Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Menjadi Pekerja Seks Komersial di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Berkembangnya industri seks di beberapa negara, termasuk Indonesia
meningkatkan permintaan pasar terhadap anak-anak, sehingga anak-anak banyak
yang dipaksa menjadi pekerja seks komersial (PSK). Di indonesia sekitar 40.000
hingga 70.000 anak menjadi korban dalam prostitusi. Praktik-praktik tersebut
berlangsung di pusat-pusat prostitusi, tempat hiburan, karaoke, panti pijat, pusat
perbelanjaan, dan lain-lain (Harian Kompas, 2008) di Semarang, Jogjakarta, dan
Surabaya terdapat sekitar 5.000 anak korban pelacuran baik di lokalisasi, jalanan,
tempat-tempat hiburan dan panti pijat (ILO-IPEC, 2004).
Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dan ibu kota Provinsi
Sumatera Utara sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis dengan 21 kecamatan dan
151 kelurahan, Kota Medan berbatasan langsung dengan Selat Malaka bagian Utara,
sehingga dekat dengan Pulau Penang, Malaysia dan Singapura. Namun, Medan
adalah kota transit menuju beberapa negara tetangga dan destinasi pariwisata
Sumatera Utara. Dalam penelitian Pusat Kajian Perlindungan Anak yang
dipublikasikan pada tahun 1999 menyebutkan pelacuran sudah dikenal di Kota
Medan secara luas sejak dekade 1970-an. Memasuki sepuluh tahun terakhir,

pelacuran anak secara terselubung kian marak, bahkan sampai merambah ke sekolahsekolah yang melibatkan siswa-siswi yang masih di bawah umur.

1

Beberapa jalan di Kota Medan menjadi lokasi diadakannya prostitusi. Dan hal
ini sudah menjadi rahasia umum. Setiap malam di sepanjang Jalan Gajah Mada
digunakan menjadi tempat menjajakan diri bagi pekerja seks komersial (PSK).
Biasanya mereka beroperasi mulai jam sepuluh malam hingga subuh. Tukang becak
akan setia menunggu PSK sampai mendapatkan pelanggan. Selain Jalan Gajah
Mada, pemandangan yang sama akan terlihat di Jalan Darussalam setiap malamnya.
Di sepanjang Jalan Darussalam ada banyak hotel kelas melati. Hotel Sibayak di Jalan
Nibung juga menjadi pusat prostitusi berkedok hotel melati. Siang hari kondisi Jalan
Nibung sangat berbeda dengan malam harinya. Siang hari Jalan Nibung terkenal
sebagai pusat penjualan mobil bekas di Kota Medan. Malam hari Jalan Nibung
terkenal dengan hotel-hotel kelas melati. Selain Hotel Sibayak, ada beberapa ruko
yang digunakan sebagai rumah bordil di sekitar Pajak Petisah. Di sini, PSK
menunggu pelanggan dan dijaga ketat oleh petugas keamanan. Tak jauh dari sini, di
belakang Toko Buku Gramedia Jalan Gajah Mada malam harinya di isi dengan waria
yang menjajakan diri di pinggir jalan hingga sekitar Pardede Hall. Jalan Darussalam,
Jalan Gajah Mada, Jalan Nibung adalah lokasi yang sangat berdekatan dan semua

tempat ini ketika malam hari menjadi salah satu pusat prostitusi di Kota Medan.
Selain di lokasi tersebut, sekitar Pusat Pasar atau Pajak Sambu juga merupakan
lokasi prostitusi di Kota Medan, yaitu di sepanjang Jalan Bintang.
Prostitusi tak hanya terjadi di kalangan orang dewasa saja, tren PSK Muda
juga terjadi di Medan. Beberapa sekolah sudah terkenal menjadi pemasok PSK-PSK
muda.

Sekolah-sekolah

yang

berada

di

sekitar

Jalan

STM


dan

Jalan

Sisingamangaraja merajai asal PSK anak ini. Menurut Rere, seorang germo yang
dulu juga bersekolah di sekitar lokasi ini, biasanya anak-anak SMA/SMK ini berasal

2

dari daerah di Sumatera Utara. Mereka tinggal di kos-kosan yang tak jauh dari
sekolahnya. Seperti Rere, ia menjadi germo sejak duduk di bangku SMP kelas tiga.
Ia menjual teman-temannya sendiri kepada tubang (tua bangka) yang cukup
dikenalnya. Alasan ekonomi sering dianggap orang banyak menjadi penyebab anak
sekolah menjajakan diri. Selain itu masih cerita lama, anak-anak orang kaya yang
tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Anak-anak sekolah ini biasanya tak
menjajakan diri di jalanan seperti PSK dewasa. Mereka dijual germo yang juga
teman sekolahnya. atau paling tidak, anak-anak sekolah ini akan nongkrong di KFCKFC atau mal-mal yang ada di Medan. Biasanya mereka nongkrong di KFC Titi
Kuning dan KFC Glugur Jalan Adam Malik.
Selain itu, gaya hidup perkotaan menjadi salah satu tuntutan yang tak dapat

dihindari anak-anak yang beranjak remaja di kota besar seperti Medan. Beberapa
diskotik di Medan menjadi tempat transaksi pelacuran. New Zone atau yang sering
disebut NZ yang berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono biasanya digunakan untuk anak
joged (ajog). Selain NZ, masih ada Elegant dan KTV-KTV lainnya. Tempat-tempat
tadi adalah lokasi transaksi pelacuran yang biasa di lakukan anak-anak.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan memaparkan data-data hasil
razia gelandangan, pengemis, PSK, dan pasangan di luar nikah rentang 2012 hingga
2014. Dari data tersebut pada tahun 2012 ada sebanyak 70 orang Pekerja Seks
Komersial (PSK) dan pasangan diluar nikah yang di razia, dan 35 orang diantaranya
berusia di bawah 17 tahun. Pada tahun 2013, ada sebanyak 64 orang PSK dan
pasangan di luar nikah yang di razia, dan 24 orang diantaranya berusia dibawah 17
tahun. Sementara itu pada tahun 2014, ada sebanyak 56 orang PSK dan pasangan di

3

luar nikah yang di razia, dan 16 orang diantaranya berusia dibawah 17 tahun
(Pemerintah Kota Medan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Januari 2015).
Razia Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dilakukan di beberapa
tempat hiburan dan taman di Kota Medan. Menurut Ahmad Sofian, di Kota Medan
tempat bermain billiard, pusat-pusat perbelanjaan, hotel-hotel kelas melati, diskotik,

kafetaria, kos-kosan, warkop (sejenis kafe pinggir jalan) dan taman di Kota Medan
adalah tempat transaksi pelacuran anak (Ahmad Sofian, 2008: 14). Melalui raziarazia yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait, PSK yang ditangkap akan diberikan
pengarahan, dan pelaku dilepaskan. Untuk PSK d ibawah umur dalam hal ini disebut
anak akan memanggil orang tua. Apabila tidak ada tanggapan, anak anak diserahkan
ke Panti Parawangsa. (Pemerintah Kota Medan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Medan, 2015). Selain Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, razia juga dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Narkotika Nasional, dan beberapa lembaga
negara lainnya.
Pembeli seks anak umumnya sudah berusia dewasa dan sudah berumah
tangga. Sehingga anak ayam (PSK anak) sering menyebutnya tubang. Bahkan
pembeli seks anak tersebut tak jarang berusia lanjut. Pembeli seks anak ini berasal
dari beragam profesi, baik PNS, swasta, maupun pengusaha. Daerah asal pembeli
seks anak di Kota Medan pun beragam. Untuk Sumatera Utara, biasanya berasal dari
Langkat dan Siantar. Untuk sumatera, biasanya pembeli seks anak berasal dari Aceh.
Pelanggan yang berasal dari luar negeri, diantaranya dari Malaysia dan Singapura.
Faktor penyebab anak menjadi PSK bukan menjadi perhatian penting bagi
pemerintah. Hal ini terbukti dengan tidak adanya penelitian yang dilakukan
pemerintah terkait PSK anak dan indikasi sindikat predator seks anak yang banyak
4


terjadi saat ini. Padahal, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang kini di revisi menjadi Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014, baik anak laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan hak dasarnya
sebagai seorang anak, yaitu: hak untuk bertahan hidup (survival rights), hak untuk
tumbuh dan berkembang (development rights), hak atas perlindungan (protection
rights) dan hak untuk berpartisipasi (participation rights). Tidak ada poin yang
memperbolehkan anak menjadi objek eksploitasi, baik secara ekonomi maupun
seksual.
Ironisnya, dengan banyaknya kasus prostitusi anak yang terjadi, pada tahun
2012 Kota Medan mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak dari Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kategori Pratama dari menteri saat itu Linda
Gumelar pada 3 Oktober 2012 di Jakarta (Okezone.com, 2012). Hal ini berdasar pada
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Nomor 03 Tahun 2009
tentang Kota Layak Anak. Dengan penghargaan ini, seharusnya sejalan dengan visi
dan misi kota layak anak, yaitu hunian terbaik untuk tumbuh kembang anak, bukan
prostitusi anak. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Menjadi Pekerja Seks
Komersial di Kota Medan.”

5


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang
masalah, maka dapat dirumuskan: Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak
menjadi pekerja seks komersial di Kota Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1

Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi pekerja
seks komersial di Kota Medan.
1.3.2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memetakan serta menganalisis faktor-faktor

penyebab seorang anak menjadi pekerja seks komersial, sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah preventif di keluarga, lingkungan tempat tinggal, sekolah, bahkan di

tengah-tengah masyarakat luas. Selain itu, penelitian ini bermanfaat sebagai literasi
rujukan bagi lembaga maupun pemerintah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
anak menjadi pekerja seks komersial khususnya di Kota Medan.

6

1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan,
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,
kerangka pemikiran dan definisi konsep.


BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik
pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V

: ANALISA DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
analisisnya.

BAB VI

: PENUTUP

Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian.

7