Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerintahan Daerah di Indonesia
UU RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
menyebutkan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kota dan
daerah kabupaten. Setiap daerah provinsi, daerah kota, dan daerah kabupaten
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya.
Tiap pemerintahan daerah dipimpin oleh kepala daerah. Sebutan kepala
daerah untuk pemerintahan provinsi, pemerintahan kota, dan pemerintahan
kabupaten, masing-masing ialah gubernur, walikota, dan bupati.


8

Universitas Sumatera Utara

Menurut

Undang-Undang

Nomor

23

Tahun

2014

tentang

Pemerintahan Daerah, kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif,

artinya kepala daerah menyusun dan menyampaikan anggaran untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai ketentuan
perundang-undangan setelah mendapatkan persetujuan. Ditegaskan pula
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Saat ini kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan
langsung kepala daerah (pilkada). Prosedur dan mekanisme pemilihan kepala
daerah sekarang ini, yakni semenjak UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah diberlakukan, lebih menggambarkan pelaksanaan
demokrasi. Pilkada dilaksanakan secara langsung, terbuka kemungkinan bagi
calon

independen/nonparpol

untuk

maju


melalui

partai

politik

(parpol)/gabungan parpol, dan proses penyaringan bakal calon dilaksanakan
secara

terbuka

dengan

mewajibkan

tiap

parpol/gabungan

parpol


mengumumkan proses dan hasil penyaringan kepada masyarakat. Bastian
(2006) berpendapat, kewenangan politik yang dulu ada pada DPRD untuk
memilih kepala daerah telah diserahkan pada rakyat sehingga rakyat dapat
memilih kepala daerah secara langsung.
Semenjak diterapkannya prinsip desentralisasi dan otonomi daerah
maka setiap pemerintahan daerah diberikan kebebasan yang seluas-luasnya

9

Universitas Sumatera Utara

dalam melaksanakan otonomi daerahnya, kecuali untuk urusan pemerintahan
yang telah diatur dalam undang-undang. Hubungan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah dilaksanakan secara adil dan selaras sesuai dengan
undang-undang yang berlaku saat ini.
2.2 Sistem Informasi Keuangan Daerah
Sistem adalah satu set komponen-komponen yang saling terhubung
dan bekerja sama demi tercapainya suatu tujuan (O’brien, 2011). Sistem
biasanya terdiri atas beberapa subsistem yang masing-masing melakukan

fungsi khusus yang penting untuk mendukung sistem yang lebih besar lagi.
O’brien (2011) secara sederhana menjelaskan bahwa sistem informasi adalah
suatu kombinasi yang terorganisir terdiri dari orang, perangkat keras,
perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data serta alat kebijakan
dan prosedur untuk menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan
informasi di dalam sebuah organisasi. Ditambahkan pula oleh Wilkinson
(2000) yang menyatakan bahwa sistem informasi dimaksudkan untuk
menyediakan informasi kepada spesifik users.
Sistem informasi keuangan daerah atau yang biasa disebut dengan
SIKD adalah sebuah aplikasi terpadu yang digunakan oleh pemerintahan
sebagai alat bantu bagi pemerintah daerah yang digunakan untuk
meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang
pengelolaan keuangan daerah yang didasari atas asas efisiensi, ekonomis,
transparan, akuntabel, dan auditabel. Di dalam Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan

10

Universitas Sumatera Utara


pemerintah daerah pasal 103 dijelaskan bahwa informasi yang dimuat
didalam sistem informasi keuangan daerah adalah data yang terbuka yang
dapat diketahui, diakses, dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa
pemerintahan daerah dituntut untuk memberikan akses yang luas dan
semudah-mudahnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi atas
laporan keuangan pemerintah daerah, misalnya dengan mempublikasian
laporan keuangan pemerintah daerah di internet melalui website resmi
pemerintahan daerah.
Pasal 101 menyatakan bahwa tujuan dari pemerintah daerah dalam hal
melaksanakan Sistem Informasi Keuangan Pemerintah Daerah secara
nasional adalah :
1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal.
2. Menyajikan informasi keuangan daerah secara nasional.
3. Merumuskan kebijakan keuangan daerah seperti, dana perimbangan,
pinjaman daerah, dan pengendalian atas defisit anggaran.
4. Melakukan

pemantauan,

pengendalian,


dan

evaluasi

pendanaan

desentralisasi daerah dan defisit anggaran daerah.
Demi menindaklanjuti pelaksanaan atas Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 65 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan Sistem Informasi Keuangan Daerah. PP tersebut menyatakan
bahwa informasi keuangan daerah adalah informasi yang berkaitan dengan
keuangan daerah yang harus disampaikan oleh pemerintahan daerah dan
harus

memenuhi

prinsip-prinsip

yang


akurat,

relevan,

dan

dapat

11

Universitas Sumatera Utara

dipertanggungjawabkan. Informasi atas laporan keuangan yang telah diolah
dan didokumentasikan haruslah dapat disajikan kepada mayarakat. Informasi
tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan
oleh pemerintahan daerah terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban laporan keuangan pemerintah daerah.
Dalam PP Nomor 65 Tahun 2010 Pasal 4 yang mengatur tentang
pelaksanaan pelaporan informasi keuangan oleh daerah kepada pemerintah

haruslah mencakup:
1. APBD dan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota.
2. Neraca daerah.
3. Laporan arus kas.
4. Catatan atas laporan keuangan daerah.
5. Dana dekosentrasi dan dana tugas pembantuan.
6. Laporan keuangan pemerintah daerah.
7. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal.
8. Kapasitas fiskal daerah.
Informasi atas laporan keuangan tersebut harus disampaikan kepada
menteri keuangan dan menteri dalam negeri. Dalam penyampaiannya,
pelaporan informasi keuangan daerah dilakukan secara berkala melalui
dokumen tertulis atau media lainnya. Pemerintahan daerah juga berkewajiban
untuk

menyajikan

transparansi

informasi


keuangan

daerah

kepada

masyarakat. Dalam hal ini, media yang dianggap paling efisien dalam

12

Universitas Sumatera Utara

penyampaian informasi laporan keuangan pemerintah daerah adalah melalui
website resmi pemerintahan daerah dengan media internet.
2.3 Stakeholder Theory
Ghozali dan Chariri (2007) berpendapat bahwa Stakeholder theory
mengandung arti perusahaan, bukanlah suatu entitas yang hanya beroperasi
untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi para
stakeholder-nya. Gray, Kouhi, dan Adams (1994) dalam Ghozali dan Chariri

(2007) berpendapat bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
dukungan stakeholder dan dukungan itu harus dicari sehingga aktivitas
perusahaan adalah mencari dukungan tersebut. Dengan demikian, keberadaan
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan
stakeholder kepada perusahaan tersebut. Semakin powerful stakeholder,
maka akan semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Setiap stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi mengenai
pengaruh stakeholder terhadap organisasi, sekalipun stakeholder memilih
untuk tidak menggunakan informasi tersebut ataupun stakeholder tidak
memiliki pengaruh secara langsung terhadap keberlangsungan organisasi
(Deegan, 2000). Dengan adanya ”hak atas informasi” itu, Gray, Owen, dan
Adams (1996) dalam Deegan (2000) membuat accountability model, yang
menganggap pelaporan (reporting) lebih sebagai wujud pertanggungjawaban
dibanding wujud pemenuhan tuntutan. Dengan kata lain, tiap pihak dalam
lingkungan organisasi memiliki hak untuk diinformasikan mengenai operasi
organisasi.

13

Universitas Sumatera Utara

Hal ini juga berlaku pada pemerintahan daerah, dimana transparansi
informasi keuangan pemerintahan daerah di internet dapat memberikan
dampak yang positif bagi para stakeholder (masyarakat). Dengan adanya
website resmi pemerintahan daerah, maka transparansi informasi keuangan
pemerintahan daerah dapat dengan mudah dilakukan demi mendapatkan
dukungan dari para stakeholder. Apabila pemerintahan daerah telah berhasil
mendapatkan dukungan dan respon yang positif dari para stakeholder, maka
aktivitas pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.4 Publikasi Laporan Keuangan
Kemudahan

dalam

mengakses

informasi

yang

dimiliki

oleh

pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi
masyarakat. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara transparansi dan
isu-isu

mengenai

etika,

korupsi,

penyimpangan

administrasi,

dan

akuntabilitas (Piotorowski dan Bartelli, 2010). Transparansi merupakan salah
satu bentuk pertanggungjawaban pemerintahan atas penggunaan keuangan
daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu, transparansi merupakan salah
satu elemen penting demi terwujudnya good governance yang menjamin
kemudahan dan kebebasan akses bagi publik untuk memperoleh berbagai
macam informasi termasuk informasi keuangan berupa laporan keuangan
pemerintahan daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2012, dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 menyatakan bahwa

14

Universitas Sumatera Utara

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, setiap pemerintahan
daerah mempunyai kewajiban untuk menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dan laporan kinerja. Sebelumnya pemerintahan daerah tidak
memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai laporan
keuangan pemerintah daerah kepada masyarakat. Namun pelaporan informasi
keuangan pemerintah daerah kepada masyarakat menjadi hal yang mutlak
dilakukan oleh pemerintahan daerah setelah dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang
menyebutkan bahwa setiap informasi publik harus bersifat terbuka, serta
dapat diakses oleh pengguna secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara
yang sederhana.
Menurut Asian Development Bank (1999) dalam Arifianto (2005)
transparansi dalam pengambilan keputusan pemerintah dan pelaksanaan
kebijakan publik dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu mencegah
korupsi oleh aparat pemerintah. Menurut Folscher (2000) dalam Medina
(2012)

mengungkapkan

tentang

beberapa

keuntungan

dari

adanya

transparansi:
1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan
kontribusi pada stabilitas fiskal dan makro ekonomi sehingga
penyesuaian-penyesuaian dikemudian hari dapat diminimalisir.
2. Meningkatkan

akuntabilitas

pemerintah.

Legislatif,

media,

dan

masyarakat dapat melaksanakan fungsi kontrol terhadap pemerintah lebih
baik jika mereka mempunyai informasi tentang kebijakan, pelaksanaan

15

Universitas Sumatera Utara

kebijakan, dan penerimaan atau pengeluaran pemerintah. Para pejabat
publik akan berlaku lebih bertanggung jawab jika keputusan yang
diambil dilakukan secara terbuka atau transparan untuk publik dan dapat
mencegah adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan
membangun hubungan sosial yang lebih erat, misalnya masyarakat dapat
memahami kebijakan pemerintah dan bahkan mendukung kebijakan
tersebut.
4. Meningkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan
dan tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dalam negeri
maupun luar negeri untuk lebih berinvestasi.
Prinsip transparansi dapat dilihat dari 2 aspek, yakni komunikasi
kepada masyarakat oleh pemerintahan daerah dan hak masyarakat dalam
memperoleh informasi. Keduanya dapat tercapai apabila pemerintah terus
melakukan pembenahan demi menuju pemerintahan dengan tata kelola yang
lebih baik (good governance).
Information, Communication, and Technology (ICT) mengalami
perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun belakangan ini.
Perkembangan pada informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT) juga
memberikan dampak yang cukup besar bagi hubungan antara pemerintahan
dengan warga negaranya terutama dalam hal kemudahan dan kenyamanan
dalam memperoleh suatu informasi. Teknologi, informasi, dan komunikasi

16

Universitas Sumatera Utara

hadir sebagai salah satu solusi untuk mengatasi hambatan keterbatasan akses
antar wilayah (Hartono, 2010).
Moon (2002) menjelaskan tentang fungsi dan kegunaan teknologi
berbasis web yang dapat dilihat berdasarkan dua kategori, yaitu internal dan
eksternal. Secara internal, penggunaan web, teknologi informasi, dan
komunikasi lainnya memiliki potensi yang menjanjikan sebagai alat
manajerial yang efektif dan efisien untuk dapat mengumpulkan, menyimpan,
mengelola,

dan

mengelola

sejumlah

data

dan

informasi.

Dengan

menggunakan fungsi upload dan download, informasi dan data terkini (up-todate) dapat disajikan pada internet secara real time. Secara ekternal,
teknologi berbasis web juga memfasilitasi hubungan pemerintahan dengan
masyarakat (salah satunya terkait dengan pelayanan kepada masyarakat dan
politik) dan unit pemerintahan lainnya serta bisnis.
Menurut Nordiawan dkk (2007) indikator kesuksesan pada organisasi
pemerintahan tidak hanya diukur dari saldo laba saja, tetapi perlu dilihat dari
mutu pelayanan dan efisiensi dari penggunaan dana yang tersedia. Untuk
dapat melakukan suatu efisiensi terhadap penggunaan dana yang dilakukan
oleh pemerintahan daerah, maka salah satu caranya adalah dengan
menggunakan internet sebagai sarana pendukung pemerintahan daerah.
Styles dan Tennyson (2007) mengatakan bahwa suatu cara yang
paling baik dan cost effective bagi pihak pemerintah untuk menyebarkan
informasinya pada masa kini adalah dengan melalui media internet yaitu
dengan mempublikasikan informasi laporan keuangannya melalui website

17

Universitas Sumatera Utara

resmi pemerintahan daerahnya. Adapun beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh bagi pemerintahan daerah dalam mengungkapkan informasi
keuangannya pada website resmi pemerintahan daerah adalah:
1. Media internet menawarkan biaya yang rendah bagi pengguna dan
penyedia informasi.
2. Internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja sehingga cenderung
tidak memiliki batasan pagi pengguna dan penyedia informasi.
3. Informasi yang diungkapkan dapat disajikan dengan berbagai macam
bentuk sehingga memudahkan dalam penggunaannya.
Laporan

keuangan

daerah

merupakan

salah

satu

bentuk

pertanggungjawaban pemerintahan daerah kepada masyarakatnya terkait
dengan pengelolaan keuangan pemerintahan daerah. Tujuan pelaporan
keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi
berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari
berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus
kelompok tertentu saja (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2007). Oleh sebab
itu, maka pelaporan keuangan pemerintahan daerah merupakan salah satu
tolok ukur bagi masyarakat dalam rangka menilai kinerja pemerintahan
daerah mereka. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi
yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan
diungkapkan demi mencapai tujuan ekonomi dan sosial negara. Menurut
Ghozali dan Chairiri (2007), pengungkapan berarti memberikan data-data
yang bermanfaat bagi setiap pihak yang memerlukan. FASB (Financial

18

Universitas Sumatera Utara

Accounting Standards Board) mengartikan pelaporan keuangan sebagai
sistem dan sarana penyampaian (means of communication) informasi tentang
segala kondisi dan kinerja entitas terutama atas segi keuangan dan tidak
terbatas berdasarkan pada apa yang dapat disampaikan di dalam laporan
keuangan. Singkatnya, pelaporan keuangan lebih luas dari pada laporan
keuangan (Bastian, 2006).
Menurut PP Nomor 65 Tahun 2010, menyatakan bahwa unsur-unsur
yang ada dalam informasi keuangan daerah adalah APBD dan LKPD, adapun
APBD terdiri atas:
1. Anggaran pendapatan, di antaranya:
a. Pendapatan Asli Daerah, terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah,
dan penerimaan lain-lain.
b. Dana Perimbangan, terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,
dan dana alokasi khusus.
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
2. Anggaran belanja, diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja. Anggaran belanja ini digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah.
3. Pembiayaan, terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.
Sedangkan LKPD terdiri atas :
1. Laporan Realisasi Anggaran.
2. Laporan Saldo Anggaran Lebih.

19

Universitas Sumatera Utara

3. Laporan Arus Kas.
4. Laporan Perubahan Ekuitas.
5. Laporan Operasional.
6. Neraca.
7. Catatan atas laporan keuangan.
Peraturan mengenai APBD ditentukan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,
Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 56 Tahun 2012, dan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Sementara itu penyampaian Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh pemerintahan daerah kepada
BPK dilakukan paling lambat tanggal 30 maret atau 3 bulan setelah tahun
anggaran berakhir (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, diubah terakhir
dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011).
2.5 Persaingan Politik
Bardhan dan Yang (2004) berpendapat bahwa persaingan politik
adalah

kompetisi

untuk

mendapatkan

kekuasaan,

mengendalikan

pemerintahan, dan mengalokasikan sumber daya yang tersedia untuk
kepentingan politik dan kepentingan masyarakat. Menurut Downs (1957),
persaingan politik diartikan sebagai persaingan antara kandidat untuk
mendapatkan suara terbanyak dari pemilih untuk menjalankan suatu platform
kebijakan yang layak dijalankan. Setelah terpilih, ada kecenderungan para
pejabat publik akan melupakan janji-janjinya terdahulu. Akan tetapi,
masyarakat akan terus menuntut janji-janji tersebut dan saingan politiknya

20

Universitas Sumatera Utara

terdahulu akan selalu mencari kelemahan-kelemahannya. Untuk menghindari
hal tersebut dan menjaga peluang untuk terpilih kembali, maka penyampaian
informasi kepada masyarakat terkait janji-janjinya terdahulu dengan
menggunakan media internet melalui website resmi pemerintahan daerah
dianggap sebagai salah satu cara yang cukup efektif.
Ketika terpilih, biasanya ada kecenderungan para politisi untuk
melupakan janji-janjinya pada saat kampanya terdahulu, akan tetapi
masyarakat dan saingan politiknya terdahulu akan terus menuntut tentang
realisasi. Persaingan politik yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya
biaya dalam jangka panjang untuk kepala daerah terpilih mengabaikan janjijanji sebelum pemilihan, dan memotivasi pemimpin sekarang (yang sedang
memegang jabatan) setuju untuk menanggung biaya pengawasan (monitoring
cost) yang lebih besar (Baber, 1983; Evans dan Patton, 1987 dalam Laswad et
al, 2005). Untuk itu penggunaan website resmi pemerintahan daerah dinilai
sebagai metode yang paling efektif dan efisien sebagai pemantauan atas
kinerja kepala daerah dan transparansi informasi keuangan daerah.
2.6 Tipe Pemda
Masyarakat yang bertempat tinggal pada daerah pemerintahan
kabupaten pada umumnya cenderung untuk melakukan urbanisasi. Menurut
Ingram

(1984)

dalam

Laswad,

dkk

(2005),

urbanisasi

membantu

pembentukan koalisi, yaitu gabungan pemilih individu, sehingga kepala
daerah akan memiliki dorongan yang lebih besar untuk memberikan
informasi guna pemantauan secara proporsional pada wilayah metropolitan

21

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki populasi penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan
wilayah pedesaan yang memiliki jumlah penduduk relatif kecil.
Permasalahan yang dihadapi pemerintahan kota juga cenderung lebih
kompleks dibandingkan dengan pemerintahan kabupaten. Hal ini dikarenakan
dari jumlah masyarakat yang memiliki keberagaman latar belakang sosial dan
pendidikan. Pemerintah daerah harus memberikan perhatian yang lebih dalam
melayani kebutuhan warganya. Semakin kompleks permasalahan di suatu
daerah, semakin besar pula tanggung jawab pemerintah daerah untuk dapat
memberikan pelayanan yang maksimal bagi warganya. Pemerintah daerah
perlu untuk membangun suatu sistem yang terintegrasi karena pemerintah
daerah mengemban tanggung jawab yang besar. Untuk itu diperlukan adanya
transparansi dalam setiap tindakan pemerintah daerah, termasuk transparansi
dalam mengelola keuangan daerah. Internet merupakan media yang paling
efisien dalam memberikan pelayanan kepada penduduk di suatu daerah.
Karena internet dapat menjangkau populasi penduduk yang lebih besar dalam
memberikan pelayanan bagi pemerintah daerah.
Laswad et al. (2005) menyatakan bahwa tipe pemerintahannya yang
berbentuk kota yang penduduknya lebih besar dan beragam, situs pemerintah
daerahnya lebih canggih dan lebih banyak informasi yang diungkapkan pada
website resmi pemerintahan daerahnya. Laswad et al. (2005) memperoleh
bukti bahwa tipe pemerintahan berpengaruh positif terhadap ketersediaan
informasi keuangan pada website resmi pemerintahan daerah.

22

Universitas Sumatera Utara

Ditambah lagi, pemakaian dan akses internet di daerah tujuan
urbanisasi cenderung lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan bahwa
pelaporan keuangan di internet secara sukarela melalui website resmi
pemerintahan daerah akan lebih banyak dipraktikkan pada pemerintahan kota
dibandingkan dengan pemerintahan kabupaten. Dengan demikian, tipe
pemerintahan daerah akan mempunyai pengaruh terhadap publikasi laporan
keuangan pada website resmi pemerintahan daerah.
2.7 Ukuran Pemda
Pemerintahan daerah yang berukuran besar memiliki jumlah dan
transfer kekayaan yang besar pula, sehingga pemerintahan daerah akan
mendapatkan pengawasan yang lebih besar dari berbagai pihak salah satunya
masyarakat. Pemerintahan daerah yang besar juga lebih kompleks dalam
pengelolaan keuangannya, sehingga semakin banyak informasi keuangan
yang harus dilaporkan untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi.
Pemerintahan daerah yang memiliki ukuran atau memiliki aset yang lebih
besar akan memiliki tekanan yang besar pula dari publik untuk menyajikan
laporan keuangannya sebagai upaya meningkatkan transparansi dan
mengurangi asimetri informasi.
Piotrowski dan Bertelli (2010) berpendapat bahwa semakin banyak
sumber daya pemerintah daerah, semakin besar kemungkinan pemerintah
daerah untuk berinvestasi ke sistem infrastruktur yang kan memberikan
transparansi. Contoh-contoh dari proyek tersebut termasuk web server, sistem
manajemen dokumen, dan peralatan untuk video conferencing. Sumber daya

23

Universitas Sumatera Utara

yang besar dapat juga dilihat dari total aset yang dimiliki pemerintah daerah.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati
dan Komarudin (2014), Medina (2012), dan Rora (2010) menunjukkan bahwa
ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap publikasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
2.8 Opini BPK
Opini audit merupakan salah satu indikator kualitas akuntabilitas
keuangan dilihat atas penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD). Opini audit secara bertingkat terdiri dari: Tidak Wajar (TW), Tidak
Memberikan Pendapat (TMP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan yang
terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Pemda yang mendapat
opini WTP akan cenderung melakukan publikasi laporan keuangan melalui
internet untuk menunjukkan sinyal kualitas pengelolaan keuangan yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, opini audit selain WTP dapat
menimbulkan konotasi atau persepsi publik akan adanya penyimpangan
dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga pemerintah cenderung
menutupi informasi keuangannya.
Penelitian

Handayani

(2010)

menunjukkan

bahwa

tingkat

penyimpangan mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan. Semakin tinggi tingkat penyimpangan, maka pemda
cenderung untuk menutupi informasi yang dimiliki, sehingga tingkat
pengungkapan menjadi lebih rendah. Namun, hasil berbeda ditunjukkan oleh
penelitian Hilmi dan Martani (2012) yang menyatakan bahwa tingkat

24

Universitas Sumatera Utara

penyimpangan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan.
2.9 Penelitian Terdahulu
Hilmi dan Martani (2012) berpendapat bahwa banyak penelitianpenelitian sebelumnya yang telah membahas tentang publikasi laporan
keuangan pada website resmi di sektor swasta, akan tetapi pada sektor
pemerintahan hal ini masih belum banyak dilakukan. Penelitian yang telah
dilakukan mengenai publikasi laporan keuangan daerah pada website oleh
pemerintahan daerah disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No.

Peneliti

Variabel
Independen

1.

Laswad et Kompetisi
al. (2005)
politik, Ukuran,
Leverage,Wealh,
Visibilitas Pers,
Tipe
Pemerintahan
Daerah

2.

Sinaga dan Ukuran
Prabowo
pemerintah
(2011)
daerah,

Variabel
Hasil
Dependen
1. Adanya
hubungan
positif
yang
signifikan
IFR
dengan
leverage,
wealth,
dan
visibilitas pers.
2. Adanya
hubungan
yang negatif dan
signifikan
IFR
dengan tipe pemda.
3. Ukuran
dan
kompetensi politik
tidak
memiliki
hubungan
yang
signifikan terhadap
IFR.
1. Ukuran pemerintah
Pelaporan
daerah
tidak
keuangan di
berpengaruh
terhadap
internet
pelaporan keuangan
Internet
Financial
Reporting
(IFR)

25

Universitas Sumatera Utara

3.

4.

di
internet
oleh
leverage,
secara
pemda.
sukarela oleh
kekayaan
2. Leverage
tidak
pemerintah
pemerintah
berpengaruh terhadap
daerah,
tipe daerah
pelaporan keuangan
(pemda).
pemerintah
di
internet
oleh
pemda.
3. Kekayaan
pemerintah
daerah
tidak
berpengaruh
terhadap pelaporan
keuangan di internet
oleh pemda.
4. Tipe
pemerintah
tidak
berpengaruh
terhadap pelaporan
keuangan di internet
oleh pemda.
1. Kompleksitas
Pratama et Kompleksitas
Pelaporan
pemerintah
daerah
al. (2015)
pemerintah
keuangan
berpengaruh positif
daerah, ukuran pemerintah
terhadap pelaporan
pemerintah
daerah.
keuangan pemerintah
daerah,
daerah.
kekayaan
2. Ukuran pemerintah
daerah,
dan
daerah berpengaruh
positif
terhadap
belanja daerah.
pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
3. Kekayaan
daerah
berpengaruh positif
terhadap pelaporan
keuangan pemerintah
daerah.
4. Belanja
daerah
berpengaruh positif
terhadap pelaporan
keuangan pemerintah
daerah.
1. Kompetisi
politik
Trisnawati Kompetisi
Publikasi
berpengaruh positif
dan
politik, ukuran laporan
terhadap
publikasi
Komarudin pemerintah
keuangan
laporan keuangan di
(2014)
pemerintah
daerah,
internet.
daerah
di 2. Ukuran pemerintah
leverage,
kekayaan
daerah berpengaruh

26

Universitas Sumatera Utara

positif
terhadap
publikasi
laporan
keuangan di internet.
3. Leverage
berpengaruh positif
terhadap
publikasi
laporan keuangan di
internet.
4. Total
kekayaan
pemerintah
daerah
berpengaruh positif
terhadap
publikasi
laporan keuangan di
internet.
Total Kekayaan Transparansi 1. Total Kekayaan
Daerah Berpengaruh
Daerah,
informasi
terhadap
Kompetisi
keuangan di
Transparansi
Politik,
dan internet oleh
Informasi Keuangan
pemerintahan
Jumlah
di Internet oleh
daerah
Penduduk
pemerintahan daerah.
2. Kompetisi
politik
Berpengaruh
terhadap
Transparansi
Informasi Keuangan
di
Internet
oleh
pemerintahan daerah.
Penduduk
3. Jumlah
tidak
Berpengaruh
terhadap
Transparansi
Informasi Keuangan
di
Internet
oleh
pemerintahan daerah.
pemerintah
internet
daerah,
tipe
pemerintah
daerah,
dan
opini audit

5.

Muntazar
(2016)

2.10 Kerangka Konseptual
Belum

semua

pemerintahan

daerah

menyajikan

informasi

keuangannya berupa laporan keuangan di website resminya untuk
diperlihatkan

kepada

masyarakat.

Padahal

mempublikasikan

laporan

keuangan pemerintahan daerah di website resminya dianggap cara yang baik

27

Universitas Sumatera Utara

untuk mempertanggungjawabkan informasi keuangan tersebut kepada
stakeholder atau masyarakat luas dengan biaya yang murah. Masyarakat
mengharapkan adanya transparansi terhadap informasi keuangan daerah
sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi yang terkait dengan laporan
keuangan yang ada. Untuk itulah dilakukan penelitian ini guna mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap publikasi laporan keuangan
pemerintahan daerah di website resminya. Adapun faktor-faktor yang akan
diteliti adalah persaingan politik, tipe pemda, dan ukuran pemda serta satu
variabel yang masih jarang diteliti yaitu opini BPK.
Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka pemikiran
mengenai pengaruh persaingan politik, tipe pemda, ukuran pemda, dan opini
BPK terhadap publikasi laporan keuangan pada website resmi pemerintahan
daerah di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:

Persaingan Politik (X1)

Publikasi Laporan
Keuangan pada
Website Resmi
Pemerintahan Daerah
di Indonesia

Tipe Pemda (X2)
Ukuran Pemda (X3)

(Y)

Opini BPK (X4)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

28

Universitas Sumatera Utara

2.11 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjabaran dan kerangka koseptual di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
2.11.1 Pengaruh Persaingan Politik terhadap Publikasi Laporan
Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di
Indonesia
Ketika terpilih, biasanya ada kecenderungan para politisi untuk
melupakan janji-janjinya pada saat kampanya terdahulu, akan tetapi
masyarakat dan saingan politiknya terdahulu akan terus menuntut
tentang realisasi. Persaingan politik yang tinggi akan menyebabkan
meningkatnya biaya dalam jangka panjang untuk kepala daerah terpilih
mengabaikan janji-janji sebelum pemilihan, dan memotivasi pemimpin
sekarang (yang sedang memegang jabatan) setuju untuk menanggung
biaya pengawasan (monitoring cost) yang lebih besar (Baber, 1983;
Evans dan Patton, 1987 dalam Laswad et al, 2005). Untuk itu
penggunaan internet dinilai sebagai metode yang paling efektif dan
efisien sebagai pemantauan atas kinerja kepala daerah dan transparansi
informasi keuangan daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dimunculkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Persaingan politik berpengaruh terhadap publikasi laporan
keuangan pada website resmi pemerintahan daerah di
Indonesia.

29

Universitas Sumatera Utara

2.11.2 Pengaruh Tipe Pemda terhadap Publikasi Laporan Keuangan
pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia
Laswad dkk., (2005) menyebutkan bahwa tingkat pengungkapan
secara sukarela di internet pada daerah kabupaten masih kurang jika
dibandingkan dengan daerah kota. Wilayah kota merupakan daerah
tujuan urbanisasi yang memiliki penduduk lebih heterogen, baik dari
sisi pendidikan, sosial, dan ekonomi. Tingkat pendidikan di daerah kota
cenderung lebih baik dibandingkan daerah kabupaten, sehingga
pengawasan dan tuntutan transparansi terhadap pemerintah kota
cenderung lebih tinggi. Publikasi laporan keuangan melalui internet
merupakan salah satu cara yang efektif bagi pemerintah kota untuk
memenuhi tuntutan transparansi dari masyarakat secara cepat dengan
biaya ringan. Ditambah lagi, akses dan penggunaan internet di daerah
kota cenderung lebih tinggi, sehingga mendorong pemerintah kota
untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan website yang dimiliki.
Penelitian Laswad dkk., (2005), Sinaga dan Prabowo (2011),
serta Medina (2012) menunjukkan bahwa tipe pemerintahan memiliki
pengaruh signifikan terhadap pelaporan informasi keuangan pemda
melalui internet. Namun, penelitian Handayani (2010) dan Rahman
dkk., (2013) tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara tipe
pemda dengan pelaporan keuangan pemda di internet. Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dimunculkan hipotesis sebagai berikut :

30

Universitas Sumatera Utara

H2 : Tipe pemda berpengaruh terhadap publikasi laporan keuangan
pada website resmi pemerintahan daerah di Indonesia.
2.11.3 Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Publikasi Laporan Keuangan
pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia
Ukuran pemerintahan daerah berhubungan positif dengan
meningkatnya pengungkapan karena memberikan sinyal dari kualitas
kepala daerah, dimana kepala daerah dapat mengambil manfaat dengan
meningkatkan kesempatan mereka dipilih kembali dan mengurangi
biaya kepentingan (Christaens, 1999). Styles dan Tennyson (2007)
berpendapat bahwa besarnya ukuran pemda juga berbanding lurus
dengan kepedulian masyarakat tentang kinerja pemerintahan daerah.
Kota dengan tingkat kekayaan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat
pemantauan politik dan informasi yang lebih tinggi atas gambaran
kinerja pemerintahan daerah. Dengan semakin maraknya perkembangan
internet di masyarakat, maka salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk melakukan publikasi laporan keuangan pemerintah daerah adalah
dengan menggunakan situs resmi pemerintahan daerah di internet.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dimunculkan hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Ukuran pemda berpengaruh terhadap publikasi laporan
keuangan pada website resmi pemerintahan daerah di
Indonesia.

31

Universitas Sumatera Utara

2.11.4 Pengaruh Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada
Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia
Opini BPK merupakan salah satu indikator kualitas akuntabilitas
keuangan dilihat atas penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD). Opini BPK secara bertingkat terdiri dari : Tidak Wajar (TW),
Tidak Memberikan Pendapat (TMP), Wajar Dengan Pengecualian
(WDP), dan yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Pemda yang mendapat opini WTP akan cenderung melakukan publikasi
laporan keuangan melalui internet untuk menunjukkan sinyal kualitas
pengelolaan keuangan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebaliknya, opini BPK selain WTP dapat menimbulkan konotasi atau
persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan daerah, sehingga pemerintah cenderung menutupi informasi
keuangannya.
Penelitian Handayani (2010) menunjukkan bahwa tingkat
penyimpangan mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap
tingkat pengungkapan. Semakin tinggi tingkat penyimpangan, maka
pemda cenderung untuk menutupi informasi yang dimiliki, sehingga
tingkat pengungkapan menjadi lebih rendah. Namun, hasil berbeda
ditunjukkan oleh penelitian Hilmi dan Martani (2012) yang menyatakan
bahwa tingkat penyimpangan memiliki pengaruh positif terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat dimunculkan hipotesis sebagai berikut:

32

Universitas Sumatera Utara

H4 : Opini BPK berpengaruh terhadap publikasi laporan keuangan
pada website resmi pemerintahan daerah di Indonesia.
2.11.5 Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan
Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website
Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, variabel-variabel
independen tidak hanya berpengaruh secara sendiri-sendiri (parsial)
terhadap variabel dependennya, tetapi juga berpengaruh secara
bersama-sama (simultan). Oleh karena itu, dapat dimunculkan hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Persaingan politik, tipe pemda, ukuran pemda, dan opini BPK
berpengaruh secara bersama-sama terhadap publikasi laporan
keuangan pada website resmi pemerintahan daerah di
Indonesia.

33

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

1 7 97

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

3 15 87

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 7

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 4

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 19

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

1 1 9