S KOR 1203662 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepakbola merupakan olahraga yang tidak asing lagi di dunia, begitu pun di
Indonesia. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda,
mengetahui olahraga ini, walaupun bagi sebagian mereka hanya sekedar
mengetahui saja dan tidak bisa untuk memainkannya, tapi hal tersebut sudah
cukup untuk membuktikan bahwa sepakbola merupakan olahraga yang paling
populer di dunia.
Sepakbola adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh dua tim yang
masing-masing terdiri dari sebelas pemain dan masing-masing tim mempunyai
satu buah gawang yang harus dijaga supaya tidak kemasukan bola. Mengenai
tujuan permainan sepakbola, Sucipto (1999, hlm. 7) mengemukakan bahwa
“tujuan permainan sepakbola adalah memasukan bola sebanyak-banyaknya ke
gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak
kemasukkan”. Tim yang lebih banyak memasukan bola ke gawang maka tim
tersebut dinyatakan pemenangnya, sedangkan sutau tim dinyatakan seri/draw
apabila tim tersebut memasukan bola sama banyak atau sama-sama tidak
memasukan bola ke gawang. sepakbola juga mempunyai beberapa teknik yang
harus kita pelajari agar bisa memainkannya dengan baik, mengenai teknik dasar
sepakbola. Sucipto dkk (2000, hlm. 17) menjelaskan bahwa:

Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepakbola, yaitu
menendang (kicking), menghentikan (stoping), menggiring (dribling),
menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan kedalam (trhrow-in),
dan menjaga gawang (goal keeping).
Untuk menjadi pemain yang berprestasi tidak hanya cukup menguasai
teknik dasar saja, melainkan taktik, kondisi fisik dan mental juga harus kita
kuasai. Seperti yang dijelaskan Gaal dalam darmawan (2012, hlm. 10) ‘sepakbola
terdiri dari empat elemen yaitu teknik, taktik, fisik dan mental’. Ternyata
menguasai satu elemen saja tidak menjamin untuk berprestasi, dari penjelasan
diatas kondisi fisik lah yang paling menunjang dan harus diutamakan. Karena
1
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

dengan mempunyai kondisi fisik yang bagus kita lebih siap lagi untuk
mempelajari teknik, taktik dan mental.

Adapun kondisi fisik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga sepakbola
adalah daya tahan, fleksibilitas, kekuatan, kecepatan dan daya ledak otot (power).
Seperti yang dijelaskan Lingling (2008, hlm. 29) bahwa :
Banyak terdapat komponen fisik yang akan mendukung terhadap
keberhasilan proses pelaksanaan keterampilan gerak dalam cabang olahraga
sepakola. Adapun komponen tersebut, yang dibutuhkan dalam cabang
olahraga sepakbola ialah daya tahan aerob, daya tahan anaerob, daya tahan
kekuatan, kecepatan siklis, kecepatan aksi reaksi, kekuatan yang cepat
(power) dan kelenturan.
Karena dalam pelaksanaannya permainan sepakbola memiliki banyak
gerakan yang memerlukan daya eksplosif yang tinggi dan gerakan-gerakan
tersebut sering dilakukan seperti menendang, berlari dan melompat. Sehingga
tolakkan kaki haruslah kaut dan cepat, sehingga power sangat dibutuhkan dalam
permaian sepakbola. Menurut Harsono (2001, hlm. 59) “daya ledak (power)
adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang
sangat cepat”. Ada dua unsur penting dalam power yaitu : (1) kekuatan otot dan
(2) kecepatan dalam mengerahkan tenaga maksimal.
Kekuatan menurut Harsono (2001, hlm. 56) “kekuatan (strength) adalah
kemampuan untuk membangkitkan tegangan (force) terhadap suatu tahanan”.
Latihan kekuatan dapat dilakukan dengan beban tahanan. Beban yang dipakai bisa

berasal dari diri sendiri (beban internal) atau menggunkan alat bantu (beban
eksternal). Sedangkan kecepatan diperlukan untuk melakukan gerak dalam waktu
yang singkat. Latihan ini juga dapat dilakukan dalam bentuk lari bolak-balik, dan
lain sebagainya sesuai kebutuhan. Kecepatan maksimal merupakan salah satu
komponen fisik yang harus dimiliki oleh seorang pemain sepakbola. Menurut
Harsono (1988, hlm. 59) “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang singkat atau
untuk memenpuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Jadi
sebelum latihan power, pemain harus latihan kekuatan dan kecepetan terlebih
dahulu. Sehingga kondisi tubuh akan lebih siap jika melakukan latihan power. Di

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Tungkai adalah kelompok rangka anggota badan bawah sesuai fungsi
sebagai alat gerak menahan badan bagian atas, dapat memindahkan tubuh

(bergerak) dapat menggerakan tubuh keatas dan dapat menendang. Terkait power
otot tungkai, Sajoto (1988, hlm.58) menjelaskan bahwa “power tungkai adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang
dilakukan dalam waktu yang sependek-pendeknya”. Penerapan latihan power
tungkai membutuhkan bentuk latihan yang tepat, banyak bentuk latihan yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai, diantaranya latihan Pliometrik.
Pliometrik adalah suatu metode untuk mengembangkan explosive power,
yang merupakan komponen penting dalam pencapaian prestasi sebagian besar
pemain. Dalam perkembangannya, dimasa sekarang pliometrik telah digunakan
berbagai cabang olahraga dan hasilnya cukup nyata. Adapun bentuk latihan
plyometrik menurut Bompa (1982, hlm. 43) bentuk – bentuk latihan plyometric
dikelompokan menjadi dua yaitu : (1). Latihan dengan intensitas rendah (Low
Impact) dan (2). Latihan dengan intensitas tinggi (High Impact). Latihan dengan
intensitas rendah (Low Impact) meliputi :
-

Skipping

-


Rope Jump

-

Lompat (jump) rendah dan langkah pendek

-

Loncat – loncat (Hops) dan lompat – lompat

-

Melompat diatas bangku atau tali setinggi 25-35 cm

-

Melempar boll medicine 2-4 Kg

-


Melempar bola tenis/baseball (bola yang ringan)

Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi (High Impact), meliputi :
-

Lompat jauh tanpa awal (standing broad/long jump)

-

Triple jumps (lompat tiga kali)

-

Lompat (jump) tinggi dan langkah panjang

-

Loncat – loncat dan lompat – lompat

-


Melompat diatas bangku atau tali setinggi diatas 35cm

-

Melempar ball medicine 5-6 Kg.

-

Drop jumps dan reaktif jumps

-

Melempar benda yang relatif berat.

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

Seperti yang telah dijelaskan diatas, salah satu bentuk latihan pliometrik
yang bisa dilakukan adalah latihan Plyo to sprint dan Double leg hop progression.
Mengenai latihan plyo to sprint menurut Brown dkk (2000. Hlm 216) “For
example, you may peform three vertical jump followed by a 5-20yard sprint”.
Yang dimaksud dari penjelasan tersebut adalah untuk melakukannya, kalian hanya
melakukan gerakan melompat ke atas sebanyak 3 kali dan diakhiri dengan sprint
5-20meter. Sedangkan latihan double leg hop progression menurut Radcliffe &
Farentinos (2013, hlm. 82) mengemukakan bahwa :
Single-response hop-upon clearing the first hurdle, land with full-foot
contact and give at the knees and hips. After sticking this landing, then reset
the body position, stance, and relationship to the next hurdle. Then execute
the next hop. This reset allows for a re-education of landing and takeoff
technique.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa Respon tunggal saat loncatan awal
menghilangkan rintangan pertama, terjadi kontak secara penuh antara tanah dan
kaki lalu kemudian pada lutut dan pinggul. Setelah menempel pada pendaratan ini,
kemudian mengulang posisi tubuh, sikap, dan hubungan dengan rintangan
berikutnya.


Kemudian

jalankan

loncatan

berikutnya.

Pengulangan

ini

memungkinkan untuk pengajaran ulang pendaratan dan teknik lepas landas.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka peneliti
memandang perlu mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh latihan Plyo to sprint dan Double leg hop progression
terhadap peningkatan power otot tungkai dalam cabang olahraga sepakbola.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka

peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah latihan plyo to sprint berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan power otot tungkai ?
2. Apakah latihan double leg hop progression berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai ?

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

3. Manakah yang lebih berpengaruh secara signifikan antara latihan plyo to
sprint dan double leg hop progression terhadap peningkatan power otot
tungkai ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penilitian ini
adalah untuk memperoleh informasi tentang “pengaruh latihan plyo to sprint dan
double leg hop progression terhadap peningkatan power otot tungkai dalam

cabang olahraga sepakbola ”. Adapun tujuan dalam penilitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh latihan plyo to sprint terhadap peningkatan
power otot tungkai.
2. Untuk mengetahui pengaruh latihan double leg hop progression terhadap
peningkatan power otot tungkai.
3. Untuk mengetahui manakah yang lebih berpengaruh secara signifikan
antara latihan plyo to sprint dan double leg hop progression terhadap
peningkatan power otot tungkai.
D. Manfaat Penelitian
1.

Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan bagi

para pelatih olahraga khususnya untuk cabang olahraga sepakbola untuk feedback
pada atletnya, agar atlet bisa berkembang dan menjadi lebih baik.
2.

Secara Praktis.
Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau informasi

bagi pelatih olahraga, khususnya pelatih olahraga sepakbola untuk menjadi acuan
untuk melatih olahraga sepakbola agar potensi atlet berkembang menjadi lebih
baik lagi. Serta mengetahui peningkatan power otot tungkai pada atletnya.
E. Batasan Penelitian
Dengan adanya batasan masalah seperti ini untuk memberikan gambaran
kepada penulis agar penelitian lebih terarah, yang nanti dapat memperoleh tujuan
yang jelas dari permasalahan penelitian, oleh karena itu peneliti membatasi
masalah sebagai berikut :
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

1. Ruang lingkup penelitian ini mengungkapkan seberapa signifikan pengaruh
latihan plyo to sprint dan double leg hop progression terhadap peningkatan
power otot tungkai dalam cabang olahraga sepakbola.
2. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
3. Tipe latihan yang digunakan adalah Plyo to sprint dan Double leg hop
progression.
4. Populasi yang digunakan adalah Ekstrakulikuler Sepakbola SMA Negeri 1
Parongpong kategori putra sebanyak 18 orang.
5. Penelitian ini menggunakan pendekatan total sampling, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 18 orang yang selalu hadir mengikuti ekstrakulikuler
sepakbola SMA Negeri 1 Parongpong.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya
maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan di
uraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Bab I memuat pendahuluan yang mencakup Latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian,
struktur organisasi skripsi.
2. Bab II memuat landasan teori, kerangka pemikiran dan hipotesis yang
berisi teori-teori yang berhubungan : sepakbola, kondisi fisik, power
tungkai, Pliometrik, plyo to sprint, double leg hop progression, kerangka
pemikiran, hipotesis penelitian.
3. Bab III memuat metode latihan, yang mencakup metode penelitian,
populasi dan sampel, desain penelitian, intrumen penelitian, pelaksanaan
latihan, dan prosedur pengelolaan data.
4. Bab IV memuat hasil penelitian yang mencakup hasil penelitian, analisis
penelitian dan diskusi temuan.
5. Bab V memuat kesimpulan dan saran.

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu