S KOR 1203662 Chapter3

BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2010, hlm.2)
menjelaskan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.
Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil ketika sudah dilakukan treatmen
atau latihan tambahan. Sugiyono (2010, hlm.6) menjelaskan bahwa “metode
penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh treatment (perlakuan)”.
Dari penjelasan di atas metode penelitian eksperimen ini mempunyai sifat
yang harus dicobakan atau adanya pemberian treatment atau pemberian latihan.
Maka dari itu faktor yang dicobakan adalah latihan Plyo to sprint dan Double leg
hop progression terhadap peningkatan power otot tungkai dalam cabang olahraga

sepakbola.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam sebuah penelitian diperlukan sember data yang digunakan untuk

memperoleh data yang sesuai dengan yang diinginkan. Adapun mengenai objek
yang hendak diteliti adalah dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian.
Mengenai populasi Sugiyono (2011, hlm, 80) menjelaskan bahwa “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Arikunto
(2010, hlm. 173) mengatakan “populasi adalah keseluruhan objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Parongpong yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola yang berjumlah 18 orang. Penelitian
ini menggunakan populasi dari Ekstrakurikuler sepakbola SMAN 1 Parongpong
26
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

dikarenakan peneliti terlibat dalam kepengurusan Ekstrakurikuler sepakbola
SMAN 1 Parongpong kurang lebih 1 tahun kebelakang, selain itu guna

mengefektifkan waktu peneliti karena intensitas waktu akan tercurah di lapangan,
serta lebih meningkatkan mutu latihan Ekstrakurikuler SMAN 1 Parongpong.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian berarti sekelompok subyek dimana informasi
diperoleh. Mengenai sampel menurut Arikunto (2010, hlm.174) menyatakan
bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada Arikunto (2002,
hlm.112) yang mengatakan bahwa “apabila subjek kurang dari 100 lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Teknik
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana
menurut Sugiyono (2010, hlm.61) bahwa “total sampling / sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel,
hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang”.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan
sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler sepakbola
SMAN 1 Parongpong yang berjumlah 18 orang, 18 orang tersebut adalah siswa
yang mengikuti latihan.
Untuk menentukan kelompok latihan, terlebih dahulu dilakukan tes awal.
Setelah tes awal didapat, dilakukan penyusunan rangking dari yang terbesar
sampai yang terkecil dan penjodohan dengan menggunakan metode A-B-B-A,

metode ini digunakan agar kedua kelompok mempunyai kemampuan yang
seimbang (equivalen). Kemudian sampel dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok A untuk kelompok latihan plyo to sprint berjumlah 9 orang dan
kelompok B untuk kelompok latihan double leg hop progression berjumlah 9
orang.
C. Desain Penelitian
Dalam sebuah penelitian, desain penelitian sangatlah penting untuk
berjalannya sebuah penelitian yang sistematis. Desain penelitian yaitu digunakan
untuk melihat tahapan penelitian secara efektif dan efisien. Banyak sekali desain
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28

dalam penelitian eksperimen yang bisa digunakan. Penggunaan desain tersebut,
disesuaikan dengan aspek penelitian dan pokok masalah yang akan diungkapkan.
Atas dasar hal tersebut peneliti menggunakan desain The Pretest-Post test group
Design seperti pada gambar 3.1.













Gambar 3.1.
Desain Penelitian (Sumber : Lutan)
Keterangan :


= Tes Awal




= Treatment latihan double leg hop progression





= Treatment latihan plyo to sprint

= Tes Akhir
Sedangkan langkah pengumpulan data sebagai berikut : kelompok latihan

Plyo to sprint dan kelompok latihan Double leg hop progression seperti pada

gambar 3.2.
Populasi
Sampel
Tes Awal
Treatment latihan Plyo to
sprint


Treatment latihan Double
leg hop progression

Populasi
Analisis Data
Pengolahan Data
Kesimpulan

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

Gambar 3.2.
Langkah-langkah Pengumpulan Data

D. Instrumen Penelitian

Proses pengumpulan data diarahkan kepada data yang valid yang sesuai
dengan fakta dilapangan. Validitas suatu data ditentukan oleh materi tes yang akan
diberikan kepada sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Three hop jump test. Dalam blog topend sports (2013, hlm. 1) mengungkapkan:
This is a test of leg power in which you have to perform three consecutive
horizontal jumps. There is also a similiar 3-hop jump test.



Purpose : to measure horizontal and vertical power of the legs with a



component of balance and coordination



grass area. The strating take off line should be clearly marked

Equipment required : tape measure to measure distance jumped. Flat


Procedure : the aim of this test is to perform three consecutive one-leg

hops as far as possible strecth out approximately 30 fet or rope or tape
measure to mark the hopping direction and to aid recording the jump
distance the athlete stars by standing behind a line with feet shoulder
widht apart when ready they are to perform three, consecutive broad
jumps non stop. Using a forward as weil a vertical jump style that allows
them to gain maximum distance. They are able to use their arms assist the



explosive movement and for balance
Scoring : the measurement is taken from take-off line to the nearest point

of contac on the landing of the thrid jump (back of the heels). Record the



longest distance jumped, the best of three trials

Variations / modivications : a long jump landing pit may be used instead

so that the final jump lands in the sand, which enables the subject to
confidently put more effort into the the final jump, and to extend the legs
further in front of the body for landing. The best can also be conducted



with any number of consecutive jumps.
Advantages : this trst is simple and quick to perform, requiring minimal

aquipment.
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30





Disadvantages : there is some skill component in this test
Comments : falling or stepping backward after the landing will result in

measurement to that point of contact rather than where the feet first
touched. Some subjects will try to use a step at take-off.

Menurut uraian di atas adalah tes power kaki di mana Anda harus melakukan tiga
lompatan horisontal berturut-turut. Ada juga tes 3 loncatan lopmat serupa.


Tujuan: untuk mengukur kekuatan horisontal dan vertikal dari kaki
dengan komponen keseimbangan dan koordinasi



Peralatan yang dibutuhkan: meteran untuk mengukur jarak lompatan,
tempat berumput yang datar, garis start harus ditandai dengan jelas




Prosedur: tujuan dari tes ini adalah untuk melakukan satu loncatan kaki
tiga kali berturut-turut sejauh mungkin dengan jarak sekitar 30 kaki atau
tali atau meteran untuk menandai arah melompat dan untuk membantu
merekam jarak lompatan dari atlet dengan berdiri di belakang garis dengan
kaki dan lebar bahu terpisah ketika mereka siap untuk tampil, secara
berurut papan penilai lompatan tanpa jeda. Menggunakan awalan sebagai
gaya melompat vertikal yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan
jarak maksimum. Mereka mampu menggunakan bahu mereka membantu
gerakan secara eksplosif dan untuk keseimbangan



Penilaian: Penilaian diambil dari garis take-off ke titik terdekat dari garis
pada pendaratan lompatan ketiga (belakang tumit). Mencatat jarak terjauh
lompatan, yang terbaik dari tiga percobaan.



Variasi / modifikasi: satu lompatan jauh yang mendarat di pit dapat
digunakan sebagai pengganti sehingga lompatan terakhir tetap di pasir,
yang memungkinkan subyek percaya diri untuk lebih berupaya dalam
lompatan terakhir, dan untuk memperpanjang kaki ke depan tubuh untuk
mendarat. Yang terbaik juga dapat dilakukan dengan jumlah lompatan
berturut-turut.



Keuntungan: Tes ini sederhana dan cepat untuk dilakukan, membutuhkan
sedikit peralatan.



Kekurangan: ada beberapa komponen keterampilan dalam tes ini



Komentar: jatuh atau melangkah mundur setelah mendarat akan

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

menghasilkan pengukuran ke titik dimana terjadi kontak bukan di mana
kaki pertama kali menyentuh. Beberapa mata siswa akan mencoba untuk


menggunakan langkah saat take-off.
Model Tes :

Gambar 3.3.
Three hop jump test
(Sumber: http://www.topendsport.com)
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi tentang judul, maka perlu ada
penjelasan tentang arti dan makna judul tersebut. Penjelasan tersebut dalam
penegasan istilah seperti berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
untuk membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Depdikbud,
1989, hlm. 664) . Pengertian pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang timbul
dari hasil latihan Plyo to sprint dan Double leg hop progression terhadap
peningkatan power otot tungkai dalam cabang olahraga sepakbola.
2. Latihan
Latihan adalah kegiatan atau aktivitas latihan yang dilakukan secara
berulangulang, sistematis, berencana, dengan beban kian hari kian bertambah.
Latihan yang dimaksud penulis adalah suatu metode atau bentuk perlakuan untuk
memperoleh hasil peningkatan power otot tungkai dalam permainan sepakbola
dengan perlakuaan atau latihan Plyo to sprint dan Double leg hop progression.
3. Pliometrik

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

Pliometrik

adalah

latihan-latihan

atau

ulangan

yang

bertujuan

menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan
lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regangan yang cepat dari otot-otot
yang terlibat untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif (Johansyah Lubis, 2009).
4. Latihan Plyo to sprint
Latihan Plyo to sprint adalah bentuk latihan dengan melompat keatas
menggunakan dua kaki dan di akhiri dengan lari sprint (Brown dkk 2000. Hlm
216) “For example, you may peform three vertical jump followed by a 5-20yard
sprint” uraian tersebut adalah untuk melakukannya, kalian hanya melakukan
gerakan melompat ke atas sebanyak 3 kali dan diakhiri dengan sprint 5-20meter.
sedangkan menurut Watts (2015, halm, 1) “The athletes will execute 3 vertical
jump or the athletes will then execute 3 tuck jumps over hurdle and then after the
last hurdle or vertical jumps, the athlete will then sprint 5-20 yards” maksud

pernyataan tersebut adalah para atlet akan mengeksekusi 3 lompatan vertikal atau
atlet akan melakukan 3 lompatan sempit melalui rintangan dan kemudian setelah
rintangan terakhir atau melompat vertikal, atlet akan sprint sejauh 5-20 meter.
plyo to sprint adalah latihan untuk mengembangkan lompatan dan

kecepatan linear sehingga atlet akan melompat keatas atau dengan melewati 3
rintangan, diakhiri dengan melakukan sprint. Untuk melakukan latihan ini tubuh
bagian bawah melakukan latihan Plyometrik (vertical jump, tuck jump dan lainlain) dan setelah mendarat segera lakukan sprint 5-20m. Sebelum melakukan
sprint anda dapat melakukan pengulangan lompatan sebanyak satu atau lebih.
5. Latihan Double leg hop progression
Double leg hop progression merupakan salah satu bentuk latihan dari

Plyometrik. Latihan dengan intensitas tinggi yang sebenarnya dirancang untuk
mempercepat perkembangan otot dan daya tahan tubuh pada atlet. Latihan
plyometrik mengondisikan tubuh untuk berlatih dengan resistensi dinamis yang
cepat meregangkan otot (tahap ekstrinsik) dan kemudian mempersingkat tahap
konsentris dengan cepat. Seperti yang dikemukakan oleh Radeliffe and
Farentinos,

(1985:1)

bahwa

“plyometric

adalah

suatu

metode

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk

33

mengembangkan explosive power, yang merupakan komponen penting dalam
pencapaian prestasi sebagian besar atlet”.
Salah satu bentuk latihan plyometrik adalah doubleg hop progression,
menurut Jackson (2011, hlm. 4) menyatakan bahwa:
Be sure to practice good form for these hops. Remember, in medial hops,
the hurdle will be to the inside of the jumping leg. For lateral hops, it will
be to the outside of the jumping leg. And then jump over the hurdle and
upon landing, quckly jump again.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah pastikan untuk latihan yang baik
untuk loncatan ini. Ingat, di loncatan medial, rintangan akan terjadi saat kaki
melompat. Untuk loncatan lateral, akan keluar dari kaki melompat. Dan kemudian
melompati rintangan dan setelah mendarat, secara cepat melompat lagi.
Sedangkan double leg hop progression Radcliffe J.C. & Farentinos R.C.
(2013, hlm. 82) mengemukakan bahwa :
Single-response hop-upon clearing the first hurdle, land with full-foot
contact and give at the knees and hips. After sticking this landing, then reset
the body position, stance, and relationship to the next hurdle. Then execute
the next hop. This reset allows for a re-education of landing and takeoff
technique.

Maksud dari pernyataan di atas yaitu Respon tunggal saat loncatan awal
menghilangkan rintangan pertama, terjadi kontak secara penuh antara tanah dan
kaki lalu kemudian pada lutut dan pinggul. Setelah menempel pada pendaratan
ini, kemudian mengulang posisi tubuh, sikap, dan hubungan dengan rintangan
berikutnya.

Kemudian

jalankan

loncatan

berikutnya.

Pengulangan

ini

memungkinkan untuk pengajarann ulang pendaratan dan teknik lepas landas.
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau
universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada
setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan
ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat,
dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini
diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk
merintis kegiatan diluar jam pelajaran sekolah, (Wikipedia, Ekstrakurikuler,
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

2012:), sehingga para siswa bisa menciptakan prestasi baik dari non akademik
atau bidang akademik.
Penelitian ini dilaksanakan di SPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 25 April sampai 03 Juni selama 6
minggu dengan perlakuan eksperimen selama 16 kali pertemuan dengan frekuensi
pertemuan tiga kali dalam seminggu. Dengan demikian pemberian treatment
sebanyak 6 minggu, hal ini untuk memberikan perubahan terhadap proses latihan.
Harsono (1988, hlm.208) menjelaskan bahwa “latihan bukanlah aktifitas yang
dapat kita harapkan cepat diperoleh hasilnya. Baru setelah kira-kira satu bulan
latihan biasanya akan nampak perubahan pada tubuh kita”. Mengenai jangka
waktu latihan Kosasih (1995, hlm.28) mengatakan bahwa “latihan tiga kali setiap
minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis”. Mengenai intensitas latihan
yang diperlukan adalah selama enam minggu, dengan uruatan jadwal selama
seminggunya adalah :
a. Senin, Pukul 14.30-16.30 WIB di Stadion SPN Cisarua Kab. Bandung Barat.
b. Rabu, Pukul 14.30-16.30 WIB di lapangan SPN Cisarua Kab. Bandung Barat.
c. Jumat, Pukul 14.00-16.00 WIB di lapangan SPN Cisarua Kab. Bandung Barat.
Untuk memudahkan dalam penyusunan program latihan dapat dilihat dalam
lampiran. Kemudian latihannya dibagi ke dalam tiga bagian, yakni latihan
pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan. Berikut adalah uraian dari tiga
latihan di atas :
1. Latihan Pemanasan
Sebelum melakukan latihan, sampel diberikan latihan pemanasan terlebih
dahulu, hal ini berkenaan dengan mempersiapkan kondisi fisik tubuh sampel agar
nantinya melakukan latihan/treatment sampel siap secara fisiologis. Latihan
pemanasan yang berupa peregangan statis, yaitu meregangkan secara sistematis
anggota tubuh yang dimulai dari bagian atas sampai bagian bawah. Selanjutnya
diberikan peregangan dinamis yaitu lari mengelilingi lapangan SPN Cisarua Kab.
Bandung Barat selama 5 menit. Penekanan latihan pemanasan lebih kepada
bagian tungkai karena pada latihan inti menekankan kepada kesiapan tungkai
dalam menerima beban latihan.
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

2. Latihan Inti
Sebelum melakukan latihan inti, sampel diharuskan untuk mengecek denyut
nadi, karena denyut nadi sampel harus berada dalam daerah latihan, sehingga
nanti dapat mengontrol kondisi sampel. Latihan inti yang diberikan adalah latihan
Plyo to sprint dan Double leg hop progression.

3. Latihan Pendinginan
Setelah melakukan latihan inti sampel diberikan latihan pendinginan atau
penenangan yang dibimbing oleh peneliti tujuannya adalah untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kelelahan otot akibat latihan. Bentuk latihan yang diberikan
adalah lari kecil selama 6 menit dan ikuti dengan peregangan pasif untuk
melaksanakan otot-otot, terutama otot yang digunakan selama pemberian latihan.
G. Prosedur Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengetesan masih merupakan skor-skor
mentah, belum lah berarti sebelum diolah. Supaya skor-skor itu mempunyai arti,
maka data tersebut harus diolah secara statistik agar menimbulkan kebenaran
untuk menjawab persoalan-persoalan atau yang diajukan dalam penelitian.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai rata-rata dari kelompok sampel yang telah
distandarisasikan dengan menggunakan rumus :

�̅ = Nilai rata-rata

x = Skor yang diperoleh
n = Jumlah orang
Σ = “sigma” yang berarti jumlah

2. Mencari simpangan baku dari skor yang tidak dikelompokkan dengan
menggunakan rumus statistika sebagai berikut :

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

S = Simpangan baku yang dicari
n = Banyaknya sampel
x = Nilai yang didapat
�̅ = Nilai rata-rata

Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
a. Menentukan nilai rata-rata
b. Mencari x dengan cara mengurangi skor yang didapat dengan nilai ratarata.
c. Harga x dikuadratkan, kemudian dijumlahkan
d. Menarik akar kuadrat setelah dibagi jumlah responden.
3. Uji normalitas, Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari hasil
pengukuran tersebut normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
penulis dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah uji normalitas
Liliefors, Uji inimenggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Membakukan setiap bilangan dari hasil observasi, X1, X2, . . . Xn
dengan menjadikan bilangan baku Z1, Z2, . . . , Zn dengan
mempergunakan rumus :

Keterangan :
Zi

= Bilangan baku ke-i

xi

= Data hasil observasi ke-i

�̅

= Rata-rata kelompok sampel

S
b.

= Simpangan baku kelompok sampel
Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian menghitung peluang
F (zi) = P ( z ≤ zi)

c.

Kemudian menghitung proporsi Z1, Z2, . . . , Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi . Jika Proporsi itu dinyatakan dengan
S (Zi) : S (Zi) = Banyaknya Z1,Z2,......,Zn ≤ Zi

n
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

d.

Menghitung selisih F (Zi) =- S (Zi) dan menentukan harga mutlaknya

e.

Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak
tersebut, sebutlah harga terbesar L0 kriteria Uji Normalitas Liliefors,
adalah:

1) Hipotesis diterima apabila Lo < Lt , kesimpulannya data berdistribusi
normal
2) Hipotesis ditolak apabila Lo > Lt, kesimpulannya data berdistribusi
tidak normal
4. Langkah berikutnya menghitung peningkatan hasil latihan dengan
pengujian signifikansi, menggunakan uji t dengan rumus:

Keterangan:
t

: Nilai t hitung yang dicari

B

: Rata-rata nilai beda

SB

: Simpangan baku

n

: Jumlah sampel

5. Untuk melihat pengaruh yang lebih signifikan dari perbedaan kedua hasil
maka menggunakan pengujian T-skor dengan rumus:
T-Skor = 50 + 10 (X - �̅ ) atau
S

= 50 + 10 ( �̅ - X) untuk waktu
S

H. Hipotesis Statistika
Sesuai dengan masalah penelitian, maka hipotesis statistik yang dirumuskan
dalam masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. X1 Y1 = Ho : α = 0
Ha : α > 0
2. X1 Y2 = Ho : α = 0
Ha : α > 0
3. X1 Y1 Y2 = Ho : α = 0
Ha : α > 0
Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

Asep Sudrajat, 2016
PENGARUH LATIHAN PLYO TO SPRINT DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu