Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

(1)

ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI

DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP

PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Oleh : Eva Situmorang

070309017

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI

DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP

PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Oleh : Eva Situmorang

070309017

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Anggota Komisi

(Ir. A. T. Hutajulu, MS) (Emalisa, SP, M.Si) NIP. 194606181980032001 NIP. 1972111819980220012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

EVA NELLIANA SITUMORANG (070309017) dengan judul skripsi

ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo) dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Emalisa, SP, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei; untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei; untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang prei; untuk mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga; dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah teknik budidaya usahatani bawang prei adalah teknik budidaya yang meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen; komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei adalah biaya bibit; usahatani bawang prei adalah layak untuk diusahakan; kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah dikategorikan besar; dan masalah yang dihadapi petani pada usahatani bawang prei adalah kekeringan air pada bak cuci pada saat kegiatan pascapanen (proses pencucian) yaitu ketika musim kemarau dan upaya yang dilakukan petani adalah mengangkat air dari rumah.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga” (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo).

Skripsi dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh derajat sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda S. Situmorang, Ibunda N. Sihombing, Abang Eduard, Kakak Ewi, S.Pd, Adik Febry, Adik Vitha, dan Adik Virgok yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.

2. Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberi motivasi dan petunjuk dalam penulisan skirpsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Administrasi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendidik dan membimbing penulis melalui kegiatan perkuliahan dan kegiatan lainnya.


(5)

5. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo sebagai tempat penulis melaksanakan Penelitian Skripsi dan Desa Pematang Rambai Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara sebagai tempat penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

6. Teman-teman penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis berhasil memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, November 2011 Penulis


(6)

RIWAYAT HIDUP

EVA NELLIANA SITUMORANG lahir di Aek Torop tanggal 13 Agustus 1989, anak ke 3 dari 6 bersaudara dari Ayahanda S. Situmorang dan Ibunda N. Sihombing.

Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar dan lulus Tahun 2001 dari SD Negeri

118173 Aek Torop.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus Tahun 2004 dari SMP Negeri I Torgamba.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus Tahun 2007 dari SMA Katolik Tri Sakti Medan.

4. Tahun 2007 masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Pematang Rambai Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara dan melaksanakan Penelitian Skripsi di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Tinjauan Agronomis ... 7

Tinjauan Ekonomis ... 9

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 13

Hipotesis Penelitian ... 15

METODOLOGI PENELITIAN ... 16

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16

Metode Pengambilan Sampel ... 16

Metode Pengumpulan Data ... 16

Metode Analisis Data ... 17

Definisi dan Batasan Operasional ... 18

Definisi ... 18

Batasan Operasional ... 19

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 20

Deskripsi Daerah Penelitian ... 20

a. Luas dan Letak Geografis ... 20

b. Jenis Penggunaan Lahan ... 20


(8)

d. Keadaan Penduduk ... 21

e. Sarana dan Prasarana ... 25

Karakteristik Petani Sampel ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Teknik Budidaya Usahatani Bawang Prei ... 29

Analisis Usahatani Bawang Prei ... 34

1. Lahan ... 34

2. Tenaga kerja ... 34

3. Sarana produksi ... 35

4. Alat-alat pertanian ... 39

5. Biaya Pengangkutan ... 41

Produksi dan Penerimaan Usahatani Bawang Prei ... 42

Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Prei ... 44

Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Prei ... 45

Pendapatan Petani Bawang Prei ... 46

Total Pendapatan Keluarga ... 46

Kontribusi Pendapatan Petani Bawang Prei Terhadap Total Pendapatan Keluarga ... 51

Masalah Yang Dihadapi dan Upaya Yang Dilakukan Oleh Petani ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 17 2. Penggunaan Lahan Di Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 21 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa

Penelitian, Tahun 2010 ... 22 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di

Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 23 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata

Pencaharian Di Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 23 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 24 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa

Penelitian, Tahun 2010 ... 25 8. Sarana dan Prasana Di Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 26 9. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Penelitian ... 27 10. Perbandingan Teknik Budidaya Anjuran Dengan Teknik

Budidaya Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian ... 33 11. Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Rata-rata pada Usahatani

Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam... 35 12. Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-rata pada Usahatani Bawang

Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 36 13. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani pada Usahatani

Bawang Prei Di Desa Penelitian, Tahun 2011 ... 37 14. Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-rata pada Usahatani Bawang

Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 37 15. Jenis dan Harga Obat-obatan yang Digunakan Petani pada


(10)

16. Penggunaan dan Biaya Obat-obatan Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam... 39 17. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian Rata-rata pada Usahatani

Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam... 40 18. Biaya Alat/ Bahan Habis Pakai Rata-rata pada Usahatani Bawang

Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 40 19. Biaya Pengangkutan Bawang Prei Rata-rata Di Desa Penelitian

Per Musim Tanam... 41 20. Total Biaya Produksi Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di

Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 42 21. Produksi dan Penerimaan Rata-rata Usahatani Bawang Prei Di

Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 44 22. Pendapatan Bersih Rata-rata Usahatani Bawang Prei Di Desa

Penelitian Per Musim Tanam ... 45 23. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per

Musim Tanam ... 45 24. Pendapatan Rata-rata Petani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per

Musim Tanam ... 46 25. Total Biaya Produksi Rata-rata pada Usahatani Wortel Di Desa

Penelitian Per Musim Tanam ... 47 26. Pendapatan Rata-rata Petani Wortel Di Desa Penelitian Per

Musim Tanam ... 48 27. Total Biaya Produksi Rata-rata pada Usahatani Tomat Di Desa

Penelitian Per Musim Tanam ... 49 28. Pendapatan Rata-rata Petani Tomat Di Desa Penelitian Per

Musim Tanam ... 49 29. Pendapatan Rata-rata Petani Dari Non Usahatani Di Desa

Penelitian Per 3 Bulan ... 50 30. Pendapatan Rata-rata Petani Dari Non Usahatani Bawang Prei

Per 3 Bulan ... 50 31. Kontribusi Pendapatan Petani Bawang Prei Terhadap Total

Pendapatan Keluarga Petani Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 51


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1. Lahan usahatani bawang prei ... 7

2. Tanaman bawang prei ... 7

3. Skema kerangka pemikiran ... 14

4. Pengolahan lahan ... 29

5. Penanaman bibit bawang prei... 30

6. Pemanenan bawang prei ... 32

7. Pembersihan dan pemotongan ... 32

8. Bak pencucian hasil panen ... 32

9. Sortasi hasil panen ... 32

10. Produksi super ... 43

11. Produksi non super ... 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Penelitian

2. Luas Lahan Petani Sampel, Status dan Nilai Sewa Lahan/ PBB Di Desa Penelitian

3. Distribusi Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

4. Distribusi Penggunaan dan Biaya Bibit pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

5. Distribusi Penggunaan dan Biaya Pupuk pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

6. Distribusi Penggunaan dan Biaya Obat-obatan pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

7. Distribusi Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

8. Distribusi Penggunaan dan Biaya Alat/ Bahan Habis Pakai pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam 9. Distribusi Biaya Pengangkutan Hasil Panen Bawang Prei Ke

Pajak Brastagi Per Musim Tanam

10. Distribusi Total Biaya pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

11. Produksi dan Penerimaan Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

12. Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

13. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

14. Pendapatan Petani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam


(13)

15. Distribusi Total Biaya pada Usahatani Wortel Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

16. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Wortel di Desa Penelitian Per Musim Tanam

17. Distribusi Total Biaya pada Usahatani Tomat Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

18. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Tomat Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

19. Pendapatan Petani Dari Non Usahatani Di Desa Penelitian Per Bulan

20. Kontribusi Pendapatan Petani Bawang Prei Terhadap Total Pendapatan Keluarga Di Desa Penelitian Per Musim Tanam


(14)

ABSTRAK

EVA NELLIANA SITUMORANG (070309017) dengan judul skripsi

ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo) dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Emalisa, SP, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei; untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei; untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang prei; untuk mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga; dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah teknik budidaya usahatani bawang prei adalah teknik budidaya yang meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen; komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei adalah biaya bibit; usahatani bawang prei adalah layak untuk diusahakan; kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah dikategorikan besar; dan masalah yang dihadapi petani pada usahatani bawang prei adalah kekeringan air pada bak cuci pada saat kegiatan pascapanen (proses pencucian) yaitu ketika musim kemarau dan upaya yang dilakukan petani adalah mengangkat air dari rumah.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu produk pertanian yang penting bagi ketahanan pangan nasional. Selain pangsa pasarnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor, sebagian besar usahatani sayuran di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif karena efisien secara finansial dalam pemanfaatan sumber daya domestik (Departemen Pertanian, 2004).

Potensi ekonomi beberapa tanaman hortikultura sangat besar, karena harganya yang tinggi dan juga karena waktu yang dibutuhkan untuk produksinya singkat. Beberapa jenis tanaman sayuran dapat ditanam beberapa kali dalam setahun, terutama di daerah Tropis, di mana musim tanam tidak dibatasi oleh musim dingin sebagaimana yang terjadi pada daerah beriklim sedang (temperate zone) (Lakitan, 2003).

Dalam bidang hortikultura dikenal berbagai jenis tanaman sayur yang diusahakan dalam skala kecil, misalnya di pekarangan. Namun tidak sedikit pula jenis tanaman sayur yang diusahakan dalam skala yang luas. Jenis sayuran banyak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, berfungsi sebagai bahan makanan yang bergizi, menyehatkan masyarakat, namun kenikmatan rasanya tidak akan menarik bilamana tidak dilengkapi dengan jenis sayuran yang berfungsi sebagai pelezat (Rismunandar, 1989).

Tanaman sayuran merupakan komoditi pertanian yang berprospek cerah sebab permintaan terhadap komoditi ini cukup tinggi. Sayuran sudah menjadi


(16)

bagian menu sehari-hari masyarakat Indonesia sehingga tidak mengherankan jika tanaman ini selalu tersedia di pasaran (Setiawan, 1995).

Bawang merupakan salah satu jenis sayuran pelengkap dan bumbu masak yang diperlukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat pada setiap saat. Permintaan bawang oleh konsumen yang terus menerus ini akan bisa terpenuhi kalau semua faktor penunjang untuk membudidayakannya memadai. Faktor penunjang tersebut, antara lain penguasaan teknologi, mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan, termasuk pengendalian hama dan penyakit sampai dengan pascapanen (AAK, 1998).

Bawang prei atau kerap sekali disebut sebagai bawang daun termasuk salah satu jenis sayuran daun bahan bumbu dapur dan pencampur sayur-mayur yang populer diseluruh dunia. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam di berbagai daerah (negara) yang beriklim tropis maupun sub-tropis (Rukmana, 1995).

Bawang daun dibedakan dari bawang merah dan bawang putih karena yang dimanfaatkan adalah daun dan batangnya, bukan umbinya. Aroma dan rasanya yang khas membuat sayuran ini banyak digunakan sebagai campuran masakan (Nazaruddin, 2000).

Meningkatnya luas areal pengembangan budidaya bawang daun antara lain karena prospek pemasaran produksi komoditas ini makin cerah (baik). Pemasaran komoditi bawang daun tidak hanya di pasar dalam negeri (domestik), tetapi juga telah menembus pasar luar negeri (ekspor). Jenis bawang daun yang dinantikan pasar ekspor ke Singapura dan Belanda adalah bawang prei (Rukmana, 1995).


(17)

Bawang prei (Allium porrum) atau leek (Inggris) sudah lama dikenal di Indonesia, terutama di Jawa Timur dan Jawa Barat. Tetapi dibanding bawang lain, jenis ini lebih terbatas penggunaannya dan umumnya khusus untuk bumbu penyedap masakan Eropa. Beberapa varietas yang biasa ditanam yang populer adalah Reuzen van Cerantha, Goliath dan Olifant (Wibowo, 2008).

Bawang prei dimanfaatkan daunnya sehingga dikenal sebagai bawang daun atau loncang (onclang). Sebenarnya, yang digunakan sebagai penyedap dan sekaligus pengharum masakan adalah batangnya yang berwarna putih. Bawang prei dapat ditanam secara monokultur maupun sebagai tanaman sela atau tumpang sari dan mudah tumbuh dalam iklim Indonesia (AAK, 1998).

Berdasarkan perkiraan analisis usahatani yang dirinci dalam buku bawang daun, bahwa lahan seluas 1 ha untuk usahatani bawang daun memerlukan biaya sebesar Rp.18.303.248,00. Produksi yang dihasilkan mencapai 47.666 kg, dan bila harga jual bawang daun di tingkat petani Rp.1.100,00/kg akan mendatangkan keuntungan Rp.28.886.215,00/musim (Cahyono, 2005).

Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi bawang daun penting artinya bagi tata ekonomi rumah tangga maupun negara. Sumbangan dari usahatani bawang daun cukup besar terhadap usaha peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).

Peluang bisnis bawang daun cukup baik dan cerah karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu penyedap masakan, di samping sebagai bahan pengobatan (terapi). Dengan demikian, kebutuhan masyarakat terhadap bawang daun sangat besar dan


(18)

berkesinambungan. Kebutuhan bawang daun ini akan meningkat terus sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, kenaikan tingkat pendidikan (pengetahuan), dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (Cahyono, 2005).

Kuatnya pasar bawang daun dapat dilihat dari harganya yang relatif murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga daya beli masyarakat terhadap bawang daun sangat kuat. Industri makanan, seperti Indofood yang memproduksi mie instan, juga merupakan pasar yang potensial untuk bawang daun. Dengan adanya perkembangan industri makanan di Indonesia, serapan pasar terhadap bawang daun semakin meningkat. Di samping itu, bawang daun juga merupakan mata dagangan ekspor ke berbagai negara di kawasan Asia dan Eropa (Cahyono, 2005).

Pengembangan budidaya sayur mayur memang terlihat telah dirasakan urgensinya. Bahkan kalau saja dilihat secara nyata di lapangan maka prospek pengembangan sangatlah memungkinkan untuk dapat merubah potret petani ke tingkat yang lebih baik. Maka dari itu pembinaan dan pengembangan sayur mayur ini haruslah didukung oleh pembinaan yang terpadu, baik di bidang produksi, pemasaran, dan sarana/ prasarana (Saastratmajda, 1991).

Tanaman bawang prei sudah tidak asing bagi masyarakat Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara, karena desa ini merupakan salah satu sentra penghasil bawang prei di Sumatera Utara. Pada umumnya, usahatani bawang prei tidaklah menjadi sumber pendapatan utama bagi petani bawang prei di Desa Jaranguda. Sumber pendapatan lainnya adalah usahatani wortel, usahatani tomat, dan ada juga sumber pendapatan dari Pegawai


(19)

Negeri Sipil (PNS). Walaupun usahatani bawang prei tidaklah menjadi prioritas utama, namun usahatani bawang prei diperkirakan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penelitian ini merumuskan permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah penelitian? 2. Mana komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei di

daerah penelitian?

3. Apakah usahatani bawang prei layak diusahakan di daerah penelitian?

4. Berapa besar kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian?

5. Apa saja masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei di daerah penelitian.


(20)

4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petani bawang prei yang mengusahakannya. 2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak terkait terhadap perkembangan

komoditi bawang prei, baik untuk pertimbangan ekonomis maupun akademis. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi siapa saja yang membutuhkan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis

Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar ke semua arah pada kedalaman antara 15-30 cm (Rukmana, 1995).

Batang semu berbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi. Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan batang semu di permukaan tanah berwarna hijau keputih-putihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membentuk anakan-anakan yang baru (Rukmana, 1995).


(22)

Gambar 1. Lahan usahatani bawang prei Gambar 2. Tanaman bawang prei

Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang pipih tidak berlubang. Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau tua. Panjang daun sangat bervariasi antara 18-30 cm atau lebih, tergantung dari varietas dan kesuburan pertumbuhannya (Rukmana, 1995).

Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya berbentuk talang, pelepahnya cukup panjang, tidak membentuk umbi, hanya batang semunya di bagian bawah agak membengkak (Rismunandar, 1989).

Usahatani bawang daun perlu didukung dengan teknik bercocok tanam yang baik, bibit yang berkualitas baik, dan tahapan kerja yang runtut. Teknik budidaya tanaman bawang daun meliputi:

1. Penyiapan lahan

Penyiapan lahan yang baik akan menciptakan media tanam yang mendukung tanaman untuk tumbuh lebih sempurna. Penyiapan lahan untuk budidaya bawang daun meliputi pesemaian/pembibitan dan penyiapan lahan untuk penanaman bibit (pembersihan rumput, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan, pemupukan dasar, pengapuran tanah, dan pemulsaan).

1.1. Pembersihan rumput dapat dilakukan secara mekanis dengan cara dibabat menggunakan sabit atau dimatikan dengan penyemprotan herbisida

1.2. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul atau dibajak dengan traktor sedalam 30-40 cm, kemudian tanah disisir untuk memecah dan menghaluskan gumpalan-gumpalan tanah yang besar. Tanah digemburkan lagi dengan cara dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm, sekaligus dilakukan pembentukan bedengan dan parit-parit. Bedengan


(23)

berukuran lebar 100 cm dan panjang 1000 cm atau disesuaikan dengan kondisi lahan, sedangkan parit dibuat dengan ukuran lebar 25 cm

1.3. Tanah bedengan diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 15-20 ton/hektar atau pupuk organik super sebanyak 3,5 ton/hektar

1.4. Pengapuran tanah harus dilakukan dua minggu sebelum tanam karena akar tanaman pada umumnya tidak kuat terhadap pengapuran secara langsung setelah penanaman. Jika pH tanah telah sesuai (6,5-7,5) dengan yang dikehendaki bawang daun, tidak perlu dilakukan pengapuran tanah 1.5. Pemulsaan dengan mulsa plastik hitam perak sebagai penutup tanah pada

bawang daun dapat memberikan hasil yang baik. Mulsa plastik dapat mengurangi tercucinya pupuk oleh hujan dan penyerapan pupuk oleh tanaman menjadi lebih efektif

2. Pembibitan

Perbanyakan bawang daun dapat dilakukan secara generatif (dengan biji) dan secara vegetatif (dengan anakan atau belahan rumpun/setek tunas). Jika perbanyakan dilakukan dengan biji, sebaiknya biji bawang daun tersebut disemaikan terlebih dahulu agar dapat diperoleh bibit yang pertumbuhannya baik dan seragam. Sementara, perbanyakan tanaman dengan anakan dilakukan dengan mengambil atau memecah-mecah anakan bawang daun yang baik, kemudian langsung ditanam di kebun atau disimpan di tempat yang teduh dan lembab bila belum segera ditanam. Daya simpan bibit anakan bawang daun adalah sekitar 5-7 hari


(24)

Bibit bawang daun yang tumbuh baik di pesemaian akan tumbuh pula di kebun. Walaupun demikian, penanaman bibit bawang daun di kebun harus dilakukan dengan baik dan benar serta memperhatikan waktu tanam, jarak tanam, pemindahan bibit, dan cara penanamannya.

3.1. Penanaman bibit bawang daun sebaiknya dilakukan pada sore hari agar bibit sudah kuat pada saat terkena terik matahari pada pagi harinya

3.2. Penanaman bibit bawang daun menggunakan jarak antar-tanaman 20 cm dan jarak antar-barisan 30 cm. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal karena iklim mikro di sekitar tanaman tidak sesuai dengan syarat tumbeh bawang daun. Jarak tanam yang terlalu lebar juga kurang efektif karena populasi tanaman lebih sedikit sehingga penggunaan lahan kurang optimal

3.3. Bibit bawang daun yang berasal dari biji sudah dapat dipindah tanam ke kebun pada umur 2 bulan setelah benih disemai atau tinggi tanaman sudah mencapai 10 cm, sedangkan bibit bawang daun yang berasal dari setek tunas dapat segera ditanam ke kebun setelah bawang daun dipanen dan dilakukan sortasi (memisah-misahkan bawang daun berdasarkan ukuran dan kualitasnya)

3.4. Bibit bawang daun yang telah dipotong sebagian daun dan akarnya ditanam pada lubang tanam sampai pangkal batang. Akar-akar tanaman juga ditata secara menyebar. Kemudian, lubang tanam ditutup dengan tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat


(25)

Bibit bawang daun yang telah ditanam di kebun perlu dipelihara lebih lanjut agar pertumbuhannya tetap baik. Kegiatan pemeliharaan bawang daun meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan susulan, penyiangan dan pendangiran, pemangkasan bunga dan daun, dan perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.

4.1. Penyulaman adalah penggantian bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Penyulaman harus dilakukan seawal mungkin sampai tanaman berumur dua minggu setelah tanam

4.2. Pengairan bawang daun cukup dilakukan seperlunya, pengairan yang tepat akan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif, seperti pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, dan jumlah anakan

4.3. Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah pemupukan dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah. Pemupukan susulan bertujuan untuk member tambahan zat makanan (hara), terutama N, P, K, dan zat-zat hara lainnya. Pemupukan susulan ini disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman

4.4. Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan (gulma) dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman bawang daun. Pendangiran dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara ringan, bertujuan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase, memperbaiki peredaran udara (aerasi), dan memelihara struktur tanah agar tetap gembur


(26)

4.5. Pemangkasan bunga dan daun bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan agar menghasilkan jumlah anakan dan daun lebih banyak. Pemangkasan bunga dilakukan pada saat tangkai bunga sudah muncul 4.6. Perlindungan tanaman bawang daun terhadap serangan hama dan

penyakit dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu pengendalian hama dan penyakit secara kultur teknis yaitu dengan cara menerapkan teknik bercocok tanam yang benar dan baik, secara mekanis yaitu membunuh hama dan patogen (penyebab penyakit) secara langsung, secara kimiawi yaitu pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida yang disemprotkan pada tanaman, dan secara biologis yaitu pengendalian hama dengan cara menyebarkan hewan yang menjadi musuh alami hama tersebut ke areal perkebunan

5. Panen dan Pascapanen

Penanganan panen yang baik dan benar akan menghasilkan daun bawang daun yang berkualitas baik pula, yaitu dengan memperhatikan umur tanaman, cara pemanenan, dan waktu pemanenan. Pemanenan bawang daun sudah dapat dilakukan pada umur 5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari biji dan pada umur 2,5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari setek tunas (bibit anakan). Pemanenan bawang daun dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman atau membongkarnya dengan alat bantu. Pencabutan tanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Waktu pemanenan bawang daun yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan pada saat cuaca cerah. Penanganan pascapanen bawang daun dimulai sejak pengumpulan hasil hingga pemasaran, yaitu meliputi


(27)

pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran

(Cahyono, 2005). Tinjauan Ekonomis

Usahatani bawang prei sangat menguntungkan bagi petani. Alasannya usahatani tersebut tidak memerlukan banyak waktu untuk mengusahakannya sehingga menghasilkan, perawatannyapun tidak terlalu sulit. Harga bawang prei di pasar mengalami fluktuasi, harga penjualan bawang prei berkisar antara Rp.1.000,00 sampai Rp.15.000,00/kg.

Produksi usahatani bawang prei tentu akan semakin baik dan banyak jika petani merawatnya. Menurut Cahyono (2005), potensi lahan 1 ha usahatani bawang prei biasanya menghasilkan produksi 47.666 kg. Dengan biaya produksi sebesar Rp.18.303.248,00 dan harga jual di tingkat petani sebesar Rp.1.100,00/kg, akan mendatangkan keuntungan Rp.28.886.215,00/ musim tanam (empat bulan). Sementara komoditi bawang prei ini dapat diusahakan/ ditanam 3 (tiga) kali dalam setahun. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani dalam satu tahun semakin besar.

Landasan Teori

Usahatani pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, pengembangan suatu komoditas pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar, berkonsentrasi pada produk unggulan yang berdaya saing tinggi maupun memenuhi fungsi sebagai komoditas ekonomi dan sosial, mampu memaksimalkan


(28)

sumber daya alam terutama lahan berwawasan lingkungan serta mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor lain(Soekartawi, 1984).

Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Namun demikian seringkali petani karena kesibukannya tidak menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian untuk mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan (Suratiyah, 2008).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan usahatani. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2008).

Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk di dalamnya adalah:

1. Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penanaman lain

2. Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri


(29)

3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas yang berupa penyusutan

4. Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap

5. Biaya-biaya lain (Prawirokusuma, 1990).

Penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau produksi dikali harga jual (rupiah). Pendapatan bersih adalah selisih dari penerimaan dengan total biaya (rupiah). Pendapatan petani adalah pendapatan bersih usahatani ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri/TKDK (rupiah), maka dirumuskan sebagai berikut:

Pendapatan Petani = Pendapatan Bersih + Nilai TKDK Pendapatan Bersih = TR - TC

= (Y x Py) - TC

Ket: TR = Total penerimaan (rupiah) TC = Total biaya (rupiah)

Nilai TKDK = Upah tenaga kerja dalam keluarga (rupiah)

Y = Produksi (kg)

Py = Harga jual (rupiah/kg) (Soekartawi, 1995).

Kalayakan usahatani dapat diukur dengan memperhitungkan R/C ratio dan BEP. R/C (Return Cost Ratio) adalah sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya, dengan kriteria sebagai berikut:

- Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan - Jika R/C = 1, maka usaha layak impas


(30)

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost, secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

Total Biaya Produksi BEP Volume Produksi =

Harga di Tingkat Petani Total Biaya Produksi BEP Harga Produksi =

Total Produksi

Kriteria uji : Titik impas terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP

(Soekartawi, 1995).

Kerangka Pemikiran

Usahatani bawang prei di Desa Jaranguda menghadapi masalah yang umum terjadi, namun dapat diatasi petani dengan upaya yang tepat. Usahatani yang dilakukan dengan baik, pasti juga akan menghasilkan produksi yang besar. Produksi yang dihasilkan dari usahatani bawang prei segera dijual ke pasar sehingga diperoleh besarnya total penerimaan dari usahatani tersebut. Total penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara produksi dengan harga jual bawang prei di pasar. Untuk mencari besarnya pendapatan bersih usahatani bawang prei dapat diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Dari hasil pengamatan bahwa sumber pendapatan petani di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo selain dari usahatani bawang prei adalah dari usahatani wortel, usahatani tomat, dan non usahatani (PNS).

Total pendapatan keluarga diperoleh dari penjumlahan pendapatan petani bawang prei dengan pendapatan petani dari wortel dan tomat, serta pendapatan


(31)

petani dari non usahatani. Untuk melihat besarnya kontribusi pendapatan dari masing-masing sumber pendapatan dapat dihitung dengan perhitungan pendapatan setiap sumber dibagi dengan total pendapatan keluarga dikali 100 %. Dari uraian diatas dapat dikemukakan skema kerangka pemikiran seperti tertera pada gambar berikut:

Petani

Non Usahatani Bawang Prei

Usahatani Bawang Prei

Produksi

Pendapatan Bersih Usahatani

Bawang Prei Total Penerimaan Total Biaya

Harga Jual

Total Pendapatan

Keluarga X

Nilai TKDK Pendapatan

Petani Bawang Prei Pendapatan Petani

Non Usahatani Bawang Prei

+

Masalah


(32)

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah besar.


(33)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Adapun pertimbangan penentuan daerah penelitian karena desa tersebut adalah salah satu desa yang mengusahakan usahatani bawang prei di Kabupaten Karo.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang prei di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Jumlah populasi sebanyak 212 KK dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 30 KK dengan menggunakan metode simple random sampling, dimana karakteristik sampel bersifat homogen yaitu perlakuan dalam usahatani dan variabel yang akan diteliti sama. Hal ini sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum sebanyak 30 (Hasan, 2002).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Desa Jaranguda melalui survey maupun data kuesioner yang sudah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor atau instansi terkait seperti Kantor


(34)

Kepala Desa, Kantor Camat, Dinas Pertanian Kabupaten Karo, dan Badan Pusat Statistik. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Spesifikasi Pengumpulan Data

No. Jenis Data Sumber Data Metode

Wawancara Observasi 1. Identifikasi petani Petani

responden 

2. Teknik budidaya usahatani

Petani

responden  

3. Biaya produksi Petani

responden  

4. Besarnya pendapatan bersih usahatani

Petani

responden  

5. Masalah yang dihadapi dan upaya mengatasinya

Petani

responden  

6. Monografi desa Kepala desa

Metode Analisis Data

Analisa dapat dilakukan setelah data-data dikumpulkan dengan lengkap. Untuk masalah dan tujuan 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengamati dan mengumpulkan informasi mengenai teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah penelitian.

Untuk masalah dan tujuan 2, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei di daerah penelitian.

Untuk masalah dan tujuan 3, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menganalisis kelayakan usahatani bawang prei di daerah penelitian dengan perhitungan R/C ratio dan BEP.


(35)

Untuk hipotesis, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian dengan rumus:

Pendapatan petani bawang prei Kontribusi pendapatan petani = x 100 % bawang prei Total pendapatan keluarga

Keterangan, dengan ketentuan apabila:

Kontribusi pendapatan ≥ 30 % Kontribusinya dikategorikan besar Kontribusi pendapatan < 30 % Kontribusinya dikategorikan rendah

Untuk masalah dan tujuan 5, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian.

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

1. Usahatani bawang prei adalah kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara tanaman bawang prei sehingga menghasilkan produksi bawang prei.

2. Teknik budidaya usahatani bawang prei adalah tahapan kerja yang runtut dalam usahatani bawang prei yaitu meliputi pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen.

3. Komponen biaya produksi pada usahatani bawang prei adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani bawang prei berlangsung, baik biaya tetap yaitu penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan/ PBB (Pajak


(36)

Bumi dan Bangunan), maupun biaya variabel yaitu bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan lain-lain.

4. Pendapatan bersih usahatani bawang prei adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dinyatakan dengan rupiah per musim tanam.

5. Pendapatan petani bawang prei adalah pendapatan bersih usahatani ditambah dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga yang dinyatakan dengan rupiah per musim tanam.

6. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan per musim tanam yang dinyatakan dengan rupiah.

7. Kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah pendapatan petani bawang prei dibagi dengan total pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 % yang dinyatakan dengan persentase. 8. Musim tanam adalah lamanya waktu usahatani bawang prei untuk

menghasilkan produksi yaitu 3 bulan. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo.

2. Populasi penelitian adalah petani yang mengelola usahatani bawang prei di daerah penelitian.

3. Analisis usahatani bawang prei adalah analisis usahatani bawang prei per musim tanam dari bulan Mei sampai Agustus tahun 2011.


(37)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Letak Geografis

Desa penelitian memiliki luas wilayah sebesar 632,9 ha, berada pada ketinggian 1300 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata per tahun 2000-3000 mm, dan keadaan suhu rata-rata 17-25 C0. Jarak desa penelitian ke ibukota kecamatan sekitar 2 km, sementara jarak desa ke ibukota kabupaten sekitar 13 km, dan jarak desa ke ibukota propinsi sekitar 67 km. Waktu tempuh ke ibukota kecamatan sekitar 0,10 jam, sementara waktu tempuh ke ibukota kabupaten sekitar 1,5 jam, dan waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat (ekonomi, kesehatan, pemerintahan) sekitar 0,5 jam.

Adapun batas-batas wilayah desa penelitian adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Negara - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gongsol - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Merdeka - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lau Gumba b. Jenis Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:


(38)

Tabel 2. Penggunaan Lahan Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 220,90 34,90

3. Ladang 120,00 18,96

4. Hutan lindung 230,00 36,34

5. Rekreasi dan olahraga 6,00 0,95

6. Daerah tangkapan air 6,00 0,95

7. Lahan yang belum dikelola 50,00 7,90

Total 632,90 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar di desa penelitian adalah lahan untuk hutan lindung yaitu 36,34 %, kemudian lahan untuk pemukiman yaitu 34,90 %, sementara lahan untuk ladang yaitu 18,96 %, dan lahan yang belum dikelola yaitu 7,90 %.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masih ada lahan yang belum dikelola yaitu sebesar 50 ha, keadaan ini sebenarnya menjadi peluang besar bagi masyarakat jika mau membuka lahan dan mengolahnya menjadi lahan pertanian. c. Pemerintahan Desa

Desa penelitian dipimpin oleh seorang kepala desa yang bertugas dalam mengorganisasi struktur pemerintahan desa yang bertujuan membantu kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan desa kepada pemerintahan pusat. Dalam menjalankan kegiatannya, kepala desa dibantu oleh seorang sekretaris desa, 3 orang kaur (kepala urusan), dan seorang bendahara desa.

d. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa penelitian yaitu 1570 jiwa atau 375 KK. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, jenis mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan penganut agama akan dijelaskan pada tabel-tabel berikut:


(39)

d.1. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 775 49,36

2. Perempuan 795 50,64

Total 1570 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa penelitian adalah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 775 jiwa (49,36 %) dan penduduk perempuan yaitu sebanyak 795 jiwa (50,64 %). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah seimbang. d.2. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Dari Tabel 4 berikut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar berdasarkan kelompok umur di desa penelitian adalah penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun) yaitu sebanyak 804 jiwa (51,21 %), kemudian penduduk usia non produktif yaitu balita, anak-anak, dan remaja (kelompok umur 0-14 tahun) yaitu sebanyak 758 jiwa (48,28 %), dan penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 64 tahun ke atas) yaitu sebanyak 8 jiwa (0,51 %). Dengan demikian beban ketergantungan usia non produktif terhadap usia produktif diperoleh dari Date Ratio (DR) = 94. Artinya setiap satu orang usia produktif menanggung 0,94 orang usia non produktif.

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:


(40)

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0 – 4 435 27,71

2. 5 – 9 120 7,64

3. 10 – 14 203 12,93

4. 15 – 19 107 6,82

5. 20 – 24 180 11,46

6. 25 – 29 198 12,61

7. 30 – 34 105 6,69

8. 35 – 39 51 3,25

9. 40 – 44 50 3,18

10. 45 – 49 40 2,55

11. 50 – 54 20 1,27

12. 55 – 59 29 1,85

13. 60 – 64 24 1,53

14. > 64 8 0,51

Total 1570 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

d.3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. PNS dan Pegawai Swasta 643 63,35

2. Petani 280 27,59

3. Jasa dan Industri 92 9,06

Total 1015 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa penelitian terdapat 643 jiwa (63,35 %) yang dominan sebagai PNS dan pegawai swasta, kemudian sebagai petani yaitu sebanyak 280 jiwa (27,59 %), dan sebagai pekerja di sektor jasa dan industri yaitu sebanyak 92 jiwa


(41)

(9,06 %).

d.4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak tamat SD 28 2,53

2. Tamat SD 345 31,11

3. Tamat SLTP 79 7,12

4. Tamat SLTA 483 43,55

5. Tamat Akademi (D1 – D3) 38 3,43

6. Perguruan Tinggi 136 12,26

Total 1109 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar berdasarkan tingkat pendidikan di desa penelitian adalah penduduk yang tamat SLTA yaitu sebanyak 483 jiwa (43,55 %), menyusul penduduk yang tamat SD yaitu sebanyak 345 jiwa (31,11 %), selanjutnya penduduk yang tamat Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 136 jiwa (12,26 %), kemudian penduduk yang tamat SLTP yaitu sebanyak 79 jiwa (7,12 %), dan penduduk yang tamat Akademi yaitu sebanyak 38 jiwa (3,43 %), serta penduduk yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 28 jiwa (2,53 %). Sedangkan penduduk yang belum sekolah karena belum cukup umur yaitu sebanyak 461 jiwa, sehingga jumlah keseluruhan penduduk desa penelitian adalah 1570 jiwa.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di desa penelitian dapat digolongkan cukup tinggi karena 59,24 % tamat SLTA bahkan ada yang berpendidikan D3 dan S1. Artinya tingkat pendidikan akan


(42)

mempengaruhi wawasan dan pola pikir masyarakat secara sosial maupun ekonomi.

d.5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Islam 915 58,28

2. Kristen Protestan 530 33,76

3. Katolik 114 7,26

4. Budha 11 0,70

Total 1570 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar berdasarkan agama di desa penelitian adalah penduduk beragama Islam yaitu sebanyak 915 jiwa (58,28 %), selanjutnya penduduk beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 530 (33,76 %), kemudian penduduk beragama Katolik yaitu sebanyak 114 jiwa (7,26 %), dan penduduk beragama Budha yaitu sebanyak 11 jiwa (0,70 %). Hal ini menunjukkan bahwa semua penduduk sangat menyadari bahwa agama itu sangat penting dalam kehidupannya.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Sarana dan prasarana di desa penelitian dapat dilihat


(43)

pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Sarana dan Prasana Di Desa Penelitian, Tahun 2010

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Kesehatan

- Puskesmas Pembantu 1

2. Peribadatan - Mesjid - Gereja

4 5 3. Angkutan

- Kendaraan Umum Roda Empat - Kendaraan Umum Roda Dua

- Alat Tansportasi Tradisional (Delman dan Kuda)

10 72 22 4. Transportasi

- Jalan Aspal (Km) - Jalan batu (Km) - Jalan Tanah (Km)

8 8 16 5. Pendidikan

- SD - SLTP - SLTA

- Perguruan Tinggi

- - 1 - 6. Sosial

- Balai Desa 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian adalah meliputi sarana dan prasarana kesehatan, peribadatan, angkutan, transportasi, pendidikan, dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana tersebut sangat minim khususnya pendidikan. Sehingga untuk memperoleh pendidikan SD dan SLTP, penduduk harus sekolah di luar desa penelitian baik di ibukota kecamatan merdeka maupun ibukota kecamatan brastagi.

Karakteristik Petani Sampel


(44)

aktifitasnya sehari-hari. Karakteristik petani sampel meliputi umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, dan luas lahan. Karakteristik petani sampel di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Penelitian

No. Karakteristik Range Rata-rata

1. Umur (tahun) 30 – 62 47,20

2. Lama pendidikan (tahun) 9 – 17 12,76

3. Jumlah tanggungan (jiwa) 0 – 5 2,76

4. Pengalaman bertani (tahun) 6 – 42 21,37

5. Luas lahan (rante) 1 – 25 8,53

Sumber: Data diolah dari lampiran 1 1. Umur

Umur adalah usia petani sampel yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Umur petani sampel yaitu dari 30 sampai 62 tahun dengan rata-rata 47,20 tahun atau 47 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di desa penelitian tergolong usia produktif dalam mengelola usahatani bawang prei.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah lama pendidikan yang ditempuh petani sampel di bangku sekolah yang dinyatakan dengan tahun. Pendidikan yang ditempuh petani sampel yaitu dari SLTP sampai Perguruan Tinggi atau range 9 – 17 tahun dengan rata-rata 12,76 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan yang ditempuh petani sampel di desa penelitian adalah SLTA.

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau rumah tangga dan ditanggung oleh kepala keluarga yang dinyatakan dengan jiwa. Jumlah tanggungan petani sampel di desa penelitian yaitu dari 0 sampai 5 jiwa


(45)

dengan rata-rata 2,76 jiwa atau 3 jiwa. 4. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani adalah lama petani sampel bekerja dan berusahatani bawang prei yang dinyatakan dengan tahun. Pengalaman bertani petani sampel yaitu dari 6 sampai 42 tahun dengan rata-rata 21,37 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di desa penelitian memiliki pengalaman bertani yang cukup lama dalam mengelola usahatani bawang prei.

5. Luas Lahan

Luas lahan usahatani bawang prei adalah luas lahan yang digunakan petani sampel dalam usahatani bawang prei yang dinyatakan dengan rante. Luas lahan usahatani bawang prei yang dimiliki petani sampel di desa penelitian yaitu dari 1 sampai 25 rante dengan rata-rata 8,53 rante.


(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Budidaya Usahatani Bawang Prei

Usaha tani bawang prei perlu didukung dengan teknik bercocok tanam yang baik, bibit yang berkualitas baik, dan tahapan kerja yang runtut. Teknik budidaya bawang prei di desa penelitian meliputi:

1. Penyiapan lahan

Penyiapan lahan untuk penanaman bibit bawang prei di desa penelitian meliputi pembersihan rumput dari sisa-sisa tanaman lain, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan, serta pemupukan dasar. Tanah disisir untuk memecah dan menghaluskan gumpalan-gumpalan tanah yang besar, caranya tanah dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm sampai diperoleh struktur tanah yang Gambar 4. Pengolahan lahan gembur dan halus, sekaligus diratakan dan dilakukan pembentukan bedengan dan parit. Bedengan berukuran lebar 100 cm dengan ukuran panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, sedangkan parit dibuat dengan ukuran lebar 25 cm. Setelah itu, tanah bedengan diberi pupuk Kompos untuk meningkatkan produktivitas lahan.

2. Penanaman

Bibit anakan yang telah dipotong sebagian daun dan akarnya pada tahap pascapanen pada usahatani bawang prei sebelumnya, ditanam pada lubang tanam sampai pangkal batang. Akar-akar tanaman juga ditata secara menyebar.


(47)

Kemudian, lubang tanam ditutup dengan tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar

tanaman dapat berdiri tegak dan kuat. Penanaman bibit bawang prei di desa penelitian biasanya dilakukan pada sore hari agar bibit sudah kuat pada saat

terkena terik matahari pada pagi harinya, dengan demikian bibit dapat tumbuh dengan baik. Penanaman bawang prei dengan menggunakan jarak tanaman 10-15 cm dan jarak antar-barisan 10-15 cm. Untuk luas lahan 400 m2 atau 1 rante, petani di desa penelitian membutuhkan 134,70 kg bibit.

Gambar 5. Penanaman bibit bawang prei 3. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman bawang prei di desa penelitian meliputi penyulaman, pemupukan susulan, penyiangan dan pendangiran, dan perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Penyulaman adalah penggantian bibit bawang prei yang pertumbuhannya kurang baik. Pemupukan susulan untuk tanaman bawang prei di desa penelitian dilakukan saat umur tanaman 7-10 hari dengan memberikan pupuk NPK melalui tanah berupa pupuk Mutiara maupun pupuk Basf yang bertujuan untuk memberi tambahan zat makanan (hara) pada tanaman bawang prei, dan pemupukan susulan lainnya melalui daun berupa penyemprotan pupuk pelengkap cair atau pupuk Daun Fosfo-N yang diberikan setiap 2 minggu berturut-turut setelah bawang prei ditanam yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan vegetatif (jumlah anakan per rumpun) sehingga


(48)

menghasilkan panen, serta pemberian pupuk Urea melalui tanah pada umur tanaman 3-4 minggu yang berguna untuk merangsang pertumbuhan produksi.

Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan (gulma) dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman bawang prei, dan pendangiran dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara ringan. Langkah ini bertujuan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase, memperbaiki peredaran udara (aerasi), dan memelihara struktur tanah agar tetap gembur.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang prei di desa penelitian adalah hama wereng dan penyakit busuk daun. Perlindungan tanaman yang dilakukan petani adalah perlindungan secara kimiawi yaitu pemberian pestisida dalam waktu 2 x seminggu dengan melakukan penyemprotan, sehingga serangan hama dan penyakit dapat ditekan sekecil mungkin.

4. Panen dan pascapanen

Untuk mendapatkan kualitas bawang prei yang baik, penanganan panen yang dilakukan petani adalah dengan memperhatikan umur tanaman, cara pemanenan, dan waktu pemanenan. Umur tanaman sudah dapat dipanen pada umur 3 bulan. Pemanenan bawang prei dapat dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman dan harus dilakukan dengan hati-hati agar seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari agar produksi bawang prei dapat segera dipasarkan.

Penanganan pascapanen produksi bawang prei di desa penelitian meliputi pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran. Pada tahap sortasi, pemisahan hasil produksi bawang prei berdasarkan ukuran dan kualitasnya terdiri


(49)

dari 3 (tiga) jenis, yaitu produksi super (besar), produksi non super (kecil), dan bibit bawang prei. Untuk mempermudah pengangkutan produksi bawang prei ke pajak Brastagi, petani mengikat dan mengemas produksi bawang prei menggunakan tali dan goni plastik.


(50)

Gambar 8. Bak pencucian hasil panen Gambar 9. Sortasi hasil panen

Untuk melihat apakah teknik budidaya usahatani bawang prei di desa penelitian telah intensif atau tidak, dapat dilihat dengan membandingkan teknik budidaya anjuran yang dikemukakan oleh Cahyono (2005) dengan teknik budidaya di desa penelitian seperti tertera pada Tabel 10 berikut:


(51)

Tabel 10. Perbandingan Teknik Budidaya Anjuran Dengan Teknik Budidaya Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Kegiatan Teknik Budidaya Anjuran Yang

Dikemukakan Cahyono (2005) x) Teknik Budidaya Di Desa Penelitian xx) Keterangan Pengolahan

lahan

- Pembersihan rumput

- Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan - Pemupukan dasar

- Pengapuran - Pemulsaan

- Pembersihan rumput

- Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan - Pemupukan dasar

Sesuai

Pembibitan Perbanyakan secara generatif atau vegetatif Perbanyakan secara vegetatif Sesuai

Penanaman Penanaman dilakukan sore hari, dengan

menggunakan jarak antar-tanaman 20 cm dan jarak antar-barisan 30 cm.

Penanaman dilakukan sore hari, dengan menggunakan jarak antar-tanaman 10-15 cm dan jarak antar-barisan 10-15 cm.

Hampir sesuai

Pemeliharaan -Penyulaman -Pengairan

-Pemupukan susulan

-Penyiangan dan pendangiran -Pemangkasan bunga dan daun

-Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

- Penyulaman

- Pemupukan susulan

- Penyiangan dan pendangiran

- Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

Sesuai

Panen dan pascapanen

-Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman

-Penanganan pascapanen yaitu pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran

- Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman

- Penanganan pascapanen yaitu pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran

Sesuai

Sumber: x) Cahyono B, 2005 ; Bawang daun xx) Petani sampel


(52)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa teknik budidaya usahatani bawang prei di desa penelitian secara garis besar telah sesuai dengan anjuran yang dikemukakan oleh Cahyono (2005). Dengan demikian teknik budidaya usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dikatakan telah intensif, karena sesuai dengan anjuran.

Analisis Usahatani Bawang Prei 1. Lahan

Ketersediaan lahan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usahatani. Demikian juga dengan usahatani bawang prei, lahan juga menjadi hal yang penting bagi petani bawang prei di desa penelitian. Status kepemilikan lahan untuk usahatani bawang prei dari 30 sampel pada umumnya milik sendiri, dimana hanya 1 orang petani dengan menyewa lahan. Petani bawang prei juga membayar biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) terhadap lahan miliknya sendiri. Biaya PBB yang dikenakan di desa penelitian yaitu Rp.50.000,00/ tahun untuk 1 ha lahan. Adapun biaya PBB per musim tanam apabila penanaman bawang prei 3 kali dalam setahun adalah Rp.16.667,00/ha.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani bawang prei, karena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan usahatani tersebut. Dalam pengelolaan usahatani bawang prei di desa penelitian, tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang berasal dari penduduk yang tinggal di desa penelitian


(53)

dengan upah harian Rp.40.000,00 s/d Rp.50.000,00 untuk 1 HKO (HKO = 8 jam kerja).

Penggunaan dan biaya tenaga kerja rata-rata pada usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

No. Tahapan Pekerjaan

TKDK (HKO)

TKLK (HKO)

TK (HKO)

Total Biaya (Rupiah)

Persentase (%)

1. Penyiapan lahan 1,50 6,03 7,53 376.000 4,28

2. Penanaman 2,37 6,07 8,44 419.833 4,77

3. Pemeliharaan 3,47 34,00 37,47 1.868.667 21,25

4. Panen dan

pascapanen 19,93 103,17 123,10 6.128.333 69,70 Rata-rata/ petani 27,27 149,27 176,54 8.792.833 100,00 Rata-rata/ rante 3,19 17,48 20,67 1.029.927 100,00 Sumber: Data diolah dari Lampiran 3

Dari Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) untuk semua tahapan pekerjaan lebih besar daripada tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yaitu 84,55 % TKLK dan 15,45 % TKDK. Biaya tenaga kerja terbesar pada usahatani bawang prei di desa penelitian adalah pada tahap kegiatan panen dan pascapanen yaitu 69,70 %, menyusul pemeliharaan yaitu 21,25 %, kemudian penyiapan lahan dan penanaman yaitu 9,05 %. Adapun biaya yang dikeluarkan pada usahatani bawang prei untuk biaya tenaga kerja selama 1 musim tanam adalah Rp.8.792.833,00/petani atau Rp.1.029.927,00/rante. 3. Sarana produksi

3.1. Bibit

Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan/ penangkaran yang siap untuk ditanam, bisa berasal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan bisa berasal dari perbanyakan vegetatif (cangkok, okulasi, setek). Bibit yang dipersiapkan untuk


(54)

tanaman biasanya telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang baik. Bibit yang digunakan petani di desa penelitian umumnya bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif yaitu setek yang berasal dari usahatani bawang prei sebelumnya, sehingga biaya bibit pada usahatani bawang prei dapat ditekan sekecil mungkin, dengan catatan harga bibit diperkirakan Rp.8.000,00/kg.

Penggunaan dan biaya bibit rata-rata pada usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

No. Uraian Satuan Per Petani Per Rante

1. Jumlah bibit Kg 1.150,00 134,70

2. Biaya Rupiah 9.200.000 1.077.620

Sumber: Data diolah dari Lampiran 4

Dari Tabel 12 dapat dikemukakan bahwa biaya yang dikeluarkan pada usahatani bawang prei di desa penelitian untuk biaya bibit selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp.9.200.000,00/petani atau Rp.1.077.620,00/rante.

3.2. Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani dengan pemberian unsur hara baik secara organik maupun kimia. Tujuannya adalah meningkatkan unsur hara pada lahan dan juga tanaman agar mempunyai produksi lebih baik.

Pemupukan pada usahatani bawang prei di desa penelitian dilakukan pada saat penyiapan lahan dengan pemberian pupuk Kompos, kemudian dilanjutkan


(55)

dengan pemupukan susulan yang dilakukan seminggu setelah bawang prei ditanam yaitu pemberian pupuk Urea, serta pemupukan susulan lainnya berupa penyemprotan pupuk pelengkap cair atau pupuk Daun Fosfo-N yang diberikan setiap 2 minggu berturut-turut setelah bawang prei ditanam.

Jenis dan harga pupuk yang digunakan pada usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian, Tahun 2011

No. Jenis Pupuk Satuan Harga (Rupiah)

1. Kompos Kg 333

2. Urea Kg 8.000

3. Pupuk cair Liter 95.000

4. Mutiara Kg 8.000

5. Basf Kg 8.000

Sumber: Petani sampel

Penggunaan dan biaya pupuk rata-rata pada usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14. Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

No. Jenis Pupuk

Kuantitas Biaya (Rupiah) Persen-tase (%) Satuan Per Petani Per Rante Per Petani Per Rante

1. Kompos Kg 3.924,00 459,62 1.308.000 153.209 42,46

2. Urea Kg 135,00 15,81 1.080.000 126.503 35,05

3. Pupuk cair Liter 2,95 0,34 280.567 32.864 9,11

4. Mutiara Kg 48,00 5,62 384.000 44.979 12,46

5. Basf Kg 14,16 1,65 28.333 3.319 0,92

Total - - 3.080.900 360.874 100,00

Sumber: Data diolah dari Lampiran 5

Dari Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa penggunaan pupuk pada usahatani bawang prei di desa penelitian ada 5 jenis yaitu pupuk Kompos, pupuk Urea, pupuk cair Fosfo-N, pupuk Mutiara, dan pupuk Basf. Biaya pupuk terbesar adalah


(56)

pupuk Kompos yaitu 42,46 %, menyusul pupuk Urea yaitu 35,05 %, kemudian pupuk Mutiara yaitu 12,46 %, selanjutnya pupuk cair Fosfo-N yaitu 9,11 %, dan pupuk Basf yaitu 0,92 %. Adapun biaya yang dikeluarkan pada usahatani bawang prei untuk biaya pupuk selama 1 musim tanam adalah Rp.3.080.900,00/petani atau Rp.360.874,00/rante.

3.3. Pestisida

Pestisida merupakan obat-obatan yang digunakan untuk pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. Serangan hama dan penyakit pada tanaman bawang prei dapat menimbulkan kerugian yang cukup banyak yaitu seperti menurunkan hasil panen, dapat menggagalkan panen, dan meningkatkan biaya produksi sehingga pendapatan usahatani rendah. Pestisida yang digunakan pada usahatani bawang prei adalah Marshal, Mitigate, dan Antracol.

Jenis dan harga pestisida yang digunakan pada usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:

Tabel 15. Jenis dan Harga Pestisida yang Digunakan Petani pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian, Tahun 2011

No. Jenis Pestisida Satuan Harga (Rupiah)

1. Marshal Liter 90.000

2. Mitigate Liter 700.000

3. Antracol Kg 60.000

Sumber: Petani sampel

Dari Tabel 16 berikut dapat dijelaskan bahwa penggunaan pestisida pada usahatani bawang prei di desa penelitian ada 3 jenis yaitu Marshal, Mitigate, dan Antracol. Biaya pestisida terbesar adalah Mitigate yaitu 58,61 %, menyusul Marshal yaitu 31,75 %, dan Antracol yaitu 9,64 %. Adapun biaya yang


(57)

dikeluarkan pada usahatani bawang prei untuk biaya pestisida selama 1 musim tanam adalah Rp.1.795.333,00/petani atau Rp.210.292,00/rante.

Penggunaan dan biaya pestisida rata-rata pada usahatani bawang prei di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 16 berikut:

Tabel 16. Penggunaan dan Biaya Pestisida Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam

No. Jenis Pestisida

Kuantitas Biaya (Rupiah) Persen-tase (%) Satuan Per Petani Per Rante Per Petani Per Rante

1. Marshal Liter 6,33 0,74 570.000 66.766 31,75

2. Mitigate Liter 1,50 0,17 1.052.333 123.263 58,61

3. Antracol Kg 2,88 0,33 173.000 20.264 9,64

Total - - 1.795.333 210.292 100,00

Sumber: Data diolah dari Lampiran 6 4. Alat-alat pertanian

Alat-alat pertanian adalah sarana yang sangat penting dalam usahatani bawang prei. Alat-alat pertanian yang digunakan pada usahatani bawang prei terdiri dari cangkul, garpu, pompa gendong, bak cuci, goni plastik, dan tali. Untuk menganalisis biaya alat-alat pertanian yang dikeluarkan pada usahatani bawang prei, maka perhitungan biaya alat-alat pertanian dibedakan atas 2 bagian yaitu biaya penyusutan dan biaya alat/bahan habis pakai.

4.1. Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah biaya alat-alat pertanian yang dikeluarkan pada usahatani bawang prei selama satu musim tanam, dimana alat-alat tersebut masih dapat digunakan untuk usahatani bawang prei selanjutnya. Biaya penyusutan dapat dihitung dari pembagian nilai pembelian alat dengan umur tahan pakai.

Dari Tabel 17 berikut dapat dijelaskan bahwa penyusutan alat-alat pertanian pada usahatani bawang prei di desa penelitian ada 4 jenis yaitu cangkul,


(1)

No. Luas Lahan (Rante)

Total Biaya TK (Rp.)

Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian

Panen dan Pascapanen Cangkul Pompa Gendong

TKDK TKLK Unit Biaya (Rp.) Pyusutn (Rp.) Unit Biaya (Rp.) Pyusutn (Rp.)

1 6,00 10 20 3750000 2 160000 4000 1 800000 20000

2 2,00 5 5 1200000 1 80000 2000 1 800000 20000

3 8,00 10 20 3850000 2 160000 4000 1 800000 20000

4 5,00 8 20 2850000 1 140000 3500 1 800000 20000

5 6,00 10 20 4000000 2 160000 4000 1 800000 20000

6 2,50 5 8 1350000 1 75000 1875 1 800000 20000

7 3,00 5 8 1400000 1 150000 3750 1 800000 20000

8 5,00 10 20 2850000 1 140000 3500 1 800000 20000

9 4,00 5 20 2550000 1 80000 2000 1 800000 20000

10 1,00 5 5 1200000 1 120000 3000 1 800000 20000

11 5,00 10 20 3250000 1 140000 3500 1 800000 20000

12 4,00 5 20 2550000 1 80000 2000 1 800000 20000

13 4,00 5 20 2700000 1 80000 2000 1 800000 20000

14 5,00 6 20 3000000 2 70000 1750 1 800000 20000

15 5,00 8 20 3350000 2 140000 3500 1 800000 20000

16 5,00 10 20 3550000 2 210000 5250 1 800000 20000

17 4,00 10 20 2900000 1 80000 2000 1 800000 20000

18 3,75 5 15 2000000 1 150000 3750 1 800000 20000

19 1,00 5 5 1050000 1 120000 3000 1 800000 20000

20 3,00 5 8 1350000 1 70000 1750 1 800000 20000

21 5,00 10 20 3700000 2 160000 4000 1 800000 20000

22 3,00 5 15 1750000 1 150000 3750 1 800000 20000

23 4,00 5 15 2200000 1 150000 3750 1 800000 20000

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 3,75 5 15 2300000 1 80000 2000 1 800000 20000

26 6,00 10 20 3750000 2 160000 4000 1 800000 20000

27 1,00 5 5 1200000 1 60000 1500 1 800000 20000

28 4,00 5 20 2700000 1 80000 2000 1 800000 20000

29 5,00 10 20 2800000 1 80000 2000 1 800000 20000

30 5,00 10 20 2850000 1 210000 5250 1 800000 20000

Total 119,00 207,00 464,00 73950000,00 37,00 3535000,00 88375,00 29,00 23200000,00 580000,00 Rata-rata/ petani 6,90 15,46 2465000,00 1,23 117833,33 2945,83 0,96 773333,33 19333,33 Rata-rata/ rante 1,73 3,89 621428,57 0,31 29705,88 742,64 0,24 194957,98 4873,94


(2)

No. Luas Lahan (Rante)

Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian Penggunaan dan Biaya Alat/Bahan Habis Pakai

Mulsa Plastik Bambu Tali Keranjang

Unit Biaya (Rp.) Pyusutn (Rp.) Unit Biaya (Rp.) Pyusutn (Rp.) Unit Biaya (Rp.) Unit Biaya (Rp.)

1 6,00 3 750000 375000 300 600000 300000 150 150000 16 160000

2 2,00 0,6 150000 75000 50 100000 50000 25 25000 5 50000

3 8,00 3 750000 375000 300 600000 300000 150 150000 16 160000

4 5,00 3 750000 375000 150 300000 150000 75 75000 12 120000

5 6,00 3 750000 375000 250 500000 250000 125 125000 15 150000

6 2,50 0,6 150000 75000 60 120000 60000 30 30000 5 50000

7 3,00 1 250000 125000 100 200000 100000 50 50000 5 50000

8 5,00 3 750000 375000 160 320000 160000 80 80000 5 50000

9 4,00 2 500000 250000 120 240000 120000 60 60000 9 90000

10 1,00 0,5 125000 62500 40 80000 40000 20 20000 3 30000

11 5,00 3 750000 375000 180 360000 180000 90 90000 12 120000

12 4,00 2 500000 250000 120 240000 120000 60 60000 5 50000

13 4,00 2 500000 250000 150 300000 150000 75 75000 6 60000

14 5,00 3 750000 375000 200 400000 200000 100 100000 10 100000

15 5,00 3 750000 375000 200 400000 200000 100 100000 15 150000

16 5,00 3 750000 375000 200 400000 200000 100 100000 15 150000

17 4,00 2 500000 250000 150 300000 150000 75 75000 5 50000

18 3,75 1 250000 125000 140 280000 140000 70 70000 6 60000

19 1,00 0,5 125000 62500 40 80000 40000 20 20000 2 20000

20 3,00 1 250000 125000 120 240000 120000 60 60000 6 60000

21 5,00 3 750000 375000 200 400000 200000 100 100000 12 120000

22 3,00 1 250000 125000 100 200000 100000 50 50000 5 50000

23 4,00 2 500000 250000 150 300000 150000 75 75000 5 50000

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 3,75 1 250000 125000 150 300000 150000 75 75000 6 60000

26 6,00 3 750000 375000 200 400000 200000 100 100000 12 120000

27 1,00 0,5 125000 62500 40 80000 40000 20 20000 3 30000

28 4,00 2 500000 250000 150 300000 150000 75 75000 6 60000

29 5,00 2 500000 250000 150 300000 150000 75 75000 10 100000

30 5,00 3 750000 375000 160 320000 160000 80 80000 5 50000

Total 119,00 57,70 14425000,00 7212500,00 4330,00 8660000,00 4330000,00 2165,00 2165000,00 237,00 2370000,00 Rata-rata/ petani 1,92 480833,33 240416,66 144,33 288666,66 144333,33 72,16 72166,66 7,90 79000,00 Rata-rata/ rante 0,48 121218,48 60609,24 36,38 72773,10 36386,55 18,19 18193,27 1,99 19915,96


(3)

No. Luas Lahan (Rante)

Biaya Pengangkutan (Rupiah)

Total Biaya (Rupiah)

1 6,00 1600000 7924000

2 2,00 500000 2280000

3 8,00 1600000 8328000

4 5,00 1200000 5771000

5 6,00 1500000 7790000

6 2,50 500000 2530125

7 3,00 500000 2735250

8 5,00 500000 4907000

9 4,00 900000 4800000

10 1,00 300000 1892000

11 5,00 1200000 6171000

12 4,00 500000 4191000

13 4,00 600000 4629000

14 5,00 1000000 5719250

15 5,00 1500000 6843000

16 5,00 1500000 7132750

17 4,00 500000 4689000

18 3,75 600000 3645625

19 1,00 200000 1610000

20 3,00 600000 2823250

21 5,00 1200000 6846500

22 3,00 500000 3078250

23 4,00 500000 3924750

24 0 0 0

25 3,75 600000 3922875

26 6,00 1200000 7065000

27 1,00 300000 1877500

28 4,00 600000 4651000

29 5,00 1000000 5374500

30 5,00 500000 4852750

Total 119,00 23700000,00 138004375,00 Rata-rata/ petani 790000,00 4600145,83 Rata-rata/ rante 199159,66 1159700,63


(4)

No. Luas Lahan (Rante)

Total Biaya (Rupiah)

Produksi (Kg)

Harga Jual (Rupiah/ Kg)

Penerimaan (Rupiah)

Pendapatan Bersih Usahatani (Rupiah)

NILAI TKDK (Rupiah)

Pendapatan Petani/ Musim Tanam (Rupiah)

Pendapatan Petani/ 3 Bulan (Rupiah)

1 6,00 7924000 16000 3000 48000000 40076000 900000 40976000 20488000

2 2,00 2280000 4500 3000 13500000 11220000 450000 11670000 5835000

3 8,00 8328000 16000 3000 48000000 39672000 700000 40372000 20186000

4 5,00 5771000 12000 3000 36000000 30229000 800000 31029000 15514500

5 6,00 7790000 15000 3000 45000000 37210000 950000 38160000 19080000

6 2,50 2530125 4500 3000 13500000 10969875 450000 11419875 5709937,5

7 3,00 2735250 5000 3000 15000000 12264750 450000 12714750 6357375

8 5,00 4907000 5000 3000 15000000 10093000 700000 10793000 5396500

9 4,00 4800000 9000 3000 27000000 22200000 650000 22850000 11425000

10 1,00 1892000 2500 3000 7500000 5608000 450000 6058000 3029000

11 5,00 6171000 12000 3000 36000000 29829000 900000 30729000 15364500

12 4,00 4191000 5000 3000 15000000 10809000 650000 11459000 5729500

13 4,00 4629000 6000 3000 18000000 13371000 650000 14021000 7010500

14 5,00 5719250 10000 3000 30000000 24280750 500000 24780750 12390375

15 5,00 6843000 15000 3000 45000000 38157000 600000 38757000 19378500

16 5,00 7132750 15000 3000 45000000 37867250 900000 38767250 19383625

17 4,00 4689000 5000 3000 15000000 10311000 900000 11211000 5605500

18 3,75 3645625 6000 3000 18000000 14354375 450000 14804375 7402187,5

19 1,00 1610000 2000 3000 6000000 4390000 450000 4840000 2420000

20 3,00 2823250 5500 3000 16500000 13676750 450000 14126750 7063375

21 5,00 6846500 12000 3000 36000000 29153500 950000 30103500 15051750

22 3,00 3078250 5000 3000 15000000 11921750 450000 12371750 6185875

23 4,00 3924750 5000 3000 15000000 11075250 650000 11725250 5862625

24 0 0 0 3000 0 0 0 0 0

25 3,75 3922875 6000 3000 18000000 14077125 650000 14727125 7363562,5

26 6,00 7065000 12000 3000 36000000 28935000 950000 29885000 14942500

27 1,00 1877500 2500 3000 7500000 5622500 450000 6072500 3036250

28 4,00 4651000 6000 3000 18000000 13349000 650000 13999000 6999500

29 5,00 5374500 10000 3000 30000000 24625500 900000 25525500 12762750

30 5,00 4852750 5000 3000 15000000 10147250 700000 10847250 5423625

Total 119,00 138004375,00 234500,00 90000,00 703500000,00 565495625,00 19300000,00 584795625,00 292397812,50 Rata-rata/ petani 4600145,83 7816,66 3000,00 23450000,00 18849854,17 643333,33 19493187,50 9746593,75 Rata-rata/ rante 1159700,63 1970,58 340,58 5911764,70 4752064,07 162184,87 4914248,95 2457124,47


(5)

No Sampel Pendapatan Petani Per Bulan (Rupiah)

Pendapatan Petani Per 3 Bulan (Rupiah)

1. 0 0

2. 5000000 15000000

3. 0 0

4. 3000000 9000000

5. 3500000 10500000

6. 0 0

7. 4000000 12000000

8. 0 0

9. 0 0

10. 3000000 9000000

11. 0 0

12. 5000000 15000000

13. 0 0

14. 0 0

15. 0 0

16. 0 0

17. 4000000 12000000

18. 0 0

19. 3000000 9000000

20. 0 0

21. 0 0

22. 0 0

23. 3500000 10500000

24. 4000000 12000000

25. 0 0

26. 0 0

27. 3500000 10500000

28. 0 0

29. 0 0

30. 0 0

Total 41500000,00 124500000,00


(6)

Tanam

No.

Pendapatan Petani (Rupiah) Total Pendapatan Keluarga (Rupiah)

Kontribusi (%) Usahatani Bawang

Prei

Usahatani Non

Bawang Prei Non Usahatani (PNS)

Usahatani Bawang Prei

Usahatani Non Bawang Prei

Non Usahatani

1 6648750 37302875 0 43951625 15,13 84,87 0

2 5755440 9474000 15000000 30229440 19,04 31,34 49,62

3 12527875 59965000 0 72492875 17,28 82,72 0

4 9764375 61307500 9000000 80071875 12,19 76,57 11,24

5 10211625 44830750 10500000 65542375 15,58 68,40 16,02

6 7510375 44055937,5 0 51566312,5 14,56 85,44 0

7 12264375 12580375 12000000 36844750 33,29 34,14 32,57

8 21334000 18088625 0 39422625 54,12 45,88 0

9 27210625 29728125 0 56938750 47,79 52,21 0

10 51441500 13865000 9000000 74306500 69,23 18,66 12,11

11 38545000 33606625 0 72151625 53,42 46,58 0

12 37267500 23911375 15000000 76178875 48,92 31,39 19,69

13 46892250 24747375 0 71639625 65,46 34,54 0

14 58488250 38657625 0 97145875 60,21 39,79 0

15 56141250 45354750 0 101496000 55,31 44,69 0

16 52635250 49472375 0 102107625 51,55 48,45 0

17 104685000 25514125 12000000 142199125 73,62 17,94 8,43

18 97102500 43121687,5 0 140224187,5 69,25 30,75 0

19 90726500 40746625 9000000 140473125 64,59 29,01 6,40

20 106411750 47922375 0 154334125 68,95 31,05 0

21 113059000 46100250 0 159159250 71,04 28,96 0

22 103089750 36253125 0 139342875 73,98 26,02 0

23 122395250 13739625 10500000 146634875 83,47 9,37 7,16

24 117746250 12996000 12000000 142742250 82,49 9,10 8,40

25 106748000 58967562,5 0 165715562,5 64,42 35,58 0

26 133291500 77368500 0 210660000 63,27 36,73 0

27 132862500 29277500 10500000 172640000 76,96 16,96 6,08

28 134304000 33091750 0 167395750 80,23 19,77 0

29 216967250 46418750 0 263386000 82,38 17,62 0

30 230667500 42190625 0 272858125 84,54 15,46 0

Total 2264695190,00 1100656813,00 124500000,00 3489852003,00 64,89 31,54 3,57