Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ muskular yang berongga dengan bentuk menyerupai
piramid dan terletak di dalam pericardium di mediastinum. Basis jantung
dihubungkan dengan pembuluh-pembuluh darah besar, meskipun demikian tetap
terletak di dalam pericardium.11 Jantung merupakan organ yang memompa darah
ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah. Sistem kardiovaskular terdiri
dari darah, jantung, pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dengan
melakukan pertukaran zat dengan sel-sel tersebut harus dipompa secara terusmenerus oleh jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa
darah melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran
antara oksigen dan karbondioksida. Ukuran jantung relatif kecil, pada umumnya
memiliki ukuran yang sama, tetapi memiliki bentuk yang berbeda seperti kepalan
tangan setiap orang. Dengan panjang 12 cm, lebar 9 cm, tebal 6 cm, dan berat 250
gr pada wanita dewasa dan 300 gr pada pria dewasa.12

Gambar 2.1. Anatomi Jantung12

6
Universitas Sumatera Utara


7

Jantung dibagi menjadi 4 ruang, yaitu: atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan, dan ventrikel kiri. Atrium kanan terletak anterior terhadap atrium kir dan
ventriculus kanan anterior terhadap ventriculus kiri. Dinding jantung terdiri dari
tiga lapisan, yaitu:11
a. Paling luar, lapisan visceralis perikardium serosum (epicardium),
b. Di tengah, lapisan tebal otot jantung (miocardium),
c. Paling dalam, lapisan tipis (endocardium).

2.1.1. Sirkulasi koroner
Meskipun jantung memompa darah ke seluruh tubuh, tetapi jantung tidak
menerima nutrisi dari darah yang dipompanya. Nutrisi tersebut tidak cukup cepat
berdifusi dari darah yang berada di dalam bilik jantung untuk memberi nutrisi
seluruh lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Maka dari itu, miokardium
memiliki jaringan pembuluh darah tersendiri, yaitu sirkulasi koroner.12
Jantung mendapatkan perdarahan melalui arteri koronaria kanan dan kiri.
Arteri koronaria kiri biasanya lebih besar dibandingkan dengan arteri koronaria
kanan. Arteri ini berasal dari sinus aorta posterior kiri dan aorta ascendens dan
berjalan ke depan di antara truncus pulmonalis dan auricular sinistra. Kemudian

arteri ini berjalan di sulcus atrioventrikularis dan bercabang dua menjadi arteri
koronaria left anterior descending (LAD) dan arteri sirkumfleksa. LAD berjalan
di bagian anterior dari sulcus interventricularis ke arah apex. Kemudian
bercabang

untuk

memperdarahi

dua

pertiga

anterior

dari

septum

interventricularis dan bagian apex dari otot papillaris anterior. Cabang

diagonalnya memperdarahi permukaan anterior dari ventrikel kiri. Arteri
sirkumfleksa berlanjut di dalam sulcus atrioventricularis dan berjalan melalui
pinggir kiri dari jantung dan mencapai ke permukaan posterior. Kemudian
bercabang marginal untuk memperdarahi dinding lateral dan posterior dari
ventrikel kiri.13
Terdapat anastomosis antara cabang marginal kanan dan kiri, serta arteri
descendens anterior dan posterior, meskipun anastomosis ini tidak cukup untuk
mempertahankan perfusi jika salah satu sisi sirkulasi koroner tersumbat. Sebagian

Universitas Sumatera Utara

8

besar darah kembali ke atrium kanan melalui sinus koronarius dan vena jantung
anterior. Vena koronaria besar dan kecil secara berturut-turut terletak paralel
terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan berakhir di dalam sinus. Banyak
pembuluh kecil lainnya yang langsung beakhir di dalam ruang jantung, termasuk
vena thebesian dan pembuluh arteri sinusoidal.14

2.2. Fisiologi Jantung

Semua jaringan tubuh bergantung pada aliran darah yang disalurkan dari
kontraksi dan denyut jantung. Jantung memompa darah agar darah bisa melintasi
pembuluh darah untuk disampaikan dalam jumlah yang cukup. Fungsi jantung
untuk menjalankan sirkulasi dan transportasi di dalam tubuh. Pada dasarnya
terdapat 3 komponen dasar dalam sirkulasi, yaitu:15
1. Fungsi jantung sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar
menimbulkan perbedaan tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
ke jaringan tubuh,
2. Darah berfungsi untuk menjadi media dalam transportasi bahan-bahan yang
akan disalurkan dimana bahan-bahan tersebut dilarutkan, diendapkan,
3. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan serta
mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh hingga
kemudian mengembalikannya kembali ke jantung.
Pada keadaan normal, jumlah darah yang dapat dipompa oleh jantung sesuai
dengan jumlah darah yang masuk kembali ke jantung, sebesar 5 liter per menitnya
dan dapat meningkat pada olahraga yang berat sampai dengan 25-35 liter per
menit.16

2.3. Histologi Pembuluh Darah
Pembuluh darah yang lebih besar umumnya terdiri dari 3 lapis. Lapisan dalam

yang tipis disebut tunika intima, terdiri dari selapis (monolayer) sel endotel
(endotelium) yang disokong oleh jaringan ikat. Sel-sel endotel yang melapisi
lumen vascular dirapatkan oleh suatu tight junction, yang membatasi difusi
molekul besar melewati endothelium. Sel-sel endotel mempunyai peran penting

Universitas Sumatera Utara

9

dalam mengendalikan permeabilitas vaskular, vasokonstriksi, angiogenesis, dan
regulasi hemostatis. Tunika intima relatif lebih tebal pada arteri yang lebih besar,
dan mengandung beberapa sel otot polos dalam arteri yang lebih besar, dan
mengandung beberapa sel otot polos dalam arteri dan vena yang berukuran besar
dan sedang.17
Lapisan tengah yang tebal disebut tunika media, dipisahkan dari tunika intima
oleh suatu selubung berperforasi yaitu lamina elastika interna, yang sebagian
besar tersusun atas jaringan ikat elastin. Lapisan media ini meengandung sel otot
polos yang tertanam dalam matriks ekstraseluler yang terutama tersusun atas
kolagen, elastin, dan proteoglikan. Sel-sel tersebut berbentuk seperti silinder yang
memanjang dan ireguler dengan ujung tumpul dan memiliki panjang 15-100 µm.

Dalam sistem arterial, sel-sel ini tersusun secara sirkuler, sehingga lumen
pembuluh darah menyempit ketika sel-sel berkontraksi. Masing-masing sel cukup
panjang untuk melapisi sekeliling arteriol yang kecil beberapa kali. Lamina
elastika eksterna memisahkan antara tunika media dengan tunika adventisia.
Lapisan ini mengandung jaringan kolagen yang menyokong fibroblast dan saraf.
Pada arteri dan vena besar, adventisia mengandung vasa vasorum, yaitu pembuluh
darah kecil yang menembus juga ke bagian luar tunika media dan menyuplai
dinding pembuluh darah dengan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan.17

2.4. Penyakit Jantung Koroner
2.4.1. Definisi penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang
umumnya disebabkan oleh adanya oklusi aterosklerosis di arteri koroner.
Aterosklerosis merupakan proses yang melibatkan banyak pembuluh darah di
tubuh dengan berbagai manifestasi klinis. Apabila melibatkan pembuluh darah
tersebut, maka akan menimbulkan suatu penyakit. Sebagai contoh, apabila
mengenai pembuluh darah otak, maka akan menyebabkan terjadinya penyakit
serebrovaskular (transient ischemic attack, stroke), di aorta akan menyebabkan
aneurysme aorta, di perifer akan menyebabkan penyakit arteri perifer, dan
sebagainya.18


Universitas Sumatera Utara

10

Pada saat jantung harus lebih keras bekerja, terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen dengan asupan oksigen. Hal tersebut dapat menyebabkan nyeri
dada. Apabila pembuluh darah tersumbat total, pemasokan darah ke jantung akan
terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung.19

2.4.2. Klasifikasi penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner memiliki 4 kriteria berdasarkan Juwono (2005):14
1. Angina Pektoris stabil
Didapati adanya nyeri dada saat melakukan aktivitas, berlangsung sekitar
1-5 menit dan hilang saat istirahat. Nyeri dada yang bersifat kronik
berlangsung lebih dari 2 bulan. Nyeri terutama pada daerah retrosternal ,
terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan
kiri, leher, maksila, dagu, punggung dan jarang menjalar ke lengan kanan.
Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi segmen ST.
2. Angina Pektoris tidak stabil

Nyeri bersifat lebih progresif, dengan frekuensi yang meningkat dan
sering terjadi pada saat istirahat. Pada pemeriksaan EKG, biasannya
didapatkan deviasi segmen ST.
3. Infark Miokard Akut
Sering didahului rasa tidak enak di dada (chest discomfort). Nyeri dada
seperti tertekan, tercekik, teremas, berat, tajam, terasa panas berlangsung
selama >30 menit. Bahkan sampai berjam-jam. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pada pasien ketakutan, gelisah, tegang, denyut nadi menurun, dan
pada hasil EKG terdapat elevasi segmen ST.
4. Asimtomatik (Silent Myocardiac Ischemia)
Penderita SMI tidak pernah mengeluh adanya rasa sakit di dada (angina)
pada saat beraktivitas maupun pada saat istirahat. Pada saat pemeriksaan
terdapat depresi segmen ST. namun pada pemeriksaan fisik dan vital sign
dalam batas normal.

Universitas Sumatera Utara

11

2.4.3. Etiologi penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner paling sering disebabkan oleh aterosklerosis.
Aterosklerosis disebabkan oleh adanya penumpukan lipid di lumen arteri
koronaria yang secara progresif akan menyebabkan penyempitan lumen arteri
kronaria, sehingga apabila dibiarkan terus berlanjut akan mengurangi kemampuan
pembuluh darah untuk berdilatasi. Hal inilah yang disebut sebagai “ hardening of
the arteries” . Dengan keadaan seperti ini, aliran darah ke otot miokard bisa

menurun atau berhenti dan kebutuhan oksigen akan tidak tersampaikan dengan
baik kepada otot miokard. Lesi biasanya diklasifikasikan sebagai berikut:19
1. Endapan lemak merupakan tanda awal terbentuknya aterosklerosis, ditandai
dengan adanya penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos berisi lemak
(terutama kolesterol oleat) pada daerah fokal tunika intima pembuluh darah.
Secara mikroskopis endapan lipid tersebut akan tampak mendatar dan bersifat
non-obstruktif.
2. Plak fibrosa (plak ateromatosa), merupakan daerah penebalan tunika intima
yang meninngi dan bisa diraba sebagai bentuk kubah dengan permukaan opak
dan mengkilat yang menonjol kea rah lumen sehingga dapat menyebabkan
obstruksi. Plak fibrosa ini terdiri dari inti pusat lipid dan debris sel yang
nekrotik kemudian ditutupi oleh jaringan fibromuskular yang mengandung
banyak sel otot polos dan kolagen.

3. Lesi komplikata, terjadi apabila suatu plak fibrosa rentan untuk terjadinya
kalsifikasi, nekrosis sel, perdarahan, thrombosis, atau ulserasi sehingga dapat
menyebabkan infark miokard.

2.4.4. Faktor risiko penyakit jantung koroner
Faktor risiko yang ada hubungannya dengan terjadinya aterosklerosis terbagi
menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah. Yang termasuk
faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain : Umur, jenis kelamin dan
riwayat penyakit dalam keluarga. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah
antara lain: merokok, hiperlipidemia, hipertensi, obesitas, dan DM.20

Universitas Sumatera Utara

12

Berdasarkan National Cholesterol Education Program’ s Adult Treatment
Panel III (ATP III) report, yang termasuk ke dalam faktor risiko mayor adalah
merokok, hipertensi, hiperlipidemia, riwayat keluarga pasien yang menderita PJK,
usia, dan diabetes mellitus.21


2.4.4.1. Faktor risiko mayor
2.4.4.1.1. Merokok
Merokok bisa mengubah metabolisme dalam tubuh, khususnya meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah dan menurunkan HDL. Tingginya kadar kolesterol
darah memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya PJK. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa pada laki-laki perokok yang mendapatkan kematian mendadak
10 kali lebih besar dibandingkan dengan yang bukan perokok dan pada
perempuan perokok 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Hal tersebut dikarenakan efek rokok dapat menambah beban jantung
karena adanya rangsangan katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat
terhirup karbon monoksida yang dapat menyebabkan takikardi, vasokonstriksi
pembuluh darah, dan mengubah permeabilitas dinding pembuluh darah. Merokok
juga dapat menyebabkan penurunan HDL kolesterol, akan tetapi mekanisme
pastinya masih belum jelas. Apabila merokok tersebut dihentikan maka akan
terjadi penurunan risiko PJK sebesar 50% pada akhir tahun pertama setelah
berhenti merokok dan kembali lagi seperti yang tidak merokok setelah berhenti
merokok selama 10 tahun.5 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan
adanya kebiasaan merokok pada usia ≥45 tahun memiliki risiko untuk terjadinya
PJK sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan
merokok (OR=2,4 ; 95% CI=1,3-4,5).22

2.4.4.1.2. Hipertensi
Berdasarkan penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978) prevalensi
hipertensi untuk Indonesia sekitar 15%, sedangkan di negaara maju misalnya
Amerika 15-20%. Sekitar 60% penderita hipertensi yang tidak terdeteksi, 20%
dapat diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik. Peningkatan

Universitas Sumatera Utara

13

tekanan darah akan menyebabkan beban jantung akan menjadi berat, sehingga
menyebabkan pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Peningkatan tekanan
darah juga akan membuat trauma langsung pada dinding pembuluh darah arteri
koroner, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner yang pada
akhirnya akan menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner serta miokard
infark lebih sering ditemui pada pasien hipertensi dibandingkan dengan orang
yang normal.5
Penelitian Framingham selama 18 tahun pada pasien penderita berusia 45-75
tahun dengan hipertensi sistolik mudah untuk terjadinya miokard infark dan
memiliki mortalitas 3 kali lebih besar dibandingkan dengan yang normotensi
dengan miokard infark. Terdapat hubungan juga antara penyakit jantung koroner
dengan tekanan darah diastole. Didapatkan bahwa pasien dengan tekanan darah
diastole 90-104 mmHg dibandingkan tekanan darah diastole 85 mmHg memiliki
risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya miokard infark, sedangkan pada tekanan
diastolenya 105 mmHg memiliki risiko sebesar 4 kali lebih besar.5 Penelitian
sebelumnya mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan nilai p=

Dokumen yang terkait

Karakteristik Hipertensi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam Malik dari September Hingga November 2014

6 76 84

Profil Pasien Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak Di Rsup Haji Adam Malik Tahun 2012-2013

2 53 61

Prevalensi Penyakit Jantung Hipertensi Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Yang Dirawat Di Unit Rawat Kardiovaskular RSUP H.Adam Malik Pada Tahun 2011

0 85 63

Prevalensi Hiperkolesterolemia pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner di RSUP H. Adam Malik Tahun 2009 - 2010

0 47 83

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

2 7 91

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

0 0 13

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

0 0 2

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

0 0 5

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

0 0 3

Prevalensi Faktor Risiko Mayor dan Minor pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Tindakan Kateterisasi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan Juni 2015

0 0 29