T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kreativitas Berfikir dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMKTeknologi dan Industri Kristen Salatiga T1

Upaya Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Untuk Meningkatkan Kreativitas Berfikir dan Hasil Belajar TIK
Siswa Kelas XII SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Pendidikan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh:
Mika Ela Megawati (702010087)
Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015

ii

iii


iv

v

vi

vii

Upaya Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk
Meningkatkan Kreativitas Berfikir dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII
SMKTeknologi dan Industri Kristen Salatiga
1)
Mikaela Megawati, 2)Mila Chrismawati Paseleng.
FakultasTeknologiInformasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)702010087@student.uksw.edu, 2)Mila.Paseleng@staff.uksw.edu
Abstract
The purpose of this study is to improve the student creative thinking and

student learning outcomes using reciprocal teaching method in ICT subject. This
study used classroom action research, which in every cycle have four stages:
plan, act, observe and reflect. The research instruments used are test,
observation, dan documentary studies. The population in this study are students of
grade XII at SMK T & I Kristen in Salatiga, and the sample used in this study are
grade XII TKR with a total sample 31 students. The results showed the used of
peer tutoring methods can improve the student learning activityand students
learning outcomes in ICT subject. This is evidenced by an increase in the
percentage of creativity thinking for originality, fleksibility and fluency in each
meeting and increase thestudents learning outcomes in each cycle.
Keywords: Model reciprocal teaching , Creativity Thinking Students , Learning
Outcomes , Research Action Class
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas berfikir dan hasil
belajar siswa menggunakan model reciprocal teaching dalam pelajaran TIK.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
dimana disetiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes,
observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII
di SMK T & I di Kristen Salatiga, dan sampel yang digunakan adalah kelas XII

TKR dengan total sampel 31 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan model reciprocal teaching dapat meningkatkan kreativitas berfikir
dan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK. Hal ini dapat dibuktikan dengan
peningkatan persentase kreativitas berfikir siswa dari aspek keaslian, luwes dan
lancar pada setiap pertemuan dan hasil belajar siswa pada setiap siklus
Kata Kunci : Model reciprocal teaching, Kreativitas Berfikir Siswa, Hasil
Belajar, Penelitian Tindakan Kelas.
1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program StudiPendidikan Teknik
Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
1

1. Pendahuluan
Di SMK T & I Kristen Salatiga siswa memiliki ruangan kelas dan lab
menjadi satu, ruangan kelas dan lab komputer tersebut memiliki fasilitas
komputer yang jumlahnya cukup banyak tetapi pada kenyataannya komputerkomputer tersebut tidak semuanya bisa digunakan dalam proses belajar mengajar

didalam lab. Untuk mengatasi hal tersebut guru memilih strategi dengan
meminta siswa duduk dalam satu meja 2 siswa sampai 3 siswa. Situasi seperti ini
membuat pembelajaran menjadi tidak efektif karena berdesak-desakkan dan
kelas tidak dikelola dengan baik. Selain kurang maksimalnya pemanfaatan
sarana prasana belajar dikelas, strategi pengajaran guru yang masih bersifat
teacher centered. Guru memberikan materi dengan berpanduan buku paket dan
LKS dari sekolah. Model yang digunakan adalah model pembelajaran lama.
Pemberian materi dilakukan dengan cara ceramah selanjutnya siswa di dikte
terkait materi yang dipelajari sebagai sumber belajar dirumah. Sesekali siswa
diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami.
Tidak banyak siswa yang berani bertanya dan bersikap pasif meskipun pada
kenyataanya mereka belum seluruhnya memahami. Beberapa hal yang
menyebabkan siswa tidak berani bertanya dan cenderung diam diantaranya
karena mereka merasa tidak percaya diri untuk mengutarakan pertanyaan,
adapula siswa yang memang malas dan selama pemberian materi fokus kepada
hal lain. Keadaan yang sedemikian itu, perlu adanya perubahan strategi
pembelajaran yang tepat ketika pelaksanaan pembelajaran. Ketika siswa
dibiarkan pasif tanpa adanya tindak lanjut dari guru, maka hasil belajar yang
diharapkan tidak akan tercapai. Ketika pelaksanaanpembelajaran didapati
permasalahan lain, yaitu ada perbedaan kemampuan kreativitas berfikir Pada

kondisi awal atau prasiklus, persentase siswa yang masuk dalam kategori
kreativitas berfikir amat baik sebesar 0% atau belum ada satupun siswa yang
memiliki kreativitas sempurna. Persentase siswa yang masuk dalam kategori
kreativitas cukup sebesar 26% atau sebanyak 8 siswa. Persentase siswa dalam
kategori kreativitas berfikir kurang sebesar 48% atau sebanyak 15 siswa.
Keadaan-keadaan seperti ini secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar
siswa pada kondisi prasiklus, terdapat 32% atau sebanyak 10 siswa yang tuntas
dan 68% atau 21 siswa yang tidak tuntas dari jumlah seluruh siswa sebanyak 31
oran.Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan strategi belajar berpengaruh
terhadap kreativitas berfikir dan hasil belajar siswa.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran
yang tepat untuk diterapkan oleh guru, agar siswa lebih memahami dan mampu
menganalisi dalam pembelajar maka diperlukan model yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa . Melalui menggunakan model
pembelajaran reciprocal teaching yang memiliki empat strategi yakni
merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas berfikir.Reciprocal
Teaching adalah model pengajaran guruberdasarkan prinsip – prinsip pengajuan
pertanyaan, yang manaketerampilan metakognitif diajarkan melaluipengajaran
langsung untuk memperbaiki dan membantukinerja pemahaman dan

menganalisis siswa[1]. reciprocal teaching ini juga merupakan pengajaran
2

terbalik yang prinsipnya adalah memberikan tujuan pembelajaran dapat tercapai
melalui kegiatan belajar mandiri dan siswa mampu menjelaskan kepada pihak
lain. Dalam model Reciprocal Teaching siswa tidak hanya sebagai siswa guru
tapi juga sebagai sumber ilmu bagi temannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian
untuk mengetahui bagaimana penerapan model Reciprocal Teaching untuk
meningkatkan kreativitas berfikir serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran
TIK, khususnya dalam materi ajar menu dan ikon coreldraw di kelas XII Teknik
Kendaraan Ringan SMK T & I Kristen Salatiga.
2. Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryati dengan judul “Implementasi
Metode Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran
Akuntansi” menunjukkan bahwa hasil nilai pada siklus II pelaksanaan
pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) sangat baik. Hal ini dapat dilihat
dari skor rata-rata lembar observasi 3,5 dari skor 4 dan siswa yang memenuhi
standar ketuntasan belajar 95,56 %. Sehingga, dapat dikatakan implementasi
metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan hasil

belajar akuntansi pokok bahasan pencatatan transaksi akuntansi koperasi pada
siswa kelas Xll IPS 1 SMAN 1 Tegal [2].
Penelitian lain yang berhasil dilakukan adalah penelitian Warouw pada
tahun 2010 dengan judul penelitian “Pembelajaran Reciprocal Teaching dan
Metakognitif yang Memberdayakan Keterampilan Metakognitif dan Hasil
Belajar Biologi Siswa SMP ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi
Reciprocal Teaching dan Metakognitif memiliki pengaruh yang signifikan untuk
meningkatkan keterampilan metakognitif, hasil belajar siswa berkemampuan
akademik rendah dan tingggi. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa:
Strategi Reciprocal teaching dan Metakognitif,berpotensi meningkatkan
keterampilan
metakognitif dan hasil belajar dan Strategi pembelajaran
Reciprocal Teaching dan Metakognitif, Reciprocal Teaching dapat diterapkan
dalam pembelajaran sains biologi pada SMPN di Kota Manado [3].
Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian terdahulu, Reciprocal
Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa namun ada kelemahan yang
dihadapi oleh peneliti sebelumnya antara lain : 1) Adanya kurang kesungguhan
para siswa yang berperan sebagai siswa guru menyebabkan tujuan tak tercapai.
2) pendengar (siswa yang tidak berperan menjadi siswa guru) kurang menghargai
siswa yang menjadi guru siswa. 3) kurangnya perhatian siswa kepada proses

pelajaran dan hanya memperhatikan aktivitas siswa yang berperan sebagai siswa
membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.
Berdasarkan penemuan pada peneliti terdahulu maka peneliti mencoba
mengatasi kelemahan dan kekurangan dengan berupaya menerapkan model
Reciprocal Teaching untuk meningkatkan kreativitas berfikir dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran TIK, khususnya dalam materi menu dan ikon
CorelDraw di kelas XII Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK T&I Kristen
Salatiga

3

Model adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan [4]. Reciprocal teachingadalah aktivitas
pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk dialog antara guru dengan siswa
mengenai suatu teks[5].Jadi dapat disimpulkan reciprocal teaching adalah cara
yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di kelas, dalam bentuk dialog antara guru dengan siswa mengenai
suatu teks untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan .
Adapun langkah-langkah Reciprocal Teaching menurut Palinscar & Brown

seperti gambar 1.
Langkah- langkahnya

Guru menjelaskan empat model strategi
Tahap

1:

Guru

yaitu merangkum,, membuat pertanyaan,

menjelaskan.

menjelaskan dan mermprediksi

Tahap 2: Siswa belajar

Mengisntruksikan


dan berlatih

strategi

siswa

terkait

empat

dan

siswa

pembelajaran

menggunakannya sebagai panduan praktik
serta menerima umpan balik dari guru.
Tahap 3. Kelompok guru
- siswa

Pembelajaran

mengarah

pada

kegiatan

diskusi dalam kelompok-kelompok kecil.
Tahap

4:

Kelompok

Siswa

Menggunakan
Siswa

secara

strategi

secara

bergiliran

berulang.

melaksanakan

diskusi dan mendapatkan umpan balik dari
guru.
Tahap 5. Pengaturan diri
siswa

Siswa

bergiliran

menggunakan

memimpin

empat

strategi

diskusi
dalam

kelompok-kelompok kecil dengan siswa
Siswa menggunakan empat
strategi untuk membaca
dan menggunakan serta
memberikan umpan balik

lainnya. Siswa mengambil tanggung jawab
untuk memberikan umpan balik pada
penggunaan strategi. Guru bergerak dari
satu kelompok ke kelompok
mengamati

kemajuan dan

bantuan yang diperlukan.

4

lain untuk
memberikan

Gambar 1. Langkah-langkah Reciprocal Teaching[6]
1) Tahap awal pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin
tanya jawab dan melaksanakan strategi pembelajaran Reciprocal Teaching yaitu
merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan dan membuat prediksi jawaban.
2) Guru memperagakan cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan
kembali dan memprediksi setelah selesai membaca. 3) Siswa siap
(memprediksi) yaitu menyimpulkan inti dari materi yang tersedia sehingga
dapat diperluas atau dipersempit pada tahap akhir pelaksanaan pembelajaran. 4)
Selanjutnya, siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan guru atau tanpa
adanya guru. 5) Guru bertindak sebagai fasilitator, dengan memberikan
penilaian yang berhubungan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa
untuk berpartisipasi dalam tanya jawab ketingkat yang lebih tinggi.
Kreativitas dalam proses pembelajaran adalah perkembangan dan keinginan
berfikir yang menumpahkan cara berfikir yang tidak konvensional yang akan
menuntun pada lompatan besaar pengetahuan[7]. Berfikir yaitu berfikir untuk
menentukan hubungan-hubungan baru antar berbagai hal,menekan pemecahan
baru dari suatu soal, sistem baru, menentukan bentuk artistikan dan sebagainya[8].
Jadi dapat disimpulkan kreativitas berfikir adalah perkembangan daan keinginan
berfikir untuk menentukan cara berfikir yang tidak konvensional dan menentukan
hubungan-hubungan baru antar berbagai hal yang akan menuntun pada
pengetahuan, pemecahan masalah baru serta sistem baru dan artistik baru.
Kreativitas berfikir ialah proses mental atau cara berpikir yang berhubungan
dengan ide, inspirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang tidak biasa, bersifat
personal-individual[9]. Kreativitas yang berhubungan dengan model Reciprocal
Teaching sebagaai berikut . 1) keaslia(Originalitas) : kemampuan siswa untuk
mencetuskan gagasan yang berbeda dalam proses pembelajaran Reciprocal
Teaching. 2) Luwes (Fexibility) : siswa mampu untuk menggunakan berbagai
macam media yang ada dalam (klarifikasi) menjelaskan kata-kata yang dianggap
sulit yang terdapat proses pembelajaran Reciprocal Teaching. 3) Lancar
( Fluency) : siswa siap (memprediksi)yaitu menyimpulkan inti dari materi yang
tersedia sehingga dapat diperluas atau dipersempit dalam proses pembelajaran
Reciprocal Teaching.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,mendengarkan,
meniru, dan lain sebagainya [10]. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan [11]. TIK adalah media apabila dipahami
secara garis besar berupa manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,keterampilan dan
sikap.Jadi dapat disimpulkan hasil belajar TIK adalah perubahan tingkah laku atau
penampilan manusia untuk membangun, serangkaian kondisi atau kegiatan yang
membuat siswa mampu diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam menjelaskan, menggunakan dan mengolah objek dari menu
dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafik pada Coreldraw.

5

3. Metode Penelitian
Jenis penelitian dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMK Teknologi dan Industri Kristen
Salatiga. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII TKR SMK Teknologi dan
Industri Kristen Salatiga yang berjumlah 31 siswa seluruhnya laki-laki. Desain
model penelitian tindakan kelas yang dilakukan menggunakan model Kemmis dan
Mc Taggart, seperti terlihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas [12]
Tahapan PTK model Kemmis dan McTaggart pada Gambar 2, terdiri dari
tiga tahap,tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan
tahap refleksi dijelaskan sebagai berikut:
Tahap perencanaan, pada tahap ini dilakukan pemilihan materi yang akan
diajarkan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), berkolaborasi
dengan guru mata pelajaran TIK, yang bertindak sebagai pengamat didalam kelas.
Selain memilih materi dan menyusun RPP, juga dilakukan pemilihan Guru siswa
yang akan menjadi ketua kelompok didalam model reciprocal teaching. Guru
siswa dipilih berdasarkan kesepakatan dalam kelompok mansing-mansing dimana
guru siswa sendiri dianggap luwes,lancar dan biasa mengeluarkan ide-ide yang
asli (original).
Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, pada tahap pelaksanaan
tindakan akan dilaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan,
yaitu menerapkan skenario yang telah disusun. Sedangkan pada tahap observasi
dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Observasi dilakukan untuk
melihat kreativitas berfikir siswa dalam pembelajaran TIK dan melihat
keberhasilan penerapan model reciprocal teaching dalam pembelajaran TIK.
Langkah-langkah pelaksanaan model Reciprocal Teaching dijelaskan
sebagai berikut: 1) Pemilihan materi, memilih materi ajar yang sesuai dengan
waktu pelakasanaan tindakan dengan mengkonsultasikan kepada guru TIK
disekolah terkait.; 2) Pembagian Kelompok, membagi siswa menjadi kelompokkelompok. Kemudian siswa yang lebih pandai disebar dalam setiap kelompok dan
akan bertindak sebagai siswa guru. 3) Pembagian Materi, masing-masing
kelompok diberikan tugas untuk mempelajari satu sub materi dan setiap kelompok
6

akan dipandu oleh siswa yang lebih pandai (siswa guru). Instruksi guru pada
bagian ini sangat penting, sebab jika instruksi tidak jelas,maka penggunaan model
Reciprocal Teaching tidak akan berjalan dengan maksimal; 4) Waktu,
memberikan waktu yang cukup kepada siswa dari masing-masing kelompok
untuk menyiapkan pelaksanaan pembelajaran; 5) Diskusi Kelompok, ketika semua
kelompok sedang bekerja, sebaiknya guru mengawasi jalannya proses diskusi.
Guru dapat mendampingi dan membantu apabila terjadi pemahaman yang salah
pada siswa. Tetapi tidak mengambil alih kepemimpinan kelompok; 6) Laporan
Tim, setiap kelompok melalui siswa guru menyampaikan sub materi sesuai
dengan tugas yang diberikan dan yang telah dipelajari. Guru bertindak sebagai
narasumber utama; 7) Kesimpulan, setelah semua kelompok menyampaikan
presentasi tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, guru
memberikan kesimpulan dan klarifikasi jika ada pemahaman siswa yang perlu
diluruskan; dan 8)Observasi, guru melakukan pengamatan terkait kreativitas
berfikir siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan model reciprocal
teaching untuk mengukur apakah terjadi peningkatan ataukah tidak melalui
lembar pengamatan yang telah dipersiapkan.9). Tes, membagi soal tes dan
memberikan cukup waktu bagi semua peserta didik untuk menyelesaikannya,
dimana hasil tes ini berfungsi untuk mengukur keberhasilan model pembelajaran
dalam pembelajaran. Test dilakukan pada pertemuan terakhir setiap siklus.
Tahap refleksi, merupakan tahap dimana dilakukan pembahasan dan
pengkajian ulang apa yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan dan
observasi, kemudian dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes, teknik
observasi dan dokumentasi.Tes digunakan sebagai alat ukur untuk melihat hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran TIK menggunakan model reciprocal
Teaching. Dalam penelitian ini ada dua tes yang digunakan yaitu tes tertulis dan
tes praktek. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal siswa
(dokumen sekolah) dan juga digunakan ketika penelitian dengan dokumentasi
berupa foto-foto selama penelitian dilaksanakan. Observasi dilaksanakan untuk
memperoleh data kreativitas berfikir siswa dan data keterlaksanaan sintak model
reciprocal teaching .
Instrumen merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi dan lembar tes hasil belajar. Lembar observasi dan lembar tes
hasil belajar disusun berdasarkan indikator kreativitas berfikir, langkah metode
pembelajaran dan prosedur penyusunan instrumen .
Lembar observasi disusun berdasarkan indikator kreativitas berfikir yaitu :
keaslian (originalitas), luwes (flexibility), dan lancar (fluency) [2]. Dalam
penelitian ini aspek keaslian (originalitas), luwes (flexibility), dan lancar (fluency)
dijadikan satu. Karena keaslian (originalitas), luwes (flexibility), dan lancar
(fluency) merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran. Indikator-indikator
tesebut dijabarkan kedalam item pernyataan terlihat pada tabel 1

7

Tabel 1. Indikator Kreativitas berfikir SiswaYang Digunakan Dalam Instrumen Observasi
Penerapan model Reciprocal Teaching pada kelas XII TKR SMK T & I Kristen Salatiga.

No
1

Indikator
Keaslian
(Originalitas)

2

Luwes (Flexibility)

3

Lancar (Fluency)

Deskripsi

Kemampuan siswa untuk mencetuskan gagasan yang
berbeda dalam proses pembelajaran pada saat
pelaksanaan diskusi kelompok.
Kemampuan siswa untuk menggunakan berbagai
macam media yang ada dalam (klarifikasi) menjelaskan
kata-kata yang dianggap sulit yang terdapat dalam
proses pembelajaran pada saat pelaksanaan presentasi
menyampaikan hasil diskusi tugas kelompok yang
diberikan guru.
Siswa siap (memprediksi) yaitu menyimpulkan inti dari
materi yang tersedia sehingga dapat diperluas atau
dipersempit pada tahap akhir pelaksanaan pembelajaran
.

Data observasi kreativitas berfikirsiswa kemudian dinilai dengan kategori
penskoran sebagai berikut ini:
Skor 1 jika siswa tidak mampu mencetuskan gagasan yang berbeda dalam proses
pembelajaran model reciprocal teaching.
Skor 2 jika siswa mampu untuk mrncetuskan gagasan yang berbeda dalam proses
pembelajaran model reciprocal teaching, tetapi gagasan yang diberikan
tidak sesuai dengan pembahasan atau materi.
Skor 3 jika siswa mampu untuk mencetuskan gagasan yang berbeda dalam
proses pembelajaran model reciprocal teaching tetapi gagasan yang
diberikan masih susah dipahami.
Skor 4 jika siswa mampu untuk mencetuskan gagasan yang berbeda dalam
proses pembelajaran reciprocal teaching.
Tabel 2. Indikator Psikomotorik SiswaYang Digunakan Dalam Instrumen penilaian pada saat
Penerapan model Reciprocal Teaching pada kelas XII TKR SMK T & I Kristen Salatiga.

No
1.

Indikator
Mengidentifikasi
kan menu dan
ikon
yang
terdapat
pada
perangkat lunak
pembuat grafis.

Deskripsi
a. Keterampilan dalam menggunakan tool yang tepat
untuk membuat bagian dari jam dinding
b. Keterampilan dalam mengabungkan dan
kelengkapan bagian-bagian tool dalam proses
pembuatan jam dinding
c. Memberikan warna pada gambar jam dinding

8

Data psikomotoriksiswa kemudian dinilai dengan kategori penskoran
sebagai berikut ini [13]:
Skor 1 jika pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan atau tidak kurang dari
10%.
Skor 2 jika pernyataan tersebut kadang-kadang dilakukan atau tidak kurang dari
11% tidak lebih dari 40%..
Skor 3 jika pernyataan tersebut sering dilakukan atau tidak kurang dari 41% dan
tidak lebih dari 70%.
Skor 4 jika pernyataan tersebut sangat sering dilakukan atau tidak kurang dari
71% dan tidak lebih dari 100%.
Untuk mengetahui kreativitas setiap siswa, dilakukan proses perhitungan
dengan menggunakan Persamaan 1 [13].
Nilai kreativitas berfikir siswa = skor kreativitas berfikir siswa
item pernyataan
Kategori kreativitas berfikir siswa dibuat berdasarkan langkah Mundir
[14] yaitu :
Skor 9 – 12 = kreativitas befikir kategori Tinggi
Skor 5 – 8 = kreativitas berfikir sedang
Skor 1– 4 = kreativitas berfikir kategori rendah
Observasi ini merupakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang
akan memberikan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung didalam kelas
oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran. Selain lembar observasi
diperoleh juga data-data terkait kondisi pelaksanaan pembelajaran dari observer
atau guru mata pelajaran TIK melalui catatan lapangan untuk
mendokumentasikan apa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Keberhasilan penerapan model Reciprocal Teaching juga dilihat
berdasarkan hasil belajar siswa yang dibagi dalam dua bentuk, yaitu mengukur
ranah kognitif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif diukur menggunakan tes
tertulis berupa essay, sedangkan kemampuan psikomotorik menggunakan tes
praktek. Instrumen tes disusun berdasarkan prosedur pembuatan butiran soal.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, dengan menilai hasil tes menggunakan
rumus persamaan [13]
X 100
Nilai hasil belajar =
Data hasil belajar dianalisis dengan menghitung rata-rata nilai kelas dan
persentase ketuntasan belajar. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik
analisis uji ketuntasan dan teknik analisis deskriptif komparatif. Analisis uji
ketuntasan adalah analisis membandingkan skor yang diperoleh dengan KKM.
Analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes pra siklus (sebelum
perbaikan) dengan nilai tes antar siklus. Data berupa angka-angka disebut data
kuantitatif dan data berbentuk kata-kata atau penjelasan disebut data kualitatif.
Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang akan dicapai.
9

4. Hasil dan Pembahasan
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 22
Januari 2015 selama dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan apersepsi dan
tujuan pembelajaran kepada siswa yang akan dicapai pada pertemuan pertama.
Masuk pada kegiatan inti guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah model
pembelajaran Reciprocal Teaching yang diantaranya siswa dibagi kedalam empat
kelompok. Salah satu siswa dari kelompok dipilih sebagai siswa guru yang
nantinya akan bertugas mendemonstrasikan hasil diskusinya kedepan kelas.
Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan siswa harus menggunakan empat
strategi yang terdapat pada pembelajaran Reciprocal Teaching yaitu merangkum
topik dari materi yang telah diterima, membuat pertanyaan tentang informasi yang
belum jelas yang terdapat pada teks materi, klarifikasi meliputi menjelaskan katakata yang dianggap sulit yang terdapat dalam teks materi, dan yang terakhir
adalah memprediksi yaitu menyimpulkan inti dari teks materi yang tersedia. Guru
membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok yang telah dipilih
secara acak. Diskusi kelompok dilakukan selama 30 menit. Guru memantau siswa
siswa secara berkeliling untuk memastikan langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan masing-masing kelompok apakah sudah sesuai dengan langkah
pembelajaran Reciprocal Teaching ataukah belum. Setelah selesai melaksanakan
diskusi bersama anggota kelompok, masing-masing siswa yang terpilih sebagai
siswa guru mendemonstrasikan hasil yang telah diperoleh kedepan kelas sesuai
dengan urutan kelompok. Guru menghimbau kepada siswa lain untuk
memperhatikan setiap presentasi dari siswa guru, karena pada pertemuan
selanjutnya akan dilakukan praktikum terkait materi yang telah ditugaskan. Guru
mendampingi serta mengevaluasi dari masing- masing siswa guru. Guru
meluruskan serta memberikan refleksi dari setiap presentasi siswa.Guru
mengucapkan salam penutup kepada siswa.
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 29
Januari 2015. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan mempersiapkan alat
pembelajaran seperti ruang komputer dan LCD yang berada diruang multimedia.
Menghimbau siswa untuk menempati posisi tempat duduk dengan rapi dan tertib
tanpa harus berebut posisi. Membuka kegiatan pembelajaran dengan ucapan
salam, menanyakan absensi kelas dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya
guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari
ini.
Guru memulai pembelajaran dengan menayangkan tugas yang harus
dikerjakan siswa pada LCD. Guru menjelaskan hal-hal yang harus dikerjakan
siswa sebagai tugas. Siswa ditugaskan untuk membuat jam dinding menggunakan
CorelDraw. Guru menampilkan contoh tampilan jam dinding yang telah dibuat.
Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dipahami dengan
baik terkait penugasan praktikum yang diberikan. Siswa dihimbau untuk
menyelesaikan tugas secara individu. Siswa mulai melaksanakan tugas yang
diberikan. Guru mengamati serta memberikan penilaian melalui lembar penilaian
psikomotorik yang telah dipersiapkan sebelumnya kepada masing-masing siswa.
Aspek dalam penilaian psikomotorik yang dilakukan meliputi, keterampilan siswa
10

dalam ,menggunakan tool yang tepat utnuk membuat bagian dari jam dinding,
keterampilan dalam menggabungkan dan kelengkapan bagian-bagian tool dalam
proses pembuatan jam dinding, memberikan warna yang sesuai dengan gambar
jam dinding, originalitas (kemampuan untuk membuat jam dinding yang berbeda
dari gambar jam dinding yang dicontohkan). Sesekali guru menegur siswa yang
mencoba membantu siswa lain dalam membuat jam dinding menggunakan
CorelDraw. Siswa diminta untuk berkreativitas dengan maksimal. Guru
mendapati siswa yang mampu membuat tampilan jam dinding jauh berbeda
dengan contoh yang diberikan. Akan tetapi guru juga mendapati siswa yang masih
kesulitan dalam menggunakan bagian-bagian tool. Tanpa terasa waktu selama dua
jam pelajaran hampir usai, guru menghimbau siswa untuk menyimpan jam
dinding melalui CorelDraw yang telah dibuat pada komputer masing-masing
dengan format peyimpanan tuliskan nama panjang spasi kelas serta spasi nomor
absen. Tugas yang telah dibuat dapat diselesaikan pada praktikum berikutnya.
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam serta mengingatkan
siswa untuk belajar karena pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes evaluasi
atau postes kesatu.
Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
5February 2015. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga diisi dengan
pelaksanaan tes evaluasi siklus I.Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan
menerapkan model reciprocal teaching pada siklus I, dilakukan refleksi bersama
observer (guru mata pelajaran TIK). Refleksi yang dilaksanakan peneliti
terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching pada mata
pelajaran TIK kelas XII TKR di SMK Kristen T & I Salatiga menunjukkan hasil
yang cukup baik meskipun hasil belajar siswa yang diperoleh melampaui
indikator keberhasilan. Perbaikan yang harus dilakukan dari siklus I diantaranya
kejelasan siswa dalam memberikan instruksi terkait pelaksanaan pembelajaran
Reciprocal Teaching yang dilakukan pada pertemuan pertama. Kurangnya
kesungguhan para siswa yang berperan sebagai siswa guru menyebabkan tujuan
tak tercapai. Siswa yang menjadi tidak menjadi siswa guru kurang menghargai
siswa yang guru siswa.Untuk pembagian anggota kelompok sudah cukup baik
karena pemilihan anggota kelompok dilakukan secara heterogen sehingga dapat
bersinergi dengan baik ketika diskusi kelompok dilaksanakan. Pada pertemuan
kedua pembelajaran sedikit terkendala ketika terdapat beberapa siswa yang
berebut posisi tempat duduk dan komputer ketika melakukan praktikum diruang
multimedia. Kondisi tersebut memotong waktu apersepsi yang harus
dilaksanakan guru. Guru memberikan penilaian terkait kreativitas siswa dalam
membuat jam dinding menggunakan CorelDraw. Penilaian dicatat pada lembar
observasi kreativitas dalam pembelajaran reciprocal teaching siswa yang telah
dibuat sebelumnya. persentase ketuntasan hasil belajar TIK siswa pada siklus I.
Persentase siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak 46%, sedangkan
persentase siswa yang tuntas sebanyak 54%. Sebanyak 17 siswa dinyatakan
tuntas dan 14 sisanya dinyatakan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas
adalah siswa yang telah memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75 pada
postes I yang dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Rata-rata nilai tes yang
diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 69. Hasil belajar siswa pada siklus I
11

belum mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar 75% siswa yang dinyatakan
tuntas, sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil
belajar siswa pada siklus ke II.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus ke II dilaksanakan
pada hari Kamis, 12February 2015. Guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Reciprocal
Teaching. Guru memberikan intruksi dengan lebih rinci supaya semua siswa dapat
melaksanakan tugas kelompok jauh lebih baik dari sebelumnya. Guru
menjelaskan prosedur atau langkah-langkah model pembelajaran Reciprocal
Teaching yaitu siswa akan dibagi kedalam empat kelompok. Salah satu siswa dari
kelompok dipilih sebagai siswa guru yang nantinya akan bertugas
mendemonstrasikan hasil diskusinya kedepan kelas. Dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan siswa harus menggunakan empat strategi yang terdapat pada
pembelajaran Reciprocal Teaching yaitu merangkum topik dari materi yang telah
diterima, membuat pertanyaan tentang informasi yang belum jelas yang terdapat
pada teks materi, klarifikasi meliputi menjelaskan kata-kata yang dianggap sulit
yang terdapat dalam teks materi, dan yang terakhir adalah memprediksi yaitu
menyimpulkan inti dari teks materi yang tersedia. Kegiatan pembelajaran dimulai.
Masing-masing dari kelompok nampak sibuk berdiskusi dengan sesame
anggotanya. Untuk pertemuan kali ini guru tidak lagi harus menegur siswa yang
seringkali membuat gaduh. Setelah selesai melaksanakan diskusi bersama anggota
kelompok, masing-masing siswa yang terpilih sebagai siswa guru
mendemonstrasikan hasil yang telah diperoleh kedepan kelas sesuai dengan urutan
kelompok. Guru mendampingi serta mengevaluasi presentasi dari masingmasing siswa guru. Guru meluruskan serta memberikan refleksi dari setiap
presentasi siswa. Guru menghimbau kepada siswa lain untuk memperhatikan
setiap presentasi dari siswa guru, karena pada pertemuan selanjutnya akan
dilakukan terkait materi yang telah ditugaskan. Guru memberikan kesempatan
kepada seluruh siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Tidak ada
siswa yang bertanya, guru menganggap seluruh siswa telah memahami materi
dengan baik. Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 26
Februari 2015. Guru menjelaskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa
selama praktikum. Pada pertemuan ini siswa harus mampu menyelesaikan satu
jam dinding menggunakan aplikasi Corel Draw. Guru menanyangkan ulang
contoh tampilan jam dinding yang telah dibuat. Siswa diberikan kesempatan
untuk menanyakan hal yang belum dipahami dengan baik terkait penugasan
praktikum yang diberikan. Guru mengamati serta memberikan penilaian melalui
lembar penilaian psikomotorik yang telah dipersiapkan sebelumnya kepada
masing-masing siswa. Aspek dalam penilaian psikomotorik yang dilakukan
meliputi, keterampilan siswa dalam ,menggunakan tool yang tepat utnuk membuat
bagian dari jam dinding, keterampilan dalam menggabungkan dan kelengkapan
bagian-bagian tool dalam proses pembuatan jam dinding, memberikan warna yang
sesuai dengan gambar jam dinding, originalitas (kemampuan untuk membuat jam
dinding yang berbeda dari gambar jam dinding yang dicontohkan). Siswa diminta
untuk berkreativitas dengan maksimal. Pada praktikum kedua ini nampak
12

kreativitas siswa lebih baik. Masing-masing siswa konsentrasi pada tugas masingmasing. Tidak ada satupun siswa yang beranjak dari tempat duduk untuk melihat
dan menanyakan hasil pekerjaan temannya. Guru merasa lebih mudah melakukan
penilaian terhadap kreativitas berfikir siswa dalam mempuat grafis pada Corel
Draw.
Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
5Maret 2015. Pada pertemuan ketiga tidak dilaksanakan pembelajaran dengan
Reciprocal Teaching, tapi digunakan untuk tes evaluasi siklus I.Setelah
melakukan tindakan kelas selama dua pertemuan pada siklus II, maka dilakukan
tahap refleksi dari apa yang telah dilakukan selama tindakan diberikan. Refleksi
yang dilaksanakan peneliti terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal
Teaching pada mata pelajaran TIK kelas XII TKR di SMK Kristen T & I Salatiga
menunjukkan hal yang berhasil yang dilakukan berdasarkan refleksi pada
pelaksanaan siklus II adalah guru mampu lebih baik menyampaikan langkahlangkah pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching kepada siswa.
Adanya kesungguhan para siswa yang berperan sebagai siswa guru. Siswa yang
tidak berperan menjadi siswa guru menghargai siswa yang menjadi guru siswa
dan kurangnya perhatian siswa kepada proses pelajaran dan hanya memperhatikan
aktivitas siswa yang berperan sebagai siswa membuat kesimpulan akhir sulit
tercapai.
Penilaian dicatat pada lembar observasi kreativitas dalam pembelajaran
reciprocal teaching siswa yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil tes pada
siklus II menunjukkan peningkatan yang lebih jika dibandingkan dengan hasil
yang diperoleh pada nilai prasiklus dan siklus I. Jumlah siswa yang dinyatakan
tuntas telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% dengan
KKM 75. Persentase siswa yang tidak tuntas pada siklus II sebanyak 23%,
sedangkan persentase siswa yang tuntas sebanyak 77%. Sebanyak 24 siswa
dinyatakan tuntas dan 7 sisanya dinyatakan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan
tuntas adalah siswa yang telah memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75
pada postes II yang dilaksanakan pada pertemuan ketiga siklus II. Rata-rata nilai
tes yang diperoleh pada siklus II meningkat menjadi 77. Peningkatan yang terjadi
pada siklus II ini cukup tinggi. Selain peningkatan hasil belajar yang diperoleh
melalui pelaksanaan postes, juga diperoleh peningkatan pada kreativitas belajar
siswa yang diukur melalui lembar penilaian psikomotorik. persentase kreativitas
berfikir siswa yang termasuk dalam kategori amat baik sebesar 0% atau sampai
dengan akhir siklus kedua belum ada siswa yang memiliki kreativitas berfikir
secara sempurna. Siswa yang memiliki kreativitas berfikir dalam kategori baik
sebanyak 77% atau 24 siswa. Siswa yang memiliki kreativitas berfikir dalam
kategori cukup sebanyak 20% atau 6 siswa. Sedangkan siswa yang masuk dalam
kategori kreativitas berfikir kurang sebanyak 3% atau 1 siswa dari 31 siswa.
Meskipun masih didapati siswa dengan kategori kreativitas berfikir rendah, akan
tetapi peningkatan skor yang diperoleh cukup tinggi. Pada pelaksanaan siklus II
ini keberhasilan siswa dalam belajar telah meningkat dan melampau indikator
keberhasilan begitu pula pada kreativitas berfikirnya.

13

Gambar yang diambil selama proses pelaksanaan tindakan kelas, ditunjukkan
pada Gambar 3.

a.Penerapan
model
reciprocal b.Pengamatan kreativitas berfikir siswa
teaching dalam diskusi kelompok
dalam pelaksanaan pembelajaran

c Kegiatan Praktikum

d Pelaksanaan tes evaluasi siklus II

Gambar 4. Kreativitas berfikir siswa pada pembelajaran melalui model
reciprocal teaching di ukur tiap aspek.

Berdasarkan gambar 4 diperoleh data skor serta persentase kreativitas
berfikir siswa dalam pembelajaran TIK melalui penerapan model reciprocal
teaching. Penilaian kreativitas berfikir siswa diamati berdasarkan indikator
model reciprocal teaching dengan aspek 1). yaitu originalitas atau keaslian
14

meliputi Kemampuan siswa untuk mencetuskan gagasan yang berbeda dalam
proses pembelajaran pada saat pelaksanaan diskusi kelompok., aspek 2). yaitu
flexibility atau luwes adalah Kemampuan siswa untuk menggunakan berbagai
macam media yang ada dalam (klarifikasi) menjelaskan kata-kata yang dianggap
sulit yang terdapat dalam proses pembelajaran pada saat pelaksanaan presentasi
menyampaikan hasil diskusi tugas kelompok yang diberikan guru. . Aspek 3).
yang diamati adalah fluency atau lancar meliputi Siswa siap (memprediksi) yaitu
menyimpulkan inti dari materi yang tersedia sehingga dapat diperluas atau
dipersempit pada tahap akhir pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I
untuk aspek originalitas atau keaslian diperoleh jumlah skor 89 dari total skor
124 item yang berarti Kemampuan siswa untuk mencetuskan gagasan yang
berbeda dalam proses pembelajaran pada saat pelaksanaan diskusi kelompok
72%. Aspek flexibility atau luwes diperoleh skor 90 dari total skor 124 item atau
dalam hal ini Kemampuan siswa untuk menggunakan berbagai macam media
yang ada dalam (klarifikasi) menjelaskan kata-kata yang dianggap sulit yang
terdapat dalam proses pembelajaran pada saat pelaksanaan presentasi
menyampaikan hasil diskusi tugas kelompok yang diberikan guru 73%. Aspek
fluency atau lancar diperoleh skor 78 dari total skor 124 item yang berarti
kemampuan siswa dalam menyimpulkan inti dari materi yang kemudian dapat
dipersempit maupun diperluas sebesar 63% . Peningkatan kreativitas berfikir
siswa terjadi setelah pelaksanaan pembelajaran masuk pada siklus II.
Berdasarkan pengamatan, penerapan model pembelajaran reciprocal teaching
pada siklus II untuk aspek yang pertama yaitu originalitas atau keaslian
diperoleh skor 97 atau sebesar 78% dari seluruh total skor yaitu 124 item. Aspek
yang kedua yaitu flexibility atau luwes diperoleh skor sebesar 94 atau 76% .
Aspek ketiga yaitu fluency atau lancar diperoleh skor 83 atau sebesar 67%.
Peningkatan terjadi pada setiap aspek yang diamati selama pelaksanaan
pembelajaran melalui model reciprocal teaching. Kenaikan skor yang diperoleh
pada pelaksanaan siklus ke II ini sudah dapat menunjukkan bahwa melalui
penerapan model reciprocal teaching dapat meningkatkan kreativitas berfikir
siswa dalam pembelajaran TIK siswa kelas XII SMK Kristen T & I Salatiga.
Data terkait perolehan skor kreativitas berfikir yang peroleh siswa pada
setiap siklusnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Berikut disajikan
grafik yang menunjukkan persentase peningkatan skor kreativitas berfikir siswa.

15

Gambar 5. Persentase Kreativitas Berfikir Siswa Antar Siklus
Kreativitas berfikir siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran TIK
dikualifikasi dalam empat kategori yaitu amat baik (A), baik (B), cukup (C), dan
kurang (D). Pada kondisi awal atau prasiklus, persentase siswa yang masuk
dalam kategori kreativitas berfikir amat baik sebesar 0% atau belum ada satupun
siswa yang memiliki kreativitas sempurna. Persentase siswa yang masuk dalam
kategori kreativitas cukup sebesar 26% atau sebanyak 8 siswa. Persentase siswa
dalam kategori kreativitas berfikir kurang sebesar 48% atau sebanyak 15 siswa.
Peningkatan persentase terjadi dari prasiklus ke siklus I. Persentase kreativitas
berfikir siswa siklus I dalam kategori amat baik masih sebesar 0% akan tetapi
persentase kreativitas berfikir siswa dalam kategori baik meningkat menjadi
sebesar 48% atau sebanyak 15 anak. Persentase kreativitas berfikir siswa dalam
kategori cukup sebesar 45% atau sebanyak 14 anak. Sedangkan persentase
kreativitas siswa dalam kategori kurang sebesar 7% atau sebanyak 2 anak.
Siklus II persentase kreativitas berfikir siswa dalam kategori amat baik
sebesar 0%, persentase kreativitas berfikir siswa dalam kategori baik sebesar
77%, persentase kreativitas berfikir siswa dalam kategori cukup sebesar 20%
sedangkan persentase kreatifitas berfikir siswa dalam kategori kurang masih
diperoleh 3% atau 1 anak. Perolehan peningkatan persentase dalam kategori baik
sebesar 77% berarti sudah lebih dari separuh siswa yang memiliki kreativitas
berfikir baik. Meningkatnya kreativitas berfikir siswa dalam kategori baik yang
cukup signifikan dilihat dari keterampilan siswa yang baik dalam menggunakan
tool yang tepat untuk membuat bagian dari jam dinding yang ditugaskan. Selain
siswa terampil menggunakan tool dengan tepat, siswa juga terampil
menggabungkan bagian-bagian dari tool dengan lengkap dalam proses
pembuatan jam dinding. Imajinasi siswa dalam memberikan warna yang sesuai
dengan gambar jam dinding meningkatkan daya kreativitas berfikir mereka.
Disamping mampu membuat jam dinding sesuai dengan contoh, lebih dari 24
siswa mampu membuat tampilan jam dinding menggunakan CorelDraw dengan
tampilan yang jauh berbeda dari yang dicontohkan. Hal tersebut sudah
menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran Reciprocal
Teaching pada mata pelajaran TIK khususnya pada materi CorelDraw dapat
16

meningkatkan kreativitas berfikir siswa yang diukur melalui lembar penilaian
psikomotorik siswa.
Perbandingan statistik deskriptif berupa nilai terendah, nilai tertinggi, dan
nilai rata-rata pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Belajar TIK Siswa Antar Siklus
No Skor Ketuntasan
Pra siklus
Siklus I
F
%
F
%
1
≥75 (Tuntas)
10
32%
17
54%
2
≤75 (Tidak Tuntas)
21
68%
14
46%
31
100%
31
100%
Jumlah
60
69
Rata-rata
87
90
Nilai Tertinggi
27
40
Nilai Terendah

Siklus II
F
%
24
77%
7
23%
31
100%
77
90
30

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat dilihat terjadi peningkatan hasil
belajar dari pra siklus sampai dengan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan atau
pada kondisi prasiklus, terdapat 32% yang belum tuntas dari jumlah seluruh
siswa sebanyak 31 orang. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, terjadi
peningkatan sebesar 22% menjadi 54%. Meskipun meningkat, tapi belum
mencapai target sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu perlu adanya tindak lanjut pada pelaksanaan tindakan
siklus II dengan beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan dan sudah
mencapai target penelitian. Persentase siswa yang tuntas pada siklus II adalah
77%, melebihi indikator ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model reciprocal teaching dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.Meskipun penelitian sudah dikatakan berhasil karena telah
terjadi peningkatan hasil belajar dan telah mencapai indikator keberhasilan,
namun masih terdapat tujuh siswa atau 23% dari jumlah keseluruhan siswa yang
belum tuntas, sehingga perlu diberikan remedial dengan soal yang sama.
Sebelum pelaksanaan tes remedial, siswa diberikan kesempatan untuk
mempelajari ulang materi. Berdasarkan catatan pengamatan selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, hal yang menyebabkan ketujuh siswa tersebut tidak
mengalami ketuntasanadalah ketidakseriusan siswa dalam mengikuti setiap
langkah-langkah pembelajaran. Mereka banyak bersendau gurau dan seringkali
tidak menghiraukan teguran dari guru. Setelah tes remidi, siswa yang belum
tuntas diberikan tugas tambahan untuk dikerjakan dirumah dan dikumpulkan
pada pertemuan selanjutnya. Ketetapan nilai maksimal yang akan diperoleh oleh
siswa yang remedial adalah 75.
Data hasil belajar siswa mulai dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II juga
menunjukkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas
adalah siswa yang telah melampaui KKM yaitu sebesar 75. Siswa yang belum
melampaui KKM dinyatakan belum tuntas. Gambar 7 menyajikan persentase
ketuntasan antar siklus dalam bentuk diagram.
17

Gambar 6. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus
Berdasarkan gambar 6, dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan hasil belajar
dari Prasiklus sampai dengan siklus II. Persentase ketuntasan hasil belajar TIK
siswa pada siklus I yakni 54% atau 17 siswa dari 31 siswa yang mendapat nilai di
atas KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan
dengan persentase ketuntasan Prasiklus sebesar 32% atau 10 siswa dari 31 siswa.
Peningkatan persentase ketuntasan juga terjadi pada siklus II dari siklus I menjadi
77% atau 24 siswa. Berdasarkan data-data yang terkumpul di atas menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model Reciprocal
Teaching pada materi CorelDraw dapat meningkatkan hasil belajar TIK siswa
kelas XII TKR di SMK Kristen T & I.

5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dapat disimpulkan bahwa:1)Penggunaan model reciprocal teaching dalam
pembelajaran TIK dapat meningkatkan kreativitas berfikir siswa. Hal ini dapat
dibuktikan dengan data hasil observasi yang diamati berdasarkan tiga aspek.
Diketahui terjadi peningkatan persentase siswa pada aspek originalitas atau
keaslian,fleksibility atau luwes dan fluency atau lancar yang artinya selama
penerapan metode dari siklus I sampai dengan siklus II siswa mampu
mencetuskan gagasan-gagasan yang berbeda selama pelaksanaan proses
pembelajaran.Selain mampu mencetuskan gagasan yang berbeda, siswa juga
mampu memanfaatkan berbagai macam media pembelajaran yang ada untuk
membantu menjelaskan hal-hal terkait materi yang agak sulit dijelaskan
menggunakan deskripsi kalimat. Pada akhir pelaksanaan, siswa mampu
menyimpulkan inti dari materi yang diberikan sehingga mampu dipersempit
maupun diperluas.Sedangkan jika diamati dari ranah psikomotorik, terjadi
peningkatan persentase pada setiap kategori kreativitas berfikir siswa; 2)
Penggunaan model reciprocal teaching dalam pembelajaran TIK dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil
belajar siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas pada setiap siklus.
18

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah: 1) Perlu adanya kemampuan
dan pemahaman terkait model reciprocal teaching untuk dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran tidak hanya pada mata pelajaran TIK saja, namun juga
pada bidang ilmu yang lainnya ; 2) Kejelasan dan ketegasan guru dalam
memberikan intruksi langkah-langkah kegiatan pembelajaran supaya siswa dapat
menerima dan melaksanakan pembelajaran dengan lancar dan baik.
6. Daftar Pustaka
[1] Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
BerorientasiKonstruktivistik:Konsep, Landasan Teoritis-Praktis, dan
Implementasinya.
[2] Haryati, J Titik dan Fauziyah. 2009. Implementasi Metode Pembelajaran
Berbalik (Reciprocal Teaching) pada Mata Pelajaran Akuntansi. Jurnal
Pendidikan Ekonomi.
[3] Warouw, Zusje. 2010. Pembelajaran Reciprocal Teaching dan Metakognitif
(RTM) yang Memberdayakan Keterampilan Metakognitif dan Hasil
Belajar Biologi Siswa Smp.
[4] Asmani, J. M., 2011. 7 Tip Aplikasi PAKEM : Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Diva Press.
[5] Palincsar, A. & Brown, A. (1984). Reciprocal Teaching of
ComprehensionFostering
andComprehension-Monitoring
Activities.
Cofnition and Instruction. Vol 1 No 2, Hal 117-175.
[6] Widya, N Nunung.2010. Efektivitas Penggunaan Model Reciprocal
Teaching Tipe Kelompok Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Keterampilan
Berbicara Siswa. Jurnal ilmu pendidikan Tarbiyah dan Keguruan.
[7] Fauzi, A.2004. Psikologi umum. Bandung : CV Pustaka Setia
[8] Hakim, A.L. 2007. Mengali Kreativitas Siswa Melalui Variasi Metode
Mengajar Pada Pelajaran IPA (Sains) Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Ilmu Sosial (JIPIS),5 (2): 56-66.
[9] Sitompul, R. 2003. Memacu potensi kreatif melalui pembelajaran. Pelangi
Pendidikan, 10 (3): 93-97.
[10] Sardiman, A M, 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT.Raja Grafaindo Persada.
[11] Hamalik, O., 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
[12] Yuliawati, F., dkk., 2012. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga
PendidikProfesional, Yogyakarta:Pedagogia.
[13] Sudiarta, I G. P. 2007. Pengembangan pembelajaran berpendekatan tematik
berorientasi
pemecahan
masalah
matematika
terbuka
untu

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65