Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Bawang Prei
Bawang prei merupakan tanaman semusim yang berbentuk seperti rumput. Sistem
perakarannya termasuk dalam akar serabut yang terpencar kesemua arah pada
kedalaman 15-30 cm. Perkembangbiakan tanaman ini adalah merumpun, yakni
membentuk anak-anakan yang baru. Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang dan
pipih tidak berlubang. Panjang daun sangat bervariasi tergantung dengan penggunaan
bibit dan kesuburan tanahnya (Rukmana, 1995).
Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya berbentuk talang. Pelepahnya
cukup panjang, tidak berbentuk umbi, hanya batang semunya dibagian bawah agak
membengkak. Usahatani bawang prei perlu didukung dengan teknik bercocok tanam
yang baik, bibit yang berkualitas dan penggunaan pupuk dan pestisida yang efektif
dan efisien (Rismunandar, 1989).
Batang semu berbentuk dan tersusun dari pelepah daun yang saling menutupi.
Bagian batang yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan
batang


semu

hidup

tanaman

dipermukaan
ini

tanah

merumpun,

berwarna
yakni

hijau

membentuk


keputih

putihan.

Sifat

anakan-anakan

yang

baru (Rukmana, 1995).
Pemanenan bawang prei dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman
atau membongkarnya dengan menggunakan alat bantu. Waktu pemanenan yang baik

6

Universitas Sumatera Utara

7


adalah

pada

pagi

hari

atau

pada

sore

hari

ketika

hari


cerah (Cahyono, 2005).
2.1.2 Wortel
Tanaman wortel berbentuk seperti rumput, batangnya sangat pendek, sehingga tidak
tampak. Susunan daunnya berbentuk roset dan mengumpul dipangkal batang,
daunnnya beraroma harum. Akar tanaman ini sebenarnnya akar tunggang, tetapi akar
tunggang ini membesar dan menjadi umbi. Umbi berfungsi sebagai gudang
penyimpan cadangan makanan (Duryatmo,2006).
Wortel (Daucus carota) termasuk dalam family Umbelliferae yang anggotanya
mempuyai bunga berbentuk payung. Tanaman wortel yang dibudidayakan jarang
berbunga karena sebelum bunga muncul, umbi wortel telah dipanen. Umbi wortel
sebenarnya adalah akar tunggang yang menebal dan berisi cadangan makanan.
Mulanya akar ini berwarna putih, kemudian berubah menjadi kuning pucat dan
akhirnya menjadi oranye tua. Bentuk dan ukuran umbi ini tergantung dari varietas,
kesuburan tanah, iklim dan hama penyakit (Pracaya, 2002).
Tanaman wortel membentuk daun roset dan akar tunggang lumbung besar berdaging
selama tahun pertama. Batangnya yang sangat tertekan dan pada pertumbuhan tahun
pertama tinggi daun 25 – 60 cm. Daun yang muncul dari batang memiliki tangkai
daun yang panjang yang membesar, dan lir-upih pada pangkal lekatannya. Tanaman
yang mempunyai tajuk besar umunya menghasilkan akar yang besar, tetapi
memerlukan waktu pertumbuhan yang lebih lama. Sedangkan, kultivar bertajuk kecil

menghasilkan akar yang kecil tetapi periode pertumbuhan lebih singkat (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

8

Panen wortel tidak ditentukan oleh fase kematangan yang jelas. Pada berbagai
musim tanaman sering dipanen sebelum mencapai ukuran umbi yang di harapkan
atau sebelum diperoleh hasil yang maksimal. Periode penanaman hingga panen
dapat berlangsung kurang dari 70 hari atau lebih dari 150 hari. Pemanenan dapat
dilakukan

dengan

tangan

(tradisional)

dan


dapat

juga

dilakukakan

dengan mesin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
2.1.3 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur
pendek dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena
hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif pendek, hanya 90180 hari. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5-1,2 meter,
tergantung varietasnya (Budi Samadi, 2007).
Meski kentang sudah biasa ditanam petani di dataran tinggi, untuk memperoleh umbi
yang optimal, dalam penanaman kentang di dataran tinggi dibutuhkan kesiapan yang
matang sebelum memulai menaman kentang . Pada dasarnya, untuk menanam
kentang di dataran tinggi yang harus disiapkan dengan seksama adalah : (1)
Penyiapan lahan; (2) Penyiapan pupuk kandang; (3) Penyediaan benih umbi
bertunas; (4) Penyediaan pupuk buatan dan pestisida; dan (5) Penanaman. Umbi
kentang yang sudah ditanam itu perlu dipelihara sebagaimana mestinya supaya

pertumbuhannya optimal sehingga umbi kentang yang diperoleh nantinya seperti apa
yang diharapkan (Rubatzky dan yamaguchi, 1995).
Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang. Suhu yang
tinggi, keadaan berawan dan kelembaban udara yang rendah menghambat

Universitas Sumatera Utara

9

pertumbuhan, pembentukan umbi dan bunga kentang. Kentang diusahakan pada
daerah dengan ketinggian 500-3000 m dpl dengan suhu 20-24 ˚C pada siang hari dan
8-12 ˚C pada malam hari. Dengan curah hujan 200 -300 mm. Intensitas cahaya
matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kentang. Tanaman
kentang tumbuh pada tanah dengan pH 5-6, struktur tanah yang halus, gembur dan
berdrainase baik (Rubatzky dan yamaguchi, 1995).
2.2 Landasan Teori
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan
dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai
modal sehingga memberi manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan,
ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
selektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan
semaksimal mungkin. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
mengusahakan dan mengkoodinir faktor produksi seperti lahan dan alam sekitar
sebagai modal agar memberikan manfaat yang baik (Suratiyah, 2009).
Usahatani bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan budidaya yang
dilakukan dan sebagai bahan evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha (Sriyanto, 2010).
2.2.1

Biaya

Menurut Rahardja dan Mandala (2006), biaya produksi merupakan seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya total (TC) sama dengan
biaya tetap (FC) yang ditambah dengan biaya variabel (VC).

Universitas Sumatera Utara

10


TC = FC + VC
Dimana :
TC

= Total Cost / Biaya Total

FC

= Fixed Cost / Biaya Tetap

VC

= Variabel Cost / Biaya Variabel

Biaya total (total cost) merupakan jumlah biaya variable dan jumlah biaya tetap per
usahatani dengan satuan Rp. Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang besarnya
tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya biaya barang modal, gaji pegawai,
bunga pinjaman, pajak,sewa tanah, alat pertanian bahkan pada saat perusahaan tidak
berproduksi (Q = 0), biaya tetap harus dikeluarkan dalam jumlah yang sama.
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat

produksi, contohnya upah buruh tidak tetap, pupuk, bibit, pestisida, dan sarana
produksi lainnya yang dibutuhkan selama kegiatan usahatani berlangsung. Biaya
variabel yang dikeluarkan sesuai dengan volume usahatani yang sedang dilakukan.
Jadi apabila tidak dilakukan kegiatan usahatani maka tidak ada biaya variabel yang
harus dikeluarkan (Soekartawi, 1995).
2.2.2

Penerimaan

Penerimaan dalam usahatani merupakan total produksi dikali harga produksi
tersebut. Penerimaan tunai dalam usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang serta tidak dihitung nilai
produk yang dikonsumsi sendiri (Soekartawi, 2011).
Menurut Soekartawi (1994), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :
TR = Y. Py

Universitas Sumatera Utara

11


Keterangan :
TR

= Total Penerimaan (Rp)

Y

= Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Rp)

Py

= Harga Y (Rp)

Produksi dalam usahatani adalah proses mengkombinasikan dan mengolah sarana
produksi (input) menjadi komoditi yang dihasilkan (output). Teknologi produksi
terkait dengan input dan output. Kuantitas tertentu suatu input dibutuhkan untuk
memproduksi komoditi tertentu. Sebagian besar output biaya diproduksi dengan
sejumlah teknik yang berbeda. Baik dalam bentuk teknologi padat karya maupun
teknologi padat modal. Metode produksi optimal adalah metode produksi yang
mminimalkan biaya. Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi
sebagai informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori
ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif,
maka

tinggi

rendahnya

harga

ditentukan

oleh

permintaan

dan penawaran pasar (Case dan Fair, 2006).
Harga merupakan salah satu faktor penting dalam produksi pertanian karena sangat
berpengaruh terhadap petani produsen. Semakin tinggi harga yang ditawarkan untuk
hasil usahataninya, petani akan giat meningkatkan produksinya untuk memenuhi
permintaan pasar (Sudjarmoko, 1999).
2.2.3

Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari
usahataninya. Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai
indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

12

hidupsehari-hari. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan
biaya produksi, baik produksi yang tidak tetap maupun biaya produksi tetap
(Kindangen, 2000).
Menurut Soekartawi (1994) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan
dan semua biaya, jadi :
Pd = TR – TC
Pd = Pendapatan Usahatani
TR = Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Masalah pokok yang dihadapi petani adalah rendahnya tingkat pendapatan akibat
produktivitas tanaman rendah, harga jual produk yang fluktuatif, belum efisiennnya
proses produksi serta naiknya biaya produksi (Sudjarmoko, 1999).
2.2.4

Kelayakan Usahatani

Analisis kelayakan mempunyai arti penting bagi perkembangan dunia usaha.
Gagalnya usahatani dan bisnis rumah tangga pertanian merupakan bagian dari tidak
diterapkannya studi kelayakan dengan benar. Secara teoritis, jika setiap usahatani
didahului analisis kelayakan yang benar, resiko kegagalan dan kerugian dapat
dikendalikan dan diminimalkan sekecil mungkin (Subagyo, 2007).
Dalam meninjau apakah usahatani tersebut layak atau tidak layak maka dapat
dilakukan dengan melakukan analisis keseimbangan, analisis R/C, dan analisis B/C.
Analisis keseimbangan atau yang biasa disebut dengan Analisis Break Event Point
(BEP) adalah salah satu analisis untuk mempelajari hubungan anatara penjualan,

Universitas Sumatera Utara

13

biaya dan laba. Break event adalah keadaan tanpa rugi. Analisis Break Event Point
ini mempelajari pengaruh timbal balik antara pendapatan, biaya dan laba.
Menurut Suratiyah (2009), dengan analisis BEP ini petani dapat merencanakan
sesuatunya karena hal berikut:
1. Dapat dihitung berapa produksi (kg) yang harus dicapai agar petani memperoleh
keuntungan atau dengan kata lainnya BEP Produksi. Usahatani dikatakan layak
apabila jumlah produksi lebih besar daripada BEP produksi.
2. Dapat dihiting berapa harga jual (Rp/Kg) agar petani untung atas total biaya
produksi atau untung dari total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh petani
aau dengan kata lainya BEP Harga. Usahatani dikatakan layak apabila harga
wortel lebih tinggi daripada BEP harga.
Analisis R/C (Return Cost Ratio) adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
tingkat penerimaan total biaya. Maka dari itu analisis R/C merupakan perbandingan
antara penerimaan dan total biaya per usahatani. Secara teoritis dengan rasio R/C = 1,
artinya tidak untung dan tidak rugi. Maka usahatani akan dikatakan layak apabila
nilai R/C > 1.
Analisis benefit – cost ratio (B/C) ini pada prinsipnya sama dengan analisis R/C ,
hanya saja pada analisis B/C data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat.
Kriteria yang dipakai adalah suatu usahatani dikatakan memberi manfaat kalau B/C >
1 (Soekartawi, 1995).

Universitas Sumatera Utara

14

Apabila analisis kelayakan merekomendasikan usahatani yang dikerjakan tidak layak
maka perlu diperhatikan apakah ketidaklayakan berasal dari aspek produksi,
manajemen dan keuangan yang masih dapat diperbaiki (Subagyo, 2007).
2.2.5

Resiko Usahatani

Manajemen resiko merupakan usaha untuk mengetahui, menganilisis, serta
mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperolehh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Resiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadi akibat buruk ( kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak
terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya
resiko (Darmawi, 1994).
Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation
merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Hasil keputusan yang
tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan
perbandingan dengan satuan yang sama. Coefficient variation merupakan ukuran
risiko

yang

dapat

membandingkan

dengan

satuan

yang

sama

dengan

mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik
berupa pendapatan, produksi atau harga.
Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam
(variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan
risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya disekitar nilai
rata-rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang diharapkan menggambarkan
jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V)

Universitas Sumatera Utara

15

merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan
risiko yang ditanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah sangat penting
dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di
bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan
nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani (Kadarsan,
1995).
2.3

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Eva Situmorang (2011) Analisis Usahatani Bawang Prei dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Jaranguda,
Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)disimpulkan bahwa usahatani bawang prei
layak diusahakan karena nilai rataan BEP produksi dan harga masing - masing
sebesar 2.776 Kg /rante produksi dan Rp 2.108/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio adalah
4,01.

Rataan

pendapatan

petani

wortel

adalah

sebesar

Rp 74.139.506/Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan
keluarga. Usahatani di daerah penelitian mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan.
Hasil penelitian Jevri Maradong Purba (2008) Prospek Pengembangan Usahatani
Wortel Studi Kasus di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
disimpulkan bahwa usahatani wortel layak diusahakan karena nilai rataan BEP
pendapatan, produksi dan harga masing - masing sebesar Rp.118.116,82/Ha
produksi, 168,74 Kg/ Ha, Rp.372,92/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio adalah 1,88.
Rataan pendapatan petani wortel adalah sebesar Rp.3.975.879,30/Ha/musim tanam
dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga. Usahatani di daerah
penelitian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara

16

Hasil penelitian Eva Situmorang (2011) Analisis Usahatani Bawang Prei dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Jaranguda,
Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)disimpulkan bahwa usahatani bawang prei
layak diusahakan karena nilai rataan BEP produksi dan harga masing - masing
sebesar 2.776 Kg /rante produksi dan Rp 2.108/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio adalah
4,01.

Rataan

pendapatan

petani

wortel

adalah

sebesar

Rp 74.139.506/Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan
keluarga. Usahatani di daerah penelitian mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan.
Menurut Syarifah Maryam dan Suprapti (2008) dalam penelitian yang berjudul
Resiko Ekonomi Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii diperoleh nilai
koefisien variasi (KV) pepaya varietas Thailand lebih tinggi dibandingkan varietas
Hawaii (23,44 > 2,16) , yang berarti usahatani pepaya Thailand akan mengalami
risiko produksi lebih besar di masa akan datang dibandingkan pepaya Hawaii.
Sedangkan dari segi risiko harga, harga jual varietas Thailand cenderung fluktuatif
dibandingkan varietas Hawaii dimana koefisien variasi varietas Thailand sebesar
1,84 sedangkan varietas Hawaii lebih kecil yaitu sebesar 0,83. Dan untuk risiko
pendapatannya, nilai koefisien variasi dari mengusahakan pepaya Thailand sebesar
5,84 sedangkan pepaya Hawaii 2,80. Dengan kata lain, petani akan mengalami
masalah ketidakpastian pendapatan di masa akan datang.

Universitas Sumatera Utara

17

2.4

Kerangka Pemikiran

Dalam kegiatan usahatani untuk memproduksi bawang prei, wortel dan kentang
petani membutuhkan berbagai macam sarana produksi seperti bibit, pupuk, obatobatan, alat dan mesin pertanian, dan banyak hal lain yang berpengaruh pada
kegiatan usahataninya. Semua biaya yang berasal dari sarana produksi disebut biaya
produksi.
Biaya tetap (Fixed Cost) dapat berupa biaya untuk pajak, penyusutan alat dan mesin
pertanian, sewa lahan dan biaya lainnya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan
usahatani. Biaya variabel (Variabel Cost) dapat berupa biaya pembelian bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja.
Penerimaan yang diterima oleh petani adalah pendapatan kotor yang dipengaruhi
oleh harga jual yang berlaku dimasanya dan jumlah hasil produksinya. Pendapatan
bersih yang diterima petani dari usahatani merupakan jumlah penerimaan dari usahatani
yang dikurangi oleh biaya produksinya.
Usahatani dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan bila dari analisis ekonominya
memberikan hasil yang layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan
usahatani adalah Analisis Titik Impas ( Break Event Point/ BEP), Return Cost Ratio ( R/C
Ratio) dan Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio).
Analisis resiko juga dilakukan untuk menimbang apakah usahatani bawang prei
mempunyai resiko yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan usahatani
wortel dan usahatani kentang. Maka analisis resiko yang digunakan antara lain adalah
analisis ragam (variance), analisis koefisien variasi dan analisis batas bawah hasil
tertinggi.

Universitas Sumatera Utara

18

Apabila semua faktor tersebut mendukung pengembangan usahatani ini layak dan
bila tidak terpenuhi maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sehingga dapat
dibandingkan antara usahatani bawang prei dengan usahatani wortel dan usahatani
kentang. Berdasarkan uraian diatas, diuraikan skema kerangka pemikiran dapat
dilihat pada gambar 1 :

Usahatani
Bawang

Usahatani
Wortel

Usahatani
Kentang

Biaya

Biaya

Produksi

Biaya

Produksi

Harga
Jual

Produksi
Harga
Jual

Harga
Jual

Penerimaan

Pendapatan
Usahatani

Pendapatan
Usahatani
Resiko

Penerimaan

Penerimaan

Kelayakan

Resiko

Kelayakan

Pendapatan
Usahatani

Resiko

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Mempengaruhi
= Dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

Kelayakan

19

Hipotesis Penelitian :
1. Pendapatan usahatani bawang prei lebih besar dibandingkan dengan usahatani
wortel dan kentang di daerah penelitian.
2. Usahatani bawang prei, wortel dan kentang secara ekonomi layak untuk
diusahakan.
3. Resiko usahatani bawang prei lebih kecil dibandingkan usahatani wortel dan
usahatani kentang di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

54 160 104

Analisis Kelayakan Usahatani Wortel (Studi Kasus: Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

28 165 111

Analisis Perbandingan Pemasaran Bawang Daun/Prei Dan Kol/Kubis (Studi kasus : Desa Jaranguda kec. Merdeka dan Desa Raya Kec. Berastagi )

2 37 95

Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

1 11 147

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

0 5 23

Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

0 0 14

Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

0 0 1

Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

0 0 5

Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

0 0 2

Analisis Kelayakan dan Resiko Usahatani Bawang Prei Dibandingkan Dengan Sayuran Lainnya (Studi Kasus: Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

0 0 84