Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hipertensi Primer Pada Pasien Rawat Jalan Di Poli Dalam Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Hipertensi
Istilah hipertensi berasal dari bahasa Inggris “hypertension”. Kata
“hypertension” Sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “hyper” dan “tension”.
“hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti tegangan atau tekanan.
Akhirnya hypertension menjadi istilah kedokteran yang cukup popular untuk
menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu, dalam bahasa Inggris digunakan
juga istilah “high blood pressure” yang berarti tekanan darah tinggi (Erlangga,
2007).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) (Dalimartha, dkk, 2008).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg dimana tanpa ada gejala, dan terjadinya peningkatan darah
didalam arteri yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Mansjoer, 2000).
Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi dimana
penyebabnya tidak diketahui terjadi pada ± 90-95% kasus hipertensi (Beevers, 2001).


Universitas Sumatera Utara

Hipertensi essensial didiagnosis jika semua penyebab hipertensi yang lain telah dapat
disingkirkan (Blumenfeld dan Laragh, 2008).
Hipertensi primer atau hipertensi essensial merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya (Anggraini dkk, 2009). Pada beberapa pasien hipertensi
primer terdapat kecenderungan herediter yang kuat (Guyton and Hall, 2008).
Perjalanan penyakit hipertensi primer sangat perlahan. Penderita hipertensi
primer biasanya tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya non spesifik seperti
sakit kepala.
Patogenesis terjadinya hipertensi primer sangat kompleks dengan interaksi
dari berbagai variabel. Kemungkinan terdapat predisposisi genetik (Brown, 2007).
Pada hipertensi primer yang baru mulai biasanya curah jantung normal atau sedikit
meningkat dan resistensi perifer normal. Pada tahap lanjut hipertensi primer, curah
jantung menurun dan resistensi perifer meningkat (Gray et al., 2002).
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang kompleks karena
merupakan penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara
faktor-faktor risiko tertentu antara lain diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas,

sistem saraf simpatis, keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin
dan aldosteron (Kaplan, 2002; Oparil et al, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Hipertensi essensial cenderung terjadi pada kelompok keluarga dan muncul
sebagai sekumpulan penyakit atau sindrom yang berbasis genetik dengan beberapa
abnormalitas biokimia yang diturunkan. Fenotif yang dihasilkan dapat dimodulasi
oleh berbagai macam faktor lingkungan yang kemudian memengaruhi derajat
kenaikan tekanan darah dan waktu onset hipertensi (Oparil et al, 2003).
Peranan faktor genetik disini biasanya dijembatani suatu fenotip (intermediate
phenotype) berupa sensitivitas terhadap garam (salt sensitivity). Dengan demikian
individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi, asupan tinggi natrium akan
menyebabkan retensi natrium dan air yang selanjutnya akan meningkatkan tekanan
darah (Melander et al, 2001; Oparil et al, 2003).
Diagnosis hipertensi essensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium maupum pemeriksaan penunjang lainnya. Pada
70-80% kasus hipertensi essensial didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga,
walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi essensial. Apabila

riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orangtua, maka dugaan hipertensi essensial
lebih besar. Mengenai usia penderita hipertensi essensial mayoritas timbul pada usia
25-45 tahun, dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan darah di bawah usia 20 tahun
dan diatas usia 50 tahun. Bila telah diketahui adanya riwayat hipertensi sebelumnya,
perlu informasi tentang pengobatan, efektifitas dan efek samping obat (Sidabutar,
1990).

Universitas Sumatera Utara

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organorgan vital seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah
didiagnosis menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat
diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat
sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada
kriteria diagnosis Joint National Committee (JNC) VII (2003), yaitu hasil pengukuran
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Kriteria
JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur

≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur
≥18
tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk umur
≥15
tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII
2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi (Kemenkes,
2013).
World Health Organization (WHO) membuat batas normal tekanan darah
adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg.
Sedangkan menurut Joint National Committee (JNC) VII (2003) tekanan darah pada

Universitas Sumatera Utara

orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi
stadium I apabila tekanan sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99
mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya
lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg, hipertensi stadium III
apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari

116 mmHg (Sustrani, 2006).
Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung ataupun
stroke yang berakibat pada kelumpuhan, untuk itulah, pengawasan dan pengendalian
hipertensi secara teratur merupakan tindakan efektif untuk mencegah penyakit
jantung (Purwati,dkk, 2005).

2.2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer.
Hipertensi primer adalah penyakit hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, atau disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat 95% kasus. Penyebab
terjadinya tekanan darah tinggi primer sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan
faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol ditambah dengan
kurangnya berolahraga akan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan
obesitas, mengkonsumsi alkohol, merokok merupakan pencetus awal untuk terkena
penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan
atau kondisi stressor tinggi, bertambahnya umur dan hereditas (keturunan) sangat

Universitas Sumatera Utara


mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi (Mansjoer, 2000). Pada umumnya,
penyakit hipertensi primer baru diketahui pada waktu memeriksakan kesehatan ke
dokter (Bangun, 2002).
Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan
yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah,
caliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan
stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor
meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi
untuk memunculkan gejala hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi
pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian
menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer
meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya
menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun. (Sharma, 2008)
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui penyebabnya.

terdapat 5% kasus, penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,

Universitas Sumatera Utara

penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal (tekanan darah tinggi pembuluh darah
ginjal), pengaruh hormon (aldosteron, estrogen) dan sindrom cushing, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain (Mansjoer, 2000).
Sedangkan menurut Dalimartha, dkk (2008), timbulnya penyakit hipertensi
sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan seseorang.
Adapun penyakit yang memicu timbulnya hipertensi sekunder diantaranya penyakitpenyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, kelenjar gondok, kelainan pembuluh
darah, serta pada kehamilan (pre-eklamsia),dan pemakaian pil pencegah hamil.

2.3. Patofisiologi
Faktor risiko hipertensi esensial meliputi umur (lebih lanjut), jenis kelamin
(pria), riwayat keluarga mengalami hipertensi, obesitas yang dikaitkan dengan
peningkatan volume intravaskuler, aterosklerosis (penyempitan arteri-arteri) dapat
membuat tekanan darah meningkat, merokok (nikotin dapat membuat pembuluh
darah menyempit), kadar garam tinggi (natrium membuat retensi air yang dapat
menyebabkan volume darah meningkat), konsumsi alkohol dapat meningkatkan
plasma katekolamin dan stress emosi yang merangsang sistem saraf simpatis.

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding
pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks
menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air dan pengendalian
sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada 2 faktor utama yang mengatur
tekanan darah yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer.

Universitas Sumatera Utara

Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh
ventrikel kiri setiap kontriksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskuler perifer
berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer, semakin sempit pembuluh
darah semakin tinggi tahanan terhadap aliran darah semakin besar dilatasinya
semakin kurang tahanan terhadap aliran darah, jadi semakin menyempit pembuluh
darah semakin meningkat tekanan darah.
Dilatasi dan kontriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem
saraf simpatis dan sistem renin-Angiotensin, seperti efinefrin dan nonepinefrin akan
dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah,
meningkatnya curah jantung dan kekuatan kontriksi ventrikel. Sama halnya pada
sistem renin-Angiotensin, yang apabila distimulasi yang menyebabkan vasokontriksi
pada pembuluh darah (Baradero, 2008).

Untuk pertimbangan gerontology, perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. Akibat
yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang

Universitas Sumatera Utara

membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak
kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan
akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan
stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan
kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Brunner dan
Suddarth, 2002).

2.4. Gejala Klinis Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi esensial. Terkadang hipertensi esensial tanpa gejala dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing atau migren sering
ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial. Hasil survei hipertensi di
Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata
berkunang-kunang (Dalimartha,dkk, 2008). Sedangkan menurut Utomo (2005),
Gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala, rasa pegal dan
tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti ingin jatuh, dada sering
berdebar-debar karena atau detak jantung terasa cepat, telinga kadang berdenging.

Universitas Sumatera Utara

2.5. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa
mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal
yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Untunglah dewasa ini berbagai
akibat yang ditimbulkannya dapat dicegah dengan perawatan dini oleh para ahli
dibidang kedokteran (Bangun, 2002).

Hipertensi dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi rendahnya sistole dan
diastole. Nilai tekanan darah dapat bervariasi karena berbagai kondisi, termasuk
waktu dalam sehari-hari. Oleh karena itu, evaluasi tekanan darah sebaiknya dilakukan
dua kali dalam satu kali pemerikasaan (Dalimartha,dkk, 2008).
Menurut Dr. Marvin Moser dalam bukunya, Lower Your Blood Pressure and Live
Longer, sebenarnya yang dinamakan tekanan darah normal atau tinggi, batasnya
cukup luas. Karenanya masih banyak dokter yang tidak setuju dengan klasifikasi
batas tekanan darah normal dan batas mulainya hipertensi.
2.5.1. Klasifikasi Menurut WHO
Menurut World Health Organization (WHO), batas normal tekanan darah
adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80–90 mmHg tekanan diastolik.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO/ISH
NO

KATEGORI

SISTOLIK (mmHg)

1
2
3

DIASTOLIK (mmHg)

Optimal