Gambaran Hiperplasia Endometrium Pada Kasus Mioma Uteri Di RSUP. H. Adam Malik Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian
Mioma uteri dan hiperplasia endometrium merupakan permasalahan

umum terjadi pada sistem reproduksi wanita. Identifikasi terhadap kedua
penyakit ini terkadang sering membingungkan karena keduanya dapat
memiliki gejala yang sama dan tidak khas. Terlebih salah satunya
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
Keduanya juga dipengaruhi oleh hormon yang sama. Kedua gangguan ini
terjadi akibat pemaparan estrogen secara berlebihan.
Dalam praktik sehari – hari sering tanpa sengaja kita menemukan
kasus mioma uteri dan hiperplasia endometrium yang terjadi secara
bersamaan. Namun hal tersebut tidak menjadi perhatian khusus, karena
biasanya pemeriksaan histopatologi yang dilakukan sebelum histerektomi
merupakan proses penapisan ataupun sebagai prosedur tetap. Pemeriksaan

histopatologi dengan pewarnaan imunohistokimia pada pasien tersebut
menunjukkan lapisan endometrium dan sel otot polos tumor imunoreaktif
terhadap reseptor estrogen. Pada beberapa literatur dikatakan bahwa kedua
jaringan tersebut memiliki reseptor estrogen yang sama. Cethana dkk
menemukan sekitar 24% endometrium mengalami hiperplasia pada mioma
uteri.1 Hal yang sama dijumpai pada penelitian Wachidah, dkk yang dilakukan

2

di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo, dimana mereka mendapati kasus
hiperplasia endometrium sebanyak 21 (45,7%) kasus dari seluruh kasus
mioma uteri yang ditelitinya. Dan penelitian ini juga meneliti hubungan antara
mioma uteri dan hiperplasia endometrium dan menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan (p. 0.001; CI 95%; 0.029 – 0.468).2
Beberapa penelitian menunjukkan adanya reseptor estrogen dan
progesteron di endometrium dan jaringan miometrium. Reseptor – reseptor
tersebut memainkan peran penting dalam mengatur proses pertumbuhan.
Reseptor hormon telah terbukti lebih tinggi dalam jaringan mioma uteri. Aksi
estrogen pada endometrium dimediasi oleh 2 varian reseptor estrogen (ER),
yaitu ER-α dan ER-β yang diekspresikan di sel epitel dan stroma

endometrium.
Sampai saat ini sangat sedikit penelitian yang membahas tentang
kaitan hiperplasia endometrium dengan mioma uteri, apakah benar kejadian
hiperplasia endometrium akan selalu bersamaan dengan mioma uteri karena
berdasarkan struktur anatomis keduanya memiliki reseptor hormon steroid
yang sama. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membantu
mempelajari perubahan histopatologi pada endometrium dalam kasus –
kasus mioma uteri. Seberapa banyak kasus mioma uteri yang bersamaan
dengan kejadian hiperplasia endometrium, dan jenis hiperplasia endometrium
yang paling sering dijumpai pada kasus mioma uteri.

3

1.2.

Rumusan Masalah
Diketahui dari beberapa literatur bahwa hiperplasia endometrium

sering terjadi bersamaan dengan kasus mioma uteri.1,2 Untuk itu, peneliti
merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah hiperplasia

endometrium selalu ditemukan pada kasus mioma uteri dan seberapa sering
terjadi secara bersamaan?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1.

Tujuan Umum
Untuk mengetahui angka kejadian hiperplasia endometrium pada

kasus mioma uteri.

1.3.2.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik pasien pada kasus mioma
uteri

2. Mengetahui persentase hiperplasia endometrium yang dijumpai pada
kasus mioma uteri.
3. Mengetahui jenis hiperplasia endometrium yang paling sering dijumpai
terjadi pada kasus mioma uteri.
4. Mengetahui perbandingan hasil histopatologi jaringan endometrium
sebelum dan setelah histerektomi

4

1.4.

Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan intelektual mengenai kasus yang
diteliti
2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui data hiperplasia
endometrium pada kasus mioma uteri.
3. Dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan atau terapi
yang tepat guna dan efektif
4. Hasil Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian

selanjutnya.