LAPORAN PKL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan makanan tambahan seperti buah-buahan dan sayursayuran semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia sekarang ini. Dengan tingginya permintaan masyarakat akan buah dan
sayuran, maka para petani mencari ide atau pemikiran yang baru agar buah dan
sayur yang mereka tanam dapat memberikan hasil yang belimpah, dan waktu
tanam yang tidak terlalu lama. Berangkat dari keinginan para petani tersebut maka
sudah banyak teknik yang dilakukan para petani diantaranya : stek, cangkok,
okulasi, sambung pucuk, rekayasa genetik dan masih banyak teknik-teknik lain
yang dapat dilakukan para petani untuk mencapai keinginan diatas.
Keanekaragaman tanaman yang tumbuh dipermukaan bumi ini merupakan
anugerah dari Tuhan. Sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan adalah
merupakan proses alam yang juga termasuk didalamnya manusia, yang setiap saat
terus bertambah dan seiring dengan itu kebutuhan pun semakin mendesak yang
mempengaruhi langsung dengan alam dan lingkungan, terutama alam flora yang
terus diburu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Disamping itu juga
akibat desakan pembangunan yang mempengaruhi kehidupan ekosistem
khususnya plasma muftah dan flora terganggu dan semakin terancamnya
kelestarian alam.
1.2 Tujuan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Adapun tujuan kami melakan praktik kerja lapangan (PKL) ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di
lapangan
2. Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
selama perkuliahan.
3. Agar mahasiswa mampu bersosialisasi dengan ruang lingkup yang lebih
luas.
4. Mengetahui tingkat keberhasilan yang dilakukan dari setiap kegiatan atau
pekerjaan di lapangan
5. Mengetahui perbedaan belajar atau bekerja di laboratorium dan kampus
dengan belajar/bekerja langsung dilapangan

1.3 Manfaat Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan yang kami lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja mahasiswa di lapangan,
mengenai metode kerja yang baik dan benar di lapangan.
2. Dapat mengaplikasikan secara langsung dilapangan mengenai materi yang
dipelajari selama perkuliahan
3. Mengetahui gambaran mengenai pekerjaan dilapangan

4. Mahasiswa melakukan pekerjaan secara langsung dalam perbanyakan
tanaman di lapangan
5. Mahasiswa terjun langsung ke lapangan setelah belajar dan menuntut ilmu
di perkuliahan dan laboratorium

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pembibitan Tanaman
Pembibitan tanaman adalah suatu proses penanaman bibit mulai dari
bentuk biji hingga menjadi tanaman bayi dengan munculnya tunas akar dan
beberapa daun kecil menjadi kecambah, yakni yang dilakukan selama beberapa
hari, sehingga akhirnya bisa ditanam kembali untuk pertumbuhan tanaman buah
hingga dewasa dan berbuah.
3.2 Deskripsi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)
Tanaman kakao termasuk tanaman perkebunan yang berumur tahunan.
Tanaman kakao ini dapat berproduksi pada umur 3-4 tahun. Biji tanaman kakao
dapat diproses menjadi bubuk coklat. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika
tanaman kakao adalah:
Divisio


: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Ordo

: Malvales

Famili

: Sterculiaceae

Genus

: Theobroma

Spesies


: Theobroma cacao L.

Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di
usahakan secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara
ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji
kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-gula
dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi
biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao, sabun, parfum dan obatobatan.
3.3 Jenis-Jenis Tanaman Kakao (Theobroma cacao )
Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat banyak jenis
tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi cokelat
secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:

1. Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo
Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat
baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk
blending dan banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan
pembuatan produkproduk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan
tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya tinggi serta
cepat sekali mengalamifase generatif.

2. Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat
dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau
dikenal juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut
sebagai kakao lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang
lebih baik, relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dibandingkan kakao mulia. Endospermanya berwarna ungu tua dan
berbentuk bulat sampai gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan
rasanya lebih pahit dari pada kakao mulia.
3. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan
Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis
Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada
yang termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati
Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini
memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2
tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD
(Vascular streak dieback) serta aspek agronominya mudah.
3.4. Perbanyakan Tanaman Kakao
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu perbanyakan
secara generatif maupun vegetatif. Cara perbanyakan generatif dewasa ini sangat
jarang digunakan lagi dalam penyediaan bahan tanam untuk usaha perkebunan,

karena dengan cara ini akan menghasilkan tanaman dengan tipe pertumbuhan
yang tidak seragam dan terjadi segregasi genetis (Prawoto dan Bambang, 1996).
Tujuan dari perbanyakan tanaman adalah untuk menghasilkan tanaman baru
sejenis yang sama unggul atau bahkan lebih. Caranya adalah dengan

menumbuhkan bagian-bagian tertentu dari tanaman induk yang memiliki sifat
unggul (Agro Media, 2007).
3.4.1 Teknik Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Generatif
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang
dihasilkan dari penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala
putik). Benih kakao termasuk golongan benih rekalsitran sehingga memerlukan
penanganan khusus (Puslit Kopi dan Kakao, 2004). Dikatakan benih rekalsitran
karena ketika masak fisiologi kadar airnya tinggi yakni lebih dari 40%, viabilitas
benih akan hilang dibawah ambang kadar air yang relatif tinggi yaitu lebih dari
25%, untuk tahan dalam penyimpanan memerlukan kadar air yang tinggi. Benih
kakao yang dikeluarkan dari buahnya tanpa disimpan dengan baik akan
berkecambah dalam waktu 3–4 hari dan dalam keadaan normal benih akan
kehilangan daya tumbuhnya 10– 15 hari (Soedarsono, 1976 ).
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah system
perakarannya yang kuat dan rimbun, oleh karena itu sering dijadikan sebagai

batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil
perbanyakan secara generatif juga digunakan untuk program penghijauan
dilahanlahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan
dengan produksi buahnya. Sementara itu ada beberapa kelemahan perbanyakan
secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat
pohon induknya. Jika ditanam ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu
pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat
yang beragam. Ada sifat yang sama atau bahkan lebih unggul dibandingkan
dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa
sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat
dipengaruhi oleh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Agro Media,
2007).
3.4.2 Teknik Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi
tanaman yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Pada tanaman kakao dikenal

beberapa macam cara perbanyakan vegetatif yang lazim yaitu stek (cuttings) dan
okulasi (budding). Sedangkan perbanyakan secara sambungan (grafting) dan
cangkokan (air layering) baru dilakukan penelitian dan pengkajian oleh Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA) (Pesireron, 2010).

a. Okulasi
Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian
tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada
bekas luka sambungan atau tautannya.
 Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan
disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut


stock.
Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion)
dan merupakan potongan satu mata tunas (entres).
Rukmana (1997) mengemukakan bahwa hal yang penting untuk

diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah persyaratan
batang bawah dan batang atas. Batang bawah harus memenuhi persyaratan antara
lain: pertumbuhan dan perakarannya baik (kuat), tahan kekurangan dan kelebihan
air, memiliki pertumbuhan yang seimbang dengan batang atas dan tahan terhadap
hama dan penyakit. Persyaratan batang atas adalah berproduksi tinggi,
berpenampilan menarik, tahan terhadap hama dan penyakit dan digemari oleh

masyarakat luas. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan
entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk.
Langkah-Langkah Okulasi
1. Perlakuan pendahuluan
 Batang bawah dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit keatas
lalu ditekan miring ke bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya
menjadi miring ke arah luar, agar memudahkan mencari posisi batang
yang akan di tempel dan pengerjaan penempelan,gerakan ini juga
mampu menjatuhkan embun/air yang melekat di daun, agar lebih
banyak embun/air yang jatuh, gerakan batang bawah sekali lagi dengan
tangan.



Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu dengan cara mengusap
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat

sobekan untuk okulasi.
2. Pembuatan sayatan untuk tempat menempel entres
 Lihat dan perhatikan bagian batang bawah yang akan dijadikan tempat



okulasi.
Penentuan tempat okulasi, buat tempat sayatan/kupasan/sobekan
setinggi 3 kali tinggi/panjang silet dari batas akar dan batang, karena
bila okulasi pertama gagal setelah 3 minggu kita bisa mengokulasi lagi
tepat berjarak sepanjang silet dibawah luka okulasi pertama pada sisi
yang berlawanan, kalau okulasi ke-2 masih gagal dalam 3 minggu
berikutnya kita dapat mengulang untuk yang terakhir kali atau yang
ke-3 berjarak sepanjang silet pada sisi yang berlawanan dengan okulasi
ke-2 atau sama sisi dengen okulasi ke-1. Kalau itupun gagal kita bisa
gunakan alternatif dengan teknik sambung pucuk atau kita menunggu
tanaman tumbuh lebih tinggi. Tetapi jangan melakukan okulasi 2 atau



3 sekaligus pada tanaman karena itu akan membuat stress tanaman.
Panjang silet sekitar 4 cm, sehingga jarak tempat okulasi pertama




adalah setinggi sekitar 12 cm di atas batas akar dan batang.
Buang daun dibawah posisi tempat sayatan, untuk memudahkan



penempelan atau tidak menghalangi pandangan.
Penyayatan kulit batang bawah mendatar selebar 3-4 mm dengan 2
atau 3 kupasan, tergantung pada besar kecilnya diameter batang bawah
dan diseimbangkan dengan besar kecilnya entres, lalu ditarik ke bawah
sepanjang lebih kurang 1,5 - 3cm, sehingga menjulur seperti lidah.
Sayatan ini kemudian dipotong ¾ panjangnya atau menyisakan sedikit
sayatan (