INVENTARISASI FLORA DAN FAUNA PADA ZONA PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI (studi kasus perbatasan PLN Gilimanuk - kawasan TNBB).

(1)

1

INVENTARISASI FLORA DAN FAUNA PADA ZONA

PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI

(studi kasus perbatasan PLN Gilimanuk - kawasan TNBB)

PENULIS:

I Gusti Alit Gunadi

NI Luh Made Pradnyawathi

2015


(2)

2

DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR ISI 2

DAFTAR TABEL 3

DAFTAR GAMBAR 3

BAB I PENDAHULUAN ……….…… 4

1.1. Latar Belakang ……….. 4

1.2. Maksud dan Tujuan ………. 5

1.3. Ruang Lingkup ………. 5

BAB II KONDISI UMUM ………. 6

2.1. Kawasan TNBB ……… 6

2.2. Lokasi Kajian …...……….. 7

BAB III METODOLOGI ……… 8

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 8

3.2. Metode Pengumpulan Data ……….…… 9

3.3. Metode Pengambilan Sampel ……….……. 9

3.4. Metode Analisis ……….. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….………. 12

4.1. Hasil ……… 12

4.2. Pembahasan ……… 14

BAB V SIMPULAN ………...…….. 16

DAFTAR PUSTAKA ……… 17


(3)

3

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

4.1 Jenis vegetasi darat di wilayah tapak proyek /kegiatan ……… 12 4.2 Jenis-jenis vegetasi Mangrove yang diketemukan di sekitar tapak

kegiatan penempatan Genset……….. 13 4.3 Jenis-jenis Fauna Darat yang Diketemukan Pada lokasi Rencana

pembangunan Genset dan sekitarnya ... 13

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

2.1 Rencana Lokasi Lahan yang dimohon ……… 7


(4)

4

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Bali yang memiliki luas wilayah sekitar 5.636,66 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 4 juta jiwa, merupakan salah satu gerbang masuk bagi turis mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia. Untuk mendukung optimalisasi potensi pariwisata dan meningkatkan fasilitas layanan bagi turis-turis asing yang berkunjung ke provinsi tersebut, infrastruktur kelistrikan merupakan sebuah prasyarat yang wajib ada.

Andil sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) terhadap perekonomian Bali tumbuh sebesar 9,40 persen pada triwulan II/2013 didorong oleh perkembangan konsumsi listrik yang meningkat 13,33 persen. Selain itu pelanggan juga meningkat sebesar 9,52 peren, sehingga beban puncak naik mencapai 14,16 persen, (BPS Provinsi Bali, 2012). Meningkatnya konsumsi listrik tersebut terkait dengan pembangunan infrastruktur di wilayah Bali selatan seperti perluasan Bandara Ngurah Rai dan maraknya perkembangan properti.

Saat kondisi normal beban puncak listrik di Bali mencapai 684 MW, namun mengingat di Bali sering diadakan kegiatan bertaraf nasional dan internasional yang menjadikan beban puncak meningkat hingga mencapai 720 MW. Putusnya kabel laut transmisi Jawa-Bali menjadikan total daya listrik menjadi berkurang, sehingga ada upaya dari PLN melalui anak perusahaannya yaitu PT Indonesia Power di Gilimanuk untuk menambah daya untuk mengurangi pemutusan bergilir. Upaya penambahan daya yang direncanakan sifatnya sementara, sampai adanya perbaikan transmisi kabel laut. Penambahan beban yang direncanakan mencapai 15 MW dengan menyewa kurang lebih 20 buah genset yang diseting masing-masing genset dalam sebuah container. Untuk menempatkan container genset tersebut, pihak PLN melalui Indonesia Power membutuhkan lahan kurang lebih 3.000 m2 yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan konservasi (Taman Nasional Bali Barat). Mengingat lokasi yang dimaksud bersentuhan langsung, maka ada kekhawatiran dalam proses operasional genset berdampak terhadap gangguan flora fauna yang eksisting. Untuk mendapatkan


(5)

5 informasi dipandang perlu untuk melakukan kajian ekologi tentang keberadaan flora dan fauna.

1.2. Maksud dan Tujuan

Kajian flora dan fauna ini akan menginformasikan gambaran kondisi flora dan sekitarnya sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk dapat dipakai sebagai penempatan container genset

1.3. Ruang Lingkup

Kajian flora dan fauna ini dilakukan pada luasan lahan 3.000 m2 dan sekitarnya serta ruang lingkup kajian mengenai keberadaan flora.


(6)

6

II KONDISI UMUM

2.1. Kawasan TNBB

Kawasan TNBB dengan luas 19,000.8 hektar, terdiri dari wilayah terrestrial seluas 15,587.89 hektar dan perairan seluas 3,145 hektar, mempunyai peranan yang sangat penting baik secara ekologi, ekonomi maupun fungsi lainnya.

Kawasan TNBB dan sekitarnya atau biasa disebut kawasan Bali Barat memiliki topografi kawasan yang terdiri dari dataran landai (sebagian besar datar), agak curam, dengan ketinggian tempat antara 0 s.d 1.414 mdpl. Berdasarkan peta kelas lereng lapangan Pulau Bali skala 1 : 250.000 TNBB termasuk kelas lereng II bertopografi landai (8% - 15%) dan kelas lereng I bertopografi datar (0% - 8%).

Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan TNBB termasuk tipe klasifikasi D, E, C dengan curah hujan rata-rata D : 1.064 mm / tahun, E : 972 mm / tahun, dan C : 1.559 mm / tahun. Temperatur udara rata-rata 33o C dengan jumlah bulan hujan dalam satu tahun rata-rata adalah 3 bulan Pada beberapa lokasi, kelembaban udara di dalam hutan sekitar 86 %.

Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Bali Barat meliputi berbagai type ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, evergreen forest dan savannah. Keragaman flora dan faunanya antara lain terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia, dan 160 jenis aves termasuk didalamnya 14 jenis flora yang langka dan dilindungi berdasarkan IUCN dan SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 dan 10 jenis fauna langka dan dilindungi berdasarkan katagori II (CITES) bahkan Banteng (Bos javanicus) menuju kepunahan katagori III vulnerable.

Berdasarkan ketinggian tempat maka kawasan TNBB dibagi dalam 2 ekosistem yakni : 1. Tipe Ekosistem Darat yang meliputi : Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan

Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest.

2. Tipe Ekosistem Laut meliputi : Ekosistem Coral Reef, Ekosistem Padang Lamun, Ekosistem Pantai Berpasir, Ekosistem Perairan Laut Dangkal, Dan Ekosistem Perairan Laut Dalam.


(7)

7

2.2. Lokasi kajian

Luasan lahan yang dimohonkan mencapai 3.000m2 yang merupakan lahan kering dan lokasinya berbatasan langsung dengan Gardu Induk PLTG Gilimanuk. Vegetasi yang menutupi lahan tersebut adalah rerumputan dan dua pohon bekul (Zyzipus mauritinus) karena lokasinya merupakan tanah pantai yang berpasir, vegetasi asosiasi, dan kearah laut berbatasan langsung dengan ekosistem mangrove. Rencana lokasi lahan yang akan dikaji merupakan lahan berbatasan langsung dengan Kawasan TNBB (Gambar 2.1)


(8)

8

III METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kajian flora dan fauna di wilayah sekitar PT Indonesia Power Gilimanuk dilaksanakan di wilayah sekitar kantor PLTG Gilimanuk. Lokasi ini berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) yakni dengan hutan mangrove dan Kantor PT Indonesia Power Gilimanuk. Sedangkan waktu penelitiannya dilakukan selama lima hari dengan umlah pengamatan dilakukan pada 10 titik sampel. Lokasi/titik 1 – 10 seperti tercantum pada Gambar 3.1.


(9)

9

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitan ini adalah data primer dan data sekunder.

3.2.1. Data primer

Data-data primer flora dan fauna di wilayah sekitar kegiatan PLTG PT Indonesia Power Gilimanuk diperoleh dari hasil pengumpulan langsung di lapangan (in situ). Sedangkan data-data yang belum di analisis di lapangan maka dilakukan uji di Laboratorium Zoologi dan Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Adapun data primer dari flora dan fauna yang dikumpulkan adalah sebanyak 10 titik pengamatan tersebut pada satu kawasan TNBB seluas kurang lebih 3.000 m2, merupakan tanah tegalan lahan kering sekitar hutan mangrove.

Sampel yang diambil untuk fauna darat meliputi jenis-jenis fauna yang langsung hidup di kawasan tanah kering meliputi jenis-jenis Aves, Mammalia, Reptilia dan Insecta, Adapun titik-.titik pengambilan sampel dilakukan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan dipengaruhi langsung/tak langsung oleh hasil kegiatan dari usaha PLTD/G berupa perluasan lokasi penempatan 20 buah genset

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data-data hasil penelitian sebelumnya dan juga berasal dari hasil wawancara secara terstruktur dari masyarakat sekitar kegiatan. Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis data yang disesuaikan dengan masing-masing komponen lingkungan. Pengumpulan dan analisis data akan diuraikan secara rinci pada setiap komponen lingkungan yang diukur.

3.3. Metode Pengambilan Sampel 3.3.1. Pengambilan Sampel Flora

Jenis-jenis vegetasi yang diteliti adadal yaitu jenis-jenis yang hidup di darat (tegalan) dan jenis vegetasi mangrove yang merupakan vegetasi yang berbatasan langsung dari tapak kegiatan. Pengambilan sampel dilakukan pada 10 plot.

Adapun metode pengambilan sampel terhadap flora darat dilakukan dengan Metode Kwadrat (Quadrat Sampling),dengan ukuran kuadrat yaitu : 20 m x 20 m untuk ukuran pohon, 10 x 10 untuk ukuran tiang, 5 m x 5 m untuk ukuran pancang/ semak, dan 1 m x 1 m untuk ukuran anakan/herba. Kwadrat yang diperlukan dengan menggunakan tali


(10)

10 plastik dengan ukuran sesuai kelas tumbuhan (pohon, tiang, pancang/ semak dan anakan/herba) yang diteliti. Jenis-jenis yang diketemukan dicatat nama jenis, jumlah individu, ukuran batang untuk kelas pohon dan luas tajuk untuk kelas analan/semak. Untuk nama jenis yang belum diketahui namanya dilakukan analisis dan penyandraan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi ,Fak. MIPA-UNUD.

3.3.2. Pengambilan Sampel Fauna

Metode pengambilan sampel fauna di kawasan tapak kegiatan dilakukan dengan sistem jelajah/sensus secara langsung baik pada tapak lokasi kegiatan dan di kawasan sekitarnya (mangrove). Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 10 titik lokasi,

3.4. Metode Analisis

3.4.1. Metode Analisis Flora

Analisis terhadap flora atau vegetasi adalah sama halnya melakukan analisis dengan menggunakan metode kuadrat atau petak contoh (Quadrat sampling). Besarnya kuadrat yang dipergunakan ditentukan berdasarkan habitus atau jenis perawakan dari suatu vegetasi yaitu: (a) untuk golongan herba dengan ukuran kuadrat = 1 mx I m , untuk golongan semak dengan ukuran kuadrat = 5 mx 5 m dan untuk golongan pohon dengan ukuran kuadrat = 20 m x 20 m. Adapun parameter yang dianalisis adalah : frequensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi, frequensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, indeks nilai penting (INP) dan indeks diversitas (indeks keanekaragaman = ID).

Adapun rumus yang dipergunakan dalam menentukan parameter-parameter vegetasi tersebut sebagai berikut:

a. Frequensi = Jumlah titik dijumpai dari suatu jenis Jumlah semua titik pengamatan

b. Densitas = Jumlah suatu jenis yang diketemukan Jumlah seluruh jenis yang diketemukan c. Dominansi = Total basal area/luas tajuk suatu jenis Luas area cuplikan/area minimal d. Frequensi Relatif (FR) = Frequensi suatu jenis x 100 %

Frequensi seluruh jenis e. Densitas Relatif (DR ) = Densitas suatu jenis x 100 %


(11)

11 f. Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100 %

Dominansi seluruh jenis g. Indeks Nilai Penting = FR + DR + DR

h. Indeks Diversitas (Indeks Keanekaragaman)

Indeks Diversitas ditentukan berdasarkan rumus Shannon, dengan rumus: Dimana :

H = Indeks Diversitas Shannon (Odum, 1971, Dahuri, 1994) ni = Nilai Penting suatu jenis

N = Nilai penting seluruh jenis

3.4.2. Metode Analisis Fauna

Metoda analisis untuk fauna dilakukan dengan mencatat nama jenis dan juga menetapkan jenis tersebut dilindung atau tidak dilindungi peraturan yang berlaku. Hasil yang diperoleh dibuat dalam tabel .


(12)

12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Studi ekologi yang dilakukan di wilayah PLTG PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali di Giulimanuk yang dilakukan karena adanya penambahan daya listrik yang membutuhkan lokasi untuk penempatan genset seluas kurang lebih 3000 m2. Lokasi ini merupakan kawasan Taman Nasional Bali Barat. Sedangkan habitat tersebut merupakan tanah tegalan yang berbatasan langsung dengan hutan mangrove. Kajian ekologi ini perlu dilakukan karena kawasan Taman Nasional Bali barat merupakan kawasan lindung yang tidak boleh adanya aktivitas apapun kecuali didasari atas kajian secara ilmiah.

Berdasarkan kajian ekologis (flora dan fauna) pada tapak kegiatan dan sekitarnya bahwa hasil kajian terhadap flora yang menyangkut analisis vegetasi darat dan mangrove seperti tercantum pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 4.1. Jenis vegetasi darat di wilayah tapak proyek /kegiatan No Nama Daerah Nama Ilmiah Freq Rel

(%) Den Rel (%) Dom Rel (%) NP

(%) IDP 1 Ket ket Mimosa gigantea 17,948 21,028 81,030 120,006 0,159 2 Bekul Zyzipus mauritinus 12,820 11,214 9,068 33,102 0,105 3 Widuri Calotropis gigantea 7,692 15,887 3,421 27,000 0,094 4 Waru Hibiscus tiliaceus 5,128 9,345 1,585 16,058 0,088 5 Juwet Eugenia cumini 5,128 6,542 2,028 13,680 0,061 6 Intaran Azadarachta indica 5,128 7,476 0,008 12,612 0,057 7 Turi Sesbania grandiflora 7,692 3,271 0,424 11,387 0,053 8 Ketapang Terminalia cuttapa 5,128 4,672 0,410 10,210 0,049 9 Gereng gereng Crotalaria striata 2,564 7,009 0,166 9,739 0,048 10 Putri malu Mimosa pudica 5,128 2,336 0,575 8,039 0,042 11 Kem Fleucortia rucam 5,128 1,869 0,271 7,214 0,038 12 Krinyu Eupatorium inulifolium 2,564 2,336 0,343 5,243 0,030 13 Kayu Santen Lannea coromandelica 2,564 1,869 0,318 4,751 0,028 14 Jati pasir Scaevola frutescens 2,564 1,401 0,207 4,172 0,025 15 Srikaya Annona squamosa 2,564 0,934 0,009 3,507 0,022 Jumlah 99,996 99,991 99,998 299,985 1,963 Keterangan:

Freq Rel : Frekuensi Relatif, Dom Rel : Dominansi Relatif, ID : Indeks Diversitas Shannon, Den Rel : Densitas Relatif, NP : Nilai Penting


(13)

13 Tabel 4.2. Jenis-jenis vegetasi Mangrove yang diketemukan di sekitar tapak

kegiatan penempatan Genset No Nama Daerah Nama Ilmiah

Freq Rel (%) Den Rel (%) Dom Rel (%) NP (%) ID 1 Tengar Ceriops decandra 13,691 35,771 35674 84.936 0,2080 2 Tanjang Bruguiera gymnorhyza 11,129 23,801 20758 62,255 0,1710 3 Prapat Sonneratia caseolaris 5.796 5,400 10,758 20,854 0,0890 4 Bakau putih Rhyzophora apiculata 6,255 3,400 11,305 20,160 0,0510 5 Buta-buta (Excoecaria agallocha) 5,196 4,914 5,018 14,472 0,0630 6 Ketapang Terminalia cattapa 8,915 1,461 3,530 12,246 0,0600 7 Bakau hitam Rhyzophora mucronata 2,118 2,517 1,181 8.606 0,0230 8 Basang siap Finlaysonia maritima 5,200 3,200 1,011 8,002 0,0043 9 Katang-katang Ipomoea pes-caprae 5,696 3,232 1,039 9,939 0,0340 10 Banang-banang Xylocarpus granatum 3,118 0,245 0,202 6,565 0,0215 11 Kambingan Derris trifolia 2,696 1,519 1,262 4,698 0,0320 12 Waru laut Thespesia populnea 2,001 1,001 1,224 4,226 0,310 13 Waru Hibiscus tiliaceus 2,201 0,225 1,667 4,093 0,292 14 Segsegan laut Sesupium portulacastrum 2,118 0,185 0,029 3,332 0,0210 15 Teki laut Cyperus maritima 3.101 0,221 0,045 3,333 0,0025 Jumlah 99,948 99,855 99,858 299,661 1,322 Keterangan:

Freq Rel : Frekuensi Relatif, Dom Rel : Dominansi Relatif, ID : Indeks Diversitas Shannon, Den Rel : Densitas Relatif, NP : Nilai Penting

Sedangkan kajian ekologi untuk fauna darat yang dikaji dan dianalisis langsung pada tapak egiatan/lokasi yang akan dibangun lokasi penempatan genset langsung dikaji berdasarkan individu yang dapat dilihat langsung maupun tidak dilihat secara langsung yaitu dikaji berberdasarkan suara maupun hasil wawancara. Adapaun hasil analisis fauna darat pada tapak kegiatan dan sekitarnya seperti tercantum pada Tabel 3

Tabel 4.3. Jenis-jenis Fauna Darat yang Diketemukan Pada lokasi Rencana pembangunan Genset dan sekitarnya

No Nama Lokal/

Daerah Nama Ilmiah

Individu Terlihat Tak Terlihat I. BURUNG/AVES

1 Tekukur Streptopelia chinensis +++ +

2 Gereja Passer montanus +++ -

3 Peking Lonchura punctulata +++ ++ 4 Walet sapi Colocalia esculenta +++ -

5 Mentog/dolong - +++ -

6 Kokokan Egretta garzetta ++ -

7 Prenjak jawa Prinia flaviventris ++ + 8 Kutilang Pycnonotus aurigaster ++ ++ 9 Layang-layang Hirundo rustica ++ - 10 Ayam Gallus-gallus domestica ++ -

11 Bondol Lonchura speciosa + -

12 Perit Lonchura leucogastroides + - 13 Trinil pantai Actities hypoleucos + -


(14)

14 tabel lanjutan ….

No Nama Lokal/

Daerah Nama Ilmiah

Individu Terlihat Tak Terlihat II. ARTHROPODA

1 Lalat rumah Musca domestica +++ - 2 Capung engkok Gomphis vulgatismus +++ - 3 Kupu-kupu kuning Nymphaelis nationa +++ -

4 Nyamuk Culex sp +++ -

5 Belalang rumput Decticus verruceparus +++ - 6 Tawon genta Vesvula maculata ++ -

7 Jangkrik Gryllus sp. + -

8 Belalang hijau Homocertus viridulis + - 9 Belalang coklat Phopus bridulus + - III MAMALIA

1 Kambing Capra sp +++

2 Sapi Bos sondaicus +++ -

3 Babi Sus sp + -

4 Anjing Canis canis + -

5 Kucing Felis domesticus + -

6 Tikus Rattus rattus + -

IV REPTILIA

1 Kadal Mabouya multifasciata + -

2 Tokek Gecko gecko + +

3 Biawak Varanus salvator + -

Keterangan

+++ = Jumlah banyak ( > 20 individu/jenis ) - = Tidak dijumpai

++ = Jumlah sedang ( 10 - 20 individu/jenis ) * = Satwa yang dilindungi + = Jumlah sedikit ( < 10 individu/jenis )

4.2 Pembahasan 4.2.1. Flora darat

Berdasarkan hasil analisis terhadap flora darat khususnya yang ada di wilayah tapak kegitan (Tabel 1 )dapat dinyatakan bahwa dari 17 jenis yang dianalisis ternyata 9jenis tergolong pohon dan 6 jenis tergolon semak. Dari 17 jenis yang diketemukan tersebut tidak ada jenis yang tergolong dilindungi undang-undang. Dari 17 jenis tersebut ada 3 jenis yang memiliki nilai penting tinggi ( Nilai Penting (NP) > 20 %) yaitu ket-ket ( Mimosa gigantea NP = 120,006 %) bekul (Zyzipus mauritinus NP = 33,102 %) dan widuri ( Calotropis gigantean NP = 27,000 %) . Ada 5jenis yang tergolong memiliki nilai penting sedang ( 10 % < NP < 20 % ) dan 9 jenis yang memeiliki nilai penting rendah ( NP < 10 %). Ditinjau dari hasil analisis terhadap Indek Diversitas (keanekaagaman jenis) secara keseluruhan tingkat keanekaragaman (diversitas ) jenis ini tergolong rendah ( ID = 1,963). Karena tanah tekstur berpasir dan bersifat porous serta memiliki tingkat salinitas tinggi dan tergolong miskin unsur hara menyebabkan vegetasi yang tumbuh bersifat selektif dan terbatas.


(15)

15 Sedangkan hasil analisis terhadap flora mangrove ( Tabel 2) diketemukan 15 jenis mangrove, terdiri dari 9 jenis pohon, 2 jenis semak dan 4 jenis herba. Dari jumlah tersebut terdapat 4 jenis yang memiliki nilai penting (NP) tinngi yaitu tengar ( Ceriops decandra NP = 84,936 %), tanjang (Bruguiera gymnorrhyza, NP = 62,225 %0 Prapat (Sonneratia alba NP = 20,854 %) dan bako putih ( Rhyzophora apiculata NP = 160 % ). Dua jenis yang memeiliki nilai penting sedang ( 10< NP <20 % ) dan 9 jenis memiliki nilai penting rendah (NP < 10 %) (Tabel 2). Hasil analisis terhadap tingkat keanekaragaman/diversitas jenis secara keselurhan terolong mantap (ID = 1,322 )

4.2.3. Fauna Darat

Hasil pengamaan terhadap fauna darat pada tapak kegiatan dan sekitarnya diketemukan 30 jenis fauna , terdiri dari 12 jenis burung (Aves), 9 jenis serangga (Arthropoda) , 6 jenis Mammalia dan 3 jenis Reptilia. Dari jenis–ienis tersebut tidak adajenis yang tergolong langka atau dilindungi undang-undang. Jenis-jenis yang teramati di lapangan baik secara langsung dilihat di lapangan maupun secara tidak langsung yaitu dengan mendengarkan suara (burung) atau melalui informasi penduduk. Dari jumlah fauna yang diketemukan secara keseluruhan ternyata 33 % diketemukan dalam jumlah banyak terutamadari jenis burung dan serangga, 23 % diketemukan dalam jumlah sedikit dan 44 % alam jumlah sedikit terutama dari jenis Reptilia dan Mammalia. Dari pengamatan tersebut sebagaian besar dapat terlihat saat pengamatan di lapangan


(16)

16

V. SIMPULAN

Hasil kajian terhadap keberadaan flora dan fauna di kawasan tapak kegiatan PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangikitan Bali PLTG Gilimanuk terhadap kegiatan penambahan lokasi penempatan Genset seluas 3000 m2 di zona perbatasan kawasan Taman Nasional Bali Barat dapat disimpulkan beberapa hal :

1. Jenis flora dan fauna yang diamati meliputi jenis flora dan fauna darat disekitar tapak kegiatan dan vegeasi mangrove di sekitar lokasi kegiatan.

2. Flora darat yang dianalisis terdiri dari 15 jenis didominasi oleh jenis ketket (Mimosa gigantean), untuk vegetasi mangrove terdiri dari 15 jenis didominasi oleh jenis tengar (Ceriops decandra). Semua jenis yang diamati pada kedua vegetasi (darat dan mangrove) semuanya tidak tergolong langka/tidak dilindungi undang-undang.

3. Fauna darat yang dianalisis pada tapak kegiaan dan sekitarnya terdiri dari 30 jenis fauna yaitu 12 jenis burung, 9 jenis serangga, 6 jenis mamalia dan 3 jenis reptilia. Semua jenis ini tidak ada yang tergolong langka atau dilindungi undang-undang.


(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Dahuri, R., N. S. Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis Biota Perairan. PPLH, Lembaga Penelitian, IPB. Bogor.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Djambatan . Jakarta. Mason, C.F. 1981. Biological Estuaries Pollution. Longman Group. Ltd. New Jersey.

Nybakken .J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Odum, E.P. 1979. Fundamentals of Ecology. Third Editions. W.B. Saunders Co. Japan. Romimohtarto. K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Djambatan Jakarta.

oeratmo, F. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Dep. Manajemen Hutan, Fak. Kehutanan IPB. Bogor.

Samingan, T. 1989. Metode Analisis dan Penilaian Vegetasi. Lab. Ekologi F. MIPA-IPB. Bogor.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menetapkan ISO 14001. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

www.rareplanet.org/sites/.../ringkasan%20lokasi%20bali%20barat.pdf. Draft Ringkasan TNBB

Statistik Daerah Provinsi Bali, 2012


(18)

18

LAMPIRAN KONDISI AKSISTING LAPANGAN


(1)

13 Tabel 4.2. Jenis-jenis vegetasi Mangrove yang diketemukan di sekitar tapak

kegiatan penempatan Genset No Nama Daerah Nama Ilmiah

Freq Rel (%) Den Rel (%) Dom Rel (%) NP (%) ID 1 Tengar Ceriops decandra 13,691 35,771 35674 84.936 0,2080 2 Tanjang Bruguiera gymnorhyza 11,129 23,801 20758 62,255 0,1710 3 Prapat Sonneratia caseolaris 5.796 5,400 10,758 20,854 0,0890 4 Bakau putih Rhyzophora apiculata 6,255 3,400 11,305 20,160 0,0510 5 Buta-buta (Excoecaria agallocha) 5,196 4,914 5,018 14,472 0,0630 6 Ketapang Terminalia cattapa 8,915 1,461 3,530 12,246 0,0600 7 Bakau hitam Rhyzophora mucronata 2,118 2,517 1,181 8.606 0,0230 8 Basang siap Finlaysonia maritima 5,200 3,200 1,011 8,002 0,0043 9 Katang-katang Ipomoea pes-caprae 5,696 3,232 1,039 9,939 0,0340 10 Banang-banang Xylocarpus granatum 3,118 0,245 0,202 6,565 0,0215 11 Kambingan Derris trifolia 2,696 1,519 1,262 4,698 0,0320 12 Waru laut Thespesia populnea 2,001 1,001 1,224 4,226 0,310 13 Waru Hibiscus tiliaceus 2,201 0,225 1,667 4,093 0,292 14 Segsegan laut Sesupium portulacastrum 2,118 0,185 0,029 3,332 0,0210 15 Teki laut Cyperus maritima 3.101 0,221 0,045 3,333 0,0025 Jumlah 99,948 99,855 99,858 299,661 1,322 Keterangan:

Freq Rel : Frekuensi Relatif, Dom Rel : Dominansi Relatif, ID : Indeks Diversitas Shannon, Den Rel : Densitas Relatif, NP : Nilai Penting

Sedangkan kajian ekologi untuk fauna darat yang dikaji dan dianalisis langsung pada tapak egiatan/lokasi yang akan dibangun lokasi penempatan genset langsung dikaji berdasarkan individu yang dapat dilihat langsung maupun tidak dilihat secara langsung yaitu dikaji berberdasarkan suara maupun hasil wawancara. Adapaun hasil analisis fauna darat pada tapak kegiatan dan sekitarnya seperti tercantum pada Tabel 3

Tabel 4.3. Jenis-jenis Fauna Darat yang Diketemukan Pada lokasi Rencana pembangunan Genset dan sekitarnya

No Nama Lokal/

Daerah Nama Ilmiah

Individu Terlihat Tak Terlihat I. BURUNG/AVES

1 Tekukur Streptopelia chinensis +++ +

2 Gereja Passer montanus +++ -

3 Peking Lonchura punctulata +++ ++

4 Walet sapi Colocalia esculenta +++ -

5 Mentog/dolong - +++ -

6 Kokokan Egretta garzetta ++ -

7 Prenjak jawa Prinia flaviventris ++ +

8 Kutilang Pycnonotus aurigaster ++ ++

9 Layang-layang Hirundo rustica ++ -

10 Ayam Gallus-gallus domestica ++ -

11 Bondol Lonchura speciosa + -

12 Perit Lonchura leucogastroides + -


(2)

14

tabel lanjutan ….

No Nama Lokal/

Daerah Nama Ilmiah

Individu Terlihat Tak Terlihat II. ARTHROPODA

1 Lalat rumah Musca domestica +++ -

2 Capung engkok Gomphis vulgatismus +++ -

3 Kupu-kupu kuning Nymphaelis nationa +++ -

4 Nyamuk Culex sp +++ -

5 Belalang rumput Decticus verruceparus +++ -

6 Tawon genta Vesvula maculata ++ -

7 Jangkrik Gryllus sp. + -

8 Belalang hijau Homocertus viridulis + -

9 Belalang coklat Phopus bridulus + -

III MAMALIA

1 Kambing Capra sp +++

2 Sapi Bos sondaicus +++ -

3 Babi Sus sp + -

4 Anjing Canis canis + -

5 Kucing Felis domesticus + -

6 Tikus Rattus rattus + -

IV REPTILIA

1 Kadal Mabouya multifasciata + -

2 Tokek Gecko gecko + +

3 Biawak Varanus salvator + -

Keterangan

+++ = Jumlah banyak ( > 20 individu/jenis ) - = Tidak dijumpai

++ = Jumlah sedang ( 10 - 20 individu/jenis ) * = Satwa yang dilindungi + = Jumlah sedikit ( < 10 individu/jenis )

4.2 Pembahasan 4.2.1. Flora darat

Berdasarkan hasil analisis terhadap flora darat khususnya yang ada di wilayah tapak kegitan (Tabel 1 )dapat dinyatakan bahwa dari 17 jenis yang dianalisis ternyata 9jenis tergolong pohon dan 6 jenis tergolon semak. Dari 17 jenis yang diketemukan tersebut tidak ada jenis yang tergolong dilindungi undang-undang. Dari 17 jenis tersebut ada 3 jenis yang memiliki nilai penting tinggi ( Nilai Penting (NP) > 20 %) yaitu ket-ket ( Mimosa gigantea NP = 120,006 %) bekul (Zyzipus mauritinus NP = 33,102 %) dan widuri ( Calotropis gigantean NP = 27,000 %) . Ada 5jenis yang tergolong memiliki nilai penting sedang ( 10 % < NP < 20 % ) dan 9 jenis yang memeiliki nilai penting rendah ( NP < 10 %). Ditinjau dari hasil analisis terhadap Indek Diversitas (keanekaagaman jenis) secara keseluruhan tingkat keanekaragaman (diversitas ) jenis ini tergolong rendah ( ID = 1,963). Karena tanah tekstur berpasir dan bersifat porous serta memiliki tingkat salinitas tinggi dan tergolong miskin unsur hara menyebabkan vegetasi yang tumbuh bersifat selektif dan terbatas.


(3)

15 Sedangkan hasil analisis terhadap flora mangrove ( Tabel 2) diketemukan 15 jenis mangrove, terdiri dari 9 jenis pohon, 2 jenis semak dan 4 jenis herba. Dari jumlah tersebut terdapat 4 jenis yang memiliki nilai penting (NP) tinngi yaitu tengar ( Ceriops decandra NP = 84,936 %), tanjang (Bruguiera gymnorrhyza, NP = 62,225 %0 Prapat (Sonneratia alba NP = 20,854 %) dan bako putih ( Rhyzophora apiculata NP = 160 % ). Dua jenis yang memeiliki nilai penting sedang ( 10< NP <20 % ) dan 9 jenis memiliki nilai penting rendah (NP < 10 %) (Tabel 2). Hasil analisis terhadap tingkat keanekaragaman/diversitas jenis secara keselurhan terolong mantap (ID = 1,322 )

4.2.3. Fauna Darat

Hasil pengamaan terhadap fauna darat pada tapak kegiatan dan sekitarnya diketemukan 30 jenis fauna , terdiri dari 12 jenis burung (Aves), 9 jenis serangga (Arthropoda) , 6 jenis Mammalia dan 3 jenis Reptilia. Dari jenisienis tersebut tidak adajenis yang tergolong langka atau dilindungi undang-undang. Jenis-jenis yang teramati di lapangan baik secara langsung dilihat di lapangan maupun secara tidak langsung yaitu dengan mendengarkan suara (burung) atau melalui informasi penduduk. Dari jumlah fauna yang diketemukan secara keseluruhan ternyata 33 % diketemukan dalam jumlah banyak terutamadari jenis burung dan serangga, 23 % diketemukan dalam jumlah sedikit dan 44 % alam jumlah sedikit terutama dari jenis Reptilia dan Mammalia. Dari pengamatan tersebut sebagaian besar dapat terlihat saat pengamatan di lapangan


(4)

16

V. SIMPULAN

Hasil kajian terhadap keberadaan flora dan fauna di kawasan tapak kegiatan PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangikitan Bali PLTG Gilimanuk terhadap kegiatan penambahan lokasi penempatan Genset seluas 3000 m2 di zona perbatasan kawasan Taman Nasional Bali Barat dapat disimpulkan beberapa hal :

1. Jenis flora dan fauna yang diamati meliputi jenis flora dan fauna darat disekitar tapak kegiatan dan vegeasi mangrove di sekitar lokasi kegiatan.

2. Flora darat yang dianalisis terdiri dari 15 jenis didominasi oleh jenis ketket (Mimosa gigantean), untuk vegetasi mangrove terdiri dari 15 jenis didominasi oleh jenis tengar (Ceriops decandra). Semua jenis yang diamati pada kedua vegetasi (darat dan mangrove) semuanya tidak tergolong langka/tidak dilindungi undang-undang.

3. Fauna darat yang dianalisis pada tapak kegiaan dan sekitarnya terdiri dari 30 jenis fauna yaitu 12 jenis burung, 9 jenis serangga, 6 jenis mamalia dan 3 jenis reptilia. Semua jenis ini tidak ada yang tergolong langka atau dilindungi undang-undang.


(5)

17 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Dahuri, R., N. S. Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis Biota Perairan. PPLH, Lembaga Penelitian, IPB. Bogor.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Djambatan . Jakarta. Mason, C.F. 1981. Biological Estuaries Pollution. Longman Group. Ltd. New Jersey.

Nybakken .J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Odum, E.P. 1979. Fundamentals of Ecology. Third Editions. W.B. Saunders Co. Japan. Romimohtarto. K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Djambatan Jakarta.

oeratmo, F. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Dep. Manajemen Hutan, Fak. Kehutanan IPB. Bogor.

Samingan, T. 1989. Metode Analisis dan Penilaian Vegetasi. Lab. Ekologi F. MIPA-IPB. Bogor.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menetapkan ISO 14001. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

www.rareplanet.org/sites/.../ringkasan%20lokasi%20bali%20barat.pdf. Draft Ringkasan TNBB

Statistik Daerah Provinsi Bali, 2012


(6)

18

LAMPIRAN KONDISI AKSISTING LAPANGAN