lakip2013 pt aceh.rar KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka
itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan
legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdayaguna ,berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotime.
Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan dan didasarkan pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999 TentangPenyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi Dan Nepotisme. Dalam Pasal 3 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum
penyelenggaraan Negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsional, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.
Dalam Penjelasan mengenai pasal tersebut dirumuskan bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Dalam rangka itu pemerintah telah menerbitkan Intruksi Presiden Republik Indonesia ( INPRES)
No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut mewajibkan Setiap
Instansi
Pemerintah
sebagai
Unsur
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Negara
untuk
mempertangungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan
sumberdaya dengan didasarkan pada suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing
Instansi. Pertangungjawaban yang dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masingmasing, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden
selaku Kepala Pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan Kinerja Instansi Pemerintah yang
bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP).
Berdasarkan Inpres tersebut Pengadilan Tinggi Banda Aceh sebagai salah satu Satuan Kerja
(Satker) dibawah Mahkamah Agung Republik Indonesia yang diberi tanggungjawab menangani masalah
hukum di Provinsi Aceh menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 ini.
Demikianlah LAKIP 2013 dan Penetapan Kinerja Tahun 2014 PengadilanTinggi Banda Aceh
diperbuat, walau harus diakui bahwa Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian proses
Reformasi Birokrasi yang kita cita-citakan akan selalu menjadi titik akhir kepuasan dan segala
kekurangan akan diperbaiki dengan segala daya dan upaya serta sumbangsih pikiran yang membangun
akan selalu terbuka untuk diterjemahkan dan dimanifestasikan.
Banda Aceh, 20 Februari 2014
Pengadilan Tinggi Banda Aceh
Ketua
H. SUMANTRI, SH. MH
NIP : 19500902 198012 1 001
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka
itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan
legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdayaguna ,berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotime.
Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan dan didasarkan pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999 TentangPenyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi Dan Nepotisme. Dalam Pasal 3 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum
penyelenggaraan Negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsional, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.
Dalam Penjelasan mengenai pasal tersebut dirumuskan bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Dalam rangka itu pemerintah telah menerbitkan Intruksi Presiden Republik Indonesia ( INPRES)
No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres tersebut mewajibkan Setiap
Instansi
Pemerintah
sebagai
Unsur
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Negara
untuk
mempertangungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan
sumberdaya dengan didasarkan pada suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing
Instansi. Pertangungjawaban yang dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masingmasing, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden
selaku Kepala Pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan Kinerja Instansi Pemerintah yang
bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP).
Berdasarkan Inpres tersebut Pengadilan Tinggi Banda Aceh sebagai salah satu Satuan Kerja
(Satker) dibawah Mahkamah Agung Republik Indonesia yang diberi tanggungjawab menangani masalah
hukum di Provinsi Aceh menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 ini.
Demikianlah LAKIP 2013 dan Penetapan Kinerja Tahun 2014 PengadilanTinggi Banda Aceh
diperbuat, walau harus diakui bahwa Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian proses
Reformasi Birokrasi yang kita cita-citakan akan selalu menjadi titik akhir kepuasan dan segala
kekurangan akan diperbaiki dengan segala daya dan upaya serta sumbangsih pikiran yang membangun
akan selalu terbuka untuk diterjemahkan dan dimanifestasikan.
Banda Aceh, 20 Februari 2014
Pengadilan Tinggi Banda Aceh
Ketua
H. SUMANTRI, SH. MH
NIP : 19500902 198012 1 001