Penatalaksanaan Hiperplasia Endometrium Dan Kanker Endometrium

BAB I
PENDAHULUAN

Kanker endometrium merupakan kanker ginekologi yang paling sering dijumpai di
negara-negara barat. Di Amerika Serikat ditemukan 36.100 kasus baru setiap tahunnya,
dan sekitar 6500 wanita meninggal oleh karena keganasan ini.1 Menurut statistik kanker
tahun 2004, terdapat 40.320 kasus baru di Amerika Serikat dan 7090 diantaranya
meninggal dunia.2
Di negara maju, oleh karena insiden kanker serviks dapat diturunkan hingga 50%
dengan adanya metode skrining yang efektif, maka insiden kanker endometrium dan
kanker ovarium menempati urutan teratas kanker ginekologi.3
Insiden kanker endometrium pada usia dibawah 40 tahun didapati 2 per 100.000 wanita
setiap tahun sedangkan untuk usia dekade 6,7 dan 8 adalah 40 hingga 50 per 100.000
wanita setiap tahunnya.3
Di Indonesia, penelitian terakhir mendapatkan prevalensi kanker endometrium di RSCM
Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. 4
Etiologi kanker endometrium hingga saat ini belum diketahui pasti, namun untuk kanker
endometrium tipe endometrioid ( tipe 1 ) diduga merupakan proses yang diawali dengan
fase premalignan, dimana hiperplasia endometrium diduga sebagai prekursornya.
Sedangkan tipe kanker endometrium lainnya (tipe 2/ non endometrioid) seperti papillary
serous carcinoma dan clear cell carcinoma diduga akibat mutasi genetik.3

Dari beberapa penelitian menemukan jika lesi hiperplasia pada endometrium dengan
berbagai tingkat kompleksitas keberadaan sel-sel atipik tidak mendapat terapi, dapat
berkembang menjadi adenokarsinoma endometrium. Untuk simple hyperplasia dijumpai
sekitar 1% berkembang menjadi kanker, untuk complex hyperplasia sekitar 3%, untuk
simple atypical hyperplasia sekitar 8%, dan complex atypical hyperplasia sekitar 29%5.

Universitas Sumatera Utara

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Kurman,1982; Janicek,1994; Dunton,1996;
Horn,2004; dan Tufan dkk. 2004 mendapatkan bahwa hyperplasia endometrium dapat
terjadi bersamaan dengan kanker endometrium sebanyak 17%-52% . (dikutip dari
Chiang5 dan Bilgin6)
Penelitian Gynecologic Oncology Group secara prospektif menemukan bahwa dari 306
pasien yang didiagnosa atypical endometrial hyperplasia preoperatif juga dijumpai
adenokarsinoma

invasif

dari


hasil

spesimen

histerektomi

sebanyak

42,6%

(Trimble,2006, dikutip dari Chiang). 5
Banyak dokter beranggapan bahwa kanker endometrium relatif jinak dikarenakan
adanya gejala yang timbul selagi penyakit masih dini, berupa perdarahan pervaginam
yang iregular terutama pada pasien post menopause, pada umumnya penyakit masih
terlokalisir di uterus, dan secara umum angka ketahanan hidup dari kanker
endometrium cukup panjang.7 Namun anggapan tersebut ternyata tidaklah tepat.
Meskipun insiden kanker endometrium di Amerika Serikat relatif konstan dari tahun
1987 hingga 1998, namun angka kematian akibat kanker endometrium terlihat berlipat
ganda dari 2.900 pada tahun 1987 menjadi 6.300 pada tahun 1998 dan angka ini terus
meningkat.7

Adanya gejala dini berupa perdarahan pervaginam pada wanita post menopause
menyebabkan penyakit ini umumnya terdiagnosa selagi berada pada stadium dini, dan
jika ditangani dengan tepat akan mempunyai prognosis yang baik. 3,4
Untuk kanker endometrium ini belum ada metode skrining yang ideal

, karena itu

skrining pada semua populasi tidak dianjurkan. Namun, dapat dilakukan skrining kanker
endometrium ataupun prekursornya pada orang-orang dengan resiko tinggi, seperti
wanita post menopause yang memakai estrogen eksogen tanpa progestin dan wanita
pre menopause dengan siklus anovulasi.2

Universitas Sumatera Utara

Semua pasien yang diduga menderita kanker endometrium harus dilakukan kuretase
endoserviks dan biopsi endometrium.2 Prosedur dilatasi dan kuretase (D&C) hingga
saat ini merupakan baku emas untuk mendiagnosis kanker endometrium.4
Dalam 10 tahun belakangan, para peneliti banyak yang tertarik melakukan penelitian
klinis terhadap kasus-kasus kanker endometrium, yang mana nantinya diharapkan
dapat digunakan sebagai dasar pedoman penatalaksanaan kanker endometrium.3

Saat ini pengobatan kanker endometrium yang utama adalah pembedahan, yang jika
memungkinkan dapat dilakukan pada semua kasus. Selain itu pada banyak kasus
dibutuhkan terapi ajuvan untuk mencegah kekambuhan pada puncak vagina dan untuk
membersihkan mikrometastase.2
Dalam minireferat ini, penulis terutama akan membahas mengenai penatalaksanaan
kanker endometrium tipe endometrioid ( tipe 1 ) mulai dari fase premalignan yaitu
hiperplasia endometrium hingga kanker invasif.

Universitas Sumatera Utara