S PJKR 1203643 Chapter1

BAB 1
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan pengalaman belajar yang dipengaruhi

oleh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang
lebih baik dan terarah dalam kebiasaan perilaku, pikiran, dan sifatnya. Pendidikan
juga merupakan cikal bakal untuk membentuk kualitas sumber daya manusia
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dimasa yang akan datang. Bagastya
(2014, hlm. 554).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Pendapat lain mengenai
pengertian pendidikan juga dikemukakan Thedore Brameld dalam Rilastyo (2011)
mengatakan bahwa:

Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru
mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan
adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam
sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan
masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks,
fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan
pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan
informal di luar sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan berencana yang dilakukan oleh tenaga pendidik melalui kegiatan
Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

2


bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik sebagai bekal dikehidupan yang akan datang.
Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga
pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan
tersebut adalah pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah dan pendidikan non
formal yang dilaksanakan di luar sekolah. Salah satu jenis pendidikan yang dilakukan
dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan jasmani, dimana pendidikan jasmani
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa sebagai sarana
bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi diri dan untuk merubah tingkah laku.
Pendidikan jasmani menurut Juliantine dkk (2013, hlm. 2) menjelaskan bahwa
“pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan,
kecerdasan, emosional, dan pembentukan watak.” Adapun menurut Mahendra (2009,
hlm. 15) menjelaskan bahwa pendidikan jasamani adalah: “Pendidikan jasmani
adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk
mencapai tujuan pendidikan.”
Pendidikan jasmani juga memiliki suatu tujuan yang harus dicapai, tujuan
pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani

peserta didik, akan tetapi pendidikan jasmani memiliki tujuan yang bersifat
menyeluruh (holistik).
Menurut Mahendra (2009, hlm. 10) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
jasamani adalah:
Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk: (1) mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan
perkembangan sosial, (2) membangun kepercayaan diri dan kemampuan untuk
menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani, (3) memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran
jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali, (4) mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam
aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan, (5) berpartisipasi
Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3


dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang, (6)
menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk aktivitas
olahraga.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani maka seorang guru pendidikan
jasmani harus mengetahi keadaan fasilitas olahraga yang ada di sekolah serta harus
mengetahui keadaan dan karakteristik peserta didik, sehingga dapat menentukan
metode, pendekatan, strategi, dan model yang tepat dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang dirumuskan guru
dalam proses belajar mengajar harus mengacu pada tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebalumnya.
Pembelajaran pendidikan jasmani disekolah bagi siswa menyenangkan, karena
siswa bisa belajar sambil bergerak. Selain itu dalam proses pembelajaran penjas
sangat berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran lain, karena dalam proses
pembelajaran penjas dilakukan diluar kelas atau dilapangan dan siswa menggunakan
seragam olahraga yang bisa membuat siswa lebih bebas mengekspresikan dirinya
melalui bergerak.
Materi pembelajaran penjas yang diajarkan disekolah diantaranya bola voli,
bola basket, sepak bola, bulu tangkis, atletik, bola tangan, dll. Pembelajaran bola
tangan hanya diajarkan disekolah-sekolah tertentu, karena pembelajarn bola tangan

ini masih dibilang sebagai pembelajaran yang baru.
Permainan bola tangan adalah permainan beregu yang di mana dua regu dengan
masing-masing 7 pemain yang terdiri dari 6 pemain dan 1 penjaga gawang yang
setiap regunya berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.
Bentuk dari pola permainan serta peraturan permainan bola tangan dapat dikatakan
merupakan modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Seperti dalam
permainan bola basket, selama permainan berlangsung, kegiatan permainan dalam
permainan bola tangan juga lebih banyak terjadi disekitar daerah bertahan. Pihak
penyerang berusaha dengan segala keterampilannya serta dengan macam-macam
taktik, berusaha untuk mencetak gol kegawang lawan. Sedangkan pihak bertahan
Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

berusaha menjaga dengan ketat dan berusaha setiap saat untuk merebut bola dan
menguasainya. Kemudian pihak bertahan dengan segera beralih menjadi pihak

penyerang dan regu yang tidak menguasai bola menjadi pihak yang bertahan,
demikian seterusnya. (Haris, 1988 hlm. 11).
Permainan bola tangan dapat diajarkan sebagai meteri pokok bukan hanya
sebagai materi pengganti dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Akan
tetapi, karena permainan bola tangan merupakan jenis permainan yang baru dikenal
oleh siswa, maka dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan metode,
model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat
mengerti, memahami dan merasa senang ketika mengikuti pembelajaran bola tangan.
Seperti uraian diatas bahwa pembelajaran penjas disekolah menurut siswa
menyenangkan, akan tetapi yang penulis dapatkan saat PPL di Mts Al-musyawarah
penulis melihat proses pembelajaran dengan materi bola tangan melalui model
pembelajaran direct instrucsion tidak berjalan dengan baik, karena saat pembelajaran
siswa melakukan gerak tidak bersemangat, malas-malasan, tidak aktif, dll.
Rendahnya partisipasi siswa terhadap pembelajaran menimbulkan pembelajaran yang
monoton. Dengan demikian siswa tidak dapat menguasai materi yang disampaikan,
akibatnya adalah siswa tidak menguasai keterampilan dasar permainan bola tangan
yang sesuai dengan harapan. Seperti siswa mampu melakukan keterampilan dasar
permainan bola tangan (passing, dribbling, dan shooting). Maka dari itu diperlukan
model-model pembelajaran yang beraneka ragam seperti yang dikemukakan oleh
Metzler yaitu: model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung), model

pembelajaran kooperatif learning, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran
pendidikan olahraga (sport education model), model pendekatan taktis, model
pembelajaran personal (personal models), model pembelajaran peer teaching.
Menurut Juliantine dkk (2013, hlm. 8) model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Adapun
menurut Menurut Slavin (2010), Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada
suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan
sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Yuniawan, dkk. (2012 hlm.186) Model
pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk pengajaran. Isi

yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran
yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran
yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas,
pengelompokkan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran.
Menurut Killen (dalam Juliantine, dkk. 2013 hlm. 36). Direct Instruction
merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan
dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan
tanya jawab). Adapaun menurut Metzler (2000 hlm. 162), “direct instruction is
characterized by decidedly teacher-centered decisions and teacher-directed
engagement patterns for learners”. Artinya, model pembelajaran langsung ditandai
dengan jelas oleh keputusan yang berpusat pada guru dan pola keterlibatan peserta
didik yang diarahkan oleh guru. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat
kepada guru yang menuntut siswa untuk melaksanakan segala instruksi yang telah
dirancang oleh guru.
Suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center, artinya dalam
PBM terjadi interaksi atau hubungan antara guru dengan siswa secara langsung, guru
memiliki peran yang sangat dominan sehingga guru dituntut agar dapat menjadi
seorang model yang menarik bagi siswa, namun bukan berarti peran siswa terlupakan
begitu saja, karena guru dalam PBM dengan model ini berperan sebagai model yang

langsung berhadapan dengan siswa secara nyata dalam mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan secara langsung tanpa ada unsur perantara.

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Menurut Eggen&Kauchak (dalam Juliantine,dkk. 2013 hlm. 56). Pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Adapun menurut
Riyanto, 2010 hlm. 267. Pembelajarn kooperatif adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus
keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill. Selain itu menurut
Sthal (dalam Juliantine, dkk. 2013 hlm. 57). Proses pembelajaran dengan MPCL ini
mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana
belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa.

Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang
terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar
kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga
siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar
totor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative).
Melihat dari kedua model pembelajaran tersebut, model pembelajaran langsung
(Direct Instruction), lebih menekankan pada penyampaian informasi secara langsung
dari guru kepada siswa. Guru lebih dominan aktif dalam pembelajaran ini, sementara
siswa hanya menerima informasi dan sedikit melakukan pengulangan gerak. Dengan
minimnya pengulangan gerak tentu saja siswa akan mengalami kesulitan dalam
penguasaan keterampilan dasar permainan bola tangan. Namun jika melihat dari
model pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) yang menerapkan sistem
berkelompok dan pengulangan gerak yang banyak. Kita dapat beranggapan bahwa
dengan banyaknya pengulangan pembelajaran keterampilan dasar permainan bola
tangan, siswa dapat menguasai keterampilan dasar permainan bola tangan dengan
baik. Sehingga dengan pengulangan gerak yang banyak diasumsikan bahwa model
pembelajaran kooperatif lebih berpengaruh terhadap penguasaan keterampilan dasar
permainan bola tangan.

Idha Widiyaningsih, 2016

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Dari pemaparan diatas, penulis ingin mengkaji dua model pembelajaran yaitu
model pembelajaran kooperatif learning dan model pembelajaran direct instruction.
Karena berdasarkan dari pengertian kedua model tersebut dapat memberikan
pengaruh untuk penguasaan keterampilan dasar permainan bola tangan. Adapun
kenapa model pembelajaran direct instruction karena seperti uraian diatas bahwa saat
PPL guru memberikan materi dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction terlihat diawal siswa semangat melakukan gerakan, akan tetapi lamakelamaan siswa mulai jenuh, bosan, malas-malasan, tidak aktif, dll. Berangkat dari
pengamatan tersebut penulis ingin mencoba membandingkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif learning. Dengan pembelajaran
mengunakan model tersebut diharapkan siswa bisa saling berinteraksi satu sama lain,
siswa bisa lebih aktif serta bisa memberikan/mendapatkan pembelajaran dari siswa
lain, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran bukan hanya dari guru saja akan
tetapi

mendapatkan pembelajaran dari siswa lainnya. karena dalam proses

pembelajaran kooperatif siswa akan dibagi kedalam beberapa kelompok secara
heterogen dimana setiap kelompoknya terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Jadi siswa yang belum mampu melakukan tugas gerak
yang diberikan oleh guru bisa dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis ingin meneliti
tentang “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Learning dengan Model
Pembelajaran Direct Instruction Terhadap Keterampilan Dasar Permainan Bola
Tangan di Mts. Al-Musyawarah Lembang.”
B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapula masalah yang timbul pada penelitian ini,

yaitu : Cara penyampaian materi pembelajaran yang masih menggunakan model
konvensional yang berpusat pada guru sehingga penguasaan keterampilan dasar
permainan bola tangan masih rendah.

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dari judul “Perbandingan Model

Pembelajaran Kooperatif Learning dengan Model Pembelajaran Direct Instruction
terhadap Keterampilan Dasar Permainan Bola Tangan di Mts Al-Musyawarah
Lembang, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah terdapat perbedaan keterampilan dasar permainan bola tangan antara
model pembelajaran kooperatif learning dan model pembelajaran direct
instruction?

D.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka melalui

eksperimen, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana perbandingan
model pembelajaran kooperatif learning dengan model pembelajaran direct
instruction terhadap keterampilan dasar permainan bola tangan pada siswa/siswi
kelas VIII Mts Al-Musyawarah Lembang. Tujuan umum tersebut dijabarkan kedalam
tujuan khusus sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah ada perbandingan antara model pembelajaran
kooperatif learning dengan model pembelajaran direct instruction terhadap
keterampilan dasar permainan bola tangan pada siswa kelas VIII Mts AlMusyawarah Lembang.

E.

Batasan Masalah
Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas, dan untuk

memperoleh gambaran yang jelas maka perlu adanya ruang lingkup penelitian
sebagai berikut :
1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada perbandingan
model pembelajaran kooperatif learning dan model pembelajaran direct

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

instruction terhadap keterampilan dasar permainan bola tangan pada siswa
kelas VIII-G Mts Al-Musyawarah Lembang.
2. Untuk penelitian hanya pada pembelajaran bola tangan.
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
4. Variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif learning dengan model
pembelajaran direct instruction serta variabel terikat adalah keterampilan
dasar permainan bola tangan.
5. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII G di Mts. Al-Musyawarah
Lembang sebanyak 30 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu sampel jenuh. Dibagi kedalam dua kelompok yaitu pada model
pembelajaran kooperatif learning sebanyak 15 siswa dan pada model
pembelajaran direct instruction sebanyak 15 siswa.
6. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian
tes keterampilan lempar tangkap (passing), tes mendribble, tes menembak.
Dijelasakan oleh Nurhasan (2007 hlm. 251-253)
7. Penelitian ini dilakukan di Mts. Al-Musyawarah Lembang.
F.

Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teori:
Memperkuat teori-teori pembelajaran Penjas yang sudah ada dan
menyempurnakan keterkaitan dengan proses pembelajaran permainan bola
tangan di tingkat SMP dalam pengaplikasikan model pembelajaran dalam
pendidikan jasmani.
2. Secara praktis:
a. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman, wawasan dan manfaat
yang nantinya dapat menjadi acuan atau rujukan dalam proses
pembelajaran dalam aktivitas permainan bola tangan.

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

b. Bagi guru dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif didalam
memilih model-model pembelajaran. Selain itu sebagai bahan
rujukan dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat
terencana dan memperolaeh hasil yang ingin dicapai.
c. Dapat dijadikan sebagai media pengembangan diri dan pembentukan
karakter diri yang positif bagi siswa.
d. Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan

pertimbangan

dalam

penerapan

model

pembelajaran

kedepannya.

G.

Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjudnya, maka

berikut rancangan penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan di uraikan
berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identitas Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Batasan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Hasil Penelitian
G. Struktur Organisasi.
BAB

II

KAJIAN

PUSTAKA,

KERANGKA

PEMIKIRAN

DAN

HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Belajar
2. Model-model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

2) Pentingnya Penggunaan Model Pembelajaran
3. Model Pembelajaran Direct Instruction
1) Pengertian
2) Karakteristik Model Pembelajaran Direct Instruction
3) Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction
4) Kekurangan Model Pembelajaran Direct Instruction
5) Tahapan/Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction dalam
Pembelajaran
6) Langkah-langkah

Pembelajaran

Model

Pembelajaran

Direct

Instruction
7) Langkah-langkah Pembelajaran Praktek Model Pembelajaran Direct
Instruction
4. Model Pembelajaran Kooperatif Learning
1) Pengertian
2) Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Learning
3) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Learning
4) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Learning.
5) Tahapan/Penerapan Model Pembelajaran Kooperstif Learning dalam
Pembelajaran
6) Langkah-Langkah Pembelajaran Praktek Model Pembelajaran
Kooperatif Learning
5. Permainan Bola Tangan
B. KERANGKA BERFIKIR
C. HIPOTESIS
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian,
B. Tempat Dan Waktu Penelitian,
C. Teknik Pengambilan Sampel,

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

D. Instrument Penelitian,
E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengolahan dan Analisis Data, Diskusi Temuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan
penelitian, meliputi Kesimpulan dan Saran.

Idha Widiyaningsih, 2016
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION TERHADAPKETERAMPILAN DASAR BOLA TANGAN DI MTS AL-MUSYAWARAH
LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu