Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

(1)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP

KECEMASAN ISTRI MENGHADAPI MASA MENOPAUSE DI

KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Oleh

Zuliawati 061101041

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal Peneliti : Zuliawati

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 061101041

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 23 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

Nur Afi Darti, SKp, M. Kep Reni Asmara A, S.Kp, MARS NIP. 19710312 200003 2 001 NIP. 19750220 200112 2 001

Penguji II

Farida Linda Sari Siregar M.Kep NIP. 19780320 200501 2 003

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 29 Juni 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut :

1. Kepada ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing skripsi terima kasih atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran, bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Reni Asmara Ariga S.Kp, MARS dan ibu Farida Linda Sari Siregar M.Kep

(selaku dosen pembimbing akademik) terima kasih telah memberikan masukan yang berharga demi kesempurnaan skripsi ini.

3. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Erniyati, SKp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda Suwanak dan Ibunda Misliah atas segala dukungan moral dan materil serta doa yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(4)

7. Saudara-saudaraku Hari Guswanto, Yuslina Wati, Rahayu Alnizar, Surinami, ibu Rusni dan bapak Suparman yang selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Abi, terima kasih atas segala motivasi, perhatian, nasehat yang selalu engkau berikan kepadaku sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Kepada Riswan Sihombing selaku lurah Sunggal dan semua ibu-ibu kelompok wirid di Kelurahan Sunggal, terima kasih atas partisipasinya.

10.Sobatku Desi Fachrianty, Maha Sari Carolina S.Kep, Ani Farida, Sri Yuni Fitria, Husna Sari, Ridha Amalia, Ainil Fitri, terima kasih atas diskusi dan waktunya untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.

11.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2006 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak mambantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kiranya Allah SWT sudi menerima amal baik yang telah ikhlas diberikan dan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Persetujuan... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. pertanyaan Penelitian ... 4

3. Hipotesa Penelitian ... 4

4. tujuan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kecemasan ... 6

1.1. Definisi Kecemasan ... 6

1.2. Faktor Penyebab Kecemasan ... 7

1.3. Tingkat Kecemasan ... 7

1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan ... 9

2. Menopause ... 10

2.1. Definisi Menopause ... 10

2.2. Mekanisme Terjadinya Menopause ... 11

2.3. Batasan Usia Terjadinya Menopause... 12

2.4. Gejala Menopause ... 14

2.5. Faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Masa Menopause ... 17

3. Dukungan Sosial ... 18

3.1. Definisi Dukungan Sosial... 18

3.2. Klasifikasi Dukungan Sosial 3.3. ... 19

Sumber-Sumber Dukungan Sosial 3.4. Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap ... 20

Kecemasan Istri Menghadapai Masa Menoapuse ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep ... 23

2. Defenisi Operasional ... 25

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 26


(6)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 30

6. Rencana Pengumpulan Data ... 35

7. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38

2. Pembahasan... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 51

2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 57

Lampiran 1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan………58

Lampiran2. Lembar Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan……….59

Lampiran 3. Lembar persetujuan Menjadi responden ... 60

Lampiran 4. Jadwal Tentatif Penelitian ... 61

Lampiran 5. Taksasi Dana ... 62

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 63


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1. Definisi Operasional ... 25 Tabel 2. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi………37 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi ... 39 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Sosial Suami ... 40 Table 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecemasan

Istri Menghadapi Masa Menopause ... 40 Table 6. Hasil Analisa Pengaruh Dukungan Sosial Suami


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Dukungan Sosial

Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi


(9)

Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

Peneliti : Zuliawati

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 061101041

Tahun Akademik : 2009/2010

Abstrak

Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut dengan timbulnya kecemasan, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan terutama oleh suami maka akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause, mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause, dan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Responden berjumlah 98 orang wanita menopause yang berdomisili di Kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data berlangsung mulai tanggal 15 Januari-28 Februari 2010. Dari uji koefisien korelasi Spearmen’s/Correlations

Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada

pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kekuatan korelasi (r) = -0,535 yang mengidentifikasikan kekuatan hubungan dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause dalam kategori sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna khususnya bagi keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas guna sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita menopause.


(10)

Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

Peneliti : Zuliawati

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 061101041

Tahun Akademik : 2009/2010

Abstrak

Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut dengan timbulnya kecemasan, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan terutama oleh suami maka akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause, mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause, dan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Responden berjumlah 98 orang wanita menopause yang berdomisili di Kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data berlangsung mulai tanggal 15 Januari-28 Februari 2010. Dari uji koefisien korelasi Spearmen’s/Correlations

Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada

pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kekuatan korelasi (r) = -0,535 yang mengidentifikasikan kekuatan hubungan dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause dalam kategori sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna khususnya bagi keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas guna sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita menopause.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menopause adalah periode ketika menstruasi seorang perempuan berhenti, sering dianggap sebagai momok dalam kehidupan seorang wanita. Masa ini mengingatkan dirinya yang akan menjadi tua karena organ reproduksinya sudah tidak berfungsi lagi (Kasdu, 2002). Tidak ada seorang pun yang dapat dengan pasti menentukan kapan menopause itu datang. Kebanyakan wanita akan mengalaminya pada usia 50 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan jika terjadi lebih cepat atau lebih lambat (Zamralita, 2003). Hutapea dalam Irmawati (2003) dari hasil penelitiannya di Medan pada tahun 1998 menjumpai usia rata-rata wanita menopause 48,3 tahun. Jumlah wanita di Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015 (Susanto dalam Khasanah, 2009).

Wanita yang mendekati menopause, produksi hormon ekstrogen, progesteron dan hormon seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur. Menopause berhubungan dengan perubahan hormonal sehingga wanita mengalami perubahan status fisik dan emosional (Vikar, 2009). Menurut hasil penelitian Departemen Obsetri dan Ginekologi di Sumatera, masalah kesehatan yang dihadapi oleh wanita menopause terkait dengan rendahnya kadar estrogen di dalam sirkulasi darah, sehingga


(12)

muncul keluhan nyeri senggama (93,33%), keluhan pendarahan pasca senggama (84,44%), vagina kering (93,33%), dan keputihan (75,55%), keluhan gatal pada vagina (88,88%), perasaan panas pada vagina (84,44%), nyeri berkemih (77,77%), inkontenensia urin (68,88%), selain itu, rendahnya kadar estrogen dapat menyebabkan osteoporosis (Hadrians, dkk, 2005; Rosalina, 2008).

Wanita yang memasuki masa menopause selain mengalami perubahan status fisik, juga mengalami perubahan psikologis misalnya, mudah tersinggung, suasana hati berubah-ubah, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas, stres dan depresi. Ada beberapa wanita cemas menghadapi masa menopause karena takut kehilangan daya tarik seksual, perasaan tidak dapat melahirkan anak lagi, perasaan tidak berguna, tidak berarti dalam hidup, rasa khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan meninggalkannya (Muhammad, 1981 dalam Admin, 2008; Rosalina, 2008).

Astrini (2004) mengatakan bahwa wanita yang mengalami kecemasan disebabkan karena harus menyesuaikan diri terhadap proses ketuaan dan merasa kehilangan peran sebagai Ibu serta kehilangan peran sebagai istri. Menurut Hurlock (1999), sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis karena menjadi tua adalah proses yang tidak bisa dihindari. Menopause merupakan bagian dari perkembangan hidup wanita yang seharusnya bisa diterima secara wajar sebagaimana awal terjadinya menstruasi, tetapi kenyataan yang ada dalam masyarakat menunjukkan banyak wanita setengah baya mengalami masalah dalam menghadapi masa menopause.


(13)

Menurut penelitian Robertson tahun 1985 di Menopause Clinic Australia, dari 300 pasien usia menopause terdapat 31,2% pasien mengalami depresi dan kecemasan (Christiani dkk, 2000 dalam Indie, 2009). Berdasarkan penelitian Irmawati (2003) kira-kira 40% wanita mengalami kecemasan dalam menghadapi masa menopause.

Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause akan menentukan berat ringannnya seseorang menghadapi kekhawatiran saat menopause. Bila seorang wanita tidak siap mental menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif akan berakibat tidak baik. Wanita tersebut akan menjadi tidak percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak berguna, tidak dihargai, khawatir berkepanjangan tentang perubahan fisiknya dan terjadi ketidakstabilan emosi. Kepedulian dan dukungan keluarga terutama dukungan suami sangat dibutuhkan seorang istri dalam menghadapi masa menopause (Vikar, 2009).

Perhatian dan dukungan suami ini akan menumbuhkan kepercayaan diri dan harga diri sebagai seorang istri mapun sebagai seorang ibu. Menurut Indie (2009), berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif kecemasan sehingga meimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut.

Beberapa teori menegaskan bahwa dengan adanya dukungan sosial yang kuat akan berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya dalam mengatasi kecemasan. Namun bagaimana pengaruh dukungan sosial suami terhadap


(14)

kecemasan istri menghadapi masa menopause, secara khusus belum pernah diidentifikasi di Kecamatan Medan Sunggal, sehingga penelitian ini penting untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause?

3. Hipotesa Penelitian

Pada penelitian ini digunakan hipotesa alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Dimana hasilnya ditolak

4. Tujuan Penelitian

4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal. 4.2. Tujuan Khusus

4.2.1. Mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

4.2.2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

4.2.3. Mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.


(15)

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi praktek keperawatan, dan penelitian keperawatan selanjutnya.

a. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya keperawatan maternitas berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause

b. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori-teori/konsep-konsep dan hasil penelitian yang terkait dengan kecemasan, menopause dan dukungan sosial.

1. Kecemasan

1.1. Definisi Kecemasan

Purba (2008) menyatakan kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya (Trismiati, 2004 dalam Purba, 2008).

Definisi kecemasan sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa individu untuk berbuat sesuatu. Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego, dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada (Corey, 1995 dalam Purba, 2008). Cemas merupakan respon belajar yang dibawa sejak lahir untuk menghindari nyeri. Cemas merupakan akibat seseorang dihadapkan pada dua keinginan atau tujuan yang bersaing (Dollard dan Miller, 1950 dalam Doenges, dkk, 2006).

Hall & Lindzey (1993) dalam Purba (2008) membagi kecemasan atas tiga yaitu: 1) Cemas realita adalah rasa khawatir akan bahaya yang datang dari dunia


(17)

luar dan derajat kecemasannya sangat tergantung kepada ancaman nyata, 2) Cemas neurotic adalah rasa khawatir kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum, dan 3) Cemas moral adalah rasa khawatir terhadap hati nuraninya sendiri. Individu yang hati nuraninya yang cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang. kecemasan berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

1.2. Faktor Penyebab Kecemasan Kecemasan dapat disebabkan oleh:

a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu

b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah, kehilangan atau bencana

c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan

d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau ganguan terhadap kebutuhan dasar

e. Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan perubahan peran.

1.3. Tingkat Kecemasan

Stuart dan Sundeen (1998) dalam Purba (2008); Videbeck (2008) mengidentifikasi kecemasan dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan persepsi yang berbeda tergantung kepada kemampuan individu


(18)

dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam dirinya maupun dalam lingkungannya.

Adapun tingkat kecemasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Cemas ringan: cemas yang normal yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas

2. Cemas sedang: merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Cemas ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah 3. Cemas berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

4. Panik: tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan


(19)

pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gambar. Rentang respon cemas

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Adapun tanda dan gejala kecemasan, diantaranya sebagai berikut:

a. Respons fisik yang mungkin ditemukan antara lain: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur

b. Respons kognitif:

1. Lapangan persepsi menyempit

2. Tidak mampu menerima rangsangan luar 3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya c. Respons perilaku dan emosi:

1. Gerakan tersentak-sentak 2. Bicara berlebihan dengan cepat


(20)

3. Perasaan tidak aman.

2. Menopause

2.1. Definisi Menopause

Kata “Menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “Men” yang berarti bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium (Kartono, 1992 dalam Purwanto, 2007). Purwoastuti (2008) menyebutkan menopause adalah penghentian permanen menstruasi (haid), berarti akhir dari masa reproduktif.

Masa menopause terjadi 4-5 tahun sebelum menopause dan mulai saat itu keluhan klimakterium mulai berkembang. Menopause adalah suatu masa dimana haid berhenti disebabkan sangat berkurangnya pengaruh hormon yang dihasilkan ovarium dan ini terjadi pada usia 45-50 tahun. Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi maka ditetapkan menopause telah terjadi pada haid terakhir. Gabungan masa premenopause sampai akhirnya postmenopause terjadi disebut masa perimenopause. Pada masa perimenopause inilah terjadi keluhan yang memuncak (Kasdu, 2002). Tiga sampai enam tahun setelah menopause merupakan periode postmenopause (Sembiring, 1991 dalam Kasdu, 2002). Menurut Nirmala (2003), menopause adalah masa yang ditandai dengan berhentinya haid, ini disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan penurunan hormon estrogen. Proses ini menyebabkan semakin berkurangnya


(21)

produksi estrogen berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Tanggal dari haid terakhir disebut sebagai menopause.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan menstrusi terakhir akibat menurunnya fungsi hormon indung telur disertai dengan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita.

2.2. Mekanisme Terjadinya Menopause

Haid adalah keluarnya darah dari uterus (rahim) melalui vagina selama 5-7 hari. Haid terjadi secara siklik setiap bulan sekitar 28-35 hari (bervariasi pada setiap wanita). Hari pertama perdarahan biasanya dihitung sebagai hari pertama haid. Adapun yang merangsang timbulnya haid adalah hormon-hormon yang disebut Follicel Stimulating Hormon (FSH), Lutenizing Hormon (LH) yang diproduksi oleh Lobus anterior Hypophise. Serta hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh sel telur yang berada di indung telur.

FSH berfungsi merangsang beberapa sel telur yang masih muda (Follicel Primarius/Primordial) menjadi dewasa (Follicel de Graf). Beberapa Follicel de Graf tersebut menghasilkan hormon estrogen yang akan mempengaruhi selaput terdalam rahim (endometrium) menjadi menebal (berproliferasi). Oleh karena kadar hormon estrogen dalam darah cukup tinggi, maka pengeluaran FSH ditekan oleh hormon estrogen, kemudian hypophise mengeluarkan LH yang akan mempengaruhi Follicel de Graf menjadi semakin matang.

Kemudian, salah satu dari Follicel de Graf yang terletak paling tepi dari dinding ovarium akan keluar. Sel tersebut ditangkap oleh saluran telur (Tuba Falopii). Peristiwa ini disebut dengan ovulasi. Kulit Follicel de Graf (selnya sudah


(22)

keluar) yang masih berada di ovarium dan disebut sebagai corpus rubrum (badan merah), akan berubah menjadi corpus luteum (badan kuning) yang akan menghasilkan hormon progesteron dan sedikit hormon estrogen yang akan mempengaruhi sel-sel pada endometrium menjadi lebih besar, berkelok-kelok, dan mengeluarkan banyak lendir.

Saat terjadi ovulasi, apabila tidak ada pembuahan (konsepsi), maka sel telur yang berada pada saluran telur akan mati setelah ± 24 jam dan corpus luteum berangsur-angsur akan mengisut dan berubah menjadi corpus albican. Dengan demikian, produksi hormon progesteron dan estrogen berangsur-angsur juga akan berkurang, akibatnya selaput endometrium berangsur-angsur pula akan menipis dan akhirnya akan mengelupas. Pengelupasan selaput endometrium ini akan disertai dengan perdarahan dan dikeluarkan melalui vagina. Peristiwa inilah yang disebut dengan menstruasi. Pada beberapa tahun sebelum mengalami menopause, haid akan datang secara tidak teratur, makin lama akan makin jarang dan akhirnya tidak mengalami haid sama sekali (Purwoastuti, 2008).

2.3. Batasan Usia Terjadinya Menopause

Menopause pada seorang wanita tidak ada yang sama pada setiap orang (Kasdu, 2002). Braam dkk (1981) dalam Ryan (2009) menyatakan bahwa pada sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun, meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi terakhir. Sebagian besar wanita mengalami


(23)

menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur 47 tahun (Hastings & Damayanti, 2003 dalam Ryan, 2009).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usia seseorang wanita akan mengalami menopause sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Namun apabila diambil rata-ratanya, umumnya seseorang wanita mengalami menopause sekitar usia 47-57 tahun (Ryan, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami menopause (Kasdu, 2002), yaitu:

1. Usia saat haid pertama kali (menarche)

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama memasuki masa menopause

2. Faktor psikis

Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberap penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja

3. Jumlah anak

Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause, tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause


(24)

4. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki usia menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan menghambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh

5. Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontasepsi ini, khususnya alat kontasepsi jenis hormonal. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama memasuki usia menopause

6. Merokok

Wanita merokok akan lebih cepat memasuki masa menopause 7. Sosial ekonomi

Menopause kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi (Yatim, 2001)

2.4. Gejala Menopause

Sehubungan dengan terjadinya menopause pada wanita maka biasanya diikuti dengan perubahan yang meliputi aspek fisik dan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut.


(25)

a. Gejala Fisik

Ketika seseorang wanita memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba disekujur tubuh, diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan jantung berdebar-debar (Hurlock, 1999). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu ketidakteraturan siklus haid sampai haid berhenti, terhentinya pembentukan indung telur, melemahnya organ reproduksi, dan muncul gejala-gejala penuaan di beberapa bagian tubuh (Herahim, 2005).

Beberapa keluhan fisik diantaranya gejolak rasa panas, kekeringan vagina, perubahan kulit, berkeringat banyak di malam hari, sulit tidur, jantung berdebar cepat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat, mulut kering, kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk, bisa disertai dengan timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, osteoporosis, kanker, dan lain-lain (Yatim, 2001; Purwanto, 2008).

Rachman dalam kasdu (2002) menjelaskan beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh akibat kekurangan hormon estrogen (sindroma kekurangan estrogen) sebagai berikut:

a. Gangguan sistem vasomotor (saraf yang mempengaruhi penyempitan atau pelebaran pembuluh darah) berupa hot flushes (gejolak panas), vertigo, keringat banyak, parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan)

b. Gangguan sistem konstitusional berupa berdebar-debar, nyeri tulang belakang, nyeri otot, dan migrain serta rasa takut


(26)

c. Gangguan sistem psikis dan neurik berupa depresi, kelelahan fisik dan insomatik, susah tidur, serta rasa takut

d. Sistem lainnya berupa keputihan, sakit saat bersenggama, terganggu libido, gangguan haid, dan pruritus vulva (gatal pada alat kelamin luar wanita).

Selama menopause tubuh akan mengalami perubahan ini diakibatkan karena tubuh kekurangan hormon estrogen, contohnya pada:

1. Payudara, bentuk payudara akan mengecil, mendatar, dan mengendor. Hal ini terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu juga mengecil dan pigmentasinya berkurang

2. Dasar pinggul, kekuatan dan elastisitasnya menghilang karena atrofi dan melemahnya daya sokong akibat turunnya alat-alat kelamin bagian dalam 3. Anus dan perineum, lemak dibawah kulit menghilang, otot mengalami

pengerutan sehingga melemah fungsinya

4. Kandung kemih, aktifitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering ingin buang air kecil.

b. Gejala Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada wanita menopause sangat penting peranannya dalam kehidupan sosial wanita. Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause diantaranya mudah tersinggung, susah tidur, ingatan menurun, kecemasan, stres, depresi, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar dan tegang. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anaknya, serta kehilangan feminimitas karena fungsi reproduksi yang hilang (Yatim, 2001).


(27)

Adapun gejala psikologis menurut Blackburn dan Davidson dalam Zainuddin (2000) dalam Purwanto (2008), adalah sebagai berikut:

1. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, persaaan sangat tegang

2. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya

3. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti: menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan

4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti: gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi

5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti: berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

2.5. Faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Masa Menopause

Freud dalam Hall (1980) dalam Purwanto (2008); Yatim (2001) menjelaskan faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan tua, menopause dikaitkan dengan berakhirnya peran istri bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya, menopause dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan aktivitas seksual, menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, menopause dikaitkan dengan status kerja. Menurut Priest (1987) dalam Purwanto (2008), bahwa sumber umum dari kecemasan adalah lingkungan disekitar individu, pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah tangga, dan adanya problem. Tallis (1995) dalam


(28)

Purwanto (2008) menyatakan bahwa penyebab individu cemas adalah masalah yang tidak dapat terselesaikan, contoh penuaan dan kematian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif sosial dan motif seksual.

3. Dukungan Sosial

3.1. Definisi Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi suatu kejadian yang menekan. Penelitian berikutnya membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami (Foote, 1990 & Helgeson, 2003 dalam wangmuba, 2009). Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (Gonollen & Bloney dalam As’ari, 2005 dalam Bow, 2009).

Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dukungan Sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman, saudara, rekan kerja atupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan


(29)

individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai.

Cohen & Syme (1985) dalam Wangmuba (2009) mengklasifikasikan dukungan sosial dalam empat kategori yaitu :

3.2. Klasifikasi Dukungan Sosial

1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesutau yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat, petunjuk, memberikan hadiah, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam menghadapi situasi yang dianggap membebani

2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengar kan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi

3. Dukungan instrumental/materi adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain

4. Dukungan penghargaan atau appraisal (penilaian), dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stres


(30)

5. Dukungan integritas sosial

Jenis dukungan sosial memungkinkan seseorang memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian serta ditemani saat melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Dukungan sosial ini akan memberikan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok (Kuntjoro, 2002).

3.3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

1.

Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga, dokter, psikolog, psikiater (Hause & Kahn dalam Suhita, 2005 dalam Bow, 2009). Hal ini juga diungkapkan oleh Thorst dalam Sofia (2003) dalam Bow (2009), Sumber-sumber dukungan sosial, diantaranya:

Suami

2.

Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan menyelesaikan permasalahan bersama. Sehingga menimbulkan suatu keharmonisan dalam keluarga, yaitu kebahagiaan dalam hidup karena cinta kasih suami istri yang didasari kerelaan dan keserasian hidup bersama

Keluarga

Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan,


(31)

tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan (Heardman, 1990 dalam Bow, 2009)

3. Teman/sahabat

Persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara, serta perhatian tanpa adanya unsur eksploitasi.

3.4. Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Teman dekat merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan (Kail & Neilsen dalam Suhita, 2005 dalam Bow, 2009).

Pada saat menjelang menopause seorang wanita dituntut untuk menghadapi realitas baru yang sudah tiba. Tidak jarang pada masa menopause ini selalu disertai kecemasan dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang dialami (Hurlock, 1999). Induvidu yang memasuki masa menopause juga mengalami krisis dalam kehidupannya baik dalam pekerjaan, rumah tangga dan hubungan sosial. Tidak jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai seorang istri. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis yang apabila tidak diatasi akan menyebabkan kecemasan dan berdampak buruk pada kehidupan sosial seorang istri.

Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause serta dukungan sosial suami akan menentukan berat ringannya seorang istri menghadapi kecemasan saat memasuki masa


(32)

menopause (Kasdu, 2002). Dukungan sosial suami membantu istri yang memasuki masa menopause dengan memberikan informasi, bimbingan, dukungan emosional dan semangat sehingga setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang sedang dihadapinya.


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengedentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Menopause merupakan peristiwa hidup yang alamiah yang harus diterima dan disikapi secara positif oleh istri serta berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang dialami. Kondisi ini selain menimbulkan perubahan fisik juga tekanan psikologis yang apabila tidak diatasi akan menimbulkan kecemasan akibatnya berdampak buruk terhadap kehidupan seorang wanita. Namun dengan adanya dukungan sosial suami akan mengurangi rasa kecemasan istri yang akan memasuki masa menopause. Dukungan sosial suami yang diberikan meliputi dukungan instrumental/materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan integritas sosial.

Disamping itu ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecemasan yang dialami seorang istri pada saat akan menghadapi masa menopause seperti tingkat pendidikan atau pengetahuan, faktor sosial ekonomi budaya, pekerjaan, ajaran agama, dan kematangan mental, yang akan menentukan berat ringannya seseorang menghadapi masa menopause (Vikar, 2009; Kasdu, 2002).

Dengan adanya dukungan sosial suami yang positif, maka cemas istri akan baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi pada masa menopause. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner untuk mengkaji dukungan sosial suami dan kuesioner untuk menilai kecemasan


(34)

istri menghadapi menopause yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka.

Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti Dukungan sosial suami:

• Dukungan sosial suami kurang

• Dukungan sosial suami cukup

• Dukungan sosial suami baik

Kategori cemas istri menghadapi masa menopause

• Cemas ringan

• Cemas sedang

• Cemas berat

Faktor pengaruh

• Pendidikan/pengetahuan

• Sosial ekonomi budaya

• Pekerjaan

• Ajaran agama


(35)

2. Definisi Operasional

No Variabel Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Variabel

independen: dukungan sosial suami

Dukungan sosial suami adalah bantuan yang diberikan oleh suami kepada seorang istri yang mengalami menopause untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikisnya. menurunkan kecemasan dalam menghadapi masa menopause berupa dukungan instrumental/materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan integritas sosial di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Sunggal.

Kuesioner sebanyak 20 pernyataan Nilai 20-39 = dukungan sosial suami kurang Nilai 40-59 = dukungan sosial suami cukup Nilai 60-80 = dukungan sosial suami baik Ordinal

2 Variabel dependen: kecemasan istri menghadapi masa menopause

 Kecemasan adalah perasaan khawatir dan ragu-ragu, tidak nyaman, bingung yang dihadapi oleh seorang istri dalam menghadapi masa menopause akibat perubahan fisik dan psikologis.

 Menopause adalah suatu periode dimana seorang istri sudah tidak mengalami menstruasi lagi seiring dengan bertambahnya usia, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan

Kuesioner sebanyak 20

pernyataan

Nilai 20-39 = cemas ringan Nilai 40-59 = cemas sedang Nilai 60-80 = cemas berat Ordinal


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seorang istri yang sudah tidak mengalami menstruasi lagi seiring dengan bertambahnya usia, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan dan tinggal di Kecamatan Medan Sunggal. Adapun jumlah kepala kelurga di Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 5352 orang, yang terdiri dari 14 lingkungan yaitu lingkungan 1 berjumlah 350 orang, lingkungan 2 berjumlah 395 orang, lingkungan 3 berjumlah 382 orang, lingkungan 4 berjumlah 653 orang, lingkungan 5 berjumlah 395 orang, lingkungan 6 berjumlah 320 orang, lingkungan 7 berjumlah 362 orang, lingkungan 8 berjumlah 302 orang, lingkungan 9 berjumlah 401 orang, lingkungan 10 berjumlah 250 orang, lingkungan 11 berjumlah 388 orang, lingkungan 12 berjumlah 450 orang, lingkungan 13 berjumlah 302 orang, lingkungan 14 berjumlah 402 orang (data Kelurahan Sunggal Medan, 2007). Rumus penentuan besar sampel untuk penelitian survei adalah:


(37)

N n =

1+N(d) 5352

2

n =

1+5352(0,1) 5352

2

n =

54,52 n = 98 orang

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Notoatmodjo (2002) yaitu dengan cara pengambilan sampel sebanyak 98 orang, dan sesuai dengan kriteria inklusi, diantaranya:

1. Usia 47-58 tahun.

2. Status menikah dan masih memiliki suami.

3. Kondisi menopause adalah keadaan subjek/istri yang telah mengalami menopause, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random

sampling berdasarkan jumlah KK pada masing-masing Kelurahan Sunggal yang

terdiri dari 14 lingkungan, dengan demikian dapat dihitung jumlah sampel untuk masing-masing lingkungan, sebagai berikut:

a. Jumlah KK Lingkungan I 350 = 6

54,52

b. Jumlah KK Lingkungan II 395 = 7

54,52

Keterangan: n = besar sampel N = besarnya populasi d = tingkat kepercayaan


(38)

c. Jumlah KK Lingkungan III 382 = 7

54,52

d. Jumlah KK Lingkungan IV 653 = 12

54,52

e. umlah KK Lingkungan V 395 = 7

54,52

f. Jumlah KK Lingkungan VI 320 = 6

54,52

g. Jumlah KK LingkunganVII 362 = 7

54,52

h. Jumlah KK Lingkungan VIII 302 = 6

54,52

i. Jumlah KK Lingkungan IX 401 = 7

54,52

j. Jumlah KK Lingkungan X 250 = 5

54,52

k. Jumlah KK Lingkungan XI 388 = 7

54,52

l. Jumlah KK Lingkungan XII 450 = 8


(39)

m. Jumlah KK Lingkungan XIII 306 = 6

54,52

n. Jumlah KK Lingkungan XIV 402 = 7

54,52

No Jumlah KK Lingkungan Jumlah Orang Jumlah Sampel

1 I 350 6

2 II 395 7

3 III 382 7

4 IV 653 12

5 V 395 7

6 VI 320 6

7 VII 362 7

8 VIII 302 6

9 IX 401 7

10 X 250 5

11 XI 388 7

12 XII 450 8

13 XIII 302 6

14 XIV 402 7

Total 5352 98

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal. Dengan pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal peneliti, lokasi ini juga merupakan daerah dengan populasi wanita yang telah memasuki masa menopause yang memadai untuk mendapatkan jumlah responden penelitian. Waktu penelitian ini telah dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan USU, Balitbang Kota Medan, Camat Medan Sunggal, serta Kepala


(40)

Kelurahan Sunggal Medan. Penelitian menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian. Jika bersedia menjadi responden, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) penelitian atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal.

Peneliti melindungi subjek dari semua kerugian baik material, nama baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan diteliti, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konseptual dan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, dukungan sosial suami dan kuesioner untuk menilai kecemasan istri menghadapi menopause.


(41)

5.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, penghasilan keluarga dan jumlah anak dalam keluarga.

5.2. Kuesioner Dukungan Sosial Suami

Kuesioner dukungan sosial suami berisi pernyataan-pernyataan yang meliputi 5 komponen dukungan sosial, yaitu dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan instrumental/materi, dukungan penghargaan, dukungan emosional, dan dukungan integritas sosial. Peneliti menyusun Kuesioner ini berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual tentang konsep dukungan sosial yang melibatkan peran suami (Bow, 2009).

Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan, yang terbagi dalam 4 pernyataan dukungan informasi (1, 2, 4, 16), 5 pernyataan dukungan emosional (3, 5, 6, 7, 17), 4 pernyataan dukungan instrumental/materi (10, 12, 13, 19), 4 pernyataan dukungan penghargaan (8, 9, 14, 15) dan 3 pernyataan dukungan integritas sosial (11, 18, 20). Dimana terbagi atas pernyataan positif dan pernyataan negatif, diantaranya 17 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 3, 17, 20. Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Linkert dalam alternatif jawaban yaitu, sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan untuk jawaban STS = 1, TS = 2, S = 3, SS = 4.


(42)

Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan sosial suami semakin tinggi. Berdasarkan rumus statistik p = rentang

banyak kelas

Menurut Sudjana (1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial suami (kurang, cukup, baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.

Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan sosial suami dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

20-39 = dukungan sosial suami kurang 40-59 = dukungan sosial suami cukup 60-80 dukungan sosial suami baik

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program SPSS versi 17.0 terhadap kuesioner dukungan sosial suami adalah 0,896 (lihat pada lampiran). Menurut Burns dan Grove (1993), untuk suatu instrumen penelitian yang baru dikembangkan, uji reliabilitasnya ≥ 0,70 dapat diterima. Artinya kuesioner dukungan sosial suami ini layak dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.

5.3. Kuesioner Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Kuesioner kecemasan istri menghadapi masa menopause berisi beberapa pernyataan yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka konseptual serta


(43)

modifikasi dengan skala A-Trait untuk mengidentifikasi kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan, 9 pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 3, 6, 7, 10, 13, 14, 16, 19 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 2, 4, 5, 8, 9, 11, 12, 15, 17, 18, 20. Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Linkert dalam alternatif jawaban yaitu hampir tidak pernah (HTP), kadang-kadang (KK), sering (SR), selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan untuk jawaban HTP = 1, KK = 2, SR = 3, SL = 4.

Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka semakin tinggi derajat kecemasannya. Berdasarkan rumus statistik p = rentang

banyak kelas

Menurut Sudjana (1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk derajat kecemasan (ringan, sedang, berat), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.

Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, derajat kecemasan istri menghadapi masa menopause dikategorikan atas interval sebagai berikut:

20-39 = cemas ringan 40-59 = cemas sedang 60-80 = cemas berat

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program SPSS versi 17.0 terhadap kuesioner kecemasan istri menghadapi masa


(44)

menopause adalah 0,897 (lihat pada lampiran). Menurut Burns dan Grove (1993), untuk suatu instrumen penelitian yang baru dikembangkan, uji reliabilitasnya ≥ 0,70 dapat diterima. Artinya kuesioner kecemasan istri menghadapi masa menopause ini layak dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.

5.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dukungan sosial suami dan kuesioner kecemasan istri menghadapi masa menopause perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen (kuesioner) yang digunakan mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Nursalam, 2002). Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan diukur (Polit & Hungler, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan uji reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha. Instrumen akan diuji pada 10 responden yang memenuhi kriteria, dimana responden yang sudah diikutkan dalam uji reliabilitas ini tidak dilibatkan untuk menjadi sampel penelitian.


(45)

6. Rencana Pengumpulan Data

Rencana pengumpulan data telah dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian pada institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Balitbang Kota Medan, Camat Medan Sunggal, serta Kepala Kelurahan Sunggal Medan sebagai tempat penelitian.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Responden diminta untuk menjawab pernyataan peneliti atau mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam peneliti ini, maka pengumpulan data telah selesai dilaksanakan dan selanjutnya dilakukan analisa data.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data atau analisa data yang secara garis besar meliputi 3 langkah yaitu:

1. Persiapan yaitu mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data 2. Tabulasi data dengan memberikan skor terhadap item. Item yang perlu diberi

skor, memberi kode terhadap item yang tidak diberi skor, memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data dengan menggunakan komputer


(46)

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian yaitu pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus atau aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil (Arikunto, 2002).

Data demografi, data dukungan sosial suami, data kecemasan istri menghadapi masa menopause disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik bivariat merupakan suatu prosedur untuk menganalisa hubungan antara 2 variabel yaitu untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan sosial suami) & variabel dependen (kecemasan istri menghadapi masa menoapuse) dengan menggunakan uji Korelasi Spearmen yang ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p dan arah korelasi. Nilai r menginterpretasikan kekuatan hubungan dengan level 0,000 sampai dengan 1,000.

Uji Spearmen digunakan karena variabel independen (dukungan sosial suami) berskala ordinal dan variabel dependen (kecemasan istri menghadapi masa menoapuse) berskala ordinal, sehingga objek yang diteliti dimungkinkan untuk diberi jenjang atau ranking. Uji Spearmen dapat digunakan untuk uji korelasi antara variabel numerik dengan ordinal dan sebagai alternatif untuk uji numerik bila uji person tidak memenuhi syarat (Dahlan, 2008).


(47)

Tabel 2. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi.

No Parameter Nilai Interpretasi 1 Kekuatan

Korelasi (r)

0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2 Nilai p P < 0,05

P > 0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3 Arah korelasi + (positif)

− (negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya

Berlawanan arah.

Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 15 Januari sampai 28 Februari 2010 terhadap 98 orang responden di Kecamatan Medan Sunggal.

Hasil dari penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal adalah sebagai berikut :

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak.

Dari 98 responden yang terkumpul, mayoritas responden berada pada rentang usia 53-58 tahun (n=64;65,3%), suku Jawa (n=63;64,3%), beragama Islam (n=92;93,9%). Pendidikan responden lebih banyak adalah SMP (n=38;38,8%), dengan persentase istri bekerja lebih banyak dari istri tidak bekerja (n=70;71,4%). Mayoritas pendapatan responden berkisar antara Rp.900.000-Rp.1.800.000 (n=42;42,9%), dan memiliki anak berkisar antara 4-6 orang anak (n=50;51,0%).


(49)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden di Kecamatan Medan Sunggal (N=98).

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Usia 47-52 tahun 53-58 tahun Suku Batak Jawa Melayu Minang Lain-lain Agama Islam Kristen protestan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi Pekerjaan PNS Wiraswasta Ibu rumah tangga Penghasilan

< Rp. 900.000

Rp.900.000-Rp.1.800.000 > Rp.1.800.000 Jumlah anak 1-3 orang 4-6 orang 7-9 orang 34 64 16 63 9 1 9 92 6 9 13 38 27 11 17 53 28 32 42 24 32 50 16 34,7 65,3 16,3 64,3 9,2 1,0 9,2 93,9 6,1 9,2 13,3 38,8 27,6 11,2 17,3 54,1 28,6 32,7 42,9 24,5 32,7 51,0 16,3


(50)

1.2. Dukungan Sosial Suami

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam kategori dukungan sosial suami baik (n=93;94,9%), dan hanya 5 responden (5,1%) dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk dukungan sosial suami kurang tidak ada (Tabel 4)

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan sosial suami responden di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)

Dukungan Sosial Suami Frekuensi Persentase (%) Dukungan sosial suami

kurang

Dukungan sosial suami cukup

Dukungan sosial suami baik 0 5 93 0 5,1 94,9

1.3. Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam kategori cemas ringan (n=88;89,8%), dan hanya 10 responden (10,2%) berada pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase kecemasan istri menghadapi masa menopause responden di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)

Kecemasan Istri Menghadapi Masa

Menopause

Frekuensi Persentase (%)

Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat 88 10 0 89,8 10,2 0


(51)

1.4. Pengaruh antara Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Hasil uji statistik korelasi Spearman dengan komputerisasi didapatkan kekuatan korelasi (r) = -0,535. Angka tersebut menunjukkan korelasi antara dukungan sosial dengan kecemasan sedang, sedangkan tanda – (negatif) menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause, begitu pula sebaliknya. Tingkat signifikansi (p) dari hasil korelasi Spearman diperoleh p sebesar 0,000 dimana nilai ini kurang dari level of significance (α) yaitu (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.

Tabel 6. Hasil analisa pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)

Dukungan kecemasan Spearman's rho Dukungan Correlation

Coefficient

1.000 -.535**

Sig. (2-tailed) . .000

N 98 98

Kecemasan Correlation Coefficient

-.535** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang pengaruh dukungan sosial suami


(52)

terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

2.1. Dukungan Sosial Suami

Sofiana (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial yang berasal dari suami membuat seseorang merasakan kenyamanan, perhatian, didengar, penghargaan dan bisa menerima kondisinya. Dukungan sosial diperoleh karena kehadiran orang lain dalam keakraban sosial mempunyai manfaat emosional dan efek perilaku bagi pihak penerima yaitu tersedianya dukungan bagi individu ketika menghadapi masalah dan mencari seseorang untuk membantu membicarakan jalan keluar permasalahan yang dialaminya. Bentuk dukungan sosial bisa berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan, nasehat, tersedianya rasa nyaman, atau bahkan tempat berkeluh kesah.

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan dukungan sosial suami responden di Kecamatan Medan Sunggal, didapatkan bahwa mayoritas responden (n=93;94,9%) dalam kategori dukungan sosial suami baik, dan hanya 5 responden (5,1%) dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk dukungan sosial suami kurang tidak ada. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kuntjoro (2002) bahwa menopause adalah proses alamiah yang harus diterima dan disikapi secara positif oleh wanita serta direspon secara bijak oleh suami karena perubahan perilaku wanita tersebut.

Juga dijelaskan oleh Kasdu (2002) bahwa pasangan hidup sudah selayaknya memberikan dukungan pada masa tansisi dalam kehidupan seorang wanita menopause. Peran positif suami akan menumbuhkan pemikiran yang


(53)

positif juga bagi istri yang sedang menghadapi masa menopause sehingga setiap peristiwa dan perubahan hidup yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik, dengan demikian kecemasanpun dapat diatasi dengan baik (Lianawati, 2008). 2.2. Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Kecemasan merupakan perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman (Purba, 2008).

Dari hasil penelitian di dapat hasil bahwa mayoritas responden (n=88;89,8%) memiliki tingkat kecemasan ringan, dan hanya 10 responden (10,2%) berada pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwoastuti (2008) bahwa menopause sebagai salah satu bagian perubahan kehidupan dari seseorang wanita dapat menyebabkan kecemasan. Kasdu (2002) juga menjelaskan bahwa seorang wanita pada umumnya akan mengalami ketidakstabilan emosi seiring dengan berakhirnya masa haidnya, dan hal ini bisa menimbulkan kecemasan bagi mereka.

Pendapat lain menjabarkan bahwa kecemasan dapat timbul pada wanita menopause dimana hal tersebut dimungkinkan oleh pengaruh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron sesuai dengan pertambahan usia yang membawa perubahan drastis pada penampilan fisik wanita. Tidak hanya itu, perubahan tersebut dapat menganggu kestabilan emosi dan dapat mempengaruhi keadaan psikologis wanita dengan timbulnya kecemasan (Yatim, 2001; Harlock, 1999). Masih menurut Kasdu (2002) bahwa masa menopause ini sering bertepatan dengan keadaan menegangkan lainnya dalam kehidupan wanita, seperti merawat


(54)

orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah serta penyesuaian-penyesuaian lainnya. Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis pada masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Selain itu mitos yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat menimbulkan kecemasan (Hastutik, 2009; Sumanto, 2009).

Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis (Anwar, 2007).

Tingkat kecemasan ringan yang dialami oleh responden menurut Stuart (2001) berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh pada masa menopause. Kecemasan ini meningkatkan lapangan persepsi, dapat memotivasi belajar, dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

Dari data yang terkumpul, mayoritas responden dalam kategori cemas ringan (n=88;89,8%), dimana karakteristik demografi responden dalam rentang usia berada pada 53-58 tahun, pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, mempunyai anak 4-6 orang (n=50;51,0), dan bekerja.

Asumsi peneliti, cemas ringan yang dialami mayoritas responden disebabkan oleh adaptasi terhadap menopause yang telah terjadi. Hal ini dapat di lihat dari usia yang menunjukkan bahwa terjadinya menopause telah lama dialami


(55)

(± 2 tahun), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwita (2003) bahwa telah lamanya mengalami menopause mempunyai pengaruh terhadap keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Semakin lama wanita telah mengalami menopause, maka semakin berkurang keluhan-keluhan psikologisnya karena sudah dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.

Jika di lihat dari aspek pendidikan, mayoritas responden mempunyai pendidikan yang cukup baik. Dengan tingkat pendidikan tersebut, wanita akan mempunyai pandangan hidup yang matang, dan mempunyai peluang kerja yang lebih besar. Purwita (2003) menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Yang banyak mengalami keluhan psikologis adalah wanita dengan tingkat pendidikan sedang (68%), yang mempunyai keluhan berat adalah wanita dengan tingkat pendidikan rendah (60%), tingkat pendidikan tinggi mengalami keluhan ringan (50%), dan 30% tidak mengalami keluhan.

Status bekerja atau tidak bekerja juga akan mempengaruhi cara wanita dalam mengatasi masalah yang terkait perubahan fisik dan psikologis selama menjalani masa menopause. Dengan bekerja, wanita akan dapat mengaktualisasikan diri untuk meningkatkan harga dirinya, mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, mempunyai banyak teman untuk saling berbagi, terutama dalam menghadapi masalah, memiliki dukungan sosial yang cukup dari lingkungannya sehingga beban hidup dan kecemasan akan berkurang (Hutapea, 2005).


(56)

Hasil penelitian Addy (2009) yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kecemasan menghadapi menopause pada wanita bekerja dengan kecemasan menghadapi menopause pada wanita tidak bekerja, dimana wanita bekerja kecemasannya lebih rendah (rata-rata 71,024) dari pada wanita tidak bekerja (rata-rata 103,585). Juga di Kabupaten Sidoardjo ditemukan, sebagian besar wanita tidak bekerja mengalami kecemasan ringan (36,2%) dan wanita bekerja tidak mengalami kecemasan (37,3%). Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita bekerja tidak mudah mengalami kecemasan menghadapi masa menopasue, karena wanita bekerja lebih mempunyai kesibukan yang dapat mengalihkan keluhan-keluhan yang dirasakannya menjelang menopause, sehingga kecemasannya lebih rendah daripada wanita tidak bekerja, ini sejalan dengan penelitian. Jika dilihat hasil distribusi frekuensi pada data demografi, sebesar (n=28;28,6%) respoden bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Kepasrahan wanita menopause berkaitan dengan keyakinan yang mereka anut. Mayoritas suku jawa adalah pemeluk agama Islam, dan ajaran agama tersebut mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah pembentukan sikap wanita dalam menghadapi masa menopause, yang merupakan takdir bagi semua wanita. Agama islam mengajarkan untuk sabar dan ikhlas dalam menerima takdir, selalu berfikir positif, dan dapat mengambil hikmanya. Kebanyakan wanita beragama Islam merasa lebih tenang pada masa menopause, karena lebih leluasa untuk beribadah, sehingga kegiatan ibadah lebih meningkat di usia tua (Koentjaraningrat, 2002; Abdullah, 2004).


(57)

Kehidupan dengan pernikahan dan keluarga yang bahagia adalah faktor pendukung yang penting bagi wanita dalam menghadapi menopause. Kepuasan dalam menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya merupakan kekuatan tersendiri dalam menghadapi menopause dan masalah-masalahnya. Dukungan sosial suami ditemukan sebagai faktor eksternal paling ampuh dalam membantu perempuan untuk melalui masa menopause tanpa kecemasan berlebih (Lianawati, 2008). Sehingga wanita dapat beradaptasi dan menghadapi menopause dengan bijaksana, seiring dengan bertambah matangnya usia dan meningkatnya kehidupan religius dan spiritual (Kasdu, 2002; Hutapea, 2005).

Penelitian spiritual yang dilakukan oleh Aminoto tentang hubungan tingkat spiritual (spiritual quotient) dengan tingkat kecemasan wanita menopause dengan hasil korelasi negatif yang cukup signifikan antara tingkat spiritual dan tingkat kecemasan (r = - 0,542; p = 0.01) artinya bahwa faktor spiritual secara signifikan mampu meramalkan tingkat kecemasan wanita pada masa menopause. Peningkatan kehidupan spiritual merupakan upaya positif untuk dapat menghadapi stressor yang muncul pada masa menopause.

Latar belakang pendidikan, usia, status pekerjaan, adaptasi akan mendukung perubahan-perubahan dalam menghadapi masa menopause. Ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden yang mempunyai kategori kecemasan sedang adalah mayoritas dialami oleh responden dengan taraf demografi seperti: tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah dan SD) dan tidak bekerja serta dukungan sosial suami yang diterima oleh responden pada kategori cukup.


(58)

Hastutik (2009) mengemukakan bahwa wanita yang sudah memahami tentang menopause serta dapat menerima hal-hal yang berhubungan dengan menopause secara wajar, mereka akan menerapkan hidup sehat dengan tidak mencemaskan datangnya menopause karena menopause adalah hal yang alami yang akan dialami oleh wanita. Tetapi berbeda dengan wanita yang belum mengerti tentang menopause serta informasi yang didapat kurang mengenai menopause, individu akan menganggap menopause sebagai sesuatu yang harus ditutupi atau dihindari. Wanita yang takut akan datangnya menopause dan memandang menopause sebagai suatu ancaman bagi mereka.

2.3. Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 98 orang yang telah mengalami masa menopause yang berada di Kecamatan Medan Sunggal di dapatkan nilai kekuatan korelasi (r) = -0,535, nilai signifikansi (p) 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause, yang berarti semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan suami maka semakin rendah kecemasan yang dialami istri menghadapi masa menopause. Begitu juga sebaliknya, semangkin rendah dukungan yang diberikan oleh suami maka semangkin tinggi kecemasan istri menghadapi masa menopause. Maka hipotesis peneliti ini diterima (terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariskawati (2002)


(59)

yang dilakukan di kota Malang menunjukkan adanya pengaruh yang sangat signifikan (F=53,642; sig=0,000) antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri pada masa menopause.

Hasil penelitian juga menunjukkan secara deskriptif dapat dianalisa bahwa pada responden dengan kategori kecemasan ringan mempunyai dukungan sosial suami yang baik, sedangkan pada kategori kecemasan sedang, dukungan sosial suami yang diterima dalam kategori cukup.

Dukungan sosial suami membantu individu selama menghadapi kecemasan karena dukungan memberikan situasi aman, kepercayaan diri, perasaan bahwa dirinya mendapat dukungan. Hasil analisa korelasi diatas sesuai dengan pendapat Indie (2009) bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif kecemasan sehingga menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, dicintai, diperhatikan, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan. Pendapat Kuntjoro (2002) juga menguatkan pendapat ini, bahwa pihak keluarga terutama suami harus dapat merespon secara tepat dengan membantu memahami berbagai gejala fisik maupun psikologis yang dialami wanita menopause.

Pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause sebenarnya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan tentang menopause (Ibrahim, 2002; Kasdu, 2002). Perubahan dalam lingkungan juga dapat menyebabkan kecemasan walaupun perubahan tersebut menyenangkan, faktor pikiran dan perasaan seseorang juga turut berperan dalam


(60)

kecemasan yang dialami responden penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Addy (2009) berdasarkan pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologis, pada dasarnya gangguan emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia sangat di tentukan oleh bagaimana individu menilai, peristiwa yang dialaminya. Namun faktor-faktor tersebut diatas tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kecemasan pada wanita menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat semangat/dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang di sekitarnya telah memberikan dukungan. Akan tetapi banyak juga wanita menopause yang tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya (Kuntjoro, 2002).

Menopause merupakan satu proses fisiologik normal serta alami sesuai dengan siklus biologi yang dialami seorang wanita, maka seharusnya wanita bisa menghadapinya dengan bijak dan tenang sehingga dapat melalui masa menopause dengan percaya diri dan bahagia (Anwar, 2007; Aryasatiani, 2007).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami istri menghadapi masa menopause memiliki pengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh suami sehingga kecemasan dapat diatasi, namun ada beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kecemasan istri menghadapi masa menopause dan mungkin faktor-faktor tersebut lebih dominan dalam memberikan kontribusi pengaruh bagi kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 98 responden yang diteliti, yang memiliki dukungan sosial suami baik (n=93;94,9%) dan sebesar (n=88;89,8%) responden dikategorikan pada cemas ringan dan (n=10;10,2%) pada cemas sedang.

Dukungan sosial suami berpengaruh secara negatif dengan kekuatan korelasi sedang terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause (r = -0,535) dengan nilai signifikansi yang dapat diterima (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian dapat diterima (terdapat pengaruh antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal).

Adanya kekuatan korelasi sedang dengan nilai signifikansi yang dapat diterima antara kedua variabel tersebut, kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan tentang menopause itu sendiri.


(62)

2. Saran

2.1. Untuk Praktik Keperawatan Maternitas

Dalam praktik keperawatan maternitas perlu mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan atau seminar bagi wanita dalam upaya mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan menopause dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan perlunya partisipasi dari suami berupa dukungan sosial agar kecemasan dalam menghadapi masa menopause dapat diatasi dengan baik. Informasi yang diberikan dapat menggantikan ketidaktahuan wanita dewasa madya menghadapi masa menopause dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan-perubahan yang mempengaruhi fisik dan psikologisnya. 2.2. Untuk Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya disarankan agar variabel bebas yang diteliti mencakup semua faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause (pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan tentang menopause), dan sangat perlu memperhatikan dampak kecemasan pada masa menopause.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. F. (2004). Membangun positive thinking secara Islam. Jakarta: Gema Insani

Addy. (2009).

21 Oktober 2009 dari

Admin. (2008). Kecemasan menghadapi masa menopause. Di ambil tanggal 13 September 2009 dari

Aminoto, L. Hubungan tingkat spiritual (spiritual quotient) dengan tingkat

kecemasan wanita menopause. Di ambil tanggal 8 April 2010 dari

Anwar, M. (2007). Membincangkan menopause dan andropause. Di ambil tanggal 27 Maret 2010 dari

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Edisi 5., Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ariskawati, N. (2002). Pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri

pra menopause. Di ambil tanggal 11 Maret 2010 dari

Aryasatiani, E. (2007). Menopause. Di ambil tanggal 11 Maret 2010 dari

Astrini. (2004). Stres pada wanita. Diambil tanggal 8 September 2009 dari

Burns & Grove. (1993). The practice of nursing research: conduct, critique, and

utilization. Philadelphia: W.B. Saunders Company

Bow. (2009). Apa itu dukungan sosial. Diambil tanggal 13 September 2009 dari

Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, Edisi 3., Jakarta: Salemba Medika


(64)

Doenges, M. dkk. (2006). Rancangan asuhan keperawatan psikiatri, Edisi 3., Jakarta: EGC

Hadrians, dkk. (2005). Kondisi Fisik Menopause. Diambil tanggal 13 September 2009 dar

Harlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan, Edisi 5., Jakarta: Erlangga

Hastutik, D. (2009). Hubungan antara kecenderungan berfikir positif dengan

kecemasan menjelang menopause. Diambil tanggal 5 April 2010 dari

Herahim, J. (2005). Psikologi wanita, Edisi 1., Bandung: Pustaka Hidayah Hutapea, R. (2005). Sehat dan ceria di usia senja. Jakarta: PT Rineka Cipta Ibrahim, Z. (2002). Psikologi wanita, Bandung: Pustaka Hidayah

Irmawati. (2003). Tinjauan psikologi masalah menopause dan andropause. Diambil tanggal 13 September 2009 dari

Indie. (2009). Dukungan sosial dan penyesuaian diri perempuan pada masa

menopause. Diambil tanggal 21 Oktober 2009 dari

Kasdu, D. (2002). Kiat sehat dan bahagia di usia menopause, Edisi 1., Bekasi: Puspa Swara

Keontjaraningrat. (2002). Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Khasanah, A. O. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan Ibu dalam menghadapi masa menopause di UPTD Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon. Diambil tanggal 21 Oktober 2009 dari

Kuntjoro, Z. S. (2002). Menopause. Diambil tanggal 8 September 2009 dari


(65)

Lianawati. E. (2008). Menyambut menopause tanpa rasa cemas. Diambil tangga l

11 Maret 2010 dari

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2002). Metodologi riset keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Polit, D.F.& Hungler, B.P. (1999). Nursing research: Principles and methods. (5th

ed), Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay. (2008). Asuhan keperawatan pada klien

dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa, Medan: USU Press

Purwanto, S. (2007). Menopause. Diambil tanggal 17 September 2009 dari

Purwita, E. (2003). Hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap keluhan-keluhan

psikologis pada masa menopause di Lingkungan III Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan Kota. Tidak dipublikasikan

Purwoastuti, E. (2008). Menopause, siapa takut?, Yogyakarta: Kanisius

Rosalina, Johana. (2008). Stres pada masa menopause. Diambil tanggal 8 September 2009 dari

Ryan. (2009). Menopause. Diambil tanggal 17 September 2009 dari

Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2001). Principles and practice of psychiatric

nursing (7th Edition). Missouri: Mosby

Sudjana, M.A. (1992). Metodologi statistika, Edisi 5., Bandung: Tarsito

Sumanto, T. (2009). Persepsi Ibu menopause terhadap aktivitas seksualitas pada

masa menopause di desa Jagalan Kecamatan Tawangmangu Karanganyar.

Diambil tanggal 5 April 2010 dari

Sofiana, E. (2005). Dukungan sosial dan penyesuaian diri perempuan pada masa

menopause. Diambil tanggal 17 Maret 2009 dari


(66)

Vikar. L. (2009). Kiat menghadapi menopause. Diambil tanggal 13 September 2009 dari

Wangmuba. (2009). Dukungan sosial. Diambil tanggal 13 September 2009 dari

Yatim, F. (2001). Haid tidak wajar dan menopause, Jakarta: Pustaka Populer Obor

Zamralita. (2003). Hubungna antara konsep diri dengan derajat stres pada masa

menopause. Diambil tanggal 8 September 2009 dari


(67)

(1)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Zuliawati

Tempat Tanggal Lahir : 061101041

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Seipadang Gg. Langgar No. 11 A Riwayat Pendidikan :

1. SD N. 058126 (1994-2000) 2. SMP N. 1 Besitang (2000-2003) 3. SMA N. 1 Gebang (2003-2006) 4. Fakultas Keperawatan USU (2006-2010) Pengalaman lainnya :

1. Anggota HIMIK 2. Remaja Mesjid 3. Sanggar Tari


(2)

UJI RELIABILITAS

Kuesioner Dukungan Sosial Suami

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.896 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Dukungan1 3.4000 .51640 10

Dukungan2 3.4000 .51640 10

Dukungan3 3.3000 .48305 10

Dukungan4 3.3000 .48305 10

Dukungan5 3.4000 .69921 10

Dukungan6 3.6000 .51640 10

Dukungan7 3.2000 .42164 10

Dukungan8 3.5000 .52705 10

Dukungan9 3.2000 .42164 10

Dukungan10 3.3000 .48305 10

Dukungan11 3.1000 .31623 10

Dukungan12 3.4000 .51640 10

Dukungan13 3.8000 .42164 10

Dukungan14 3.4000 .51640 10

Dukungan15 3.4000 .69921 10

Dukungan16 3.3000 .67495 10

Dukungan17 3.5000 .52705 10


(3)

Dukungan20 3.6000 .51640 10 Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 67.9000 36.767 6.06355 20


(4)

UJI RELIABILITAS

Kuesioner Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menoapuse

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.897 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Kecemasan1 2.9000 .56765 10

Kecemasan2 1.5000 .52705 10

Kecemasan3 2.2000 .63246 10

Kecemasan4 2.2000 .63246 10

Kecemasan5 2.2000 .78881 10

Kecemasan6 1.4000 .51640 10

Kecemasan7 2.0000 .66667 10

Kecemasan8 1.8000 .78881 10

Kecemasan9 1.6000 .84327 10

Kecemasan10 1.5000 .52705 10

Kecemasan11 2.3000 .82327 10

Kecemasan12 2.1000 .73786 10

Kecemasan13 1.8000 .78881 10

Kecemasan14 2.1000 .73786 10

Kecemasan15 1.6000 .69921 10

Kecemasan16 2.4000 .69921 10


(5)

Kecemasan19 2.5000 .52705 10

Kecemasan20 2.7000 .82327 10

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 41.7000 65.122 8.06983 20


(6)

TABEL KORELASI

Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Nonparametric Correlations

Correlations

Dukungan kecemasan Spearman's rho dukungan Correlation Coefficient 1.000 -.535**

Sig. (2-tailed) . .000

N 98 98

kecemasan Correlation Coefficient -.535** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 98 98