Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Istri Saat Menghadapi Menopause di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Menopause
2.1.1 Pengertian Menopause
Menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti “Bulan” dan “Penghentian
Sementara” yang secara linguistic lebih tepat disebut dengan “Monocease”. Secara medis
istilahnya Monopause yang berarti “Menocease” dan karena berdasarkan defenisinya
maka menopause adalah berhentinya masa menstruasi , bukan istirahat. Menopause
adalah masa akhir menstruasi dan bukan ditandai oleh berhentinya masa haid seperti
yang dikatakan banyak orang (Rosettia Reitz, 1993). Sedangkan menurut Marry dkk
(2006) bahwa menopause adalah akhir dari tahun Reproduksi wanita, yang ditandai
dengan tidak hadirnya siklus menstruasi selama satu tahun penuh dan hal ini dapat terjadi
pada usia 40 dan 58 tahun, dengan rata-rata usia kurang lebih 51 tahun.
Sedangkan menurut Setiyaningrum (2013) menopause adalah berhentinya mens
secara parmanen. Prefiks men- diambil dari kata yunani, yang berarti siklus menstruasi
dan –pause dari kata latin yang berarti berhentinya proses. Perimenopause adalah masa
perubahan antara menopause sampai 12 bulan setelah menopause oleh karena proses
berhentinya (reproduksi). Pascamenopause adalah waktu menopause sampai senium
(imulai setelah bulan amenorea). Muncul keluhan klimakterik, kadar FSH, LH tinggi dan
E rendah.
Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita,

dimana;
a. Ovarium (indung telur) berhenti menhasilkan sel telur
b. Aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti
21
Universitas Sumatera Utara

c. Pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesterone ) berkurang (Nugroho
& Utama, 2014)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan menstruasi
terakhir akibat menurunnya fungsi hormon indung telur disertai dengan perubahan fisik
dan psikologis yang terjadi pada wanita.
2.1.2

Mekanisme terjadinya Menopause
Peristiwa paling penting pada masa pubertas anak gadis adalah gejala menstruasi
atau haid yang menjadi pertanda biologi dari kematangan seksual. Haid adalah keluarnya
darah dari uterus (rahim) melalui vagina selama 5-7 hari. Haid terjadi secara siklik setiap
bulan sekitar 28-35 hari (bervariasi pada setiap wanita). Hari pertama perdarahan
biasanya dihitung sebagai hari pertama haid. Adapun yang merangsang timbulnya haid
adalah hormon-hormon yang disebut Follicel Stimulating Hormon (FSH), Lutenizing

Hormon (LH) yang diproduksi oleh Lobus anterior Hypophise. Serta hormon estrogen
dan progesteron yang diproduksi oleh sel telur yang berada di indung telur
(Zuliawati,2010)
Secara normal menstruasi berlangsung kira-kira pada usia 10-14 tahun. Cepat
lambatnya kematangan seksual dipengaruhi oleh Fisik, ras,suku, bangsa, iklim, cara
hidup, dan meliev (lingkungan), juga termasuk badan yang lemah atau penyakit yang
mendera seorang anak gadis umpamanya bisa memperlambat tibanya menstruasi (Marmi
&Margiyati, 2013).
Monopause rata-rata terjadi pada usia 50 tahun, tetapi bisa terjadi secara normal pada
wanita yang berusia 40 tahun. Biasanya ketika mendekati menopause, lama dan

22
Universitas Sumatera Utara

banyaknya darah yang keluar pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti
biasanya.
Tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seseorang wanita sudah tidak mengalami
siklusnya selama minimal 12 bulan (Taufan & Bobby, 2014). Pada beberapa wanita,
aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya terjadi secara bertahap (baik
jumlah maupun lamanya) dan jarak antara dua siklus menjadi lebih dekat atau lebih

jarang ketidakteraturannya ini bisa berlangsung selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus
berhenti (Manan, 2013).
Perubahan siklus menstruasi mungkin merupaakan gambaran yang paling awal
meskipun pola menstruasi ini sangat bervariasi diantara individu. Ovarium secara
progresif semakin tidak berespon terhadap rangsangan gonadotropin, disertai peningkatan
konsentrasi FSH yang terdeteksi pada fase falikel pada siklus mentruasi. Seiring
mendekatnya periode menstruasi terakhir, bulan-bulan amonore sering diselingi dengan
menstruasi reguler walaupun biasanya terjadinya pemanjangan siklus (Saroha, 2009).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami
menopause (Kasdu, 2002), yaitu:
1. Usia saat haid pertama kali (menarche)
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara
usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki
menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa
semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama
memasuki masa menopause
2. Faktor psikis

23
Universitas Sumatera Utara


Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan
psikis seorang wanita.
Menurut beberap penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih
muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak
menikah dan tidak bekerja
3. Jumlah anak
Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause, tetapi
beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan
maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause
4. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki usia
menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical Center ini
Boston mengungkapkan bahwa wanita melahirkan diatas usia 40 tahun akan
mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan
persalinan akan menghambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan
memperlambat proses penuaan tubuh
5. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontasepsi ini, khususnya alat kontasepsi jenis hormonal. Hal ini bisa
terjadi karena cara kerja kontasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga

tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan
lebih lama memasuki usia menopause.
6. Merokok
Wanita merokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.

24
Universitas Sumatera Utara

7. Sosial ekonomi
Menopause kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, di
samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi
badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial
ekonomi (Yatim, 2001 dalam Zuliawati, 2010)
2.1.3

Keluhan atau Gejala Menopause
a. Vasomotorik yaitu Gejolak panas, jantung berdebar-debar, sakit kpela dan keringat
banyak pada malam hari
b. Psikologik yaitu ; perasaan takut, gelisah, mudah tersinggu, lekas marah, tidak
konsentrasi, perubahan perilaku, depresi dan gangguan libido.

c. Urogenital yaitu; nyeri sanggama, vagina kering, keputihan, infeksi, perdarahan
pasca sanggama, infeksi pada saluran kemih, gatal pada vagina, iritasi, prolaps uteri,
nyeri berkemih dan inkontenensia urine.
d. Kulit yaitu; kering menipis, gatal-gatal, keriput, kuku rapuh dan bewarna kuning
e. Tulang yaitu; nyeri tulang dan otot.
f. Mata yaitu; kerato konjungtivitis sicca, kesulitan menggunakan kontak lensa.
g. Mulut yaitu; kering dan gigi mudah rontok.
h. Rambut yaitu; menipis dan hirsutismus.
i. Metabolism yaitu; kolesterol tinggi, HDL turun dan LDL naik.
Namun terdapat wanita yang tidak terdapat keluhan, tetapi jangka panjang akan

terkena osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke, demensia dan kanker
usus besar (Setiyaningrum, 2013).

25
Universitas Sumatera Utara

Gejala lain menopause disebabkan oleh perubahan hormon estrogen dan
progesteron. Ovarium menghasilkan lebih sedikit hormone estrogen dan progesterone,
sehingga tubuh memberikan reaksi karena fungsi ovarium berkurang. Adapun gejala-gejala

yang ditemukan pada wanita menopause adalah :
1. Hot Flashes yang terjadi akibat peningkatan aliran darah didalam pembulu darah
wajah, leher, dada, dan punggung. Selain itu kulit menjadi merah dan hangat disertai
keringat yang berlebihan. Hot Flashes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause.
Kebanyakan, hot flashes

dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita

menagalaminya sampai lebih 5 tahun. Namun, hot flashes ini hanya berlangsung
singkat, yakni selama 30 detik sampai 5 menit.
2. Vagian menjadi kering karena penipisan jaringan pada dingding vagina, sehingga
menimbulkan rasa nyeri pada saat melakukan hubungan seksual.
3. Gejala psikis dan emosional (misalnya kelelahan, mudah tersinggung, susuah tidur dan
gelisah) bisa disebabkan berkurangnya kadar estrogen.
4. Pusing, kesemutan, dan palpitasi (jantung berdebar)
5. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (beser)
6. Peradangan kandung kemih atau vagina
7. Osteoporosis (pengeroposan tulang).
Gejala menopause lainnya adalah :
a. Simbelit

Jika anda mengalami sembelit atau selama masa haid, ada kemungkinan gangguan
buang air besar, juga akan muncul sekitar menopause.

26
Universitas Sumatera Utara

b. Sakit Kepala
Sakit kepala sebenarnya bukanlah keunikan khas dari menopause. Sakit kepala
terjadi karena pembulu darah yang menuju ke otak dan kepala mengembang atau
mengerut. Satu hal yang pasti bahwa sebagian besar sakit kepala diakibatkan oleh
adanya ketegangan pada otak. Jika otot dan leher terus menegang, maka akan
menghambat kelancaran aliran darah menuju ke otak.
c. Bengkak
Pemebengkakan merupakan salah satu ciri menopause. Pada umumnya, wanita
terbiasa dengan ini karena memang sering dialami saat menstruasi. Para ahli
mengingatkan agar wanita tidak terlalu banyak mengkonsumsi garam jika ia
mempunyai kecenderungan mengalami pembengkakan selama menopause.
Dengan mengurangi garam, setidaknya dapat menghindari dan mengurangi
penumpukan air.
d. Linu dan Rasa Nyeri

Semua orang, termasuk anda, tentu pernah mengalami rasa linu dan nyeri. Namun,
tidak setiap kali rasa tidak nyaman itu muncul. Anda harus segera pergi kedokter.
Berikan istirahat yang cukup bagi tubuh anda (Manan, 2013).
2.1.4

Faktor yang mempengaruhi Menopause
a. Faktor Fisik yaitu ; Penurunan fungsi ovarium, status gizi, menarche dan
kesehatan umum.
b. Faktor Psikologik yaitu ; kematangan pribadi, pengertian dan pengalaman
pekerjaan dan tanggapan wanita.

27
Universitas Sumatera Utara

c. Faktor sosial
a) Golongan pesimis : wanita dikodratkan untuk melahirkan anak. Dengan
datangnya menopause, dianggap tidak berguna lagi, masa sejna suram seakan
hidup akan berakhir dan tidak berarti.
b) Golongan optimis : wanita harus menikmati sisa hidup, digunakan untuk hal
yang lebih produktif berperan dilingkungan sosial (Erna, 2013).

2.1.5

Penyebab Menopause
Sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap
rangsangan LH dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar Hipofisa. Akibatnya, ovarium
melepaskan lebih sedikit estrogen dan perogesteron, sehingga proses ovulasi berhenti.
Setidaknya ada dua Jenis menopause yang sering terjadi simasyarakat :
1. Menopause dini, yaitu menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun,
kemungkinan penyebabnya adalah faktor keturunan, penyakit keturunan atau
autoimun.
2. Menopause buatan, menopause ini terjadi akibat campur tangan medis yang
menyebabkan berkurang atau berhentinya pelepasan hormone oleh ovarium.
Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat ovarium atau
mengurangi aliran darah ke ovarium, serta kemoterapi atau terapi penyinaran
pada panggul untuk mengobati kanker (Manan, 2013).

2.1.6

Faktor penyebab kecemasan dalam menghadapi Menopause
Purwanto (2008) dalam Zuliawati (2010) menjelaskan faktor yang mempengaruhi

kecemasan menghadapi masa menopause dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan
tua, menopause dikaitkan dengan berakhirnya peran istri bagi suami dan peran ibu bagi

28
Universitas Sumatera Utara

anak-anaknya, menopause dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan
aktivitas seksual, menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, menopause
dikaitkan dengan status kerja. Sedangkan menurut Kaheski dkk (2013) dikutip dari
Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada
munculnya kecemasan wanita dalam menghadapi menopause adalah pencerminan diri.
Perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis, maupun seksual akan
mnyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause kwatir dan cemas. Oleh sebeb
itu, diperlukan kemauan untuk menerima perubahan diri secara realistis sehingga
memunculkan penilaian yang positif terhadap diri, menerima dan menyukai bagian
tubuh yang dimilki agar dapat terhindar dari rasa cemas. Aktivitas fisik (olahraga) pada
wanita menopause memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup mereka. Hasil
sebelumnya mengindikasikan bahwa peningkatan aktivitas fisik pada wanita menopause
memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup. Terjadi peningkatan kualitas hidup
pada kelompok wanita yang menjalani program olahraga sedangkan wanita pada
kelompok kontrol (tidak menjalani program olahraga) memiliki kualitas hidup yang
lebih buruk (Putri, 2014). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002) dalam Widari,
(2014) Untuk mengurangi kecemasan dan dampak dari kecemasan yang dirasakan oleh
sebagian wanita yang menghadapi masa menopause, salah satunya adalah dengan
memberikan bimbingan yang berisi konsep dasar saat menjelang menopause .
Pengetahuan mengenai menopause sangatlah diperlukan oleh wanita karena banyak
wanita merasa takut mencapai masa menopause dan enggan membicarakan fase
menopause, karena ada anggapan umum bahwa ini adalah pintu yang harus dilalui
menuju usia tua.

29
Universitas Sumatera Utara

Sudah saatnya wanita tahu tentang pengetahuan menopause yang perlu diketahui ibu
saat menjelang menopause, adalah mengenai apa itu menopause, proses terjadinya
menopause, gejala-gejala menopause, faktor yang mempercepat atau memperlambat
usia memasuki menopause, dan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi
menopause. Dengan peningkatan pengetahuan pada ibu saat menjelang menopause,
diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang nantinya muncul jika menopause terjadi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak terselesaikan,
kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif sosial dan motif
seksual.
2.2 Kecemasan
2.2.1

Defenisi Cemas
Cemas merupakan emosi negative yang ditandai oleh adanya perasaan kwatir, was-was,
dan disertai dengan peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh (Wibowo dikutip dari
Weiberg & Gould, 1995 dalam Frans & Oktina 2001). Kecemasan adalah pengalaman
manusia yang bersifat universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan,
penuh kekwatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena
suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak
terindentifikasi (Taylor, 1995 dalam Solehati & Kokasih, 2015). Menurut Sarafino (1994)
dalam Solehati & Kokasih (2015), kecemasan merupakan suatu ketakutan terhadap
ketidakberdayaan dirinya terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berarti.

30
Universitas Sumatera Utara

2.2.2

Teori Kecemasan
Konsep kecemasan pertama kali diperkenalkan oleh Freud seorang ahli kejiwaan
(Shives, 1998 dalam Solehati & Kokasih, 2015).
Konsep kecemasan ini berkembang

dari zaman sampai sekarang. Tiap-tiap model

mengembangkan teori mengenai segi tempat dan fenomena kecemasan. Beberapa teori
mengenai kecemasan menurut Kaplan dan Saddock (1996) dalam Solehati & Kokasih
(2015), adalah sebagai berikut:
a. Teori Genetik
Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup, dan riwayat
keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku cemas. Penelitian mengenai
riwayat keluarga dari anak kembar menentukan, bahwa faktor genetika ikut
berperan dalam gangguan kecemasan.
b. Teori Ketekolamin
Teori ini menyatakan, bahwa reaksi cemas berkaitan dengan peningkatan kadar
ketekolamin yang beredar dalam tubuh
c. Teori Psikoanalisa
Kecemasan berasal dari diri sendiri, ketakutan berpisah, kecemasan kastrasi, dan
ketakutan terhadap perasan dosa yang menyiksa diri
d. Teori Sosial
Kecemasan sebagai suatu respon terhadap sensor lingkungan, seperti terhadap
pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan dan respon terhadap
kehidupan hampa yang tidak berarti.

31
Universitas Sumatera Utara

Mc Mahon dalam Kurnianti (2001), dalam Ari & Febriana (2008) mendefinisikan
kecemasan umum berupa ketakutan yang disertai dengan gangguan fisiologis. Hal ini
diperkuat oleh Alloy yang mendefenisikan kecemasan sebagai suatu keadaan kekwatiran,
kekuatan yang dapat mempengaruhi fungsi dari berbagai area ;
a. Ledakan subyektif dari ketegangan , ketakutan dan ketidakmampuan individu dalam
mengatasinya
b. Respon perilaku seperti penolakan terhadap situasi yang menakutkan, gangguan
bicara dan fungsi motorik, dan gangguan pada tugas-tugas motorik.
c. Respon-respon fisik termasuk ketegangan otot, peningkatan detak jantung, tekanan
darah, pernafasan bertambah cepat, mulut kering, diare, sakit kepala serta pusing.
Tanda dan gejala kecemasan
Secara umum, tanda dan gejala kecemasan menurut Shives (1998) dalam Solehati &
Kokasih (2015) sebagai berikut :
1. Sistem fisiologis
Tanda dan gejala kecemasan yang dapat dilihat dalam sistem fisiologis antara
lain meningkatanya nadi, tekanan darah, respirasi, deaporesis, tangan berkeringat,
nyeri kepala, vertigo, pandangan mata kabur, insomnia atau ganggua tidur,
hiperventilasi, penurunan nafsu makan, mual, muntah dan sering berkemih.
Setiap perasaan cemas akan meningkatkan syaraf simpatis. Dengan
meningkatnya saraf simpatis, secara otomatis aklan meningkatkan kerja jantung
yang mengakibatnya meningkatnya nadi, tekanan darah, diaphoresis, juga tangan
berkeringat. Meningkatnya tekanan darah menyebabkan iritabel syaraf-syaraf
dikepala sehingga menimbulkan rasa nyeri dikepala, vertigo, pandangan mata

32
Universitas Sumatera Utara

kabur, insomnia atau gangguan tidur. Gangguan tidur juga dapat disebabkan pusat
otak yang mengatur tidur terganggu akibat adanya kecemasan. Meningkatnya
syaraf simpatis akibat kecemasan akan menyebabkan urine dalam kandung kemis
seolah olah cepat penuh sehingga pasien akan sering buang air kecil.
2. Sistem psikologis
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien yang mengalami kecemasana bila
dilihat dari segi psikologis antara lain: Menarik diri, depresi, iritabel, menjadi
mudah marah, apatis, dan Merasa ketakutan.
Dan juga pasien akan merasa malu dan menarik diri dari lingkungan dan tidak
mau untuk bersosialisasi. Pasien akan memfokuskan dirinya pada masalah yang
dialaminya.

Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian

masalah yang memadai, kondisi ini akan berakibat pada depresi.
Pasien yang mengalami kecemasan sering merasa ketakutan akibat sesuatu
yang tidak jelas. Oleh karena itu, informasi yang memadai tentang sesuatu hal
pada pasien perlu diberikan sehingga kecemasan tidak bertambah berat.
3. Sistem Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kecemasan kognitif. Tanda dan gejala yang
muncul antara lain: menurunnya perhatian akibat terlalu memikirkan masalah
yang

sedang

dialami

pasien,

ketidakmampuan

untuk

berkonsentrasi,

mempengaruhi produktivitas akibat perasaan- perasaan tidak berdaya, pelupa, dan
selalu terpengaruh dengan kejadian yang telah berlalu, kemudian dibandingkan
masa yang akan datang.

33
Universitas Sumatera Utara

2.2.3

Faktor- faktor yang mempengaruhi Kecemasan
Solehati & Kokasih (2015) dikutip dari McFarlan & Wasli (1997) dalam Shives
(1998) mengatakan, bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan meliputi
ancaman pada: Konsep diri, personal security system, kepercayaan, lingkungan, fungsi
peran, hubungan interpersonal, dan status kesehatan.
Solehati dan Kokasih (2015) dikutip dari Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994),
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain sebagai berikut;
a. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga 18 bulan dan
bergantung pada pendidikan orang tua dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh
sosialnya serta pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas
terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap kedua orang tuanya
daripada pengaruh keturunan.
b. Tingkat Maturasi
Tingkat maturasi Individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada bayi
tingkat kecemasan biasanya diakibatkan perpisahan dan lingkungan

yang tidak

dikenal. Kecemasan pada orang dewasa lebih banyak disebabkan oleh perkembangan
seksual.
Pada orang dewasa kecemasan lebih banyak ditimbulkan oleh hal-hal yang
berhubungan dengan konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhububngan
dengan kehilangan fungsi, sebagai contoh adalah wanita yang akan mengalami
Monopause. Mereka akan merasa cemas akibat akan mengalami penurunan fungsi

34
Universitas Sumatera Utara

reproduksi sehingga diperlukan dukungan Sosial Suami untuk mencegah kecemasan
tersebut.
c. Tingkat Pengetahuan
Individu dengan tingkat akan pengetahuan lebih tinggi akan mempunyai koping
(penyelesaian masalah) yang lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang
tingkat penegtahuannya lebih rendah.
d. Karakteristik Stimulus:
1) Intensitas Stresor
Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin besar pula kemungkinan respon
cemas yang akan terjadi.
2) Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan enegi yang akhirnya akan melemahkan
sumber-sumber penyelesaian masalah yang ada.
3) Jumlah Stressor
Stresso yang lebih besar akan meningkatkan kecemasan pada individu daripada
stimulus yang lebih kecil.
e. Karakteristik Individu
Karakteristik individu dipengaruhi oleh makna stressor bagi individu. Sumber yang
dapat dimanfaatkan dan respon koping serta status kesehatan individu.
1) Makna stressor bagi Individu
Makna stressor bagi individu merupakan faktor utama yang mempengaruhi respon
stress. Stressor yang dipandang secara negative kemungkinan besar adapat
meningkatkan rasa cemas.

35
Universitas Sumatera Utara

2) Sumber yang Dapat Dimanfaatkan dan Respon Koping
Seseorang yang mempunyai keterampilan dalam menggunakan koping dapat memilih
tindakan-tindakan yang akan memudahkan adaptasi terhadap stressor baru. Seseorang
yang berhasil menangani stressor pada masa lampau akan mempunyai keterampilan
koping yang lebih baik dan dapat menanganiu secara efektif bila terjadi kritis.
3) Status Kesehatan Individu
Jika status kesehatan buruk, energy yang digunakan untuk menangani stimulus
lingkungan menjadi berkurang

sehingga mempengaruhi respon terhadap stressor

(Solehati & Kokasih, 2015).
2.2.4

Tipe Kecemasan
Ada beberapa tipe kecemasan. Tipe kecemasan menurut Shives (1998) dalam
Tetty & Cecep (2015), terbagi menjadi ;
1. Signal Axiety
Signal axiety merupakan respon kecemasan yang berfungsi untuk mengantisipasi
suatu kejadian. Contohnya adalah seorang ibu mengalami takhikardi, Insomnia,
sakit kepala ketika pertama kali mengantar anaknya kesekolah karena takut
terjadi sesuatu pada anaknya.
2. Anxiety Trait
Anxiety Trait merupakan komponen personalitas yang dapat dilihat dalam jangka
waktu lama dan memerlukan observasi fisiologis dan emosi dan tingkah laku.
Contohnya adalah seorang sekretaris yang telah bekerja selama 25 tahun
mengeluh pusing, sakit kepala, dan insomnia berhubungan dengan pekerjaannya
selama ini.

36
Universitas Sumatera Utara

3. Anxiety State
Anxiety state terjadi sebagai hasil dari ketegangan jiwa, yaitu seseorang akan
kehilangan control dan emosinya. Sebagai contoh adalah seorang ibu akan
histeris saat anaknya mendengar masuk Emeregency (Unit Gawat Darurat) UGD
karena suatu kecelakaan.
4. Free-Floating Anxiety
Free-Floating Anxiety merupakan kecemasan yang sering terjadi dan
berhubungan denga perasaan takut. Sebagai contoh adalah seorang wanita yang
takut dengan kegelapan atau rumah kosong.
2.2.5

Tingkat Kecemasan
Seorang individu mengalami kecemasan yang bervariasi, mulai cemas ringan sampai
dengan panic. Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam tetty &cecep (2015) kecemasan
dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, yaitu sebaga berikut :
1.

Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan sehari-hari.
Ketegangan kehidupan sehari-hari akan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

2.

Kecemasan Sedang
Kecemasan pada ini lahan persepsinya terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih menfokuskan terhadap hal-hal yang diangggapnya penting saat
itu dan mengesampingkan hal-hal lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

37
Universitas Sumatera Utara

3.

Kecemasan Berat
Kecemasan ini sangat mengurangi persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Individu tak mampu berfikir lagi, sehingga harus
membutuhkan nasehat dan tuntunan.

4.

Panik
Tingkat panik ini ditandai dengan lahan persepsi yang sudah terganggu,
sehingga individu tak mampu untuk mengendalikan diri lagi dan tidak mampu
melakukan apa-apa walaupun sudah diberikan pengarahan atau tuntunan, serta
terjadinya peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional.
Gambar. Rentang respon cemas
Respon Adaptif

Antisipasi
2.2.6

Ringan

Respon Maladaptif

Sedang

Berat

Panik

Pendekatan Keperawatan dalam Pengelolahan Cemas
A. Pendekatan Keperawatan
Pendekatan keperawatan pada klien dengan kecemasan meliputi pengkajian
mengenai deskripsi kecemasan dan faktor lain yang mempengaruhi kecemasan.
Alat-alat pengkajian kecemasan dapat digunakan untuk mengkaji persepsi
kecemasan seseorang dan dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebutuhan
intervensi, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan untuk mengidenfikasi kebutuhan

38
Universitas Sumatera Utara

akan intervensi alternative atau tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif
dalam mengatasi kecemasan.

B. Skala Pengukuran Tingkat Kecemasan
Persepsi kecemasan dapat diukur menggunakan alat pengukur kecemasan berupa
skala kecemasan, contohnya adalah skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)
dikemukakan oleh Hamilton (1959)

dan Self-Raiting Anxiety Scale (SAS) yang

dikembangkan oleh Zung (1971) dalam Tetty dan Cecep (2015), adalah sebagai
berikut:
a. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S)
Skala merupakan skala yang dikembangkan untuk mengukur tanda
kecemasan dan telah digunakan secara luas di klinik dan diberbagai penelitian
tentang kecemasan.
Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada
munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala
HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol
Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala ini terdiri atas 14 item. Tiap-tiap item dinilai dengan skala 0-4
(0=tidak cemas, 1= cemasan ringan, 2= cemasan sedang , 3= Cemasan berat,
4= Cemasan sangat berat) dengan nilai total 0-56. Skala ini dapat dipersepsikan
sebagai berikut : nilai
30 kecemasan Berat (Hamilton, 1959).

39
Universitas Sumatera Utara

b. Self-Rating Anxiety Scale (SAS)
Skala ini dikembangkan oleh Zung sebagi instrument data diri untuk
mengevaluasi gejala kecemasan.
Skala ini terdiri atas 20 pertanyaan yang berhubungan denga tanda kecemasan.
Tiap-tiap item dinilai dengan skala 1-4 (1= tidak pernah, 2= kadang-kadang,
3= sering, 4= hamper tiap waktu ) dengan nilai total 0-80 (Zung, 1971).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung-Self Rating
Anxiety Scale (ZSAS) untuk mengukur tingkat kecemasan akibat gangguan
klinis yang dikembangkan oleh William W.K Zung. Skala ini berfokus pada
gangguan yang paling umum terjadi pada kecemasan umum. Pengumpulan
data pada penelitian ini berupa kuesioner.
Skala ini digolongkan menjadi empat tingkatan dan sesuai dengan teori
kecemasan, yaitu:
20-34= untuk cemas ringan
35-49= untuk cemas sedang
50-64= untuk cemas berat
65-80= untuk cemas panik
2.2.7

Pengaruh Keluarga dalam mengurangi Kecemasan
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan. Dukungan
keluarga merupakan suatu dorongan, motivasi, bantuan baik secara psikis maupun
material yang diberikan keluarga kepada pasien (Utami dkk, 2013). Selain itu, pihak
keluarga juga diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat wanita
yang mengalami menopause merasa tertekan dan sia-sia memandang hidupnya (Kaheksi

40
Universitas Sumatera Utara

dkk, 2013). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
atau keluarga sangatlah berpengaruh untuk mengurangi kecemasan baik dalam keadaan
sakit maupun sehat dengan member dukungan psikis dan psikologis.
2.3 Dukungan Keluarga
2.3.1

Defenisi Keluarga
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari keluarga juga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik (Setiadi,
2008). Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1992 bahwa keluarga adalah unit
terkcecil dari masayarakat yang terdiri dari Suami, istri atau suami istri dan anaknya
atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Bila menurut WHO (1969) dalam
Setiadi (2008), mengatakan bahwa keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi dan perkawinan.
Dari beberpa pengertian di atas maka dapt disimpulkan secara umum bahwa
keluarga itu terjadi jikalau ada : Ikatan atau persekutuan (perkawinan), Hubungan
(Darah/adopsi/ kesepakatan), Tinggal bersama dalam satu atap (serumah), Ada peran
masing-masing anggota keluarga, Ikatan emosional (Setiadi, 2008). Dan bahawa
dukungan keluarga itu adalah pemeberian bantuan baik secara materi maupun non
materi, yang menyebabkan individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai dan
diterima dalam keluarga.

41
Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
a. Keluarga merupakan unit dasar yang mempunyai prngaruh kuat terhadap
perkembangan individu
b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga
dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi, dan kebutuhan
seksual.
d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas
seseorang individu dan perasaan harga diri (Andarmayono, 2012).

2.3.3

Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebgai berikut :
1. Peranan Ayah : ayah sebagai suami dari stri dan berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa nyaman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anakanya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya
dan sebagainya.
3. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual (L & R, 2010).

42
Universitas Sumatera Utara

Peran keluarga adalah tingkahlaku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga (Setiadi, 2008). Dalam UU Kesehatan No 23
tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan”.
Dari pasal di atas dijelaskan bahwa keluarga berkewajiban menciptakan dan
memelihara kesehatan dalam meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang
optimal (Setiadi, 2008).
2.3.4

Ciri- ciri keluarga Indonesia
Menurut L & R (2010), mengatakan ciri- ciri keluarga di Indonesia sebagai
berikut:
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
f. Ikatan kekeluargaan sangat erat
g. Mempunyai semangat gotong-royong.

2.3.5

Tipe Keluarga
Seiring dengan tuntutan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial dan
budaya maka bentuk keluarga pun akan berubah sesuai dengan tuntutan tersebut.
Dalam sosiologi keluarga, berbagai bentuk keluarga digolongkan menjadi dua bagian:
1. Keluarga Tradisional

43
Universitas Sumatera Utara

(Tradisional Nuclear)/ keluarga Inti merupakan satu bentuk keluarga
tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah, yang dimana ayah sebagi pencari nafkah
dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Adapun Varian keluarga inti adalah :
a. Keluarga pasangan suami istri bekerja, dimana pasangan suami istri
keduanya bekerja di luar rumah.
b. Kuluarga Tanpa anak atau Dyadic Nuclear yang dimana suami dan istri
sudah berumur, tetapi tidak mempunyai anak.
c. Commuter Family yaitu keluarga dengan pasangan suami istri yang
terpisah tempat tinggal secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan
tertentu keduanya akan bertemu dalam satu rumah.
d. Reconstituted Nuclear yaitu pemebtukan keluarga baru dari keluarga inti
melalui perkawinankembali suami-istri, tinggal satu rumah dengan
anaknya.
e. Extended Family / Keluarga Besar, yaitu dimana sang suami dan istri
sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga denga orang
tua, sanak saudara, atau kerabat dekat lainnya.
f. Singel Parent

yaitu bentuk keluarga yang dimana didalamnya hanya

terdapat satu orang kepala rumah tangga yaitu ayah atau ibu.
2. Keluarga Nontradisional
Bentuk- bentuk varian keluarga nontradisonal meliputi bentuk-bentuk keluarga
yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam struktur maupun dinamikanya.
Bentuk- bentuk keluarga ini adalah

44
Universitas Sumatera Utara

a. Communal / Commune Family, merupakan keluarga dimana satu rumah terdiri
dari dua atau lebih pasangan yang monogami tanpa pertalian keluarga dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
b. Unimaried Parent and Child, merupakan keluarga yang terdiri dari ibu-anak,
tidak ada perkawinan dan anaknya dari hasil adopsi.
c. Cohibing Couple, merupakan keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu
pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
d. Institusional , merupaka keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang
dewasa yang tinggal bersama dalam panti. Sebenarnya keluarga ini tidak
cocok disebut keluarga, tetapi mereka sering mempunyai sanak saudara yang
mereka anggap sebagai keluarga, sehingga sebenarnya terjadi jaringan yang
berupa kerabat (Andarmayono, 2012).
2.3.6

Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
a. Patrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
bebrapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

45
Universitas Sumatera Utara

c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menajdi bagian keluarga karena adanya
hubungan suami atau istri (Setiadi, 2008).
2.3.7

Fungsi Pokok Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) secara umum fungsi keluarga
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi Reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.

46
Universitas Sumatera Utara

e. Fungsi

perawatan/pemeliharaan

kesehatan,

adalah

fungsi

untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
2.3.8

Dukungan Sosial Keluarga
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa
ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme,
1996 dalam Setiadi, 2008). Dukungan sosial juga berfokus pada interaksi yang
berlangsung dalam hubungan sosial saat ini dievaluasi oleh individu (Roth, 1989
dalam Friedman, 2010).
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial (Friedman, 1998 dalam Setiadi, 2008). Sedangkan menurut
Friedman (2010) mengatakan bahwa dukungan sosial keluarga adalah proses yang
terjadi selama masa hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada
masing-masing siklus kehidupan keluarga. Misalnya, tipe dan kuantitas dukungan
sosial selama tahap pernikahan (sebelum pasangan muda memilki anak) sangat
drastic berbeda bila dibandingkan tipe dan jumlah dukungan sosial yang dibutuhkan
saat keluarga tersebut di tahap akhir siklus kehidupan.
Walaupun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial
keluarga memungkinkan keluarga berfungsi dengan penuh kompetensi dan sumber.
Hal ini meningkatkan adaptasi dan kesehatan keluarga (Fiedman, 2010). Dalam
semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi

47
Universitas Sumatera Utara

dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan
adaptasi mereka dalam kehidupan.
Dukungan sosial keluarga merujuk pada dukungan sosial yang dirasakan oleh
anggota keluarga ada/dapat diakses (dukungan sosial dapat atau tidak dapat
digunakan, tetapi anggota keluarga siap memberikan bantaun dan pertolongan jika
dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat datang dari dukungan sosial keluarga,
dukungan sosial yang berada diluar keluarga nuklir itu sendiri (Friedman, 2010).
Manfaat sistem dukungan sosial dalam jaringan sosial keluarga adalah strategi
koping keluarga eksternal yang sangat utama dan penting. Hubungan dengan dunia
sosial khusunya penting bagi keluarga yang memiliki masalah kesehatan (Singer dkk,
1998 dalam Friedman, 2010). Dalam bahasan ini ada dua yang paling penting yaitu
dukungan sosial dan jaringan sosial. Jaringan sosial (Hall & Wellman, 1985 dalam
Friedman 2010) adalah struktur seperti jaringan yang terdiri atas hubungan individu.
Keluarga sangat dipengaruhi oleh jaringan ikatan ini dan keluarga adalah agent aktif
dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas hubungan personal ini guna
memenuhi situasi yang selalu berubah ( Milardo, 1988 dalam Friedman, 2010).
Studi-studi tentang dukungan keluarga telah telah menkonseptualisasi dukungan
sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal
maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan sosial eksternal antara lain:
sahabat, pekerja, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok
rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga internal antara
lain ; dukungan dari suami dan istri, dari saudara kandung dan dukungan dari anak
(Friedman, 1998 dalam Setiadi, 2008).

48
Universitas Sumatera Utara

Jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu :
1. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit
2. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan diseminator
3. Dukungan Penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga
4. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi
(Friedman, 1998 dalam Setiadi, 2008).
Menurut House (smet, 1994 dalam Setiadi, 2008) setiap bentuk dukungan
sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain :
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan yang dihadapi, meliputi
pemeberian nasehat, pengarahan, atau ide-ide lainnya
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti mmebutuhkan bantuan afeksi dari
orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,
kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang
mengahadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri
tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan.
c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan denmgan persoalan-

49
Universitas Sumatera Utara

persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan
yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan perlatan yang lengkap
dan memadai bagi penderita.
d. Bantuan penilaian, yaitu sesuatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasrakan kondisi sebenarnya penderita.
Penilain ini bisa positif dan bisa negative yang mana pengaruhnya sangat
berarti bagi seseorang.
Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
sakit, fungsi koknitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif
dari dukungan sosial keluarga adala pada penyesuaian terhadap kejadian dalam
kehidupan yang penuh dengan stres (Setiadi, 2008).
Oleh sebab itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk menangani dan
membantu kecemasan istri dalam mengahadapi menopause, baik dari suami,
saudara dan juga anak- anak. Baik dengan cara mengajak si istri berkomunikasi
atau sharing dan juga memberikan perhatian atau juga menujukkan kasih sayang
terhadap si istri. Dengan cara ini, maka kecemasan yang diahadapi si istri akan
berkurang, bahkan akan hilang dari pikirannya.

50
Universitas Sumatera Utara