PS4RK Tafsir Ayat Alquran Tentang Akunt (1)

MAKALAH
TAFSIR AYAT AKUTANSI SYARIAH
SURAY AL-BAQARAH [2] : 282

OLEH :
KELOMPOK V:
DIANITA ANJARINI

(14631133)

SEKAR NENGSIH

(15632013)

RHILAILI NURARDILAH AL-OGNY

(15632011)

DOSEN :
HARDIVIZON, M. Ag


JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN CURUP
2017

BAB I
TAFSIR AYAT TENTANG AKUNTANSI SYARIAH
A. Ayat Tentang Akuntansi Syariah

QS.AL-BAQARAH[2]:282
ْ‫ي أي ل ين آم إ ت ي ْت ْم ب يْن إل ٰ أجل مس ً ف ْكتب ۚ ْلي ْ تبْ ب ْي ْم ك تب ب ْلع ْ ۚ َ يأ‬
ً ‫ك ع ه َ ۚ ف ْي ْ تبْ ْلي ْ ل ل ع يْه ْلحق ْليتق َ به َ ي ْب سْ م ْه ش ْي ً ۚ فإ ْ ك ل ع يْه ْلحق س ي‬

‫ك تب أ ْ ي ْ تب‬

‫ش ي يْن م ْن ج ل ْم فإ ْ ل ْم ي ن‬
‫أ ْ ضعي ً أ ْ َ يسْتطيع أ ْ ي ل ه ف ْي ْ لْ ليه ب ْلع ْ ۚ سْت ْش‬
‫فرجل ْمرأت م ْن ترْ ض ْ من لش ء أ ْ تضل إحْ ه فت كر إحْ ه ْْ ْخر ٰ ۚ َ يأْ لش ء إ م‬
َ‫ع ۚ َ تسْأم أ ْ ت ْ تب صغي ًر أ ْ كبي ًر إل ٰ أج ه ۚ ٰ ل ْم أ ْقسط ع ْ َ أ ْق ل ش ِ أ ْ ن ٰ أَ ترْ ت ب إ‬
‫ج يْن‬


َ ‫إ تب يعْت ْم ۚ َ يض ك تب‬

‫أ ْش‬

‫أَ ت ْ تب ه‬

‫شيء ع يم‬
ْ ‫تق َ يع م َ َ ب ل‬

‫ب ْم‬

‫ًِ ح ضرًِ ت ير ن ب ْي ْم ف يْس ع ْي ْم ج‬

‫فإنه فس‬

‫ت‬

‫أْ ت‬


‫ش ي ۚ إ ْ ت ْع‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis

enggan

menuliskannya

sebagaimana

Allah

mengajarkannya,

meka


hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan,

maka

hendaklah

walinya

mengimlakkan

dengan

jujur.Dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-oranglelaki (di antaramu).Jika
tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari

saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya.Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya.Yang demikianitu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu.(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya.Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu.”
B. Tafsiran Ayat
Inilah ayat yang terpanjang dalam Al-quran dan dikenal para ulama dengan
nama ayat al-mudayarah (ayat utang piutang). Ayat ini antara lain berbicara tentang
anjuran atau menurut sebagian ulama kewajiban menulis utang piutang dan
mempersaksikannya dihadapa pihak ketiga yang dipercaya (notaris), sambil
menekankan perlunya menulis utang walau sedikit disertai dengan jumlah dan

ketetapan waktunya.
Penempatan uraian tentang anjuran atau kewajiban meulis hutang piutang
setelah anjuran dan larangan diatas, mengandung makna tersendiri. Anjuran
bersedekah dan melakukan infaq dijalan allah, maka dengan perintah menulis hutang
piutang yang mengakibatkan terpeliharanya harta, tercermin keadilan yang
mengakibatkan terpeliharanya harta, tercermin keadilan yang didambakan al-quran
sehingga lahir jalan tengah antara rahmat mrni yang diperankan oleh sedekah dengan
kekejaman yang diperagakan oleh pelaku riba.
Larangan mengambil keuntungan melalui riba dan perintah bersedekah, dapat
menimbulkan kesan bahwa al-Quran tidak bersimpati terhadap orang yang memiliki
harta atau mengumpulkannya.Kesan keliru itu dihapus melalui ayat ini, yang intinya
memerintahkan memelihara harta dengan menulis hutang piutang walau sedikit, serta
mempersaksikannya. Seandainya kesan itu benar, tentulah tidak akan ada tuntutan
yang sedemikian rinci menyangkut pemeliharaan dan penulisan hutang piutang. 1

1

Hardi vizon,2013,tafsir ayat ayat ekonomi,curup,lp2 stain curup

Ayat 282 ini dimulai dengan seruan Allah swt kepada kaum yang menyatakan

beriman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya.”
Perintah ayat ini secara redaksional ditunjukkan kepada orang-orang beriman,
tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksi hutang-piutang,
bahkan yang lebih khusus adalah yang berhutang.Ini agar yang memberi piutang
merasa lebih tenang dengan penulisan itu, karena menulisnya adalah perintah atau
tuntunan yang sangat dianjurkan, walau kreditor tidak memintanya.
Perintah utang piutang dipahami oleh banyak ulama sebagai anjuran, bukan
kewajiban.Demikian praktek para sahabat ketika itu.Memang sungguh sulit perintah
diterapkan diterapkan oleh kaum muslimin ketika turunnya ayat ini jika perintah
menulis hutang piutang bersifat wajib, karena kepandaian tulis menulis ketika itu
sangat langka.Namun demikian ayat ini mengisyaratkan perlunya belajar tulis
menulis, karena dalam hidup ini setiap orang mengalami pinjam dan meminjamkan.
Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Ayat ini diturunkan berkaitan
dengan masalah salam (mengutangkan) hingga waktu tertentu. Firman Allah,
“hendaklah kamu menuliskannya” merupakan perintah dari-Nya agar dilakukan
pencatatan untuk arsip. Perintah disini merupakan perintah yang bersifat
membimbing, bukan mewajibkan.
Selanjutnya Allah swt menegaskan: “Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menulisnya dengan adil.” Yakni dengan benar, tidak menyalahi ketentuan

Allah dan perundangan yang berlaku dalam masyarakat.Tidak juga merugikan salah
satu pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami dari kata adil dan di antara
kamu.Dengan demikian dibutuhkan tiga kriteria bagi penulis, yaitu kemampuan
menulis, pengetahuan tentang aturan serta tatacara menulis perjanjian, dan
kejujuran.2
Ayat ini mendahulukan penyebutan adil dari pada penyebutan pengetahuan
yang diajarkan Allah. Ini karena keadilan, di samping menuntut adanya
pengetahauan bagi yang akan berlaku adil, juga karena seseorang yang adil tapi tidak
mengetahui, keadilannya akan mendorong dia untuk belajar. Berbeda dengan yang
mengetahui tetapi tidak adil. Ketika itu pengetahuannya akan digunakan untuk
2

Abdullah abdul malik,abdul karim,tafsir al-azhar jlid II singapura:pustaka nasional,1999

menutupi ketidakadilannya. Ia akan mencari celah hukum untuk membenarkan
penyelewengan dan menghindari saksi. Selanjutnya kepada para penulis diingatkan,
agar janganlah enggan menulisnya sebagai tanda syukur, sebab Allah telah
mengajarnya, maka hendaklah ia menulis. Penggalan ayat ini meletakkan tanggung
jawab di atas pundak penulis yang mampu, bahkan setiap orang yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

Setelah menjelaskan tentang hukum penulisan hutang piutang, penulis,
kriteria, dan tanggung jawabnya, maka dikemukakan tentang siapa yang
mengimlakkan kandungan perjanjian, yakni dengan firmannya: Dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan apa yang disepakati untuk ditulis. Mengapa yang
berhutang, bukan yang memberi hutang?Karena dia dalam posisi lemah, jika yang
memberi hutang yang mengimlakkan, bisa jadi suatu ketika yang berhutang
mengingkarinya.Dengan mengimlakkan sendiri hutangnya, dan didepan penulis,
serta yang memberinya juga, maka tidak ada alasan bagi yang berhutang untuk
mengingkari isi perjanjian.Sambil mengimlakkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk kejelasan transaksi, Allah mengingatkan yang berhutang agar hendaklah dia
bertakwa kepada Allah Tuhannya. Kemudian ayat selanjutnya adalah menyatakan
nasihat, janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya, baik yang berkaitan
dengan kadar hutang, waktu, cara pembayaran dan lain-lain, yang dicakup
kesepakatan bersama.
Bagaimana kalau yang berhutang, karena suatu dan lain hal tidak mampu
mengimlakkan? Lanjutan ayat menjelaskannya, jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya, tidak pandai mengurus harta, karena suatu dan lain sebab, atau lemah
keadaannya, seperti sakit, atau sangat tua, atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, karena bisu atau tidak mengetahui bahasa yang digunakan, atau
boleh jadi malu, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.3

Setelah menjelaskan penulisan, maka uraian berikut adalah menyangkut
persaksian, baik dalam tulis menulis maupun selainnya.Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orng lelaki di antara kamu. Dua orang saksi dimaksud
adalah saksi-saksi lelaki yang merupakan anggota masyarakat muslim. Atau kalau
tidak ada- demikian tim Departemen Agama RI dan banyak ulama menerjemahkan
3

ibid

dan memahami lanjutan ayat-atau kalau bukan- menurut hemat penulis yakni kalau
bukan dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, yakni yang disepakati oleh yang melakukan transaksi.
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kesaksian dua orang lelaki,
diseimbangkan dengan satu lelaki dan dua perempuan.Yakni seseorang lelaki
diseimbangkan dengan satu lelaki dan dua perempuan?Ayat ini menjelaskan bahwa
hal tersebut adalah supaya jika salah seorang dari perempuan itu lupa maka seorang
lagi, yakni yang menjadi saksi bersamanya mengingatkannya.Mengapa kemungkinan
ini disebutkan dalam konteks kesaksian wanita.Apakah karena kemampuan
intelektualnya kurang, seperti diduga sementara ulama atau karena emosinya sering
tidak terkendali?Hemat penulis tidak ini dan tidak itu.

Persoalan ini harus dilihat pada pandangan dasar Islam tentang tugas utama
wanita dan fungsi utama yang dibebankan atasnya.Al-Quran dan Sunnah mengatur
pembagian kerja antara wanita dan pria, suami dan istri.Suami bertugas mencari
nafkah dan dituntut untuk memberi perhatian utama dalam hal ini untuk
menyediakan kecukupan nafkah untuk anak istrinya.Sedang tugas utama wanita atau
istri adalah membina rumah tangga dan memberi perhatian besar bagi pertumbuhan
fisik dan perkembangan jiwa anak-anaknya.Namun perlu dicatat, bahwa pembagian
kerja itu tidak ketat.Tidak jarang istri para sahabat Nabi ikut bekerja mencari nafkah,
karena suaminya tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, dan tidak sedikit
pula

suami

yang

melakukan

aktivitas

di

rumah

serta

mendidik

anak-

anaknya.Pembagian kerja yang disebut di atas, dan perhatian berbeda yang dituntut
terhadap masing-masing jenis kelamin, menjadikan kemampuan dan ingatan mereka
menyangkut objek perhatiannya berbeda.Ingatan wanita dalam soal rumah tangga,
pastilah lebih kuat dari pria yang perhatiannya lebih banyak atau seharusnya lebih
banyak banyak tertuju kepada kerja, perniagaan, termasuk hutang piutang.Ingatannya
pasti juga lebih kuat dari wanita yang perhatian utamanya tidak tertuju atau tidak
diharapkan tertuju kesana.Atas dasar besar kecilnya perhatian itulah tuntunan di atas
ditetapkan.Dan, karena al-Quran menghendaki wanita memberi perhatian lebih
banyak kepada rumah tangga atau atas dasar kenyataan pada masa turunnya ayat ini,
wanita-wanita tidak memberi perhatian yang cukup terhadap hutang-piutang, baik
suami tidak mengizinkan keterlibatan mereka maupun oleh sebab lain, maka

kemungkinan mereka lupa lebih besar dari kemungkinannya oleh pria.Karena itu
demi menguatkan persaksian, dua orang wanita diseimbangkan dengan seorang pria,
supaya jika seseorang lupa maka seseorang lakgi mengingatkannya.Sekali lagi hemat
penulis ayat ini tidak berbicara tentang kemampuan intelektual wanita, tidak juga
berarti bahwa kemampuannya menghafal lebih rendah dari kemampuan pria4.
Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksipun
Allah berpesan, “janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keteranganapabila
mereka dipanggil,” karena keengganannya dapat mengakibatkan hilangnya hak atau
terjadi korban.
Rasullullah saw pada masa hidupnya juga telah mendidik para sahabat untuk
menangani propesi Akuntansi dengan sebutan ―Hafazhatul Amwal”3 (Pengawasan
Keuangan), bahkan al Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini
sebagai suatu yang serius untuk dijadikan sebuah kajian, sehingga dengan diturunkan
surat Al Baqorah ayat 282 yang menerangkan tentang pendidikan akuntasnsi dalam
ekonomi Islam, yang intinya menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan yang diterangkan
oleh pendidikan hukum yang harus dipedomani dalam masalah akuntansi tersebut.
Pada kenyataannya, ada beberapa polemik yang berkembang dikalangan para
pakar pencetus konsep akuntansi modern dewasa ini, yaitu apakah ada dasar-dasar
yang baku dan permanen yang sesuai dengan Yang dinamai saksi adalah orang yang
berpotensi menjadi saksi, walaupun ketika itu dia belum melaksanakan kesaksian,
dan dapat juga secara aktual telah menjadi saksi.Jika anda melihat satu peristiwa,
katakanlah tabrakan, maka ketika itu anda telah berpotensi memikul tugas kesaksian,
sejak saat itu anda telah dapat dinamai saksi walaupun belum lagi melakukan
kesaksian itu di pengadilan.Ayat ini dapat berarti, janganlah orang-orang yang
berpotensi menjadi saksi enggan menjadi saksi apabila mereka diminta.Memang,
banyak orang, sejak dahulu apalagi sekarang, yang enggan menjadi saksi, akibat
berbagai faktor, paling sedikit karena kenyamanan dan kemaslahatan pribadinya
terganggu.Karena itu, mereka perlu dihimbau. Perintah ini adalah anjuran, apalagi
jika ada orang lain yang memberi keterangan, dan wajib hukumnya bila
kesaksiannya mutlak untuk menegakkan keadilan.

4

Ibid.

Setelah mengingatkakn para saksi, ayat ini kembali berbicara tentang
penulisan hutang piutang, tapu dengan memberi penekanan pada hutang piutang
yang jumlahnya kecil, padahal yang kecilpun dapat menyebabkan permusuhan,
bahkan pembunuhan.Memang menulis yang kecil-kecil, apalagi seringkali dapat
membosankan.Karena itu, ayat ini mengingatkan, janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai yakni termasuk batas waktu
membayarnya.
Yang demikian itu, yakni penulisan hutang-piutang dan persaksian yang
dibicarakan itu, lebih adil disisi Allah, yakni dalam pengetahuan-Nya dan dalam
kenyataan hidup, dan lebih dapat menguatkan persaksian, yakni lebih membantu
penegakan persaksian, serta lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguan di
antara kamu. Petunjuk-petunjuk di atas adalah jika muammalah dilakukan dalam
bentuk hutang-piutang. Tetapi jika ia merupakan perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya.
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; perintah di sini oleh mayoritas ulama
dipahami sebagai petunjuk umum, bukan perintah wajib.
Saksi dan penulis yang diminta atau diwajibkan untuk menulis dan
menyaksikan, tentu saja maempunyai aneka kepentingan pribadi atau keluarga;
kehadirannya sebagai saksi, dan atau tugasnya menulis, dapat mengganggu
kepentingannya. Di sisi lain, mereka yang melakukan transaksi jual beli atau hutang
piutang itu, dapat juga mengalami kesulitan dari para penulis dan saksi jika karena
menyelewengkan kesaksiasn atau menyalahi ketentuan penulisan. Karena itu Allah
berpesan dengan menggunakan satu redaksi yang dapat dipahami sebagai tertuju
kepada penulis saksi, kepada penjual dan pembeli, serta yang berhutang dan pemberi
hutang. Wala yudharra katibun wa la syahid, dapat berarti janganlah penulispenulis
dan saksi memudharatkan yang bermuamalah, dan dapat juga berarti janganlah yang
bermuamalah memudharatkan para saksi dan penulis.5
Salah satu bentuk dari mudharat yang dapat dialami oleh saksi dan penulis
adalah hilangnya kesempatan memperoleh rejeki, karena itu tidak ada salahnya
5

HIDAYAT, Taufik. Kaedah Pendidikan Akuntansi dalam Konsep Ekonomi Syariah. AL-FALAH : Journal
of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 1, p. 46-65, dec. 2016. ISSN 2548-3102. Available at:
. Date accessed: 29 apr. 2017.
.

memberikan mereka ganti transport dan biaya administrasi sebagai imbalan jeri
payah dan penggunakan waktu mereka. Di sisi lain, para penulis dan saksi
hendaknya tidak juga merugikan yang bermuamalah dengan memperlambat
kesaksian, apalagi menyembunyikannya, atau melakukan penulisan yang tidak sesuai
dengan kesepakatan mereka. Jika kamu, wahai para saksi dan penulis serta yang
melakukan muammalah, melakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu.
Kefasikan terambil dari akar kata yang bermakana terkelupasnya kulit
sesuatu. Kefasikan adalah keluarnya seseorang dari ketaatan kepada Allah swt atau
dengan kata lain kedurhakaan. Ini berarti, siapa pun yang melakukan suatu aktivitas
yang mengakibatkan kesulitan bagi orang lain, maka dia dinilai durhaka kepada
Allah serta keluar dari ketaatan kepada-Nya. Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya:
Dan bertaqwalah kepada Allah mengajar kamu;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Menutup ayat ini dengan
perintah bertaqwa yang disusul dengan mengingatkan pengajaran ilahi, merupakan
penutup yang amat tepat, karena seringkali yang melakukan transaki perdagangan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai cara terselubung untuk
mencari keuntungan sebanyak mungkin. Dari sini peringatan tentang perlunya taqwa
serta mengingat pengajaran Ilahi menjadi sangat tepat.
Pada dasarnya kegiatan akuntansi merupakan kegiatan mencatat dilanjutkan
denan menganalisa, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari aktivitas yang
berhubungan dengan produksi, pertukaran barang barang dan jasa jasa atau hubungan
dengan pengelolaan dana dana bagi perusahaan yang bertujuan memperoleh
keuntungan, akuntansi memberi metode untuk menentukan apakah lembag tersebut
memperoleh keuntungan atau sebaliknya menderita kerugian dalam transaksi yang
dilakukan.
Akuntansi sebagai alat bantu manajemen (tools of management) dapat
memberikan informasi tetang kondisi keuangan yang dihasilkan perusahaan. Seperti
tercermin pada catatan keuangan perusahaan yang bersangkutan.Oleh karna itu
catatan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasih dengan pihak
pihak yang berkempentingan dengan data keuangan perusahaan. Karna fungsi utama

sebagai pencatat inilah, banyak eonom muslim merujuk al-quran sebagai landasan
utama akuntansi syariah dan ayat inilah yang akan dibahas buku ini.
Ayat ini mengandung perintah untuk menyuruh seseorang agar menuls
hutang piutang antara orang yang berhutang dengan orang yang memberi
hutang.Kemudian hendaknya penulis itu bertindak adil dan tidak berbuat kecurangan
dalam menuliskan hutang piutang itu, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh
qatadah, bahwa adil tersebut dimaknai dengan tidak mengurangi hak orang yang
memberi hutang dan tidak menambah beban hutang orang yang berhutang secara
batil.
Lebih lanjut ia menambahkan untuk menghadirkan saksi dalam penulisan
hutang piutang itu yaitu dua orang laki laki atau kalau tidak ada, maka satu orang
laki laki dan dua orang laki laki atau kalau tidak ada maka satu orang laki laki dan
dua orang perempuan yang secara suka relah menjadi saksi bagi kedua belah pihak,
saksi saksi tersebut diharapkan tidak merugikan kedua bela pihak dengan kesaksian
nya. Artinya tidak memberikan kesaksian palsu atau apa yang ia lihat dan terjadi
antara orang yang berhutang dan orang yang memberikan hutang.
Demikian pula apa yang diungkap oleh quraish shihab, bahwa al-quran
memerintahkan siapapun yang melakukan transaksi hutang piutang agar mencatat
jumlah hutang piutang itu supaya tidak terjadi satu dan lain hal yang tercecer dan
hlang dan berkurang. Bahkan kalau perlu meminta bantuan notaris dan saksi dalam
mencatatnya. Akan tetapi allah berpesan untuk notaris sebagai pencatat dan saksi
untuk tidak merugikan orang yang melakukan transaksi, terutama dengan
mengurangi haknya masing masing. Bagi yang melakukan transaksi hendaknya juga
tidak boeh merugikan sang notaris dalam waktu, tenaga, dan pikirannya tanpa
memberikan inbalan yang wajar. Selain itu merupakan perintah yang tidak boleh
diabaikan untuk memilih saksi saksi dalam hal hutang piutang kalau bukan dia orang
laki laki maka seorang laki laki dan dua orang perempuan.
Perintah dalam ayat ini oleh mayoritas ulama dipahami sebagai petunjuk
umum, bukan perintah wajib.Saksi dan penulis yang diminta atau diwajibkan untuk
menulis dan menyaksikan tentu saja mempunyai aneka kepentingan pribadi atau
keluarga.Kehadiran sebagai saksi dan tugasnya menulis.dapat mengganggu
kepentingannya. Disisi lain mereka yang melakukan transaksi jual beli atau utang

piutang. Allah berpesan dengan menggunakan satu redaksi yang dapat dipahami
yang ditujukan kepada penapsi saksi, kepada penjual da pembeli serta yang berutang
dan memberi utang, ayat ini ditutup dengan perintah bertakwa, yang disusul dengan
mengingatkan pengajaran ilahi.hal ini merupakan peutup yang amat tepat karna
sering kali seseorang yang melakukantransaksi perlanggaran menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya, dan engan berbagai cara terselubung untuk menarik
keuntungan sebanyak mungkin.
Oleh karna itu secara garis besar akuntansi syariah dalam akuntabulitasnya
mengikuti etika penting sistem ekonomi syariah ekonomi yaitu:
a. Fungsi utama uang adalah ebagai alat tuka dan bukan sbagai komoditas
yang dapat diperdagangkan.
b. Melarang segala bentuk riba (termasuk Bungan bank sesuai ijma jumhur
ulama)
c. Melarang

semua

kegiatan

usaha

yang

mengangdung

ungsur

spekuali(gharar dan Maysir).
d. Prinsip keadilan dan transparan dalam aktivitas ekonomi.
e. Kewajiban tertib administrasi dalam rangka pertanggung jawaban didunia
dan diahirat.
f. Menghindari kemungkinan terjadinya fitna.

Sementara itu akuntansi syariah juga memiliki tantangan dan kendala.Secara
implikatif, tantangan pada formulasi formal ata standar yaitu laporang keuangan
yang masih berkutat pada usaha melibatkan Bunga ataupun uang yang bersifat
diperdagangkan sedangkan kendalanya dikarenakan dinegara yang bersangkutan
seperti diiindonesia masih melibatkan lembaga lembaga keuangan yang masih
menggunakan sistem bunga dari nila perdagangan untuk dalam berbagai
bentuknya.6

6

Dapartemen agama ri,2010, al-quran dan tafsirnya,penerbit lentera abadi, Jakarta

C. Analisis
Ayat ini mengandung perintah untuk menyuruh seseorang agar menulis
hutang piutang antara orang yang berhutang dengan oran yang memberi hutang.
Kemudian hendaknya penulis itu bertindak adil dan tidak berbuat kecurangan
dalam menuliskan hutang piutang itu, hal ini sebagaimana dariwayatkan oleh
qatadah, bahwa adil tersebut dimaknai dengan tidak mengurangi hak oang orang
yang melakukan hutang piutang.
Dan untuk menghindari saksi dalam penulisan utang piutang itu yaitu dua
orang laki laki atau kalau idak ada, maka satu orang laki laki dan dua orang
perenpuan yang secara sukarela menjadi saksi dari kedua bela pihak.Dan saksi itu
diharapkan tidak merugikan kedua bela pihak degan kesaksiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Hardi vizon,2013,tafsir ayat ayat ekonomi,curup,lp2 stain curup
Abdullah abdul malik,abdul karim,tafsir al-azhar jlid II singapura:pustaka
nasional,1999.
Dapartemen agama ri,2010, al-quran dan tafsirnya,penerbit lentera abadi, Jakarta.
HIDAYAT, Taufik. Kaedah Pendidikan Akuntansi dalam Konsep Ekonomi Syariah.ALFALAH : Journal of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 1, p. 46-65, dec.2016.ISSN
25483102.Availableat:. Date accessed: 22 apr. 2017.