Analisa Kuat Tekan Batako Dengan Campuran Serbuk Kaca dan Silica Fume

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batako
2.1.1 Pengertian Batako
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif
pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan
air. Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non
struktural. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan
saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Persyaratan batako menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia tahun 1982 (PUBI-1982) pasal 6 antara lain adalah berumur minimal satu
bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ±400 mm,
lebar ±200 mm, tebal ±100-200 mm, kadar air 25-35% dari berat, dan memiliki kuat
tekan antara 2-7 N/mm2. Berdasarkan persyaratan fisik batako standar dalam PUBI1982 memberikan batasan standar bahwa untuk batako dengan nilai kuat tekan 2-3,5
MPa dapat dipakai pada konstruksi yang tidak memikul beban. Untuk kuat tekan 2
MPa dapat dipasang pada tempat yang terlindung dari cuaca luar dan diberi lapisan
pelindung.
Menurut PUBI-1982 pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan
mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989,
“Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari

bahan utama semen portland, air dan agregat yang dipergunakan untuk pasangan
dinding” (Permatasari, 2015).

9
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Klasifikasi Batako
Ditinjau dari bahan pembuatannya, batako dapat dikelompokkan ke dalam 3
jenis, yaitu:
a. Batako semen/batako press
Batako press dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang
dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang menggunakan mesin.
Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya
memiliki panjang 36 – 40 cm dan tinggi 18 – 20 cm.

Gambar 2.1 Contoh Batako Semen/Batako Press
(https://image1ws.indotrading.com/s3/productimages/co36357/p358095/4e59be5033b3-4028-8925-06f0c77a583aw.jpg)
b. Batako putih (tras)
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan yang

berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada

10
Universitas Sumatera Utara

juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25 – 3 cm, tebal 8 –
10 cm, dan tinggi 14 – 18 cm.

Gambar 2.2 Contoh Batako Putih
(https://mesincetakanbatako.files.wordpress.com/2015/10/bata-ringan.jpg)
c. Bata ringan
Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan
lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis sebesar
1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya,
meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi.
Mutu batako sangat

dipengaruhi

oleh komposisi


dari

penyusun-

penyusunnya, disamping itu dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui
proses manual (cetak tangan) dan pres mesin. Perbedaan dari proses pembuatan ini
dapat dilihat dari kepadatan permukaannya. Batako terdiri dari berbagai bentuk dan
ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang digunakan
untuk dinding beton. Batako dapat digolongkan menjadi dua kelompok:

11
Universitas Sumatera Utara

Batako Padat

Batako Berlubang

Gambar 2.3 Contoh Batako Padat dan Berlubang (Rahman, 2016)
Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari

batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako
berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu
bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih
kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping
itu keunggulan lain batako berlubang adalah tahan terhadap panas dan suara. Batako
secara umum dibagi menjadi 6 tipe, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar 2.4 Tipe-tipe Batako (Rahman, 2016)
Keterangan:
a. Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar.
b. Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai
penutup pada sudut-sudut dan pertemuan.

12
Universitas Sumatera Utara

c. Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding pengisi
dengan tebal 10 cm.
d. Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai

penutup pada dinding pengisi.
e. Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk
dinding pengisi dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan.
f. Panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk
dinding pengisi (Rahman, 2016).
Agar didapat mutu batako yang berkualitas, banyak faktor yang
mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kualitas batako tergantung pada faktor
air semen, umur batako, kepadatan batako, bentuk tekstur batuan, ukuran agregat,
kekuatan agregat, dan lain-lain.

Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako.
Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:
a. Penggunaan batako sebagai bahan pasangan dinding lebih sedikit untuk pekerjaan
pasangan dinding per m2 nya dibandingkan dengan penggunaan bata merah.
b. Proses pembuatannya mudah, dan dapat dicetak dengan ukuran yang sama.
c. Ukuran batako yang besar, membuat waktu dan biaya pemasangannya lebih
sedikit.
d. Jika pekerjaan pemasangannya rapi, diding batako tidak perlu dipelaster.
e. Batako yang berlubang dapat dijadikan isolasi udaa.
f. Batako lebih mudah untuk dipototong, apabila sambungan tertentu butuh

potongan.
g. Batako sebelum dipakai tidak perlu direndam air.

13
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut:
a. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama (3 minggu),
maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya.
b. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga
menambah biaya pembuatan.
c. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama
mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah (Rahman,
2016).

2.2 Bahan Pembentuk Batako
Bahan dasar untuk membentuk batako pada penelitian ini terdiri dari semen,
pasir, serbuk kaca, air, silica fume dan foaming agent. Sedangkan untuk batako
normal hanya menggunakan semen, pasir dan air saja.


2.2.1 Semen Portland
Berdasarkan SNI 15-2049-2004 tentang Semen portland didefinisikan
sebagai semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen
portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Semen portland diusulkan oleh Joseph Aspidin pada tahun 1824 karena
campuran air, pasir, dan batu – batuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk
ini pertama kali diolah di Pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen
portland pertama kali diproduksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay

14
Universitas Sumatera Utara

Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1875. Sejak saat itu, semen portland
berkembang dan terus dibuat sesuai dengan kebutuhan (Mulyono, 2005).
Semen tipe I biasa digunakan untuk pembuatan beton bagi konstruksi yang
tidak dipengaruhi sifat-sifat lingkungan yang mengandung bahan sulfat, perbedaan
temperatur yang ekstrim. Pemakaian tipe ini umumnya bagi konstruksi beton pada
bangunan:

1) Jalan;
2) Bangunan beton bertulang;
3) Jembatan-jembatan;
4) Tangki, waduk, pipa-pipa, batako (Rahman, 2016).
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara
penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13). Semen harus terbebas dari
bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang
tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain.
Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang lainnya.
Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang
terpakai lebih dahulu.
Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton
dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila
semen telah disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut
memenuhi syarat sebelum dipakai.
Untuk

menghindari


pecahnya

kantong

semen,

tinggi

maksimum

penimbunan zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang

15
Universitas Sumatera Utara

dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen
sekitar 30 cm (Mulyono, 2005).

2.2.2 Pasir
Pasir adalah bahan butiran batuan halus yang berukuran 0,14 – 5 mm,

didapat dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand) atau dengan memecah
(artificial sand). Pasir diperoleh biasanya dari penggalian di dasar sungai, pasir
cocok digunakan untuk pembuatan bata konstruksi. Pasir terbentuk ketika batu-batu
dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga
digali dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan
kulit kerang disisihkan.
Jenis pasir dapat dibedakan berdasarkan asal dan sifat pasir, antara lain:
a. Pasir gunungan, pasir ini ditemukan di daerah-daerah yang terletak agak tinggi,
banyak mengandung kerikil.
b. Pasir sungai, jenis pasir ini yang mempunyai butiran yang tak merata. Pasir ini
sangat baik untuk membuat mortar (adukan) karena unsur-unsur pengikatnya
dapat mencekal dengan baik pada permukaan kasar butiran tersebut.
c. Pasir laut, jenis pasir ini banyak mengandung kapur karena sisa-sisa kulit kerang.
d. Pasir gunungan tepi pantai, pasir ini juga sama dengan pasir laut banyak
mengandung kapur. Pasir gunungan tepi pantai adalah pasir yang terbawa angin.
Pembulatan butir-butir disebabkan oleh arus laut dan terpaan ombak.
e. Pasir perak, pasir ini banyak menamakkan kilapan. Ini banyak digunakan sebagai
penghias pada dinding dan langit-langit.

16

Universitas Sumatera Utara

f. Pasir lembek, jenis pasir ini merupakan pasir halus dengan butiran bulat, yang
sedikit mengandung tanah liat namun banyak mengandung lumpur, dan
mengandung air.
g. Pasir timah, Pasir ini merupakan pasir yang dihanyutkan oleh air hujan dan sisasisa humus berwarna abu-abu timah.
Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka agregat halus
harus diperiksa di lapangan. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan
agregat halus di lapangan adalah:
1) Agregat halus terdiri dari butir – butir tajam dan keras. Butir agregat halus harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca.
2) Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak, hal
tersebut dapat diamati dari warna agregat halus.
4) Agregat yang berasal dari laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk
semua adukan spesi dan beton (Permatasari, 2015).

2.2.3 Air
Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran
batako. Air yang mengandung senyawa – senyawa berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunan kualitas beton, bahkan dapat merubah sifat – sifat beton yang dihasilkan
(Mulyono, 2005).
Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen
dalam campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability)
17
Universitas Sumatera Utara

campuran adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air campuran yang dipakai.
Untuk suatu perbandingan campuran batako tertentu diperlukan jumlah air yang
tertentu pula.
Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen
untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40 % berat semen
maka reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna. Apabila kondisi seperti ini
dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan pembuatan batako,
maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas kondisi adukan lengas tanah,
karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal. Disini tidak
dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran
penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau
disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan (Rahman, 2016).

2.2.4 Serbuk Kaca
Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang merupakan gabungan
dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai
penyusun lainnya (Rahman, 2016).
a. Penggunaan kaca dalam bidang konstruksi
Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan
kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika, kaca merupakan zat cair yang
sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang
saling berjauhan seperti dalam zat cair, namun kaca sendiri berwujud padat. Ini
terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel18
Universitas Sumatera Utara

partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur. Kaca merupakan hasil
penguraian senyawa-senyawa organik yang mana telah mengalami pendinginan
tanpa kristalisasi. Unsur pokok dari kaca adalah silika. Kaca memiliki sifat-sifat yang
khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Sifat sifat kaca ini terutama
dipengaruhi oleh keunikan silica (SiO2) dan proses pembentukannya.

b. Kandungan dalam Kaca
Ada beberapa kandungan kaca berdasarkan jenis-jenis kaca, yaitu: clear
glass, amber glass, green glass, pyrex glass, dan fused silica. Kandungan di dalam
jenis-jenis kaca tersebut akan dijelaskan pada Tabel 2.1 seperti berikut ini:
Tabel 2.1 Kandungan Kaca dalam Persen (Permatasari, 2015)
Jenis Kaca

Clear Glass

Amber
Glass

Green
Glass

SiO2

73,2 – 73,5

71,0 – 72,4

71,27

Al2O3

1,7 – 1,9

1,7 – 1,8

2,22

Na2O+K2O

13,6 – 14,1

13,8 – 14,4

13,06

CaO+MgO

10,7 – 10,8

11,6

12,17

SO3

0,2 – 0,24

0,12 – 0,14

0,052

Fe2O3

0,04 – 0,05

0,3

0,599

0,01

0,43

Cr2O3

-

81

Fused
Silica
99,87

2

-

4

-

-

-

-

-

3,72

-

12,0 – 13,0

-

Pyrex Glass

Kandungan kimia di dalam bubuk kaca seperti Tabel 2.2:
Tabel 2.2 Kandungan Serbuk Kaca (Nursyamsi, 2016)
Unsur Serbuk Kaca
SiO2
97,0080%
Al2O3
0,1273%
Fe2O3
0,0026%
CaO
0,1084%
19
Universitas Sumatera Utara

Handy Yohanes Karwur dkk dalam penelitiannya membahas tentang
penambahan serbuk kaca terhadap kuat tekan beton. Hasilnya adalah kadar optimum
untuk kuat tekan berada pada persentase 10% yaitu sebesar 31,07 Mpa lebih tinggi
18,45% dari beton normal (Karwur, 2013).
Hendra Purnomo dan Endang Setyawati Hisyam dalam penelitiannya
membahas tentang pemanfaatan serbuk kaca pada campuran beton. Hasilnya adalah
kadar optimum untuk kuat tekan berada pada persentase 10% yaitu sebesar 21,41
MPa dan untuk kuat tarik sebesar 2,78 MPa atau mengalami kenaikan sebesar 9,02%
dibandingkan dengan beton normal (Purnomo, 2014).
Kosim dan Arfan Hasan (2014) dalam penelitiannya membahas tentang
pemanfaatan serbuk kaca pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum
untuk kuat tekan berada pada persentase 25% yaitu sebesar 318,52 Kg/cm 2 atau
mengalami kenaikan sebesar 12% dibandingkan dengan beton normal (Kosim,
2014).
Nursyamsi dkk dalam penelitiannya membahas tentang pemanfaatan serbuk
kaca pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum untuk kuat tekan berada
pada persentase 20% yaitu sebesar 75,022 Kg/cm2 (Nursyamsi, 2016).
Pada penelitian ini, bahan kaca yang dipakai untuk batako adalah serbuk
kaca dari berbagai jenis botol minuman bekas yang berwarna bening.

2.2.5 Foaming Agent
Admixture adalah bahan/material selain air, semen dan agregat yang ditambahkan ke
dalam beton atau mortar sebelum atau selama pengadukan. Admixture digunakan
untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton. Secara umum ada dua jenis bahan

20
Universitas Sumatera Utara

tambah yaitu bahan tambah yang berupa mineral (additive) dan bahan tambah
kimiawi (chemical admixture).
Bahan tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat
pengecoran. Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan.
Bahan tambah admixture biasanya dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton
pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan kinerja beton pada saat pelaksanaan.
Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan
dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya.
Admixture atau bahan tambah untuk beton digunakan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau menambah sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya
hanya sebagai bahan penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat
membuat beton yang buruk menjadi baik.
Ada beberapa pertimbangan di dalam pemakaian admixture pada beton, yaitu:
1. Jangan menggunakan admixture bila tidak tahu tujuannya
2. Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik
3. Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton
4. Pengawasan terhadap bahan ini sangat penting, termasuk pengawasan atas
pengaruhnya pada beton (Riyadi, 2005).
Salah satu konsep dari bata ringan adalah mengurangi kepadatan yang
terdapat dalam suatu sampel didalam volume yang sama, artinya berat benda tersebut
menjadi berkurang akibat kepadatannya berkurang akan tetapi volume benda tersebut
tetap sama. Penelitian ini menggunakan zat kimia berupa foaming agent dengan
merek dagang MEYCO FIX SLF 20 yang diproduksi oeh PT. BASF The Chemical
Company. Perusahaan ini bergerak dibidang chemical, zat ini memiliki fungsi
sebagai pengisi rongga dalam campuran pengecoran sehingga bobot bahan
21
Universitas Sumatera Utara

pengecoran yang telah dicampurkan dan ditambah foaming agent menjadi lebih
ringan. Komponen utama penyusun dari zat ini adalah Alcohol dan Sulfuric Ester.
Zat tersebut sangat baik untuk digunakan dalam pembuatan beton ringan ataupun
bata ringan. Perbandingan pemakaian airnya 1:20 s/d 1:39 (Rahman, 2016).

2.2.6 Silica Fume
Silica fume bisa dipakai sebagai pengganti sebagian semen, untuk tujuan
pengurangan kadar semen, meskipun tidak ekonomis. Kedua, sebagai tambahan
untuk memperbaiki sifat beton, baik beton segar maupu keras. Untuk beton normal
dengan kadar semen diatas 250 kg/m3, kebutuhan air bertambah dengan
ditambahkannya silica fume. Campuran lebih kohesif. Pada slump yang sama, lebih
banyak energi

yang dibutuhkan untuk menghasilkan aliran tertentu. Ini

mengindikasikan stabilitas yang lebih baik dari beton cair. Pendarahan (bleeding)
sangat berkurang sehingga perlu perawatan dini untuk mencegah retak susut plastis,
khususnya pada cuaca panas dan berangin. Silica fume umumnya dipakai bersama
plastisizer (Nugraha, 2004).
Faseyemi

Victor

Ajileye

dalam

penelitiannya

membahas

tentang

pemanfaatan silica fume pada campuran beton. Hasilnya adalah kadar optimum
untuk kuat tekan berada pada persentase 10% yaitu sebesar 48,75 Mpa atau
mengalami kenaikan sebesar 20,22% dibandingkan dengan beton normal (Ajileye,
2012).

2.3 Pengujian Benda Uji
Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian benda uji yaitu sebagai berikut:
2.3.1 Pemeriksaan Ukuran dan Tampak Luar
22
Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan ukuran dilakukan untuk melihat dan mengamati bentuk batako
sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, karena apabila belum sesuai dapat
menpengaruhi nilai kekuatan pada bangunan. Sedangkan pemeriksaan tampak luar
dilakukan agar tidak mengurangi nilai jual. Apabila batako tampak dari segi fisik
sudah bagus, maka nilai jualnya akan baik. Sebaliknya, apabila secara fisik sudah
tampak tidak kuat maka batako tersebut tidak akan laku dipasaran.
Tabel 2.3 Persyaratan Ukuran dan Toleransi (PUBI hal. 28 dalam Permatasari,
2015).
Ukuran nominal ± toleransi (mm)
Jenis batako
Panjang

Lebar

Tebal

Besar

400 ± 3

200 ± 3

100 ± 2

Sedang

300 ± 3

150 ± 3

100 ± 2

Kecil

200 ± 3

100 ± 2

80 ± 2

Keterangan : Ukuran nominal = ukuran bata ditambah 10 mm tebal siar.

2.3.2 Pengujian Berat Isi
Pengujian berat isi dilakukan untuk mengetahui berat isi atau berat volume
adalah pengukuran berat setiap satuan volume benda. Semakin tinggi berat suatu
benda maka semakin berat pula berat setiap volumenya. Semakin besar berat volume
suatu benda, maka semakin rendah porositasnya (Rahman, 2016). Untuk menghitung
besarnya volume dipergunakan persamaan berikut:
Berat Isi (BI) =

… (2.1)

Dimana:
BI = Berat Isi (Kg/m3)

23
Universitas Sumatera Utara

W = Berat Benda Uji (Kg)
V = Volume Benda Uji (m3)

2.3.3 Pengujian Absorpsi
Absorpsi atau daya serap air ialah persentase berat air yang mampu diserap
agregat di dalam air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat
disebut kadar air. Penyerapan air sangat dipengaruhi oleh pori atau rongga yang
terdapat pada benda uji. Semakin banyak pori yang terkandung dalam beton maka
akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang.
Rongga (pori) yang terdapat pada beton terjadi karena kurang tepatnya kualitas dan
komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat
menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian
menguap dan meninggalkan rongga. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata
beton (batako), persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 35%
Untuk pengukuran penyerapan air batako, mengacu pada standar SNI 030349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut:

Dimana:

�� =

… (2.2)

Wa = Water Absorption (%)
Mk = Massa benda kering (gr)
Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh (gr)

2.3.4 Pengujian Kuat Tekan Sampel

24
Universitas Sumatera Utara

Pengujian kuat tekan batako dan kubus kecil adalah pengujian pemberian
beban terhadap batako dan kubus kecil untuk mengetahui gaya tekan yang dapat
ditahan oleh sampel. Kuat tekan sampel adalah perbadingan besar beban maksimum
yang dapat ditahan oleh benda uji dibagi dengan luas penampang yang menerima
beban tersebut.
Kekuatan tekan merupakan salah satu tolak ukur batako. Pengertian kuat
tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI M–
14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton
adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Teori
teknologi beton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
kekuatan beton adalah faktor air semen (FAS), kepadatan, umur beton, jenis semen,
jumlah semen dan sifat agregat (Tjokrodimulyo, 1996 dalam Rahman, 2016).
Untuk pengukuran kuat tekan batako mengacu pada standar SNI 03-03491989 dan dihitung dengan persamaan berikut:

Dimana:

�=

P

= Kuat Tekan (Kg/cm2)

Fmaks

= Gaya Maksimum (Kg)

A

= Luas permukaan benda uji (cm2)

… (2.3)

25
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4 Syarat-Syarat Fisis Bata Beton (SNI 03-0349, 1989)
Tingkat Mutu Bata2)
No

Syarat Fisik

Satuan

Bata Pejal
I

1

Kuat tekan rata-rata minimum

II

Bata Berlubang

III IV

I

II

III IV

Kg/cm2 100 70 40 25 70 50 35 20

Kuat tekan bruto1) benda uji
2

Kg/cm2

90

65 35 21 65 45 30 17

%

25

35

minimum
Penyerapan air rata-rata
3

-

-

25 35

-

-

maksimum
Catatan:
1) Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah
dibagi dengan luas ukurannya dari permukaan bata yang tertekan, termasuk luas
lobang serta cekungan tepi
2) Tingkat Mutu:
Tingkat I

: Untuk dinding struktural tidak terlindungi.

Tingkat II : Untuk dinding struktural terlindungi (boleh ada beban).
Tingkat III : Untuk dinding non struktural tak terlindungi boleh terkena hujan dan
panas.
Tingkat IV : Untuk dinding non struktural terlindungi dari cuaca.

2.3.5 Pengujian Kuat Tarik Briquette

26
Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya, batako juga dapat menahan gaya tarik meskipun kekuatannya
terhadap tarik terlalu kecil dibandingkan kekuatan tekan. Untuk mengetahui batas
kekuatan tarik terhadap suatu campuran batako, maka perlu diadakan suatu pengujian
kuat tarik batako campuran mortar yang akan digunakan sebagai benda uji dan dicetak
dalam suatu cetakan dalam keadaan plastis (belum mengeras) dan untuk selanjutnya
benda uji ini disebut benda uji briquette. Briquette mortar juga merupakan campuran
yang mempunyai kekuatan untuk melawan tarikan dengan bentuknya yang menyerupai
angka delapan. Kekuatan ini juga bergantung pada mutu bahan yang dipakai serta
komposisi dari bahan tersebut (Permatasari, 2015).

Untuk pengukuran kuat tarik briquette mengacu pada standar ASTM C – 190 dan
dihitung dengan persamaan berikut:

σ=

... (2.4)

Dimana:
P = Kuat Tarik (kg)
σ = Gaya Maksimum (kg/cm2)
A = Luas permukaan benda uji (cm2)

27
Universitas Sumatera Utara