Dinasti Politik Antara Hak Dan Layak
Dinasti Politik Antara Hak Dan Layak
Oleh : Toba Sastrawan Manik
Penulis Mahasiswa PPKn FIS Universitas Negeri Medan aktif di Ikatan
Penulis Muda PPKn
Kasus suap Akil Mochtar dalam sengketa Pilkada Lebak Banten dan gunung Mas
Kalimantan Selatan tidak hanya membawa isu hukum namun menghadirkan isu
baru yaitu Dinasti Politik. Hal ini terkuak dengan hadirnya Ratu Atut Choisyah
gubernur Banten yang ternyata dalam hierarki pemerintahannya banyak di isi
oleh sanak saudara serta banyaknya proyek- proyek pembangunan pemerintah
yang dikendalikan oleh saudara atau yang memiliki ikatan keluarga dengan sang
ratu.
Pusat kritisinya ialah dinasti politik yang tercipta di Propinsi Lebak, Banten yag
dikomandoi oleh sang Ratu Atut Choisyah. Hal ini merambat pembahasan
dengan dinasti politik yang ada di partai- partai negeri ini. Sebut saja PDI- P
antara megawati dan putrinya Puan Maharani, partai Demokrat antara Susilo
Bambang Yudhotono (SBY) dan sang anak Edie Baskoro (Ibas). Serta banyaknya
opini- opini yang dari kalangan elit politik yang mempertentangkan dinasti politik
dan mendukung dinasti politik.
Rakyat Indonesia sejatinya masih trauma mendengar dinasti politik. Anggapan
yang muncul ketika mendengar dinasti politik identik dengan otoriter, kekuasaan
mutlak hingga akhirnya identik dengan korupsi. Secara konsep Lord Acton yang
mengatakan Kekuasaan cenderung korupsi, kekuasaan yang absolut korupsi
dengan absolut juga (power tends to corrupt, absolutly power corrupt absolutly)
memang masyarakat perlu mengantisipasi terbentukya kekuasaa yang absolut
dalam sebuah dinasti dalam hubungan keluarga dan hubungan lainnya karena
lebih membuka peluang untuk terbentuknya kekuasaan yang absolut dan
terpusat dalam bentuk kekeluargaa dan hierarkis tertentu.
Hak
Terbentuknya sebuah dinasti politik disengaja atau tidak baik dalam sebuah
partai dan kekuasaan lainnya sejatinya memerlukan analisis mendalam untuk
menolak atau mendukung. Sebab dalam regulasi tatanegara kita sejatinya belum
ada yang mengatur tentang dinasti politik malahan sejatinya dinasti politik.
Sebab di satu sisi Negara Indonesia dalam regulasinya menekankan persamaan
hak dalam partisipasi politik untuk dipilih dan memilih.
Adanya hak politik yang dijamin konstitusional terhadap setiap wargangera
Indonesia membenarkan siapa saja, keluarga siapa saja untuk berpatisipasi
politik untuk di pilih atau memilih. Artinya ialah dari segi hak politik Individu
maupu kolektif tidak ada yang salah dan tidak ada larangan serta seharusnya
tidak mempermasalahka adanya dinasti politik karena itu bagian dari politik. Jika
nantinya ada sebuah keluarga dan keturunan yang dominan berkuasa dalam
suatu daerah dengan pemilihan langsung oleh rakyat dalam pemilihan kepala
daerah sejatinya terbentuknya dinasti politik atas aspirasi rakyat.
Email: [email protected]
Alamat : Jln. Rela Gg Jala Pancing, Medan
No HP : 085362079561
Layak
Dalam pasal 28 D ayat (3) berbunyi “setiap orang berhak memperoleh
kesempata yang sama dalam pemerintahan”. Dengan dasar ini sejatinya siapa
saja berhak dan memiliki kesempatan dalam pemerintahan Presiden SBY
memberikan komentar tentang dinasti politik “secara hukum tidak ada yang
salah denga etika politik namun secara wilayah kepantasan tidak baik.
Jika setiap orang berhak dan memiliki kesempatan yang sama sebuah
pemerintahan yang demokratis seperti Indonesia maka perbicaraan dinasti tidak
pada itu benar atau salah namun berbicara pada kelayakan. Apakah memang
layak para penguasa atau pemerintah yang secara maupun tidak membentuk
dinasti politik? Untuk melihat layak atau tidaknya maka berbicara pada regulasi
pemilihannya. Jika yang memilih kepala daerah dan Gubernur adalah rakyat
secara langsung dan yang dipilih oleh rakyat adalah kebetulan atau tidak
dominan dalam suatu hubungan keluarga maka konklusinya layak menurut
rakyat.
Jika rakyat tidak mempermasalahkan hal itu, sebuah dinasti yang terbentuk
seyogyanya tidak menjadi masalah. Karena bagi rakyat yag terpenting ialah
aspirasi dan kehidupan mereka terperhatikan oleh pemerintah dan tidak terlalu
mempermasalahkan yang peduli atau yang layak bagi mereka itu berasal dari
keluarga yang sama atau tidak. Jika memang ada indikasi kecurangan atau
penggunaan kekuasaan untuk membentuk dinasti politik hendaknya itu buka lagi
ranah konsep politik melainkan ranah hukum. Hendaknya memahami politik
secara satu kesatuan utuh tanpa mencampurkan politik dengan lainnya.
Sejatinya tidak ada jaminan jika pemerintahan oleh dinasti tertentu perjalanan
politik akan tidak baik sekalipun dominan demikian. Tapi setidaknya pilihan ada
pada rakyat jika pilihan rakyat demikian dan menerimanya apa hendak mau
dikata kita hargai pilihan rakyat itu.
Email: [email protected]
Alamat : Jln. Rela Gg Jala Pancing, Medan
No HP : 085362079561
Oleh : Toba Sastrawan Manik
Penulis Mahasiswa PPKn FIS Universitas Negeri Medan aktif di Ikatan
Penulis Muda PPKn
Kasus suap Akil Mochtar dalam sengketa Pilkada Lebak Banten dan gunung Mas
Kalimantan Selatan tidak hanya membawa isu hukum namun menghadirkan isu
baru yaitu Dinasti Politik. Hal ini terkuak dengan hadirnya Ratu Atut Choisyah
gubernur Banten yang ternyata dalam hierarki pemerintahannya banyak di isi
oleh sanak saudara serta banyaknya proyek- proyek pembangunan pemerintah
yang dikendalikan oleh saudara atau yang memiliki ikatan keluarga dengan sang
ratu.
Pusat kritisinya ialah dinasti politik yang tercipta di Propinsi Lebak, Banten yag
dikomandoi oleh sang Ratu Atut Choisyah. Hal ini merambat pembahasan
dengan dinasti politik yang ada di partai- partai negeri ini. Sebut saja PDI- P
antara megawati dan putrinya Puan Maharani, partai Demokrat antara Susilo
Bambang Yudhotono (SBY) dan sang anak Edie Baskoro (Ibas). Serta banyaknya
opini- opini yang dari kalangan elit politik yang mempertentangkan dinasti politik
dan mendukung dinasti politik.
Rakyat Indonesia sejatinya masih trauma mendengar dinasti politik. Anggapan
yang muncul ketika mendengar dinasti politik identik dengan otoriter, kekuasaan
mutlak hingga akhirnya identik dengan korupsi. Secara konsep Lord Acton yang
mengatakan Kekuasaan cenderung korupsi, kekuasaan yang absolut korupsi
dengan absolut juga (power tends to corrupt, absolutly power corrupt absolutly)
memang masyarakat perlu mengantisipasi terbentukya kekuasaa yang absolut
dalam sebuah dinasti dalam hubungan keluarga dan hubungan lainnya karena
lebih membuka peluang untuk terbentuknya kekuasaan yang absolut dan
terpusat dalam bentuk kekeluargaa dan hierarkis tertentu.
Hak
Terbentuknya sebuah dinasti politik disengaja atau tidak baik dalam sebuah
partai dan kekuasaan lainnya sejatinya memerlukan analisis mendalam untuk
menolak atau mendukung. Sebab dalam regulasi tatanegara kita sejatinya belum
ada yang mengatur tentang dinasti politik malahan sejatinya dinasti politik.
Sebab di satu sisi Negara Indonesia dalam regulasinya menekankan persamaan
hak dalam partisipasi politik untuk dipilih dan memilih.
Adanya hak politik yang dijamin konstitusional terhadap setiap wargangera
Indonesia membenarkan siapa saja, keluarga siapa saja untuk berpatisipasi
politik untuk di pilih atau memilih. Artinya ialah dari segi hak politik Individu
maupu kolektif tidak ada yang salah dan tidak ada larangan serta seharusnya
tidak mempermasalahka adanya dinasti politik karena itu bagian dari politik. Jika
nantinya ada sebuah keluarga dan keturunan yang dominan berkuasa dalam
suatu daerah dengan pemilihan langsung oleh rakyat dalam pemilihan kepala
daerah sejatinya terbentuknya dinasti politik atas aspirasi rakyat.
Email: [email protected]
Alamat : Jln. Rela Gg Jala Pancing, Medan
No HP : 085362079561
Layak
Dalam pasal 28 D ayat (3) berbunyi “setiap orang berhak memperoleh
kesempata yang sama dalam pemerintahan”. Dengan dasar ini sejatinya siapa
saja berhak dan memiliki kesempatan dalam pemerintahan Presiden SBY
memberikan komentar tentang dinasti politik “secara hukum tidak ada yang
salah denga etika politik namun secara wilayah kepantasan tidak baik.
Jika setiap orang berhak dan memiliki kesempatan yang sama sebuah
pemerintahan yang demokratis seperti Indonesia maka perbicaraan dinasti tidak
pada itu benar atau salah namun berbicara pada kelayakan. Apakah memang
layak para penguasa atau pemerintah yang secara maupun tidak membentuk
dinasti politik? Untuk melihat layak atau tidaknya maka berbicara pada regulasi
pemilihannya. Jika yang memilih kepala daerah dan Gubernur adalah rakyat
secara langsung dan yang dipilih oleh rakyat adalah kebetulan atau tidak
dominan dalam suatu hubungan keluarga maka konklusinya layak menurut
rakyat.
Jika rakyat tidak mempermasalahkan hal itu, sebuah dinasti yang terbentuk
seyogyanya tidak menjadi masalah. Karena bagi rakyat yag terpenting ialah
aspirasi dan kehidupan mereka terperhatikan oleh pemerintah dan tidak terlalu
mempermasalahkan yang peduli atau yang layak bagi mereka itu berasal dari
keluarga yang sama atau tidak. Jika memang ada indikasi kecurangan atau
penggunaan kekuasaan untuk membentuk dinasti politik hendaknya itu buka lagi
ranah konsep politik melainkan ranah hukum. Hendaknya memahami politik
secara satu kesatuan utuh tanpa mencampurkan politik dengan lainnya.
Sejatinya tidak ada jaminan jika pemerintahan oleh dinasti tertentu perjalanan
politik akan tidak baik sekalipun dominan demikian. Tapi setidaknya pilihan ada
pada rakyat jika pilihan rakyat demikian dan menerimanya apa hendak mau
dikata kita hargai pilihan rakyat itu.
Email: [email protected]
Alamat : Jln. Rela Gg Jala Pancing, Medan
No HP : 085362079561