Prinsip Dasar Investasi . doc

Prinsip Dasar Investasi
Terdapat 3 bagian pembahasan mengenai pengenalan prinsip dasar investasi, yaitu:
A. Investasi Secara Umum
B. Lima Pertimbangan dalam Berinvestasi
C. Jenis-jenis Instrumen Investasi
A. Investasi Secara Umum
Pengertian investasi secara umum adalah: “Penanaman modal dalam jangka waktu
tertentu (pendek/panjang) dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan “.
Tidak ada seorang pun yang ingin menanamkan dananya untuk investasi kemudian
merugi.
Ada 2 bentuk investasi:
1. Investasi pada Aktiva Riil; yaitu investasi dalam bentuk yang dapat dilihat secara
fisik, seperti emas, intan, perak, real estate/rumah, tanah, ruko, logam mulia, dan Iainlain.
2. Investasi pada Aktiva Finansial; yaitu investasi dalam bentuk yang biasanya
diwakilkan dalam surat-surat berharga, seperti surat berharga, deposito, dan Iain-lain.
Ada 2 cara dalam berinvestasi pada Aktiva Finansial:
1. Investasi Secara Langsung
Artinya: dengan memiliki surat berharga tersebut maka pemilik surat berharga tersebut
dapat menentukan jalannya kebijaksanaan yang juga berpengaruh pada investasi surat
berharga yang dimilikinya. Contoh: Saham.
2. Investasi Secara Tidak Langsung

Artinya: pengelolaan surat berharga tersebut diwakilkan oleh suatu badan atau lembaga
yang mengolah investasi para pemegang surat berharganya untuk sedapat mungkin
menghasilkan keuntungan yang memuaskan para pemegang surat berharganya. Contoh:
Reksadana.
B. Lima Pertimbangan dalam Berinvestasi
Apa saja yang menjadi pertimbangan Anda sebelum melakukan investasi? Sebelum
melakukan investasi, ada 5 pertimbangan yang harus kita ketahui, yaitu:
1. Tujuan Investasi
Tujuan investasi yang utama adalah bahwa setiap orang mengharapkan sesuatu, yang
lebih layak di masa depan dari investasi yang dilakukannya, dengan kata lain
mengharapkan^untSgairTiari investasinya. Tujuan investasi yang kedua adalah untuk
mengurangi tekanan inflasi.
Dari tahun 1980 hingga 2007 terjadi inflasi terhadap ekonomi, jika kita tidak
menginvestasikan uang/dana kita, maka nilai uang kita akan semakin kecil atau di masa
depan tidak akan mendapatkan barang sebanyak yang bisa didapatkan dahulu atau saat
ini. Oleh karena itu dalam melakukan investasi setiap orang berharap dan menginginkan
hasil yang lebih baik dari inflasi yang tengah berjalan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada 2 tujuan utama dalam berinvestasi, yaitu:
A. Mendapatkan keuntungan di masa depan
B. Mengantisipasi tekanan inflasi

Contoh:
Jika suku bunga bank adalah 5% per tahun dan angka inflasi 8.5%, maka secara jumlah,

uang kita akan bertambah karena suku bunga, tetapi secara nilai atau daya beli uang,
maka uang kita mengalami penurunan yang secara kasar adalah sekitar 3.5%. Oleh
karena itu untuk mengantisipasinya kita harus melakukan investasi dengan tingkat suku
bunga lebih dari 8.5% atau minimal sama dengan tingkat inflasi.
2. Jangka Waktu Investasi
Jika berbicara jangka waktu investasi, maka hanya ada 2 yaitu panjang dan pendek.
Jangka waktu investasi erat sekali hubungannya dengan tujuan investasi. Jika kita ingin
mempersiapkan investasi untuk membeli mobil tahun depan, maka kita bisa berinvestasi
pada instrumen investasi jangka pendek. Sedangkan jika ingin mempersiapkan pensiun
maka kita dapat melakukan investasi pada instrumen investasi jangka panjang.
Jangka waktu investasi juga berhubungan erat sekali dengan risiko investasi. Jika kita
ingin berinvestasi pada deposito (instrumen investasi jangka pendek), maka kita akan
mendapatkan hasil yang pasti pada saat jatuh tempo dengan resiko yang relatif kecil,
dan mendapatkan keuntungan yang juga kecil. Sedangkan jika kita ingin berinvestasi di
saham (instrumen investasi jangka panjang) maka keuntungan atau kerugian bisa terjadi
jika hanya melihat pada jangka waktu investasi yang relatif pendek. Sedangkan jika kita
lakukan dalam jangka waktu investasi yang relatif panjang, maka hal ini dapat menekan

fluktuasi yang muncul pada jangka pendek.
Berinvestasi dalam jangka pendek bisa menggunakan instrumen investasi seperti:
Deposito atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) karena kedua instrumen investasi ini dapat
memberikan kepastian hasil investasi dalam jangka waktu yang relatif pendek (kurang
dari 3 tahun) dengan hasil berupa bunga.
Sebaliknya jika mengharapkan hasil investasi yang lebih besar, maka bisa menggunakan
instrumen investasi jangka panjang seperti: Saham atau Obligasi.
3. Risiko
“Apakah kita mengetahui besok Dollar akan naik atau turun, minggu depan Dollar akan
naik atau turun, bulan depan Dollar akan naik atau turun?”
Artinya kita tidak mengetahui apakah kita akan untung atau rugi pada saat melakukan
investasi. Kadang bisa rugi kadang bisa untung. Ini yang dimaksud dengan hubungan
risiko dengan pendapatan tidak tetap, atau tidak dapat ditetapkan apakah akan
memperoleh keuntungan atau akan merugi.
Jika ingin mendapatkan keuntungan yang besar harus siap dengan risiko yang besar
pula, dan jika hanya ingin risiko yang kecil maka keuntungannya juga akan kecil. Konsep
ini lebih dikenal dengan istilah high risk, high return dan low risk, low return.
4. Likuiditas
Likuiditas artinya kemudahan untuk diubah menjadi tunai atau juga mudah diuangkan.
Likuiditas harus disesuaikan dengan tujuan investasi. Jika tujuan investasi adalah

mempersiapkan pensiun, maka tidak perlu melakukan investasi yang terlalu likuid.
Sedangkan jika kita memerlukannya untuk bulan depan atau tahun depan, maka dapat
kita lakukan investasi jangka pendek yang relatif lebih likuid.

Aktiva finansial adalah aktiva yang lebih likuid dibandingkan dengan aktiva riil.
Contoh: Sertifikat Deposito lebih mudah diuangkan dibandingkan dengan investasi
properti. Mengapa demikian? Karena nilai aktiva finansial lebih mudah diukur sesuai
dengan nilai yang tertera pada portofolio/surat berharga tersebut. Sedangkan nilai pada
aktiva riil akan lebih sulit diukur karena orang akan menilai/melakukan penawaran
terhadap aktiva riil yang dijual sehingga akan terjadi tawar menawar untuk menentukan
nilai atau harga yang pantas.
5. Pajak
Kebijakan dalam melakukan investasi diatur oleh pemerintah termasuk dalam hal pajak.
Hasil investasi akan dikenakan pajak bukan pada pokoknya melainkan pada hasil
investasinya. Besar pajak pada investasi di Indonesia kurang lebih berkisar 20%.
Melakukan perhitungan/melihat besar kecilnya pajak sebelum melakukan investasi
adalah hal yang bijaksana. Artinya, “seorang investor sebaiknya memikirkan terlebih
dahulu berapa besar keuntungan yang bisa didapat dari hasil investasinya dibandingkan
dengan pajak yang akan dikenakan pada hasil investasinya tersebut. Perhitungan ini
akan membantu para investor untuk dapat mengalokasikan dengan tepat instrumen

investasi dan pilihan waktu investasi yang akan diambil sehingga ia dapat menentukan
hasil investasi bersih setelah pajak.
C. Jenis-Jenis Investasi pada Aktiva Finansial
Pasar investasi secara garis besar dikatagorikan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Investasi di Pasar Uang
2. Investasi di Pasar Modal
Kedua jenis instrumen investasi tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kesesuaian satu instrumen dibandingkan dengan instrumen yang lain
kembali disesuaikan dengan 5 pertimbangan dasar dalam berinvestasi yang sudah
dibahas sebelumnya.
Investasi di Pasar Uang
Instrument investasi yang ada di pasar uang bersifat jangka pendek dan memiliki risiko
yang relatif rendah. Jenis-jenis instrumen investasi yang ada di pasar uang seperti:
1. Deposito
Karakteristik berinvestasi pada deposito yaitu: investor menanamkan dana dalam jangka
waktu tertentu, biasanya dalam jangka pendek, dan memperoleh hasil investasi berupa
bunga. Bunga atau hasil investasi pada instrumen ini biasanya kecil sesuai dengan
risikonya.
Deposito terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Deposito Berjangka

Investor menanamkan sejumlah dana dalam jangka waktu tertentu (jangka pendek), dan
pada saat jatuh tempo akan menerima kembali dana yang diinvestasikan bersama
dengan bunga/hasil investasinya. Jangka waktu pada instrumen ini biasanya tidak lebih
dari 1 tahun, dan pada portofolio/surat berharga tersebut akan tertera besar dana yang
diinvestasikan, jangka waktu, nama nasabah/investor, serta besar bunga yang akan
didapat pada saat jatuh tempo.
b) Sertifikat Deposito
Berbeda dengan Deposito Berjangka, pada Sertifikat Deposito bunga akan diterima di

awal. Instrumen investasi ini mempunyai jangka waktu yang kurang lebih sama dengan
Deposito Berjangka, yaitu di bawah 1 tahun. Pada portofolio/surat berharganya hanya
tertulis besar dana yang diinvestasikan, jangka waktu, dan besar bunga. Nama
nasabah/investor tidak tertulis di sini, oleh karena itu instrumen investasi ini bisa
diperjual belikan.
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia merupakan surat, pengakuan hutang dari Bank Indonesia. Bank
Indonesia mengeluarkan portofolio/surat berharga yang sudah tertera nilai dari
portofolio/surat berharga tersebut, dengan jangka waktu tertentu, dan besar hasil
investasi yang dijanjikan pada saat jatuh tempo. Jika investor membeli surat berharga ini
maka ia akan mendapatkan keuntungan berupa hasil investasi yang berbentuk bunga

pada saat jatuh tempo. Bunga pada SBI biasanya berkisar 1% hingga 2% di atas rata-rata
bunga bank umum. Tidak tercantum nama nasabah/investor dalam portofolio/surat
berharga ini sehingga dapat diperjual belikan.
3. Surat Berharga (Commercial Paper)
Surat Berharga ini diterbitkan oleh perusahaan umum guna mendapatkan modal untuk
pengembangan bisnis atau usahanya. Tidak ada jaminan spesifik dan pasti karena jika
perusahaan tersebut pailit/bangkrut maka tidak ada jaminan yang pasti bagi para
investornya. Penjualan Surat Berharga ini biasanya dilakukan melalui perantaraan bank
umum. Serupa dengan Sertifikat Deposito atau Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga
ini tidak memuat nama nasabah/investor sehingga dapat diperjual belikan. Surat
Berharga ini kurang diminati oleh masyarakat umum karena memberikan hasil yang kecil
tetapi memiliki risiko yang relatif besar.
Investasi di Pasar Modal
Instrumen investasi pada pasar modal biasanya memiliki risiko yang relatif besar, namun
dapat memberikan hasil investasi yang besar. Investasi pada pasar modal sebaiknya
dilakukan dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari 5 tahun) sehingga dapat
meredam fluktuasi kerugian investasi yang mungkin terjadi pada jangka pendek.
Instrumen investasi pada pasar modal terbagi atas:
1. Obligasi
Instrumen investasi yang memberikan hasil investasi tetap berupa bunga atau yang lebih

dikenal dengan nama Kupon pada instrumen investasi ini. Kupon adalah bunga yang
didapat pada Obligasi dan besarnya sudah ditetapkan sejak awal, serta tidak dapat
diubah hingga jatuh tempo. Walaupun pada saat tertentu nilai Obligasi tersebut
mengalami penurunan atau kenaikan, besarnya bunga atau kupon yang sudah dijanjikan
di awal tidak akan berubah hingga saat jatuh tempo Obligasi berakhir.
Obligasi dikeluarkan dengan tujuan agar perusahaan yang mengerluarkan obligasi
tersebut mendapatkan sejumlah dana untuk mengembangkan bisnisnya dengan
menerbitkan dan menjual surat berharga tersebut dan memberikan janji berupa bunga
(kupon) yang tetap sebagai kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan hingga jatuh
tempo. Pada saat jatuh tempo, perusahaan membeli kembali surat berharga tersebut
sesuai dengan nilainya. Oleh karena itu Obligasi juga dikenal dengan Surat Hutang.
2. Saham
Memiliki saham sama dengan memiliki aset perusahaan itu sendiri. Artinya, jika memiliki

70% saham dari satu perusahaan, maka 70% aset perusahaan tersebut menjadi hak
pemilik saham tersebut. Jika memiliki saham mayoritas pada suatu perusahaan, tentu
saja pemilik saham mayoritas tersebut memiliki hak terbanyak untuk menentukan
jalannya perusahaan, dan berhak mendapatkan hasil terbanyak sesuai dengan proporsi
kepemilikan sahamnya.
Dalam hal keuntungan, instrumen investasi ini bisa memberikan keuntungan yang relatif

sangat besar, sekaligus memiliki risiko yang besar pula. Keuntungan pada saham disebut
juga dengan Dividen. Selain itu, keuntungan pada saham juga bisa didapat dari selisih
harga pada saat membeli dengan harga pada saat menjual, atau dikenal dengan istilah
Capital Gain. Namun jika harga jual lebih murah dari harga belinya, maka akan terjadi
kerugian, atau dikenal dengan istilah Capital Loss.
Instrumen Investasi Apakah yang Paling Tepat?
Untuk menentukan instrumen investasi mana atau komposisi aset seperti apa yang
paling tepat bagi Anda, Anda harus memperhatikan dua pertanyaan berikut:
1) Apa tujuan investasi Anda?
2) Bagaimana tingkat toleransi Anda terhadap risiko?
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito bank, serta instrumen pasar uang lainnya
adalah instrument investasi yang relatif rendah risikonya, sehingga umumnya lebih tepat
untuk kcbutuhan jangka pendek dan cocok bagi mereka yang tidak menyukai risiko
dalam berinvestasi. Sementara, saham adalah instrument investasi dengan tingkat
fluktuasi yang tinggi untuk jangka yang pendek. Karena itu, instrumen saham lebih
sesuai bagi mereka yang siap menerima fluktuasi kinerja investasi yang berisiko lebih
tinggi serta memiliki tujuan investasi jangka panjang. Investasi pada obligasi lebih sesuai
bagi mereka yang memiliki tingkat toleransi menengah terhadap risiko atau yang ingin
berinvestasi pada jangka menengah.
Namun mengapa memilih instrumen investasi yang berisiko tinggi jika terdapat

instrumen investasi yang berisiko rendah? Prinsip investasi yang berlaku umum adalah
bahwa semakin tinggi risiko sebuah jenis instrumen investasi, maka biasanya potensi
keuntungan pun akan lebih tinggi. Sebaliknya, jenis investasi yang berisiko rendah,
umumnya menawarkan potensi keuntungan yang rendah pula. Ini merupakan hukum
investasi yang tidak bisa dielakkan: Risiko Tinggi = Hasil yang Tinggi (High Risk = High
Return), Risiko Rendah = Hasil yang Rendah (Low Risk = Low Return).

Pengertian Investasi menurut Fitzgeral, Investasi adalah suatu aktivitas yang
berhubungan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk
mengadakan barang modal pada saat sekarang dan dengan barang modal akan
dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dari definisi ini investasi
dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk :
1. Penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal.
2. Barang modal itu akan dihasilkan produk baru.
Menurut Kamaruddin Ahmad, Pengertian Investasi adalah menempatkan uang atau
dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut. Pengertian investasi ini menekankan pada penempatan uang atau
dana. Tujuan investasi ini adalah untuk memperoleh keuntungan. Hal ini erat kaitannya
dengan penanaman investasi di bidang pasar modal.
Salim HS dan Budi Sutrisno mengemukakan pengertian investasi,Investasi ialah

penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik
dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan.
Pengertian Investasi dalam Ensiklopedia Indonesia, Investasi yaitu penanaman
modal atau penanaman uang dalam proses produksi dengan membeli gedung-gedung,
mesin-mesin,
bahan-bahan
cadangan,
penyelenggaraan
uang
kas
serta
perkembangannya. Dalam hal ini cadangan modal barang diperbesar selama tidak ada
modal barang yang harus diganti.
Hakikat investasi dalam definisi ini adalah penanaman modal yang dipergunakan untuk
proses produksi. Dalam hal ini investasi yang ditanamkan hanya digunakan untuk proses
produksi saja. kegiatan investasi dalam realitanya tidak hanya dipergunakan untuk
proses produksi, tetapi juga pada kegiatan untuk membangun berbagai sarana dan
prasarana yang dapat menunjung kegiatan investasi.
Selanjutnya Kamarauddin memberikan pengertian investasi dalam tiga artian,
yaitu :
(1) Investasi yaitu suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suarat penyertaan
lainnya.
(2) Investasi merupaan suatu tindakan untuk membeli barang-barang modal.
(3) Investasi adalah pemanfaatan dana yang tersedian untuk dipergunakan dalam
produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang.
Dalam definisi ini, investasi dikonstruksikan sebagai tindakan membeli saham, obligasi
dan barang-barang modal. Hal ini erat kaitannya dengan pembelian saham pada pasal
modal, padahal penanaman investasi tidak hanya dipasar modal saja, tetapi juga
diberbagai bidang lainnya seperti di bidang pariwisata, pertambangan minyak dan gas
bumi,
pertanian,
kehutanan
dan
lain
sebagainya.
Isilah Investasi sendiri berasal dari kata investire yang berarti memakai atau
menggunakan. Investasi adalah memberikan sesuatu kepada orang lain untuk
dikembangkan dan hasil dari sesuatu yang dikembangkan tersebut akan dibagi sesuai
dengan yang diperjanjikan.
Berbicara mengenai macam macam investasi, Investasi sendiri dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu investasi asing dan investasi domestik. Investasi Asing adalah investasi
yang bersumber dari pembiayaan luar negeri, sedangkan Investasi Domestik ialah

investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri. Investasi pada umumnya
digunakan untuk pengembangan usaha yang terbuka dan tujuan investasi tersebut untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
https://financialplanners.wordpress.com/investments/

| Jenis-jenis Investasi |
Jenis-jenis investasi dapat digolongkan berdasarkan aset, pengaruh, ekonomi, menurut
sumbernya dan cara penanamannya.
1. Jenis Investasi berdasarkan Asetnya
Jenis investasi berdasarkan asetnya merupakan penggolongan investasi dari aspek
modal atau kekayaan. Investasi berdasarkan asetnya terbagi atas dua jenis, yaitu real
asset dan financial asset.
Real Asset adalah investasi yang berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan lain
sebagainya, sedangkan Financial Asset merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak
langsung dari pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas
tersebut.
2. Jenis Investasi berdasarkan Pengaruhnya
Jenis investasi menurut pengaruhnya merupakan investasi yang didasarkan pada faktorfaktor yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Jenis investasi
berdasarkan
pengaruhnya
dapat
dibagi
lagi
menjadi
dua
macam,
yaitu
investasi autonomus (berdiri
sendiri)
dan
Investasi Induces(memengaruhi
atau
menyebabkan).
Investasi Autonomus adalah investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan, bersifat spekulatif. Contoh investasi ini : pembelian surat-surat berharga.
Investasi Induced ialah investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang
dan jasa serta tingkat pendapatan. Contoh investasi ini : penghasilan transitori, yaitu
penghasilan yang diperoleh selain dari bekerja, seperti bungan dan sebagainya.
3. Jenis Investasi berdasarkan Sumber Pembiayaannya
Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya merupakan investasi yang
didasarkan pada asal-usul investasi yang diperoleh. Jenis investasi ini dapat dibagi lagi
menjadi dua macam, yaitu investasi yang besumber dari modal asing dan investasi yang
bersumber dari modal dalam negeri.
4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya.
Jenis investasi berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang didasarkan pada cara
menanamkan investasinya. Jenis investasi ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
investasi portofolio dan investasi langsung.
Investasi Portopolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga,
contohnya seperti saham dan obligasi. Investasi langsung merupakan bentuk investasi
yang dilakukan dengan membangun, membeli total, atau mengakuisi suatu perusahaan.

Sekian pembahasan mengenai pengertian investasi dan jenis jenis investasi, semoga
tulisan saya mengenai pengertian investasi dan jenis jenis investasi dapat bermanfaat.
Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Investasi dan Jenis Jenis Investasi :
- Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Penerbit PT Raja
Grafinfo Persada : Jakarta.

Resiko Investasi
Share :


Facebook 19



Twitter



Google+

Biasanya, ada 3 resiko yang paling ditakutkan orang ketika mereka akan melakukan investasi,
yaitu :
Untuk mengurangi resiko, cara termudah adalah berinvestasi di berbagai sarana investasi. Cara ini
disebut dengan membuat portofolio investasi. Tujuan dari cara ini adalah mengurangi kerugian
investasi yang mungkin timbul dari suatu sarana investasi dengan menutupnya menggunakan
keuntungan yang diperoleh dari sarana investasi yang lain. Misalnya berinvestasi pada reksa dana
dan pada tabungan. Jika keduanya memberikan keuntungan maka investor tidak akan menderita
kerugian.
Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami kerugian, misalnya nilai reksa dana turun atau
bank dilikuidasi? Dengan adanya portofolio ini maka diharapkan kerugian salah satu investasi
dapat dikurangi oleh keuntungan dari investasi lain. Kalau dua-duanya rugi, berarti itu cobaan jika
investor menggunakan investasi secara syariah dan mungkin peringatan atau bahkan azab jika
investasi tersebut tidak sesuai syariah.
Jadi inti mengurangi resiko investasi adalah portofolio : "jangan meletakkan banyak telur dalam
satu keranjang" karena jika terjatuh, maka telur akan lebih banyak yang pecah dibandingkan jika
ditaruh pada beberapa keranjang jika keranjang yang lain tidak jatuh.


1. Turunnya Nilai Investasi
Risiko yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi umumnya adalah "Apakah uang saya
akan hilang?" Kebanyakan orang mungkin menjawab "tidak" kalau ditanya seperti itu.
Karena tidak ada orang yang mau kehilangan uangnya. Akan tetapi, setiap investasi pasti
ada resikonya. Perbedaannya hanya pada ukurannya. Ada produk investasi yang risikonya
cukup besar, ada yang sedang, ada yang kecil.
Sekarang jika Anda berinvestasi, kita harus mempertimbangkan seberapa besar
penurunan nilai yang bersedia Anda tanggung bila Anda mengalami kerugian? 10 persen?
20 persen? 50 persen? Atau 100 persen? Berapapun besar kerugian yang bersedia Anda
tanggung, ingatlah bahwa itu adalah bagian dari berinvestasi. Jangan pernah
mengharapkan Anda akan terus-menerus untung. Yang disebut dengan kerugian, sesekali
memang harus kita alami. Karena dengan adanya kerugian, itu adalah pengalaman yang
membuat kita jadi lebih banyak belajar dalam berinvestasi.



2. Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
Resiko kedua yang paling ditakuti orang ketika berinvestasi adalah apakah produk
investasi yang dibelinya itu mudah untuk dijual/diuangkan kembali. Beberapa orang
mungkin senang berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah dijual kembali.
Akan tetapi, ada juga orang yang berinvestasi ke dalam mata uang dolar Amerika, dan
dolar tersebut cepat-cepat dimasukkannya ke bank. Ini karena bila dolar itu disimpan di

lemari, maka kondisi fisik dari kertas uangnya mungkin akan menurun, dan itu kadangkadang akan menyulitkan bila suatu saat dolar itu hendak dijual kembali. Maklum,
beberapa bank seringkali tidak mau menerima atau membeli mata uang asing Anda bila
kondisi uang secara fisik robek, rusak atau kumal.
Contoh lain dari produk investasi yang tidak selalu mudah untuk dijual kembali adalah
barang-barang koleksi. Barang-barang koleksi umumnya tidak mudah dijual kembali
karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik. Lukisan misalnya. Karena
pasarnya yang spesifik, yaitu mereka yang hobi akan lukisan juga, tidak selalu mudah
menjual lukisan. Tapi, sekali terjual, bisa saja harganya sangat tinggi dan memberikan
untung yang lumayan bagi orang yang menjualnya. Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk
berinvestasi, sebaiknya ketahui lebih dulu seberapa mudahnya produk investasi Anda bisa
dijual kembali. Jangan sampai Anda berinvestasi tapi tidak bisa menjualnya, karena
barangnya memang sulit dijual.


3. Hasil Investasi yang Diberikan Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa.
Bayangkan jika Anda berinvestasi di deposito yang memberikan bunga 10 persen setahun,
sedangkan dalam setahun harga barang dan jasa malah naik 15 persen? Hal ini seringkali
terjadi, bukan karena terlalu tingginya kenaikan harga barang dan jasa, tetapi karena
produk yang dipilih itu sendiri belum tentu sesuai.
Mungkin beberapa dari Anda menginginkan produk investasi yang aman dan konservatif.
Tetapi, konsekuensinya adalah bahwa Hasil Investasi yang didapat mungkin saja tidak bisa
menyamai kenaikan harga barang dan jasa. Kalau itu terus Anda alami dari tahun ke
tahun, maka Anda akan bangkrut.
Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapi risiko ini? Jangan menutup diri terhadap
informasi. Pelajari produk-produk investasi lain yang mungkin belum Anda ketahui, dan
setelah itu cobalah masuk ke situ dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya.
Lama-kelamaan, Anda pasti bisa mengatasi tingginya kenaikan harga barang dan jasa
dengan berinvestasi pada produk yang memang berpotensi untuk bisa memberikan hasil
yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga barang.

Cara Mengurangi Resiko Investasi
Untuk mengurangi resiko, cara termudah adalah berinvestasi di berbagai sarana investasi. Cara ini
disebut dengan membuat portofolio investasi. Tujuan dari cara ini adalah mengurangi kerugian
investasi yang mungkin timbul dari suatu sarana investasi dengan menutupnya menggunakan
keuntungan yang diperoleh dari sarana investasi yang lain. Misalnya berinvestasi pada reksa dana
dan pada tabungan. Jika keduanya memberikan keuntungan maka investor tidak akan menderita
kerugian.
Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami kerugian, misalnya nilai reksa dana turun atau
bank dilikuidasi? Dengan adanya portofolio ini maka diharapkan kerugian salah satu investasi
dapat dikurangi oleh keuntungan dari investasi lain. Kalau dua-duanya rugi, berarti itu cobaan jika
investor menggunakan investasi secara syariah dan mungkin peringatan atau bahkan azab jika
investasi tersebut tidak sesuai syariah.
Jadi inti mengurangi resiko investasi adalah portofolio : "jangan meletakkan banyak telur dalam
satu keranjang" karena jika terjatuh, maka telur akan lebih banyak yang pecah dibandingkan jika
ditaruh pada beberapa keranjang jika keranjang yang lain tidak jatuh.

http://www.infovesta.com/infovesta/learning/learning.jsp?id=35
Kata investasi tidak akan jauh dari kata risiko dan imbal hasil atau risk and return. Emang risiko
sendiri apa si? Ada berapa macam jenis risiko dari sebuah investasi? Nah dalam artikel kali ini,
Tim Finansialku akan membahas mengenai risiko atas sebuah investasi. Sebelumnya pasti ada
yang bingung kayanya salah ketik kata Risiko. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
penulisan kata yang tepat adalah risiko bukan resiko. Jadi ada baiknya Tim Finansialku
menggunakan penulisan risiko. Kita mulai: definisi risiko kemudian dilanjutkan risiko – risiko dari
investasi.
Sebelum berinvestasi ada baiknya pelajari terlebih dahulu produknya, berikut ini ada liputan
mengenai investasi bodong.
http://youtu.be/oalScmJVIxA

Definisi Risiko
Definisi risiko banyak sekali, kami mencoba mendefinisikan berdasarkan referensi dari Gitman –
Principles of Managerial Finances: Risiko adalah sebuah besaran atau ukuran dari sebuah
ketidakpastian yang menggambarkan variansi (bukan varias, variansi adalah perbedaan besaran
satu dengan rata-rata nilai) dari imbal hasil sebuah investasi.
Setiap produk investasi pasti memiliki potensi risiko. Tetapi ada hal yang membedakan antara
risiko dan berisiko. Kata risiko merujuk pada potensi risiko dari masing-masing produk investasi,
sedangkan kata berisiko merujuk pada orang yang berinvestasi (baca: investor). Semakin
seseorang mampu mengendalikan investasinya maka risikonya semakin berkurang.

Risiko dari Investasi
Risiko berikut adalah potensi risiko dari sebuah produk investasi. Ada beberapa jenis risiko yang
umumnya melekat pada produk investasi: risiko likuiditas, risiko investai, risiko gagal bayar, risiko
kredit, risiko pajak, risiko inflasi, risiko bunga, risiko mata uang dan risiko-risiko lainnya. Berikut
ini adalah penjelasan singkatnya:
Risiko Likuiditas (Marketability or Liquidity)
Pernakah Anda memiliki sebuah investasi, (misal sebut saja rumah)kemudian Anda mengalami
kesusahan dalam menjual kembali investasi tersebut? Kesulitan jual itulah yang dapat kita sebut
rasio likuiditas. Definisi yang ilmiahnya dari Risiko likuiditas adalah risiko atas produk investasi
yang tidak mudah diperdagangkan atau tidak laku untuk dijual kembali. Menurut teorinya,
kemudahan menjual berbanding terbalik dengan imbal hasil dan rating (peringkat). Maksudnya
apabila Anda berinvestasi pada sebuah saham, saham perusahaan yang menguntungkan

biasanya lebih mudah diperjual belikan di bursa saham, dibanding saham perusahaaan yang
sedang merugi.
Risiko Investasi (Investment risk)
Pernakah Anda merasa sudah berinvestasi di produk yang katanya high risk high return ternyata
imbal hasil atau returnnya lebih kecil dari deposito? Nah itulah risiko investasi. Hubungannya
adalah semakin besar kemungkinan investasi kita mendapatkan hasil yang rendah atau rugi,
dapat dikatakan investasi kita berisiko.
Risiko Gagal Bayar/wanprestasi (default)
Nah kalau yang satu ini pasti pada tau kan, ada beberapa jenis investasi emas yang baru-baru
ini mengalami risiko gagal bayar. Jadi investasi kita tidak dapat dikembalikan oleh penyedia
investasi. Risiko gagal bayar adalah risiko yang disebabkan peminjam/penerbit produk investasi
yang tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran sesuai dengan yang dijanjikan/disepakati
pada waktunya.
Risiko Pajak (tax)
Risiko pajak erat kaitannya dengan hal kewajiban perpajakan karena kita berinvestasi. Struktur
pajak di Indonesia relatif masih sederhana, karena jumlah wajib pajak perorangan (bukan badan
usaha) yang jumlahnya relatif belum banyak. Hal ini membuat perencanaan pajak perorangan
dengan menggunakan produk-produk investasi di Indonesia belum bisa dilakukan dengan
maksimal.
Risiko Inflasi (inflation)
Pasti Anda sudah tak asing dengan kata inflasi kan. Bagi yang belum mengenal kata inflasi
dapat diartikan sebagai sebuah kenaikan harga. Risiko inflasi berkaitan dengan adanya potensi
penurunan riil nilai pokok investasi dan hasil investasi di masa depan. Inflasi akan menggerogoti
nilai uang kita, karena ‘bunga’ yang diberikan oleh produk investasi jangka pendek (seperti
deposito) umumnya tidak cukup untuk menutupi kenaikan biaya hidup.
Risiko Bunga (interest rate)
Apakah Anda berinvestasi di beberapa produk perbankan seperti ORI, deposito? Bagi temanteman yang tahu atau sering berinvestasi di produk-produk tersebut pasti sudah tidak asing
dengan risiko bunga. Risiko bunga berhubungan dengan peningkatan atau penurunan suku
bunga yang memiliki dampak pada hasil investasi kita. Di Indonesia suku bunga berkaitan erat
dengan suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia atai BI rate dan suku bunga SBI. Misal
saat sekarang suku bunga di Indonesia mengalami kenaikan, sehingga bunga tabungan,
deposito dan termasuk bunga pinjaman mengalami kenaikan.
Risiko Mata Uang (currency)

Apakah Anda berinvestasi pada produk-produk investasi berbasis mata uang asing atau
kerennya foreign exchange? Risiko mata uang adalah risiko investasi yang berkaitan dengan
nilai mata uang negara lain dalam hubungannya dengan mata uang dalam negeri (Indonesia).
Contohnya Anda berinvestasi pada perdagangan mata uang asing, tentu sangat rentan terkena
risiko mata uang.

Artikel di atas menggambarkan beberapa jenis potensi risiko terhadap produk-produk investasi.
Sebuah produk bisa jadi memiliki satu atau bahkan beberapa risiko sekaligus. Kenali risiko tapi
jangan ditakuti. Risiko dapat Anda kendalikan, caranya tingkatkan pendidikan Anda mengenai
investasi tersebut, tingkatkan pengalaman Anda dan tentunya siapkan dana untuk berjaga-jaga.
Artikel mengenai risiko dari investasi di atas di ambil dari beberapa sumber, antara lain:
Gitman

Principles
of
Managerial
Finances
Aidil
A

Rich
Game.
Robert T. Kiyosaki – Cashflow Quadrant

Pasar Modal

Pengantar
Tentu Anda pernah mendengar Bursa/Pasar Modal bukan? Tahukah Anda apa yang
dimaksud dengan pasar modal? Produk apa saja yang diperjualbelikan? siapa saja para
pelaku pasar modal dan apa keuntungan dan kelemahan dari pasar modal?
Pada pasar modal diperjualbelikan instrumen keuangan jangka panjang. Contohnya
saham, yaitu bentuk penyertaan modal pihak pembeli saham kepada penerbit saham
(emiten). Selain itu, di pasar modal terdapat juga obligasi yaitu surat bukti pengakuan
hutang dari perusahaan penerbit kepada pembeli. Produk pasar modal yang paling
banyak diminati masyarakat adalah saham. Terutama saham blue chip, yaitu saham
unggulan yang bernilai tinggi karena dianggap paling aman dan paling menguntungkan,
dikeluarkan oleh perusahaan yang dikenal dengan perusahaan yang menjadi lembaga
penunjang pasar modal seperti Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian dan lain-lain.
Tahukah Anda apa saja manfaat/keuntungan serta kerugian/kelemahan pasar modal?
Untuk mengetahui lebih jauh, silahkan Anda pelajari materi ini.

http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/SMA/Ekonomi/Pasar.Modal/
Konsep Pasar Modal Setiap perusahaan membutuhkan pasar keuangan atau
financial market untuk mendukung sumber dananya. Pasar keuangan terdiri dari
pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Pasar modal
(capital market) adalah suatu pasar di mana-mana jangka panjang baik hutang
maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka panjang yang
diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Pengertian
pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1548/KMK/1990 tentang Peraturan, pasar modal, adalah suatu sistem keuangan
yang terorganisasi, termasuk di dalam adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga

yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat
dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau
disebut sebagai bursa efek. Pengertian bursa efek atau stoc exchange adalah
suatu sistim terorganisir yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek
yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa efek
ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang
wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Konsep pasar modal yang
efisien (efficient capital markets) merupakan tema yang dominan di kalangan
akademisi sejak tahun 1960an. Menurut Blake (1990: 243) istilah pasar modal
yang efisien memiliki beberapa konsep yang berbeda yaitu :(1) Efisiensi secara
alokasi (allocatively efficient); (2) Efisiensi secara operasional (operationally
efficient) dan (3) Efisiensi secara informasi (informationally efficient) yaitu suatu
pasar dikatakan efisien secara informasi jika harga pasar saat ini segera dan
sepenuhnya merefleksikan semua informasi yang tersedia. Walaupun terdapat
beberapa konsep pasar efisien, istilah pasar efisien pada umumnya hanya
dikaitkan dengan salah satu dari tiga konsep tersebut, yaitu efisiensi secara
informasi (informationally efficient). Adapun tujuan pasar modal di Indonesia
yaitu: a. Mempercepat tujuan perluasan pengikut sertaan masyarakat dalam
kepemilikan saham perusahaan, b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui
pemerataan pemilikan saham, c. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam
pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. Kondisi
dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien Pasar modal yang efisien merupakan
suatu bentuk pasar yang terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang saling
berinteraksi di dalamnya dan memiliki karakter yang bersifat bebas (free
market), di mana cukup mudah bagi para investor baru untuk masuk dan
mengadakan transaksi dan sebaliknya, juga cukup mudah bagi lainnya untuk
meninggalkan pasar setiap saat. Beberapa aspek tambahan lainnya yang
merupakan syarat utama terbentuknya suatu pasar modal yang efisien adalah
aspek-aspek : a. Ketersediaan dan penyebaran informasi Informasi tersedia bagi
masyarakat secara bebas dan relatif tanpa biaya. Pentingnya ketersediaan dan
penyebaran informasi ini disebabkan oleh investor membutuhkan informasi
terkait secara cepat dan terus menerus untuk melakukan penilaian harga saham,
sehingga informasi tersebut dapat dengan segera tercermin pada harga saham.
b. Harga saham berfluktuasi bebas Harga saham tidak dapat dikendalikan oleh
penjual dan pembeli di pasar modal. Investor individu tidak cukup kuat untuk
mempengaruhi pergerakan harga saham. Ada beberapa investor institusi yang
cukup kuat mempengaruhi harga. Investor ini dikendalikan melalui peraturan
pasar modal sehingga tidak dapat melakukan manipulasi harga c. Terdapat analis
investasi dalam jumlah besar di pasar modal Dikenal adanya dua tipe analis
investasi yang membantu terjadinya perubahan harga saham secara acak di
pasar modal Pertama, para analis fundamental berusaha mempelajari kondisi
perekonomian secara umum. Kedua, para analis teknikal yang berusaha
mempelajari pergerakan harga saham di masa lalu dan mencari suatu pola-pola
tertentu dari perubahan harga di masa lalu tersebut. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa semakin banyak analisis investasi dan maraknya persaingan
antar mereka akan membuat pasar modal setiap saat menunjukkan harga saham
yang mencerminkan semua informasi yang relevan
Fabozzi, 1999. Manajemen Investasi. Salemba Empat. Jakarta Hendrawaty, Ernie.
2007. Pengujian Efisiensi Pasar Modal Atas Peristiwa Pengumuman Stock Split
Periode 2005 – 2006 di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Volume
3 No.2.Hal 206 - 223.

Keuntungan Risiko dan Manfaat Pasar Modal
Keuntungan dari Pasar Modal


Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang untuk dunia usaha.



Sarana untuk mengalokasikan sumber dana secara optimal bagi investor.



Memungkinkan adanya upaya diversifikasi.

Selain keuntungan, manfaat Pasar Modal adalah :
Manfaat bagi Investor :


Memperoleh deviden bagi pemegang saham



Memperoleh capital gain jika ada kenaikan harga saham



Memperoleh bunga bagi pemegang obligasi



Mempunyai hak suara dalam RUPS



Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi

Manfaat bagi Emiten :


Mendapatkan dana yang lebih besar



Perusahaan dapat lebih fleksibel dalam mengolah dana



Memperkecil ketergantungan terhadap bank



Besar kecilnya deviden tergantung besar kecilnya keuntungan



Tidak ada kewajiban yang terikat sebagai jaminan

Manfaat bagi Pemerintah :


Membantu pemerintah dalam mendorong perkembangan pembangunan



Membantu pemerintah dalam mendorong kegiatan investasi



Membantu pemerintah dalam menciptakan kesempatan kerja

Risiko dari Pasar Modal


Risiko daya beli
Daya beli berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil
pendapatan akan lebih kecil.



Risiko bisnis
Menurunnya kemampuan perusahaan memperoleh laba, menyebabkan menurunnya
kemampuan emiten membayar bunga atau deviden.



Risiko tingkat bunga
Tingkat bunga yang naik, biasanya akan menyebabkan nilai saham cenderung turun



Risiko likuiditas
Kemampuan surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan

Kelemahan Pasar Modal
Selain kerugian, Pasar Modal juga memiliki kelemahan antara lain :


Mekanisme pasar modal yang cukup rumit menyulitkan pihak-pihak tertentu yang akan
terlibat di dalamnya.



Saham pasar modal bersifat spekulatif sehingga dapat merugikan pihak tertentu.



Jika kurs tidak stabil, maka harga saham ikut terpengaruh.

http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDU.KU/edukasi.net/SMA/Ekonomi/Pasar.Modal/materi04.html

Resiko Yang Umum Dalam Berinvestasi di Reksa Dana
Setiap investasi selalu disertai dengan unsur-unsur risiko. Oleh sebab itu, sebelum berinvestasi, calon investor
harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko sebagai berikut.
1.

Keuntungan Tidak Dijamin
Investor harus menyadari bahwa dengan berinvestasi dalam Reksa Dana, tidak ada jaminan untuk
mendapatkan pembagian dividen, keuntungan, ataupun kenaikan modal investasi.

2.

Risiko Umum Pasar Modal
Setiap pembelian efek akan melibatkan beberapa unsur risiko pasar. Oleh karena itu, Reksa Dana
mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil dari:

3.

o

global, regional atau perkembangan ekonomi nasional;

o

kebijakan pemerintah atau kondisi politik;

o

development in regulatory framework, law and legal issues

o

pergerakan suku bunga secara umum;

o

sentimen investor yang luas, dan

o

guncangan eksternal (misalnya: bencana alam , perang dan lain-lain)

Risiko Efek
Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek. beberapa contohnya adalah Kemungkinan
default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi, dan implikasi dari
peringkat kredit perusahaan yang di downgrade.

4.

Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat dijual pada atau
mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang diperdagangkan di bursa.

5.

Risiko Inflasi
Risiko tingkat inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi Anda karena terjadinya kenaikan
rata-rata harga konsumsi.

6.

Risiko Pembiayaan Pinjaman
Jika dana pembelian unit Reksa Dana didapat dari pinjaman, maka investor perlu memahami bahwa:
o

Pinjaman meningkatkan kemungkinan baik untuk untung maupun rugi;

o

Jika nilai investasi turun dibawah tingkat tertentu, investor mungkin diminta oleh lembaga
keuangan untuk menambah agunan, atau mengurangi jumlah pinjaman ke level yang
disyaratkan;

o

Biaya pinjaman dapat bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada fluktuasi suku bunga;

o

Risiko

menggunakan

pinjaman

harus

di pertimbangkan

secara berhati-hati karena

mengandung risiko.

7.

Risiko Ketidakpatuhan
Hal ini mengacu pada risiko terhadap Reksa Dana dan keuntungan investor yang dapat timbul karena
ketidak-sesuaian terhadap hukum, aturan, peraturan, etika dan Policy and Procedure internal dari
Manajer Investasi.

8.

Risiko Manajer Investasi
Kinerja setiap Reksa Dana sangat bergantung antara lain pada, pengalaman, pengetahuan, keahlian,
dan teknik / proses investasi yang diterapkan oleh Manajer Investasi, dan setiap kekurangan dari syarat
tersebut akan berdampak buruk pada kinerja Reksa Dana sehingga akan merugikan investor.

http://www.cimb-principal.co.id/Investor's_Guide-@General_Risks_of_Investing_in_Mutual_Funds.aspx

DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO
Diversifikasi portofolio diartikan sebagai pembentukan portofolio sedemikian rupa
sehingga dapat mengurangi risiko portofolio tanpa mengorbankan penghasilan yang
dihasilkan. Ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh investor.

Beberapa investor melakukan diversifkasi portofolio dengan jalan memasukkan
berbagai aktiva dari seluruh kelompok aktiva yang ada, seperti saham, obligasi, dan
real estate.
Para investor yang mengkhususkan diri dalam satu kelompok aktiva misalnya
saham, juga menganggap perlu dilakukan diversifikasi portofolio. Yang dimaksud
dengan diversifikasi portofolio dalam hal ini adalah seluruh dana yang ada
seharusnya tidak diinvestasikan ke dalam bentuk saham satu perusahaan saja, tapi
portofolio harus terdiri dari saham banyak perusahaan.
Diversifikasi Naif
Strategi diversifikasi naïf dicapai pada saat investor melakukan investasi pada
sejumlah saham yang berbeda atau kelompok aktiva yang berbeda dan berharap
bahwa varians dari pengembalian diharapkan atas portofolio dapat diperkecil.
Investasi hanya pada satu kelompok aktiva dapat mengundang risiko yang lebih
besar yang umunya ditandai dengan kovarians pengembalian yang tinggi.
Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi Markowtiz berusaha menggabungkan aktiva-aktiva dalam portofolio
dengan pengembalian yang memiliki kolerasi positif kurang dari sempurna, dengan
tujuan mengurangi risiko portofolio (varians) tanpa mengurangi pengembalian.
Diersifikasi Markowitz berbeda dari diversifikasi naïf dan lebih efektif karena
diversifikasi ini berusaha mempertahankan pengembalian yang ada, dan
mengurangi risiko melalui analisis kovarians antara pengembalian aktiva.

Secara matematis, pengembalian yang diharapkan dinyatakan sebagai berikut:
E (R ) = p r + p r + ….. + p r
Dimana,
i

r
p
N
n

n

1 1

2 2

N N

= tingkat pengembalian ke-n yang mungkin bagi aktiva i
= probabolita memperoleh tingkat pengembalian n bagi aktiva i
= jumlah penghasilan yang mungkin bagi tingkat pengembalian

Diasumsikan seseorang ingin melakukan investasi, saham XYZ, yang memilih
distribusi probalita bagi tingkat pengembalian selama periode waktu tertentu
ditunjukkan pada tabel 4-1. Dalam praktiknya, distribusi probabilita didasarkan pada
pengembalian histories.
Satu Portofolio vs Banyak Portofolio

Dengan memiliki banyak portofolio, yang ditujukan untuk prioritas tujuan yang
berbeda, akan banyak memakan waktu untuk mengorganisasinya dan apalagi bisa
anda harus meninjau dan merevisinya bila dibutuhkan. Dua hal negatif dalam
memiliki banyak portofolio untuk berbagai macam prioritas tujuan yang dimiliki
adalah biaya dan waktu.
Biaya
Memiliki setiap instrumen investasi pasti mengandung biaya, baik fee manajemen,
biaya pembelian, penjualan dan pengalihan untuk reksadana dan biaya transaksi
untuk jual beli saham. Dengan memiliki banyak portofolio, maka anda akan terus
dibebankan dengan biaya yang sama untuk masing-masing instrumen. Bila anda
memiliki 5 reksadana dengan jenis yang sama maka anda akan terbebani dengan 5
kali biaya pembelian, penjualan atau pengalihan bila anda bertransaksi.
Waktu
Mengelola uang anda membutuhkan waktu. Bila anda secara aktif mengikuti
perkembangan portofolio anda, maka sangat mungkin akan menghabiskan 10 jam
sebulan (atau malah lebih) untuk menganalisa apa yang anda miliki, bagaimana
performannya dan bagaimana anda dapat lebih mengoptimalkan. Itu hanya untuk
satu portofolio. Bayangkan bila anda memiliki 5 prioritas tujuan dengan masingmasing portofolionya, berapa waktu yang harus anda habiskan? Yang harus
dimengerti disini adalah, anda tetap Menempatkan dana untuk tujuan jangka pendek
dalam instrumen investasi jangka pendek dan alokasi dana untuk prioritas tujuan
jangka panjang bisa dalam instrumen saham.
Referensi:
Douglas Hearth. 2004. Contemporary Investments: Security and Portfolio Analysis.
ZVI Bodie, Alex Kane, Alan J. Marcus. 2009. Investments

Diversifikasi Internasional
Konsep diversifikasi berawal dari disertasi Harry Markowitz pada 1952. Dia menurunkan manfaat
utama diversifikasi secara kuantitatif dengan menggunakan portofolio yang terdiri atas dua aset
berisiko. Dengan matematika sederhana, Markowitz berhasil membuktikan kalau risiko portofolio
dapat menjadi minimum jika kedua aset itu mempunyai koefisien korelasi negatif sempurna yaitu -1.
Markowitz juga menemukan bahwa diversifikasi selalu dapat menurunkan risiko portofolio sepanjang
koefisien korelasi tidak positif sempurna atau lebih kecil dari satu.
Diversifikasi adalah sebuah strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai
instrument investasi dengan tingkat risiko dan potensi keuntungan yang berbeda, atau strategi ini
biasa disebut dengan alokasi aset (asset allocation). Alokasi aset ini lebih fokus terhadap
penempatan dana di berbagai instrumen investasi. Bukan menfokuskan terhadap pilihan saham
dalam portofolio. Dari hasil studi, perbedaan performa lebih banyak dikarenakan oleh alokasi aset
(asset allocation) bukannya pilihan investasi (investment selection). Diversifikasi bertujuan untuk
mengurangi tingkat risiko dan tetap memberikan potensi tingkat keuntungan yang cukup.

Menurut Rodoni (2008) faktor yang penting dalam diversifikasi ialah korelasi yang rendah antara
keuntungan. Semakin rendah korelasi ini, maka semakin besar manfaat diversifikasi portofolio.
Lessard (1973) telah menujukan bahwa koefisien determinasi berhubungan secara terbalik dengan
keinginan menginvestasikan di satu negara.
Dampak globalisasi yang terjadi pada abad 21 terhadap ekonomi menyebabkan pengintegrasian
ekonomi nasional bangsa-bangsa kedalam sebuah sistim ekonomi global. Semangat globalisasi ini
mendorong para investor di berbagai negara melakukan diversifikasi internasional yang
menyebabkan adanya portofolio internasional.
Diversifikasi internasional memberikan manfaat lebih besar bagi investor dibanding hanya
berinvestasi pada pasar lokal. Dalam jangka panjang, kontribusi return melalui diversifikasi
internasional yang diperoleh investor akan lebih tinggi dibanding investasi investasi yang hanya
dilakukan pada pasar modal lokal. Dengan melakukan diversifikasi internasional, investor akan
memperoleh manfaat pengurangan resiko pada tingkat keuntungan tertentu. Besarnya manfaat yang
akan diperoleh investor akan sangat tergantung dari koefisien korelasi, resiko dan tingkat return di
masing-masing pasar modal tersebut (Eduardus Tandelilin, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemodal asing untuk menanamkan modalnya di pasar modal
(Rawley, 1987) dalam Rodoni (2008 antara lain:
a. Nilai kapitalisasi sekuritas yang terdapat disuatu bursa.
b. Likuiditas sekuritas yang terdapat di bursa.
c. Peraturan yang melindungi pemodal dari kecurangan.
d. Mutu dan penyebaran informasi.

ANALISA SAHAM : FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
Dalam dunia investasi saham ada 2 jenis cara analisa saham, yaitu analisa Fundamental dan
Teknikal. Kedua cara menganalisa ini yang kemudian membedakan tipe seorang investor, apakah
ia seorang Trader atau Value Investor. Keuntungan dan resiko dari kedua teknik analisa tersebut
tentunya jauh berbeda. Jika anda bertanya mengenai Warrent Buffet, maka beliau adalah salah
satu orang yang berhasil dalan berbisnis saham dengan menjalankan cara yang pertama, yaitu
dengan menganalisa fundamental sebuah perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli
sahammnya dan bahkan sama sekali tidak mempertimbangkan teknikalnya atau penilaiannya
pada grafik harganya saat ini.
Pengertian
Dari masing-masing istilah transaksi saham ini mempunyai pengertiannya masing-masing yang
dilihat berdasarkan cara pengamatannya, yaitu :
1. Analisa Fundamental Saham
Teknik analisa fundamental adalah analisa yang menitikberatkan pada dua poin penilaian, yakni
pada aspek finansial yang di dalamnya mencakup pendapatan per saham atau EPS - Earning per
Share, Nilai buku Saham atau PBV - Price Book Va