PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE.

(1)

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI

YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE

(Studi Kasus pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan

Indonesia yang Menjalani Commuter Marriage)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi

Oleh

Sindhi Raditya Swadiana

0906834

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

Penyesuaian Perkawinan pada

Istri

yang Menjalani

Commuter Marriage

(Studi Kasus pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan

Indonesia yang Menjalani

Commuter Marriage

)

Oleh

Sindhi Raditya Swadiana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi

© Sindhi Raditya Swadiana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainya tanpa izin dari Penulis.


(3)

(4)

(5)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penyesuaian

Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage (Studi Kasus pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang Menjalani

Commuter Marriage)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 30 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,

Sindhi Raditya Swadiana NIM. 0906834


(6)

ABSTRAK

Penyesuaian Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage (Studi Kasus Pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang

Menjalani Commuter Marriage)

Sindhi Raditya Swadiana 0906834

Perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan pada usia dewasa awal. Tidak semua pasangan dapat terus tinggal bersama dalam satu rumah atau biasa disebut dengan perkawinan jarak jauh atau yang sering dikenal dengan istilah commuter marriage. Ketidakhadiran pasangan di saat yang dibutuhkan ini tentu dapat menimbulkan konflik antar pasangan karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk melakukan penyesuaian perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian perkawinan serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage dengan tipe adjusting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengamatan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa gambaran penyesuian ketiga subjek meliputi kesepakatan hubungan, kedekatan hubungan, adanya kepuasan hubungan dan ekspresi afeksi terhadap pasangan. Faktor yang mendukung antara lain adanya komunikasi, tanggung jawab, kesamaan hobi, tujuan perkawinan, dan pikiran positif terhadap pasangan. Sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya perbedaan dengan pasangan, proses perkenalan yang singkat, dan pasangan bukan tipe yang romantis. Kepada para subjek disarankan untuk belajar memahami pasangannya salah satunya dengan cara memberitahukan kepada pasangannya mulai dari hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukai.

Kata kunci:


(7)

Penyesuaian Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage (Studi Kasus Pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang

Menjalani Commuter Marriage)

Sindhi Raditya Swadiana 0906834

Marriage was one of the developmental tasks that must be performed at the beginning of adulthood. Not all couples could continued to lived together in one house or referred to the long-distance marriage, sometimes referred to as a commuter marriage. Absence partner in this time of need could certainly lead to conflict between the couple because every couple wants their needs met. It is therefore necessary to make adjustments to the marriage attempt. This study aims to describe the marital adjustment and the factors that support and hinder the adjustment wife undergoing marital commuter marriage with adjusting the type. The method used in this research is a case study with a qualitative approach. Data was collected through in-depth interviews and observations. From these results it can be seen that picture of the three subjects adjusting an agreement covering the relationship, closeness of relationship, the existence of relationship satisfaction and affective expression of the couple. Another factor contributing to the lack of communication, responsibility, equality hobbies, destination wedding, and positive thoughts to the couple. While other factors that inhibit the differences between the pair, a short introduction process, and not the kind of romantic couples.

Keywords:


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II PENYESUAIAN PERKAWINAN DAN COMMUTER MARRIAGE ... Error! Bookmark not defined.

A. Perkawinan ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined. 2. Hikmah Perkawinan ... Error! Bookmark not defined. 3. Motivasi Melakukan Perkawinan ... Error! Bookmark not defined. 4. Hak dan Kewajiban Suami Istri ... Error! Bookmark not defined. a. Beberapa Hak Bersama Pasangan Suami Istri ...Error! Bookmark not

defined.

b. Hak-Hak Istri ... Error! Bookmark not defined. c. Hak-Hak Suami ... Error! Bookmark not defined. 5. Seni Memahami Pasangan ... Error! Bookmark not defined. B. Penyesuaian Perkawinan ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined. 2. Dimensi-Dimensi Penyesuaian Perkawinan...Error! Bookmark not


(9)

3. Area Penting dalam Penyesuaian Perkawinan ...Error! Bookmark not

defined.

a. Area Penyesuaian Perkawinan Menurut Atwater & Duffy .. Error!

Bookmark not defined.

b. Area Penyesuaian Perkawinan Menurut Landis dan Knox .. Error!

Bookmark not defined.

4. Kondisi-Kondisi yang Berpengaruh Terhadap Kesulitan dalam

Penyesuaian Perkawinan ... Error! Bookmark not defined. 5. Masalah dalam Penyesuaian Perkawinan ...Error! Bookmark not

defined.

a. Penyesuaian dengan Pasangan ... Error! Bookmark not defined. b. Penyesuaian Seksual ... Error! Bookmark not defined. c. Penyesuaian Keuangan... Error! Bookmark not defined. d. Penyesuaian dengan Keluarga dari Pihak Masing-Masing

Pasangan ... Error! Bookmark not defined. C. Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined. 2. Jenis Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined. D. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. G. Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. PROFIL SUBJEK PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil Subjek Pertama... Error! Bookmark not defined.


(10)

2. Profil Subjek Kedua ... Error! Bookmark not defined. 3. Profil Subjek Ketiga ... Error! Bookmark not defined. B. DESKRIPSI DATA ... Error! Bookmark not defined. C. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 1. Hasil Penelitian Terhadap Pasangan Pertama (UAM dan AA)... Error!

Bookmark not defined.

2. Hasil Penelitian Terhadap Pasangan Kedua (MG dan Y) ... Error!

Bookmark not defined.

3. Hasil Penelitian Terhadap Pasangan Ketiga (FF dan W) ... Error!

Bookmark not defined.

D. PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 1. Pasangan UAM dan AA ... Error! Bookmark not defined.

a. Gambaran Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan UAM dan AA yang Menjalani Commuter Marriage .. Error! Bookmark not

defined.

b. Faktor–Faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan UAM dan AA yang Menjalani Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined. c. Faktor–Faktor yang Menghambat Penyesuaian Perkawinan pada

Pasangan UAM dan AA yang Menjalani Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined. 2. Pasangan MG dan Y ... Error! Bookmark not defined.

a. Gambaran Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan MG dan Y yang Menjalani Commuter Marriage ... Error! Bookmark not

defined.

b. Faktor–Faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan MG dan Y yang Menjalani Commuter Marriage Error!

Bookmark not defined.

c. Faktor–Faktor yang Menghambat Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan MG dan Y yang Menjalani Commuter Marriage Error!


(11)

3. Pasangan FF dan W ... Error! Bookmark not defined. a. Gambaran Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan FF dan W

yang Menjalani Commuter Marriage ... Error! Bookmark not

defined.

b. Faktor–Faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan FF dan W yang Menjalani Commuter Marriage . Error!

Bookmark not defined.

c. Faktor–Faktor yang Menghambat Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan FF dan W yang Menjalani Commuter Marriage . Error!

Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. B. SARAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1GAMBARAN PENYESUAIAN PERKAWINAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.2FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG DALAM PENYESUAIAN

PERKAWINAN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.3FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM PENYESUAIAN


(13)

DAFTARLAMPIRAN

LAMPIRAN 1HASIL VERBATIM DENGAN SUBYEK UAM ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 2HASIL VERBATIM WAWANCARA PERTAMA DENGAN SUBYEK MG

...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 3HASIL VERBATIM WAWANCARA KEDUA DENGAN SUBYEK MG

...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 4HASIL VERBATIM DENGAN SUBYEK FF ... ERROR!BOOKMARK NOT

DEFINED.

LAMPIRAN 5REDUKSI DATA SUBJEK PERTAMAERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 6REDUKSI DATA SUBJEK KEDUA ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 7REDUKSI DATA SUBJEK KETIGA ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 8DISPLAY DATA SUBJEK PERTAMA ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 9DISPLAY DATA SUBJEK KEDUA ....ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 10DISPLAY DATA SUBJEK KETIGA .ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 11TRIANGULASI DENGAN SUBYEK UAM ... ERROR!BOOKMARK NOT

DEFINED.

LAMPIRAN 12TRIANGULASI WAWANCARA PERTAMA DENGAN SUBYEK MG

...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 13TRIANGULASI DENGAN SUBYEK FF ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 14LEMBAR MEMBER CHECK SUBJEK UAM ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 15LEMBAR MEMBER CHECK SUBJEK MG ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 16LEMBAR MEMBER CHECK SUBJEK FF ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 17PERMOHONAN IZIN MENGADAKAN PENELITIAN ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.


(14)

LAMPIRAN 19SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN PEMBIMBING PENYUSUNAN

SKRIPSI ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. LAMPIRAN 20SURAT PERSETUJUAN SUBJEK PERTAMA .... ERROR!BOOKMARK NOT

DEFINED.

LAMPIRAN 21SURAT PERSETUJUAN SUBJEK KEDUA ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN 22SURAT PERSETUJUAN SUBJEK KETIGA ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan intim seperti persahabatan dan hubungan kerja serta hubungan cinta seksual. Mereka siap untuk mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk memenuhi komitmen dengan orang lain, walaupun harus disertai dengan kompromi dan pengorbanan. Komitmen yang dimaksud adalah komitmen pribadi dalam hubungan intim, yang salah satunya berupa perkawinan. (Erikson dalam Hall & Lindzey, 1985: 87)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang Perkawinan).

Mahasiswa merupakan individu yang sedang berada pada tahap usia dewasa awal. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa awal. (Desmita, 2012: 242). Seperti pada mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia yang melaksanakan tugas perkembangannya dengan melakukan perkawinan.

Setiap saat bisa berada di samping suami adalah idaman setiap istri, begitu pula sebaliknya. Betapa tidak, selalu berada dekat suami, selain segala kebutuhan sehari-hari akan dilayani, juga bisa mendatangkan kenyamanan batin. Namun pada kenyataannya, tidak semua istri bisa selalu berada dekat dengan suaminya.

Hal tersebut biasa disebut dengan perkawinan jarak jauh atau yang sering dikenal dengan istilah commuter marriage. Commuter marriage


(16)

merupakan keadaan perkawinan yang terbentuk secara sukarela dimana pasangan yang sama-sama bekerja mempertahankan dua tempat tinggal yang berbeda lokasi geografisnya dan pasangan tersebut terpisah paling tidak tiga malam per minggu selama minimal tiga bulan. (Gerstel & Gross dalam Glotzer & Federlein, 2007: 4)

Ada dua tipe dari pasangan commuter marriage, yang pertama adalah pasangan adjusting, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya cenderung lebih muda, menghadapi perpisahan perkawinan atau commuter marriage di awal perkawinan, dan memiliki sedikit atau tidak ada anak. Yang kedua, pasangan established, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya lebih tua, telah lama bersama dalam perkawinan dan memiliki anak yang sudah dewasa dan telah keluar dari rumah. (Harriett Gross dalam Glotzer & Federlein, 2007: 4)

Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang menjalani commuter marriage termasuk dalam tipe pasangan adjusting dikarenakan usia perkawinan yang masih muda. Tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Periode awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis mulai muncul saat pertama kali memasuki jenjang perkawinan. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima. (Clinebell & Clinebell dalam Anjani & Suryanto, 2006: 3).

Tahun pertama dan kedua perkawinan pasangan suami istri dipandang sebagai periode “balai keluarga muda”. Pasangan pada perkawinan lima tahun pertama seringkali mengalami ketegangan emosi, konflik dan perpecahan karena pasangan dalam proses menyesuaikan diri. Kekuatan perkawinan melemah terutama pada lima tahun pertama perkawinan. (Hurlock, 1980: 289).


(17)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 120 pasangan suami istri yang bercerai di Pengadilan Agama kota Bandung, 45% berada di bawah usia pernikahan kurang dari lima tahun (Kompas.com, 2010).

Menyatakan bahwa tantangan di periode awal perkawinan adalah masa-masa perjuangan untuk memperoleh kebahagiaan dan kemapanan hidup. Antara suami dan istri sama-sama bekerja keras untuk bisa memenuhi tuntutan hidup. Ini sangat bisa mengurangi kualitas kebersamaan sehingga akhirnya salah satu pihak merasa terabaikan. (Hassan dalam Anjani & Suryanto, 2006: 2)

Pada saat mengalami masalah atau melewati masa-masa sulit, peran pasangan juga amat penting karena dapat mengurangi rasa sedih, menghindarkan dari perasaan putus asa, dan membantu proses pemulihan ke arah kondisi semula. Faktor yang dapat menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga adalah faktor penyesuaian perkawinan yang terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul. (Anjani & Suryanto, 2006: 6)

Ketidakhadiran pasangan di saat yang dibutuhkan ini tentu dapat menimbulkan konflik antar pasangan karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi bagi pasangan yang berada jauh dari pasangannya atau dengan kata lainnya adalah usaha untuk melakukan penyesuaian perkawinan.

Penyesuaian perkawinan adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. (Douval & Miller dalam Rachmawati & Mastuti, 2013: 4).


(18)

Penyesuaian dalam perkawinan merefleksikan perasaan dan pertanyaan tentang bagaimana interaksi, komunikasi dan konflik yang dialami oleh pasangan suami istri. Adapun aspek-aspek penyesuaian perkawinan dari Spanier (1976: 17) adalah: Konsensus antar pasangan, menyangkut tingkat persetujuan antar pasangan suami istri tentang hal-hal yang penting dalam perkawinan; Kepuasan antar pasangan, menyangkut tingkat kepuasan antar pasangan suami istri; Kohesivitas antar pasangan, ditunjukkan dengan solidaritas pasangan suami istri; Ekspresi cinta, ditunjukkan dengan persetujuan pasangan suami istri dalam mengungkapkan perasaan cinta dan hubungan seksual.

Pasangan suami istri biasanya harus melakukan penyesuaian perkawinan terutama pada tahap awal perkawinan atau awal tahun perkawinan. (Hurlock dalam Rachmawati & Mastuti, 2013: 3). Konsep penyesuaian perkawinan mengandung dua pengertian yang tersirat, yaitu adanya hubungan mutualisme (saling menguntungkan) antara pasangan suami istri untuk memberi dan menerima (menunaikan kewajiban dan menerima hak), serta adanya proses saling belajar antara dua individu untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan dan harapannya dengan kebutuhan, keinginan dan harapan dari pasangannya. (Laswell dan Laswell dalam Rini, 2009: 3)

Terdapat empat area penting dalam penyesuaian perkawinan. Yaitu, penyesuaian terhadap pembagian tanggung jawab dalam perkawinan (sharing marital responsibility), komunikasi dan konflik (communication and conflict), seks dalam perkawinan (marital sex), dan perubahan-perubahan dalam hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu (the change in the relationship over time). (Atwater & Duffy dalam Elfida, 2008: 192)

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto dan Anjani pada tahun 2006 menjelaskan bahwa pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan beberapa fase. Yang pertama adalah fase bulan madu, kedua fase pengenalan kenyataan, ketiga fase krisis


(19)

perkawinan, keempat fase menerima kenyataan dan yang terakhir fase kebahagiaan sejati.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Diana Elfada pada tahun 2008 menunjukkan bahwa perempuan lebih baik dalam menyesuaikan perkawinan dibanding laki-laki. Penyesuaian yang dimaksud antara lain penyesuaian terhadap pembagian tanggung jawab dalam perkawinan (sharing marital responsibility), komunikasi dan konflik (communication and conflict), seks dalam perkawinan (marital sex), dan perubahan-perubahan dalam hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu (the change in the relationship over time).

Uraian di atas menunjukkan bahwa pada periode awal perkawinan, penyesuaian perkawinan merupakan proses yang harus dijalani. Apabila bisa melalui dengan baik, maka pasangan tidak akan putus dan sebaliknya bila tidak bisa menyelesaikannya, maka perkawinan akan putus di tengah jalan. Lalu bagaimana proses penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage?

Fenomena inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji bagaimana penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berada pada periode awal perkawinan dan harus menjalani commuter marriage ?

B. Rumusan Masalah

Ketidakhadiran pasangan pada saat yang dibutuhkan akan sering menimbulkan konflik, karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Sehingga dibutuhkan penyesuaian perkawinan terutama bagi pasangan yang berada pada periode awal perkawinan. Keberhasilan dalam penyesuaian perkawinan akan berdampak pada keberhasilan dalam berumah tangga. Oleh karena itu, permasalahan tersebut di atas akan dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage?


(20)

2. Faktor apa saja yang mendukung penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage?

3. Faktor apa saja yang menghambat penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, yaitu:

1. Memperoleh gambaran mengenai proses penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage.

2. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang mendukung penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage. 3. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang menghambat

penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu Psikologi Perkembangan, khususnya mengenai penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menjalani commuter marriage.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pasangan yang menjalani commuter marriage

Pasangan yang menjalani commuter marriage dapat melakukan penyesuaian dalam kehidupan perkawinannya dengan mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam penyesuaian perkawinan sehingga mampu mengatasi konflik yang muncul dalam rumah tangga.


(21)

b. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai penyesuaian perkawinan terutama pada istri yang menjalani commuter marriage.

c. Bagi penulis lain

Diharapkan juga bisa menjadi bahan referensi bagi penulis lain yang akan mengangkat tema serupa namun menggunakan sudut pandang yang berbeda, seperti dilihat dari situasi yang berbeda dengan pendekatan dan tehnik penelitian yang lain.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika dalam skripsi ini terdiri dari tiga pokok yaitu bagian awal skripsi, bagian isi dan bagian akhir skripsi. Pada bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdapat bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II landasan teori berisi teori-teori yang dijadikan landasan penulisan dalam penelitian ini, meliputi teori tentang pengertian perkawinan, fungsi dan motivasi melakukan perkawinan. Teori penyesuaian perkawinan yang meliputi pengertian penyesuaian perkawinan, dimensi-dimensi penyesuaian perkawinan, kondisi yang berpengaruh terhadap kesulitan dalam penyesuaian perkawinan, dan masalah dalam penyesuaian perkawinan. Dan yang terakhir adalah pengertian commuter marriage dan jenis-jenis commuter marriage. Bab III metodologi penelitian, berisi tentang metode penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tetang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab V penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.


(22)

Bagian terakhir dalam sistematika skripsi ini adalah akhir skripsi yang berisi daftar pustaka beserta lampiran-lampiran.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2012: 6)

Menurut Creswell studi kasus (case study) adalah suatu model yang

menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded

system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus merupakan suatu model yang bersifat komprehensif, intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer (berbatas waktu). (Herdiansyah, 2012: 76)

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penyesuaian perkawinan

Penyesuaian perkawinan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proses pembelajaran antara pasangan suami istri untuk memenuhi kebutuhan pasangan dengan tidak menghilangkan kebutuhan diri sendiri. Terdapat empat aspek dalam penyesuaian perkawinan, yaitu:


(24)

a. Konsensus pasangan (dyadic consesus)

Adalah kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan dalam berbagai masalah yang ada dalam kehidupan perkawinan misalnya seperti keuangan, rekreasi, dan keagamaan.

Indikator dari konsensus pasangan (dyadic consensus) ini adalah:

1. Mengetahui kapan saat terjadinya perbedaan seperti perbedaan pendapat.

2. Mengetahui cara mengatasi perbedaan yang terjadi. 3. Adanya pembagian tugas dalam rumah tangga. b. Kohesi pasangan (dyadic cohesion)

Adalah kebersamaan atau kedekatan, yang menunjukkan seberapa banyak pasangan melakukan berbagai kegiatan secara berasama-sama dan menikmati kebersamaan yang ada.

Indikator dari kohesi pasangan (dyadic cohesion) ini adalah: 1. Mengetahui seberapa banyak waktu yang digunakan untuk

melakukan kegiatan bersama-sama.

2. Mengetahui jenis kegiatan yang biasa dilakukan ketika sedang bersama.

3. Memiliki kebiasaan untuk berbagi pengalaman. c. Kepuasan pasangan (dyadic satisfaction)

Adalah derajat kepuasan dalam hubungan. Indikator dari kepuasan pasangan (dyadic satisfaction) ini adalah:

1. Adanya harapan mengenai kehidupan perkawinan yang dijalani. 2. Bersikap positif terhadap pasangan.

3. Memiliki komitmen jangka panjang dalam perkawinan. 4. Adanya dukungan emosional dari pasangan.

d. Ekspresi afeksi pasangan (dyadic affectional expression).

Adalah kesepahaman dalam menyatakan perasaan dan hubungan seks maupun masalah yang ada menenai hal-hal tersebut.


(25)

Indikator dari ekspresi afeksi pasangan (dyadic affectional expression) ini adalah adanya keterbukaan antar pasangan.

2. Commuter marriage

Commuter marriage dalam penelitian ini didefinisikan sebagai bentuk perkawinan baik pada tahap awal perkawinan atau telah lama menjalani perkawianan, di mana pasangan suami istri tersebut tidak tinggal dalam satu rumah tanpa paksaan dalam jangka waktu setidaknya tiga hari dalam seminggu selama minimal tiga bulan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Subjek masih menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif.

2. Subjek sudah menikah dan tinggal terpisah dengan suami dikarenakan subjek harus menyelesaikan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Subjek merupakan pasangan yang berada pada periode awal pernikahan (usia pernikahan di bawah sepuluh tahun) yang belum atau sudah memiliki anak.

Lokasi penelitian ini dilakukan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia dan di tempat tinggal subjek.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu, hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat


(26)

berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. (Moleong, 2012: 9)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Metode wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interviews), yaitu proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian.(Moleong, 2012: 186).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap subjek berdasarkan kisi-kisi pertanyaan yang telah dibuat.

F. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen dalam Moleong, 2012: 248)

Menurut Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2012:307-308), pada dasarnya analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme.


(27)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi

data dilakukan selama penelitian berlangsung, setelah peneliti di lapangan, sampai laporan tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis data dengan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan final dapat diambil dan diverifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasi dengan berbagai cara; seleksi, ringkasan, penggolongan, dan bahkan ke dalam angka-angka.

Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan mengelompokkan pernyataan-pernyataan subjek berdasarkan dimensi-dimensi yang ingin diketahui oleh peneliti.

2. Display data

Display data berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yangterjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

Disini peneliti melakukan display data dengan mengelompokkan setiap pernyataan subjek dan mendeskripsikan hubungan yang diperoleh dari antar pernyataan tersebut.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan


(28)

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal/interaktif dan hipotesis/teori.

G. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Pada penelitian ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi dan pengecekan anggota (member check). (Moleong, 2012: 324)

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2012: 330). Terdapat empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, waktu, penyidik, dan teori. (Denzin dalam Moleong, 2012: 330)

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi waktu yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan peneliti dengan menanyakan kembali pertanyaan yang sama tetapi dari sudut pandang pasangan kepada subjek pada waktu yang berbeda.

Pengecekan dengan anggota yang terlibat (member check) dalam proses pengambilan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh


(29)

peneliti. (Moleong, 2012: 335). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan member check dengan memperlihatkan hasil wawancara yang telah diolah kepada subjek dan menanyakan kepada subjek apakah hasil tersebut telah sesuai dengan kondisi subjek saat ini.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage meliputi kesepakatan hubungan antara ketiga subjek dengan pasangan. Pada UAM dan FF kesepakatan hubungan ini terjadi dalam pembagian tugas rumah tangga pada kondisi tertentu dan ketika sedang tinggal bersama saja. Sedangkan pada MG, kesepakatan antar pasangan ini dilakukan dalam pengaturan anggaran belanja. Kemudian untuk kedekatan hubungan, ketiga subjek ini memiliki kedekatan hubungan meskipun tidak dapat selalu tinggal bersama dengan pasangan. Kedekatan hubungan ini dilihat dari banyaknya kegiatan bersama yang dilakukan dan komunikasi yang baik ketika sedang tinggal berjauhan. Selanjutnya, kepuasan hubungan perkawinan dari ketiga subjek digambarkan dari adanya pikiran positif terhadap pasangan, tujuan kehidupan perkawinan dan dukungan emosional yang diberikan kepada pasangan baik ketika tinggal bersama maupun ketika sedang tinggal berjauhan. Yang terakhir, ekspresi afeksi subjek dilihat dari usaha subjek untuk menjadi diri sendiri dan tidak menutupi kekurangan yang dimilikinya kepada pasangan.

2. Faktor-faktor yang mendukung dalam penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage antara lain adalah komunikasi yang baik dengan pasangan, tanggung jawab terhadap tugas yang dimiliki, adanya kesamaan hobi atau kegemaran, memiliki tujuan dalam kehidupan perkawinan, pikiran positif terhadap pasangan, mengenal pasangan sebelum menikah, dan menerima kekurangan yang dimiliki pasangan. 3. Faktor-faktor yang menghambat dalam penyesuaian perkawinan pada istri


(31)

banyak perbedaan dengan pasangan, proses perkenalan yang singkat, dan pasangan bukan tipe romantis.

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini sebaiknya menambahkan variabel lain untuk memperdalam penelitiannya seperti memasukkan aspek gender, dan mengaitkan dengan perspektif agama. 2. Bagi pasangan yang menjalani commuter marriage

Meskipun banyak terdapat perbedaan dengan pasangan dikarenakan proses perkenalan sebelum perkawinan yang terlalu singkat, namun hal ini dapat diatasi dengan adanya usaha dari tiap pasangan untuk saling memahami pasangannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk memahami pasangannya adalah dengan saling menuliskan atau memberitahukan kepada masing-masing pasangannya mengenai apa saja yang disukai, tujuan dalam kehidupan ini, dan hal apa saja yang tidak disukai atau yang membuatnya marah. Kejelasan seperti ini akan membuat masing-masing pihak akan berusaha menjaga perasaan sehingga membuat satu sama lain saling mengenal hingga selanjutnya dapat meminimalisir terjadinya konflik dalam rumah tangga.

3. Bagi masyarakat

Dalam membangun kehidupan perkawinan, masyarakat sebaiknya lebih mengedepankan untuk dapat tinggal bersama dengan pasangan. Karena bagaimanapun juga, dapat tinggal satu rumah dengan pasangan lebih utama dibandingkan dengan menjalin hubungan perkawinan jarak jauh. Dengan tinggal bersama akan lebih mudah bagi pasangan suami istri untuk menjalankan hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Atwater, E. & Duffy, K. G. (1999). Psychology For Living Adjustment, Growth, and Behavior Today (6th ed). New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personalities. Canada: United States Copyright. Published Simultaneosly.

Clinebell, H.J. & Clinebell, C.H. (2005). The Intimate Marriage (online). Diakses 13 September 2012 dari http://www.indomedia.com/bpost/032005/8/ ragam/art-1.htm.

Deswita (2012). Psikologi Perkembangan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Donna, D. F. (2009). Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan yang Menikah

Tanpa Proses Pacaran (Ta’aruf). Universitas Gunadharma. Diakses 27

Oktober 2012 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/ psychology/ 2008/Artikel_10503039.pdf

Elfida, D (2008). Penyesuaian Perkawinan Ditinjau dari Beberapa Faktor Demografi. Diakses 16 Maret 2013 dari http://fpsi.uin-suska.ac.id/sites/ default/files/perpustakaan/download/190Penyesuaian%20Perkawinan%20 Ditinjau-214.pdf.

Glotzer, R & Federlein, A. C. (2007). Miles That Bind: Commuter Marriage and Family Strengths. Michigan Family Review, 12, 7-31, 2007: Michigan Council on Family Relations. Diakses 8 Desember 2012 dari

http://quod.lib.umich.edu/m/ mfr/4919087.0012.102/--miles-that-bind-commuter-marriage-and-family-strengths?rgn=main;view=fulltext

Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima) (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.


(33)

Kazhim, M. N. (2007). Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju Pernikahan Sukses. Solo: Samudera.

Kazhim, M. N. (2009). Panduan Pernikahan Ideal. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Knox, D. (1998). Choices in Relationships (2nd ed): An Introduction to Marriage and The Family. St. Paul: West Publishing company.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga puluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Rachmawati, D. & Mastuti, E. (2013). Perbedaan Tingkat Kepuasan Perkawinan pada Istri Brigif 1 Marinir TNI AL yang Menjalani Long Distance Marriage. Jurnal Psikologi dan Perkembangan Volume 02 No.01, Februari 2013. Diakses 16 Mei 2013 dari http://journal.unair.ac.id/ filerPDF/Dwi%20Rachmawati_110810051_ringkasan.pdf

Rhodes, A. (2002). Long-Distance Relationships in Dual-Career Commuter Couples: A Review of Counseling Issues. The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, 10, 398-404. Diakses 29 Nopember, 2012 dari: http://tfj.sagepub.com/cgi/content/abstract/10/4/398. Rini, R.I.R.S. (2009). Hubungan Antara Keterbukaan Diri Dengan Penyesuaian

Perkawinan Pada Pasangan Suami Istri Yang Tinggal Terpisah. (untuk PSYCHO IDEA, Tahun 7 No 2, Juli 2009 ISSN 1693-1076). Diakses 13 Desember, 2012 dari: http://jurnal.ump.ac.id/index.php/psikologi/article/ view/15/14

Santi, M & Pudjiastuti. (2012). Hubungan antara asertivitas dengan penyesuaian perkawinan pasangan suami istri dalam usia perkawinan 1-5 tahun di kecamatan coblong bandung. Prosiding SnaPP 2012: Sosial, Ekonomi, dan

Humaniora. Diakses 19 Februari 2013 dari

http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/view/280

Sarwat, A. (2011). Seri Fiqih Kehidupan (8) Pernikahan. Jakarta: Rumah Fiqih Indonesia.

Spanier, Graham B. Journal Of Marriage And The Family: Measuring Dyadic Adjustment: New Scales For Assessing The Quality Of Marriage And


(34)

Similar Dyads, vol.38, no.1 (Feb.,1976), pp. 15-28. National Council on Family Relations. Diakses dari: http://www.jstor.org/stable/350547.

Suryanto, C.A. (2006). Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal (untuk INSAN Vol. 8 No. 3, Desember 2006). Diakses tgl 13 Desember, 2012 dari: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/05%20%20Pola%20Penyesuaian%

20Perkawinan%20pada%20Periode%20Awal.pdf.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan


(1)

Sidhi Raditya Swadiana , 2014

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE

peneliti. (Moleong, 2012: 335). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

member check dengan memperlihatkan hasil wawancara yang telah diolah

kepada subjek dan menanyakan kepada subjek apakah hasil tersebut telah sesuai dengan kondisi subjek saat ini.


(2)

Sindhi Raditya Swadiana , 2014

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter

marriage meliputi kesepakatan hubungan antara ketiga subjek dengan

pasangan. Pada UAM dan FF kesepakatan hubungan ini terjadi dalam pembagian tugas rumah tangga pada kondisi tertentu dan ketika sedang tinggal bersama saja. Sedangkan pada MG, kesepakatan antar pasangan ini dilakukan dalam pengaturan anggaran belanja. Kemudian untuk kedekatan hubungan, ketiga subjek ini memiliki kedekatan hubungan meskipun tidak dapat selalu tinggal bersama dengan pasangan. Kedekatan hubungan ini dilihat dari banyaknya kegiatan bersama yang dilakukan dan komunikasi yang baik ketika sedang tinggal berjauhan. Selanjutnya, kepuasan hubungan perkawinan dari ketiga subjek digambarkan dari adanya pikiran positif terhadap pasangan, tujuan kehidupan perkawinan dan dukungan emosional yang diberikan kepada pasangan baik ketika tinggal bersama maupun ketika sedang tinggal berjauhan. Yang terakhir, ekspresi afeksi subjek dilihat dari usaha subjek untuk menjadi diri sendiri dan tidak menutupi kekurangan yang dimilikinya kepada pasangan.

2. Faktor-faktor yang mendukung dalam penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage antara lain adalah komunikasi yang baik dengan pasangan, tanggung jawab terhadap tugas yang dimiliki, adanya kesamaan hobi atau kegemaran, memiliki tujuan dalam kehidupan perkawinan, pikiran positif terhadap pasangan, mengenal pasangan sebelum menikah, dan menerima kekurangan yang dimiliki pasangan. 3. Faktor-faktor yang menghambat dalam penyesuaian perkawinan pada istri


(3)

Sidhi Raditya Swadiana , 2014

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE

banyak perbedaan dengan pasangan, proses perkenalan yang singkat, dan pasangan bukan tipe romantis.

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini sebaiknya menambahkan variabel lain untuk memperdalam penelitiannya seperti memasukkan aspek gender, dan mengaitkan dengan perspektif agama. 2. Bagi pasangan yang menjalani commuter marriage

Meskipun banyak terdapat perbedaan dengan pasangan dikarenakan proses perkenalan sebelum perkawinan yang terlalu singkat, namun hal ini dapat diatasi dengan adanya usaha dari tiap pasangan untuk saling memahami pasangannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk memahami pasangannya adalah dengan saling menuliskan atau memberitahukan kepada masing-masing pasangannya mengenai apa saja yang disukai, tujuan dalam kehidupan ini, dan hal apa saja yang tidak disukai atau yang membuatnya marah. Kejelasan seperti ini akan membuat masing-masing pihak akan berusaha menjaga perasaan sehingga membuat satu sama lain saling mengenal hingga selanjutnya dapat meminimalisir terjadinya konflik dalam rumah tangga.

3. Bagi masyarakat

Dalam membangun kehidupan perkawinan, masyarakat sebaiknya lebih mengedepankan untuk dapat tinggal bersama dengan pasangan. Karena bagaimanapun juga, dapat tinggal satu rumah dengan pasangan lebih utama dibandingkan dengan menjalin hubungan perkawinan jarak jauh. Dengan tinggal bersama akan lebih mudah bagi pasangan suami istri untuk menjalankan hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri.


(4)

Sindhi Raditya Swadiana , 2014

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Atwater, E. & Duffy, K. G. (1999). Psychology For Living Adjustment, Growth,

and Behavior Today (6th ed). New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personalities. Canada: United States Copyright. Published Simultaneosly.

Clinebell, H.J. & Clinebell, C.H. (2005). The Intimate Marriage (online). Diakses 13 September 2012 dari http://www.indomedia.com/bpost/032005/8/ ragam/art-1.htm.

Deswita (2012). Psikologi Perkembangan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Donna, D. F. (2009). Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan yang Menikah

Tanpa Proses Pacaran (Ta’aruf). Universitas Gunadharma. Diakses 27

Oktober 2012 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/ psychology/ 2008/Artikel_10503039.pdf

Elfida, D (2008). Penyesuaian Perkawinan Ditinjau dari Beberapa Faktor

Demografi. Diakses 16 Maret 2013 dari http://fpsi.uin-suska.ac.id/sites/ default/files/perpustakaan/download/190Penyesuaian%20Perkawinan%20 Ditinjau-214.pdf.

Glotzer, R & Federlein, A. C. (2007). Miles That Bind: Commuter Marriage and

Family Strengths. Michigan Family Review, 12, 7-31, 2007: Michigan

Council on Family Relations. Diakses 8 Desember 2012 dari

http://quod.lib.umich.edu/m/ mfr/4919087.0012.102/--miles-that-bind-commuter-marriage-and-family-strengths?rgn=main;view=fulltext

Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Edisi Kelima) (Terjemahan). Jakarta: Penerbit


(5)

Kazhim, M. N. (2007). Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju Pernikahan

Sukses. Solo: Samudera.

Kazhim, M. N. (2009). Panduan Pernikahan Ideal. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Knox, D. (1998). Choices in Relationships (2nd ed): An Introduction to Marriage

and The Family. St. Paul: West Publishing company.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga puluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Rachmawati, D. & Mastuti, E. (2013). Perbedaan Tingkat Kepuasan Perkawinan

pada Istri Brigif 1 Marinir TNI AL yang Menjalani Long Distance Marriage. Jurnal Psikologi dan Perkembangan Volume 02 No.01, Februari

2013. Diakses 16 Mei 2013 dari http://journal.unair.ac.id/ filerPDF/Dwi%20Rachmawati_110810051_ringkasan.pdf

Rhodes, A. (2002). Long-Distance Relationships in Dual-Career Commuter

Couples: A Review of Counseling Issues. The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, 10, 398-404. Diakses 29

Nopember, 2012 dari: http://tfj.sagepub.com/cgi/content/abstract/10/4/398. Rini, R.I.R.S. (2009). Hubungan Antara Keterbukaan Diri Dengan Penyesuaian

Perkawinan Pada Pasangan Suami Istri Yang Tinggal Terpisah. (untuk PSYCHO IDEA, Tahun 7 No 2, Juli 2009 ISSN 1693-1076). Diakses 13

Desember, 2012 dari: http://jurnal.ump.ac.id/index.php/psikologi/article/ view/15/14

Santi, M & Pudjiastuti. (2012). Hubungan antara asertivitas dengan penyesuaian

perkawinan pasangan suami istri dalam usia perkawinan 1-5 tahun di kecamatan coblong bandung. Prosiding SnaPP 2012: Sosial, Ekonomi, dan

Humaniora. Diakses 19 Februari 2013 dari

http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/view/280

Sarwat, A. (2011). Seri Fiqih Kehidupan (8) Pernikahan. Jakarta: Rumah Fiqih Indonesia.

Spanier, Graham B. Journal Of Marriage And The Family: Measuring Dyadic


(6)

Similar Dyads, vol.38, no.1 (Feb.,1976), pp. 15-28. National Council on

Family Relations. Diakses dari: http://www.jstor.org/stable/350547.

Suryanto, C.A. (2006). Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal (untuk INSAN Vol. 8 No. 3, Desember 2006). Diakses tgl 13 Desember, 2012 dari: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/05%20%20Pola%20Penyesuaian%

20Perkawinan%20pada%20Periode%20Awal.pdf.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan