Pengaruh Implementasi Tax Amnesty dan Transformasi Ekonomi Pada Penerimaan Pajak Tahun 2016 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Merosotnya perekonomian Indonesia pada tahun 2015 mendorong

pandangan positif pemerintah untuk dapat mencapai perekonomian yang lebih
baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat
target APBN tahun 2016 sebesar Rp1.822,5 triliun, atau Rp25,6 triliun lebih
rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target
Pendapatan Negara tersebut bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar
Rp1.546,7 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp273,8 triliun.
Dengan ditentukannya target tersebut, sebenarnya tidak jauh dari upaya
pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Untuk dapat merealisasikan target tersebut, pemerintah memotori pajak sebagai
sumber dana yang paling kuat dalam menanggung penerimaan negara.
Di sisi lainnya, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia
terhadap implementasi tarif perpajakan yang dianggap tinggi serta dana yang
dianggap kurang transparan pengelolaannya membuat masyarakat enggan dalam

menjalankan kewajiban perpajakan tersebut. Karena kurangnya kesadaran diri,
para wajib pajak mencari berbagai cara untuk menghindari kewajibannya seperti
enggan membayar pajak yang terhutang bahkan menghindari diri dari pajak yang
diterapkan di negeri sendiri dan mengalihkannya ke negara lain yang membuat
modal dalam pembangunan negara yang seharusnya masuk dalam kas negara
mengalir ke negara lain dengan salah satu alasan bahwasannya pajak yang

1
Universitas Sumatera Utara

2

diterapkan di negara lain jauh lebih kecil bahkan nihil. Sehingga hal tersebut
sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat kaya di Indonesia suka
memarkirkan kekayaannya di negara lain demi terhindar dari kewajiban pajaknya.
Banyak kalangan yang selama ini menunggu dihadirkannya sebuah
program yang dapat memberikan kepastian dan jaminan hukum untuk
mengungkap kekeliruan akan sistem perpajakan yang berakibat menimbulkan
sanksi-sanksi bagi mereka yang terjadi akibat faktor kesengajaan maupun
ketidakpahaman sistem perpajakan yang berjalan. DPR RI merespon cepat dan

segera memperkenalkan sebuah program ke tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Dengan hangat, pemerintahan di bawah komando Presiden Joko Widodo
menyambut kebijakan yang diusulkan DPR RI yang dikenal sebagai
“Pengampunan Pajak” atau yang lebih mendunia dinamakan “Tax Amnesty.”
Tax Amnesty di Indonesia sebenarnya bukan kali pertama dilaksanakan,
program ini sudah ada sejak 20 tahun setelah kemerdekaan Indonesia atau lebih
tepatnya dimulai pada tahun 1964. Kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkait
pengampunan pajak ini bertujuan untuk mengembalikan dana revolusi, melalui
perangkat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres). Namun, sejarah tax
amnesty tahun 1964 ini tergolong gagal karena adanya Gerakan 30 September PKI
atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI. Sejarah juga mencatat, rendahnya
pemasukan dari dana hasil tax amnesty ini akibat dari banyaknya pungutanpungutan lainnya, yaitu diantaranya Gekerev dan SWI Dwikora. Hal ini berakibat
mengurangi daya bayar pajak para wajib pajak.
Setelah dijalankannya program Pengampunan Pajak di tahun 1964,
pemerintah Indonesia tidak menyerah untuk menghadirkan kembali program ini

Universitas Sumatera Utara

3


ke tengah-tengah masyarakat Indonesia. Di tahun 1984, Pemerintah Indonesia
melaksanakan program tax amnesty dengan tujuan bukan untuk mengembalikan
dana revolusi, melainkan untuk mengubah sistem perpajakan di Indonesia dari
official-assesment (besarnya jumlah pajak ditentukan oleh pemerintah) diubah ke
self-assesment (besarnya pajak ditentukan oleh wajib pajak sendiri). Tetapi
sayangnya, program ini kembali gagal karna sistem perpajakan di Indonesia pada
tahun itu belum terbangun.
30 tahun setelah program amnesti pajak kedua di Indonesia dijalankan,
pemerintah kembali memperkenalkan program ini kehadapan masyarakat.
Terhitung sejak 1 Juli 2016, pemerintah menjalankan kebijakan pengampunan
pajak yang bertujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta
transformasi ekonomi di Indonesia ke arah yang lebih baik melalui pengalihan
harta dan pembayaran uang tebusan dari masyarakat. Selain itu, tax amnesty
sendiri dianggap dapat menutup defisit anggaran serta meningkatkan basis pajak.
Adapun saat ini, pemerintah menginginkan repatriasi dengan harapan dana
tersebut bisa diinvestasikan sehingga menjadi pembiayaan pembangunan
infrastruktur. Dalam jangka panjang, pembangunan infrastruktur ini diharapkan
bisa menyerap tenaga kerja, diikuti dengan peningkatan daya beli, sehingga
terjadilah keadilan bagi masyarakat Indonesia.
Pada saat penyosialisasian, Ditjen Pajak memilih slogan “Ungkap, Tebus,

Lega,” sehingga para wajib pajak lebih mudah memahaminya. Slogan tersebut
diambil dari definisi pengampunan pajak dalam undang-undang, yaitu
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikneai sanksi administrasi
dan sanksi pidana perpajakan dengan cara mengungkapkan harta dan membayar

Universitas Sumatera Utara

4

uang tebusan. “Ungkap” bermakna agar wajib pajak melaporkan dan
mengungkapkan seluruh harta yang belum atau disembunyikan selama ini sampai
dengan akhir tahun pajak. “Tebus” diartikan sebagai pembayaran sejumlah uang
berdasarkan penghitungan pengampunan ke kas negara untuk mendapat
pengampunan pajak. “Lega” dimaknai agar wajib pajak tidak perlu takut lagi
karena semua kewajiban pajaknya dianggap sudah sah.
Tax amnesty tidak sulit dan tidak dimaksudkan untuk mempersulit apalagi
untuk menakut-nakuti. Tax amnesty itu justru sarana untuk menyelesaikan
kewajiban masa lalu yang tidak benar (Darussalam, Pengamat Perpajakan –
Darussalam Tax Center: 2016).
Pada tanggal 29 Agustus 2016 dikeluarkan peraturan baru Tax Amnesty

yaitu PER-11/PJ/2016 oleh Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan terbaru tax
amnesty ini menjelaskan siapa saja yang menjadi subjek pajak tax amnesty,
bagaimana jika tidak mengikuti program tax amnesty, dan hal lainnya yang
dianggap perlu untuk dijelaskan. Target penerimaan pajak dari program tax
amnesty sendiri sebesar Rp165 Triliun yang dapat membantu pemerintah dalam
mencapai misi untuk membuat transformasi ekonomi yang jauh lebih baik dan
membantu APBN negara pada masa-masa mendatang tetap stabil.
Kebijakan pengampunan pajak di Indonesia pada tahun 2016 ini diyakini
sebagai salah satu program terbaik dalam sejarah dunia terkait fiskal. Hal tersebut
terlihat dari tingginya antusiasme peserta, jumlah tebusan, dan total deklarasi
repatriasi. Program tax amnesty kali ini yang tertinggi dalam aspek apapun.
Kebijakan tax amnesty pada masa ini bisa dirasakan oleh masyarakat melalui
pembiayaan pembangunan yang tertuang pada APBN serta terlihat dari nilai mata

Universitas Sumatera Utara

5

uang yang menguat. Tak hanya itu, dampak positif lainnya yaitu indeks harga
saham gabungan yang terus membaik.

Walaupun program ini dianggap terbaik dalam sejarah, target yang
ditetapkan tidak tercapai yaitu hanya mencapai Rp105 Triliun per 1 Maret 2017
atau baru menutupi 63,63 persen dari target yang diminta Presiden Joko Widodo.
Hal itu disebabkan karena masih rendahnya realisasi yang dilakukan para wajib
pajak.
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penuis tertarik
untuk mengambil judul “IMPLEMENTASI TAX AMNESTY DALAM
TRANSFORMASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2016 DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR.”

Universitas Sumatera Utara

6

1.2

Tujuan dan manfaat
A. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut.
a) Menjelaskan bagaimana penerapan tax amnesty pada peningkatan dan

transformasi penerimaan pajak tahun 2016 di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur.
b) Mengetahui kendala-kendala yang timbul dalam penerapan program tax
amnesty tahun 2016 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

B. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut.
I.

Bagi mahasiswa:

a) diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menjadi sumber
pemahaman serta wawasan mengenai tax amnesty dan juga perubahan
ekonomi yang disebabkannya karena masih sedikitnya referensi mengenai
pembahasan ini.
b) diharapkan dapat menerapkan hasil dari pemaparan-pemaparan yang
tersedia dalam kehidupan berpajak yang baik.
c) Untuk menguji dan memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai tax
amnesty agar dapat mengaplikasikan langsung ke dalam kehidupan

bermasyarakat

Universitas Sumatera Utara

7

II.

Bagi Kantor Pajak Pratama Medan Timur

a) dapat menjadi referensi dan masukan dalam menerapkan tax amnesty agar
lebih efisien dan tepat sasaran.
b) Dapat memberikan informasi untuk meningkatkan serta menambah
efektifitas dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.
c) Sebagai sarana mempererat hubungan positif dengan Program Studi
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
d) Dapat memperoleh perbandingan yang nyata antara pendidikan yang
diperoleh dengan kenyataan di kantor pajak.
e) Menumbuhkan rasa percaya diri, tanggung jawab, serta disiplin terhadap
segala pekerjaan yang ditugaskan.


III.

Bagi Program Studi DIII Administrasi Perpajakan FISIP USU

a) Untuk mempromosikan dan membuka interaksi antar sumber daya
manusia akademik Administrasi Perpajakan dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah diterima selama mengenyam pendidikan
b) Untuk mempererat dan menjalin kerjasama yang baik antara pihak
Program Studi Administrasi Perpajakan dengan pihak Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur dalam menerapkan ilmu para akademisi
mengenai perpajakan terlebih dalam bidang tax amnesty.
c) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kurikulum untuk
mencapai standar mutu pendidikan di kalangan mahasiswa Prodi
Administrasi

Perpajakan

FISIP


USU.

Universitas Sumatera Utara

8

1.3

Uraian teoritis
A. Definisi dan Fungsi Pajak
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa

timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum
(Djajadiningrat, dalam Siahaan:2010).
Sedangkan pajak memiliki 2 fungsi, yaitu:
1. Fungsi Budgetair, yaitu pajak memberikan sumbangan terbesar dalam
penerimaan negara, kurang lebih 60-70 persen penerimaan pajak
memenuhi postur APBN.
2. Fungsi Regulerend, yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur
masyarakat atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi.

B. Definisi Tax Amnesty dan Transformasi Ekonomi
Pengertian tax amnesty atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan,

Universitas Sumatera Utara

9

dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak.
Pengertian uang tebusan tertera pada pasal 1 angka 7 UU No. 11 Tahun
2016 yang menyebutkan bahwa uang tebusan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan pengampunan pajak. Cara
penghitungan uang tebusan diatur dalam pasal 5 UU No. 11 Tahun 2016, yaitu
dengan cara mengalikan tarif uang tebusan dengan dasar pengenaan uang tebusan.
Objek Tax Amnesty adalah harta yang dimiliki oleh subjek tax amnesty,
artinya yang menjadi sasaran dari pembayaran uang tebusan adalah atas harta baik
itu yang berada di dalam negeri maupun diluar negeri. Subjek Tax Amnesty adalah
wajib pajak yang mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan, yang secara lengkap adalah wajib pajak orang pribadi, wajib pajak
badan, wajib pajak yang bergerak di bidang UMKM, serta orang pribadi atau
badan yang belum menjadi wajib pajak. Jika WP belum mempunyai NPWP dan
berkeinginan untuk mengikuti program tax amnesty, WP harus mendaftarkan diri
terlebih dahulu untuk memperoleh NPWP di kantor pajak di daerah dimana WP
tersebut tinggal.
Transformasi ekonomi adalah proses perubahan struktur ekonomi, ditandai
dengan pergeseran dari satu sektor ekonomi kepada sektor ekonomi lainnya yang
dapat mempengaruhi perubahan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Tax amnesty jelas
memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian Negara karena jika kebijakan tax
amnesty diterapkan maka tidak dimungkinkan lagi dana warga negara Indonesia
yang diinvestasikan di luar negeri akan kembali masuk ke dalam negeri dengan

Universitas Sumatera Utara

10

kata lain jumlah kekayaan negara akan meningkat dan negara Indonesia dapat
merasakan pembayaran pajak dengan baik dengan itu presentase peningkatan
perekonomian negara akan terlihat lebih baik dibandingkan sebelumnya.

C. Sejarah Tax Amnesty di Indonesia
1. Tax Amnesty tahun 1964
Tax Amnesty diperkenalkan ke masyarakat Indonesia dimulai pada tahun
1964 atau 20 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, lebih tepatnya pada era
Soekarno. Kebijakan pengampunan pajak pada era ini bertujuan untuk
mengembalikan dana revolusi melalui perangkat Keputusan Presiden Republik
Indonesia (Keppres). Tax Amnesty pada era ini berakhir pada 17 Agustus 1965,
namun jumlah dana yang diterima sampai Juli 1965 hanya sebesar Rp12 Milyar
atau sama besarnya dengan jumlah penerimaan dana SWI (Sumbangan Wajib
Pajak) Dwikora.
Hal tersebut dianggap aneh karna besaran dana yang diterima dari
pengampunan pajak seharunya lebih besar daripada pungutan SWI Dwikora. Hal
tersebut disebabkan karena banyaknya pungutan-pungutan lainnya, yaitu antara
Gekerev dan SWI Dwikora yang mengakibatkan kurangnya daya bayar pajak para
wajib pajak.
Lalu pemerintah memperpanjang masa tax amnesty yang awalnya dalam
Perpres No. 5 Tahun 1964 batas waktunya adalah sampai 17 Agustus 1965 diubah
sampai 10 November 1965. Keputusan tersebut dianggap perlu untuk memberikan
kelonggaran waktu kepada para pengusaha yang belum sepenuhnya memenuhi
Perpres No. 5 tahun 1964.

Universitas Sumatera Utara

11

Namun ternyata, program ini diperpanjang lagi sampai 30 November 1965 yang
bertujuan memberikan kesempatan lagi kepada para wp yang masih melakukan
kesalahan, utamanya dalam melakukan penghitungan harta kekayaan. Namun,
sejarah tax amnesty pada tahun 1964 ini tergolong gagal karena adanya
G30S/PKI.
2. Tax Amnesty tahun 1984
Pada tahun 1984 atau pada era Soeharto, tax amnesty kembali
diberlakukan. Namun sejarah pengampunan pajak pada era ini bukan bertujuan
untuk mengembalikan dana revolusi, melainkan untuk mengubah sistem
perpajakan di Indonesia dari official assesment system atau besarnya jumlah pajak
ditentukan oleh pemerintah diubah menjadi self assesment system atau besarnya
pajak ditentukan oleh wajib pajak sendiri. Namun, sejarah tax amnesty Indonesia
tahun 1984 ini mengalami kegagalan dikarenakan memang sistem perpajakan
belum terbangun dengan baik.

D. Dasar Hukum Tax Amnesty
Yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan program tax amnesty
adalah:
1. Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
2. Peraturan
Pelaksanaan

Menteri

Keuangan

Undang-Undang

Nomor
Nomor

118/PMK03/2016
11

Tahun

2016

tentang
tentang

Pengampunan Pajak
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara
Pengalihan Harta Wajib Pajak ke Dalam Wiayah Negara Kesatuan

Universitas Sumatera Utara

12

Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar
Keuangan dalam rangka Pengampunan Pajak
4. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih
Lanjut mengenai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pengampunan Pajak.

1.4

Ruang lingkup
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis melakukan pembatasan

masalah

hanya pada bagaimana pengaruh diterapkannya tax amnesty serta

transformasi ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan pengampunan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

1.5

Metode tugas akhir
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai,

maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut.
A. Tahap Persiapan
Penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari menentukan judul serta
menyusun proposal, lalu melakukan konsultasi dengan pihak-pihak yang
bersangkutan dengan pelaksanaan tugas akhir ini. Sebelumnya, penulis
telah memikirkan dengan matang tema dalam menyusun tugas akhir ini
yang sesuai dengan tempat dimana penulis telah melakukan kegiatan PKL.
B. Studi Literatur
Penulis melakukan riset berupa mencari data dan informasi mengenai
tugas akhir ini dengan membaca teori-teori, menelah buku-buku literatur,

Universitas Sumatera Utara

13

undang-undang perpajakan, internet, maupun melalui media lainnya yang
berhubungan dengan laporan tugas akhir ini.
C. Observasi Lapangan
Penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur untuk melakukan pengamatan langsung terhadap data yang
didapatkan di KPP Pratama Medan Timur.
D. Pengumpulan Data
Adapun data-data yang penulis kumpulkan untuk digunakan dalam
membuat laporan tugas akhir berikut ada 2 jenis, yaitu:
1. Data Primer
Yaitu mengumpulkan data melalui wawancara kepada pihak KPP
Medan Timur dan juga mengambil data langsung yang telah tersedia di
KPP tersebut.
2. Data Sekunder
Yaitu mengumpulkan data dengan mengambil dari buku-buku, jurnaljurnal, peraturan-peraturan serta laporan melalui internet dan yang
tersedia di perpustakaan.
E. Analisis Data dan Evaluasi
Penulis melakukan analisis serta mengevaluasi data-data yang telah
diperoleh mengenai Tax Amnesty dan Transformasi Ekonomi dalam
menyusun laporan tugas akhir ini.

Universitas Sumatera Utara

14

1.6

Metode pengumpulan data
Dalam

menyusun

laporan

tugas akhir ini, ada tiga metode yang

dilakukan untuk mengumpulkan data-data, yaitu sebagai berikut.

A. Metode Wawancara (interview)
Yaitu melakukan wawancara langsung kepada pegawai di bidang
Pengelolaan Data Informasi di KPP Pratama Medan Timur yang dianggap
mampu memberikan data dan

informasi yang diperlukan dalam

menyusun laporan tugas akhir.
B. Metode Pengamatan (observation)
Yaitu melakukan peninjauan langsung ke KPP Pratama Medan Timur
yang diperlukan guna menunjang informasi yang lebih akurat.
C. Metode Dokumentasi (documentation)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen dan arsip-arsip penting
mengenai Tax Amnesty yang terdapat pada KPP Pratama Medan Timur
yang diperoleh guna melengkapi penyusunan laporan tugas akhir ini.

1.7

Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan tugas akhir ini yaitu sebagai berikut.
BAB I:

PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang yang
menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan proposal dalam
pemilihan judul. Bab ini terdiri dari latar belakang tugas akhir,

Universitas Sumatera Utara

15

tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup laporan tugas
akhir, metode tugas akhir, metode pengumpulan data, serta
sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II:

GAMBARAN UMUM
Pada bab ini penulis menggambarkan gambaran umum tentang
KPP Pratama Medan Timur yang berisi tentang sejarah
singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ,
struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
gambaran pegawai KPP Pratama Medan Timur.

BAB III: GAMBARAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menjabarkan data-data yang berkaitan
dengan peraturan-peraturan Tax Amnesty di Indonesia.

BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang analisis dan
evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul
laporan tugas akhir yaitu data mengenai tax amnesty serta
transformasi

penerimaan

pajak

tahun

2016

dengan

membandingkan penerapan teori yang ada dan yang diperoleh
di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

16

BAB V:

PENUTUP
Pada bab ini penulis menarik kesimpulan pada bab-bab
sebelumnya dan penulis juga memberikan saran pada pihakpihak yang terkait dalam proposal tugas akhir berikut.

Universitas Sumatera Utara