PENGEMBANGAN PROGRAM SIMULASI MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN UNTUK MEMBANGUN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

PENGEMBANGAN PROGRAM SIMULASI MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN UNTUK MEMBANGUN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi

Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan

Oleh

Debora Sitinjak

1102671

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Hak Cipta

Pengembangan Program Simulasi Materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Untuk

Membangun Pemahaman Konsep dan

Keterampilan Proses Sains Siswa

Oleh

Debora Sitinjak

S.Pd Unimed Medan, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi

Pendidikan Kimia SL Sekolah Pasca Sarjana

© Debora Sitinjak 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program simulasi materi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan yang didesain untuk membangun pemahaman konsep dan keterampilan proses sains (KPS) siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) secara mandiri. Selain itu tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari program simulasi yang dikembangkan. Desain penelitian pengembangan ini meliputi tahapan studi pendahuluan yang mencakup analisis konsep materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, evaluasi simulasi yang terdahulu, analisis kebutuhan siswa, dan membuat draf produk. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengembangan produk sampai tahap uji coba terbatas awal. Draf produk program simulasi materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dibuat ke dalam bentuk storyboard. Stroryboard kemudian direalisasikan menjadi sebuah produk digital program simulasi. Produk diujikan kepada tiga orang siswa untuk mendapatkan umpan balik terhadap kualitas program simulasi secara teknik dan tiga orang guru untuk mendapatkan informasi ketepatan konsep dan kualitas program. Program simulasi kemudian direvisi dan diujicobakan kepada tujuh orang siswa sebagai pengguna utama, untuk mengetahui bagaimana program simulasi kelarutan garam-garam yang dikembangkan dapat membangun pemahaman konsep dan KPS siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah program simulasi kelarutan garam-garam yang dikembangkan didesain untuk membangun pemahaman konsep dan KPS siswa yang didukung dengan visualisasi pelarutan garam yang jelas, grafik hubungan antara jumlah ion terlarut dengan jumlah ion total, soal-soal latihan pemahaman konsep dan KPS yang dikontrol oleh siswa secara mandiri. Selain itu pemahaman konsep siswa yang dapat dibangun adalah terkait konsep kelarutan dan pengaruh ion senama. Program simulasi juga dapat membangun KPS pada indikator keterampilan mengelompokkan atau mengklasifikasikan (membedakan), menafsirkan pengamatan (menghubung-hubungkan hasil pengamatan) dan meramalkan atau prediksi.

Kata kunci: program simulasi, pemahaman konsep, KPS, kelarutan dan hasil kali


(5)

ABSTRACT

This research aims to produce a simulation program of Solubility and Ksp, designed to

construct students’ conceptual understanding and science process skills (KPS) of XI grade Senior High School (SMA) student. Besides, the purpose of this study is to gain information about the strengths and weaknesses of constructed simulation program. This Research and Development design includes research and information collecting which involves concept analysis of solubility and Ksp, evaluating the previous

simulation, needs assessment, and creating draft. Then, product development was done until preliminary test. Simulation program draft was formed into a storyboard. This storyboard was converted into a digital product. The product was examined to three students to gain feedback toward program quality technically, and also to three chemistry teachers in order to get information about content and program quality. Simulation program was revised and examined to seven students as first users, to know how the constructed solubility and Ksp simulation programs develop students’

conceptual understanding and KPS. The result is designed to construct conceptual understanding and KPS which is also supported by clear solubility visualization, graph of relationship between soluble ionic number and total ionic number, several questions for conceptual understanding and KPS controlled by students

independently. Further, students’ conceptual understanding constructed is related to

solubility concept and common-ion effect. The simulation program can also construct KPS in classifying, interpreting observation and predicting skill indicators.

Keywords: simulation program, conceptual understanding, KPS, solubility and Ksp,


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………... i

ABSTRAK………... ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Pembatasan Masalah………... 7

D. Tujuan Penelitian……….. 7

E. Manfaat Penelitian……… 7

F. Penjelasan Istilah………... 8

BAB II MEMBANGUN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PROGRAM SIMULASI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN………... 9

A. Belajar Konsep melalui Program Simulasi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan……….. 9

B. Membangun Keterampilan Proses Sains (KPS) melalui Program Simulasi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan……….. 13

C. Simulasi Pembelajaran berbasis Komputer………. 15

1. Pengertian dan Karakteristik Simulasi Pembelajaran……….. 15


(7)

3. Pengembangan Program Simulasi Pembelajaran………. 19

D. Deskripsi Materi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan……….. 22

a. Kelarutan Garam………. 22

b. Kelarutan Garam Sukar Larut………. 24

c. Reaksi Pengendapan……… 26

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan………... 26

E. Penelitian yang Relevan……… 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 31

A. Desain Penelitian……….. 31

B. Subjek Penelitian……….. 31

C. Prosedur Penelitian………... 32

D. Instrumen Penelitian………... 35

1. Form Analisis Konsep dan Form Evaluasi Simulasi Terdahulu………... 35

2. Angket Penilaian Program Simulasi………. 36

3. Lembar Observasi………. 36

4. Tes Tertulis………... 36

E. Teknik Pengumpulan Data……… 37

F. Teknik Analisis Data………... 38

1. Tes Tertulis……… 38

a. Reliabilitas Tes……….. 38

b. Validitas………... 39

2. Angket Penilaian Program Simulasi………. 39

3. Lembar Observasi………. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 43

1. Desain Program Simulasi Kelarutan Garam-garam yang dikembangkan………. 43


(8)

2. Pemahaman Konsep Siswa yang dapat Dibangun melalui Program Simulasi

Kelarutan Garam-garam………... 53

3. KPS Siswa yang dapat Dibangun melalui Program Simulasi Kelarutan Garam-garam………... 58

4. Kekuatan dan Kelemahan Program Simulasi Kelarutan Garam-garam yang Dikembangkan………... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 68

A.Kesimpulan………... 68

B.Saran……….. 69

DAFTAR PUSTAKA……… 70


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013, kriteria kualifikasi kemampuan lulusan dirumuskan ke dalam tiga domain, yaitu (1) sikap dan perilaku meliputi: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan; (2) keterampilan meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta; dan (3) pengetahuan meliputi: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi (Kemdikbud, 2013). Hal tersebut menyatakan dengan jelas bahwa siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui dan menghafal teori, hukum, prinsip dan konsep-konsep pada materi kimia semata, namun juga diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami serta menerapkan konsep, memiliki kemampuan menganalisis, dan mengembangkan keterampilan proses sains (KPS) siswa. Siswa diharapkan mampu mengaitkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari karena konsep merupakan hal yang penting di dalam pembelajaran kimia.

Menurut Dahar (2006:62) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan yang didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Dengan demikian penguasaan akan konsep dan keterampilan untuk memproses pengetahuan merupakan kompetensi penting yang harus dicapai oleh siswa di dalam pembelajaran kimia.

Materi kimia memiliki karakteristik yang sebagian besar kajiannya bersifat abstrak, yang tidak mudah untuk dijelaskan secara verbal serta memerlukan contoh-contoh yang nyata yang terdapat di sekitar lingkungan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kimia memerlukan suatu media yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi kimia tidak dengan cara verbal saja namun juga dapat


(10)

2

memvisualisasikan materi tersebut. Dengan visualisasi dan sifat interaktif yang dimiliki oleh simulasi pembelajaran berbasis komputer, materi kimia dapat disajikan dengan menampilkan representasi submikroskopis dan simbolis dari pertimbangan makroskopik materi tersebut. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan simulasi siswa dapat berinteraksi dan memperoleh informasi yang lebih banyak. Dengan demikian, pengetahuan akan terbentuk lebih baik saat siswa dapat mengalami secara langsung aktivitas pembelajaran tersebut. Hal ini mendukung penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran kimia yang menggunakan media yang mengandung unsur visual, audio serta gerak dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Selain pemahaman konsep kimia, KPS siswa pun dapat dibangun karena melibatkan aktivitas siswa secara langsung saat berinteraksi dengan simulasi.

Proses pembelajaran kimia yang masih berlangsung secara tradisional (guru mengajar di depan kelas dan para siswa membuat catatan) berakibat pada cara siswa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, yaitu siswa hanya memperhatikan perhitungan tanpa memahami konsep-konsep kimia yang terkait di dalamnya. Padahal kimia bukan hanya sekedar hitungan matematika sederhana saja, melainkan di dalam hitungan kimia terkait konsep-konsep yang harus dipergunakan untuk menyelesaikan hitungan kimia tersebut. Noh dan Scharman dalam Liu, et al. (2008:466) juga sependapat bahwa pembelajaran yang bersifat tradisional tidak efektif dalam membantu mayoritas siswa memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak dengan penjelasan yang bersifat verbal saja. Padahal pembelajaran kimia yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA), menuntut kemampuan siswa untuk menguasai KPS seiring dengan pemahaman akan konsep kimia.

Perkembangan teknologi informasi menjadikan ilmu pengetahuan dan pendidikan terus-menerus mengalami perkembangan. Teknologi komputer telah memberi nilai tambah pada dunia pendidikan melalui pemanfaatan komputer untuk digunakan di dalam proses pembelajaran dan juga dipergunakan untuk membangun media


(11)

pembelajaran berbasis komputer. Hasil penelitian yang banyak dilakukan terkait pembelajaran dengan menggunakan komputer atau Computer-Assisted Instruction (CAI) menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode berbasis komputer dengan siswa yang diajar dengan metode tradisional.

Plass, et al. (2012:395) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran berbasis komputer sejalan dengan proses pembelajaran sains, menawarkan kesempatan untuk belajar aktif, pembelajaran kontekstual, dan penggunaan visualisasi untuk mengklarifikasi konsep-konsep yang sulit. Dengan demikian, penggunaan media berbasis komputer dapat membantu terbentuknya pemahaman konsep dan KPS di dalam pembelajaran kimia yang bersifat abstrak. Media pembelajaran elektronik pada umumnya telah menggabungkan unsur suara, gambar dan gerak seperti multimedia interaktif dan animasi, bahkan ada yang memungkinkan terjadi interaksi antara siswa dengan media pembelajaran tersebut seperti pada game pembelajaran dan simulasi pembelajaran.

Penelitian tentang simulasi dan laboratorium Virtual Reality untuk berbagai konsep kimia yang dikerjakan melalui proyek PhET (Physics Education Technology) menyatakan bahwa siswa lebih mudah menginterpretasi dan memahami konsep-konsep abstrak kimia dengan simulasi. Simulasi sains layaknya PhET merupakan salah satu sumber simulasi yang dapat digunakan secara offline. PhET juga memandang pentingnya peranan simulasi dalam proses pembelajaran. PhET merupakan hasil proyek kerjasama yang dilaksanakan oleh Universitas Colorado. Mereka telah berhasil membuat beberapa simulasi komputer yang dikembangkan sebagai upaya untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi-materi yang dipelajari dalam bidang fisika, kimia, biologi dan ilmu lainnya. Salah satu simulasi PhET pada bidang kimia berjudul Salt and Solubility (SS), mengambil konsep-konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Simulasi SS ini sudah dimanfaatkan di dalam pembelajaran, dan hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman siswa terkait konsep-konsep materi kelarutan dan hasil kali


(12)

4

kelarutan. Simulasi yang dihasilkan oleh PhET diharapkan dapat memenuhi kebutuhan proses pembelajaran, karena menurut penelitian yang dilakukan simulasi dapat membantu siswa membentuk pemahaman saintifik berdasarkan pengetahuan yang telah ada pada siswa. Menurut Adams, et al. (2009:682), simulasi PhET ini juga dapat memotivasi siswa untuk secara aktif terlibat dalam materi yang disimulasikan atau dengan arti lain siswa ikut berproses.

Walaupun demikian, simulasi SS PhET belum dilengkapi dengan soal-soal yang dapat digunakan sebagai latihan bagi siswa. Demikian juga dengan fitur seperti grafik yang bermanfaat untuk menunjukkan kecenderungan kelarutan suatu garam. Hal tersebut cukup penting untuk diintegrasikan ke dalam suatu simulasi yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Honey dan Hilton (2011:18) mengungkapkan bahwa simulasi mampu menyediakan representatif visual dari sebuah teori yang sangat sulit untuk dihadirkan pada lingkungan statis seperti textbook sains, namun merupakan hal yang penting untuk dipahami mengapa suatu materi tersebut bersifat seperti yang diamati. Pada penelitian yang dilakukan oleh Burke, et al. dalam Liu, et al. (2008:467), menyatakan bahwa simulasi didesain untuk membantu siswa memvisualisasikan sebuah proses atau reaksi kimia dan juga untuk mengkomunikasikan konsep dan teori yang abstrak kepada siswa. Simulasi juga mampu mendemonstrasikan level molekular reaksi kimia, membantu siswa menemukan konsep kimia secara mandiri, serta mendorong komunikasi dan kolaborasi di dalam sebuah kelompok.

Karakteristik simulasi tersebut sesuai dengan karakteristik materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang merupakan materi untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI. Berdasarkan hasil analisis konsep untuk materi tersebut, keseluruhan konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan konsep yang berdasarkan prinsip, yang menuntut pemahaman yang lebih mendalam bagi para siswa untuk dapat memahami prinsip-prinsip dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sejauh ini pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan


(13)

cenderung ke arah perhitungannya saja, sedangkan proses yang terjadi di dalamnya tidak banyak dijelaskan. Untuk itulah pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan memerlukan media yang mampu menggambarkan proses kelarutan tersebut secara submikroskopik dan simbolik yaitu dengan simulasi berbasis komputer.

Pada pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, potensi untuk mengembangkan KPS sangat besar karena siswa dapat berinteraksi dengan program simulasi secara langsung, yaitu siswa aktif berinteraksi dengan materi kimia yang disajikan di dalam program simulasi tersebut. Pengembangan KPS siswa dapat diakomodasi melalui simulasi berbasis komputer yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa, dan sejalan dengan karakteristik simulasi yang interaktif. Sejalan dengan peranan dan manfaat simulasi dalam pembelajaran, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ini akan lebih bermakna dengan bantuan simulasi pembelajaran yang dikembangkan.

Simulasi memiliki potensi untuk digunakan sebagai individual learning karena simulasi bersifat interaktif yang mampu memenuhi berbagai macam kebutuhan para siswa (Honey dan Hilton, 2010). Aktivitas siswa yang berinteraksi aktif dengan program simulasi, melakukan perubahan-perubahan, mengontrol jalannya simulasi sesuai dengan kepentingan siswa tersebut, pada saat inilah simulasi bermanfaat untuk proses belajar mandiri. Kontrol yang diberikan kepada siswa dalam melakukan beberapa perubahan pada variabel simulasi, akan direspon oleh program simulasi dengan mencatat dan menunjukkan pada tampilan simulasi setiap aktivitas siswa. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi aktivitas ataupun perubahan yang dilakukan di dalam program simulasi. Sejumlah guru menyatakan bahwa mereka dapat menggunakan simulasi di dalam pembelajaran dan mendapatkan umpan balik dari simulasi tersebut berupa peningkatan hasil belajar dan proses belajar mandiri seperti yang diungkapkan D i e t e r l e et al. , d a l a m H o n e y d a n H i l t o n ( 2 0 1 0 : 4 7 ) . Dengan memanfaatkan


(14)

6

program simulasi untuk pembelajaran mandiri, maka simulasi dapat dijadikan sebagai

individual learning courseware atau courseware untuk belajar mandiri.

Berbagai manfaat pun telah diperoleh dan dirasakan melalui penggunaan simulasi dalam pembelajaran kimia. Manfaat yang sangat sederhana namun penting adalah meringankan tugas guru sebagai fasilitator dan membantu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran menggunakan simulasi komputer dapat memberikan beberapa keuntungan, diantaranya yaitu para siswa dapat menyelidiki contoh-contoh konsep yang diperkenalkan dengan mengubah nilai-nilai parameternya, memeriksa kondisi-kondisinya, dapat menginterpretasikan konsep ilmiah yang mendasar dari suatu simulasi, dan kemampuan dalam memberikan umpan balik yang cepat (Suwondo, 2008:67).

Dengan mempertimbangkan manfaat simulasi di dalam pembelajaran serta memperhatikan kelebihan dan kelemahan simulasi kimia yang telah ada (simulasi SS PhET), memberikan suatu gagasan untuk mendesain dan mengembangkan sebuah program simulasi pembelajaran kimia pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Program simulasi yang dikembangkan ini diharapkan dapat membangun pemahaman konsep dan mengembangkan KPS siswa, yang digunakan sebagai

courseware belajar mandiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana pengembangan program

simulasi materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai courseware belajar mandiri yang dapat membangun pemahaman konsep dan KPS siswa?”

Selanjutnya untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, sub-sub masalah diuraikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana desain program simulasi Kelarutan Garam-garam dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan?


(15)

2. Bagaimana pemahaman konsep siswa yang dibangun melalui program simulasi yang dikembangkan?

3. Bagaimana KPS siswa yang dibangun melalui program simulasi yang dikembangkan?

4. Apa kekuatan dan kelemahan dari program simulasi kelarutan garam-garam yang dikembangkan terkait pemahaman konsep dan KPS siswa?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih terarah, masalah dibatasi untuk pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan pada konsep kelarutan, hasil kali kelarutan dan pengaruh ion senama terhadap kelarutan garam, dan untuk KPS dibatasi pada keterampilan dasar proses sains (basic process science skills) yaitu mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, memprediksi dan berkomunikasi. Pengembangan program simulasi menggunakan program komputer Macromedia Flash 8.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program simulasi kelarutan garam-garam untuk membangun pemahaman konsep dan KPS siswa. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari program simulasi yang dikembangkan terkait pemahaman konsep dan KPS siswa yang dapat dibangun sebagai pertimbangan untuk penyempurnaan program simulasi yang dihasilkan.

E. Manfaat Penelitian


(16)

8

1. Dengan simulasi kelarutan garam-garam yang dikembangkan ini dapat membantu siswa dalam proses belajar mandiri dan membangun pemahaman konsep serta KPS siswa.

2. Dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru kimia untuk memanfaatkan dan mengembangkan media-media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

F. Penjelasan Istilah

1. Program simulasi adalah model komputasi dari situasi nyata atau fenomena alam yang memberi kesempatan pada penggunanya untuk mengeksplorasi/menggali makna dari gerakan atau parameter yang dimodifikasi di dalam simulasi. Honey dan Hilton (2010: 18).

2. Courseware belajar mandiri merupakan courseware yang dapat memberikan

kesempatan kepada penggunanya (siswa) untuk mengerti dan menggali konsep-konsep yang tertuang dalam courseware tersebut secara individu (Honey dan Hilton, 2010: 62).

3. Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan dan konsep merupakan batu pembangun berpikir (Dahar, 2006:62).

4. Keterampilan Proses Sains merupakan keterampilan intelektual, manual dan sosial yang digunakan untuk membangun pemahaman terhadap suatu konsep/gagasan/pengetahuan dan meyakinkan/menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk. Keterampilan tersebut meliputi aspek-aspek kemampuan mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesa, merencanakan penelitian, menerapkan konsep dan berkomunikasi (Rustaman, 1995:86).


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan pendidikan atau

Research and Development. Metode penelitian pengembangan pendidikan adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk pendidikan tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut di dalam dunia pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti beberapa tahapan pada penelitian pengembangan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini.

Tahapan penelitian R&D oleh Gall dan Borg (2002:570) yang digunakan pada penelitian ini dirancang ke dalam tiga tahap seperti yang dimodifikasi oleh Sukmadinata (2010), yaitu: 1) Studi Pendahuluan, mencakup pengumpulan data tentang kondisi – kondisi yang sudah ada, perencanaan, memperhitungkan faktor-faktor pendukung pengembangan produk, dan menyusun draf produk, 2) Pengembangan Produk, yang mencakup serangkaian uji coba dan evaluasi serta perbaikan untuk penyempurnaan produk dan 3) Uji Produk, merupakan aktivitas pengujian produk secara eksperimen untuk membandingkan produk yang dikembangkan. Pada penelitian ini, tahapan penelitian yang dilaksanakan untuk dua tahap pertama yaitu, studi pendahuluan dan pengembangan model yaitu menguji coba produk yang dikembangkan untuk menyempurnakan produk yang dihasilkan.

B. Subjek Penelitian

Produk yang dikembangkan berupa program simulasi Kelarutan Garam-garam diujicobakan kepada tujuh orang siswa kelas XI di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung. Sebelum produk simulasi ini diuji coba, program simulasi terlebih dahulu di evaluasi oleh tiga orang guru SMA untuk menilai ketepatan materi di dalam program simulasi dan tiga orang siswa kelas XI untuk menilai kualitas


(18)

32

program simulasi yang dikembangkan. Hasil ujicoba ini akan menghasilkan data yang digunakan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan produk.

C. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini mengikuti langkah-langkah penelitian R&D menurut Gall dan Borg (2002:570) yang diadaptasi oleh Sukmadinata (2010) seperti berikut: Studi Pendahuluan mencakup penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan draf produk, Pre Eliminary Field

Test (uji coba lapangan awal), Revisi Hasil Uji Coba, Main Field Test (uji coba

secara lapangan/uji coba secara luas), Penyempurnaan produk hasil uji lapangan, Penyempurnaan produk akhir dan diakhiri dengan Diseminasi dan Implementasi Produk Akhir.

Di dalam penelitian ini tahap yang dilakukan sampai pada tahap Pre Eliminary

Field Test atau uji coba lapangan awal. Tahap-tahap penelitian dan pengembangan ini

disusun ke dalam sebuah diagram alur penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Uraian tentang langkah-langkah penelitian pengembangan pendidikan yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan seperti berikut:

Studi Pendahuluan

a. Menganalisis materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui konsep-konsep yang terdapat di dalam materi ini dan untuk merancang urutan materi di dalam program simulasi agar sesuai dengan kompetensi dasar silabus kimia.

b. Menganalisis produk-produk simulasi kimia yang telah beredar untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dalam hal ini simulasi yang dianalisis adalah simulasi Salt and Solubility dari PhET. Analisis ini dijadikan dasar untuk mengembangkan simulasi baru terkait materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan simulasi ini.


(19)

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Analisis konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Pembuatan desain program

simulasi kelarutan garam-garam Rancangan Instrumen Penelitian

Validasi program simulasi Validasi Instrumen Penelitian

Penyempurnaan Draf Awal Produk

Pre-eliminary Field Test (Uji coba lapangan awal)

Revisi Analisis simulasi PhET dan simulasi terkait

materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Hasil uji coba Angket Penilaian Produk

Awal

Observasi

Analisis Tes Tertulis

Penyusunan Draf Awal Produk

Kesimpulan

Studi Pendahuluan

Pengem-bangan Produk


(20)

34

c. Menganalisis kebutuhan siswa dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai seperti manfaat dari produk yang dihasilkan untuk pendidikan. Hasil analisis kebutuhan siswa menyatakan bahwa pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan seringkali diajarkan hanya dengan menekankan pada perhitungan saja, belum sampai pada tahap penekanan konsep dan level submikroskopiknya. Hal ini membuat siswa terkadang merasa jenuh, apalagi dengan metode pembelajaran yang tidak bervariasi. Dari hasil analisis kebutuhan juga diperoleh informasi bahwa penggunaan media ataupun simulasi di dalam pembelajaran masih sangat jarang.

d. Merencanakan Penelitian, yaitu menyusun rencana penelitian yang meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian seperti: 1) tenaga ahli media; 2) tim validasi dan penentuan sampel; 3) merumuskan tujuan yang hendak dicapai yaitu program simulasi untuk membangun pemahaman konsep dan KPS siswa secara mandiri; dan 4) mengembangkan desain program simulasi, dilakukan dengan menyusun dan mengevaluasi storyboard dan flowchart yang dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh storyboard dan flowchart yang paling sesuai untuk direalisasikan ke dalam bahasa pemrograman.

e. Pengembangan Draf Produk meliputi: 1) pengembangan/pembuatan program simulasi, tahap ini merupakan tahap realisasi stroyboard ke dalam bahasa pemrograman sampai menghasilkan produk berupa program simulasi; 2) langkah-langkah proses pembelajaran, dalam hal ini uji coba program simulasi tidak dilakukan di dalam pembelajaran di kelas pada umumnya, namun hanya dilakukan pada beberapa orang siswa dengan menggunakan ruangan laboratorium komputer; dan 3) instrumen evaluasi dengan menggunakan instrumen berupa angket penilaian program simulasi, dan untuk mengukur keberhasilan program simulasi dalam membangun pemahaman konsep dan KPS siswa digunakan instrumen untuk mengukur pemahaman


(21)

konsep dan KPS. Sebelum dilanjutkan dengan tahap uji coba lapangan, produk berupa program simulasi dan instrumen penelitian yang digunakan dievaluasi dan divalidasi oleh ahli media dan ahli materi kimia terlebih dahulu.

Pengembangan Produk

a. Uji coba lapangan awal, uji coba di lapangan dimulai dengan menguji program simulasi pertama sekali kepada tiga orang guru kimia dan tiga orang siswa. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh umpan balik terhadap pengembangan program simulasi, baik dari sisi media (kemudahan penggunaan) maupun konten kimia yang terintegrasi di dalam program simulasi. Program simulasi kemudian diperbaiki berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji awal ini. Simulasi yang telah diperbaiki tersebut kemudian diujikan kembali kepada tujuh orang siswa sebagai pengguna utama. Selama uji coba, diadakan observasi dan penyebaran angket untuk menilai program simulasi yang dikembangkan.

b. Revisi hasil uji coba, langkah ini dilakukan setelah mendapatkan hasil dan masukan dari uji coba terbatas yang dilakukan sebelumnya. Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk program simulasi sesuai dengan hasil uji coba.

c. Setelah revisi program simulasi hasil uji coba terbatas, maka hasil yang diperoleh disusun ke dalam sebuah laporan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan sesuai dengan tahap penelitian dan pengembangan yang dilakukan, yaitu form analisis, angket penilaian program simulasi, tes tertulis dan lembar observasi.


(22)

36

Form analisis ini digunakan untuk menganalisis konsep materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dan menganalisis simulasi yang telah ada sebelumnya. Form analisis ini digunakan sebagai langkah awal untuk mengumpulkan data mempersiapkan pengembangan program simulasi (Lampiran A1). Form analisis ini menyajikan data deskriptif yang dijadikan acuan dalam pengembangan produk (program simulasi kelarutan garam-garam).

2. Angket Penilaian Program Simulasi

Angket penilaian program simulasi ini berisi tentang penilaian terhadap produk program simulasi yang dikembangkan ditinjau dari beberapa aspek. Aspek-aspek yang dinilai dari program simulasi ini antara lain: kualitas program simulasi yang terkait dengan kualitas dari konten (isi) serta tujuan dari program simulasi yang dikembangkan, kualitas pembelajaran, kualitas secara teknis serta tingkat kepuasan pengguna terhadap program simulasi. Angket ini diberikan kepada para guru kimia dan juga siswa sebagai langkah awal untuk mengevaluasi program simulasi yang dikembangkan, kemudian diberikan kepada siswa untuk mengetahui penilaian siswa mengenai program simulasi yang digunakan dan pemahaman konsep serta KPS apa saja yang dapat dibangun. Angket ini berupa pernyataan-pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu Setuju dan Tidak Setuju (Lampiran A2).

3. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mencatat seluruh aktivitas siswa dan sikap siswa selama berinteraksi dengan program simulasi kelarutan garam-garam yang telah dikembangkan (Lampiran A3).

4. Tes Tertulis

Tes tertulis ini berisi soal-soal berbentuk uraian terbatas yang digunakan untuk mengukur pengetahuan konsep kimia pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dan KPS siswa. Terlebih dahulu disusun kisi-kisi instrumen pengukuran konsep dan KPS siswa yang dapat dibangun. Terdapat 11 butir soal untuk mengukur pengetahuan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa dan 10 butir soal untuk mengukur


(23)

KPS siswa (Lampiran A4 dan A5). Untuk memperoleh data yang dipercaya dan akurat dilakukan validasi soal kepada validator ahli dan kemudian uji coba instrumen untuk mengukur reliabilitas tes. Tujuannya adalah untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel supaya data yang dihasilkan dari penelitian ini akurat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berikut disajikan Tabel 3.1 mengenai teknik pengumpulan data untuk setiap instrumen penelitian yang digunakan.

Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

No Data Sumber

Data

Instrumen Teknik Pengumpulan Data

1

2

Studi Pendahuluan

Hasil Analisis Simulasi pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Hasil Analisis Konsep Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Simulasi PhET

Buku teks

Format Analisis Program Simulasi

Format Analisis Konsep Studi Dokumenter Studi Dokumenter 1 2 3 4 5 Pengembangan Model (Produk)

Desain Program Simulasi (Storyboard dan Flowchart)

Format Validasi Instrumen Penelitian

Format Penilaian Program Simulasi

Pemahaman Konsep dan Penguasaan Keterampilan Proses Sains

Aktivitas dan Sikap

Validator dan Pengembang Validator dan Siswa Guru dan Siswa Siswa Siswa Format Storyboard dan Flowchart Format Validasi Angket Penilaian Program Simulasi Soal Tes Lembar Observasi Evaluasi Pengisian Angket Pengisian angket Tes Tertulis Observasi


(24)

38

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan sifatnya, yaitu data kualitatif dianalisis secara kualitatif dan data kuantitatif dianalisis secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan pada hasil studi pendahuluan pengembangan program yaitu berupa hasil analisis simulasi yang ada, hasil analisis konsep materi kelarutan dan hasil kali kelarutan serta angket penilaian program simulasi. Untuk data kuantitatif berupa tes tertulis pemahaman konsep dan KPS siswa serta lembar observasi.

Untuk uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penggunaan program simulasi kelarutan garam-garam terhadap pembentukan pemahaman konsep siswa untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, dan KPS yang berkembang. Sebelum menggunakan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian ini, instrumen-instrumen seperti tes tertulis untuk penilaian pemahaman konsep dan KPS akan dianalisis menurut ketentuan berikut:

1. Tes tertulis a. Reliabilitas tes

Reliabilitas tes adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda dari suatu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Spearman-Brown dengan teknik belah dua (split half) (Sugiyono, 2011: 131).

... (1)

Keterangan :

= reliabilitas internal seluruh instrumen


(25)

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Reliabilitas Klasifikasi

Tidak reliabel

reliabilitas rendah

reliabilitas sedang

reliabilitas tinggi

reliabilitas tinggi sekali

reliabilitas sempurna

b. Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi (content validity) dan konstruksi (construct validity). Uji validitas ini dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgement) dan penilaian dari dosen yang ahli dalam bidang konten kimia (Firman, 2000:107). Form validasi instrumen pemahaman konsep dan KPS siswa dapat dilihat pada Lampiran A6.

2. Angket Penilaian Program Simulasi

Angket penilaian program simulasi terdiri dari beberapa pernyataan terkait program simulasi dengan pilihan jawaban adalah Setuju dan Tidak Setuju. Untuk pernyataan positif, pilihan jawaban setuju bernilai satu dan tidak setuju tidak bernilai atau nol, dan sebaliknya untuk pernyataan negatif, pilihan tidak setuju bernilai satu dan pilihan jawaban setuju tidak bernilai atau nol. Untuk menghitung persentasi tanggapan guru dan siswa setiap item digunakan persamaan (1) dan kriteria interpretasi persentasi seperti pada Tabel 3.1


(26)

40

……….. (2)

Keterangan:

T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap s = skor setiap kelompok

= skor tertinggi setiap item

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Persentase (Riduwan, 2002)

Rentang skor (%) Tafsiran

0-25 Kurang positif

26-50 Cukup positif

51-70 Positif

71-100 Sangat positif

3. Lembar Observasi

Data keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan program simulasi dianalisis (PK) dengan persamaan (3) dan kriteria pelaksanaan pembelajaran dengan program simulasi seperti pada tabel 3.4

……… (3)

Tabel 3.4 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Program Simulasi (Riduwan, 2002)

Rentang persentase (%) Kategori

0-19 Tidak baik


(27)

40-59 Cukup baik

60-79 Baik

80-100 Sangat baik

Analisis data hasil observasi ini dilakukan dengan uji statistik menggunakan program komputer. Teknik analisis data selengkapnya dijelaskan pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Teknik Analisis Data

No Jenis Data Teknik Analisis

1 Perangkat Program Simulasi Deskripsi dengan menggunakan form

storyboard.

2 Hasil penilaian terhadap kualitas program simulasi

Butir angket dihitung dan dianalisis persentase penilaian tiap bagian butir angket.

3 Hasil uji pemahaman konsep siswa yang dibangun

Soal pemahaman konsep dihitung dan dianalisis skor tiap butir soal.

4 Hasil uji KPS siswa yang dapat dibangun

Soal uji KPS dihitung dan dianalisis skor tiap butir soal.

5 Hasil tanggapan siswa terhadap program simulasi yang dikembangkan

Butir angket dihitung dan dianalisis persentase tiap bagian butir angket. 6 Hasil observasi aktivitas siswa saat

menggunakan program simulasi

Lembar observasi dihitung dan dianalisis persentase aktivitas yang diobservasi.

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara berkesinambungan. Teknik analisis data penelitian dilakukan sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

Data Studi Pendahuluan

Pada data studi pendahuluan, analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif-kualitatif karena data studi pendahuluan ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang kondisi di lapangan yang dapat dijadikan landasan dalam pengembangan program yaitu analisis simulasi yang telah ada serta analisis materi


(28)

42

kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dilanjutkan dengan tahap merancang draf program simulasi, data yang diperoleh berupa rancangan storyboard dan flowchart program. Analisis dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan validasi terhadap draf program oleh ahli media dan ahli materi. Hasil revisi dan validasi dilanjutkan dengan perbaikan terhadap draf program. Program simulasi kemudian diuji coba kepada tiga orang guru kimia dan tiga orang siswa, untuk memberi masukan terkait ketepatan materi dan kualitas program, selanjutnya dari hasil uji coba ini dilakukan perbaikan. Analisis data uji coba yang pertama ini dilakukan secara kualitatif.

Data Uji coba Program Simulasi (Pengembangan Produk)

Pada tahap pengembangan program, dilakukan uji coba terbatas terhadap program simulasi. Subjeknya adalah siswa sekolah menengah atas dan data yang diperoleh dari uji coba program yang berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa penilaian terhadap program simulasi dianalisis dengan pendekatan kualitatif deskriptif sehingga diperoleh gambaran mengenai karakteristik program yang dikembangkan. Data hasil observasi aktivitas siswa dilakukan dengan menggunakan catatan peneliti dan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap proses pembelajaran di kelas saat menggunakan program simulasi dianalisis secara kuantitatif deskriptif. Sedangkan data hasil tes tertulis untuk tes pemahaman konsep dan KPS siswa yang diperoleh dianalisis dengan menentukan skor siswa untuk masing-masing butir soal.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian dan pembahasan, maka rumusan masalah sebagai acuan penelitian dapat dijawab dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Program simulasi Kelarutan Garam-garam didesain untuk dapat membangun pemahaman konsep dan keterampilan proses sains (KPS) siswa secara mandiri, didukung dengan fitur yang disediakan oleh program simulasi seperti, visualisasi pelarutan garam yang jelas dan tepat sesuai dengan teori, tersedianya grafik hubungan antara jumlah ion terlarut dengan ion total yang ditampilkan sebagai respon terhadap aktivitas siswa, soal-soal untuk evaluasi dan kebebasan untuk mengontrol jalannya simulasi yaitu dengan aktivitas memilih garam, menuang garam dan mengatur jumlah volume air dalam simulasi.

2. Pemahaman konsep yang dapat dibangun melalui program simulasi kelarutan garam-garam ini adalah terkati konsep kelarutan dan pengaruh ion senama. 3. KPS siswa yang dapat dibangun melalui program simulasi kelarutan

garam-garam ini adalah keterampilan mengelompokkan atau mengklasifikasikan (membedakan), keterampilan menafsirkan pengamatan (menghubung-hubungkan pengamatan) dan meramalkan atau prediksi.

4. Kekuatan program simulasi kelarutan garam-garam terletak pada kualitas programnya baik secara teknis, konten (materi) dan kepuasan pengguna program. Demikian juga dengan penyusunan materi secara ringkas dan sistematis serta visualisasi program simulasi pada level representasi submikroskopik dan simbolik. Kelemahan program simulasi kelarutan


(30)

garam-69

garam ini terletak pada cakupan keluasan materi yang tidak dapat mewakili seluruh konsep dan angka teliti perhitungan yang masih belum acak.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan program simulasi kelarutan garam-garam untuk membangun pemahaman konsep dan KPS siswa, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan lebih lanjut program simulasi yang memuat lebih banyak konsep dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga konsep-konsep kimia yang dapat dibangun melalui program simulasi lebih banyak dan menyeluruh.

2. Perlu dikembangkan program simulasi dengan variasi jenis garam yang lebih banyak sebagai bahan bagi pengguna untuk belajar secara komprehensif melalui program simulasi ini, demikian juga dengan keterpolaan perhitungan dapat diubah ke dalam bentuk yang acak (random).

3. Untuk menyempurnakan program simulasi ini dapat ditambahkan fasilitas berupa menu ataupun tombol tambahan untuk menampilkan representasi makroskopik dari peristiwa pelarutan garam.

4. Pembelajaran menggunakan program simulasi ini dapat diberikan secara mandiri dengan pengetahuan awal yang memadai, dan didukung oleh peranan guru untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Dapat juga disediakan manual guide sebagai petunjuk bagi siswa dalam menggunakan simulasi Kelarutan Garam-garam ini.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, W. et.al. (2010). “ A Study of Educational Simulations Part I-Engangement

and Learning”. Physical Review Special Topics. Physic Education Research.

_____________. (2010). “A Study of Educational Simulations Part II- Interface

Design”. Physical Review Special Topics. Physic Education Research.

Aldrich, C. (2005). Learning by Doing A Comprehensive Guide to Simulations,

Computer Games, and Pedagogy in e-Learning and Other Educational Experiences. San Fransisco: Pfeiffer.

Amalia, I. (2009). Model Siklus Belajar Deskriptif Menggunakan Media Animasi

Komputer untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Ikatan Kimia. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Balikesir. (2010). “Alternative Methods in Learning Chemistry: Learning with Animation, Simulation, Video and Multimedia”. Journal of Turkish Science Education, 7, (2), 79-110.

Bolton, K. et.al. (2008). “SimChemistry as an Active Learning Tool in Chemical

Education”. Chemistry Education Research and Practice. 9, 277-284.

Chang, R. (2000). Chemistry. Edisi Keenam. USA: Mc Graw Hill.

Dahar, R. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Danim, S. (2010). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

DePorter. B. (1992). Quantum Learning: Unleashing the Genius in You. Amerika: Dell Publishing Company.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: UPI Gall dan Borg. (2002). Educational Research: An Introduction. Seventh Edition.

Amerika: Pearson.

Graybeal. W dan Pooch, Udo. (1980). Simulation Principles and Methods. Cambridge: Winthrop Publishers Inc.


(32)

71

Honey dan Hilton. (2010). Learning Science Through Computer Games and

Simulations. Washington DC: The National Academies Press.

Iswari, Y.D. (2010). Kegiatan Laboratorium Berbasis Pemecahan Masalah Pada

Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Jespersen, N., Brady, J. dan Hyslop, A. (2012). Chemistry: The Molecular Nature of

Matter. Edisi keenam. USA: John Wiley & Sons.

Johari dan Rachmawati. (2009). Kimia 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Salinan Lampiran Permendikbud

Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud.

Lalley, J. dan Miller, R. (2007). The Learning Pyramid: Does It Point Teachers in the Right Direction?. Education 128. 1, 64-79.

Liu, H. et.al. (2008). “The Impact of Learner’s Prior Knowledge on Their Use of

Chemistry Computer Simulations: A Case Study”. Journal of Science

Education Technology. 17, 466-482.

McKagan, S. et.al. (2008). “Developing and Researching PhET Simulations for

Teaching Quantum Mechanics”. Physical Review Special Topics. Physic

Education Research.

Muflika, A. (2011). Penerapan PhET SS dalam Membangun Konsep dan

Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA. Skripsi FMIPA UPI: tidak

diterbitkan.

Nahadi. (2009). Efektivitas Pembekalan Kemampuan Asesmen Pembelajaran Bagi

Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi SPS UPI: tidak diterbitkan.

Nursa’adah, Euis. (2011). Pembelajaran elektrolisis Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Representasi Submikroskopik Keterampilan Generik Sains dan Ketermapilan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Kimia. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Oxtoby. W., Gillis, H. dan Campion, A. (2008). Principles of Modern Chemistry. Edisi keenam. USA: Thomson.

Plass, J. et al. (2012). “Investigating the Effectiveness of Computer Simulations for

Chemistry Learning”. Journal of Research in Science Teaching. 49, (3),


(33)

Podolefsky, N. et.al. (2010). “Factors promoting engaged exploration with computer simulations. Physical Review Special Topics. Physic Education Research. 6, 020117.

Rahayu, T. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving

Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo.

Rustaman, N. et.al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Sadiman, A. et.al. (2009). Media Pendidikan – Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Seri Pustaka Teknologi Pendidikan Nomor 6. Jakarta:

Rajawali Press.

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis pada FMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Solfarina. (2012). Pembelajaran Ikatan Kimia Berbasis E-Learning untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Reflektif Bagi Mahasiswa Calon Guru.

Disertasi pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Stern, L. et.al. (2008). “The Effect of a Computerized Simulation on Middle School

Students’ Understanding of the Kinetic Molecular Theory”. Journal of Science Education Technology. (17), 305-315.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan kedelapan. Bandung: Rosda.

Sunyonoms. (2013). Bagaimana Merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) Bidang Studi Kimia (Kurikulum 2013)?. [Online]. Tersedia:

http://www.sunyonoms.wordpress.com/2013/08/04.bagaiman-merumuskan-rencana-pelaksanaan-pembelajaran-bidang-studi-kimia-kurikulum-2013/ [20 Oktober 2013].


(34)

73

Supriyatman. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Simulasi Komputer

Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah dan Keterampilan Proses Sains. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Suparsorn, S. et.al. (2008). “Impact of a Pre-laboratory Organic-extraction Simulation on Comprehension and Attitudes of Undergraduate Chemistry

Students”. Chemistry Education Research and Practice. 9, 169-181.

Suwondo. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Gelombang

Elektromagnetik Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis pada FMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suryono, S. (2012). Evaluasi Program Media. [Online].

Tersedia:http://www.ciget.info/?p=302 [29 Agustus 2013].

Suyanti, R. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tawil, M. (2011). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Simulasi Komputer pada

Perkuliahan Gelombang dan Optika untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Calon Guru Fisika. Disertasi pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Tim Dosen. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung: UPI.

Udo dan Rebecca. (2011). “Computer-Based Science Simulations, Guided-Discovery

and Students’ Performance in Chemistry”. Canadian Center of Science and Education. 5, (6).

Urhahne, D. et.al. (2008). “The Effect of Three-Dimensional Simulations on the

Understanding of Chemical Structures and Their Properties”. Journal Research of Science Education. 39, 495-513.

Walker, D., dan Hess, RD. (1984). Evaluation in Courseware Development. California: Wadsworth Inc.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian dan pembahasan, maka rumusan masalah sebagai acuan penelitian dapat dijawab dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Program simulasi Kelarutan Garam-garam didesain untuk dapat membangun pemahaman konsep dan keterampilan proses sains (KPS) siswa secara mandiri, didukung dengan fitur yang disediakan oleh program simulasi seperti, visualisasi pelarutan garam yang jelas dan tepat sesuai dengan teori, tersedianya grafik hubungan antara jumlah ion terlarut dengan ion total yang ditampilkan sebagai respon terhadap aktivitas siswa, soal-soal untuk evaluasi dan kebebasan untuk mengontrol jalannya simulasi yaitu dengan aktivitas memilih garam, menuang garam dan mengatur jumlah volume air dalam simulasi.

2. Pemahaman konsep yang dapat dibangun melalui program simulasi kelarutan

garam-garam ini adalah terkati konsep kelarutan dan pengaruh ion senama. 3. KPS siswa yang dapat dibangun melalui program simulasi kelarutan

garam-garam ini adalah keterampilan mengelompokkan atau mengklasifikasikan (membedakan), keterampilan menafsirkan pengamatan (menghubung-hubungkan pengamatan) dan meramalkan atau prediksi.

4. Kekuatan program simulasi kelarutan garam-garam terletak pada kualitas programnya baik secara teknis, konten (materi) dan kepuasan pengguna program. Demikian juga dengan penyusunan materi secara ringkas dan sistematis serta visualisasi program simulasi pada level representasi submikroskopik dan simbolik. Kelemahan program simulasi kelarutan


(2)

garam-69

garam ini terletak pada cakupan keluasan materi yang tidak dapat mewakili seluruh konsep dan angka teliti perhitungan yang masih belum acak.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan program simulasi kelarutan garam-garam untuk membangun pemahaman konsep dan KPS siswa, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan lebih lanjut program simulasi yang memuat lebih banyak

konsep dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga konsep-konsep kimia yang dapat dibangun melalui program simulasi lebih banyak dan menyeluruh.

2. Perlu dikembangkan program simulasi dengan variasi jenis garam yang lebih

banyak sebagai bahan bagi pengguna untuk belajar secara komprehensif melalui program simulasi ini, demikian juga dengan keterpolaan perhitungan dapat diubah ke dalam bentuk yang acak (random).

3. Untuk menyempurnakan program simulasi ini dapat ditambahkan fasilitas berupa menu ataupun tombol tambahan untuk menampilkan representasi makroskopik dari peristiwa pelarutan garam.

4. Pembelajaran menggunakan program simulasi ini dapat diberikan secara mandiri dengan pengetahuan awal yang memadai, dan didukung oleh peranan guru untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Dapat juga disediakan manual guide sebagai petunjuk bagi siswa dalam menggunakan simulasi Kelarutan Garam-garam ini.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, W. et.al. (2010). “ A Study of Educational Simulations Part I-Engangement and Learning”. Physical Review Special Topics. Physic Education Research. _____________. (2010). “A Study of Educational Simulations Part II- Interface

Design”. Physical Review Special Topics. Physic Education Research.

Aldrich, C. (2005). Learning by Doing A Comprehensive Guide to Simulations,

Computer Games, and Pedagogy in e-Learning and Other Educational Experiences. San Fransisco: Pfeiffer.

Amalia, I. (2009). Model Siklus Belajar Deskriptif Menggunakan Media Animasi

Komputer untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Topik Ikatan Kimia. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Balikesir. (2010). “Alternative Methods in Learning Chemistry: Learning with Animation, Simulation, Video and Multimedia”. Journal of Turkish Science Education, 7, (2), 79-110.

Bolton, K. et.al. (2008). “SimChemistry as an Active Learning Tool in Chemical Education”. Chemistry Education Research and Practice. 9, 277-284.

Chang, R. (2000). Chemistry. Edisi Keenam. USA: Mc Graw Hill.

Dahar, R. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Danim, S. (2010). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

DePorter. B. (1992). Quantum Learning: Unleashing the Genius in You. Amerika: Dell Publishing Company.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: UPI Gall dan Borg. (2002). Educational Research: An Introduction. Seventh Edition.

Amerika: Pearson.


(4)

71

Honey dan Hilton. (2010). Learning Science Through Computer Games and

Simulations. Washington DC: The National Academies Press.

Iswari, Y.D. (2010). Kegiatan Laboratorium Berbasis Pemecahan Masalah Pada

Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Jespersen, N., Brady, J. dan Hyslop, A. (2012). Chemistry: The Molecular Nature of

Matter. Edisi keenam. USA: John Wiley & Sons.

Johari dan Rachmawati. (2009). Kimia 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Salinan Lampiran Permendikbud

Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud.

Lalley, J. dan Miller, R. (2007). The Learning Pyramid: Does It Point Teachers in the Right Direction?. Education 128. 1, 64-79.

Liu, H. et.al. (2008). “The Impact of Learner’s Prior Knowledge on Their Use of Chemistry Computer Simulations: A Case Study”. Journal of Science

Education Technology. 17, 466-482.

McKagan, S. et.al. (2008). “Developing and Researching PhET Simulations for Teaching Quantum Mechanics”. Physical Review Special Topics. Physic

Education Research.

Muflika, A. (2011). Penerapan PhET SS dalam Membangun Konsep dan

Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA. Skripsi FMIPA UPI: tidak

diterbitkan.

Nahadi. (2009). Efektivitas Pembekalan Kemampuan Asesmen Pembelajaran Bagi

Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi SPS UPI: tidak diterbitkan.

Nursa’adah, Euis. (2011). Pembelajaran elektrolisis Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Representasi Submikroskopik Keterampilan Generik Sains dan Ketermapilan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Kimia. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Oxtoby. W., Gillis, H. dan Campion, A. (2008). Principles of Modern Chemistry. Edisi keenam. USA: Thomson.

Plass, J. et al. (2012). “Investigating the Effectiveness of Computer Simulations for Chemistry Learning”. Journal of Research in Science Teaching. 49, (3),


(5)

Podolefsky, N. et.al. (2010). “Factors promoting engaged exploration with computer simulations. Physical Review Special Topics. Physic Education Research. 6, 020117.

Rahayu, T. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving

Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo.

Rustaman, N. et.al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Sadiman, A. et.al. (2009). Media Pendidikan – Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Seri Pustaka Teknologi Pendidikan Nomor 6. Jakarta:

Rajawali Press.

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis pada FMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Solfarina. (2012). Pembelajaran Ikatan Kimia Berbasis E-Learning untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Reflektif Bagi Mahasiswa Calon Guru.

Disertasi pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Stern, L. et.al. (2008). “The Effect of a Computerized Simulation on Middle School Students’ Understanding of the Kinetic Molecular Theory”. Journal of Science Education Technology. (17), 305-315.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan kedelapan. Bandung: Rosda.

Sunyonoms. (2013). Bagaimana Merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) Bidang Studi Kimia (Kurikulum 2013)?. [Online]. Tersedia:

http://www.sunyonoms.wordpress.com/2013/08/04.bagaiman-merumuskan-rencana-pelaksanaan-pembelajaran-bidang-studi-kimia-kurikulum-2013/ [20 Oktober 2013].


(6)

73

Supriyatman. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Simulasi Komputer

Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah dan Keterampilan Proses Sains. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Suparsorn, S. et.al. (2008). “Impact of a Pre-laboratory Organic-extraction Simulation on Comprehension and Attitudes of Undergraduate Chemistry Students”. Chemistry Education Research and Practice. 9, 169-181.

Suwondo. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Gelombang

Elektromagnetik Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis pada FMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suryono, S. (2012). Evaluasi Program Media. [Online].

Tersedia:http://www.ciget.info/?p=302 [29 Agustus 2013].

Suyanti, R. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tawil, M. (2011). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Simulasi Komputer pada

Perkuliahan Gelombang dan Optika untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Calon Guru Fisika. Disertasi pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Tim Dosen. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung: UPI.

Udo dan Rebecca. (2011). “Computer-Based Science Simulations, Guided-Discovery and Students’ Performance in Chemistry”. Canadian Center of Science and Education. 5, (6).

Urhahne, D. et.al. (2008). “The Effect of Three-Dimensional Simulations on the Understanding of Chemical Structures and Their Properties”. Journal Research of Science Education. 39, 495-513.

Walker, D., dan Hess, RD. (1984). Evaluation in Courseware Development. California: Wadsworth Inc.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMA 13 SEMARANG MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

2 57 181

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PERANAN PhET-SS DALAM MEMBANGUN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SERTA KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI.

0 5 45

KONSTRUKSI BAHAN AJAR KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN MENGGUNAKAN KONTEKS NANOFILTRASI UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA.

0 2 16

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK PADA KONSEP HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 40

PENGARUH PENDEKATAN PROSES BERVISI SETS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KOMPETENSI TERKAIT KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 1 245

PERANAN PhET-SS DALAM MEMBANGUN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SERTA KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI - repository UPI S KIM 1005350 Title

0 0 3

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

3 17 14

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TESTLET UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI MIPA SMA

0 0 18