur gondang Arang-arang Dairi yang akan disajikan semakin bervariasi dan mencoba hal-hal yang baru pada musik Batak Toba.

4. Masyarakat suku Batak Toba khususnya yang berdomisili di Dairi sebaiknya selalu mengapresiasi perkembangan grup-grup musik Batak yang ada di Dairi supaya semakin bersemangat dalam mengembangkan citra musik Batak terlebih dalam penyajian Gondang Batak.


(5)

48

Aziz Alimut Hidayat. (2007). Metode Penulisan Kebinaan dan Teknik Analisa Data. Surabaya : Salemba Media.

Bungin, Burhan. (2007). Meetode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Eva, Deni. 2012. Tortor Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Tapanuli Selatan. Skripsi FBS. UNIMED

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Teaching.

Harahap, Rithaony. 2005. Gondang Batak Toba. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional. UPI.

Hariwijaya, M dan Trinton. 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi. Yogyakarta.ORYZA

Hariani,Dini. 2012. Makna Simbol Tor-tor Naposo Nauli Bulung Pada Masyarakat Angkola. Skripsi FBS. UNIMED

Joyopuspito, Sunaryo. 2007.Ilmu Bentuk Musik. Jakarta: Bina Musik Remaja Maryaeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta, Bumi Aksara

Mhika, Ahmad. 2013. Senandung Dalam Tradisi Mengayunkan Anak Pada Masyarakat Melayu Di Kabupaten Batubara ( Studi Terhadap Bentuk Musik

Dan Fungsi )”. Skripsi FBS. UNIMED

Pasaribu, Ben M. 2004. Pluralitas Musik Etnis. Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak. Universitas HKBP Nomensen.

Siahaan, Mangaraja Asal. 1953. Gondang Dohot Tortor Batak. Pematang Siantar. Sjarif Saama.

Sitohang, Daulat. 2012. Keberadaan Hardoni Sitohang Pada Group Musik Neo Tradisional. Skripsi FBS. UNIMED


(6)

49

Soedarsono, R.M. 2002, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta,

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta,