Analisis Mitos Dari Warna-Warna Pada Kue Hishimochi Saat Perayaan Hinamatsuri Hinamatsuri Ni Aru Hishimochi To Iu Okashi No Iro No Densetsu No Bunseki Chapter III IV

BAB III
MITOS DARI WARNA-WARNA KUE HISHIMOCHI PADA PERAYAAN
HINAMATSURI DAN KEARIFAN LOKAL PADA
MASYARAKATJEPANG

3.1

Mitos dari Warna-warna pada Kue Hishimochi

3.1.1

Warna Merah Muda
Pengetahuan lokal yang menyatu dengan sistem kepercayan, norma, dan

budaya yang kemudian diekspresikan kedalam tradisi atau mitos dalam jangka
waktu yang lama. Cerita-cerita terdahulu yang paling tua di Jepang dianggap
sebagai dasar filosofi masyarakat jepang.Dimana masyarakat Jepang masih
kental dengan keyakinan tentang kekuatan suatu perayaan ataupun makanan
yang sakral.Masyarakat Jepang berusaha mendekatkan kepercayaan tersebut ke
dalam kehidupannya, menjalankan tradisi tentang cerita-cerita yang di percaya
bisa terjadi terhadap kelangsungan hidup manusia.Di dalam perayaan

hinamatsuri, mitos yang terdapat dalam persembahan makanan perayaan ini
masih dipercayai masyarakat Jepang sampai saat ini.
Lapisan warna yang terdapat pada kue hishimochi merupakan suatu warna
yang khas yang menandakan perayaan hinamatsuri.Perayaan ini bertepatan
dengan keadaan alam yang sedang terjadi dari akhir musim dingin sampai
dengan musim semi.Kue hishimochi identik dengan perayaan hari anak
perempun di Jepang.Warna-warna pada kue hishimochi di ambil dari warna

25
Universitas Sumatera Utara

alami yang menghasilkan tiga lapis warna yaitu warna merah muda, putih dan
hijau.Selain berbentuk seperti belah ketupat, dalam perayaan hinamatsuri ini,
warna merah muda menandakan mekarnya bunga persik (momo).Bunga persik
yang sedang bermekaran sangat dipercaya masyarakat Jepang bisa membawa
keberuntungan dan memiliki kekuatan mengusir roh jahat, juga untuk
menghalau nasib buruk yang ada dalam diri anak perempuan.
Bagi yang sudah memakannya kue hishimochi yang berlapis warna
merah muda ini dianggap bahwa keburukan atau kesialan yang ada sudah
hilang saat memakannya.Dan lagi untuk pewarna merah muda alami yang

dipakai adalah diambil berasal dari bunga kacapiring.Bunga kacapiring
dipercaya masyarakat Jepang sebagai tanaman untu penawar racun.Bentuk
bunganya menyerupai sedikit lebih besar dari bunga mawar yang ada di
Indonesia. Tanaman bunga kacapiring ini banyak dipercaya masyarkat jepang
akan khasiatnya, mulai dari batang, daun, buah, bahkan bunganya yang di
ambil sebagai pewarna alami untuk kue-kue tradisional Jepang salah satunya
adalah kue hishimochi.
Selain dari untuk pewarna makanan, tanaman bunga kacapiring juga
dijadikan sebagai ramuan.Untuk itu karena perayaan hinamatsuri ini termasuk
kegiatan yang sakral dan juga mitos yang dipercayai dari warna-warna pada
kue hishimochi ini, masyarakat Jepang menjadikan semua yang ada dalam
perayaan bisa menjadi keberuntungan ataupun sebagai kesejahteraan setelah
perayaan dilaksanakan.Dan di dalam makananpun juga diharapkan bisa
menghilangkan semua keburukan, bunga kacapiring sebagai pewarna untuk

26
Universitas Sumatera Utara

makanan khas tradisional Jepang dengan khasiat yang sudah dipercaya dari
leluhurnya.Perayaan yang dilakukan, diharapkan agar bisa menghalau

keburukan yang ada bisa hilang, khususnya bagi anak perempuan.Seluruh
orang tua berdoa untuk kebahagian dan pertumbuhan yang sehat bagi anakanak perempuannya.
Berbicara masalah kepercayaan, masyarakat Jepang meyakini akan adanya
mitos warna merah muda dari bunga kacapiring dan bunga persik tersebut,
yang menandakan kentalnya akar tradisi dan budaya leluhurnya yang dipercaya
dan dijalankan sejak turun temurun. Masyarakat Jepang berusaha menyatukan
kekuatan gaib kedalam kehidupan nyata.Kepercayaan dari terdahulu yang
menjadikan landasan bagi masyrakat Jepang untuk masih bisa menjalankan
tradisinya sampai sekarang ini.
3.1.2

Warna putih
Pada lapisan kedua dari kue hishimochi ini adalah warna putih, yang

mempresentasikan sisa salju yang belum mencair di awal musim semi, di
artikan sebagai kemurnian yangputih dan bersih, beserta suci.Perayaan
hinamatsuri ini adalah salah satu perayaan yang dianggap sakral, dan
menjadikan sebuah bentuk pensucian, untuk itu masyarakat Jepang
mempersiapkan menghadap roh leluhurnya dengan keadaan bersih dan
suci.Walaupun itu dari segi makanan, bagi masyarakat Jepang, semua yang

berkaitan dengan penyembahan roh leluhurnya ataupun untuk kepercayaannya,
bersih dan suci. Semua yang dilakukan untuk pengharapan agar segala yang

27
Universitas Sumatera Utara

buruk dan roh-roh jahat yang ada bisa menghilang, dan juga akan kembali
bersih dari hal-hal yang buruk.
Lambang warna putih pada kue hishimochi adalah sebuah pensucian
dilakukan untuk membersihkan kekuatan roh-roh jahat yang ada dalam diri
anak perempuan, agar bisa terhindar dari dari kesialan.Bahan pewarna yang
digunakan untuk warna putih pada kue hishimochi adalah lapisan bewarna
putih yang dicampur dengan biji tanaman hishi.Mitosnya, biji tanaman hishi ini
yang sangat dipercaya oleh masyarakat Jepang memliki khasiat membawa
keberuntungan yang bisa menurunkan tekanan darah.Warna putih pada kue
hishimochi ini melambangkan bentuk dari kesucian dan kebersihan.Warna
putihpun berasal dari bahan dasar pembuatan kue mochi.Warna beras yang
putih dan bersih yang kemudian dicampur dengan pewarna dari biji tanaman
hishi.
Bagi


orang

Jepang

beras

merupakan

makanan

suci

yang

dipersembahkan dari dewi yang diberikan kepada umat manusia. Selain itu
juga merupakan bahan baku mutlak untuk membuat makanan khas Jepang.
Karena itu nasi merupakan salah satu makanan favorit bagi masyarakat
Jepang.Makna putih dan bersih dalam hishimochi ini merupakan bentuk
penyucian dilakukan ketika melaksanakan perayaan, untuk itu segala sesuatu

hendaknya di jauhkan dari segala macam unsur kotor.Semua itu disertai rasa
hormat yang tinggi karena menyangkut roh-roh yang suci yang memunyai
keutamaan dan kelebihan tertentu.Dengan tujuan agar terhindar dari segala

28
Universitas Sumatera Utara

marabahaya dan sekalipun untuk menghilangkan roh-roh jahat yang
mengganggu.
Lambang kesucian dan kebersihan identik pada saat perayan,
khususnya hinamatsuri.Untuk itu semua masyarakat Jepang bersama-sama
menjalankan kebiasaan tradisi yang sakral ini di setiap tahunnya.Perwujudan
kepercayaan masyarakat Jepang dengan menujukkan penghormatan guna untuk
mendekatkan diri kepada dewa, dengan menyajikan sajian yang suci. Biasanya
pada saat perayaan hinamatsuri ini dilakukan, khususnya keluarga yang
memiliki anak perempuan, mereka bersama-sama datang kekuil shintountuk
meminta kesuksesan dan kebersihan diri dari segala kejahatan roh-roh jahat
yang ada ditubuh. Dari sudut pandang mitos yang terdapat dalam warna putih
ini, masyarakat Jepang meyakini kekuatan yang diberikan oleh dewa kepada
anak-anak mereka yang diyakini akan keberkahannya.

3.1.3 Warna hijau
Lapisan ketiga pada kue hishimochi adalah warna hijau. Warna yang
melambangkan rumput muda yang tumbuh dibawah sisa salju musim semi
yang mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat Jepang yang menjadikan
mitos yang dipercaya dari generasi terdahulu bahwa, warna hijau
menggambarkan keadaan alam yang terdapat pada perayaan hinamatsuri yang
dipercaya akan kesehatan dan berumur panjang. Jepang yang kita ketahui
merupakan negara yang penduduknya rata-rata memiliki umur yang lebih
panjang disbanding penduduk negara lain. Selain pola makannya yang dijaga,

29
Universitas Sumatera Utara

keyakinan akan tradisi ini lah yang membawa masyarakat memiliki kehidupan
yang sejahtera.
Untuk pewarna hijau yang dipakai pada lapisan kue hishimochi ini di
ambil dari daun yomogi yang dihaluskan.Tradisi yang sudah dipercaya dan
dijalankan oleh masyarakat jepang bahwa daun yomogi yang dicampurkan
kedalam pewarna pada kue hishimochidapat digunakan untuk mengusir roh
jahat. Dulunya, pewarna hijau yang digunakan di Jepang berasal dari daun

hahakogusa (ditranslet literalkan: rumput ibu-anak) yang dihaluskan dipercaya
kurang membawa keberuntungan, sehingga pewarna hijau diambil dari daun
yomogi yang dihaluskan.
Selain kepercayaan masyarakat Jepang tentang mitos warna hijau dari
daun yomogi, tanaman ini juga berkhasiat untuk mencegah penyakit tekanan
darah tinggi.Tanaman yomogi ini merupakan anggota tumbuhan berbunga,
dengan aroma yang khas dan kuat yang sangat dipercaya orang Jepang yang
bisa digunakan untuk mengusir hal buruk dengan aromanya yang
khas.Sehingga masyarakat Jepang menggunakan daun yomogi ini untuk
campuran bahan pembuatan warna pada lapisan kue hishimochi.Warna dan
suasana pada musim munghubungkan orang-orang yang memakannya dapat
merayakan perubahan musiman dan perubahan waktu yang tercermin
padahinamatsuri.
Berhubung dengan itu, walau hishimochi merupakan suatu makanan
tradisional di Jepang, namun keyakinan akan kekuatan yang ada dalam dalam
lapisan warna kue tersebut menjadikan alam adalah kekuatan pemelihara yang

30
Universitas Sumatera Utara


penuh kebajikan yang harus di hargai oleh manusia. Pada umumnya masingmasing masyarakat Jepang mempunyai pengetahuan atau cara-cara yang
dipakai untuk mengolah alamnya baik itupun tentang pengetahuan warnawarna yang ada di alam. Memandang alam sama hal nya seperti manusia yang
hidup dan memiliki perasaan. Cara masyarakat memandang suatu keyakinan
beragam, mereka meyakini bahwa alam sebagai tempat suci yang merupakan
tempat tinggal para dewa dan roh-roh nenek moyang. Karena itu semua akan
mebentuk penyatuan antara kehidupan nyata dengan alamnya. (Bristisk Journal
of Estetika, vol. 25, No.3, Summer 198s)
Keadaan alam yang menghubungkan warna pada kue hishimochi ini
adalah suatu bentuk penghargaan dan rasa kagum pada kekuatan alam yang
diyakini akan keberkahan sang penguasa alam, semuanya dirharapkan untuk
sesuatu yang baik. Sikap menghargai ini merupakan karakteristik yang khas
dari kebudayaan masyarakat Jepang.Begitu kentalnya nilai tradisi yang
menjadi acuan dalam melaksanakan kepercayaannya bagi masyarakat
Jepang.Semua yang dilakukan masyarakat Jepang dengan tujuan tertentu untuk
memohon bantuan dan rasa terimakasih kepada kekuatan gaib, untuk
menghindari anak-anak dan generasi berikutnya dari kesialan dan gangguan
roh-roh jahat. Dengan cara itulah masyarakat

Jepang mendekatkan


kehidupannya kepada para dewa. Terpentingnya bagi masyarakat Jepang
mempercayai semuanya bahwa arah tujuan yang sama dengan

niat dan

pengharapan untuk kebaikan anak-anak mereka, terkhususnya saat perayaan ini
adalah untuk kesejahteraan dan keselamatan anak perempuan mereka.

31
Universitas Sumatera Utara

3.2 Kearifan Lokal dari Kue Hishimochi pada Perayaan Hinamatsuri
3.2.1

Hubungan dengan Kepercayaan
Kearifan

lokal

memuat


tradisi-tradisi

yang

dikembangkan

pada

masyarakat pendukungnya.Tradisi yang merupakan pewarisan serangkaian
kebudayaan yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.Masyarakat
yang hidup dalam lingkungan tradisi yang kuat, masih terdapat kebiasaan
menghormati

dan

memuja

dewa-dewa.Dalam

pemujaan

dewa,

terdapat

persembahan kue-kue tradisional.Kue ini merupakan persembahan kepada para
dewa, yang merupakan sebuah makanan hidangan yang sakral untuk pemujaan
roh leluhur.Hishimochi atau kue beras merupakan salah satu hidangan simbolik
yang biasa disajikan pada peringatan hinamatsuri.Makanan tradisional hishimochi
ini melambangkan kondisi bulan Maret saat perayaan dilaksanakan.
Kue beras berlapis-lapis dengan warna merah muda, putih, dan hijau yang
berbentuk belah ketupat ini sangat dipercaya masyarakat Jepang dengan kekuatan
dalam kue.Mitosnya, bagi anak perempuan yang memakan hishimochi diharapkan
bisa berumur panjang.Terlepas dari kepercayaan masyarakat Jepang, mereka
berusaha mempertahankan agama dan ritualnya sebagai tradisi ribuan tahun
lalu.Oleh karena itu, tidak heran kalau mereka memiliki pola hubungan yang unik
dengan kepercayaan mereka.
Semenjak dahulu hidangan kue hishimochi ini merupakan suatu hidangan
yang merupakan simbol dari kue persembahan untuk para dewa, yang di yakini
akan diberkahi oleh dewa, sehingga kue ini selalu ada dalam setiap perayaan.
Mereka percaya bahwa perjalanan roh leluhurnya berhubungan dengan musim

32
Universitas Sumatera Utara

disetiap tahunnya dengan tujuan menekankan hubungan antara manusia dan
dewa.Kue ini adalah kue yang diharapkan bisa memberikan keberuntungan bagi
yang memakannya.Para orang tua mengharapkan untuk anak perempuan agar kue
hishimochi yang dimakan menjadikan sebuah kesejahteraan bagi anak-anaknya.
Pemikiran masyarakat Jepang mengenai hubungan yang kuat antara
manusia, tuhan dan alam menjadikan budaya lokal setempat yang diyakini oleh
masyarakat Jepang. Masyarakat yang hidup dalam lngkungan tradisi yang kuat,
masih akan tetap menjalankan kebiasaan menghormati dan memuja dewadewanya. Kekuatan yang ada di kue hishimochi menjadi pengharapan bagi orang
tua untuk mendoakan pertumbuhan anak-anak mereka.Pengetahuan ini yang
merupakan kebenaran bagi masyarakat Jepang sudah dipercaya semenjak
dahulu.Kebenaran yang dianggap sesungguhnya juga menjadikan kehidupan
masyarakatnya tertata, bisa membuat masyarakat Jepang sejahtera dan terlindungi
dari segala bahaya.Dalam sebuah perayan di Jepang, hal penting yang menjadi
dasar pelaksanaannya yaitu penyucian diri dari roh-roh jahat, semua dilakukan
dengan persembahan makanan kue-kue tradisional salah satunya kue hishimochi.
Makna yang terdapat dalam kue hishimochi merupakan semacam sebuah
ritual penyucian dalam agama shinto. Hal ini dapat di pahami dari masih kuatnya
nilai-nilai tradisional kepercayaan shinto dalam masyarakat Jepang. Sekalipun itu
untuk penghormatan kepada para leluhur yang telah meninggal, semua berkaitan
dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa mereka yang telah meninggal memiliki
kehidupan yang berkelanjutan, serta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
keberuntungan bagi mereka yang masih hidup.Semua masyarakat Jepang yang

33
Universitas Sumatera Utara

memiliki anak perempuan bersama-sama datang ke kuil untuk berdoa memohon
agar semua roh-roh jahat yang mengganggu bisa hilang. Semua energi negatif
yang ada dalam diri anak perempuan bisa hilang setelah menjalankan proses ritual
perayaan.
Bagi orang Jepang, satu hal yang penting tentang kue mochi ini adalah
karerna sifatnya yang lengket, kue ini menjadikan semacam simbol pengharapan
yang segala kekurangan pada hidup anak perempuan bisa tertambal dan membuat
hidup anak-anak mereka sejahtera.Adanya mitos yang masih dijalankan oleh
masyarakat Jepang, tersebabkan karena masyarakat Jepang sangat menjunjung
tinggi warisan tradisi yang dibawa oleh para leluhurnya sejak dahulu. Tidak hanya
kepercayaan terhadap kue hishimochi yang dimakan, dilapisan-laipsan warna pada
kue

tersebut

juga

memiliki

keyakinan

tersendiri

bagi

masyarakat

Jepang.Kepercayaan yang membuat masyarakat Jepang terhindar dari kejahatan
roh-roh jahat, untuk menghalau nasib sial dan juga membuat masyarakat sejahtera.
Pengharapan untuk mendapatkan kebaikan menjadikan komunikasi aktiv
kepada para dewa, komunikasi tersebut dijalankan melalui perayaan yang di
laksanakan dan hidangan-hidangan yang di anggap istimewa.Tidak hanya anakanak, para orang tua pun juga ikut berdoa untuk keselamatan anak-anak mereka
saat perayaan. Keselamatan anak di masa depan merupakan hal penting yang
sangat di harapkan masyarakat Jepang. Selain sebagai persembahan kepada dewa,
makanan khusus hishimochi ini dimakan bersama-sama oleh anak-anak setelah
upacara di kuil selesai.Peletakkan hishimochi bertujuan agar dewa juga dapat ikut

34
Universitas Sumatera Utara

bersama-sama menyantap hidangan dan merayakan hinamatsuri bersama anak
perempuan yang di lindunginya.
3.2.2

Hubungan dengan Alam

Salah satu dari karakteristik budaya Jepang seperti yang sering dikatakan
yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Begitupun dengan kue
hishimochiyang disajikan pada upacara hina nigyou yang bewarna merah muda,
putih dan hijau sangat erat kaitannya dengan alam. Warna-warna ini
dikombinasikan masyarakat dengan musim saat perayaan ini.Musim juga
merupakan hal sangat diperhatikan oleh masyarakat Jepang.Karena musim
sebagian besar telah mempengaruhi kehidupan masyarakat di Jepang. Di Jepang
sendiri memilki 4 musim disetiap tahunnya, yaitu :
1. Musim semi (haru) berlangsung dari bulan Maret sampai Mei. Musim
semi mempunyai kesan tersendi dengan berakhirnya musim dingin,
tumbuh-tumbuhan sudah mengeluarkan kuncup dan bunga bermekaran.
Dimusim ini ada kebiasaan masyarakat Jepang untuk melihat bunga-bunga
(sering disebut sebagai hanami) yang sedang bermekaran seperti mekarnya
bunga sakura dan bunga persik. Selain itu, mereka juga melakukan piknik
beramai-ramai di bawah bunga sakura dengan membawa makanan.
2. Musim panas (natsu) berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus. Musim
ini merupakan musim menyenangkan. Biasanya masyarakat Jepang
memiliki libur musim panas mereka pergi ke pantai. Perayaan pada musim
ini salah satunya adalah obon dan hanabi (melihat kembang api).

35
Universitas Sumatera Utara

3. Musim gugur (aki) berlangsung dari bulan September sampai November.
Musim ini bercirikan daun-daun berubah warna terang, seperti merah,
emas, dan kuning. Daun-daun mulai berguguran, berterbangan dan jatuh
ke tanah. Di daerah pegunungan, daun-daun juga diterangi warna merah
dan kuning. Salah satu perayaan pada musim ini adalah tsukimi (melihat
bulan purnama).
4. Musim dingin (fuyu) berlangsung pada bulan Desember sampai Februari.
Keadaan dimana daerah Jepang tertutup salju. Beragam festival yang
terkait musim salju dan es di adakan. Penduduk Jepang bersama-sama
menikmati patung salju dan es yang besar pada musim ini. Biasanya juga
pada musim ini dilaksanakan perayaan tahun baru (oshogatsu).
Pada perayaaan hinamatsuri, keadaan musim di Jepang bertepatan dengan
musim semi.Musim semi adalah suatu kelahiran kembali bagi alam dengan daya
tarik yang ditandainya semua bunga-bunga bermekaran.Bunga persik dan bunga
sakura yang bermekaran dengan warna bunga yang merah muda lembut di setiap
jalan dan daerah Jepang yang sangat dinikmati masyarakat Jepang.Semuanya
bermekaran bersamaan, dimulai dari awal bulan Maret dengan tumbuhnya
kuncup-kuncun bunga, rumput dan pepohonan.Setiap aspek dari masyarakat dan
kebudayaan Jepang, ditentukan oleh pemberian khusus dari alam setiap
musimnya.Alam diyakini memiliki daya kekuasaan yang mempengaruhi
kehidupan manusia, mereka mempresentasikan semuanya dengan mengadakan
kegiatan perayaan.

36
Universitas Sumatera Utara

Dalam perayaan hinamatsuri ini, hidangan makanan yang sakral seperti
kue hishimochi merupakan salah satu hidangan khas yang terdiri dari 3 lapisan
warna yang menggambarkan keadaan alam disaat perayaan hinamatsuri
berlangsung.Warna merah muda melambangkan bunga persik yang sedang
bermekaran disaat awal musim semi, yang dijadikan masyarakat Jepang sebagai
simbol saat perayaan hinamatsuri.Bunga persik yang mekar terlihat seperti karpet
merah muda yang menyelmuti semuanya.Warna putih melambangkan sisa salju
yang belum mencair di awal musim semi.Salju ini identik dengan warna yang
putih dan bersih.Warna putih sendiri melambangkan kesucian bagi masyarakat
Jepang.sedangkan warna hijau melambangkan rumput-rumput muda yang mulai
tumbuh di bawah sisa salju pada awal musim semi.
Keadaan alam saat musim semi tidak hanya dengan mekarnya bungabunga tapi memperlihatkan kelopak-kelopak bunga yang beterbangan seperti salju
yang sedang turun. Dengan setiap musim di Jepang, akan terdapat hal-hal yang
khas di setiap musimnya. Musim semi ini sering disebut dengan musim
bunga.Karena pada saat itu bunga-bunga tumbuh bermekaran.Selain itu,
pengaplikasian antara keadaan alam pada musim semi dalam lapisan warna kue
hishimochi ini merupakan suatu bentuk perwujudan rasa kagum pada alam.
Dengan cara ini mereka menghormati alamnya, yang berusaha menyatu pada alam.
Sehingga menjadikan keyakinan untuk berinteraksi dengan lingkungan alam.
3.2.3

Hubungan dengan Manusia
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Jepang merupakan

masyarakat yang individualisme, mereka jarang berinteraksi dengan masyrakat

37
Universitas Sumatera Utara

setempat.Mereka melakukan hal demikian karena budaya setempat mereka di
besarkan.Masyarakat Jepang lebih berinteraksi dengan kelompoknya ditempat
mereka bekerja.Dengan adanya perayaan sakral ini, bisa menjalin hubungan antar
masyarakat yang bisa mengatur tatanan kehidupan manusia dalam interaksi sosial
untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan.Tujuan hidup manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan dengan mewujudkannyatakan sosialisasi antar
masyarakat setempat.
Perayaan hinamatsuri yang dilakukan setiap tanggal 3 Maret ini, dirayakan
hanya oleh keluarga yang memiliki anak perempuan saja.Sejak pertengahan bulan
Februari hingga menjelang tanggal 3 Maret, ibu dan anak perempuan sudah
mengeluarkan hina ningyou dari tempat penyimpanannya.Mereka kemudian
meletakkan hina ningyou di atas altar dan menghiasnya dengan ornamentornamen yang di desain sesuai tema hinamatsuri. Selain itu, perayaan hinamatsuri
dirayakan oleh seluruh masyarakat Jepang, mulai dari menghias sudut-sudut kota
dengan hina ningyou dalam jumlah banyak. Selain itu, untuk hidangan makanan
perayaan salah satunya yaitu kue hishimochi. Dalam proses pembuatan kue
hishimochi ini ada dua orang pembuat mochi berdiri di depan lesung tradisional
khas Jepang dan saling berhadapan. Diantara mereka ada yang menumbuk, dan
ada yang membalik-balikan beras di dalam lesung.
Di saat perayaan, semua anggota keluarga berkumpul bersama, selain
dirayakan bersama keluarga, anak perempuan juga diperbolehkan untuk
mengundang teman-temannya yang lain. Setelah melaksanakan tradisi ritual ini,
anak perempuan biasanya bersama-sama memakan hidangan perayaan seperti kue

38
Universitas Sumatera Utara

hishimochi.Hishimochi tidak hanya merupakan kue hidangan yang diletakkan di
atas altar dan sebagai persembahan kepada hinaningyou, melainkan suatu
hidangan yang memiliki arti dan keberuntungan saat memakannya.
Setelah masa perayaan hinamatsuri selesai, hina ningyouakan di simpan
kembali dalam sebuah kotak khusus, yang akan dipergunakan lagi untuk dipajang
di tahun depannya. Boneka yang sudah disimpan dipercaya sudah menyerap rohroh jahat dan nasib sial. Sebelum dimasukkan ke dengan memajang hina ningyou,
diharapkan boneka ini akan menggantikan anak perempuan menerima kesialan
dan penyakit.Tetapi untuk hina ningyouyang terbuat dari kertas, anak-anak
perempuan bersama-sama menghanyutkan boneka ke sungai. Ruang interaksi
yang terjadi saat peryaan antara masyarakat satu dengan yang lain melahirkan
nilai dan norma dalam tradisi budaya dalam suatu masyarakat itu sendiri. Nilai
dan norma yang diyakini kebenarannya menjadi acuan dalam bertingkah laku
sehari-hari masyarakat setempat. Nilai yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakat Jepang tersebut membangun secara alamiah dalam suatu komunitas
masyarakat untuk beradaptasi.
Terjalinnya kebersamaan antara satu masyarakat dengan masayarakat lain
menciptakan hubungan sosial yang mencerminkan adanya adanya pengharapan
peran dari masing-masing lawan interaksi. Tingkah laku yang diwujudkan dalam
suatu interaksi, dilakukan pengulangan untuk hal-hal yang sama di setiap
tahunnya dalam perayaan. Hal ini menandakan adanaya satu keteraturan akan
sesuatu dan diwujudkan menjadi teratur. Dengan budaya tradisional masyarakat
Jepang yang menerapkan sebagian dari sistemsosial menjadi landaskan

39
Universitas Sumatera Utara

pengetahuan dari para leluhur yang memiliki ikatan sosial-budaya dan
kepercayaan yang erat dengan lingkungan setempat.
Dengan

adanya

acara

perayaan

ini,

menjadikan

tradisi

yang

menggambarkan kebersaaman baik di dalam keluarga itu sendiri maupun dengan
kerabat masyarakat setempat.Partisipasi dan kebersaaman masyarakat Jepang
dalam persiapan perayaan sampai dengan pelaksanaannya menjadikan hubungan
khas dalam interaksi sosialnya.Karena tradisi budaya tradisionalnya Jepang yang
memiliki ikatan sosial-budaya, menjadikan masyarakat Jepang bisa membngun
secara alamiah suatu interaksi dalam suatu kelompok.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
1. Kuehishimochi adalah kue tradisional khas Jepang yang disajikan saat
perayaan hinamatsuri yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk hingga
lembut dan lengket. Hishimochi berbentuk seperti belah ketupat yang
memiliki tiga lapis warna yaitu dengan warna merah muda, putih, dan
hijau. Lapisan Warna pada kue hishimochi melambangkan pemandangan
awal musim semi ketika rumput muda mulai tumbuh dibawah sisa-sisa
salju yang mencair dan dipercaya masyarakat Jepang memiliki kekuatan
magis.

40
Universitas Sumatera Utara

2. Kue ini pada mulanya masuk ke Jepang melalui Asia Tenggara sewaktu
sistem penanaman padi diperkenalkan ke Jepang yang sejak zaman dahulu
telah menjadi sebuah penandaan bahwa kue ini merupakan hidangan
sesajian yang dipersembahkan kepada dewa.
3. Makna lapisan warna yang terdapat dalam kue hishimochi merupakan
kombinasi warna yang berkaitan dengan keadaan alam di Jepang pada saat
perayaan hinamatsuri, yang telah di percaya oleh masyarakat Jepang
memiliki keberuntungan dan kesejahteraan saat memakannya.Warna
merah muda melambangkan bunga persikyang sedang mekar dan bunga
kacapiring, warna putih melambangkan sisa-sisa salju yang belum
mencair di awal musim semi, dan warna hijau melambangkan rumputrumput muda yang mulai tumbuh di awal musim semi.
4. Mitos-mitos yang terdapat pada warna

kue hishimochi dan bahan

makanan tersebut memiliki arti tersendiri, yaitu untuk memberikan energi
dan kesehatan bagi anak-anak mereka. Pewarna merah yang dipakai
berasal dari bunga persik yang dipercaya memiliki khasiat menawar racun,
menghalau nasib buruk,dan penghormatan terhadap leluhur.Sedangkan
warna putih putih dicampur dengan biji tanaman hishi yang dipercaya
memiliki khasiat menurunkan tekanan darah.Sementara itu warna hijau
melambangkan kesehatan dan umur panjang, Pewarna hijau di ambil dari
daun yomogi yang dihaluskan.mengusir roh jahat.
5. Hinamatsuri adalah matsuri yang diadakan khusus untuk anak perempuan
setiap tanggal 3 maret setiap tahun. Perayaan yang dilakukan untuk

41
Universitas Sumatera Utara

mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Dalam sebuah keluarga harus
memajang boneka Hina atau yang sering disebut juga sebagai Hina
Ningyo. Boneka ini bertujuan untuk memindahkan semua penyakit dan
kesialan atau sebagai jimat yang mampu melindungi diri manusia dari
penyakit yang kemudian dibuang ke sungai. Selain itu, juga dipercaya
dapat mengusir roh-roh jahat yang mengganggu anak-anak mereka dan
dapat menolak bala.
6. Kue hishimochi merupakan makanan hidangan yang di anggap sakral bagi
masyarakat Jepang, sebagai ritual persembahan kepada para dewa.
7. Kearifan lokal yang terdapat pada pelaksanaan hina ningyou di Jepang
adalah mengenai hubungan yang kuat antara manusia, Tuhan, dan alam
sudah menjadi kebudayaan lokal setempat yang diyakini oleh masyarakat
Jepang dan telah dipandang sebagai warisan budaya. Tujuan yang sama
dengan niat dan pengharapan untuk kebaikan. Terdapatnya hubungan dari
warna-warna kue hishimochi merupakan suatu kepercayaan yang telah
diyakini dari terdahulu. Warna merah muda menggambarkan bunga persik
yang berati penghalau nasib sial, warna putih yang menggambarkan salju
yang berarti putih dan bersih, dan hijau menggambarkan rumput muda
yang berarti untuk kesehatan dan berumur panjang.
4.2.

Saran
1. Bagi para pembaca yang ingin meneliti mengenai budaya Jepang
disarankan agar lebih memahami konsep budaya dengan baik dan benar

42
Universitas Sumatera Utara