Otsu Ichi No “Goth” To Iu Manga Ni Okeru Shujinkou No Shinriteki Na Bunseki

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA YORU MORINO

DALAM KOMIK “GOTH” KARYA OTSU ICHI

OTSU ICHI NO “GOTH” TO IU MANGA NI OKERU SHUJINKOU

NO SHINRITEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

MARTHA RUTH L. SINAGA

080708023

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA YORU MORINO

DALAM KOMIK “GOTH” KARYA OTSU ICHI

OTSU ICHI NO “GOTH” TO IU MANGA NI OKERU SHUJINKOU

NO SHINRITEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

080708023

MARTHA RUTH L. SINAGA

Pembimbing I Pembimbing II

Zulnaidi, SS.,M.Hum Drs.

NIP. 196009191988031001 NIP. 196708072004011001

Eman Kusdiyana, M.Hum.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Disetujui oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Jepang Ketua Program Studi,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 196708072004011001 Medan, Oktober 2013


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya.

Pada : Sabtu

Tanggal : Oktober 2013 Pukul : 09.00 WIB

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Dekan

NIP. 132098531


(5)

KATA PENGANTAR

Segala cinta, hormat, puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas

cinta dan kasih-Nya yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Departemen Sastra Jepang. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah “Analisis Psikologis Tokoh Yoru Morino Dalam Komik GOTH Karya Otsu Ichi.”

Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan, dukungan serta motivasi dari

berbagai pihak maka skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra

Jepang dan sebagai dosen pembimbing II.

3. Bapak Zulnaidi, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

membantu dan membimbing saya, serta menyediakan waktu disela-sela kesibukannya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

4. Dosen Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini.

5. Kepada semua Dosen Pengajar Program Studi S-1 Sastra Jepang

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

6. Teristimewa penulis ucapkan teimakasih untuk kedua orangtua tercinta,

Ayahanda S. Sinaga (+) dan ibunda H. Br Sitanggang, yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah lelah memberi motivasi, doa serta kasih sayang kepada penulis. Juga kepada abang (bang Pirmadi, bang Domu, dan bang Olo), kepada kakak (kak Marlen, kak Netty, kak Resna), dan kepada keponakan-keponakanku (Pahala, Teresia, dan Abraham), serta untuk semua keluarga, terimakasih untuk doa dan dukungan berupa moril maupun materil.

7. Untuk yang terbaik, Abe yang selama ini selalu setia menemani, memberi

semangat kepada penulis. Terimakasih untuk cinta, kesetiaan, kesabaran, pengorbanan, dan semua waktu yang telah kita lewati bersama.

8. Seluruh sahabat dan rekan-rekan Mahasiswa/wi Sastra Jepang, yang telah

memberikan bantuan dan support kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini: k’Nobe, Rika, Melani, Asri, Sry Idah, Januar, Reni, Jeffry, Ayu, Nita, Bari, Lim, Fauzan, dan juga tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Bang Joko atas semua bantuan dan informasinya.

9. Sahabat penulis: Martha dan terlebih kepada sahabat-sahabatku di G26


(7)

Icha Simamora, Dahlia Fradiai Damanik, Ida Lindungwaty Damanik, DevotDevi Sinurat, juga terimakasih untuk kak Eva, dan kak Ester. Terimakasih untuk semua tawa dan kebersamaan. Dan semua pihak yang telah mebantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 8

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Metode Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK GOTH, TOKOH YORU MORINA DAN PSIKO ANALISA FREUD 2.1. Sejarah dan Perkembangan Komik ... 12

2.1.1. Sejarah Komik ... 12

2.1.2. Perkembangan Komik di Jepang ... 13

2.1.3. Perkembangan Komik di Indonesia ... 19

2.2. Setting Komik GOTH ... 21

2.2.1. Latar Tempat ... 21


(9)

2.2.3. Latar Sosial ... 22

2.3. Karakteristik Tokoh Yoru Morino ... 23

2.4. Biografi Pengarang ... 24

2.5. Psikoanalisis Freud ... 24

2.5.1. Psikoanalisa sebagai Teori Kepribadian ... 25

2.5.2. Sistem Kepribadian ... 26

2.5.2.1. Id ... 26

2.5.2.2. Ego ... 27

2.5.2.3. Super Ego ... 28

2.5.3. Dinamika Kepribadian ... 29

2.5.3.1. Naluri (Insting) ... 30

2.5.3.2. Kecemasan ... 32

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH YORU MORINO 3.1. Ringkasan Komik ... 34

3.2. Analisis Psikologis Tokok Yoru Morino ... 36

3.2.1. Sikap Tertutup dan Senang Sendiri ... 36

3.2.2. Sisi Gelap dalam Diri Yoru Morino ... 37

3.2.3. Sikap Ingin Menang Sendiri dan Memaksakan Kehendak .. 39

3.2.4. Kesenangan Melihat Orang Lain Menderita ... 40

3.2.5. Yoru Morino Penyebabkan Saudara Kembarnya Meninggal ... 41


(10)

3.2.6. Sikap Yoru Morino Setelah membuat Saudara Kembarnya Meninggal ... 42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan ... 44 4.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(11)

Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu awalan kata sas- artinya mengarah, mengajar, dan memberikan arahan atau petunjuk. Sedangkan akhiran-tra artinya mengarah Kata sasakhiran-tra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu awalan kata sas- artinya mengarahkan, kepada alat dan suasana. Maka pengertian sastra secara umum adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, dan pengajaran. Karya Satra adalah pekerjaan yang menghasilkan kesenian dan dapat menciptakan suatu keindahan, baik dengan bahasa lisan maupun tulisan yang juga menimbulkan rasa keharuan yang menyentuh perasaan kerohanian seseorang.

Pada umumnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non

fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerita pendek, dan cerita rakyat. Sedangkan yang bersifat nonfiksi yaitu puisi, drama, dan lagu. Menurut Aminuddin (2000:6) fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari imajinasi pengarangnya sehingga menjalin sebuah cerita.

Seperti kesusastraan lainnya, sastra Jepang memiliki dua jenis kesusutraan yaitu kesusastraan lisan atau Koosho Bungaku dan kesusastraan tulisan atau Kisai Bungaku.

Salah satu hasil karya sastra berupa prosa adalah cerita bergambar, kartun atau komik. Di Jepang komik dikenal dengan Anime, yaitu animasi khas Jepang yang biasanya diceritakan melalui gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam waktu, lokasi, dan cerita. Ciri khas dari Anime adalah setiap Anime dipengaruhi oleh gaya gambar manga, komik khas


(12)

Jepang. Sebagian dari komik tersebut menceritakan cerminan dari peristiwa-peristiwa nyata yang pernah ada di kehidupan masyarakat Jepang, dan setiap peristiwa yang diceritakan didalam komik tersebut dapat kita analisis dengan menggunakan berbagai metode.

Dari analisis yang dilakukan dari skripsi yang berjudul “ANALISIS

PSIKOLOGIS TOKOH YORU MORINO DALAM KOMIK GOTH KARYA OTSU ICHI”, dapat disimpulkan bahwa tokoh Yoru Morino sebagai tokoh utama dalam komik Goth merupakan hasil kreativitas si pengarang. Dimana si pengarang yakni Otsu Ichi berhak dan bebas menentukan bagaimana si tokoh tersebut ditampilkan atau diceritakan, baik dari segi fisik maupun perwatakannya.

Sedangkan unsur psikologis sebagai bahan acuan untuk menganalisis

komik Goth ini, merupakan unsur yang sangat mendukung dalam komik ini, karena adanya beban psikologis yang dibuat oleh si pengarang kepada tokoh utama.

Dalam komik Goth ini, dengan menggunakan psikoanalisa Sigmund Freud

terdapat sistem kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Yang dimaksud dengan Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan berupa energi buta. Sedangkan Ego adalah suatu hal yang berkembang dari Id yang bertugas untuk menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita atau kenyataan yang ada. Dan Super Ego adalah sisitem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang


(13)

menyangkut baik buruk suatu hal, dan pada umumnya berhubungan dengan kata hati seseorang.

Ada juga dinamika kepribadian yaitu Naluri dan Kecemasan. Naluri

menurut Sigmund Freud berupa insting-insting mati dan insting-insting mati. Sedangkan kecemasan adalah suatu perasaan menyakitkan yang timbul dari ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh.

Adapun komik Goth karya Otsu Ichi ini menceritakan tentang Yoru

Morino sebagai tokoh utama yang merupakan siswa perempuan dari sekolah menengah atas di Jepang. Yoru Morino adalah seorang yang sangat tertutup dan kehidupannya penuh misteri. Dia dianggap aneh oleh teman-temannya karna Yoru Morino tidak memiliki teman dan bahkan dia sama sekali tidak pernah berbicara dengan siapapun selama disekolah.

Sikap Yoru Morino dalam menanggapi dan menyikapi keadaan rumit yang

terjadi padanya termasuk ke dalam struktur jiwa dan sistem kepribadian yang diungkapkan oleh Sigmund Freud, yakni Id. Sedangkan tekanan batin yang dialami oleh Yoru Morino tersebut tidak dapat diterima dengan baik oleh Ego. Karna seharusnya dalam keadaan seperti itu Ego harus mampu menahan Id yang ada dalam diri Yoru Morino. Tetapi dalam hal ini terlihat jelas bahwa Id menyebabkan Ego melanggar ketetapan yang telah ditetapkan oleh Super Ego, sehingga membuat Yoru Morino semakin tertekan batin. Ego gagal menyeimbangkan Id dan larangan Super Ego sehingga menciptakan konflik batin.


(14)

Dan akibat dari permasalahan tersebut, Yoru Morino memiliki pemikiran dan tindakan yang salah dan menyimpang dari sistem kepribadian yang sebenarnya.

Tetapi setelah semua sikap, tindakan, dan cara berpikir dari tokoh utama

Yoru Morino di analisa, maka yang paling banyak menonjol dari dirinya adalah Id. Dapat diartikan Id yang ada didalam diri Yoru Morino sangat mendominasi dirinya yang hanya mengejar kesenangan hatinya tanpa mempedulikan pertimbangan moral dan mempertimbangkan dampak negatif dari perbuatannya bagi kehidupan disekitarnya.

Didalam komik Goth ini terdapat pesan dan amanat yang inin disampaikan

Otsu Ichi sebagai pengarang, yaitu memberikan kita salah satu contoh dari seseorang yang tidak mampu menyeimbangkan antara Id, Ego, dan Super Ego yang ada dalam dirinya. Dijelaskan bahwa seseorang yang tidak mampu menyeimbangkan ketiga sistem kepribadian tersebut, maka akan berdampak fatal bagi kehidupan kita masing-masing. Khsusnya dalam hal berpikir, bersikap, dan bertindak. Dikatakan juga apabila Id tidak dapat lagi dikontrol oleh Ego dan Super Ego maka mengakibatkan konflik batin yang berkelanjutan.

Konflik batin ini juga yang berpengaruh dan berperan besar dalam

kehidupan psikologis seseorang. Karena akibat dari konflik batin yang dialami oleh seseorang, maka si orang tersebut tidak bisa lagi berpikir jernih dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.


(15)

Indonesia go no Sastra no kotoba ba Sansukuritto go no kotoba de,

sunawachi oshieru. Shiji o ataeru toiu imo no setooji. Sas- to doogu funiki toiu imi no Tra no kotoba de aru. Yue ni Sastra, mata wa Indonesia go no kotoba dewa, ippan teki ni oshieru doogu, annaisho, shijisho, kyouiku toiu imi de aru. Bungaku sakuhin to wa genjitsu bijutsu o tsukuri dasu shigoto de, mata otsuku shisa o seisakusuru kotoba de aru.

Ippan teki ni wa ,bungaku sakuhin wa futatsu ni wa kerare, sunawachi

Rikushon teki na bungaku sakuhin to Indonesia teki na bungaku sakuhin de aru. Rikushon teki na bungaku sakuhin wa inbun uta, engeki, uta na dode, Indonesia teki na bungaku Sakuhin wa shosetsu, tanpen, zuihitsu, minwa, shinwa, denseku, mukashi banashi nado de aru.

Nihon no bungaku futatsu ni wa kerare, sunawachi kooshoo bungaku to

kisai bungaku de aru. Sanbun bungaku sakuhin no tutotsu wa, manga (mata wa “komikku”), Monogatari de aru. Nihon dewa, komikku wa manga to yobare, sunawachi Nihon no mangaka ga kaita komikku to iu koto de aru. Manga wa soshite, ka-tou-n ni nari otsusare, sore wa anima to yobare te iru. Anime no tokubetsu na no wa, manga no egaki no yooshiki ni eikyou sare te iru. Manga wa Nihon no shakai no seikatsu ni okotta jiken o katatteori, samazama na houhou de bunseki dekiru.

Hissha wa Otsu Ichi no Gotsu to iu Manga ni Okeru no Shinri o

Bunsekishite, Otsu Ichi no to iu manga ni okeru shujinko no shinriteki na bunseki to iu ronbun o kaiteita. Kono ranbun ni wa, gosu to iu manga. Morino Yoru wa mangaka no soozoosei no kekka dato dekina. Mangaka Otsu Ichi wa, donoyou na sono shujinkou no butsuru gaikan o arawasuka, manaka no jiyu de aru.

Kono gosu to iu manga o bunsekisuru tame no rifarensu ni taishite

shinriteki na yoosoo wa mangaka ga tsukurareta shujinko no shinriteki ga mitsu kerare tanode, kono manga de taisetsu na yoosoo to hissha ga omowareteiru.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Kata Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu awalan kata sas- artinya mengarahkan, mengajar, dan memberikan arahan atau petunjuk. Sedangkan akhiran -tra artinya mengarah kepada alat dan suasana. Maka pengertian sastra secara umum adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, dan pengajaran. Menurut Mursal Esten dalam Musfahayati (2010:1), Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia.

Karya sastra adalah pekerjaan yang menghasilkan kesenian dan dapat menciptakan suatu keindahan, baik dengan bahasa lisan maupun tulisan yang juga menimbulkan rasa keharuan yang menyentuh perasaan kerohaniaan seseorang. Menurut Djoko Pradopo (2002:47), karya sastra adalah karya yang mediumnya sudah bersifat tanda dan mempunyai arti yaitu bahasa. Bahasa merupakan sebagai sistem tanda untuk menyediakan perlengkapan konseptual bagi dasar pemahaman dunia nyata dan sekaligus merupakan dasar komunikasi antar anggota masyarakatnya.

Pada umumnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan

nonfiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, essei, dan cerita rakyat. Sedangkan yang bersifat nonfiksi yaitu puisi, drama, dan lagu. Menurut Aminuddin (2000:66), fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh


(17)

pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari imajinasi pengarangnya sehingga menjalin sebuah cerita.

Dengan demikian karya sastra fiksi disebut juga karya sastra imajinatif

yang merupakan karya sastra yang bersifat khayali, rekaan, menggunakan bahasa konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Karya sastra fiksi dapat dibagi dalam berbagai macam bentuk yaitu roman, novel, novelet, dan cerpen. Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi tersebut pada dasarnya terletak pada panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah yang mendukung cerita itu sendiri.

Boulton dalam Aminuddin (2000:37), mengatakan bahwa karya sastra

selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin bagi pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hasil karya sastra berupa prosa adalah cerita bergambar, kartun atau komik. Di Jepang komik ini dikenal dengan Anime, yaitu animasi khas Jepang, yang biasanya diceritakan melalui gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita. Ciri khas dari Anime adalah setiap Anime dipengaruhi oleh gaya gambar manga, komik khas Jepang. Sebagian dari komik tersebut menceritakan cerminan dari peristiwa-peristiwa nyata yang pernah ada di kehidupan masyarakat Jepang. Setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam komik tersebut dapat kita analisis dengan menggunakan berbagai metode.


(18)

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menggunakan analisis psikologis untuk mengkaji penyimpangan psikologis yang tergambar dalam komik Goth karya Otsu Ichi. Dalam komik Goth tersebut diceritakan tentang tokoh utama Yoru Morino, seorang siswa perempuan dari sekolah menengah atas di Jepang. Yoru Morino adalah seorang yang sangat tertutup dan kehidupannya penuh misteri.

Dia dianggap aneh oleh teman-temannya karna Yoru Morino sama sekali tidak pernah berbicara dengan siapapun selama disekolah, dan dia tidak memiliki teman. Kebiasaannya yang senang sendiri membuat temannya kasihan kepadanya. Begitu banyak teka-teki tentang kepribadian Yoru Morino diceritakan dalam komik ini.

Sementara itu tanpa disadari oleh Yoru Morino maupun teman-temannya

yang lain, seorang teman sekolahnya begitu ingin tahu kenapa Yoru Morino memiliki sifat seperti itu. Ketertarikan teman sekolahnya itu terhadap Yoru Morino berawal dari kesukaannya memperhatikan tangan Yoru Morino, yang memiliki luka sayatan dipergelangan tangannya. Kebetulan pada saat itu sedang terjadi peristiwa tangan buntung, dimana setiap potongan tangan setiap korbannya selalu hilang tanpa jejak. Hingga pada suatu siang, teman sekolahnya itu disuruh oleh Pak Shinohara, yaitu guru kimia disekolah itu. Pak Shinohara menyuruh teman sekolahnya itu untuk membersihkan ruang kimia.

Kemudian dia pun membersihkan ruangan kimia tesebut. Ternyata Yoru Morino ada disamping ruangan itu sedang sendiri membaca buku. Tapi dia mengacuhkan keberadaan Yoru Morino karna ada hal yang mengejutkan


(19)

ditemukannya diruangan Pak Shinohara tersebut, yaitu sebuah boneka yang tangannya buntung dan potongan tangan tersebut tidak ada. Dia pun curiga, apalagi karna kasus banyaknya korban yang mengalami kehilangan pergelangan tangan. Maka dia pun mengambil boneka tersebut dan langsung pergi menyelidiki Pak Shinohara ke rumahnya. Memang betul, guru tersebutlah pelakunya.

Sementara ditempat lain, Pak Shinohara sedang marah-marah karna bonekanya hilang. Dan dia pun menyangka bahwa yang mengambilnya adalah Yoru Morino, karna kebetulan dia lah yang ada didekat ruangan kimia tersebut. Pak Shinohara pun langsung mencekik Yoru Morino sambil bertanya dimana Yoru Morino menyembunyikan boneka tersebut. Untungnya teman sekolahnya tadi langsung datang menyelamatkan Yoru Morino. Tak lama kemudian, terbongkarlah segala perbuatan Pak Shinohara dan dia pun dipecat dari sekolah tersebut.

Itulah awal Yoru Morino berteman dengan teman sekolahnya tersebut. Dan inilah awal teman sekolahnya tersebut menyelidiki kenapa Yoru Morino memiliki sifat yang aneh. Akhirnya Yoru Morino pun bercerita dia adalah seseorang yang senang melihat orang lain menderita, senang mendengar seseorang menjerit sebelum mati. Dia sangat senang terhadap kekerasan. Dan lebih parah lagi, dia lah yang menyebabkan saudara kembarnya mati akibat permainan gantung diri yang secara paksa disuruhnya dilakukan oleh saudara kembarnya tersebut.

Peristiwa terjadi pada saat mereka masih kecil. Maka akibat dari perbuatannya sendiri, Yoru Morino menjadi memiliki sikap yang tidak biasanya


(20)

yaitu sikap tertutup dan senang sendiri, memiliki sisi gelap dalam dirinya sendiri, sikap ingin menang sendiri dan memaksakan kehendak, serta kesenangan melihat orang lain menderita. Dan untuk menutupi perbuatannya tersebut, dia berganti nama dengan saudara kembarnya tersebut untuk menutupi identitasnya yang sebenarnya. Sejak kejadian tersebutlah, Yoru Morino memiliki sifat tertutup terhadap siapapun.

Sementara itu, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari ilmu perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno:Psyche berarti jiwa dan logia berarti ilmu. Freud (dalam Dirgagunarso, 1996:61), berpendapat bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam ketidaksadaran. Dia juga mengatakan bahwa dalam dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian yang disebui Id, Ego dan Super Ego.

Dalam proposal ini, penulis berusaha membahas tentang kondisi psikologis si tokoh utama melalui analisis psikologis, yang dilihat dari segi Id,

Ego dan Super Ego. Proposal ini berjudul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH

YORU MORINO DALAM KOMIK GOTH KARYA OTSU ICHI”.

1.2.

Perumusan Masalah

Kegiatan penelitian dilakukan untuk mencapai hasil yang digunakan dan

untuk mengetahui kebenaran atau ketidakbenaran suatu objek. Pada dasarnya suatu penelitian dilakukan bertujuan nutuk memecahkan permasalahan.


(21)

Sesuai dengan judul skripsi yaitu “Analisis Psikologis Tokoh Yoru Morino Dalam Komik Goth Karya Otsu Ichi”, maka proposal ini akan membahas mengenai psikologis tokoh utama dalam melewati kehidupannya sehari-harinya. Tokoh utama dalam komik ini bernama Yoru Morino digambarkan si pengarang sebagai seorang siswa sekolah menengah atas yang sangat pendiam, tertutup, kehidupannya penuh misteri. Dia tidak memiliki teman disekolahnya karna dia senang sendiri. Hal itu menyebabkan temannya disekolah menganggapnya aneh dan merasa kasihan padanya.

Menghadapi hari-harinya yang penuh tekanan dan ketakutan karna harus menutup-nutupi perbuatannya dimasa kecilnya, untuk melupakan kematian adiknya yang diakibatkan oleh dirinya sendiri, dan untuk merahasiakan identitasnya yang sebenarnya. Perasaan bersalah yang selalu menghantui langkahnya lambat laun membuat perubahan pada sikap dan kondisi psikologisnya. Sikap yang selalu ingin sendiri, tertutup dan tidak memiliki teman sama sekali.

Masa lalu yang dialami Yoru Morino berdampak pada psikologisnya. Sikap Yoru Morino dalam menanggapi dan menyikapi keadaan rumit yang terjadi padanya termasuk ke dalam struktur jiwa manusia Freud yaitu Id. Sedangkan tekanan batin yang dialaminya tersebut tidak dapat diterima dengan baik oleh Ego. Karna seharusnya dalam keadaan seperti itu Ego harus mampu untuk menahan Id yang ada dalam diri Yoru Morino. Tetapi dalam hal ini terlihat jelas bahwa Ego telah melanggar ketetapan yang telah telah ditetapkan Super Ego


(22)

sehingga membuat Yoru Morino semakin tertekan batin.Ego yang gagal menyeimbangkan Id dan larangan Super Ego mengakibatkan konflik batin.

Jika dihubungkan dengan kenyatan yang ada pada komik ini, banyak terjadi masalah-masalah kejiwaan yang tidak wajar, terutama yang dialami oleh si tokoh utama, Yoru Morino. Untuk memudahkan arah sasaran yang akan dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana psikologis tokoh Yoru Morino berkaitan dengan situasi dan keadaan yang tergambar dalam cerita tersebut?

2.

Gangguan psikologis apa yang dialami Yoru Morino yang diceritakan

oleh Otsu Ichi melalui pendekatan psikologis menurut pandangan Sigmund Freud ?

1.3.

Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya

pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam penulisan proposal ini, penulis hanya akan membatasi ruang

lingkup pembahasan yang akan difokuskan pada kondisi psikologis tokoh Yoru Morino sebagai tokoh utama dalam komik ini. Terutama dilihat dari sikap dan tingkah laku kesehariannya. Penulis juga akan mendeskripsikan kondisi psikologis tokoh Yoru Morino, yaitu sikap tertutup dan menang sendiri, memiliki sisi gelap dalam dirinya sendiri, sikap ingin meneng sendiri dan memaksakan


(23)

kehendak, kesenangan melihat orang lain menderita, mengapa dia menyebabkan saudara kembarnya meninggal, dan bagaimana sikap Yoru Morino setelah membuat saudara kembarnya meninggal. Hal ini akan ditinjau dari pandangan psikologis Sigmund Freud.

Agar pembahasan dalam skripsi ini memiliki akurasi data yang jelas dan cermat, maka penulis menjelaskan juga mengenai sejarah dan perkembangan komik, seting komik Goth, karakteristik tokoh Yoru Morino, biografi pengarang, Psikoanalisa Freud, dan dinamika kepribadian.

1.4.

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Tokoh adalah salah satu unsur intrinsik yang sangat berperan dalam suatu

karya sastra. Hal itu dikarenakan oleh tokoh merupakan pelaku utama yang mengemban peristiwa dalam cerita tersebut. Tokoh cerita juga sebagai pelaku yang memiliki posisi penting dan utama sabagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau hal lainnya yang sengaja ingin disampaikan si penulis atau si pengarang kepada pembaca.

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165), yaitu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis diri tokoh tersebut. Namun walaupun psikologis merupakan unsur intrinsik dari suatu karya satra, tapi


(24)

keberadaan watak psikologis ini sangat mempengaruhi isi dan amanat dari karya sastra.

Seperti di dalam komik Goth karya Otsu Ichi dapat dilihat bahwa si tokoh memiliki kelainan psikologis semenjak dia menyebabkan kematian adiknya. Kejadian dimasa kecilnya membuat si tokoh utama mengalami gangguan psikologis, yang dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya.

1.4.2. Kerangka Teori

Setiap penelitian harus memiliki titik tolak atau landasan berpikir untuk

memecahkan masalahnya. Untuk itu diperlukan adanya kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti.

Untuk menganalisis suatu karya sastra diperlupakan suatu teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan psikologis, dalam hal ini teori psikoanalisa Sigmund Freud.

Pradopo dkk (2001:71), menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Sedangkam menurut Nurgiyantoro (1995:39), dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure bahasa merupakan sebuah sistem tanda dan sebagai suatu tanda, serta bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Berdasarkan teori semiotik diatas, penulis dapat menginterpretasikan kondisi dan sikap tokoh ke dalam tanda. Tanda-tanda yang terdapat dalam komik tersebut akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih


(25)

bagian mana saja yang merupakan tindakan tokoh yang mencerminkan psikologis tokoh tersebut.

Sedangkan teori psikoanalisa Freud membagi struktur jiwa manusia ke dalam Id, Ego, dan Super Ego. Dengan menggunakan teori psikoanalisa Freud tentang struktur jiwa manusia yaitu Id, Ego, dan Super Ego yang saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Maka dengan pandangan kerangka teori diatas penulis dapat menganalisis watak psikologis tokoh Yoru Morino dalam komik Goth karya Otsu Ichi yang berkaitan dengan struktur jiwa manusia dan dinamika kepribadian.

1.5.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan psikologis Yoru Morino berkaitan dengan latarbelakang

kematian adiknya yang disebabkan olehnya sendiri.

b. Mendeskripsikan gangguan psikologis yang dialami Yoru Morino yang

diungkapkan oleh sipengarang melalui pendekatan psikologis Sigmund Freud.

1.5.2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis, yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya


(26)

b. Menambah informasi dan pengetahuan tentang psikologis sastra dalam karya sastra fiksi.

c. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang psikologis yang

terangkum dalam komik Goth karya Otsu Ichi.

1.6.

Metode Penelitian

Joko Subagyo (1997:1) menyatakan bahwa metode merupakan jalan yang

berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

Metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Nyoman (2004:46), mengatakan bahwa metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah,data dengan hubungannya dengan konteks kebenarannya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan.

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah komik “GHOST” karya

Otsu Ichi. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan (library research). Adapun teknik pengumpulan data dengan metode tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari sejumlah sumber, baik buku, jurnal, artikel, dan berbagai situs internet.


(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK GOTH,

TOKOH YORU MORINO DAN PSIKOANALISA FREUD

2.1 Sejarah dan Perkembangan Komik

2.1.1.

Sejarah Komik

Manga (man-ga atau ma-ng-ga) merupakan kata komik dalam bahasa

Jepang. Diluar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan

tentang komik Jepang. Mangaka (man-ga-ka atau ma-ng-ga-ka) adalah orang

yang menggambar manga.

Perbedaan mendasar antara sebuah manga dan komik adalah pembedaan

pengelompokan, dimana manga lebih ferfokus pada komik-komik Jepang, tetapi kadang juga termasuk Asia, dan komik lebih kepada komik-komik buatan Eropa/Barat.

Komik menurut Marcel Bonnet dalam Angkat (2004) adalah cerita

bergambar yang terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Komik merupakan salah satu produk akhir dari keinginan manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituangkan dalam gambar dan tanda yang juga mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.

Pada zaman dahulu, komik dibuat bukan dibuat atau tidak ditulis diatas

kertas melainkan ditulis didinding-dinding gua. Sejarah komik bermula pada masa pra sejarah di gua Lascaux, Prancis Selatan. Di gua itu ditemukan torehan berupa


(28)

menurut para ilmuwan Prancis belum mengandung sandi yang terbentuk menjadi bahasa, namun sudah merupakan pesan sebagai upaya komunikasi non verbal paling kuno.

Di Mesir, cerita tentang dewa maut dalam dunia roh terdapat di kuburan

Raja Nakht, yang ditoreh diatas kertas papyrus yang terbuat dari daun. Papyrus ini juga sudah lama dikenal oleh orang Assiria, Siria, dan Parsi. Selanjutnya komik

diatas daun ini beralih bentuk menjadi mozaik, yaitu susunan lempeng batu

berwarna. Pada zaman Romawi cerita bergambar ini berkembang pesat, yang kemudian selanjutnya menyebar hampir ke seluruh Eropa.

2.1.2.

Perkembangan Komik di Jepang

Takeshi Ishizawa dalam “Kedalaman Dunia Manga Jepang” (2006)

mengatakan bahwa Komik atau Manga telah menjadi hiburan bagi orang Jepang selama berabad-abad. Komik Jepang yang paling tua dan pertama kali terkenal ditemukan di gudang Shooshooin di Nara yang memperlihatkan berbagai macam ekspresi wajah manusia dengan mata yang keluar dan melotot dalam bentuk

Fusakumen.

Karya lain yang juga terdapat dalam Shooshooin yaitu karikatur yang

disebut daidaron, menggambarkan mata yang terbelalak dan orang berjenggot. Selain itu ada juga karikatur lain yaitu gambar yang terdapat pada langit-langit

Kondoo (gedung utama) kuil Buddha Horyuuji pada abad ke-8. Dalam komik ini


(29)

kuil Byoodin, tercacat arsitektur masa Heian (794-1185) yang pada saat itu ditemukan sejumlah karikatur pengadilan rendah.

Di zaman Heian terdapat gambar komik yang disebut Oko-e yang populer

sebagai hobi kalangan penguasa. Kemudian diakhir zaman Heian juga terdapat

gulungan surat bergambar Choju Jinbutsu Giga karya biksu Toba Soojo,

menggambarkan binatang yang bersikap seperti manusia dengan garis artisnya yang sederhana dan bentuknya yang dilebih-lebihkan, seperti ekspresi artistik dari komik umumnya pada masa kini. Gulungan surat bergambar ini berupa sindiran yang ditujukan bagi bangsawan dan biksu yang tamak dan haus akan kedudukan dalam politik.

Pada pertengahan abad ke-12 terdapat gulungan surat bergambar yang

terkenal yang disebut dengan Shigisan Engi Emaki, yaitu menggambarkan

gerakan yang dinamis. Dalam gambar tersebut terdapat sebuah adegan pendeta

Budha Myoren membuat sebuah panci ajaib terbang ke udara dan membawa

gudang beras orang kaya ke puncak gunung. Sedangkan pada adegan lainnya,

karung-karung beras terbang keluar dari gudang. Kemudian Bandainagon

Ekotoba (akhir tahun 1100-an) memperlihatkan gerbang utama dari sebuah kuil

terkenal yang sedang terbakar dengan ekspresi wajah dari sekitar seratus orang yang dikejutkan oleh api atau orang-orang yang melarikan diri, hal ini membuat adegan ini menjadi hidup dan membuat kita merasa ada diantara mereka. Kedua gambar ini termasuk ke dalam kategori cerita bergambar (emaki-mono).

Sejarah komik Jepang seutuhnya berawal pada zaman Edo, ketika istilah


(30)

Ukiyo-e (grafis pahatan kayu) yang terkenal yaitu Hokusai Katsushika. Ia memproduksi sebuah serial buku bergambar yang diterbitkan dalam 15 jilid antara tahun 1814 dan 1878. Manga ini berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Cara Hokusai

menggambarkan gerakan otot benar-benar terlihat alami dan nyata, seperti dalam komik Suzume Odori-zu.

Pada zaman Showa (1926-1989) yang dikenal juga dengan abad manga

anak-anak, dimana saat manga ini berkembang pesat. Pada waktu itu tahun 1989 dalam selang waktu satu tahun telah diterbitkan sekitar 500 juta manga, 500 juta majalah manga bulanan, dan 700 juta majalah manga mingguan. Dari prestasi

yang dicapai ini Jepang bisa disebut sebagai “kerajaan Manga”, yang mulai

bangkit dalam situasi setelah melewati masa perang lewat manga anak-anak.

Sebelum dan selama Perang Dunia ke-II, para seniman lokal menggunakan

The Japan Punch sebagai media penerbitan yang juga merupakan majalah komik

dengan cerita humor yang dikelola oleh orang-orang Inggris yang tinggal di Jepang. Meskipun awalnya The Japan Punch muncul sebagai satiris politik yang pada saat itu diawasi dengan ketat oleh pemerintah Jepang.

Berkembangnya teknologi produksi manga pada pasca Perang dunia ke-II

tidak terlepas dari peran serta komikus berbakat Osamu Tezuka (1928-1989). Tezuka mengubah wajah dunia komik Jepang pasca Perang Dunia ke-II secara radikal. Ia menggunakan gaya narasi yang unik dengan komposisi cerita menyerupai novel yang disebut dengan komik naratif atau story manga dengan alur cerita yang naik turun saat menuju klimaks cerita.


(31)

Komik naratif menggunakan teknik-teknik seperti pada pembuatan film, dengan sudut pengambilan gambar yang dinamis dengan penggalan-penggalan gambar yang tidak beraturan, yang sengaja didesain untuk menggambarkan urutan gerakan dan membangun ketegangan.

Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul

komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu, atau sekitar 1 bab. Majalah-majalah tersebut biasanya mempunyai tebal sekitar antara 200 hingga 850 halaman. Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun-tahun.

Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut dengan tankobun atau kadang dikenal sebagai istilah volume. Komik dalam bentuk ini biasanya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan berguna bagi orang-orang yang tidak mau atau

malas membeli majalah-majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki

beragam campuran cerita atau judul.

Majalah komik dicetak massal dan dijual diberbagai tempat dengan harga

murah. Setiap edisi yang terbit memuat sekitar 12 atau lebih judul komik serial. Meskipun menerbitkan buku komik, namun majalah komik jauh lebih menguntungkan daripada menerbitkan majalah komik. Namun walaupun begitu

majalah komik tetap dipertahankan untuk memperkenalkan karya mangaka baru

dan juga sebagai media seleksi komik-komik yang layak dibukukan, atau bisa dikatakan majalah komik merupakan media untuk memulai debut bagi para


(32)

Untuk penjualan, majalah manga mencapai angka yang cukup

besar.Sepuluh majalah manga mingguan terlaris terjual sekitar satu juta

eksemplar. Sementara Shounen Jump yang dijual dengan harga 200 Yen dengan ketebalan buku terdiri atas 300 sampai 400 halaman terjual sekitar lima sampai enam juta eksemplar setiap kali terbit.

Pada tahun 1992, penjualan majalah manga mencapai 540 milyar Yen atau sekitar 23% dari penjualan buku di Jepang.

Manga mempunyai posisi yang sangat tinggi dalam industri penerbitan di

Jepang karena hampir 25% hasil penjualan buku merupakan komik dengan angka penjualan setiap tahunnya terus meningkat belum termasuk penjualan komik Jepang di luar negeri yang sangat laris di pasaran.

Persaingan antara komik (mangaka) senior dan junior cukup ketat, karena

banyak mangaka yang terjun dalam bisnis ini. Tetapi hanya ada beberapa manga yang bisa bertahan dan berhasil mendobrak angka penjualan fantasis yang belum pernah dicapai oleh manga lain, seperti Dragon Ball, Detectif Conan, Doraemon,

Sailor Moon, Great Teacher Onizuka, Samurai X dan lain-lain.

Gaya penggambaran komik di Jepang rata-rata menggunakan gaya atau

style sederhana dalam menggambar manga. Tetapi, gambar latar belakangnya

hampir semua manga digambar se-realistis mungkin walaupun gambar karakternya benar-benar sederhana. Para mangaka menggambar sederhana khususnya pada bagian muka, dengan ciri khas mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput.


(33)

Tidak semua manga digambarkan dengan sederhana. Beberapa mangaka

menggunakan style yang realistis, walaupun sebenarnya dalam beberapa bagian

masih bisa dikategorikan manga. Seperti contohnya Vagabond karya Takehiko

Inoue yang menonjolkan penggunaan arsir, proporsi seimbang dan setting yang realistis. Tetapi, Vagabond dikategorikan manga karena gaya penggambaran mata

serta beberapa bagian yang simple. Manga juga bisa dalam monochrome dan

gradasi yang biasa disebut tone.

Untuk komik jangka panjang atau yang memiliki ratusan volume,

umumnya seiring dengan perkembangan zaman, para mangaka akan mengalami perubahan goresan yang sig nifikan. Contoh yang umum di Indonesia mungkin karya Hojo Tsukasa yag dari Cat Eyes berubah menjadi City Hunter. Atau karya lainnya yaitu Ah!My Goddes yang dimulai sejak 1988 dan sampai sekarang masih terus berjalan. Sedangkan One Piece dan Naruto pun cukup berubah bila dibandingkan pada goresan volume-volume sebelumnya.

Sedangkan format penulisan manga di Jepang biasanya ditulis dari kanan ke kiri, manga digambar dan ditulis seperti ini di Jepang. Namun sebelum tahun 2000-an, ketika diterjemashkasn ke bahasa Indonesia gambar dan halamannya umumnya dibalik sehingga dapat dibaca dari kiri ke kanan.

Untuk beberapa manga yang tidak mempermasalahkan keadaan terbalik

ini, hal semacam ini tidak terlalu dipermasalahkan. Namun kerancuan menjadi

sangat menggangu dalam terjemahan manga genre detektif, seperti Detectif

Conan, Q.E.D atau Detektif Kindaichi yang sering memberikan informasi atau


(34)

depan tidak sesuai dengan hasil deduksi/kesimpulan dari tokoh utama. Bahkan dalam suatu buku cerita, kadangkala hanya satu panel yang dibalik (pada bagian deduksi) yang semakin memperparah inti cerita.

Manga pertama yang mempertahankan format seperti format Jepang asli

adalah Rurouni Kenshin. Selain itu, beberapa penulis komik seperti Takehiko

Inoue yang menciptakan komik Slam Dunk tidak setuju karya mereka diubah

begitu saja dan minta agar karya mereka dibiarkan dalam format aslinya.

Sekarang, manga-manga yang terbit di Indonesia biasanya sudah diterbitkan

dalam format aslinya kecuali untuk beberapa judul yang telah mulai diterbitkan sebelum tahun 2000-an.

2.1.3 Perkembangan Komik di Indonesia

Dua penerbit manga terbesar di Indonesia adalah Elex Media Komputindo

dan M&C Comics yang merupakan bagian dari kelompok Gramedia. Sekitar

tahun 2005, kelompok Gramedia juga telah menghadirkan Level Comics, yang

lebih terfokus pada penerbitan manga-manga bergenre Seinen (dewasa).

Tapi terdapat juga penerbit ilegal di Indonesia, namun tampaknya

peredarannya hanya sebatasdi wilayah kota-kota besar, karena untuk beberapa daerah tidak ada ditemukan komik-komik jenis ini. Perbedaan mencolok dari penerbit ilegal ini yaitu mereka tampak lebih terbuka terhadap sensor dibandingkan dengan manga terbitan Elex yang jaul lebih ketat dalam hal sensor. Karna banyaknya manga yang diterbitkan di Indonesia sejak dari zaman


(35)

di Indonesia yang berlangsung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang

cukup besar dan teratur sehingga menyebabkan manga terbitan Elek Media

Komputindo sangat mudah diperoleh apabila dibandingkan dengan peredaran

komik Eropa/Amerika yang relatif lebih susah dan lebih mahal kecuali Donal

Bebek yang masih bisa didapat secara teratur setiap minggunya.

Hal ini mengakibatkan terjadinya debat kusir pada proses pembentukan

komik karya “Indonesia”, karena secara tidak langsung banyak generasi komikus muda di Indonesia baik secara sadar maupun tidak sadar terpengaruh oleh gaya aliran Jepang. Hal ini pun masih diperdebatkan, namun mengingat dengan beberapa pengarang asal Korea dan Hongkong yang memiliki goretan yang cukup mirip dengan manga Jepang, harusnya hal ini tidak dipermasalahkan. (Donny Anggoro:2006).

Di Indonesia juga terdapat komunitas-komunitas penggemar manga dan

anime. Biasanya mereka berkumpul dan berbagi dengan penggemar lain lewat

internet atau berkumpul disuatu tempat. Para penggemar yang bertemu di internet

atau forum biasanya mengadakan gathering (pertemuan) untuk saling sharing

tentang komik.

Akhir-akhir ini penerbit Indonesia, seperti Level Comics, berani

menerbitkan manga yang bergenre dewasa (Seinen). Pada awal kemunculannya hal ini sempat ditentang keras. Bahkan manga Vagabond sempat ditarik dari peredaran. Tetapi setelah pemberlakuan sensor yang lebih ketat, para penerbit tidak lagi diprotes oleh para ibu yang anaknya membaca manga-manga tersebut.


(36)

2.2 Setting Komik GOTH

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:216), mengungkapkan bahwa setting

dan latar disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Setting memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa

dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, disamping itu

memungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang setting.

Nurgiyantoro (1995:227) mengatakan setting dapat dibedakan ke dalam

tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, dan pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

2.2.1 Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu dan lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Deskrpsi tempat secara teliti dan realistis penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakanitu sungguh ada dan terjadi yaitu tempat


(37)

dan waktu yang diceritakan. Sedangkan pada komik Goth ini, adapun yang menjadi latar belakang tempatnya adalah di Jepang.

2.2.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Didalam komik Goth ini, latar waktunya tidak terlalu ditonjolkan, tetapi bisa dikatakan peristiwa tersebut terjadi pada saat si tokoh utama duduk di sekolah menengah.

2.2.3 Latar Sosial

Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dengan lingkup yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandngan hidup, cara berpikir dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan denhgan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Jika dilihat dari latar sosialnya komik Goth menggambarkan kehidupan

remaja yang menjalani kehidupannya sehari-hari mulai dari sekolah sampai kehidupan dirumahnya masing-masing. Komik ini secara menyeluruh juga menggambarkan bagaimana perjalanan hidup seorang remaja putri yang menjalani hidupnya dengan penuh rahasia, yang menyebabkan tekanan kepada dirinya sendiri.


(38)

Khususnya menyangkut masalah yang diungkapkan dalam komik ini adalah sikap tertutup, kondisi dalam keadaan tertekan batin, dan penyimpangan kepribadian yang aneh atau salah. Ketiga sikap diatas ini mempengaruhi terhadap beban psikologis tokoh yang diungkapkan dalam komik ini.

2.3.

Karakteristik Tokoh Yoru Morino

Otsu Ichi menggambarkan tokoh utama dalam komik Goth sebagai

seorang remaja perempuan yang sangat tertutup, memiliki kebiasaan senang sendiri, memiliki tingkah dan perilaku yang tidak sesuai dengan umurnya, memiliki penyimpsngsn psikologis, dan kehidupannya penuh misteri. Dia dianggap aneh oleh teman-temannya karna Yoru Morino tidak memiliki teman dan bahkan sama sekali tidak pernah berbicara dengan siapapun selama disekolah.

Semua pengalamannya dimasa lalu yang membuatnya memiliki sikap

seperti itu. Dia tidak dapat mengontrol dirinya. Dorongan yang ada dalam dirinya ingin selalu terwujud tanpa memperdulikan dampak bagi dirinya atau dampak bagi sekitarnya. Tanpa Yoru Morino sadari tindakannya tersebut sudah memberikan pengaruh negatif terhadapnya. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan konflik batin serta beban psikologis dalam dirinya.


(39)

2.4.

Biografi Pengarang

Otsu Ichi adalah seorang penulis Jepang yang memiliki nama asli Hirotaka Adachi. Dia lahir pada tahun 1978. Dia seorang penulis Jepang, khususnya cerita pendek beb-genre horor. Debut karyanya dimulai dari komik Summer, Fireworks, dan My Corpse yang ditulisnya pada saat dia masih di perguruan tinggi.

Karya terbesarnya yang nantinya mengangkat namanya menjadi terkenal yaitu novel Goth, yang kemudian dibuat menjadi sebuah komik. Selain itu yang juga mengangkat namanya yaitu koleksi cerita pendek yang berjudul Zoo, yang mana cerita tersebut diangkat menjadi sebuah film.

Semenjak diangkatnya Zoo menjadi sebuah film, karangan Otsu Ichi yang lain yang berjudul Calling You juga dirilis menjadi sebuah film oleh Tokyo Pop. Dan kemudian meliris komik Goth menjadi sebuah film pada bulan November. Karya besar Otsu Ichi lainnya yaitu cerita pendek F-Sensei’s Pocket yang diterjemahkan ke bahasa Inggris.

2.5.

Psikoanalisa Freud

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni

sadar, prasadar, dan tak sadar. Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati dalam setiap event atau peristiwa mental seperti berpikir maupun berimajinasi. Freud mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran atau tidak sadar.


(40)

Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan karna faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa orang itu sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidaksadarannya yang terlihat jauh di dalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran.

Freud percaya bahwa faktor-faktor yang berada dalam ketidaksadaran

bukan merupakan faktor-faktor yang statis melainkan masing-masing mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis, jadi di dalam alam ketidaksadaran selalu terdapat pergeseran-pergeseran, gerakan-gerakan akibat saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam alam ketidaksadaran tersebut.

Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud dan

teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa dikenal dalam tiga aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi kepribadian. Sesuai dengan masalah kepribadian yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek tersebut yang akan dibicarakan adalah teori kepribadian.

2.5.1.

Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud

mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es ditengah laut. Yang kelihatan dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang kelihatan dari luar hanya sebahagian kecil saja, yaitu alam kesadaran.


(41)

Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran. Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu dapat muncul kembali ke dalam kesadaran.

Freud mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan yaitu

sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian dan dinamika kepribadian. Dalam kajian psikologi sastra, mengungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan Super Ego.Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri atau insting dan kecemasan sebagai komponen penting bagi manusia untuk beraktivitas.

2.5.2.

Sistem Kepribadian

2.5.2.1. Id

Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam alam bawah sadar manusia

yang berisi insting-insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan sepertinya berupa energi buta. Id beropasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu


(42)

membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.

Id tidak mampu menilai atau membedakan yang benar atau yang salah, dan

tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasaan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan Ego.

2.5.2.2. Ego

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego

beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasaan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Ego memiliki dua tugas utama; pertama, memilih dorongan mana yang

akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya kecil.

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai

hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasaan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluriah organism disatu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan


(43)

naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam melaksanakan tugasnya Ego harus benar-benar menjaga bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

2.5.2.3. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan

yang menyangkut baik buruk dan juga berisi kata hati seseorang. Kata hata ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id.

Ada tiga fungsi Super Ego, yaitu:

(a) mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moral istik.

(b) merintangi implus Id terutama implus yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.

(c) mengejar individu mencapai kesempurnaan.

Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego merupakan

pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem kepribadian ini secara seimbang. Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dn penyesalan didalam diri. Bila Ego gagal menjaga


(44)

keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus-menerus dan konflik ini akan menjadi dasar dari gangguan kejiwaan.

Sikap tertentu dari sikap observasi diri,koreksi atau kritik diri juga

bersumber dari Super Ego, Id, Ego ; dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Karena jumlah energi terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Apabila ternyata satu sistem merupakan energi lebih banyak dan oleh karenanya menjadi kuat. Maka sistem yang lain akan kekurangan energi dan menjadi lemah sampai energi baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.

Tidak semua dorongan primitif dapat dipenuhi sesuai dengan prinsip

kenyataan. Sebagian daripadanya harus tetap tidak dapat dipenuhi. Tetapi dorongan-dorongan yang tidak dipenuhi tidak menghilang begitu saja, melainkan menghendaki untuk dilaksanakan agar memenuhi perasaan senang. Untruk menjaga keseimbangan dalam kepribadian individu yang bersangkutan, maka dorongan-dorongan yang belum dilaksanakan ini disebut kanalisasi yang dilakukan melalui mekanisme-mekasnisme pertahanan tertentu.

2.5.3. Dinamika Kepribadian

Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh


(45)

psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis.

2.5.3.1. Naluri (Insting)

Menurut Freud dalam Sumadi (1995:103) didalam diri kita ini ada dua

macam insting-insting, yaitu insting-insting hidup dan insting-insting mati.

a. Insting-insting Hidup

Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup

dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama dari insting hidup ini adalah insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh insting hidup ini disebut “libido”.

Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting

hidup, manusia dalam kenyataannya yang diutamakan adalah insting seksual

b. Insting-insting Mati

Insting-insting mati ini yang disebut juga insting-insting merusak

(deskruktif) fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah kenyataan yang tidak bisa diingkari bahwa semua manusia pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang


(46)

menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelasan daripada insting mati ini ialah dorongan agresif.

Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan pada dua

arah, yaitu kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan kepada diri sendiri terwujud dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendirinya.Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, yang ditujukan kepada orang lain.

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu

dipergunakan oleh Id, Ego, dan Super Ego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas. Maka akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek kepribadian itu didalam hal menggunakan energi psikis itu. Menjadi lebih kuatnya salah satu aspek karna mempergunakan banyak psikis, dengan sendirinya berarti menjadi lebih lemahnya aspek-aspek yang lain lagi.

Pada mulanya hanya ada Id yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi

karena dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia lalu memberikan sebagian dari energinya kepada kedua aspek yang lain yang juga akan mempergunakannya untuk kepentingan organism itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang berbeda.


(47)

Mana diantara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh manusia.

(a) Apabila Id menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka tindakan-tindakannya akan bersifat primitif, implusif dan agresif. Dia akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.

(b) Apabila Ego yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistis dan ragional-logis, pikiran ragional-logis memegang peranan penting.

(c) Apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis itu Super Ego, maka orang akan mengejar hal-hal yang moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yag kadang-kadang kurang rasional.

2.5.3.2. Kecemasan

Dalam konsep dinamika kepribadian Freud juga membahas kecemasan.

Kecemasan adalah variabel pentig dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh. Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.


(48)

yang utama. Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Freud membagi kecemasan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kecemasan Realisric, yaitu merupakan kecemasan atau ketakutan individu

terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

2. Kecemasan Neurotic, yaitu merupakan kecemasan atas tidak terkontrolnya

naluri-naluri primitive oleh ego yang kemungkinan bisa mendangtangkan ego.

3. Kecemasan Moral, yaitu merupakan kecemasan yang timbul akibat

tekanan Super Ego tas Ego atas individu yang telah ataupun sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.


(49)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH YORU MORINO

3.1. Ringkasan Komik

Komik Goth karya Otsu Ichi ini bercerita tentang tokoh utama Yoru

Morino, yaitu seorang siswa perempuan dari salah satu sekolah menengah atas di Jepang. Yoru Morino adalah seorang remaja perempuan yang sangat tertutup dan kehidupannya penuh dengan misteri.

Dia dinggap aneh oleh teman-temannya karna Yoru Morino sama sekali

tidak pernah bicara dengan siapapun selama disekolah, dan bahkan dia tidak memiliki teman. Kebiasaannya yang senang menyendiri membuat temannya penasaran sekalian kasihan kepadanya. Begitu banyak teka-teki tentang kepribadian Yoru Morino diceritakan dalam komik ini.

Sementara itu, tanpa disadari oleh Yoru Morino maupun teman-temannya

yang lain, seorang teman sekolahnya begitu ingin tahu kenapa Yoru Morino memiliki sifat seperti itu. Ketertarikan teman sekolahnya itu terhadap Yoru Morino berawal dari kesukaannya memperhatikan tangan Yoru Morino, yang memili luka sayatan di pergelangan tangannya. Kebetulan pada saat itu sedang terjadi peristiwa tangan buntung, dimana setiap potongan tangan dari setiap korbannya selalu hilang tanpa jejak.

Hingga pada suatu siang, teman sekolahnya itu disuruh oleh Pak

Shinohara, yaitu seorang guru kimia disekolah itu. Pak Shinohara menyuruh teman sekolahnya untuk membersihkan ruangan kimia.


(50)

Kemudian dia pun membersihkan ruangan kimia tersebut. Ternyata, Yoru Morino ada disamping ruangan tersebut sedang sendiri membaca buku. Tapi dia mengacuhkan keberadaan Yoru Morino karna ada hal yang mengejutkan ditemukannya diruangan Pak Shinohara tersebut, yaitu sebuah boneka yang tangannya buntung dan potongan tangan tersebut tidak ada. Dia pun curiga, apalagi karna kasus banyaknya korban pembunuhan yang mengalami kehilangan pergelangan tangan.

Maka dia pun mengambil boneka tersebut, dan langsung pergi menyelidiki

Pak Shinohara ke rumahnya. Memang betul, guru tersebut adalah pelaku pembunuhan tersebut.

Sementara ditempat lain Pak Shinohara sedang marah-marah karna

bonekanya hilang. Dan dia pun menyangka bahwa yang mengambilnya adalah Yoru Morino karna kebetulan Yoru Morino-lah yang berada di dekat ruang kimia tersebut. Pak Shinohara pun langsung mencekik Yoru Morino sambil bertanya dimana Yoru Morino menyembunyikan boneka tersebut. Untungnya teman sekolahnya yang tadi langsung datang menyelamatkan Yoru Morino. Tak lama kemudian, terbongkarlah segala perbuatan Pak Shinohara, dan akhirnya dia pun dipecat dari sekolah tersebut.

Itulah Yoru Morino berteman dengan teman sekolahnya tersebut. Dan

inilah awal temannya itu menyelidiki kenapa Yoru Morino memiliki sifat yang aneh. Akhirnya Yoru Morino pun bercerita dia adalah seseorang yang senang melihat orang lain menderita, senang mendengar seseorang menjerit sebelum mati. Dia sangat senang terhadap kekerasan. Dan bahkan, dia lah yang


(51)

menyebabkan saudara kembarnya meninggal akibat permainan gantung diri yang secara paksa disuruhnya dilakukan oleh saudara kembarnya tersebut.

Peristiwa tersebut tejadi pada saat mereka masih kecil. Dan untuk

menutupi perbuatannya tersebut, dia berganti nama dengan saudara kembarnya tersebut dengan tujuan untuk menutupi identitasnya yang sebenarnya. Sejak kejadian tersebutlah, Yoru Morino memiliki sifat tertutup terhadap siapapun.

3.2. Analisis Psikologis Tokoh Yoru Morino 3.2.1. Sikap Tertutup dan Senang Sendiri Cuplikan (halaman 7)

A : “Katanya teman sekelas kita ada yang punya luka sayatan dipergelangan tangannya loh!”

B : “Eh, siapa?”

C : “Maksudmu si Marino itu ya?” B : “Masa sih? Ga kebayang deh!”

A : “Cewe aneh itu kasihan juga ya? Ga pernah bicara dengan siapa pun dan sepertinya nggak punya teman”.

B : “Emang dia agak aneh ya...” A : “He-eh...”


(52)

Analisis

Berdasarkan cuplikan percakapan di atas, dapat disimpulkan bahwa Yoru

Morino adalah orang yang tertutup dan senang sendiri. Sesuai dengan cuplikan diatas, dijelaskan bahwa Ego yang ada dalam diri Yoru Morino tidak berfungsi dengan baik, sehingga Yoru Morino tidak mampu menyikapi dan menanggapi keadaan yang rumit yang terjadi padanya. Sedangkan tekanan batin yang diakibatkan oleh Id tersebut tidak dapat diterima dengan baik oleh Ego.

Karena seharusnya dalam keadaan Yoru Morino sedang mengalami

tekanan batin Ego harus mampu untuk menahan Id yang ada dalam diri Yoru Morino. Tetapi dalam hal ini terungkap jelas bahwa Id telah melanggar ketetapan yang telah ditetapkan Ego, sehingga membuat Yoru Morino semakin tertekan batin. Ego yang gagal menyeimbangkan Id dan larangan Super Ego mengakibatkan konflik batin. Hal ini terlihat jelas dari cuplikan yang berisi tentang percakapan tiga orang teman sekolah Yoru Morino yang mengatakan bahwa Yoru Morino sama sekali tidak memiliki teman, tidak pernah berbicara pada siapapun sehingga dia dianggap aneh oleh teman-temannya. Dengan kata lain, Id sudah sepenuhnya menguasai diri Yoru Morino.

3.2.2. Sisi Gelap dalam Diri Yoru Morino Cuplikan (halaman 150)

“Aku (Yoru Morino) punya kakak kembar perempuan. Kami berdua selalu bermain bersama setiap hari. Secara fisik tidak ada yang membedakan kami,


(53)

kecuali bila melihat tingkah kami. Tak seperti adikku (Yu), aku (Yoru Morino) punya sisi gelap dalam diriku dan tahu begitu banyak tentang kematian. Pernah aku (Yoru Morino) berpura-pura mati dipinggir jalan dan mengagetkan orang”.

Analisis

Pada cuplikan di atas, terlihat bagaimana Id dalam diri Yoru Morino

sangat kuat. Dimana Id tersebut membuat Yoru Morino memiliki aspek kepribadian yang “gelap” dalam bawah sadarnya sebagai manusia. Id yang sangat melekat dalam diri Yoru Morino juga membuat dirinya memiliki insting-insting tak kenal nilai dan mengarah kepada suatu energi pasif atau energi buta. Energi tersebutlah yang banyak mempengaruhinya dalam berpikir, berucap, dan bertindak.

Dalam hal ini,dimana sesuai dengan cuplikan yang mengatakan “Tak

seperti adikku (Yu), aku (Yoru Morino) punya sisi gelap dalam diriku dan tahu banyak tentang kematian. Pernah aku (Yoru Morino) berpura-pura mati dipinggir

jalan untuk mengagetkan orang.”, Ego sudah benar-benar tidak bisa lagi

menangani Id yang ada. Ego tidak dapat lagi mengontrol Id. Jadi terbentuklah kepribadian Yoru Morino yang tidak mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Dia mengganggap bahwa kematian adalah hal yag sangat wajar, bahkan dia senang dengan hal-hal tentang kematian tersebut. Terbukti dari pengakuan Yoru Morino sendiri yang mengatakan bahwa dia memiliki sisi gelap dalam dirinya dan tindakannya yang berpura-pura mati hanya untuk mengagetkan orang lain.


(54)

3.2.3 Sikap Ingin Menang Sendiri dan Memaksakan Kehendak Cuplikan (halaman 151)

“Karena Yu anaknya lemah, dia yang selalu menjadi pemeran ideku. Tapi waktu aku (Yoru Morino) ingin anjing kami makan deterjen, dia (Yu) membela anjing itu mati-matian. Sampai dia (Yu) pun mulai menangis. Tapi tentu saja hal itu tidak membuatku luluh.”

Analisis

Dari cuplikan di atas tergambar bahwa Id dalam diri Yoru Morino-lah yang berperan penting menentukan sikap dan tindakannya. Dalam cuplikan diatas,

dikatakan bahwa Yoru Morino berkata, “Karena Yu anaknya lemah, dia yang

selalu menjadi pemeran ideku. Tapi waktu aku (Yoru Morino) ingin anjing kami makan deterjen, dia (Yu) membela anjing itu mati-matian. Sampai dia (Yu) pun mulai menangis. Tapi tentu saja hal itu tidak membuatku luluh.”

Dalam hal ini sangat jelas Id dalam diri Yoru Morino lebih dijelaskan dari sikapnya yang berprinsip pada kenikmatan (pleasure principle), yaitu Yoru Morino lebih mementingkan kesenangannya sendiri dan berusaha memperoleh kenikmatannya sendiri dan menghindari rasa sakit. Ego dalam diri Yoru Yoru Morino tidak mampu mengontrol Id dalam dirinya, dimana Id tersebut membuat Yoru Morino tidak mampu membedakan dan menilai mana perilaku yang benar atau salah.

Sehingga Super Ego dalam diri Yoru Morino juga tidak berfungsi dengan


(55)

nilai-nilai yang menyangkut baik buruknya suatu hal, yang lebih merujuk pada kata hati seseorang. Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial yang bersinergi dengan nilai moral seseorang, sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id.

3.2.4. Kesenangan Melihat Orang Lain Menderita Cuplikan (halaman 152)

“Lalu, tiba saatnya kami (Yoru Morino dan Yu) mulai permainan gantung diri sendiri. Aku (Yoru Morino) memaksanya melakukan permainan itu, sampai akhirnya dia (Yu) menangis. Aku (Yoru Morino) senang sekali melihat anak itu (Yu) bisa menangis. Entah kenapa, aku (Yoru Morino) senang membuatnya menderita walaupun kami ini saudara kembar.”

Analisis

Dari cuplikan di atas,terlihat jelas bahwa Yoru Morino adalah contoh

manusia yang memiliki kepribadian yang tidak wajar pada umumnya. Terlihat

dari pengakuan Yoru Morino yang berkata, “Lalu, tiba saatnya kami (Yoru

Morino dan Yu) mulai permainan gantung diri sendiri. Aku (Yoru Morino) memaksanya melakukan permainan itu, sampai akhirnya dia (Yu) menangis. Aku (Yoru Morino) senang sekali melihat anak itu (Yu) bisa menangis. Entah kenapa, aku(Yoru Morino) senang membuatnya menderita walaupun kami ini saudara kembar.”


(56)

Diterangkan bagaimana Id dalam diri Yoru Morino sangat berpengaruh dalam menentukan dirinya bersikap. Ego dan Super Ego tidak lagi berfungsi dengan baik, akibatnya Id tidak lagi terkontrol. Id dalam diri Yoru Morino hanya mampu memberikan kepuasan tersendiri, kepuasan sepihak yakni pada pihak Yoru Morino.

3.2.5. Yoru Morino Menyebabkan Saudara Kembarnya Meninggal Cuplikan (halaman 216)

“Aku (Yoru Morino) terlalu kecil dan lemah . Aku (Yoru Morino) sudah berusaha menyelamatkannya tapi dia (Yu) terus menendang perutku, jadi akhirnya terpaksa ku biarkan.Dia (Yu) berteriak “cepat!! tolong aku!!” Tapi aku (Yoru Morino) berkata “ayo lakukan..dasar kau anak tolol tak berguna!!” Sampai akhirnya dia (Yu) terjatuh dan akhirnya meninggal.

Analisis

Pada cuplikan di atas, kembali digambarkan bagaimana Ego dan Super

Ego yang seharusnya berfungsi dengan baik tidak lagi mampu menangani Id yang ada dalam diri Yoru Morino. Id yang merupakan aspek kepribadian yang negatif dalam alam bawah sadar Yoru Morino, yang berisi insting mati dan tak kenal nilai memberikan energi buta pada dirinya mengakibatkan Yoru Morino tidak mampu lagi berpikir mana yang baik dan mana yang benar.

Hal ini terbukti dari percakapan yang berisi, “Aku (Yoru Morino) terlalu kecil dan lemah. Aku (Yoru Morino )sudah berusaha menyelamatkannya tapi dia


(57)

(Yu) terus menendang perutku, jadi akhirnya terpaksa ku biarkan. Dia (Yu) berteriak “cepat!! tolong aku!!” Tapi aku (Yoru Morino )berkata “ayo lakukan..dasar kau anak tolol tak berguna!!” Sampai akhirnya dia (Yu) terjatuh dan akhirnya meninggal.

Yoru Morino malah memaksa saudara kembarnya sendiri (Yu) untuk melakukan bunuh diri, Ego dan Super Ego dalam hal ini akal budi tidak lagi berfungsi. Sehingga dia (Yoru Morino) membiarkan saja adiknya meninggal dihadapannya sendiri.

3.2.6. Sikap Yoru Morino Setelah Membuat Saudara Kembarnya Meninggal

Cuplikan (halaman 218)

“Waktu aku (Yoru Morino) melihat jejak sepatuku disekolah, muncul ide dikepalaku untuk bertukar identitas dengan saudara kembarku (Yu) itu. Kuputuskan si Yu yang cengeng sudah mati hari itu. Mulai saat itu juga, aku (Yoru Morino) berhenti menangis lagi di depan orang lain.”

Analisis

Berdasarkan cuplikan percakapan di atas, keputusan Yoru Morino untuk bertukar identitas dengan saudara kembarnya (Yu) dan keputusannya untuk


(58)

berhenti menangis didepan orang lain sudah merupakan gambaran dari dimana Ego sudah mampu mengontrol Id yang ada dalam diri Yoru Morino.

Hal ini tampak jelas dari pengakuan Yoru Morino yang berkata, “Waktu

aku (Yoru Morino) melihat jejak sepatuku disekolah, muncul ide dikepalaku untuk bertukar identitas dengan saudara kembarku (Yu)itu. Kuputuskan si Yu yang cengeng sudah mati hari itu. Mulai saat itu juga, aku (Yoru Morino) berhenti menangis lagi di depan orang lain.”

Ego sudah mampu menangani Id, sehingga Yoru Morino sudah mampu berhadapan dengan realita yang ada, yaitu kenyataan bahwa dirinya sendiri yang menyebabkan adiknya meninggal. Dalam hal ini Ego dalam diri Yoru Morino sudah mampu beroperasi mengikuti prinsip realita yang ada.


(59)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama “Yoru Morino”

dalam komik “Goth” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur Psikologis merupakan unsur yang mendukung dalam novel ini,

karena adanya beban psikologis yang dibuat oleh pengarang kepada tokoh utama, membuat cerita dalam komik ini menjadi lebih menarik.

2. Komik Goth karya Otsu Ichi menceritakan tentang Yoru Morino sebagai

tokoh utama yang merupakan siswa perempuan dari sekolah menengah atas di Jepang. Yoru Morino adalah seorang yang sangat tertutup dan kehidupannya penuh dengan misteri. Dia dianggap aneh oleh teman-temannya karna Yoru Morino sama sekali tidak pernah berbicara dengan siapapun selama di sekolah, dan dia tidak memiliki teman.

3. Dalam komik Goth ini, dengan menggunakan psikoanalisa Sigmund Freud

terdapat sistem kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Tetapi setelah semua sikap, tindakan, dan cara berpikir dari tokoh utama Yoru Morino di analisa, maka yang paling banyak menonjol dari dirinya adalah Id. Dapat diartikan Id yang ada didalam diri Yoru Morino sangat mendominasi dirinya yang hanya mengejar kesenangan hatinya tanpa mempedulikan pertimbangan moral dan mempertimbangkan dampak negatif dari perbuatannya bagi kehidupan disekitarnya.


(60)

4.2. SARAN

Setelah membaca dan memahami isi dari skripsi ini diharapkan kepada

pembaca agar kita juga memiliki kesadaran untuk mampu menyeimbangkan Id, Ego, dan Super Ego yang ada dalam diri kita masing-masing. Agar tidak berakibat fatal bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari- hari di lingkungan dan di keadaan bagaimanapun, karena kita sebagai mahkluk sosial memiliki norma-norma, nilai-nilai, aturan-aturan, dan batasan-batasan yang harus kita patuhi dan kita selaraskan dengan kehidupan pribadi kita.

Melalui skripsi ini juga penulis berharap agar apresiasi masyarakat terhadap sastra, khususnya komik dapat terjaga sehingga pembaca dapat lebih memahami isi dan pesan yang disampaikan si pengarang, seperti dalam komik Goth ini, sekaligus kita dapat menganalisis aspek-aspek psikologis yang terkandung didalamnya. Di kesempatan ini juga penulis berharap agar para pencipta sastra khususnya mangaka dapat lebih meningkatkan kualitas isi komik yang berfungsi menyampaikan pesan-pesan yang bermanfaat bagi pembacanya.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru

Algesindo.

Anggoro, Donny. 2006. “Sejarah Komik Indonesia : Kepala Tanpa Leher”.

Angkat, Guntur. 2004 “Selintas Sejarah Komik Indonesia”.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya : Usaha Nasional.

Darmanto, Jatman. 1985. Sastra, Psikologi, dan Masyarakat. Bandung : Alumni. Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : UI Press. Milner, Max. 1992. Psikologi Sastra. Jakarta : Intermassa.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Otsu, Ichi. 2010. GOTH.Jakarta : PT Gramedia (Terjemahan).

Prandopo, Rahmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Subroto.1992. Teknik Pengumpulan Data. Jakarta : PT Gramedia.

Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Takhesi, Ishizawa. 2006. “Kedalaman Dunia Manga Jepang”.

Wellek, Austin Werren. 1997. Teori Kesusasteraan (Terjemahan Melanie Budianto). Jakarta : PT Gramedia.


(62)

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sstra Indonesia. Jakarta : PT Rineka

Cipta.


(1)

(Yu) terus menendang perutku, jadi akhirnya terpaksa ku biarkan. Dia (Yu) berteriak “cepat!! tolong aku!!” Tapi aku (Yoru Morino )berkata “ayo lakukan..dasar kau anak tolol tak berguna!!” Sampai akhirnya dia (Yu) terjatuh dan akhirnya meninggal.

Yoru Morino malah memaksa saudara kembarnya sendiri (Yu) untuk melakukan bunuh diri, Ego dan Super Ego dalam hal ini akal budi tidak lagi berfungsi. Sehingga dia (Yoru Morino) membiarkan saja adiknya meninggal dihadapannya sendiri.

3.2.6. Sikap Yoru Morino Setelah Membuat Saudara Kembarnya Meninggal

Cuplikan (halaman 218)

“Waktu aku (Yoru Morino) melihat jejak sepatuku disekolah, muncul ide dikepalaku untuk bertukar identitas dengan saudara kembarku (Yu) itu. Kuputuskan si Yu yang cengeng sudah mati hari itu. Mulai saat itu juga, aku (Yoru Morino) berhenti menangis lagi di depan orang lain.”

Analisis

Berdasarkan cuplikan percakapan di atas, keputusan Yoru Morino untuk bertukar identitas dengan saudara kembarnya (Yu) dan keputusannya untuk


(2)

berhenti menangis didepan orang lain sudah merupakan gambaran dari dimana Ego sudah mampu mengontrol Id yang ada dalam diri Yoru Morino.

Hal ini tampak jelas dari pengakuan Yoru Morino yang berkata, “Waktu aku (Yoru Morino) melihat jejak sepatuku disekolah, muncul ide dikepalaku untuk bertukar identitas dengan saudara kembarku (Yu)itu. Kuputuskan si Yu yang cengeng sudah mati hari itu. Mulai saat itu juga, aku (Yoru Morino) berhenti menangis lagi di depan orang lain.”

Ego sudah mampu menangani Id, sehingga Yoru Morino sudah mampu berhadapan dengan realita yang ada, yaitu kenyataan bahwa dirinya sendiri yang menyebabkan adiknya meninggal. Dalam hal ini Ego dalam diri Yoru Morino sudah mampu beroperasi mengikuti prinsip realita yang ada.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama “Yoru Morino” dalam komik “Goth” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur Psikologis merupakan unsur yang mendukung dalam novel ini, karena adanya beban psikologis yang dibuat oleh pengarang kepada tokoh utama, membuat cerita dalam komik ini menjadi lebih menarik.

2. Komik Goth karya Otsu Ichi menceritakan tentang Yoru Morino sebagai tokoh utama yang merupakan siswa perempuan dari sekolah menengah atas di Jepang. Yoru Morino adalah seorang yang sangat tertutup dan kehidupannya penuh dengan misteri. Dia dianggap aneh oleh teman-temannya karna Yoru Morino sama sekali tidak pernah berbicara dengan siapapun selama di sekolah, dan dia tidak memiliki teman.

3. Dalam komik Goth ini, dengan menggunakan psikoanalisa Sigmund Freud terdapat sistem kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Tetapi setelah semua sikap, tindakan, dan cara berpikir dari tokoh utama Yoru Morino di analisa, maka yang paling banyak menonjol dari dirinya adalah Id. Dapat diartikan Id yang ada didalam diri Yoru Morino sangat mendominasi dirinya yang hanya mengejar kesenangan hatinya tanpa mempedulikan pertimbangan moral dan mempertimbangkan dampak negatif dari perbuatannya bagi kehidupan disekitarnya.


(4)

4.2. SARAN

Setelah membaca dan memahami isi dari skripsi ini diharapkan kepada pembaca agar kita juga memiliki kesadaran untuk mampu menyeimbangkan Id, Ego, dan Super Ego yang ada dalam diri kita masing-masing. Agar tidak berakibat fatal bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari- hari di lingkungan dan di keadaan bagaimanapun, karena kita sebagai mahkluk sosial memiliki norma-norma, nilai-nilai, aturan-aturan, dan batasan-batasan yang harus kita patuhi dan kita selaraskan dengan kehidupan pribadi kita.

Melalui skripsi ini juga penulis berharap agar apresiasi masyarakat terhadap sastra, khususnya komik dapat terjaga sehingga pembaca dapat lebih memahami isi dan pesan yang disampaikan si pengarang, seperti dalam komik Goth ini, sekaligus kita dapat menganalisis aspek-aspek psikologis yang terkandung didalamnya. Di kesempatan ini juga penulis berharap agar para pencipta sastra khususnya mangaka dapat lebih meningkatkan kualitas isi komik yang berfungsi menyampaikan pesan-pesan yang bermanfaat bagi pembacanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Anggoro, Donny. 2006. “Sejarah Komik Indonesia : Kepala Tanpa Leher”.

Angkat, Guntur. 2004 “Selintas Sejarah Komik Indonesia”.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya : Usaha Nasional.

Darmanto, Jatman. 1985. Sastra, Psikologi, dan Masyarakat. Bandung : Alumni. Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : UI Press. Milner, Max. 1992. Psikologi Sastra. Jakarta : Intermassa.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Otsu, Ichi. 2010. GOTH. Jakarta : PT Gramedia (Terjemahan).

Prandopo, Rahmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Subroto.1992. Teknik Pengumpulan Data. Jakarta : PT Gramedia.

Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Takhesi, Ishizawa. 2006. “Kedalaman Dunia Manga Jepang”.

Wellek, Austin Werren. 1997. Teori Kesusasteraan (Terjemahan Melanie Budianto). Jakarta : PT Gramedia.


(6)

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sstra Indonesia. Jakarta : PT Rineka

Cipta.


Dokumen yang terkait

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “Her Sunny Side” Karya Osamu Koshigaya Osamu Koshigaya No Sakuhin No “Her Sunny Side” To Iu Shousetsu No Shujinkou No Shinriteki No Bunseki

5 124 71

Hirofumi Sawada No Sakuhin No “Shanaou Yoshitsune” To Iu Manga Ni Okeru Heian Jidai Matsu No Rekishitekina Bunseki

2 36 105

Higuchi Tachibana No Sakuhin No “M To N No Shouzou”To Iu Manga Ni Okeru Shujinkouno Shinrigakutekina Bunseki

2 47 67

Matsumoto Setsuko No Sakuhin No “Bijinesu Nihongo Drills” To Iu Hon Ni Okeru Aisatsu No Imiron Teki No Bunseki

5 80 102

Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki

1 47 65

Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Komik “Gals!” Karya Mihona Fuji = Mihona Fuji No Sakuhin No “Gals!” To Iu Manga Ni Okeru Gyaru No Shujinkou No Shakaigakuteki No Bunseki Ni Tsuite

0 59 62

Analisis Peran Tokoh Ninja Dalam Komik Naruto Karya, Masashi Kishimoto Masashi Kishimoto No Sakuhin No “Naruto No Manga” Ni Okeru Ninja No Shujinkou No Yakusha No Bunseki Ni Tsuite

3 59 89

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 6 70

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Otsu Ichi No “Goth” To Iu Manga Ni Okeru Shujinkou No Shinriteki Na Bunseki

0 0 11